case desca, depresi sedang, dr. denny

30
SMF/lab Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus Fakultas Kedokteran Umum Universitas Mulawarman DEPRESI SEDANG Disusun Oleh: Desca Noermiyantie NIM. 03.37482.00138.09 Pembimbing: dr. Denny Jeffry Rotinusulu, Sp. KJ 0

Upload: yuji-aditya

Post on 21-Jul-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

tugas ilmu kesehatan jiwa terbaru tentang tatalaksana pada pasien depresi

TRANSCRIPT

SMF/lab Ilmu Kedokteran Jiwa Laporan Kasus

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

DEPRESI SEDANG

Disusun Oleh:

Desca Noermiyantie

NIM. 03.37482.00138.09

Pembimbing:

dr. Denny Jeffry Rotinusulu, Sp. KJ

Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik

SMF/lab Ilmu Kedokteran Jiwa

Fakultas Kedokteran Umum

Universitas Mulawarman

2010

0

LAPORAN KASUS

Dipresentasikan pada kegiatan Kepanitraan Klinik Madya Laboratorium

Kedokteran Jiwa.

Pasien datang ke poli Rumah Sakit pada tanggal Rabu, 27 Oktober 2010

pukul 09.30 WITA. Anamnesa dan Pemeriksaan dilakukan pada hari Rabu, 27

Oktober 2010 pukul 09.30 WITA di poliklinik RSKD Atma Husada Mahakam

Samarinda, sumber autoanamnesis dan heteroanamnesis (keluarga pasien). Pasien

datang berobat ke Poli RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh

keluarganya.

IDENTITAS PASIEN

Nama : Tn. H

Umur : 39 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Status perkawinan : Menikah

Pendidikan : SMU

Pekerjaan : Pegawai honor kelurahan

Suku : Banjar

Alamat :Jl. P. Suryanata RT. 17 Kelurahan Bukit Pinang Samarinda

STATUS PRAESENS

a. Status Internus

Keadaan umum : cukup baik

Kesadaran : Compos mentis

Tanda vital :

Tekanan darah : 130/90 mmHg

Frekuensi nadi : 90 x/ menit, reguler kuat angkat

Frekuensi nafas : 22 x/menit

Suhu : 36,5 0 C

1

Sistem kardiovaskular : Tidak didapatkan kelainan

Sistem respiratorik : Tidak didapatkan kelainan

Sistem gastrointestinal : Tidak didapatkan kelainan

Sistem urogenital : Tidak didapatkan kelainan

Kelainan khusus : Tidak didapatkan kelainan

b. Status Neurologikus

Panca indera : Tidak didapatkan kelainan

Tanda meningeal : Tidak didapatkan kelainan

Tekanan intrakranial : Tidak dilakukan pemeriksaan

Mata :

Gerakan : normal

Pupil : isokor, midriasis (-)

Diplopia : Tidak didapatkan kelainan

Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan

c. Status Psikiatrikus

ANAMNESIS

Autoanamnesis dan Alloanamnesis diberikan oleh sepupu pasien.

Sebab utama pasien datang ke Poli RSKD Atma Husada Mahakam

adalah: mudah cemas.

Riwayat perjalanan penyakit sekarang

Alloanamnesa :

Alloanamnesa dilakukan dengan sepupu pasien yang tinggal serumah. Sepupu

pasien tersebut mengatakan bahwa orang sakit lebih pendiam dari biasanya

selama 2 bulan terakhir. Pasien selalu minta ditemanin jika mau kemana-mana.

Baik di dalam atau di luar rumah. Bahkan pasien minta ditemanin saat mau ke

kamar mandi dengan alasan, pasien takut terjadi sesuatu dengan dirinya dan selalu

mengeluh badannya sakit, seperti jantung berdebar-debar, kepala pusing seperti

2

mau pingsan ataupun nyeri ulu hati. Pasien juga susah tidur pada malam hari.

Pasien sering mondar-mandir dan terlihat gelisah. Jika tertidur, serinng terbangun

dan dan pada padi harinya cepat terbangun.

Autoanamnesa:

Menurut pengakuan pasien, keadaan ini dialami pasien sejak 2 bulan yang

lalu hingga sekarang. Pasien cemas jika pasien berada di lingkungan yang baru,

dalam keramainan, jika tidak ada yang menemani atau jika pasien jauh dari

rumah. Jika pasien merasa gelisah dan cemas, pasien merasa jantungnya berdebar-

debar kencang, pusing, badannya serasa melayang dan merasa sesak nafas. Pasien

mengaku merasa cemas jika tidak ditemani atau berada ditempat yang asing,

karena takut jika terjadi sesuatu pada dirinya, tidak ada yang dapat membantu.

Pasien mengaku takut tiba-tiba pingsan atau takut meninggal sendirian tapa ada

seorangun yang tau atau membantu. Karena keluhan-keluhan tersebut, pasien

sudah memeriksakan diri dan berobat ke berbagai dokter, tapi tidak ditemukan

kelainan. Pasien dikatakan tidak menderita suatu penyakit.

Pasien juga mengaku susah tidur malam. Pada saat tidur, tidur pun, pasien

tetap merasakan kecemasan tersebut sehingga pasien hampir selalu tidak pernah

merasakan ketenangan apabila tidur. Pasien mengatakan bahwa matanya memang

terpejam namun perasaannya selalu tidak tenang. Pasien juga suka terbangun jika

sedang tidur dan bangun cepat pada pagi harinya.

Pasien juga mengatakan bahwa dirinya sering tidak bisa

fokus/berkonsentrasi terhadap pekerjaan yang ia lakukan karena selalu merasa

tidak tenang dan gelisah. Pasien merasa cemas dan tidak tenang jika mengendarai

motor sendirian. Karena takut, tiba-tiba pasien merasa cemas, kemudian tidak

berdaya dan kemudian terjatuh atau pingsan saat mengendarai motor. Karena hal

tersebut, pasien selama 1 bulan ini tidak masuk kantor lagi dengan alasan sakit.

Pasien juga merasakan bahwa hati, pikiran, dan fisiknya sering merasa

lelah. Pasien juga mengalami penurunan nafsu makan. Jika makan, pasien hanya

makan 2-3 sendok saja. Pasien tidak tahu berapa kilogram berat badannya turun,

3

tetapi pasien hanya merasa lebih kurus saja dan celananya lebih longgar dari

biasanya.

Pasien merasa bahwa hidup pasien tidak lama lagi, pasien tidak berguna.

Pasien sempat ada fikiran untuk bunuh diri, tetapi tidak dilakukan pasien karena

hal itu bertentangan dengan hati nuraninya.

Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa cemas, karena memikirkan biaya

pernikahan anaknya yang akan berlangsung 2 bulan lagi. Anaknya sudah dilamar,

1 bulan sebelum keluhan-keluhan timbul. Pasien memikirkan bagaimana caranya

mendapatkan uang.

Satu minggu sebelum datang ke poli, kakak pasien meninggal. Pasien

merasa, baban pikirannya semakin banyak. Dan pasien merasa keluhan dirasakan

semakin memberat dibandingkan sebelumnya.

Pasien merasa keluhan-keluhan yang dialaminya tidak baik bagi dirinya.

Sehingga pasien ingin berobat agar pasien sembuh dan keadaannya tidak

bertambah parah.

Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat mengalami kejang demam (-), kejang tanpa demam (-)

Riwayat trauma (-)

Riwayat mengkonsumsi minuman alkohol, narkoba (-), merokok (+) selama

20 tahun 1 bungkus perhari

Riwayat rawat inap atau jalan di RSJ (-)

Gambaran Kepribadian

Pasien merupakan pribadi yang periang dan mudah bergaul. Tetapi pasien

suka menyimpan masalahnya sendiri, dan berusaha menyelesaikannya sendiri

tanpa meminta bantuan kepada orang lain, bahkan tidak dengan istrinya.

4

Faktor Pencetus

Pasien mengatakan bahwa dirinya merasa cemas, karena memikirkan

biaya pernikahan anaknya yang akan berlangsung 2 bulan lagi. Anaknya sudah

dilamar, 1 bulan sebelum keluhan-keluhan timbul. Pasien memikirkan bagaimana

caranya mendapatkan uang.

Riwayat perkawinan

Pasien sudah menikah dan memiliki 5 orang anak

Riwayat sosial ekonomi

Pasien berasal dari keluarga ekonomi menengah ke bawah.

Riwayat penyakit keluarga

Kakak kandung pasien pernah mengalami keluhan yang sama, tetapi

sekarang sudah tidak lagi

Hubungan dengan keluarga dan lingkungan

Pasien dekat dengan keluarganya, dan tidak ada masalah, baik dengan

istri, anak maupun orang tua. Pasien juga merupakan pribadi yang periang dan

mudah berteman, dan pasien merasa tidak ada masalah baik dengan orang sekitar

maupun dengan tetangganya.

5

Genogram

Pasien merupakan anak ke 1 dari 6 bersaudara,dan memiliki 5 orang anak

Keterangan :

= Laki-laki = menunjukkan pasien

= Laki-laki dengan gangguan jiwa

= Perempuan

Status Psikiatrikus

Kesan umum : penampilan rapi, tenang, kooperatif

Kontak : verbal (+) lancar, visual (+)

Kesadaran : orientasi orang (+), waktu (+),tempat (+); atensi (+);

Emosi / afek : labil/ afek sesuai

Proses berpikir : Bentuk pikiran : cepat

Arus pikiran : koheren

Isi pikiran : waham (-),

Intelegensi : baik

Persepsi : halusinasi visual(-), auditori (-); ilusi (-)

Psikomotor : normal

Kemauan : ADL (+) mandiri

Insight : baik

IKHTISAR & KESIMPULAN PEMERIKSAAN PSIKIATRI

6

A. Keadaan Umum

o Kesadaran : compos mentis

o Sikap : kooperatif

o Tingkah laku : sedikit gelisah

o Perhatian : baik

o Inisiatif : baik

o Ekspresi wajah : sedih

o Verbalisasi : (+) lancar

B. Keadaan Spesifik

Keadaan Afek

o Afek : sesuai

o Arus Emosi : labil

Keadaan dan fungsi Intelek

o Daya Ingat : baik

o Konsentrasi : baik

o Orientasi : baik

o Insight : baik

Keadaan Proses berpikir

o Bentuk fikiran : cepat

o Arus fikiran : koheren

o Isi : waham (-)

Keadaan sensasi dan persepsi

o Halusinasi : (+) visual dan auditori

o Ilusi : (-)

Keadaan intelektual dan perbuatan

o Kegaduhan umum : (-)

o Deviasi seksual : (-)

Psikomotor : normal

7

Kemauan : ADL (+) mandiri

C. Diagnosis

Formulasi Diagnosis

Seorang laki-laki, usia 39 tahun, beragama Islam, status menikah, SMA,

pagawai honor kecamatan, tinggal di Samarinda. Datang berobat ke Poli

RSKD Atma Husada Mahakam Samarinda diantar oleh sepupu pasien

yang tinggal serumah pada hari rabu, 27 Oktober 2010 pukul 09.30 WITA.

Pasien mudah cemas, susah tidur dan gelisah bila tidur, sering merasa hati,

pikiran, dan fisiknya kelelahan, kurang konsentrasi jika mengerjakan

sesuatu sampai tidak masuk kerja dan penurunan nafsu makan. Rasa takut

dan cemas timbul jika berada di lingkungan yang baru, dalam keramainan,

jika tidak ada yang menemani atau jika pasien jauh dari rumah. jika rasa

cemas muncul, jantungnya berdebar-debar kencang, pusing, badannya

serasa melayang dan merasa sesak nafas. Merasa tidak berguna atau akan

segera mati sampai ada fikiran untuk bunuh diri. Keluhan sejak 2 bulan

yang lalu.

Pada pemeriksaan psikiatri didapatkan penampilan rapi, gelisah,

kooperatif, orientasi tidak terganggu, atensi masih dalam batas normal,

emosi labil, bentuk pikiran cepat, arus pikiran koheren, waham (-),

halusinasi visual dan auditori (-), kemauan ADL mandiri, intelegensi baik,

psikomotor normal, insight baik

Pasien merupakan pribadi yang periang dan mudah bergaul. Tetapi pasien

suka menyimpan masalahnya sendiri, dan berusaha menyelesaikannya

sendiri tanpa meminta bantuan kepada orang lain, bahkan tidak dengan

istrinya.

Pada pemeriksaan fisik : tidak dididapatkan kelainan

Pasien merasa cemas, karena memikirkan biaya pernikahan anaknya yang

akan berlangsung 2 bulan lagi. Anaknya sudah dilamar, 3 bulan yang lalu.

Pasien memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang. Sedangkan

pasien hanya pegawai honor dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan.

8

D. Diagnosis Multiaksial

Aksis I : F.32.1. depresi sedang

Aksis II : Tidak ada diagnosis untuk aksis ini

Aksis III : tidak ada diagnose untuk aksis ini

Aksis IV : masalah ekonomi

Aksis V : GAF 60-71

E. Usulan Pemeriksaan

EKG, Urinalisa lengkap, darah lengkap, tes fungsi hati dan tes fungsi

ginjal

F. Penatalaksanaan

Farmakoterapi

Fluoxetine 2 x 20 mg

Psikoterapi

Dukungan keluarga berupa pengertian, perhatian, dan mengajak

pasien untuk rutin kontrol berobat.

Lebih banyak melakukan aktivitas fisik dibandingkan aktivitas yang

menyita konsentrasi seperti berolahraga .

Mengajak pasien untuk lebih rajin beribadah sehingga pikiran pasien

dapat lebih logis dan realistis.

G. Prognosis

Dubia ad bonam

9

PEMBAHASAN

A. DIAGNOSIS

Fakta Teori

Anamnesis

Pasien laki-laki, 39 tahun Gejala-gejala : mudah cemas, susah

tidur, sering merasa hati, pikiran, dan fisiknya kelelahan, kurang konsentrasi, nafsu makan turun. jika rasa cemas muncul, jantungnya berdebar-debar kencang, pusing, badannya serasa melayang dan merasa sesak nafas.

Selalu merasa hidup pasien tidak lama lagi, pasien tidak berguna dan ada fikiran mau bunuh diri.

Keluhan dirasakan sejak 2 bulan yang lalu

Pada pemeriksaan fisik : tidak didapatkan kelainan

Pasien merasa cemas, karena memikirkan biaya pernikahan anaknya yang akan berlangsung 2 bulan lagi. Anaknya sudah dilamar, 3 bulan yang lalu. Pasien memikirkan bagaimana caranya mendapatkan uang. Sedangkan pasien hanya pegawai honor dan tidak mempunyai pekerjaan sampingan.

Prevalensi gangguan depresi sekitar 17% dari gangguan psikiatrik lain, dengan insiden tahunan 1,59% (wanita 1,89% pria 1,10%)

Penegakan diagnosis F.32 episode depresi menurut PPDGJ-III:

Gejala utama:- Suasana perasaan (mood)/afek yang depresif- Kehilangan minat dan kegembiraan- Berkurangnya energy yang menuju

meningkatnya keadaan mudah lelahGejala lain:

- Konsentrasi dan perhatian berkurang- Harga diri dan kepercayaan berkurang- Gagasan tentanng rasa bersalah dan tidak

berguna- Pandangan masa depan yang suram dan

pesimistis- Gagasan/perbuatan membahayakan diri/bunuh

diri- Tidur terganggu- Nafsu makan berkurang

F.32.1 episode depresi sedang

- sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama depresi

- ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala lainnya

- lamanya seluruh episode berlangsung minimal sekitar 2 minggu

- menghadapi kesulitan yang nyata untuk meneruskan kegiatan social, pekerjaan dan urusan rumah tangga

F.32.00 tanpa gejala somatic (tidak ada atau hanya ada sedikit sekali gejala somatic)

10

F.32.01 dengan gejala somatic

Diagnosis

Diagnosis F32.1Episode Depresif sedang pada pasien laki-laki, usia 39

tahun ditegakkan berdasarkan hasil anamnesis, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan psikiatri.

Pada kasus ini, penegakkan diagnosis disesuaikan dengan literatur menurut

kriteria PPDGJ III dan DSM-IV-TR.

Kriteria PPDGJ III untuk Episode Depresif adalah sebagai berikut :

F.32 Episode Depresif

Individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang

depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi

yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan berkurangnya

aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja.

Gejala lazim lainnya adalah :

a) Konsentrasi dan perhatian berkurang

b) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

c) Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada

episode tipe ringan sekalipun)

d) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistik

e) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

f) Tidur terganggu

g) Nafsu makan berkurang

Suasana perasaan (mood) yang menurun itu berubah sedikit dari

hari ke hari dan sering kali tak terpengaruh oleh keadaan sekitarnya,

namun dapat memperlihatkan variasi diurnal yang khas seiring berlalunya

waktu. Pada beberapa kasus, anxietas, kegelisahan dan agitasi motorik

11

mungkin pada waktu-waktu tertentu lebih menonjol daripada depresinya,

dan perubahan suasana perasaan (mood) mungkin juga terselubung oleh

ciri tambahan seperti iritabilitas, minum alkohol berlebih, perilaku

histrionik, dan eksaserbasi gejala fobik atau obsesif yang sudah ada

sebelumnya, atau oleh preokupasi hipokondrik. Untuk episode depresif

dari ketiga-tiganya tingkat keparahan, biasanya diperlukan masa sekurang-

kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis, akan tetapi periode

lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan

berlangsung cepat.

Beberapa diantara gejala tersebut diatas mungkin mencolok dan

memperkembangkan ciri khas yang dipandang secara luas mempunyai

makna klinis khusus. Contoh paling khas dari gejala “somatik” ini ialah ;

kehilangan minat atau kesenangan pada kegiatan yang biasanya dapat

dinikmati, tiadanya reaksi emosional terhadap lingkungan atau peristiwa

yang biasanya menyenangkan, bangun pagi lebih awal 2 jam atau lebih

daripada biasanya, depresi yang lebih parah pada pagi hari, bukti objektif

dari retardasi atau agitasi psikomotor yang nyata (disebutkan atau

dilaporkan oleh orang lain), kehilangan nafsu makan secara mencolok,

penurunan berat badan (sering ditentukan sebagai 5% atau lebih dari berat

badan bulan terakhir), kehilangan libido secara mencolok. Biasanya

sindrom somatik ini hanya dianggap ada apabila sekitar empat dari gejala

itu pasti dijumpai.

Perbedaan antara episode depresif ringan, sedang, berat terletak

pada penilaian klinis yang kompleks yang meliputi jumlah, bentuk dan

keparahan gejala yang ditemukan. Seringkali luasnya aktivitas pekerjaan

biasa dan sosial merupakan petunjuk yang berguna untuk memperkirakan

derajat keparahan suatu episode, akan tetapi ada pengaruh individual,

sosial, dan budaya yang cukup umum dan cukup kuat yang mengganggu

hubungan selaras antara keparahan gejala dan kinerja sosial.

12

Pedoman Diagnostik

Ciri esensial adalah depresi suasana perasaan (mood) yang

berlangsung sangat lama yang tak pernah atau jarang sekali cukup parah

untuk memenuhi kriteria gangguan depresif berulang ringan atau sedang.

Biasanya mulai dini dalam kehidupan dewasa dan berlangsung sekurang-

kurangnya beberapa tahun, kadang-kadang untuk jangka waktu tidak

terbatas.

Sedangkan kriteria DSM-IV-TR untuk Episode Depresif, yaitu :

Ciri pokok dari Major Depresive Episode

A. Suasana hati yang depresi atau hilangnya m inat atau

kegembiraan di semua kegiatan minimal selama dua minggu dan

hampir setiap hari. Setidaknya minimal 5 dari gejala di bawah

ini terjadi secara bersamaan selama masa 2 minggu tersebut,

diantaranya :

1) Suasana hati yang depresif (bisa berupa perasaan mudah

marah), misalnya perasaan sedih, kehilangan harapan, kecil

hati, dll.

2) Menghilangnya minat atau kegembiraan pada semua atau

hamper di semua kegiatan secara mencolok, misalnya (tidak

peduli lagi).

3) Secara mencolok hilang berat badan atau tambah berat

badan, (lebih dari 5% berat badan dalam satu bulan).

4) Gangguan tidur : insomnia atau hypersomnia.

5) Agitasi psikomotoris (misalnya tidak bisa duduk tenang,

menggosok-gosok rambut atau kulit), atau retardasi

13

(misalnya bicara lambat atau bersuara pelan, gerak tubuh

lambat).

6) Kelelahan atau hilangnya tenaga.

7) Merasa tidak berharga atau merasa sangat bersalah.

8) Hilangnya kemampuan berpikir, konsentrasi,

ketidakmampuan membuat keputusan.

9) Sering munculnya pikiran mengenai kematian atau bunuh

diri.

B. Gejala-gejala yang tidak memenuhi untik episode campuran

C. Gejala-gejala klinis yang signifikan menyebabkan distres atau gangguan

yang berkaitan dengan hubungan sosial, pekerjaan, atau fungsi penting

lainnya.

D. Gejala tidak disebabkan oleh efek fisiologis langsung dari suatu zat

(misalnya, penyalahgunaan obat, efek obat) atau kondisi medis umum

(misalnya, hipotiroidisme).

E. Gejala tersebut tidak termasuk setelah sesaat seseorang sedang mengalami

peristiwa duka, misalnya setelah kehilangan orang yang dicintai, namun

gejala yang menetap selama lebih dari 2 bulan atau ditandai dengan

gangguan fungsional , preokupasi morbid dan merasa tidak berharga,

adanya keinginan bunuh diri, gejala-gejala psikotik, atau retardasi

psikomotor .

Penatalaksanaan

Farmakoterapi

Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa

“aminergic neurotransmitter” (noradrenalie, serotonine, dopamine) pada sinaps

neuron di SSP (khususnya pada sistem limbik).

Mekanisme kerja obat anti-depresi adalah :

Menghambat “re-uptake aminergic neurotransmitter”

14

Menghambat penghancuran oleh enzim “monoamine oksidase”

Sehingga terjadi peningkatan jumlah “aminergic neurotransmitter” pada sinaps

neuron di SSP.

Efek samping obat anti depresi dapat berupa :

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor

menurun, kemampuan kognitif menurun, dll)’

Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,

konstipasi, sinus takikardia, dll)

Efek anti-adrenergik (perubahan EKG, hipotensi)

Efek neurotoksis (tremor halus, agitasi, insomnia)

Efek samping yang tidak berat (tergantung daya toleransi dari penderita), biasanya

berkurang setelah 2-3 minggu bila tetap diberikan dengan dosis yang sama.

Pada dasarnya semua obat anti-depresi mempunyai efek primer (efek

klinis) yang sama pada dosis ekuivalen, perbedaan terutama pada efek sekunder

(efek samping). Pemilihan obat anti-depresi tergantung pada toleransi pasien

terhadap efek samping dan penyesuaia efek samping terhadap kondisi pasien

(usia, penyakit fisik tertentu, jenis depresi)

Berdasarkan kriteria PPDGJ III tersebut, semua kriteria yang ada

terpenuhi untuk pasien pada kasus ini sehingga dapat digolongkan sebagai episode

depresif sedang

Bila diagnosa depresi sudah dibuat, maka perlu dinilai taraf hebatnya

gejala depresi dan besarnya kemungkinan bunuh diri. Hal ini ditanyakan dengan

bijkasana dan penderita sering merasa lega bila ia dapat mengeluarkan pikiran-

pikiran bunuh diri kepada orang yang memahami masalahnya, tetapi pada

beberapa penderita ada yang tidak memberitahukan keinginan bunuh dirinya

kepada pemeriksa karena takut di cegah. Bila sering terdapat pikiran-pikiran atau

rancangan bunuh diri, maka sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit dengan

pemberian terapi elektrokonvulsi di samping psikoterapi dan obat anti depresan.

15

Sebagian besar klinisi dan peneliti percaya bahwa kombinasi psikoterapi dan

farmakoterapi adalah pengobatan yang paling efektif untuk gangguan depresi.

Tiga jenis psikoterapi jangka pendek yaitu terapi kognitif, terapi interpersonal dan

terapi perilaku, telah diteliti tentang manfaatnya di dalam pengobatan gangguan

depresi.

Pada farmakoterapi digunakan obat anti depresan, dimana anti depresan dibagi

dalam beberapa golongan yaitu :

1. Golongan trisiklik, seperti : amitryptylin, imipramine, clomipramine dan

opipramol.

2. Golongan tetrasiklik, seperti : maproptiline, mianserin dan amoxapine.

3. Golongan MAOI-Reversibel (RIMA, Reversibel Inhibitor of Mono Amine

Oxsidase-A), seperti : moclobemide.

4. Golongan atipikal, seperti : trazodone, tianeptine dan mirtazepine.

5. Golongan SSRI (Selective Serotonin Re-Uptake Inhibitor), seperti :

sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluxetine dan citalopram.

Jenis-jenis obat anti-depresi yang biasa digunakan adalah :

Trisiklik/Tricyclic Antidepressants (TCA)

Golongan obat : amitriptyline, imipramine, clomipramine, tianeptine,

opipramol

Obat-obatan ini memiliki efek samping berupa efek sedasi otonomik, dan

kardiologik yang relatif besar sehingga pemberiannya dianjurkan pada

pasien usia muda dimana toleransinya lebih besar terhadap efek samping

tersebut dan bermanfaat untuk meredakan “agitated depressive”

Tetrasiklik

16

Golongan obat : maprotiline, mianserin, amoxapine

Obat-obatan ini memiliki efek samping pada otonomik dan kardiologik

yang relatif kecil namun efek sedasinya lebih kuat. Pemberiannya

diberikan pada pasien yang kondisinya kurang tahan terhadap efek

otonomik dan kardiologik (pasien usia lanjut) dan juga pada pasien dengan

sindrom depresi yang disertai dengan gejala anxietas dan insomnia yang

menonjol.

Atypical

Golongan obat : trazodone, tianeptine, mirtazapine

Efek samping dan pemberian obat sama seperti pada obat golongan

tetrasiklik

SSRI (Selective Serotonine Reuptake Inhibitor)

Golongan obat : sertraline, fluvoxamine, fluoxetine, citalopram

Obat-obatan ini memiliki efek samping berupa efek sedasi, otonomik, dan

hipotensi yang sangat minimal dan biasanya digunakan pada pasien

dengan “retarded deppresive” pada usia dewasa atau lanjut, atau yang

memiliki riwayat penyakit jantung, berat badan berlebih dan keadaan lain

yang menarik manfaat dari efek samping yang minimal tersebut.

MAOI-Reversible (Reversible Inhibitor of Monoamine Oxydase – A

(RIMA))

Golongan obat : moclobemide

Obat golongan ini memiliki efek samping berupa hipotensi orthostatik

(relatif sering) sehingga dalam penggunaannya harus dijelaskan pada

pasien atau keluarga pasien, terutama pada pasien usia lanjut.

Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat

minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai

17

kondisi medik), spektrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat sangat

minimal, serta “lethal dose” yang tinggi (>6000mg) sehingga relatif aman.

Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang

cukup (sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua yaitu

golongan trisiklik, yang spektrum anti-depresinya juga luas tetapi efek

sampingnya relatif lebih berat. Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih

ketiga dengan spektrum anti-depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping

lebih ringan dibandingkan trisiklik, yang teringan adalah golongan MAOI

reversibel. Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa pergantian SSRI ke MAOI

membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk “washout period.

Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan onset efek primer (efek klinis)

sekitar 2-4 minggu, efek sekunder (efek samping) sekitar 12-24 jam serta waktu

paruh sekitar 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

Terapi psikologis dengan Psikoterapi

Psikoterapi yaitu terapi yang digunakan untuk menghilangkan keluhan-

keluhan dan mencegah kambuhnya gangguan psikologik atau pola perilaku

maladaptif. Terapi ini dilakukan dengan jalan pembentukan hubungan profesional

antara terapis dengan pasien. Psikoterapi untuk pasien dengan depresi dapat

diberikan secara individu, kelompok, atau pasangan sesuai dengan gangguan

psikologik yang mendasarinya. Beberapa pasien dan klinisi sangat meyakini

manfaat intervensi psikoterapi tetapi ada pula yang sebaliknya yaitu tidak percaya.

Berdasarkan hal ini, keputusan untuk melakukan psikoterapi sangat dipengaruhi

oleh penilaian dokter atau pasiennya.

Psikoterapi suportif

18

Psikoterapi ini hampir selalu diindikasikan. Memberikan kehangatan,

empati, pengertian dan optimisme. Bantu pasien mengidentifikasi dan

mengekspresikan emosinya dan bantu untuk ventilasi. Mengidentifikasi

faktor-faktor presipitasi dan membantu mengoreksi. Bantu memecahkan

problem eksternal (misalnya masalah pekerjaan, rumah tangga). Latih

pasien untuk mengenal tanda-tanda dekompensasi yang akan datang.

Temui pasien sesering mungkin (mula-mula 1-3 kali per minggu) dan

secara teratur, tetapi jangan sampai tidak berakhir atau selamanya.

Kenalilah bahwa beberapa pasien depresi dapat memprovokasi kemarahan

terapis (melalui kemarahan, hostilitas, tuntutan yang tak masuk akal, dan

lain-lain).

Psikoterapi psikodinamik

Dasar terapi ini adalah teori psikodinamik yaitu kerentanan psikologik

terjadi akibat konflik perkembangan yang tak selesai. Terapi ini dilakukan

dalam periode jangka panjang. Perhatian pada terapi ini adalah defisit

psikologik yang menyeluruh yang diduga mendasari gangguan depresi.

Misal- nya, problem yang berkaitan dengan rasa bersalah, rasa rendah diri,

berkaitan dengan pengalaman yang memalukan, peng- aturan emosi yang

buruk, defisit interpersonal akibat tak adekuatnya hubungan dengan

keluarga.

Psikoterapi dinamik singkat (Brief Dynamic Psychotherapy)

Sesinya lebih pendek. Tujuannya menciptakan lingkungan yang aman buat

pasien. Pasien dapat mengenal materi konfliknya dan dapat

mengekspresikannya.

Terapi perkawinan

Problem perkawinan dan keluarga sering menyertai depresi dan dapat

mempengaruhi penyembuhan fisik. Oleh karena itu, perbaikan hubungan

perkawinan merupakan hal penting dalam terapi ini.

Prognosis

19

Prognosis pada pasien yang mengalami depresi pada umumnya baik apabila :

Episodenya sedang, tidak ada gejala psikotik

Selama masa remaja, pasien mempunyai hubungan psikososial yang baik

Tidak ada gangguan psikiatri komorbiditas

Tidak ada gangguan kepribadian

20