makalah denny pedo.docx
TRANSCRIPT
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
PENYEBAB KARIES TERSEMBUNYI DAN
PERAWATANNYA PADA GIGI SULUNG
(HIDDEN CARIES CAUSES AND TREATMENT
IN PRIMARY TEEH)
Denny Andrian
110600034
Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi,Universitas Sumatera Utara
Jalan Alumni No.2 Kampus USU Medan 20155
Abstract
Caries is a biofilm (plaque)-induced acid demineralization of enamel or dentin, mediated by saliva. Caries that happened at pit and fissure or fossa centralis of primary molar that missed on a visual examination but it can be detected when radiographic examination (bitewing) performed is called ‘hidden caries’. The synonyms for this term are ‘occlusal dentine caries’ and ‘fluoride syndrome’ or ‘fluoride phenomenon’. Hidden caries could be seen radiographically with Bitewing method. Clinically, direct restoration has choosen as the treatment of hidden caries. The materials are alloy silver amalgam, Resin Modified Glass Ionomer Cement or Glass Ionomer. Glass Ionomer was the choosen material can be used for this case. It proved with the characteristic of Glass Ionomer, like the binding with the teeth chemically, and the fluoride that supports the remineralisation.
Key Words : Hidden Caries, Bitewing, Fossa Centralis, GIC
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan gigi anak di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak
orang tua mengira bahwa gigi sulung tidak perlu dirawat, tidak lama ada dalam
mulut dan pada saatnya akan digantikan dengan gigi tetap yang lebih kuat dan
lebih besar. Mereka tidak tahu bahwa cukup banyak akibat yang dapat terjadi bila
gigi sulung tidak dirawat dengan baik.1 Masalah gigi, kebanyakan dalam bentuk
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
karies gigi dan penyakit periodontal merupakan penyakit yang sering terjadi pada
Negara berkembang. Mengenai 60-90% anak sekolah dan orang dewasa (WHO
2003).1,9,12
Karies gigi adalah suatu penyakit dari jaringan kapur (kalsium) gigi,
ditandai dengan kerusakan jaringan gigi, yang dimulai pada permukaan gigi dalam
area predileksinya yaitu pit, fisur, kontak proksimal dan secara progresif
menyerang ke pulpa. Kerusakan gigi termasuk di dalamnya dekalsifikasi dari
bahan-bahan anorganik dan disintegrasi dari bahan-bahan anorganik dari jaringan
gigi. Dekalsifikasi disebabkan oleh asam yang dihasilkan dari reaksi antara bakteri
asidogenik dengan gula (karbohidrat). Karies yang biasanya sering terjadi pada
anak-anak adalah karies rampan dan karies botol. Namun, terdapat karies yang
cukup sering dijumpai dan tidak terdeteksi dengan pemeriksaan visual, karies tipe
ini disebut karies tersembunyi serta diklasifikasikan ke dalam karies yang sudah
mengenai dentin. 3,4,12
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui penyebab
terjadinya karies tersembunyi dan perawtannya pada gigi sulung.
A. Pengertian Karies
Proses terbentuknya karies sering diasumsikan hanya terjadi pada
permukaan enamel bagian luar saja dan penyebabnya adalah bakteri, padahal
terdapat satu hal lagi yang sangat penting ketika berbicara mengenai proses
tersebut. Yaitu pertukaran ion-ion terutama ion kalsium melalui enamel menuju
bagian luar enamel. Secara klinis, pertukaran ion ini tampak sebagai spot putih
pada enamel. Penyebab dari terbentuknya spot putih ini adalah komponen
elektrokemikal dari proses karies. Cairan pada enamel berperan sebagai elektrolit.
Ion kalsium terdapat pada cairan tersebut. Miliporus pada enamel mengandung
elektrolit ini yang dipisahkan oleh kutub positif dan negatif. Katoda yang berperan
dalam proses ini berasal dari luar enamel, sedangkan anoda berada pada enamel di
bagian lebih dalam. Potensial aksi antara dua kutub ini akan mengganggu
keseimbangan metabolisme pada gigi yang akan berujung pada karies. Asam yang
berasal dari luar gigi adalah pemicu dari potensial aksi tersebut yang
menyebabkan keluarnya kalsium dari gigi. Derajat perpindahan ion kalsium
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
bergantung pada pH dari asam yang terpapar pada permukaan enamel, durasi dan
juga frekuensinya. Ketika ion kalsium telah hilang dari enamel gigi, maka
miliporus pada enamel akan membesar dan aliran toksin yang dikeluarkan oleh
mikroorganisme akan mencapai dentin (dentino-enamel junction). Lesi karies
yang bermula pada enamel memiliki progres yang lambat.8,10,13,
Kehilangan dari mineral ini akan jelas terlihat secara mikroskopik namun
tetap dapat terlihat dengan mata berupa lesi spot putih. Kegagalan remineralisasi
gigi akan mengacu pada terbentuknya kavitas pada gigi, sehingga bisa menjadi
ancaman terhadap pulpa. Lebih dari ratusan tahun, Miller menyatakan teori
kemoparasitik sebagai etiologi dari karies (Miller ; 1890). Bakteri pada plak di
gigi menyebabkan metabolisme karbohidrat pada makanan yang akhirnya menjadi
produk bakteri berupa asam sehingg melarutkan mineral pada gigi. Menurut
beberapa pendapat, penyebab karies adalah multifaktorial, spesifik, dan dinamik
serta dipengaruhi juga dengan faktor pelindung seperti saliva, fluor, dan waktu.8,10
Seperti yang sudah dipaparkan di atas bahwa karies disebabkan oleh
beberapa hal (multifaktorial), yaitu :
a. Pembentukan dan Retensi Plak , plak berupa lapisan semi transparan dari
polisakarida yang melekat kuat pada gigi dan mengandung sejumlah
organisme patogenik. Plak bisa berada pada pit dan fisur dan juga pada
permukaan interproksimal tempat gigi berkontak.
b. Peranan dan aktivitas bakteri, Streptococcus adalah bakteri pertama yang
berikatan pada gigi dan menjadi pencetus terbentuknya plak. Bakteri lainnya
akan menginfiltrasi setelah beberapa hari. Beberapa bakteri kariogenik yang
sering dijumpai adalah Streptococcus mutans, Strep. Sobrinus, dan
Lactobacillus.
c. Frekuensi asupan makanan yang mengandung karbohidrat , merupakan salah
satu perilaku pasien yang menjadi faktor dalam peningkatan resiko karies.
Monosakarida dan Polisakarida merupakan gugus karbohidrat yang dapat
dengan mudah difermentasikan.
d. Sumber asam lainnya, yaitu makanan yang mengandung asam kuat ataupun
asam akibat refluks asam lambung yang akan meningkatkan resiko karies.
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
Makanan atau minuman yang mengandung asam kuat seperti soft drink, sport
drink, serta jus buah.
e. Penurunan fungsi protektif saliva, yaitu penurunan laju aliran saliva,
peningkatan kekentalan (viskositas) saliva akan menghambat proses
remineralisasi pada gigi.10
Karies yang berkelanjutan kemudian akan membentuk suatu kavitas.
Kavitas pada gigi dapat berbagai macam bentuk dan tempatnya. Pengklasifikasian
kavitas yang sekarang ini banyak digunakan dalam kedokteran gigi adalah
pengklasifikasian menurut G.V. Black.
B. Pengklasifikasian Kavitas
Kavitas menurut G.V. Black dibagi menjadi :
- Klas I : Kavitas terjadi pada pit dan fisur di dataran oklusal gigi posterior ,
daerah bukal ,lingual atau groove palatinal gigi posterior, lingual atau
palatinal gigi anterior (foramen caecum)
- Klas II : Kavitas pada proksimal gigi posterior , kavitas klas II biasanya
terdapat pada sisi mesial/ distal di bawah titik kontak antargigi, dimana
pada area tersebut kebersihan gigi kurang baik. Menurut Dr. Black, Klas II
dapat terjadi meliputi kedua sisi mesial atau distal ataupun pada satu sisi
saja dari permukaan gigi yang biasanya digunakan istilah MO, DO, atau
MOD (mesio-oklusal, disto-oklusal, mesio-oklusal-distal)
- Klas III : Kavitas pada proksimal gigi anterior (insisivus dan kaninus)
yang belum mengenai bagian insisal. Seperti pada Klas II, kavitas ini
biasanya terjadi di bawah titik kontak antar gigi tetangga, namun
perbedaannya dengan lesi proksimal gigi posterior adalah bentuknya yang
kecil dan sirkular, sedangkan pada gigi posterior lesi proksimal biasa
berbentuk elips.
- Klas IV : Kavitas pada proksimal gigi anterior yang sudah mengenai
bagian insisal. Kavitas ini merupakan perkembangan dari kavitas Klas III.
Karies yang meluas ataupun abrasi dapat membuat keausan pada sudut
insisal.
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
- Klas V : Kavitas pada bagian 1/3 servikal dataran bukal atau labial/ lingual
gigi anterior ataupun posterior. Jenis kavitas ini sering diakibatkan karies,
abrasi ataupun erosi.
C. Karies Tersembunyi
Karies tersembunyi merupakan karies yang secara klinis sulit dilihat
dengan mata telanjang dan hanya dapat dideteksi dengan pemerisaan radiografi.
Diagnosa karies tersembunyi merupakan salah satu tantangan bagi dokter gigi.
Karies tersembunyi ini biasanya terjadi pada bagian pit dan fisur ataupun fosa
sentralis gigi molar satu sulung dengan dikelilingi jaringan yang sehat. Meskipun
kavitas pada umumnya dapat dideteksi dengan mudah, namun apabila masih
banyak terdapat jaringan yang sehat di sekeliling kavitas dengan ukuran kavitas
yang kecil maka akan sulit untuk dideteksi. Pemeriksaan secara visual dapat
dilakukan dengan syarat permukaan gigi harus kering dan dengan pencahayaan
yang cukup. Penggunaan probe bertujuan untuk menyingkirkan plak ataupun
debris. Stain hitam pada gigi bukan parameter utama dalam diagnosa karies, tetapi
hilangnya enamel normal pada pit mengindikasikan adanya demineralisasi.3,4,7,8
Secara radiografi, karies tersembunyi yang biasanya sering terjadi pada
oklusal gigi molar sulung tepatnya pada bagian pit dan fisur ataupun fosa sentralis
dapat dideteksi dengan metode Bitewing. Bitewing merupakan metode yang
sangat baik terutama untuk mendeteksi adanya karies tersembunyi (hidden
caries). Karies tersembunyi dikenal juga dengan istilah Karies Dentin Oklusal
ataupun ‘fluoride syndrome’. Istilah ini pertama kali diperkenalkan oleh Millman
pada tahun 1980-an untuk menjelaskan karies pada oklusal yang luput dari
pemeriksaan visual tetapi dijumpai pada pemeriksaan radiografi ataupun biopsi
fisur.5,7
Karies tersembunyi adalah karies dentin yang berada pada oklusal gigi
molar sulung ataupun permanen yang tidak terdeteksi dengan pemeriksaan secara
visual, tetapi memiliki kavitas yang cukup besar dan ter-demineralisasi sehingga
terdeteksi secara radiografi. Tersembunyinya karies pada bagian oklusal gigi
molar sulung ini tergantung pada penglihatan operator, kebersihan dan keringnya
area yang didiagnosa.6,7
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
Pemeriksaan karies tersembunyi dengan radiografi menggunakan metode
Bitewing. Salah satu indikasi dari metode Bitewing adalah untuk memeriksa lesi
yang tersembunyi secara visual. Metode ini juga membantu untuk mengetahui dan
mengestimasi kedalaman dari lesi karies tersembunyi. Sejauh ini, Bitewing selalu
digunakan untuk mendeteksi adanya karies dentin oklusal. Walaupun demikian,
dalam menggunakan pemeriksaan radiografi ini harus tetap mempertimbangkan
aspek benefit bagi pasien, apakah seimbang dengan pengeksposan sinar yang
diterimanya.3,4
D. Material Glass Ionomer
Glass Ionomer merupakan suatu nama generik untuk material yang
terbentuk akibat reaksi antara bubuk silikat glass dengan asam poliakrilik. Nama
tersebut dicetuskan karena adanya formulasi antara Glass Powder dan Ionomer
yang mengandung asam karboksilat. Secara mendasar, material ini digunakan
untuk restorasi estetik gigi depan dan juga direkomendasikan untuk perawatan
kelas III dan Klas V. Glass Ionomer pertama kali dikembangkan di Inggris oleh
Wilson dan Kent pada tahun 1972. Pada saat itu Glass Ionomer direkomendasikan
untuk restorasi lesi servikal akibat abrasi tetapi Glass Ionomer juga dapat dipakai
sebagai bahan restorasi estetik yang translusen. Beberapa perkembangan dan
penelitian oleh beberapa pabrik membuat Glass Ionomer menjadi material yang
sangat memilik banyak fungsi yang dapat digunakan untuk berbagai variasi dalam
restorasi gigi. Lining dan Basis kavitas menjadi pertimbangan pertama dalam
penggunaan Glass Ionome. Sejak perkembangan yang sangat pesat terhadap Glass
Ionomer, bahan ini menjadi bagian penting dalam armementerium kedokteran
gigi. Glass Ionomer dapat digunakan untuk perawatan konservatif struktur gigi
dan membantu dalam remineralisasi.2,14
Karakteristik pada Glass Ionomer yang sangat signifikan adalah
kemampuannya untuk berikatan secara kimia dengan dentin dan enamel melalui
mekanisme pertukaran ion. Hal ini juga didukung dengan adanya kandungan fluor
di dalamnya. Pelepasan fluor dan ion-ion lainnya dari Glass Ionomer tidak
meningkatkan kelarutan dari matriks enamel ataupun dentin. Sehingga pada
akhirnya akan membantu dalam proses remineralisasi pada enamel dan dentin
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
serta meningkatkan derajat penyembuhan lesi karies. Namun, Glass Ionomer
mempunyai kekurangan berupa sifatnya yang mudah pecah (brittle).2
Beberapa pertimbangan klinik dapat menjadi acuan dokter gigi dalam
melakukan restorasi menggunakan Glass Ionomer. Pertimbangan klinik tersebut
dipengaruhi oleh beberapa faktor dan pembagian Tipe Glass Ionomer, yaitu :
1. Tipe 1 – Luting : Penggunaan Glass Ionomer sebagai luting untuk restorasi
indirek dipengaruhi oleh beberapa alasan misalnya ; kelarutan yang rendah
pada lingkungan oral, adanya pelepasan fluoride secara kontuinitas
2. Tipe 2 – Restorative : Tipe 2 dibagi menjadi dua, yaitu Tipe 2.1 dan Tipe 2.2.
Tipe 2.1 berfungsi sebagai restorasi estetis, sedangkan tipe 2.2 berfungsi
dalam restorasi yang membutuhkan kekuatan yang besar. Adapun Glass
Ionomer yang digunakan untuk perawatan Karies tersembunyi pada fosa
sentralis gigi molar satu sulung adalah Tipe 2.2. Kekuatan fisikal dari Glass
Ionomer Tipe 2.2 tidak bisa dibandingkan dengan amalgam ataupun tambalan
emas baik dari segi tensile strength ataupun compressive strength. Namun
jika dibandingkan dengan Resin kekuatan dari Glass Ionomer Tipe 2.2 jauh
lebih kuat. Penggunaan Glass Ionomer tipe ini juga berlaku bagi ‘core build-
up’.
3. Tipe 3 – Lining dan Basis Semen : perbedaan antara penggunaan Glass
Ionomer untuk lining dan basis terdapat pada rasio/perbandingan powder dan
liquidnya, untuk lining perbandingan powder dan liquid-nya
1,5:1 .Sedangkan untuk basis perbandingannya 3,5:1.2
Indikasi dalam penggunaan Glass Ionomer sebagai bahan restorasi adalah :
- Kavitas Klas V , yaitu pada bagian servikal gigi
- Kavitas kecil pada bagian oklusal dan interproksimal (Klas I, Klas 3)
- Jika mungkin, gunakan Glass Ionomer yang lebih kuat, chemically cured.
- Oleh karena kerapuhan bahan Glass Ionomer, maka material ini seharusnya
tidak digunakan pada restorasi kavitas yang luas yang akan mendapatkan
beban oklusal yang kuat.
Dari indikasi yang dipaparkan di atas, maka perawatan karies tersembunyi gigi
molar satu sulung merupakan salah satu dari indikasi penggunaan Glass Ionomer.2
PEMBAHASAN
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
Dalam pemeriksaan rongga mulut anak tidak jarang dijumpai adanya
karies tersembunyi. Untuk melakukan perawatan pada karies tersembunyi ini
harus menggunakan prinsip minimal intervensi, yaitu hanya membuang dan
mempreparasi sedikit jaringan yang terkena karies tanpa membuang jaringan yang
masih sehat. Untuk anak yang masih berumur di bawah 2 tahun, orang tua diminta
untuk tetap berada di dekat anak selama perawatan, bahkan dianjurkan anak
duduk di pangkuan orangtua di atas dental unit.2,6
Restorasi terhadap kavitas pada gigi yang terdapat karies tersembunyi ini
dapat dilakukan dengan alloy silver amalgam, glass ionomer untuk gigi posterior
ataupun resin-modified glass ionomer cement. Namun, karena prinsip perawatan
pada karies tersembunyi yang termasuk kavitas kecil ini adalah minimal
intervensi, maka penggunaan bahan restorasi amalgam harus dipertimbangkan.
Hal ini dikarenakan restorasi dengan amalgam membutuhkan preparasi yang luas
untuk membentuk suatu retensi mekanikal, dan juga dengan membuat alur outline
form yang menjaga agar restorasi tidak mudah hancur ataupun terlepas, serta
untuk penggunaan bahan restorasi yang dapat menghentikan proses terjadinya
karies perlu menjadi pertimbangan sehingga tidak terjadi kerusakan yang lebih
lanjut. 2,5,6,7,8,14
Dari pemaparan di atas maka bahan restorasi yang cukup baik untuk
dipilih dalam perawatan karies tersembunyi ini adalah Glass Ionomer. Glass
Ionomer mempunyai indikasi untuk perawatan kavitas yang kecil pada permukaan
oklusal. Perlekatan Glass Ionomer terhadap gigi secara kimia menjadi kelebihan
dalam perawatan karies tersembunyi ini yang berprinsip pada minimal intervensi,
sehingga tidak perlu membuat preparasi yang luas dan tidak membuang jaringan
yang masih sehat. Glass Ionomer juga memiliki kandungan fluor yang dapat
mencegah terjadinya kerusakan lebih lanjut akibat karies pada gigi anak.2,6,14
Penggunaan Glass Ionomer dalam perawatan karies tersembunyi pada
bagian pit dan fisur ataupun fosa sentralis molar satu sulung juga mendukung
pengurangan insiden terjadinya karies sekunder oleh karena fluoride-releasing
dari Glass Ionomer. Fluor pada Glass Ionomer akan menggantikan ion kalsium
yang hilang dari enamel ataupun dentin pada gigi. Jadi, perawatan yang dilakukan
dengan Glass Ionomer bukan hanya sekedar sealant ataupun bahan tambalan,
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
tetapi juga bahan yang merangsang terjadinya remineralisasi pada gigi. Dan juga
dalam mempertimbangkan usia dari anak, prosedur restorasi dari Glass Ionomer
tidak memakan waktu yang lama sehingga tidak membuat anak bosan.2,6,8
Adapun metode / prosedur dalam restorasi menggunakan Glass Ionomer
pada kavitas Klas I tersembunyi fosa sentralis gigi molar satu sulung adalah :
1. Pemakaian anastesi lokal tidak selalu diperlukan , namun pengisolasian
menggunakan rubber dam harus menjadi prosedur pertama yang dilakukan.
Terdapat dua metode pengisolasian dengan rubber dam, yang pertama dengan
teknik tradisional, yang kedua dengan teknik split dam.
2. Outline Form pada kavitas tidak harus diperluas seperti pada Klas I biasa.
Tidak ada perluasan kavitas yang bertujuan untuk pencegahan terlepasnya
bahan restorasi, bahkan oklusal dovetail juga tidak diperlukan.
3. Pengeburan dimulai dengan bur bulat yang sangat kecil (ukuran ½) .
Pembuangan semua karies dengan menggunakan bur bulat berkecepatan
lambat. Pengeburan dilakukan dengan hati-hati karena kamar pulpa yang besar
pada gigi desidui serta tanduk pulpa yang lebih dekat ke arah koronal.
4. Mengoleskan dentin conditioner 10% asam poliakrilat selama 10 detik.
Setelah itu kavitas disiram dengan air menggunakan spuit dan keringkan
dengan kapas agar tidak terlalu kering.
5. Pencampuran powder dan liquid Glass Ionomer dilakukan di atas glass plate
menggunakan spatula semen dengan gerakan sirkular. Jika menggunakan
Glass Ionomer berkapsul, maka sebelum pencampuran di amalgamator, kapsul
dikompres selama 3 detik agar nanti terbentuk campuran yang adekuat.
6. Jika sudah dicampurkan dan terbentuk seperti pasta, Glass Ionomer diletakkan
di kavitas. Kemudian dikondensasikan menggunakan ball burnisher sampai
seluruh kavitas karies tersembunyi tertutupi oleh bahan restorasi.
7. Kavitas yang sudah direstorasi dengan Glass Ionomer harus dioleskan surface
protector seperti cocoa butter agar tidak langsung berkontak dengan saliva
yang ada pada rongga mulut.
8. Oklusi setelah restorasi harus di cek kembali agar tidak ada terjadi gangguan
oklusi pada anak.
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
Dengan mengikuti prosedur restorasi di atas, maka perawatan Karies
tersembunyi menggunakan Glass Ionomer dapat menjadi perawatan yang
adekuat.2,6,14
KESIMPULAN
Karies tersembunyi pada umumnya terjadi pada bagian pit dan fisur
ataupun fosa sentralis gigi molar. Prinsip perawatan pada karies tersembunyi ini
hampir sama dengan perawatan Klas I pada umumnya. Hanya saja perawatan
yang dilakukan harus berupa intervensi minimal. Selain itu dokter gigi juga harus
mempertimbangkan waktu perawatan agar tidak terlalu lama mengingat
psikologis anak sesuai usianya. Jenis restorasi yang dilakukan dalam perawatan
kasus karies tersembunyi adalah restorasi direk. Adapun bahan restorasi yang
digunakan dapat berupa alloy silver amalgam, Glass Ionomer, ataupun resin
modified glass ionomer cement. Penggunaan Glass Ionomer menjadi pilihan yang
sangat baik, hal ini dikarenakan preparasi kavitas tidak perlu diperluas untuk
membuat resistensi dan retensi. Perlekatan Glass Ionomer terhadap gigi, fluor
yang terkandung didalamnya menjadi kelebihan perawatan karies tersembunyi
pada molar satu sulung menggunakan material ini. Glass Ionomer pada akhirnya
bukan saja berperan sebagai bahan restorasi untuk perawatan karies tersembunyi
di fosa sentralis gigi molar satu sulung ini, tetapi juga sebagai pendukung
terjadinya remineralisasi gigi.
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeparmin S, Nugraha PY, Ni Kadek Widia Arisanti. Peningkatan
kesehatan gigi dan mulut pada anak melalui dental health educaton.
Interdental (Kedokteran Gigi J) 2007;Vol.5:12.
2. Anusavice KJ. Phillip’s science of Dental Materials. 11th. Missouri :
Elsevier, 2003: 471-8
3. Braga MM, Mendes FM, Ekstrand KR. Detection Activity Assesment and
Diagnosis of Dental Caries Lesions. University of Sao Paulo. 2010;480-6.
4. Newman B, Seow WK, Kazoulis S. Clinical detection of caries in the
primary dentition with and without bitewing radiography. Australian Dental
J. 2009; 54(8): 23-30
5. Hassal DC, Mellor AC. The Sealants Restoration : Indications, success and
Clinical Technique. British Dent J. 2001;191(7):358-617.
6. Kervanto S. Arresting Occlusal Caries Lesion with Pit and Fissure Sealants.
Academic Dissertasion. University of Helsinki. 2009.15-23
7. McComb D, Tam LE. Diagnosis of Occlusal Caries : Part I Conventional
Methods. J Can Dent Assoc. 2001; 67(8): 454-7
8. Barnes CM. Dental hygiene participation in managing incipient and hidden
caries. University of Nebraska. 2005;795-8
9. Herwanda, Bahar A. The impact of oral health problem on school children.
Bachtiar B. Dental breakthrough in 21st century, 2009:226
10. Andayani R, Djaiz A. Fibronektin sebagai factor adhesi streptococcus mulut
pada biofilm. Cakradonya Dent J. 2009;2(1):8-10
Andrian : Penyebab karies tersembunyi dan perawatannya pada gigi sulung
11. Andriany P, Joelimar FA, Djoharnas H. Perbedaan pola kurva keparahan
karies gigi susu dan gigi tetap serta factor yang berperan, pada anak dengan
status gizi kurang dan gizi baik. Kedokteran Gigi J 2007;Vol.15:247.
12. Andriany P, Joelimar FA, Djoharnas H. Risiko karies gigi susu dan gigi
tetap pada anak dengan status gizi baik dan gizi kurang. Cakradonya Dent J.
2009:2(1):13-14
13. Peters R. Risk factors in the nursing caries syndrome. Dental Association of
South Africa J. 1994:6(6):10
14. Mathewson RJ, Primosch RE. Fundamentals of pediatric dentistry. 3rd.
USA:Missouri, 1995:206-15