makalah keperawatan dewasa 3 ispa

30
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada pada suatu organisme yakni sistem pernapasan. Sistem_pernafasan_pada_manusia_terdiri_dari_hidung, laring, faring, trakea, bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi dan peranan yang sangat penting bagi mahluk hidup. Pernafasan adalah aktivitas penting dalam kehidupan. Untuk itu, dibutuhkan suplai oksigen yang terus menerus, namun tidak semua oksigen yang dihirup bebas dari kuman, virus maupun kotoran yang disebarkan di udara. Udara kotor dan sudah tercemar oleh radikal bebas akan menyebabkan penyakit bagi tubuh manusia, terutama penyakit yang berhubungan dengan pernafasan. Beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan manusia diantaranya yaitu sesak nafas, influenza, pilek, dan batuk. Gangguan sistem pernapasan dapat terjadi karena faktor genetik, pola hidup tidak sehat, maupun infeksi mikroorganisme dan virus. Jika sistem pernafasan ini terganggu karena

Upload: dwila-dwi

Post on 14-May-2015

1.296 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Suatu organisme atau mahluk hidup memiliki bermacam-macam sistem

jaringan atau organ dalam tubuhnya, dimana sistem tersebut memiliki fungsi dan

peranan serta manfaat tertentu bagi mahluk hidup. Salah satu sistem yang ada

pada suatu organisme yakni sistem pernapasan.

Sistem_pernafasan_pada_manusia_terdiri_dari_hidung, laring, faring, trakea,

bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Sistem pernapasan ini sendiri memiliki fungsi

dan peranan yang sangat penting bagi mahluk hidup. Pernafasan adalah aktivitas

penting dalam kehidupan. Untuk itu, dibutuhkan suplai oksigen yang terus

menerus, namun tidak semua oksigen yang dihirup bebas dari kuman, virus

maupun kotoran yang disebarkan di udara. Udara kotor dan sudah tercemar oleh

radikal bebas akan menyebabkan penyakit bagi tubuh manusia, terutama penyakit

yang berhubungan dengan pernafasan.

Beberapa macam gangguan yang umum terjadi pada saluran pernapasan

manusia diantaranya yaitu sesak nafas, influenza, pilek, dan batuk. Gangguan

sistem pernapasan dapat terjadi karena faktor genetik, pola hidup tidak sehat,

maupun infeksi mikroorganisme dan virus. Jika sistem pernafasan ini terganggu

karena penyakit atau kelainan maka proses pernapasan akan terganggu sehingga

dapat menyebabkan kematian. Organ pernafasan merupakan salah satu organ

terpenting bagi tubuh manusia. Oleh karena itu pengetahuan yang cukup dan

memadai tentang organ pernafasan, mekanisme terjadinya gangguan sistem

pernafasan, mekanisme pertahanan sistem pertahanan dan agen infeksi yang dapat

menyerang organ pernafasan penting untuk diketahui agar kita dapat mencegah

dan mengobatinya dengan tepat. Pada makalah ini penyusun akan menjelaskan

tentang berbagai organ pernafasan (hidung, laring, faring, trakea, bronkus,

bronkiolus, dan paru-paru), mekanisme pertahanan sistem pernafasan, gejala, dan

penyakit yang berhubungan dengan sistem pernafasan (demam, influenza,

menggigil, sesak nafas, dan batuk), agen infeksi penyebab terjadinya gangguan

Page 2: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

sistem pernafasan seperti bakteri, virus, dan mikroorganisme lainya serta jaringan

dan sel-sel yang terkait dengan gangguan sistem pernafasan.

1.2. Tujuan Penulisan

Tujuan Umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk memberikan

pengetahuan kepada pembaca tentang gejala demam, menggigil, pilek, dan sesak

nafas. Hal ini dimaksudkan agar kita bisa berhati-hati dan mengenal kemungkinan

bila terjadi gejala-gejala tersebut. Sehingga jika kita terserang gejala tersebut, kita

dapat mengatasinya dengan tepat atas dasar pengetahuan yang benar.

1.3. Rumusan Masalah

a. Bagaimana mekanisme terjadinya demam?

b. Bagaimana mekanisme terjadinya pilek?

c. Bagaimana mekanisme terjadinya menggigil?

d. Bagaimana mekanisme terjadinya sesak nafas?

e. Apa yang menyebabkan keempat gejala tersebut bisa terjadi?

1.4. Metode Penulisan

Metode penulisan yang kami pergunakan adalah telusur pustaka, yaitu

mengadakan tinjauan kepustakaan untuk memperoleh bahan-bahan yang

berhubungan dengan judul makalah ini. Kami pun menggunakan internet sebagai

sarana referensi yang lain serta dilengkapi dengan diskusi kelompok dengan

tujuan saling memberi masukan terkait materi yang dibuat.

1.5. Sistematika Penulisan

Makalah ini terdiri dari cover, kata pengantar, daftar isi, empat bab, dan daftar

pustaka. Bab pertama adalah pendahuluan, terdiri dari latar belakang, tujuan

penulisan, rumusan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab

kedua berisi tinjauan pustaka yang membahas isi dari makalah. Bab ketiga berisi

pembahasan dan bab keempat kesimpulan dan saran. Terakhir adalah daftar

pustaka.

Page 3: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mekanisme Pertukaran Karbon Dioksida dan Oksigen

Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses

difusi. Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi

berlangsung sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara

bebas melalui membran sel dari konsentrasi tinggiatau tekanan tinggi ke

konsentrasi rendah atau tekanan rendah. Proses pertukaran oksigen dan karbon

dioksida. Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung

sampai alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteripori-pori.

Masuknya oksigen dari luar (lingkungan) menyebabkan tekanan parsial oksigen

(P02) di alveolus Iebih tinggi dibandingkandengan P02 di kapiler arteri paru-paru.

Karena proses difusi selalu terjadi dari daerah yang bertekanan parsial tinggi ke

daerah yangbertekanan parsial rendah, oksigen akan bergerak dari alveolus

menuju kapiler arteri paru-paru. Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang

mengandung hemoglobin sampai menjadi jenuh. Makin tinggi tekanan parsial

oksigen dialveolus, semakin banyak oksigen yang terikat oleh hemoglobin dalam

darah.

Hemoglobin terdiri dari empat sub unit, setiap sub unit terdiridari bagian

yang disebut heme. Di setiap pusat heme terdapat unsur besi yang dapat berikatan

dengan oksigen, sehingga setiap molekulhemoglobin dapat membawa empat

molekul oksigen berbentuk oksihemoglobin. Reaksi antara hemoglobin dan

oksigen berlangsung secarareversibel (bolak-balik) yang dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon dioksida, serta

tekananparsial. Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang

kemudian akan berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalamproses

respirasi. Proses difusi ini terjadi karena tekanan parsial oksigen pada kapiler

tidak sama dengan tekanan parsial oksigen di sel-seltubuh.

Di dalam sel-sel tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk

proses respirasi di dalam mitokondria sel. Semakin banyak oksigenyang

digunakan oleh sel-sel tubuh, semakin banyak karbon dioksida yang terbentuk

Page 4: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekananparsial karbon dioksida

atau (PCO2) dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam kapiler

vena sel-sel tubuh. Oleh karenanyakarbon dioksida dapat berdifusi dari sel-sel

tubuh ke dalam kapiler vena sel-sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh

eritrosit menuju keparu-paru. Di paru-paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena

menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena tekanan parsial CO2 padakapiler

vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam alveolus.Karbon dioksida

dalam eritrosit akan bereaksi dengan air membentuk asam karbonat. Akibat

terbentuknya asam karbonat, pH darah menjadiasam, yaitu sekitar 4,5. Darah yang

bersifat asam dapat melepaskan banyak oksigen ke dalam sel-sel tubuh atau

jaringan tubuh yangmemerlukannya.

Pengertian Paru-Paru

Paru-paru merupakan organ dalam sistem pernafasan dan termasuk dalam

sistem kitaran vertebrata yang bernafas. Ia berfungsi untuk menukar oksigen dari

udara dengan karbondioksida dari darah dengan bantuan hemoglobin. Proses ini

dikenali sebagai respirasi atau pernafasan.

Paru-paru terletak di dalam rongga dada (thoracic cavity), dilindungi oleh

struktur tulang selangka dan diliputi dua dinding yang dikenal sebagai pleura.

Kedua lapisan ini dipisahkan oleh lapisan udara yang dikenal sebagai rongga

pleural yang berisi cairan pleural.

Struktur Paru-Paru

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping

dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang

berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster)

yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2

lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput

bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura

visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan

tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).

Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura

yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma

Page 5: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

darah yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel

terhadap air dan zat-zat lain.

Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan

pembuluh darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah

permukaan dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.Jaringan Ikat Elastik

mengandung Elastin.Elastin adalah protein jaringan ikat yang berperan atas sifat

ekstensitabilitas (daya regang) dan kelenturan (elastic recoil) jaringan.Polusi udara

dapat menyebabkan gangguan pada silia menghambat fungsi makrofag

alveolar.Fungsi makrofag alveolar adalah menghancurkan partikel asing termasuk

bakteri.

Mekanisme Pernafasan

Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam

keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan

saraf otonom. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh

perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh.

Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya,

apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.

Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara

(inspirasi) dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan

dibedakan atas dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.

Pernapasan dada dan perut dapat terjadi secara bersamaan.

Mekanisme Pernapasan Dada

1. Fase Inspirasi pernapasan dada

Mekanisme inspirasi pernapasan dada sebagai berikut:

Otot antar tulang rusuk (muskulus intercostalis eksternal) berkontraksi --> tulang

rusuk terangkat (posisi datar) --> Paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam

paru-paru menjadi lebih kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara luar

masuk ke paru-paru

2. Fase ekspirasi pernapasan dada

Page 6: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

Mekanisme ekspirasi pernapasan perut adalah sebagai berikut:

Otot antar tulang rusuk relaksasi --> tulang rusuk menurun --> paru-paru

menyusut --> tekanan udara dalam paru-paru lebih besar dibandingkan dengan

tekanan udara luar --> udara keluar dari paru-paru.

Mekanisme Pernapasan Perut

1. Fase inspirasi pernapasan perut

Mekanisme inspirasi pernapasan perut sebagai berikut:

sekat rongga dada (diafraghma) berkontraksi --> posisi dari melengkung menjadi

mendatar --> paru-paru mengembang --> tekanan udara dalam paru-paru lebih

kecil dibandingkan tekanan udara luar --> udara masuk

2. Fase ekspirasi pernapasan perut

Mekanisme ekspirasi pernapasan perut sebagai berikut:

otot diafraghma relaksasi --> posisi dari mendatar kembali melengkung --> paru-

paru mengempis --> tekanan udara di paru-paru lebih besas dibandingkan tekanan

udara luar -->udara keluar dari paru-paru.

Batuk merupakan suatu refleks pertahanan yang timbul akibat

iritasi percabangan trakeobronkial. Tujuannya untuk membersihkan saluran

napas. Tidak semua batuk menunjukkan adanya penyakit, tetapi juga

merupakan proses normal untuk mengeluarkan benda asing, debu, atau asap

yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Namun ada batuk yang

menunjukkan adanya penyakit, misalnya bronkitis kronik, asma,

tuberkulosis, dan pneumonia. Cara penularan batuk bisa melalui udara.

Refleks batuk terdiri dari lima komponen utama yaitu: reseptor

batuk, serabut saraf aferen, pusat batuk, susunan saraf  eferen dan efektor.

Batuk bermula dari suatu rangsang pada reseptor batuk. Reseptor ini berupa

serabut saraf non mielin halus yang terletak baik di dalam maupun di luar

rongga toraks. Yang terletak di dalam rongga toraks antara lain terdapat di

laring, trakea, bronkus dan di pleura. Jumlah reseptor akan semakin

Page 7: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

berkurang pada cabang-cabang bronkus yang kecil, dan sejumlah besar

reseptor didapat di laring, trakea, karina dan daerah percabangan bronkus.

Reseptor bahkan juga ditemui di saluran telinga, lambung, hilus, sinus

paranasalis, perikardial dan diafragma.

Serabut aferen terpenting ada pada cabang nervus vagus, yang

mengalirkan rangsang dari laring, trakea, bronkus, pleura, lambung dan juga

rangsang dari telinga melalui cabang Arnold dari nervus vagus. Nervus

trigeminus menyalurkan rangsang dari sinus paranasalis, nervus

glosofaringeus menyalurkan rangsang dari faring dan nervus frenikus

menyalurkan rangsang dari perikardium dan diafragma.

Serabut aferen membawa rangsang ini ke pusat batuk yang terletak

di medula oblongata, di dekat pusat pernapasan dan pusat muntah.

Kemudian dari sini oleh serabut-serabut eferen nervus Vagus, nervus

Frenikus, nervus Interkostal dan lumbar, nervus Trigeminus, nervus

Fasialis, nervus Hipoglosus dan lain-lain menuju ke efektor. Efektor ini

terdiri dari otot-otot laring, trakea, bronkus, diafragma, otot-otot interkostal

dan lain-lain. Di daerah efektor inilah mekanisme batuk kemudian terjadi.

Mekanisme batuk ada tiga fase yaitu:

1. Fase Inspirasi, paru-paru memasukan kurang lebih 2,5 liter udara,

esofagus dan pita suara menutup, sehingga udara terjerat dalam paru-

paru.

2. Fase Kompresi, otot perut berkontraksi, sehingga diafragma naik dan

menekan paru-paru, diikuti pula dengan kontraksi intercosta internus

yang pada akhirnya akan menyebabkan tekanan pada paru-paru

meningkat hingga 100mm/hg.

3. Fase Ekspirasi, esofagus dan pita suara terbuka dan udara meledak

keluar dari paru-paru.

Beberapa penyebab atau rangsangan yang menyebabkan batuk,

diantaranya:

Iritan: rokok, asap, gas di tempat kerja

Mekanik: benda asing dalam saluran nafas

Penyakit paru obstruktif: bronkitis kronis, asma, emfisema

Page 8: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

Secara umum, kita dapat mengelompokkan batuk menjadi dua,

yaitu batuk produktif dan batuk tidak produktif. Pengelompokan ini

didasarkan pada ada dan tidaknya dahak yang diproduksi oleh si penderita.

o Batuk Produktif

Masyarakat luas pada umumnya mengenal penyakit ini dengan

sebutan batuk berdahak. Batuk berdahak adalah batuk yang disertai

dengan dihasilkannya dahak. Batuk berdahak sangat mengganggu

karena terasa gatal dan dahak akan keluar seiring dengan batuk. Hal

ini membuat orang yang sedang mengalaminya harus bolak-balik

membuang dahak setiap kali batuk. Hal ini tentu saja merepotkan

terutama bagi mereka yang harus tetap beraktivitas saat batuk sedang

menyerang.

Untuk mengatasi batuk berdahak, pilihlah obat batuk khusus untuk

batuk berdahak. Perawatan di rumah juga dapat dilakukan dengan cara

menghirup uap panas atau dengan banyak minum air putih hangat.

o Batuk Tidak Produktif

Batuk tidak produktif, atau batuk tidak berdahak atau disebut juga

batuk kering, adalah jenis batuk yang tidak disertai produksi dahak

yang berlebihan. Gatal di tenggorokan biasanya dialami oleh si

penderita dan sangat mengganggu aktivitas. Untuk mengatasinya,

minum obat batuk khusus untuk batuk kering, dan minum banyak air

putih.

Ada juga jenis batuk yang dikelompokkan berdasarkan berapa lama

batuk tersebut bertahan yaitu:

o Batuk Akut

Batuk akut merupakan jenis batuk yang berlangsung kurang dari 2

minggu. Batuk jenis ini biasanya disebabkan oleh masuk angin,

influenza, atau infeksi sinus.

o Batuk Kronik

Batuk kronik merupakan jenis batuk yang bertahan selama lebih dari 2

minggu, bahkan ada juga yang menahun. Jenis batuk ini juga terjadi

Page 9: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

secara berulang. Penyebab batuk kronik antara lain adalah asma, TB,

dan batuk rejan.

Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam

saluran napas setiap harinya. Mukus ini diangkut menuju faring dengan

gerakan pembersihan normal silia yang melapisi saluran pernapasan. Jika

terbentuk mukus yang berlebihan dan pembersihan menjadi tidak efektif

mengakibatkan mukus menjadi tertimbun dan merangsang membran

mukosa yang akhirnya mukus tersebut dibatukkan keluar sebagai sputum

(dahak).

Sputum dapat dikelompokkan berdasarkan sumber, warna, sifat dan

konsistensi. Sputum yang dihasilkan sewaktu membersihkan tenggorokan

kemungkinan besar berasal dari sinus atau saluran hidung. Sputum yang

purulen dan banyak dari abses paru, sedangkan sputum yang semakin

meningkat dan batuknya menahun merupakan bronkitis

kronis/bronkiektasis. Sputum yang berwarna kekuning-kuningan

menunjukkan adanya infeksi dan yang berwarna hijau adanya penimbunan

nanah dari leukosit yang sudah mati. Sputum yang berbusa, merah muda

merupakan tanda dari edema paru akut; berlendir, lekat, abu-abu atau putih

tanda bronkitis kronis; dan sputum yang berbau busuk merupakan tanda

abses paru atau bronkiektasis. Kandungan dari sputum misal adanya

mikroorganisme (bakteri, virus), sel goblet atau sel epitel yang telah mati,

nanah, dan darah.

Demam atau panas tinggi merupakan suatu keadaan saat suhu tubuh menjadi

lebih tinggi dari suhu biasanya (normal). Biasanya hal ini terjadi karena daya tahan tubuh

seseorang mengalami penurunan sehingga kesehatan pun menjadi terganggu.

Seseorang memiliki suhu tubuh normal antara 36-37º C, sementara orang yang

mengalami demam memiliki suhu tubuh lebih dari 37º C. Akan tetapi, sebenarnya pada

suhu 37,5º C pun seseorang masih berada pada ambang batas suhu normal, sejauh suhu

tersebut tidak memiliki kecenderungan untuk meningkat. Maka ketika suhu tubuh kita

sedang berada pada ambang batas normal, kita harus berhati-hati dan penuh perhatian

agar kemungkinan suhu tubuh melewati ambang batas dapat dihindari. Seseorang yang

mengalami demam biasanya memiliki ciri-ciri seperti menggigil, nafsu makan menurun,

Page 10: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

sakit kepala, mual dan muntah. Umumnya demam itu diderita oleh seseorang selama

tiga hari, jika lebih dari itu perlu mendapat perhatian yang lebih serius.

Demam bisa diderita oleh siapa pun, dari bayi sampai orang yang lanjut usia

sekalipun. Sebenarnya demam merupakan hal yang terjadi secara alamiah dengan

tujuan untuk melakukan usaha perlawanan terhadap serangan suatu penyakit. Ketika

ada kuman penyakit yang masuk ke dalam tubuh kita, secara otomatis tubuh akan

melakukan perlawanan terhadap kuman penyakit tersebut dengan mengeluarkan zat

antibodi. Pengeluaran zat antibodi yang lebih banyak dari biasanya menyebabkan suhu

tubuh menjadi meningkat. Sehingga semakin banyak zat antibodi yang dikeluarkan,

maka mengakibatkan suhu tubuh akan semakin tinggi.

Demam dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu demam noninfeksi dan

demam infeksi. Demam noninfeksi adalah demam yang tejadi bukan karena masuknya

bibit penyakit ke dalam tubuh. Demam ini jarang diderita oleh manusia, dan biasanya

demam ini timbul karena adanya kelainan pada tubuh yang dibawa sejak lahir, dan tidak

ditangani secara baik. Contohnya adalah demam yang disebabkan karena adanya

kelainan degeneratif atau kelainan bawaan pada jantung, demam karena stres, atau

demam yang disebabkan oleh adanya penyakit-penyakit berat, seperti leukimia atau

kanker darah. Sedangkan demam infeksi merupakan demam yang terjadi karena adanya

bibit penyakit yang masuk ke dalam tubuh, seperti masuknya kuman, bakteri, atau virus

ke dalam tubuh seseorang. Demam seperti ini sering menyerang manusia dalam

kehidupan sehari-hari. Imunisasi pun termasuk ke dalam kategori ini, yaitu dengan

sengaja memasukan bakteri, kuman, atau virus yang sudah dilemahkan ke dalam tubuh

balita dengan tujuan supaya ia menjadi kebal dari serangan penyakit tertentu.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, demam memiliki manfaat untuk

melawan infeksi. Namun demam juga memilki dampak negatif, diantaranya itu adalah

terjadi peningkatan metabolisme tubuh, dehidrasi ringan, dan membuat tubuh serta

perasaan merasa tidak nyaman, maka demam perlu diobati. Biasanya ketika seorang

anak mengalami demam, orang tua merasa cemas dan stres. Maka mereka (orang tua)

biasanya melakukan upaya untuk menurunkan demam anaknya dengan memberikan

obat penurun panas/antipiretik seperti parasetamol, ibuprofen, dan aspirin. Namun

selain itu, demam juga dapat diobati atau diatasi dengan cara mengompres demam dan

menggunakan obat herbal seperti daun kaca piring dan madu.

Page 11: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

MEKANISME DEMAM

Proses perubahan suhu yang terjadi saat tubuh dalam keadaan sakit lebih

dikarenakan oleh zat toksin yang masuk kedalam tubuh. Umumnya, keadaan sakit

terjadi karena adanya proses peradangan (inflamasi) di dalam tubuh. Proses peradangan

itu sendiri sebenarnya merupakan mekanisme pertahanan dasar tubuh terhadap adanya

serangan yang mengancam keadaan fisiologis tubuh. Proses peradangan diawali dengan

masuknya zat toksin (mikroorganisme) kedalam tubuh kita. Mikroorganisme yang masuk

kedalam tubuh umumnya memiliki suatu zat toksin tertentu yang dikenal sebagai

pirogen eksogen. Dengan masuknya mikroorganisme tersebut, tubuh akan berusaha

melawan dan mencegahnya dengan memerintahkan tentara pertahanan tubuh antara

lain berupa leukosit, makrofag, dan limfosit untuk memakannya (fagositosit). Dengan

adanya proses fagositosit ini, tentara-tentara tubuh itu akan mengeluarkan senjata,

berupa zat kimia yang dikenal sebagai pirogen endogen (khususnya IL-1) yang berfungsi

sebagai anti infeksi. Pirogen endogen yang keluar, selanjutnya akan merangsang sel-sel

endotel hipotalamus untuk mengeluarkan suatu substansi yakni asam arakhidonat.

Asam arakhidonat dapat keluar dengan adanya bantuan enzim fosfolipase A2. Asam

arakhidonat yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan memacu pengeluaran

prostaglandin (PGE2). Pengeluaran prostaglandin dibantu oleh enzim siklooksigenase

(COX). Pengeluaran prostaglandin akan mempengaruhi kerja dari termostat

hipotalamus. Sebagai kompensasinya, hipotalamus akan meningkatkan titik patokan

suhu tubuh (di atas suhu normal). Adanya peningkatan titik patokan ini dikarenakan

termostat tubuh (hipotalamus) merasa bahwa suhu tubuh sekarang dibawah batas

normal. Akibatnya terjadilah respon dingin/ menggigil. Adanya proses mengigil

( pergerakan otot rangka) ini ditujukan untuk menghasilkan panas tubuh yang lebih

banyak. Dan terjadilah demam.

Sesak napas (dyspnea) merupakan keluhan subjektif dari

seseorang yang menderita penyakit paru. Keluhan sesak napas

dipengaruhi faktor psikis, peningkatan “respiratory work”, dan otot respirasi

yang abnormal. Keluhan ini mempunyai jangkauan yang cukup luas,

Page 12: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

sesuai dengan interpretasi seseorang mengenai makna sesak

napas tadi. Tulisan ini akan membahas mengenai definisi,

etiologi, mekanisme, tanda & gejala sesak napas (dyspnea) yang

dikaitkan dengan kasus pemicu.

Dyspnea adalah perasaan sulit bernapas dan merupakan gejala utama dari

penyakit kardiopulmonar (Price & Wilson, 2003). Seseorang yang mengalami

dyspnea sering mengeluh napasnya menjadi pendek atau merasa tercekik. Sesak

napas tidak selalu menunjukkan adanya penyakit. Orang normal akan mengalami

hal yang sama setelah melakukan kegiatan fisik dalam tingkat-tingkat yang

berbeda. Pada dasarnya, sesak napas akan timbul, ketika kebutuhan ventilasi

melebihi kemampuan tubuh untuk memenuhinya.

Sesak napas (dyspnea) adalah gejala subjektif berupa keinginan penderita

untuk meningkatkan upaya mendapatkan udara pernapasan. Karena sifatnya

subjektif, dispnea tidak dapat diukur, akan tetapi terdapat gradasi sesak napas

(Djojodibroto, Darmanto, 2007). Dyspnea sebagai gejala yang bersifat subjektif,

tingkat keparahannya dipengaruhi oleh respon penderita, kepekaan (sensitivitas)

serta kondisi emosi. Tingkatan dyspnea dapat dirasakan sangat berbeda oleh

masing-masing penderita walaupun kondisinya sama.

Sesak napas merupakan suatu keluhan yang menunjukkan adanya

gangguan atau penyakit kardiorespirasi. Faktor yang menyebabkan timbulnya

keluhan sesak napas, pada umumnya faktor psikis, peningkatan “respiratory

work”, dan otot respirasi yang abnormal (Alsagaff, Hood dkk, 1989).

Faktor psikis menjadi salah satu penyebab terjadinya sesak napas

(dyspnea). Seperti keadaan emosi tertentu, menangis terisak-isak, tertawa

terbahak-bahak, mengeluh dengan menarik napas panjang dan merintih atau

mengerang karena sesuatu penyakit, semuanya ini dapat mempengaruhi irama

pernapasan. Perubahan emosi yang sering pula menyebabkan keluhan sesak

napas. Misalnya, adanya rasa takut, kagum atau berteriak-teriak dengan gembira.

Sesak napas yang disebabkan oleh faktor psikis atau emosi, sering timbul pada

saat istirahat, sedangkan sesak napas yang mempunyai latar belakang penyakit

paru obstruktif menahun, sering dijumpai pada waktu penderita melakukan

aktivitas.

Page 13: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

Mekanisme sesak napas yang berhubungan dengan faktor emosi, terjadi

melalui hiperventilasi. Akan tetapi seorang peneliti bernama Dudley dalam

Alsagaff, Hood dkk, 1898, menyatakan dalam penelitiannya bahwa pengaruh

emosi seperti depresi dan kecemasan dapat menimbulkan sensasi sesak napas

melalui mekanisme hipoventilasi. Kedua mekanisme tersebut yang sama-sama

dapat dipakai oleh faktor psikis dalam menampilkan sensasi sesak napas, mungkin

dapat dipergunakan sebagai suatu bukti. Kesukaran bernapas yang timbul, semata-

mata hanyalah merupakan reaksi somatik yang bersifat individu terhadap

pengaruh emosi tadi.

Faktor sesak napas yang kedua adalah faktor peningkatan “respiratory

work”. Jika kemampuan mengembang dinding toraks atau paru menurun

sedangkan resistensi saluran napas meningkat, maka tenaga yang diperlukan oleh

otot pernapasan untuk memberikan perubahan volume serta tenaga yang

diperlukan untuk “work of breathing” akan bertambah. Akibatnya, kebutuhan

oksigen juga bertambah atau meningkat. Jika paru tidak mampu memenuhi

kebutuhan oksigen, maka akhirnya akan menimbulkan sesak napas.

Faktor sesak napas yang ketiga adalah otot respirasi yang abnormal.

Kelainan otot respirasi berupa kelelahan (fatigue), kelemahan, dan kelumpuhan.

Monod Scherrer dalam Alsagaff, Hood dkk, 1898, melakukan penelitian pada otot

diafragma yang mengalami kelelahan. Pada hasil penelitian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa kelelahan yang terjadi dan berkembang pada otot tergantung

dari jumlah energi yang tersimpan di dalam otot kecepatan pemasokan energi,

pemakaian otot yang tepat guna, serta kecepatan kerja otot. Otot-otot yang lelah

ini, tidak mampu memenuhi kebutuhan ventilasi dalam jangka panjang, akibatnya

timbul sesak napas.

Besarnya tenaga fisik yang dikeluarkan sehingga menimbulkan dyspnea

bergantung pada usia, jenis kelamin, ketinggian tempat, jenis latihan fisik, dan

terlibatnya emosi dalam melakukan kegiatan tersebut. Untuk menentukan apakah

dispnea terjadi setelah aktivitas sedang atau berat, atau terjadi pada saat istirahat,

berikut tabel 1 berisi skala garis besar dyspnea yang dikembangkan oleh American

Thoracic Society yang mungkin sesuai untuk penilaian klinis dyspnea kronik.

Tabel 1

Page 14: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

Skala Dyspnea

Tingka

t

Derajat Kriteria

0 Normal Tidak ada kesulitan bernapas kecuali dengan aktivitas berat

1 Ringan Terdapat kesulitan bernapas, napas pendek-pendek ketika

terburu-buru atau ketika berjalan menuju puncak landai

2 Sedang Berjalan lebih lambat daripada kebanyakan orang berusia

sama karena sulit bernapas atau harus berhenti berjalan untuk

bernapas

3 Berat Berhenti berjalan setelah 90 meter (100 yard) untuk bernapas

atau setelah berjalan beberapa menit

4 Sangat

Berat

Terlalu sulit untuk bernapas bila meninggalkan rumah atau

sulit bernapas ketika memakai baju atau membuka baju

Data dari Brooks SM, chairman: ATS News 8:12-16, 1982

Page 15: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

BAB III

PEMBAHASAN

Berdasarkan kasus pemicu 1, mahasiswa laki-laki sedang mengalami

gangguan kesehatan dan gejala batuk berdahak kental, disertai demam, menggigil,

dan sesak napas. Gejala-gejala tersebut diakibatkan oleh faktor eksternal dan

internal. Faktor eksternal terdiri dari musim pancaroba (pergantian musim) dan

lingkungan sosial. Adapun faktor internal yaitu mahasiswa laki-laki tersebut

sedang mengalami penurunan fungsi sistem kekebalan tubuh (sistem imun) yang

diakibatkan oleh aktivitas yang berlebihan, sehingga waktu istirahat menjadi

berkurang. Keadaan ini mengakibatkan agen infeksius mudah menginvasi sistem

kekebalan tubuh.

Gejala batuk yang dialami mahasiswa tersebut merupakan batuk produktif,

yaitu batuk yang mengandung sputum. Cara penularannya yaitu melalui udara.

Dalam kasus ini, terjadi saat mahasiswa laki-laki melakukan kontak sosial dengan

beberapa temannya yang menderita batuk-pilek atau penyebab lainnya yaitu

adanya benda asing (virus, bakteri, asap debu) yang masuk ke saluran pernapasan.

Selain mengalami batuk, mahasiswa juga mengalami demam dan

menggigil. Pada saat mahasiswa tersebut kehujanan suhu lingkungan menjadi

lebih rendah sehingga reseptor yang ada di kulit mengirimkan pesan ke

hipotalamus untuk memerintahkan otot untuk bergerak (menggigil) agar suhu

tubuh tubuhnya tetap normal. Menggigil merupakan salah satu gejala demam.

Selain itu, nafsu makan berkurang, suhu tubuh >37,5°C, sakit kepala, mual, dan

muntah merupakan gejala demam lainnya. Demam adalah proses alamiah dalam

tubuh yang terjadi karena adanya infeksi mikroorganisme (kuman, bakteri, virus,

jamur). Tubuh melakukan perlawanan terhadap infeksi mikroorganisme dengan

mengeluarkan zat antibodi yang lebih banyak dari biasanya, proses ini diikuti

dengan peningkatan suhu tubuh. Semakin banyak zat antibodi yang dikeluarkan

mengakibatkan suhu tubuh semakin tinggi.

Gejala selanjutnya yang dialami oleh mahasiswa tersebut yaitu gejala

sesak nafas. Sesak nafas (dyspnea) merupakan perasaan sulit bernafas dan

merupakan gejala utama dari penyakit kardiopulmonar. Keluhan sesak nafas

dipengaruhi faktor psikis, peningkatan “respiratory work”, dan otot respirasi

Page 16: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

yang abnormal. Jika dilihat dari etiologinya, dapat dikelompokan dalam faktor

psikis (sesak nafas yang berhubungan dengan faktor emosi) dan faktor otot

respirasi yang abnormal. Mahasiswa laki-laki ini sedang sibuk mengumpulkan

tugas akhir dan mempersiapkan diri untuk ujian akhir semester sehingga timbul

depresi atau kecemasan. Pengaruh emosi seperti depresi atau kecemasan dapat

menimbulkan sensasi sesak nafas. Selain itu, mahasiswa yang mengalami batuk-

batuk disertai demam-menggigil, sedang sibuk mengerjakan tugas menyebabkan

tubuh kelelahan (fatigue). Otot-otot lelah ini tidak mampu memenuhi kebutuhan

ventilasi dalam jangka panjang, sehingga menimbulkan sesak nafas.

Mahasiswa tersebut megalami pilek (common cold). Pilek (common cold)

digunakan untuk menunjukkan gejala infeksi saluran nafas atas. Pilek disebabkan

oleh virus. Virus yang sering menyebabkan pilek yaitu rinovirus. Virus tersebut

cepat menular melalui beberapa temannya yang sedang mengalami batuk-pilek.

Hal ini karena mahasiswa laki-laki sedang mengalami penurunan sistem daya

tahan tubuh (sistem imun lemah). Pilek (common cold) dapat sembuh dalam

waktu yang cepat, yaitu 2-3 hari. Tetapi dalam kasus ini, mahasiswa tersebut tidak

sembuh setelah minum obat warung. Jika terjadi infeksi sekunder terhadap pilek,

bisa terjadi rinitis infeksi dan sekret hidung menjadi kental, mukoid berwarna

kunig atau kuning hijau. Sekret hidung ini akibat dari sel-sel darah putih dan sel-

sel debris yang timbul sebagai produk samping peperangan tubuh melawan infeksi

bakteri.

Asap yang dihirup mahasiswa tersebut dapat menyebabkan gangguan pada

silia sehingga menghambat fungsi makrofag alveolar. Makrofag alveolar adalah

sebuah sel di paru-paru yang menelan bakteri dan benda asing dan menghasilkan

enzim untuk melindungi paru-paru. Jika fungsi makrofag ini terganggu maka

partikel asing dapat dengan mudah masuk ke alveoli sehingga sesak napas yang

diderita mahasiswa akan semakin parah. Asap rokok dapat mengaktifkan

makrofag dan epitel secara langsung. Makrofag alveolar yang telah teraktivasi dan

sel epitel melepaskan mediator seperti LTB4 (leucotrine B4), TNFα (tumuor

necrosis factor), dan IL-8 (interleukin-8) yang merangsang neutrofil ke saluran

nafas (paru-paru). Neutrofil dalam saluran nafas ini bertanggung jawab terhadap

kerusakan dinding alveolar. Karena dinding alveoli mengalami kerusakan, area

Page 17: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

permukaan alveolar yang berkontak langsung dengan kapiler paru secara kontinu

berkurang, menyebabkan peningkatan ruang rugi (area di paru-paru yang

pertukaran gas yang dapat terjadi). Area pertukaran gas berkurang, mahasiswa

mengalami sesak nafas yang lebih parah dari sebelumnya.

Page 18: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

4.2. Saran

Sebagai mahasiswa kita dituntut untuk berpikir kritis. Di bangku perkuliahan

pasti banyak tugas yang harus diemban dan dikerjakan. Namun, itu semua tidak

harus mengorbankan kesehatan diri sendiri. Kita harus bisa menjaga kesehatan

diri sendiri dengan baik agar terhindar dari berbagai penyakit.

Berdasarkan pemicu, mahasiswa laki-laki saat itu kehujanan, mengalami

batuk berdahak disertai demam, menggigil dan sesak napas. Dia juga sudah

meminum obat warung. Sebaiknya ketika datang hujan dia berhenti atau berteduh

menunggu hujan reda, memakai payung dan menggunakan jaket supaya tidak

kedinginan. Saat muncul gejala demam, menggigil dan batuk dia bisa meminum

air hangat, jangan langsung membeli obat warung. Selain itu dia juga harus sering

berolahraga agar tubuh tetap fit dan istirahat yang cukup. Bukan karena banyak

tugas dia lupa akan waktu istirahatnya, itu yang menyebabkan tubuh merasa letih

dan lemah sehingga virus atau bakteri mudah masuk ke dalam tubuh.

Kebetulan saat itu teman-temannya juga mengalami batuk pilek. Untuk

menghindari atau waspada agar tidak tertular, bisa menggunakan masker, ketika

batuk menutup dengan sapu tangan atau tisu, makan makanan yang bergizi dan

mengkonsumsi vitamin untuk menjaga daya tahan tubuh.

Page 19: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

DAFTAR PUSTAKA

Pringgoutomo. (2002). Patologi I. Jakarta: Sagung Seto.

Oz,Mehmet & Riozien,Michael.2004.Staying Young.Jakarta : PT.Mizan Publika

Http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21590/4/Chapter%20II.pdf

Martini. (2001). Fundamentals of Anatomy and Physiology, (5th ed). ch 23, pp

814-844. New Jersey: Prentice Hall, Inc.

Potter, P. A dan Perry, A. G. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan:

Konsep, Proses, dan Praktik, (Edisi 4). Jakarta: EGC.

Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. (2006). Patofisiologi: Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit, (edisi 6). bab 37, hlm 773-774. Jakarta: EGC.

Syaifuddin. (2009). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. bab

3, hlm 148. Jakarta: Salemba Medika.

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21445/4/Chapter%20II.pdf

diakses pada Kamis, 6 September 2012 pukul 14.08 WIB

Heru S.MSc., dr. Adi. (1993). Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit

Buku Kedokteran EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. (2008). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta:

Salemba Medika.

Widjaja, dr. M.C. (2003). Kesehatan Anak: Mencegah dan Mengatasi Demam

pada Balita. Jakarta: Kawan Pustaka.

Alsagaff, Hood; Amin, Muhammad; Saleh, WBM Taib. (1989). Pengantar Ilmu

Penyakit Paru. Surabaya: Airlangga University Press.

Djojodibroto, Darmanto. (2007). Respirologi (Respiratory Medicine). Jakarta:

EGC

Ganong, W.F. (2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 22.

Jakarta: EGC.

Martini. (2001). Fundamentals of anatomy and physiology, (5th

ed). New Jersy: Prentice-Hall, Inc.

Page 20: Makalah keperawatan dewasa 3 ispa

Price, Sylvia Anderson & Wilson, Lorraine McCarty. (2003). Patofisiologi:

konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi 6. Jakarta: EGC.