laporan anfis 2 denny

23
BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Senyawa kimia baik berupa nutrien atau senyawa obat harus memlalui berjuta-juta membran agar dapat masuk dan keluar sel. Senyawa obat harus mencapai reseptornya agar dapat menimbulkan aktivitas farmakologik atau mencapai mikroba yang terdapat dalam jaringan sel tubuh manusia. Senyawa kimia tersebut dapat berbentuk anorganik bermuatan positif seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium atau yang bermuatan negatif seperti klorida, bikarbonat fosfat, sulfat. Bentuk senyawa organik misalnya glukosa, asam amino, lemak seperti kolesterol fosfolipid dan lemak netral. Obat pada umumnya adalah senyawa organik bersifat asam lemah atau basa lemah, dan beberapa anorganik misalnya natrium klorida, kalium klorida dalam bentuk infus. Membran terdiri dari lipid yang berpusat ditengah dilapisi protein diluarnya dan mukopolisakarida paling luar. Bagian luar bersifat hidrofil (suka air) dan lipofob (tidak suka minyak). Bagian dalam lipofil (suka minyak) dan hidrofob (tidak suka air). Asam organik lemah atau basa organik lemah dalam medium air akan berdisosiasi menjadi bagian molekul dan bagian ion. Bagian molekul akan larut dalam lipid dan bagian ion larut air. Besarnya perbandingan bagian molekul dan ion

Upload: denny-deny

Post on 05-Aug-2015

174 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan ANFIS 2 Denny

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Senyawa kimia baik berupa nutrien atau senyawa obat harus

memlalui berjuta-juta membran agar dapat masuk dan keluar sel.

Senyawa obat harus mencapai reseptornya agar dapat menimbulkan

aktivitas farmakologik atau mencapai mikroba yang terdapat dalam

jaringan sel tubuh manusia. Senyawa kimia tersebut dapat berbentuk

anorganik bermuatan positif seperti kalium, natrium, magnesium, kalsium

atau yang bermuatan negatif seperti klorida, bikarbonat fosfat, sulfat.

Bentuk senyawa organik misalnya glukosa, asam amino, lemak seperti

kolesterol fosfolipid dan lemak netral. Obat pada umumnya adalah

senyawa organik bersifat asam lemah atau basa lemah, dan beberapa

anorganik misalnya natrium klorida, kalium klorida dalam bentuk infus.

Membran terdiri dari lipid yang berpusat ditengah dilapisi protein

diluarnya dan mukopolisakarida paling luar. Bagian luar bersifat hidrofil

(suka air) dan lipofob (tidak suka minyak). Bagian dalam lipofil (suka

minyak) dan hidrofob (tidak suka air). Asam organik lemah atau basa

organik lemah dalam medium air akan berdisosiasi menjadi bagian

molekul dan bagian ion. Bagian molekul akan larut dalam lipid dan bagian

ion larut air. Besarnya perbandingan bagian molekul dan ion tergantung

dari pKa senyawa tersebut dan pH tempat senyawa obat tersebut larut.

Senyawa organik atau senyawa obat asam lemah, pada umumnya pKa

rendah. Dalam lingkungan pH rendah (lambung pH 1 - 3) lebih banyak

dalam bentuk molekul (bentuk utuk, bentuk tak terdisosiasi), sedangkan

dalam lingkungan pH tinggi (usus halus pH 6,3 – 7,6), lebih banyak dalam

bentuk ion daripada bentuk molekul.

Dalam bidang farmasi sistem transport digunakan untuk

mengetahui apakah dalam suatu obat dapat masuk dan langsung memiliki

efek terapi atau efek menyembuhkan, maka sistem transport sangat

banyak mengambil peran dalam membantu efek suatu obat tersebut.

Page 2: Laporan ANFIS 2 Denny

I.2 Maksud Dan Tujuan PercobaanI.2.1 Maksud Percobaan

Untuk mengetahui cara pengukuran kadar glukosa mencit

(Mus musculus) dengan menggunakan spektrofotometer.

I.2.2 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui cara pembiusan pada mencit (Mus musculus)

2. Untuk mengetahui cara pengukuran kadar glukosa dalam usus

mencit (Mus musculus) dengan menggunakan spektrofotometer.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya efek penurunan kadar glukosa

dengan menggunankan infus daun paliasa

I.3 Prinsip Percobaan

Kadar glukosa usus mencit dengan pemberian larutan glukosa

dan infus daun paliasa pada mencit (Mus musculus) kemudian

mengukur dengan spektrofotometer.

Page 3: Laporan ANFIS 2 Denny

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Teori Umum

Mekanisme transport melalui membran dalam farmakologi disebut

mekanisme absorpsoi obat. Absorpsi adalah berpindahnya molekul

obat dari tempat absorpsi menuju ke sirkulasi darah (sirkulasi

sistemik). Dalam fisiologi transport membran hanya dibedakan

transport pasif (difusi pasif), transport aktif dan pinositosis (1).

Transport pasif atau difusi pasif disebut juga difusi sederhana.

Senyawa yang larut lipid dapat melewati membran berdasarkan

perbedaan konsentrasi ( gradien konsentrasi ) senyawa di sebelah

luar dan di dalam membran. Senyawa ini bagaikan mengalir begitu

saja. Transpor pasif ini terutama sangat dipengaruhi oleh kelarutan

senyawa dalam lipid, pKa zat, pH lingkungan absorpsi, konsentrasi zat

di sebelah luar dan sebelah dalam membran. Sedangkan transport

aktif untuk senyawa yang tidak mudah atau kurang larut dalam lipid

membran, agar dapat melewati membran harus ditambah atau

direaksikan dengan senyawa tertentu agar larut lipid membran,

sehingga mudah melewati membran. Senyawa ini disebut carrier, atau

karier yang artinya zat pembawa. Setelah senyawa menempel di

bagian luar membran maka seolah-olah carrier tersebut

menjemputnya, kemudian mengikat atau bereaksi menjadi senyawa

tertentu (kompleks) yang mudah larut lipid membran lalu

membawanya ke seberang tepi membran, dan dilepaskan (1).

Sifat transport aktif ialah dapat melawan gradien konsentrasi

karena ada energi dari ATP maupun melawan potensial kimia, dapat

jenuh karena jumlah karier terbatas, dapat keracunan karena karier

yang telah berikatan dengan senyawa seperti CN, F iodin asetat tidak

dapat bekerja lagi, inhibisi kompetitif, maksudnya senyawa yang lebih

mudah bereaksi/berikatan dengan karier dapat menghambat

reaksi/ikatan senyawa yang akan dtransport dan spesifik, artinya

Page 4: Laporan ANFIS 2 Denny

karier hanya dapat bereaksi/berikatan dengan senyawa tertentu juga

(1).

Transport khusus senyawa yang sukar larut air, tetapi mudah larut

dalam minyak seperti vitamin A, D, E dan K. Membran sel mampu

melakukan inhibisi yaitu meminum sejumlah kecil zat sari cairan ekstra

sel dengan proses yang disebut pinositosis. Mekanismenya sama

dengan fagositosis tetapi perbedaannya fagositosis ialah fagositosis

dapat memakan partikel lebih besar seperti bakteri. Mekanisme

fagositosis adalah pergerakan sel amuboid (1).

II.2 Uraian Hewan Coba

II.2.1 Karakteristik Hewan Coba (2)

Sebelum menggunakan hewan coba terlebih dahulu kita

harus mengenal karakteristik dari hewan coba yang digunakan,

adapun karakteristik dari mencit, sebagai berikut (2) :

Masa pubertas : 4 – 5 hari (poliestrus)

Masa beranak : 7 – 18 bulan

Masa hamil : 19 – 21 hari

Jumlah sekali lahir : 10 – 12 ekor

Masa hidup : 1,5 – 3,0 tahun

Masa tumbuh : 50 hari

Masa menyusui : 21 hari

Frekuensi kelahiran : 6 – 10 kali kelahiran

Suhu tubuh : 36,5 -38,0 0 C

Laju respirasi : 94 - 163 /menit

Tekanan darah : 113-147/81-106 mm Hg

Volume darah : 76 – 80 mg/kg

Luas permukaan tubuh : 20 g : 36 cm

II.2.2 Klasifikasi Hewan Coba (3)

Genus dan jenis Mencit laboratorium adalah Mus Musculus dan

termasuk dalam ordo Rodentia. Jenis ini banyak dijinakkan dan

diternakkan selama bergenerasi dan mudah ditangani hewan ini

Page 5: Laporan ANFIS 2 Denny

memiliki pendengaran yang sangat tajam dan penciuman yang

cukup baik, tetapi penglihatannya lemah. Adapun klasifikasinya

adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Fillium : Chordata

Kelas : Mamalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Upafamili : Murinae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

II.3 Uraian Bahan

a. Eter (4)

- Sinonim : etoksietana

- Eter anestesi adalah eter yang dimurnikan, mengandung

stabilisator yang cocok tidak lebih dari 0,002% b/v.

- Pemerian : cairan transparan, tidak berwarna, bau khas, rasa

manis dan membakar. Sangat mudah menguap, sangat mudah

terbakar, campuran uapnya dengan oksigen, udara atau

dinitrogenoksida pada kadar tertentu dapat meledak.

- Kelarutan : larut dalam 10 bagian air, dapat bercampur dengan

etanol (95%) P, dengan kloroform P, dengan minyak lemak dan

dengan minyak atsiri.

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat, terlindung dari

cahaya, di tempat yang sejuk.

- Khasiat : anestesi umum.

b. Glukosa (4)

- Sinonim : glucosum

- Glukosa mengandung tidak kurang dari 99,0% dan tidak lebih

dari 101,5% C6H12O6 dihitung terhadap zat yang telah

dikeringkan.

Page 6: Laporan ANFIS 2 Denny

- Pemerian : hablur tidak berwarna, serbuk hablur atau butiran

putih, tidak berbau, rasa manis.

- Kelarutan : mudah larut dalam air, sangat mudah larut dalam air

mendidih, agak sukar larut dalam etanol (95%) P mendidih,

sukar larut dalam etanol (95%) P.

- Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

- Khasiat : kalorigenikum.

c. Aquadest (aqua destillata) (4)

- Sinonim : air suling

- Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak

mempunyai rasa.

- Pemyimpanan : dalam wadah tertutup baik.

- Khasiat : pelarut.

d. Larutan ringer (4)

- Sinonim : natrii chloridi infundibilium compositum

- Larutan ringer mengadung Natrium klorida, NaCl tidak kurang

dari 0,82% b/v dan tidak lebih dari 0,90% b/v ; kalium klorida, KCl

tidak kurang dari 0,028% b/v dan tidak lebih dari 0,0315% b/v ;

kalsium klorida, CaCl2.2H2O tidak kurang dari 0,030% b/v dan

tidak lebih dari 0,036% b/v; klorida, Cl tidak kurang dari 0,523%

b/v tidak lebih dari 0,58% b/v. Tidak mengandung bakterisida.

- Pemerian : larutan jernih, tidak berwarna, rasa agak asin.

- Penyimpanan : dalam wadah dosis tunggal. Pada penyimpanan

mungkin terpisah butir kecil yang berasal dari wadah kaca ,

larutan demikian tidak bisa digunakan.

- Khasiat : infus intravenous.

II.4 Uraian tumbuhan (6)

Daun Paliasa secara tradisional sudah dikenal berkhasiat

sebagai obat. Daun yang nama Latinnya itu Sterculiaceae tersebut

konon dapat mengobat penyakit kuning (hepatitis). Daun Paliasa

kini sudah berbentuk kapsul, dengan beberapa varian produk yang

Page 7: Laporan ANFIS 2 Denny

bersumber dari ekstrak paliasa, misalnya the paliasa, dan susu

kambing ekstrak paliasa. Adapun klasifikasi daun paliasa adalah

sebagai berikut :

1. Klasifikasi Tanaman Paliasa (Kleinhovia hospita L)

Regnum          : Plantarum

Divisio              : Spermatophyta

Subdevisio      : Dyanyoethales

Class                : Dycotyledonae

Ordo                 : Stercolliales

Family              : Stercolliceae

Genus              : Klein

Spesies            : Kleinhovia hospita L

2.    Morfologi Daun Paliasa

Pohon tinggi, tumbuh tegak mencapai kurang lebih 4-12 meter,

banyak cabang, batang bulat, berkayu dan bertangkai, dan agak

bulat, terdapat rambut halus di permukaan daun, ujung meruncing,

pangkal berbentuk mirip jantung, pertulangan daun menyirip.

3. Kegunaan

Obat penyakit lever, mengobati radang hati, dan sebagai obat

diabetes.

4.    Kandungan

Kandungan kimia yang terdapat pada tanaman ini adalah

mengandung ekstrak etanol dengan dosis 250, 500, 750, dan 1000

mg/kgbb.

Page 8: Laporan ANFIS 2 Denny

BAB III

METODE KERJA

III.1 Alat Dan Bahan

III.1.1 Alat yang digunakan

Adapun alat yang digunakan adalah : Aerometer, benang

tebal, gelas kimia, gunting, mangkok, panci infus, papan bedah,

pinset, pisau bedah, spektrofotometer, spoit 1 ml, dan toples.

III.1.2 Bahan yang digunakan

Bahan yang digunakan adalah : aquadest, infus daun

paliasa, kapas, larutan glukosa, larutan ringer.

III.2 Cara Kerja

III.2.1 Penyiapan Hewan Coba

1. Alat dan bahan yang akan digunakan disiapkan.

2. Mencit diambil, diletakkan diatas rang-rang dengan cara

memegang ekornya.

3. Mencit dibiarkan mencengkram permukaan kasar (rang-rang)

sambil menarik ekornya dan mengelus-elus kepalanya agar

tenang.

4. Punggung mencit dijepit didekat leher mencit dengan baik dan

ekornya dililitkan pada jari kelingking

5. Mencit siap diberi perlakuan

III.2.2 Penyiapan Bahan

a. Membuat larutan baku Glukkosa sebanyak 25 mg dalam

250 ml air. Konsentrasi larutan tersebut adalah 100 ppm

b. Pembuatan larutan infus daun paliasa

Daun paliasa yang sudah di cuci bersih digunting kecil-kecil,

kemudian dibuat infus dengan dimasukkan di dalam panci

infus dan ditambahkan aquadest dengan suhu 90°C selama

15 menit.

Page 9: Laporan ANFIS 2 Denny

III.2.3 Perlakuan Hewan Coba

1. Mencit dibius dengan eter. Caranya mencit dimasukkan

dalam wadah toples plastik kecil, kemudian dimasukkan

kapas yang dibasahi dengan eter lalu toples ditutup,

ditunggu sampai mencit tidak sadar.

2. Mencit yang sudah terbius diikat keempat kakinya dengan

benang tebal, kemudian diikat pada papan bedah.

3. Mencit dibedah bagian perutnya, kemudian diangkat usunya,

dipotong ileumnya kira-kira 5 cm dari ujung, kemudian dicuci

dengan larutan Ringer.

4. Ileum diisi dengan larutan glukosa, setelah diikat rapat

kemudian dimasukkan ke dalam gelas piala yang sudah

berisi larutan Ringer 36 - 37°C. Setelah itu kadar glukosa

yang terdapat dalam larutan Ringer, diukur dalam waktu 5,

10, dan 15 menit.

5. Perlakuan yang sama untuk usus yang kedua, namun

kantong ileum diisi dengan larutan glukosa dan larutan infus

daun paliasa, kemudian ditetapkan kadar glukosa dalam

larutan Ringer.

Page 10: Laporan ANFIS 2 Denny

BAB IV

HASIL PENGAMATAN

IV. 1 Tabel Pengamatan

No. Nama ObatKadar glukosa dalam larutan ringer

5 menit 10 menit 15 menit

1. Larutan Glukosa 0,30 0,28 0,25

2.Larutan Glukosa +

infus daun paliasa0,20 0,10 0,05

Panjang Usus Mencit saat pembedahan adalah 12,4 cm

Page 11: Laporan ANFIS 2 Denny

BAB V

PEMBAHASAN

Mekanisme transport melalui membran dalam farmakologi disebut

mekanisme absorpsi obat. Absorpsi adalah berpindahnya molekul obat

dari tempat absorpsi menuju ke sirkulasi darah (sirkulasi sitemik).

Mekanisme transport berguna untuk mentransport obat ke tempat yang

tepat di dalam tubuh, zat aktif diolah menjadi suatu bentuk khusus.

Transport obat dimana molekul zat kimia dapat melintasi membran

semipermeabel berdasarkan adanya perbedaan konsentrasi, antara lain

melintasi dinding pembuluh ke ruang antarjaringan (interstitium). Dalam

fisiologi transport membran hanya dibedakan transport pasif (difusi pasif),

transport aktif dan pinositosis.

Transport pasif sangat dipengaruhi oleh kelarutan senyawa dalam

lipid, pKa zat, pH lingkungan absorpsi, konsentrasi zat di sebelah luar dan

sebelah dalam membran. Transport pasif tidak menggunakan energi.

Yang dapat terjadi menurut dua cara, yakni : filtrasi melalui pori-pori kecil

dari membran, misalnya dinding kapiler. Yang difiltrasi adalah air dan zat-

zat hidrofil yang molekulnya lebih kecil daripada pori, seperti alkohol dan

urea (BM < 200), dan difusi, zat melarut dalam lapisan lemak dari

membran sel. Dengan sendirinya zat lipofil lebih lancar penerusannya

daripada zat hidrofil yang tak dapat larut dalam lemak seperti ion organik.

Pengecualian adalah ion natrium dan ion klorida, yang sangat mudah

melintasi membran. Difusi merupakan cara transpor yang paling lazim.

Transport aktif memerlukan energi. Pengangkutan dilakukan

dengan mengikat zat hidrofil (makromolekul atau ion) pada suatu protein

pengangkut spesifk yang umumnya berada di membran sel (carrier).

Setelah membran dilintasi, obat dibebaskan kembali. Kebanyakan zat

alamiah diresorpsi dengan proses aktif ini, misalnya glukosa, asam amino,

asam lemak dan zat gizi lainnya. Begitu pula obat-obat seperti garam besi

dan empedu, metildopa, vitamin B1, B2, dan B12. Berbeda dengan difusi,

Page 12: Laporan ANFIS 2 Denny

cepatnya penerusan pada transpor aktif tidak tergantung dari konsentrasi

obat.

Proses pinositosis dimana membran sel mampu melakukan inhibisi

yaitu meminum sejumlah kecil zat sari cairan ekstra sel. Sedangkan

fagositosis dapat memakan partikel lebih besar seperti bakteri.

Mekanisme fagositosis adalah pergerakan sel amuboid.

Tidak semua karbohidrat dapat melewati membran sel dengan

mudah. Glukosa agar dapat melewati membran harus direaksikan/diikat

dengan protein tertentu agar larut lipid dan dapat melewati membran.

Tanpa karier, glukosa tidak dapat melewati membran, demikian pula

karbohidrat dan seperti galaktosa, fruktosa, manosa, xylosa, arabinosa

dan sorbosa. Disakarida seperti sakarosa, laktosa dan maltosa tidak

menggunakan transport aktif, dia akan pecah dulu menjadi glukosa oleh

enzim pencernaan. Syarat transport aktif monosakarida ini ialah harus ada

gugus OH pada atom C nomor dua, cincin piranosa, gugus metil. Fruktosa

diabsorpsi lebih lambat dari glukosa dan galaktosa. Karier untuk glukosa

ini tidak bisa digunakan oleh karbohidrat lain. Glukosa tidak dapat

ditransport melalui pori karena diameternya relatif besar untuk melewati

pori tersebut.

  Adapun yang dilakukan pada percobaan ini yaitu untuk mengetahui

apakah infus daun paliasa (Kleinhovia hospita L)dapat menghambat

transport aktif glukosa dengan menggunakan mencit (Mus musculus) yang

dibius dengan eter lalu dibedah bagian perutnya kemudian diangkat usus

halusnya (ileum) dan dipotong kurang lebih 5 – 10 cm kemudian dicuci

dengan RL agar mencegah tumbuhnya bakteri dan mencegah agar usus

halus tidak mengembang dan mengerut. Setelah dicuci, ujung yang satu

diikat dengan benang kemudian diisi dengan glukosa ± 1 ml kemudian

diikat ujung yang lain. Lalu dimasukka ke dalam gelas kimia yang berisi

RL dengan suhu 37ºC. Diambil larutan tersebut sebanyak 3 cc pada

interval waktu 5’, 10’, dan 15’.

Page 13: Laporan ANFIS 2 Denny

Pada perlakuan yang kedua, ileum diisi dengan glukosa dan infus

daun paliasa (Kleinhovia hospital L) untuk mengetahui apakah sampel

tersebut dapat menghambat transport aktif glukosa atau tidak.Kemudian

dimasukkan ke dalam gelas kimia yang sudah berisi larutan RL dan diukur

suhunya sampai 37º C pada menit ke 5, 10, dan 15.

Dari hasil pengamatan dapat dilihat terjadi penurunan kadar

glukosa dari menit ke-5, 10 dan 15. Penurunan yang sangat baik terjadi

pada larutan infus daun paliasa. Kadar glukosa pada menit ke-15 yaitu

0,05 yang mana pada menit ke-5 masih 0,20. Kadar glukosa tanpa infus

daun paliasa pada menit ke-5 adalah 0,30 dan pada menit ke-15 0,25.

Dengan demikian infus daun paliasa memiliki daya untuk menurunkan

kadar glukosa pada mencit (Mus musculus) yang dilihat dan dihitung

dengan menggunakan alat sperktrofotometer.

Page 14: Laporan ANFIS 2 Denny

BAB VI

PENUTUP

VI.1 Kesimpulan

Dari hasil pengamatan dapat disimpulkan bahwa infus daun

paliasa memiliki daya untuk menurunkan kadar glukosa mencit (Mus

musculus).

VI.2 Saran

a. Agar sarana dan prasarana dilengkapi agar proses praktikum dapat

berjalan sebagaimana mestinya dan tidak ada yang tertunda.

b. Diharapkan bimbingan para asisten.

Page 15: Laporan ANFIS 2 Denny

DAFTAR REFERENSI

1. Tim penyusun. Penuntun praktikum anatomi dan fisiologi manusia. Makassar :Laboratorium farmakologi. 2012

2. S.Malole.M.B.M,. Penggunaan Hewan – Hewan Percobaan di Laboratorium, Jakarta : Institut Pertanian Bogor, 1989

3. Amori.G, kalsifikasi mencit, http://wapedia.mobi/id/klasifikasimencit. Diakses.30/4/2010

4. Dirjen POM. Farmakope Indonesia Edisi III. Dep.Kes. RI. Jakarta.1979

5. Drs.Tan Hoan Tjay, dkk. Obat-obat penting edisi keenam. Jakarta : Elex media komputindo, gramedia. 2007.

6. Dhewisari. Penghambat transfor aktif glukosa http://dhewysari-duniaku-inspirasiku.blogspot.com/2012/01/penghambat-transfor-aktif-glukosa.html. diakses tanggal 03/04/2012.

Page 16: Laporan ANFIS 2 Denny

LAMPIRAN

Larutan 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, 60 ppm, 80ppm dan 100 ppm dari

larutan baku 100 ppm.

V1.N1=V2.N2

a. 0 ppm

V1.N1=V2.N2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 0 ppm

V1 = 0 ml

b. 20 ppm

V1.N1=V2.N2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 20 ppm

V1 = 1000100

= 10 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml

c. 40 ppm

V1.N1=V2.N2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 40 ppm

V1 = 2000100

= 20 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml

d. 60 ppm

V1.N1=V2.N2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 60 ppm

V1 = 3000100

= 30 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml

e. 80 ppm

V1.N1=V2.N2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 80 ppm

V1 = 4000100

= 40 ml, ad dengan aquadest sampai 50 ml.

f. 100 ppm

V1.N1=V2.N2

V1 . 100 ppm = 50 ml . 100 ppm

Page 17: Laporan ANFIS 2 Denny

V1 = 5000100

= 50 ml