makalah auditing 2 fix bab 14

16
A. METODOLOGI DESAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO Terdapat delapan tujuan umum ini sama untuk seluruh akun, yang disebut tujuan audit terkait saldo piutang dagang. Kedelapan tujuan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku besar (kecocokan perincian). 2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (keberadaan). 3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (kelengkapan). 4. Jumlah piutang dagang yang tepat (akurasi). 5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi). 6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (pisah batas). 7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (terealisasikan). 8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (hak). Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo Piutang Dagang sebagai Berikut : a. Mengidentitikasi Resiko Bisnis Klien yang Memengaruhi Piutang Dagang (Tahap I) Auditor memahami bisnis dan internal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi resiko bisnis klien yang secara signifikan dapat mernengaruhi pelaporan keuangan termasuk

Upload: achmadian-davin-wibisono

Post on 02-Oct-2015

60 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

auditing 2

TRANSCRIPT

A. METODOLOGI DESAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO Terdapat delapan tujuan umum ini sama untuk seluruh akun, yang disebut tujuan audit terkait saldo piutang dagang. Kedelapan tujuan tersebut adalah sebagai berikut :1. Piutang dagang dalam neraca saldo sesuai dengan jumlah pada berkas utama, dan jumlah totalnya secara tepat ditambahkan sesuai dengan buku besar (kecocokan perincian).2. Pencatatan piutang dagang yang terjadi (keberadaan).3. Seluruh piutang dagang sudah dihitung (kelengkapan).4. Jumlah piutang dagang yang tepat (akurasi).

5. Piutang dagang diklasifikasikan dengan benar (klasifikasi).6. Pisah batas waktu piutang dagang yang tepat (pisah batas).7. Piutang dagang dinyatakan dalam nilai yang dapat direalisasikan (terealisasikan).8. Klien memiliki hak atas piutang dagang (hak).Metodologi Desain Pengujian Perincian Saldo Piutang Dagang sebagai Berikut :a. Mengidentitikasi Resiko Bisnis Klien yang Memengaruhi Piutang Dagang (Tahap I)Auditor memahami bisnis dan internal klien serta mengevaluasi tujuan manajemen dan proses bisnis untuk mengidentifikasi resiko bisnis klien yang secara signifikan dapat mernengaruhi pelaporan keuangan termasuk piutang. b. Menetapkan Salah Saji yang Dapat Diterima dan Mengevaluasi Resiko Bawaan (Tahap 1)

Auditor terlebih dahulu memberikan penilaian awal mengenai materialitas untuk keseluruhan laporan keuangan, mengalokasikan jumlah yang dianggap material untuk setiap akun neraca, termasuk piutang dagang. c. Mengevaluasi Resiko Pengendalian dalam Siklus Penjualan dan Penagihan (Tahap I)Pengendalian internal atas -penjualan dan bukti penerimaan kas yang berhubungan dengan piutang dagang. Auditor umumnya memperhatikan tiga aspek pengendalian internal, yaitu: Pengendalian untuk menghindari atau mendeteksi pencurian, Pengendalian atas penetapan pisah batas, Pengendalian yang berhubungan dengan cadangan piutang tidak tertagih.

Auditor harus menghubungkan resiko pengendalian atas tujuan audit terkait transaksi dan tujuan audit terkait saldo, terutama untuk merencanakan resiko deteksi dan bukti-bukti yang akan digunakan dalam pengujian perincian saldo. Hubungan dua hal ini biasanya mudah diternukan. Kedua aspek yang berhubungan disebutkan di bawah ini, yaitu: Untuk penjualan, tujuan audit terkait keterjadian transaksi memengaruhi tujuan audit terkait keberadaan saldo; Nilai realisasi dan tujuan audit terkait saldo piutang dagang. Dalam mengevaluasi resiko pengendalian diluar tujuan audit diatas, auditor harus mengidentifikasi dan melakukan pengujian terpisah. d. Mendesain dan Melakukan Pengujian Pengendalian dan Pengujian Substantif atas Transaksi (Tahap II)Auditor. menggunakan hasil pengujian substantif atas transaksi untuk menentukan apakah perencanaan resiko deteksi sudah memenuhi untuk setiap tujuan audit terkait saldo piutang dagang. e. Mendesain dan Melakukan Prosedur Analitis (Tahap III)Prosedur analitis biasanya dilakukan dalam tiga tahap audit yaitu selama perencanaan, saat pelaksanaan pengujian terperinci, dan saat .rnenyelesaikan audit. Prosedur analitis umunnya dilakukan selama tahap pengujian diselesaikan setelah tanggal neraca, namun sebelum dilakukan pengujian perincian saldo. Auditor rnenjalankan prosedur analitis untuk seluruh siklus penjualan dan penagihan, tidak hanya piutang dagang. Hal ini perlu dilakukan karena terdapat hubungan erat antara laporan laba/rugi dengan akun-akun pada neraca. f. Mendesain dan Melakukan Pengujian Perincian Saldo Piutang Dagang (Tahap III)Pengujian perincian yang tepat terhadap saldo bergantung pada faktor-faktor yang disebutkan. Resiko deteksi yang terencana untuk setiap tujuan audit terkait saldo piutang dagang ditampilkan pada baris kedua terbawah. Tugas rnenggabungkan faktor-faktor penentu resiko deteksi terencana cukup kompleks karena pengukuran untuk setiap faktor bisa saja salah dan penentuan bobot untuk setiap faktor sifatnya sangat subjektif. Sebaliknya, hubungan antar faktor dan resiko deteksi terencana biasanya mudah dilakukan. B. MENDESAIN PENGUJIAN PERINCIAN SALDO

Dalam membahas pengujian perincian saldo piutang dagang, kita berfokus pada tujuan audit-terkait saldo. Kita akan mengasumsikan dua hal, yaitu :1. Auditor telah melengkapi, kertas kerja.2. Auditor telah menetapkan resiko deteksi terencana untuk pengujian atas tujuan audit terkait saldo.a. Piutang Dagang Ditambahkan secara Tepat dan Sesuai dengan Berkas Utama dan Buku Besar

Pada umumnya, auditor harus menelusuri sampel untuk saldo masing-masing dokumen pendukung, seperti duplikat bukti penjualan untuk mencocokkan nama pelanggan, saldo, dan penghitungan umur piutang yang tepat.

b. Piutang Dagang Dicatat Sesuai KeberadaannyaKonfirmasi atas saldo tagihan pelanggan merupakan pengujian paling pentinguntuk menentukan keberadaan piutang dagang yang dicatat. Ketika pelanggan tidak menanggapi konfirmasi, maka auditor perlu memeriksa dokumen pendukung untuk mengecek pengiriman barang, juga menguji bukti penerimaan kas selama masa tenggat (subsequent) untuk mengetahui apakah pembayaran sudah dilakukan.

c. Piutang Dagang Dicatat secara Lengkap

Bagi auditor, sulit untuk melakukan pengujian saldo rekening diluar neraca saldo, kecuali bergantung pada perimbangan data piutang dagang diberkas utama. Jika seluruh penjualan kepada pelanggan tidak dimasukkan dalam jurnal penjualan, maka kurang saji pada piutang dagang tidak dapat diungkap melalui pengujian perincian saldo. d. Akurasi Piutang Dagang

Konfirmasi rekening yang diambil dari neraca saldo merupakan bentuk pengujian perincian saldo yang paling umum dilakukan untuk mengetahui akurasi piutang dagang.

e. Piutang Dagang Diklasifikasikan dengan Benar

Umumnya, auditor dapat mengevaluasi klasifikasi piutang dagang dengan mudah. Auditor perlu mengecek apakah piutang yang sifatnya jangka panjang sudah dipisahkan dari piutang dagang biasa, dan saldo kredit pada piutang .dagang yang jumlahnya besar diklasifikasikan kembali menjadi utang dagang.f. Penetapan Pisah Batas (Cutoff) Piutang Dagang secara Tepat

1) Salah Saji Akibat Pisah Batas (Cutoff Misstatement)Tujuan pengujian pisah batas, tanpa memperhatikan jenis transaksi, adalah untuk melihat apakah transaksi yang terjadi di akhir periode akuntansi dicatat pada periode yang tepat. Untuk masing-masing hal tersebut, auditor perlu melakukan tiga pendekatan dalam menetapkan kewajaran pisah batas, yaitu:

a) Menetapkan kriteria pisah batas yang tepat.

b) Mengevaluasi apakah .klien telah melakukan prosedur yang mernadai untuk menentukan tingkat kewajaran pisah batas.

c) Menguji apakah pisah batas yang ditetapkan adalah tepat.

2) Pisah Batas Penjualan Sebagian besar klien yang bergerak dibidang perdagangan dan manufaktur mencatat penjualan berdasarkan kriteria pengiriman barang. Beberapa perusahaan mencatat faktur pada saat perpindahan kepemilikan, yang dapat terjadi sebelum pengiriman, pada saat memulai pengiriman, atau selama pengirirnan berlangsung. Agar Pengukuran dilakukan secara tepat pada periode berjalan, maka metode yang digunakan harus mengikuti Prinsip Akuntansi Berterima Umum dan diterapkan secara konsisten. Bagian terpenting pada evaluasi metode klien dalarn menetapkan pisah batas adalah saat menentukan prosedur apa yang digunakan. Jika klien menerbitkan dokumen pengiriman secara urut nomor, maka auditor akan sangat mudah mengevaluasi dan menguji pisah batasnya. Pemisahan tugas antara fungsi pengiriman dan penagihan juga rnenguatkan kecenderungan untuk mencatat transaksi pada periode yang tepat. 3) Pisah Batas Retur Dan Cadangan Penjualan GAAP mensyaratkan retur penjualan harus dibandingkan dengan penjualan terkait jika jumlahnya material. Di kebanyakan perusahaan, retur penjualan dicatat pada periode akuntansi dimana transaksi ini terjadi, dengan asumsi yang hampir sama, yaitu adanya saling hapus (offsetting) jumlah pada awal dan akhir periode akuntansi. Pendekatan ini dapat diterima selama jumlahnya tidak material. Beberapa perusahaan menyediakan cadangan, mirip dengan cadangan piutang tak tertagih, untuk jumlah retur yang diperkirakan terjadi selama periode jeda.

4) Pisah Batas Penerimaan Kas Pengujian untuk salah saji pisah batas penerimaan kas cukup mudah dilakukan, yaitu dengan menelusuri pencatatan penerimaan kas ke setoran bank pada periode jeda yang terdapat di laporan bank. Pada tingkat tertentu, auditor dapat rnengandalkan konfirmasi atas piutang dagang untuk menemukan salah saji pada pisah batas penjualan, retur, dan cadangan penjualan, dan penerimaan kas.5) Piutang Dagang dinyatakan dalam Nilai Terealisasi

GAAP mensyaratkan perusahaan mencatat piutang dagang dalam jumlah tertinggi yang dapat ditagih. Nilai terealisasi piutang dagang sama dengan jumlah total piutang dagang dikurangi dengan cadangan piutang tak tertagih. Untuk menghitung cadangan, klien mengestimasi jumlah total piutang dagang yang diperkirakan tidak dapat ditagih. Prediksi ini tentunya tidak dapat dilakukan secara tepat, tetapi auditor perlu mengevaluasi apakah klien sudah menetapkan cadangannya secara masuk akal dengan mempertimbangkan semua fakta. Untuk memulai evaluasi cadangan atas piutang tak tertagih, auditor menganalisis hasil pengujian pengendalian mengenai kebijakan kredit klien. Auditor menghadapi dua kesalahan yang biasa terjadi dalam mengevaluasi cadangan dengan memeriksa saldo jangka panjang secara individu pada neraca saldo. Pertama, mereka mengabaikan tingkat kecukupan cadangan untuk akun jangka pendek, meskipun beberapa akun ini jelas-jelas tidak tertagih. Kedua, sulit untuk membandingkan hasil tahun berjalan dengan tahun-tahun sebelumnya dalam basis yang tidak terstruktur. 6) Piutang Tak Tertagih Setelah auditor puas dengan akun cadangan, mudah baginya untuk memeriksa piutang tak tertagih. Diasumsikan bahwa:

a) Saldo awal akun cadangan diverifikasi sebagai bagian dari audit sebelumnya.

b) Jumlah tak tertagih yang dihapus diverifikasi sebagai bagian dari pengujian substantif atas transaksi.

c) Saldo akhir-akun cadangan diverifikasi untuk berbagai tujuan. Piutang tak tertagih merupakan saldo sisa yang diverifikasi dari perhitungan kembali. g. Klien Berhak atas Piutang Dagang

Hak klien atas piutang dagang biasanya tidak menyebabkan masalah audit karena piutang umumnya memang milik klien. Untuk mendapatkan informasi mengenai keterbatasan hak klien atas piutangnya, auditor perlu mendiskusikan dengan klien, melakukan konfirmasi ke bank, atau memeriksa kontrak utang sebagai bukti bahwa piutang dagang dipakai sebagai jaminan, dan memeriksa berkas korespondensi.h. Penyajian dan Pengungkapan Piutang Dagang Pengujian dari keempat tujuan audit terkait penyajian dan pengungkapan dilakukan sebagai bagian dari penyelesaian tahapan audit. Untuk mengevaluasi kecukupan penyajian dan pengungkapan tersebut, auditor perlu memiliki pemahaman SAK dan persyaratan penyajian dan pengungkapan secara menyeluruh. Bagian penting dari evaluasi meliputi keputusan apakah klien telah memisahkan hal-hal material yang memerlukan pengungkapan terpisah dalarn laporan keuangan. C. KONFIRMASI PIUTANG DAGANG

Konfirmasi piutang menekankan pada pentingnya konfirmasi, mengingat konfirmasi merupakan bukti yang sangat diandalkan. Tujuan utama konfirmasi piutang dagang adalah untuk memenuhi tujuan keberadaan, akurasi, dan pisah batas (cutoff). a) Persyaratan Standar Auditing

Standar auditing mensyaratkan konfirrnasi piutang dagang dalam kondisi normal. PSA 07 (SA 330) menyebutkan tiga pengecualian terhadap persyaratan konfirmasi tersebut, yaitu: 1. Piutang dagang jumlahnya tidak material.

2. Auditor mempertirnbangkan bahwa konfirmasi merupakan bukti yang tidak efektif karena tingkat respons yang rendah atau tidak dapat diandalkan.

3. Kornbinasi dari tingkat resiko bawaan dan resiko pengendalian adalah rendah dan bukti substantif lain dapat diakumulasikan sebagai bukti yang cukup.

b) Jenis-Jenis Konfirmasi Dalam melakukan prosedur konfirmasi, auditor harus memutuskan terlebih dulu jenis konfirmasi yang digunakan.1. Konfirmasi Positif (Positive Confirmation) Konfirmasi positif adalah komunkasi. yang ditujukan kepada debitor untuk meminta konfirmasi secara langsung apakah saldo yang disebutkan dalarn konfirmasi tersebut benar atau salah, yaitu :1) Formulir Konfirmasi Kosong (Blank Confirmation Form)Jenis konfirmasi positif yang tidak menyebutkan jumlah yang dikonfirmasi, tetapi mensyaratkan penerirna untuk mengisi jumlahnya atau memasukkan informasi lain. 2) Konfirmasi Tagihan (Invoice Confirmation)

Konfirmasi tagihan juga memiliki kekurangan, yaitu tidak mengonfirmasi saldo akhir secara langsung.

2. Konfirmasi Negatif (Negative Contirmation)

Dengan konfirmasi negatif, pelanggan bisa saja tidak merespons dan dianggap menyetujui jumlah yang dikonfirmasi, meskipun mungkin sebenarnya pelanggan mengabaikan permintaan konfirrnasi. Meskipun demikian, konfirmasi negatif lebih murah dibandingkan konfirmasi positif karena tidak membutuhkan permintaan konfirmasi kedua dan tidak membutuhkan tindak lanjut jika tidak ada respons. Auditor berhak menentukan jenis konfirmasi yang akan digunakan, dan hal ini sebaiknya berdasarkan fakta dalam audit. PSA 07 menyatakan bahwa konfirmasi negatif dapat dilakukan hanya jika tiga kondisi berikut dipenuhi. 1. Piutang dagang terdirii dari sejumlah besar akun bersaldo kecil. 2. Kombinasi antara resiko pengendalian dan resiko bawaan adalah rendah. 3. Jika diyakini bahwa penerima konfirmasi tidak mengabaikan konfirmasi yang diminta. c) Penetapan Waktu (Timing) Bukti yang paling dapat diandalkan dari konfirmasi diperoleh saat konfirmasi tersebut dikirimkan sesegera mungkin seteiah penutupan tanggal neraca. Dengan ini, auditor dapat secara langsung menguji saldo piutang dagang dari laporan keuangan tanpa perlu memperhatilcan transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmasi dan tanggal neraca. Jika auditor memutuskan untuk mengonfirmasi piutang dagang sebelum akhir tahun, maka auditor tersebut biasanya menyiapkan skedul ke depan untuk merekonsiliasi saldo piutang dagang pada tanggal konfirmasi dengan piutang dagang pada tanggal neraca. Untuk melakukan prosedur analitis atas aktivitas selarna periode intervensi; mungkin perlu dilakukan pengujian transaksi yang terjadi antara tanggal konfirmai dan tanggal neraca.

d) Keputusan Pengambilan Sampel

Dilakukan dengan cara :1. Jumlah Sampel

2. Pemilihan Sampel Pengujian e) Menjalankan Pengendalian

Setelah sampel konfirmasi ditentukan, auditor tetap perlu melakukan pengendalian konfirmasi hingga dikembalikan dari pelanggan. Sama halnya dengan amplop pengembalian, juga harus dialamatkan kepada kantor KAP. Bila perlu, lakukan pengiriman surat konfirmasi diluar kantor klien. Langkah-langkah ini diperlukan untuk memastikan independensi komunikasi antara auditor dan pelanggan. f) Tindak Lanjut Bila Tidak Ada Tanggapan Surat konfirmasi yang tidak dikembalikan oleh pelanggan tidak dapat dianggap sebagai bukti udit. Akan tetapi, konfirmasi negatif memang bisa menjadi bukti keberadaan asersi. Jika menggunakan konfirmasi positif. Tujuan dari prosedur alternatif adalah menentukan, tanpa konfirmasi, apakah akun yang tidak dijawab mernang benar ada (existed), dan disajikan dengan benar pada tanggal konfirmasi. Untuk setiap konfirmasi positif yang tidak dikembalikan, auditor dapat memeriksa dokumen untuk menguji keberadaan dan akurasi transaksi penjualan individu yang tercantum dalam saldo akhir piutang dagang, yaitu dengan :1) Penerimaan Kas pada Masa Tenggat 2) Duplikat Faktur Penjualan

3) Dokumen Pengiriman

4) Korespondensi Dengan Klien

g) Analisis Perbedaan Ketika permintaan konfirmasi dikembalikan oleh pelanggan, auditor harus menentukan alasan jika ditemukan perbedaan. Beda waktu perlu dipisahkan dari pengecualian (exception), yang merupakan salah saji atas saldo piutang dagang. Jenis perbedaan yang biasa terjadi pada hasil konfirmasi meliputi: 1) Pembayaran Sudah Dilakukan

2) Barang Belum Diterima3) Pengembalian Barang4) Kesalahan Klerikal dan Jumlah yang Dipertentangkan h) Pengambilan Kesimpulan Ketika masalah perbedaan sudah diselesaikan, termasuk perbedaan yang ditemukan saat melakukan prosedur alternatif, auditor harus melakukan evaluasi ulang terhadap pengendalian internal. Setiap salah saji harus dianalisis untuk menentukan apakah hal ini konsisten atau tidak konsisten dengan tingkat yang ditetapkan dalam resiko pengendalian. Selain itu, perlu dipastikan bahwa sampel yang diambil dapat mewakili populasi dengan benar. Meskipun jumlah salah sajl dalam sampel tidak signifikan dalam mempengaruhi laporan keuangan, auditor perlu mempertimbangkan jika salah saji itu rnenjadi material dalam populasi. Auditor harus selalu mengevaluasi kondisi kualitatif dari salah saji yang ditemukan dalam sampel, tanpa memperhatikan nominal salah saji populasi yang diestimasi. Keputusan akhir tentang piutang dagang dan penjualan adalah mengenai apakah bukti memadai telah diperoleh melalui pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi, prosedur analitis, prosedur pisah batas, konfirmasi, dan pengujian substantif lain untuk menguatkan pengambilan keputusan, mengenai kebenaran saldo yang disajikan.

D. MENGEMBANGKAN PENGUJIAN ATAS PROGRAM AUDIT PERINCI Kita akan menggunakan kasus PT Perkakas Prima guna mengilustrasikan pengembangan prosedur program audit untuk pengujian perincian dalam siklus penjualan dan penagihan. Mira Abadi, seorang auditor senior, menyiapkan kertas kerja perencanaan bukti dan memutuskan seberapa luas pengujian perincian saldo tersebut.informasi dari setiap baris adalah sebagai berikut:1. Salah saji yang dapat diterima. Ketentuan awal atas materialitas adalah di atas Rp 442.000.000,00 (sekitar 6% dari laba operasi sebesar Rp 7.370.000.000). 1a mengalokasikan Rp 265.000.000 ke audit piutang dagang.

2. Resiko audit yang bisa diterima. Mira menentukan resiko audit yang dapat diterima adalah tinggi karena perusahaan dalam kondisi keuangan yang bagus, stabilitas keuangan yang tinggi, dan pengguna laporan keuangan hanya sedikit. 3. Resiko bawaan. Mira menentukan bahwa tingkatan resiko yang tak terhindarkan adalah medium untuk keberadaan dan pisah batas karena hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai pengakuan pendapatan dalam PSA 70. Mira juga menentukan resiko yang tak terhindarkan adalah medium untuk nilai realisasi. Pada tahun-tahun sebelumnya, klien membuat penyesuaian audit atas cadangan piutang tak tertagih karena terbukti kurang saji. Resiko bawaan untuk tujuan lain ditetapkan rendah.

4. Resiko pengendalian. Penentuan resiko pengendalian untuk setiap tujuan audit adalah sama dengan Figur 13-6 (Jilid 1). (Perlu diingat bahwa hasil uji pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi pada Bab 13 adalah konsisten dengan penentuan resiko pengendalian awal yang ditetapkan auditor, kecuali pada akurasi dan nilai realisasi perijualan). Pengujian substantif atas hasil transaksi. Hasil pengujian ini juga diambil dari Figur 13-6. (Perlu diingat dari Bab 13 bahwa seluruh hasil diterima kecuali tujuan akurasi dan pisah batas untuk penjualan).

5. Prosedur analitis. Lihat Tabel 14-2 dan 14-3.

6. Resiko deteksi terencana dan bukti audit terencana. Dua baris ini ditujukan untuk setiap tujuan berdasarkan kesimpulan dari baris lainnya. SOAL KASUS BUKU ARENS BAB 14Identifikasi KasusDalam kasus pada bab 14 halaman 1 yang menjelaskan kasus tentang Sistem Pengendalian Internal, terdapat masalah yaitu setelah santi sujono (auditor) melakukan prosedur audit pengujian pengendalian dan pengujian substantif atas transaksi penjualan terdapat salah saji dalam jumlah yang cukup signifikan, hal ini dikarenakan kurangnya pemahaman klien tentang perubahan sistem pengendalian internal atas transaksi penjualan dan penerimaan kas termasuk implementasi penjualan berbasis internet. Karena terjadinya salah saji dalam jumlah yang signifikan tersebut maka auditor tidak dapat mengirimkan permintaan konfirmasi negatif sejumlah 200 seperti biasa. Usulan Sistem Pengendalian

Untuk klien diharapkan agar lebih menguasai sistem transaksi berbasis internet agar salah saji bisa diminimalisir tidak seperti yang terjadi pada kasus, atau klien bisa menggunakan sistem transaksi seperti tahun sebelumnya dimana pada saat dilakukan audit pada tahun tersebut tidak terjadi salah saji.Untuk auditor, karena salah saji dalam jumlah material, maka yang dikirim adalah konfirmasi positif, meskipun harus menambah biaya, tetapi masih bisa dinegosiasikan untuk masalah fee kepada klien agar meminta persetujuan, karena konfirmasi salah saji material harus membutuhkan respon klien, jika tidak ada respon maka auditor bisa menggunakan prosedur lain.