skenario b blok 14 fix - copy

Upload: risha-meilinda-marpaung

Post on 04-Apr-2018

249 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    1/61

    Koma hipoglikemia Page 1

    Kata Pengantar

    Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat- Nya lah, kami dapat

    menyelesaikan laporan tutorial dengan skenario B Blok 14 ini dengan baik dan tepat waktu.

    Kami mengucapkan terima kasih kepada;

    Allah SWT yang telah memberikan petunjuk dan kemudahan dalm penyusunanlaporan ini

    Pembimbing kami, dr. Dalilah yang telah membimbing kami dalam prosestutorial

    Teman-teman yang telah menyediakan waktu,tenaga dan pikirannya untukmerampungkan tugas tutorial in dengan baik.

    Kami menyadari, tugas ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran

    yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat kami harapkan agar bermanfaat bagi

    revisi tugas ini.

    Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran selanjutnya dan bagi

    semua pihak yang membutuhkan.

    Palembang, Januari 2013

    Penyusun

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    2/61

    Koma hipoglikemia Page 2

    Daftar Isi

    Kata Pengantar .................................................................................................................... 1

    Daftar Isi ............................................................................................................................... 2

    Hasil Tutorial Skenario B Blok 14

    I. Klarifikasi Istilah ...................................................................................................... 3II. Identifikasi Masalah ................................................................................................ 4

    III. Analisis Masalah ..................................................................................................... 4IV. Keterkaitan antar Masalah ................................................................................... 37V. Kerangka Konsep .................................................................................................. 38

    VI. Learning Issue...............................................................................................39VII. Kesimpulan...................................................................................................60

    Daftar Pustaka ................................................................................................................... 61

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    3/61

    Koma hipoglikemia Page 3

    Skenario B Blok 14 Tahun 2013

    Tn. A, 67 tahun, dibawa ke ruang gawat darurat RSMH oleh keluarganya karena koma sejak

    3 jam yang lalu. Pasien mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan setiap hari

    mengonsumsi obat glibenklamid 5 mg. Menurut keluarganya, sebelum koma, pasien merasa

    dingin, berkeringat, palpitasi, badan lemas dan merasa cemas, setelah minum obat sebelum

    makan pagi.

    Pemeriksaan Fisik :

    Kesadaran : koma, TD; 90/40 mmHg, nadi 120x/menit, suhu 36oC.

    Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.

    Kadar Glukosa Darah Sewaktu ( GDS) dengan alat glukometer 40 mg/dl

    Jelaskan Mengenai kasus ini secara rinci !

    A. Klarifikasi Istilah1. Koma : Keadaan tidak sadarkan diri yang amat sangat dimana

    penderita tidak dapat dibangunkan bahkan dengan rangsangan

    yang sangat kuat.

    2. DM tipe 2 : Benuk diabetes mellitus ringan, kadang asimptomatik yangditandai dengan cadangan insulin pancreas berkurang tetapi

    selalu cukup untuk mencegah ketoacidosis.

    3. Glibenklamid : Hipoglikemik oral derivate salfonil urea yang bekerja aktifmenurunkan kadar gula darah.

    4. Palpitasi : Perasaan berdebar-debar atau denyut jantung idak teratur yangsifatnya subjektif

    .

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    4/61

    Koma hipoglikemia Page 4

    5. Cemas : Ketakutan tanpa adanya stimulus yang jelas.

    6. Gula Darah Sewaktu : Gula darah yang diperiksa pada sembarang waktu.

    7. Glukometer : Alat yang digunakan dalam menentukan proporsi glukosadalam urin

    B. Identifikasi Masalah1. Tn. A 67 tahun mengalami koma sejak 3 jam yang lalu

    2. Pasien mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan setiap hari mengonsumsi obatglibenklaid 5 mg.

    3. Sebelum koma, pasien merasa dingin, berkeringat, palpitasi, badan lemas dan merasacemas setelah minum obat sebelum makan pagi.

    4. Pemeriksaan Fisik :Kesadaran : koma, TD; 90/40 mmHg, nadi 120x/menit, suhu 36

    oC.

    Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.

    Kadar Glukosa Darah Sewaktu ( GDS) dengan alat glukometer 40 mg/dl

    C. Analisis Masalah1. Tn. A 67 tahun mengalami koma sejak 3 jam yang lalu.

    a) Apa penyebab koma secara umum?Jawab :

    Koma merupakan keadaan dimana dengan semua rangsangan, penderita tidak dapat

    dibangunkan. Dalam bidang neurology, koma merupakan kegawat daruratan medik yang

    paling sering ditemukan/dijumpai. Koma adalah suatu keadaan klinik tertentu yang

    disebabkan oleh berbagai faktor serta membutuhkan tindakan penanganan yang cepat dan

    tepat, dimana saja dan kapan saja.

    Etiologi Koma

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    5/61

    Koma hipoglikemia Page 5

    Secara umum stupor dan koma dapat disebabkan menjadi tiga kategori besar :

    1. Kelainan struktur intrakranial (33 %)Kebanyakan kasus ditegakkan melalui pemeriksaan imajing otak ( computed

    tomography [CT] or magnetic resonance imaging [MRI] atau melalui lumbal punksi

    [LP].

    2. Kelainan metabolik atau keracunan (66%)Dikonfirmasi melalui pemeriksaan darah, tapi tidak selalu positif.

    3. Kelainan psikiatris (1%)

    Stupor atau koma disebabkan oleh penyakit mempengaruhi kedua hemisfer otak atau

    batang otak. Lesi unilateral dari satu hemisfer tidak menyebabkan stupor atau koma kecuali

    massa tersebut besar hingga menekan hemisfer kontralateral atau batang otak. Koma yang

    disebabkan kelainan fokal di batang otak terjadi karena terganggunya reticular activating

    system. Kelainan metabolik dapat menyebabkan gangguan kesadaran karena efek yang luas

    terhadap formasio retikularis dan korteks serebral.

    Tiga penyebab koma yang dapat cepat menyebabkan kematian dan dapat ditangani

    antara lain :

    a. Herniasi dan penekanan batang otak : space ocupying lession yang menyebabkankoma merupakan keadaan emergensi bedah saraf.

    b. Peningkatan tekanan intrakranial (TIK) : peningkatan TIK dapat menyebabkangangguan perfusi otak dan global hypoxic-ischemic injury.

    c. Meningitis atau encephalitis : kematian akibat meningitis bakterialis atau herpesencephalitis dapat dicegah dengan terapi secepatnya.

    b) Bagaimana mekanisme terjadinya koma pada skenario?Jawab :

    Koma yang terjadi pada kasus adalah koma hipoglikemi karena konsumsi

    glibenklamid. Hal ini dapat terjadi pada penderita diabetes yang lama dan mengonsumsi

    obat antidiabetik oral atau insulin yang melebihi dosis, asupan glukosa yang sedikit, atau

    aktivitas fisik yang berlebihan pada pasien yang menderita diabetes. Konsumsi glibenklamid

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    6/61

    Koma hipoglikemia Page 6

    dapat menyebabkan peningkatan sekresi insulin dan penurunan sekresi glucagon. Hal ini

    dapat menyebabkan hipoglikemia.Pada awalnya respon tubuh akan mengkompensasi dengan

    mensekresi hormone epineprin dari kelenjar adrenal. Kemudian dapat ditangani dengan

    pemberian glukosa terutama dalam bentuk larutan agar mudah diserap. Akan tetapi pada

    keadaan yang tidak ditangani secara cepat, dapat mengakibatkan otak yang menjadi

    konsumen glukosa paling besar akan mengalami gangguan akibat tidak adekuatnya suplai

    glukosa ke otak. Akibatnya terjadi koma(kehilangan kesadaran yang parah) yang merupakan

    kegawatdaruratan medis.

    c) Bagaimana penanganan koma?Jawab :

    Pengobatan Hipoglikemi Akut

    Ringan :

    15-20 g karbohidrat yang diserap dengan cepat, contoh : Lucozade 100-150 ml mendekati setengah cangkir teh Jus buah 150-200 ml mendekati satu cangkir teh penuh Lemonade 150-200 ml mendekati satu cangkir teh penuh Atau tidak diet cola Ulangi setelah 5 menit jika tidak ada perbaikan

    Kemudian

    Salah satu :Mengambil makanan dengan 60 min dengan dosis insulin yang digunakan, jika sesuai

    Atau 10 gr zat tepung karbohidrat (co:sepotong roti) jika makan diberikutnya 1-2 jam

    Atau 20 gr zat tepung karbohidrat (2 potong roti) jika makanan tidak untuk 2 jam atau

    malam hari

    Cek gula darah pada 30 menit untuk memastikan sudah pulih/sembuh sampai4mmol/L

    Berat :IM glukagon 1 mg bisa diberikan efektif dengan 10 min

    Kemudian

    20 g karbohidrat yg diserap cepat dan jika pulih 40 g karbohidrat yg diserap cepat (co : 2 potong roti)

    Atau

    IV glukosa 75 ml 20% glukosa

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    7/61

    Koma hipoglikemia Page 7

    Ulangi pada 5 min jika tidak pengaruhKemudian

    20 g karbohidrat yang diserap cepat dan jika pulih 40 gr karbohidrat yang diserap cepat (co: 2 potong roti) Jangan gunakan 50% glukosa kecuali kalau melewati saluran pusat vena ( central

    venous line)

    Koma hipoglikmia tujuan penatalaksaan adalah mengembalikan glukosa plasma ke

    kadar yang normal .

    1. Pada stadium permulaan (sadar), diberikan gula murni 30 gram (sekitar 2 sendokmakan) atau sirup/permen gula murni (bukan pemanis pengganti gula atau gula

    diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung karbohidrat. Obat hipoglikemik

    dihentikan sementara. Glukosa darah sewaktu dipantau setiap 1-2 jam. Bila

    sebelumnya pasien tidak sadar, glukosa darah dipertahankan sekitar 200 mg/dl dan

    dicari penyebab hipoglikemia.

    2. Pada stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia),diberikan larutan dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intravena dan

    diberikan cairan dekstrosa 10% per infus sebanyak 6 jam per kolf. Khusus koma

    hipoglikemi karena penggunaan sulfonilurea, sebaiknya infus dekstrosa 10 %dilanjutkan selama 48 jam. Glukosa darah sewaktu diperiksa. Jika GDS < 50 mg/dl,

    ditambahkan bolus dekstrosa 40% 50 ml secara intravena; jika GDS < 100 mg/dl

    ditambahkan bolus dekstrosa 40% 25 ml intravena. GDS kemudian diperiksa setiap 1

    jam setelah pemberian dekstrosa 40%, jika GDS < 50 mg/dl maka ditambahkan bolus

    dekstrosa 40% 50 ml intravena; jika GDS < 100 mg/dl maka ditambahkan bolus

    dekstrosa 40% 25 ml intravena; jika GDS 100-200 mg/dl maka tidak perlu diberikan

    bolus dekstrosa 40%; jika GDS > 200 mg/dl maka dipertimbangkan untuk

    menurunkan kecepatan drip dekstrosa 10%. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali

    berturut-turut, pemantauan GDS dilakukan setiap 2 jam dengan protokol sesuai di

    atas. Jika GDS > 200 mg/dl, pertimbangkan mengganti infus dengan dekstrosa 5%

    atau NaCl 0,9%. Jika GDS > 100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan

    GDS dilakukan setiap 4 jam dengan protokol sesuai di atas. Jika GDS > 100 mg/dl

    sebanyak 3 kali berturut-turut, dilakukan sliding scale setiap 6 jam dengan regular

    insulin.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    8/61

    Koma hipoglikemia Page 8

    3. Bila hipoglikemi belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin sepertiadrenalin, kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg iv/im. Jika pasien belum

    sadar dengan GDS sekitar 200 mg/dl, diberikan hidrokortison 100 mg per 4 jam

    selama 12 jam atau deksametason 10 mg iv bolus dilanjutkan 2 mg tiap 6 jam dan

    manitol 1,5-2 g/kgBB iv setiap 6-8 jam dan dicari penyebab lain penurunan

    kesadaran. Untuk menghindari timbulnya hipoglikemia pada pasien perlu diajarkan

    bagaimana menyesuaikan penyuntikan insulin dengan waktu dan jumlah makanan

    (karbohidrat), pengaruh aktivitas jasmani terhadap kadar glukosa darah, tanda dini

    hipoglikemia, dan cara penanggulangannya.

    d) Apa saja klasifikasi koma dan jelaskan sesuai skenario?Jawab :

    Berdasarkan susunan anatomi, koma dibagi menjadi 2 yaitu; koma kortikal

    bihemisferikdan koma diensefalik.

    1. Koma kortikal bihemisferik

    Neuron merupakan satuan fungsional susunan saraf. Berbeda secara struktur,

    metabolisme dan fungsinya dengan sel tubuh lain. Pertama, neuron tidak bermitosis. Kedua,

    untuk metabolismenya neuron hanya menggunakan O2 dan glukosa saja. Sebab bahan baku

    seperti protein, lipid, polysaccharide dan zat lain yang biasa digunakan untuk metabolisme sel

    tidak dapat masuk ke neuron karena terhalang oleh blood brain barrier.

    Angka pemakaian glukosa ialah 5,5 mg/100 gr jaringan otak/menit. Angka pemakaian

    O2 ialah 3,3 cc/100 gr jaringan otak/menit. Glukosa yang digunakan oleh neuron 35% untuk

    proses oksidasi, 50% dipakai untuk sintesis lipid, protein, polysaccharide, dan zat-zat lain

    yang menyusun infrastruktur neuron, dan 15% untuk fungsi transmisi.

    Hasil akhir dari proses oksidasi didapatkan CO2 dan H2O serta ATP yang berfungsi

    mengeluarkan ion Na dari dalam sel dan mempertahankan ion K di dalam sel. Bila

    metabolisme neuron tersebut terganggu maka infrastruktur dan fungsi neuron akan lenyap,

    bilamana tidak ada perubahan yang dapat memperbaiki metabolisme.

    Koma yang bangkit akibat hal ini dikenal juga sebagai Koma Metabolik. Yang dapat

    membangkitkan koma metabolik antara lain:

    - Hipoventilasi

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    9/61

    Koma hipoglikemia Page 9

    - Anoksia iskemik.

    - Anoksia anemik.

    - Hipoksia atau iskemia difus akut.

    - Gangguan metabolisme karbohidrat.

    - Gangguan keseimbangan asam basa.

    - Uremia

    - Koma hepatic

    - Defisiensi vitamin B.

    2. Koma diensefalik

    Koma akibat gangguan fungsi atau lesi struktural formation retikularis di daerah

    mesensefalon dan diensefalon (pusat penggalak kesadaran). Secara anatomik koma

    diensefalik dibagi menjadi 2 bagian utama yaitu koma akibat lesi supratentorial dan lesi

    infratentorial.

    Lesi supratentorial

    Proses desak ruang supratentorial, lama kelamaan mendesak hemisferium ke arah

    foramen magnum, yang merupakan satu-satunya jalan keluar untuk suatu proses desak

    didalam ruang tertutup seperti tengkorak. Karena itu batang otak bagian depan (diensefalon)

    mengalami distorsi dan penekanan. Saraf-saraf otak mengalami penarikan dan menjadi

    lumpuh dan substansia retikularis mengalami gangguan. Oleh karena itu bangkitlah

    kelumpuhan saraf otak yang disertai gangguan penurunan derajat kesadaran. Kelumpuhan

    saraf otak okulomotorius dan trokhlearis merupakan cirri bagi proses desak ruangsupratentorial yang sedang menurun ke fossa posterior serebri. Yang dapat menyababkan lesi

    supratentorial antara lain; tumor serebri, abses dan hematoma intrakranial.

    Lesi infratentorial

    Ada 2 macam proses patologik dalam ruang infratentorial (fossa kranii posterior).

    Pertama, proses diluar batang otak atau serebelum yang mendesak sistem retikularis. Kedua,

    proses didalam batang otak yang secara langsung mendesak dan merusak sistem retikularis

    batang otak. Proses yang timbul berupa (i).penekanan langsung terhadap tegmentum

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    10/61

    Koma hipoglikemia Page 10

    mesensefalon (formasio retikularis). (ii) herniasi serebellum dan batang otak ke rostral

    melewati tentorium serebelli yang kemudian menekan formation retikularis di mesensefalon.

    (iii) herniasi tonsiloserebellum ke bawah melalui foramen magnum dan sekaligus menekan

    medulla oblongata. Secara klinis, ketiga proses tadi sukar dibedakan. Biasanya berbauran dan

    tidak ada tahapan yang khas. Penyebab lesi infratentorial biasanya GPDO di batang otak atau

    serebelum, neoplasma, abses, atau edema otak.

    2. Pasien mengidap DM tipe 2 sejak 5 tahun yang lalu dan setiap hari mengonsumsiobat glibenklamid 5 mg.

    a) Jelaskan etiologi DM Tipe 2?Jawab :

    Jurnal UI : Pada diabetes Melitus tipe 2 terjadi penurunan jumlah reseptor insulin pada

    permukaan sel target dan penurunan aktifitas post reseptor walaupun produksi insulin tetap

    berjalan. akibatnya kemampuan sel untuk mengunakan insulin berkurang, jumlah glukosa di

    dalam sel juga berkurang dan terjadi peningkatan glukosa di dalam pembuluh darah ,

    keadaan ini disebut dengan resistesi insulin. Beberapa faktor yang menyebabkan resistensi

    insuln seperti obesitas sentral, kurang aktifitas fisik, diet tinggi lemak, kurang karbohidrat,

    serta faktor keturunan (herediter).

    b) Apa Saja faktor resiko DM Tipe 2?Jawab :

    Faktor risiko diabetes tipe 2 terbagi atas:

    - Faktor risiko yang tidak dapat diubah seperti ras, etnik, riwayat keluarga dengandiabetes, usia > 45 tahun, riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih dari

    4 kg, riwayat pernah menderita DM Gestasional dan riwayat berat badan lahir rendah

    < 2,5 kg.

    - Faktor risiko yang dapat diperbaiki seperti berat badan lebih (indeks massa tubuh >23kg/m2, kurang aktivitas fisik, hipertensi(>140/90 mmHg), dislipidemia (HDL 250 mg/dl dan diet tinggi gula rendah serat.

    - Faktor risiko lain yang terkait dengan risiko diabetes seperti penderita sindromovarium poli-kistik, atau keadaan klinis lain yang terkait dengan ressitensi insulin,

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    11/61

    Koma hipoglikemia Page 11

    sindrom metabolik, riwayat toleransi glukosa terganggu/glukosa darah puasa

    terganggu dan riwayat penyakit kardiovascular (stroke, penyempitan pembuluh darah

    koroner jantung, pembuluh darah arteri kaki) (Tedjapranata M, 2009).

    Sedangkan Menurut American Diabetes Asociation, 2007, Faktor Resiko DM Tipe 2

    adalah sebagai berikut:

    Riwayat keluarga dengan diabetes mellitus (orang tua atau saudara kandungdengan DM tipe 2)

    Obesitas (BMI 25 kg/m2) Memiliki kebiasaan fisik yang tidak aktif Ras/etnis (African American, latin, native American, asian american, pacific

    islander)

    Sebelumnya telah diidentifikasikan IGT atau IFG Riwayat Gestational Diabetes Mellitus (GDM) atau melahirkan bayi dengan berat

    >4 kg disebabkan oleh perubahan hormonal yang terjadi selama kehamilan. Peningkatan

    kadar beberapa hormon yang dihasilkan plasenta membuat sel-sel tubuh menjadi kurang

    responsif terhadap insulin (resistensi insulin). Karena plasenta terus berkembang selama

    kehamilan, produksi hormonnya juga semakin banyak dan memperberat resistensi insulin

    yang telah terjadi. Biasanya, pankreas pada ibu hamil dapat menghasilkan insulin yang

    lebih banyak (sampai 3x jumlah normal) untuk mengatasi resistensi insulin yang terjadi.

    Namun, jika jumlah insulin yang dihasilkan tetap tidak cukup, kadar glukosa darah akan

    meningkat dan menyebabkan diabetes gestasional. Kebanyakan wanita yang menderita

    diabetes gestasional akan memiliki kadar gula darah normal setelah melahirkan bayinya.

    Namun, mereka memiliki risiko yang lebih tinggi untuk menderita diabetes gestasional

    pada saat kehamilan berikutnya dan untuk menderita diabetes tipe 2 di kemudian hari.

    Hipertensi merupakan tanda-tanda utama terjadinya pradiabetes.

    Level kolesterol HDL 250mg/dL (2.82 mmol/L)

    Sindrom polikistik ovarium atau nigrikan akantotik

    Kondisi polycystic ovary syndrome menyebabkan resistensi insulin yang berujung

    diabetes.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    12/61

    Koma hipoglikemia Page 12

    Riwayat penyakit vaskuler

    c) Bagaimana patofisiologi DM tipe 2?Jawab :

    Diabetes Melitus tipe 2 (bervariasi mulai dari predominan resistensi insulin disertai

    defisiensi insulin relatif sampai dengan predominan defek sekresi insulin disertai

    resistensi insulin)

    * Kekurangan insulin absolut yaitu kadar insulin di dalam darah penderita memang

    dibawah normal, sedangkan kekurangan insulin relatif yaitu kadar insulin masih

    dalam batas normal tetapi cara kerjanya tidak efektif, sehingga menunjukkan adanya

    gejala kekurangan insulin.

    Resistensi Insulin

    Resistensi insulin adalah resistensi terhadap efek insulin pada up, metabolisme,

    dan penyimpanan glukosa. Hal tersebut dapat terjadi akibat defek genetik dan

    obesitas. Menurunnya kemampuan insulin untuk berfungsi dengan efektif pada

    jaringan perifer merupakan gambaran DM tipe 2. Mekanisme resistensi insulin

    umumnya disebabkan oleh gangguan pascareseptor Polimorfisme pada IRS1 (Gambar

    B1 ) berhubungan dengan intoleransi glukosa dan meningkatkan kemungkinan bahwa

    polimorfisme dari berbagai molekul pascareseptor dapat berkombinasi dan

    memunculkan keadaan yang resisten terhadap insulin. Resistensi insulin terjadi akibat

    gangguan persinyalan PI-3-kinase yang mengurangi translokasi glucose transporter

    (GLUT) 4 ke membran plasma.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    13/61

    Koma hipoglikemia Page 13

    Ada 3 hal yang berperan dalam resistensi insulin terkait obesitas, 2 yaitu:

    1. Asam lemak bebas (free ftt acis )

    Peningkatan trigliserida intraselular dan produk metabolisme asam

    lemak menurunkan efek insulin yang berlanjut pada resistensi insulin

    2. Adipokin

    Leptin dan adiponektin meningkatkan kepekaan insulin, sedangkan

    resistin meningkatkan resistensi insulin

    peroxisome proliferator-actiated receptor gamma) dan TZD

    (tiazolidiediones)

    Merupakan reseptor intrasel yang meningkatkan kepekaan insulin. TZD

    merupakan antioksidan (antidiabetik) yang mampu berikatan dengan

    insulin

    Gangguan Sekresi Insulin

    Sekresi insulin dan sensitivitasnya saling berhubungan. Pada DM tipe 2, sekresi

    insulin meningkat sebagai respon terhadap resistensi insulin untuk mempertahankan toleransi

    glukosa. Namun, lama kelamaan sel beta kelelahan memproduksi insulin sehingga terjadi

    kegagalan sel Gambar B-3). Kegagalan sel ini tidak terjadi pada semua penderita DM tipe 2

    sehingga diduga ada pengaruh faktor intrinsik berupa faktor genetik yaitu gen diabetogenik

    TCF7L2. 2 Polipeptida amiloid pada pulau Langerhans (amilin) disekresikan oleh sel beta

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    14/61

    Koma hipoglikemia Page 14

    dan membentuk deposit fibriler amiloid pada pankreas penderita DM tipe 2 jangka panjang.

    Diduga bahwa amiloid ini bersifat sitotoksik terhadap sel sehingga massa sel berkurang.

    Dapat disimpulkan bahwa disfungsi yang terjadi dapat bersifat kualitatif (sel beta tidak

    mampu mempertahankan hiperinsulinemia) atau kuantitatif (populasi sel beta berkurang).

    Kedua hal tersebut dapat disebabkan oleh toksisitas glukosa dan lipotoksisitas

    Peningkatan Produksi Glukosa di Hati

    Ketika tubuh semakin resisten terhadap insulin, kadar gula darah yang tinggi akan

    memaksa tubuh mensekresikan insulin secara terus menerus ke dalam sirkulasi darah

    (hiperinsulinemia). Pada keadaan normal, seharusnya hal ini dapat membuat glukosa

    dikonversi menjadi glikogen dan kolesterol. Akan tetapi, pada pasien DM yang resisten

    terhadap insulin, hal ini tidak terjadi dan sebaliknya ketiadaan respon terhadap insulin

    mengakibatkan hati terus menerus memproduksi glukosa (glukoneogenesis). Hal ini pada

    akhirnya akan berujung pada

    terjadinya hiperglikemia.

    Produksi gula hati baru akan terus

    meningkat akibat terjadinya

    ketidaknormalan sekresi insulin

    dan munculnya resistensi insulin

    di otot rangka.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    15/61

    Koma hipoglikemia Page 15

    d) Apa komplikasi DM tipe 2 ?Jawab :

    Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol pada pasien diabetes melitus akan

    menyebabkan berbagai komplikasi, baik yang bersifat akut maupun yang kronik.

    Komplikasi akut dapat berupa :

    1. Hipoglikemia yaitu menurunnya kadar gula darah < 60 mg/dl2. Keto Asidosis Diabetika (KAD) yaitu DM dengan asidosis metabolic dan

    hiperketogenesis

    3. Koma Lakto Asidosis yaitu penurunan kesadaran hipoksia yang ditimbulkan olehhiperlaktatemia.

    4. Koma Hiperosmolar Non Ketotik, gejala sama dengan no 2 dan 3 hanya saja tidakada hiperketogenesis dan hiperlaktatemia.

    Komplikasi kronis :

    Biasanya terjadi pada penderita DM yang tidak terkontrol dalam jangka waktu kurang

    lebih 5 tahun. Dapat dibagi berdasarkan pembuluh darah serta persarafan yang kena

    atau berdasakan organ. Pembagian secara sederhana sebagai berikut :

    1. Makroangiopati, mengenai pembuluh darah besar (pembuluh darah yang dapatdilihat secara mikroskopis) antara lain pembuluh darah jantung / Penyakit Jantung

    Koroner, pembuluh darah otak /stroke, dan pembuluh darah tepi / Peripheral

    Artery Disease.

    2. Mikroangiopati, mengenai pembuluh darah mikroskopis antara lain retinopatidiabetika (mengenai retina mata) dan nefropati diabetika (mengenai ginjal).

    3. Neuropati, mengenai saraf tepi. Penderita bisa mengeluh rasa pada kaki/tanganberkurang atau tebal pada kaki atau kaki terasa terbakar/bergetar sendiri.

    Selain di atas, komplikasi kronis DM dapat dibagi berdasarkan organ yang terkena

    yaitu

    1. Kulit : Furunkel, karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam dikulit daerah tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik,

    tepi keputihan), selulitis ganggren.

    2. Kepala/otak : stroke, dengan segala deficit neurologinya3. Mata : Lensa cembung sewaktu hiperglikemia (myopia-reversibel,katarax

    irreversible), Glaukoma, perdarahan corpus vitreus, Retinopati DM (non

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    16/61

    Koma hipoglikemia Page 16

    proliperative, makulopati, proliferatif), N 2,3,6 (neuritis optika) & nerve centralis

    lain.

    4. Hidung : penciuman menurun5. Mulut : mulut kering, ludah kental = verostamia diabetic, Lidah (tebal, rugae,

    gangguan rasa), ginggiva (edematus, merah tua, gingivitis, atropi), periodontium

    (makroangiopati periodontitis), gigi (caries dentis)

    6. Jantung : Penyakit Jantung Koroner, Silent infarction 40% karena neuropatiotonomik, kardiomiopati diabetika (Penyakit Jantung Diabetika)

    7. Paru : mudah terjangkit Tuberculosis (TB) paru dengan berbagai komplikasinya.8. Saluran Cerna : gastrointestinal (neuropati esofagus, gastroparese diabetikum

    (gastroparese diabeticum), gastroatropi, diare diabetic)

    9.

    Ginjal dan saluran kencing : neuropati diabetik, sindroma kiemmelstiel Wilson,pielonefritis, necrotizing pappilitis,Diabetic Neurogenic Vesical

    Disfunction, infeksi saluran kencing, disfungsi ereksi/ impotensi, vulvitis.

    10.Saraf : Perifer: parestesia, anestesia, gloves neuropati, stocking, neuropati, kramp11.Sendi : poliarthritis12.Kaki diabetika (diabetic foot), merupakan kombinasi makroangiopati,

    mikroangopati, neuropati dan infeksi pada kaki.

    e) Bagaimana Tatalaksana DM tipe 2 ?Jawab :

    Empat pilar tatalaksana DM :

    (1) edukasi

    Penyuluhan untuk rencana pengelolaan sangatpenting untuk mendapatkan hasil

    yang maksimal. Edukasi diabetes adalah pendidikan danpelatihan mengenai

    pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien diabetes, yang bertujuanmenunjang

    perubahan perilaku untuk meningkatkan pemahaman pasien akan

    penyakitnya,yang diperlukan untuk mencapai keadaan sehat optimal, dan

    penyesuaian keadaanpsikologik serta kualitas hidup yang lebih baik. Edukasi

    merupakan bagian integral dariasuhan perawatan pasien diabetes.

    (2) nutrisi

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    17/61

    Koma hipoglikemia Page 17

    Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam

    halkarbohidrat, protein, dan lemak, sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai

    berikut:

    Karbohidrat 60 - 70% Protein 10 - 15% Lemak 20 - 25%

    Jumlah kalori disesuaikan denganpertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan

    kegiatan jasmani untuk mencapai danmemper tahankan berat badan idaman.

    (3) latihan jasmani

    Pengelolaan DM dimulai dengan pengaturan makan dan latihan jasmani selama

    beberapa waktu (2-4 minggu).

    (4) intervensi farmakologis (OHO, insulin)

    Apabila kadar glukosa darah belum mencapai sasara setelah pengaturan makan dan

    latihan jasmani, dilakukan intervensi farmakologis dengan obat hipoglikemik oral

    (OHO) dan atau suntikan insulin. Pada keadaan tertentu, OHO dapat segera diberikan

    secara tunggal atau langsung kombinasi, sesuai indikasi. Dalam keadaan

    dekompensasi metabolik berat, misalnya ketoasidosis, stres berat, berat badan yangmenurun dengan cepat, adanya ketonuria, insulin dapat segera diberikan.

    Terapi Insulin

    Suntikan insulin dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain intravena, intramuskular,

    dan umumnya pada penggunaan jangka panjang lebih disukai pemberian subkutan.

    Sediaan insulin umumnya diperoleh dari bovine (sapi) atau porcine (babi). Insulin reguler

    dapat dikombinasi dengan beberapa jenis insulin lain. Kebutuhan insulin pada pasien DM

    umumnya berkisar antara 5-150 U sehari. Satu unit insulin kira-kira sama dengan insulin

    yang dibutuhkan untuk menurunkan glukosa puasa 45 mg/dl pada kelinci.

    OBAT ANTIDIABETIK ORAL

    Ada 5 golongan antidiabetik oral (ADO) yang dapat digunakan untuk DM dan telah

    dipasarkan di Indonesia, yakni golongan: sulfonilurea, meglitinid, biguanid, penghambat -

    glukosidase, dan tiazolidinedion.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    18/61

    Koma hipoglikemia Page 18

    Golongan Sulfonilurea

    Terdiri dari 2 generasi:

    1. Generasi 1: tolbutamid, tolazamid, asetoheksimid, dan klorpropamid.

    2. Generasi 2: gliburid/glibenklamid, glipizid, gliklazid, dan glimepirid.

    OBAT HIPERGLIKEMIK

    Glukagon menyebabkan glikogenolisis di hepar dengan jalan merangsang enzin

    adenilsiklase dalam pembentukan CAMP, kemudian CAMP ini mengaktifkan fosforilase,

    suatu enzim penting untuk glikogenolisis. Sebagian besar glukagon endogen mengalami

    metabolisme di hati. Glukagon terutama diberikan pada pengobatan hipoglikemaia yang

    ditimbulkan oleh insulin. Obat tersebut dapat diberikan secara IV, IM, atau SK dengan dosis

    1 mg.

    f) Jelaskan farmakokinetik dan farmakodinamik Glibenkamid serta waktuparuhnya?

    Jawab :

    Glibenclamide/Glyburide

    Gambar 1 : struktur glibenclamide

    Nama & Struktur Kimia : 1-[[p-[2-(5-chloro-o-anisamido)-ethyl]phenyl]-sulfo-nyl]-3-

    cyclohexylurea

    Sifat Fisikokimia : Serbuk kristalin putih, BM 493,99

    I. FarmakodinamikMekanisme Kerja

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    19/61

    Koma hipoglikemia Page 19

    Kerja utama sulfonylurea adalah meningkatkan rilis insulin dari pankreas. Diduga

    terdapat dua mekanisme kerja tambahan-suatu penurunan kadar glucagon serum dan

    suatu efek ekstrapankreatik dengan mengadakan efek potensiasi terhadap kerja insulin

    pada jaringan sasaran-tetapi kemaknaan klinisnya masih dipertanyakan.

    Gambar 2 : mekanisme kerja sulfonylurea pada pankreas

    A. Rilis Insulin dari Sel-sel B pankreas: Sulfonylurea berikatan dengan suatu reseptorsulfonylurea yang berdaya afinitas tinggi 140 kDa yang dihubungkan dengan suatu

    kanal kalium yang sensitif ATP yang menyebabkan aliran ke dalam sel B. Dengan

    mengikat satu silfonylurea berarti menghambat aliran ion kalium ke luar melalui kanal

    dan menyebabkan terjadinya depolarisasi. Sebaliknya, depolarisasi membuka kanal

    kalsium yang dibuka oleh voltase dan menyebabkan aliran kalsium ke dalam dan

    terjadi rilis insulin.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    20/61

    Koma hipoglikemia Page 20

    Selain menyebabkan depolarisasi sel B melalui hambatan kalan kalium,sulfonylurea

    mungkin memiliki fungsi selular tambahan, karena hingga 90% protein yang

    mengikat sulfonylurea terletak pada membran intraseluler, termasuk granul sekretori.

    Telah dibuktikan bahwa sulfonylurea mengadakan potensiasi eksositosis pada granul

    yang mengandung insulin dengan langsung bekerja pada protein pengikat tersebut.

    B. Penurunan Konsentrasi Glucagon Serum: Sekarang telah diterapkan bahwapemberian sulfonylurea pada diabetes tipe 2 secara kronis dapat menurunkan kadar

    glucagon serum. Keadaan tersebut dapat berperan terhadap efek hipoglikemik dari

    obat. Mekanisme efek supresi sulfonylurea pada kadar glucagon tersebut tidak jelas

    tetapi diduga melibatkan hambatan tidak langsung yang disebabkan oleh peningkatan

    rilis baik pada insulin maupun somatostatin, yang menghambat sekresi sel A. Diduga

    ketika sulfonylurea berikatan dengan reseptor, kanal ion menutup untukmendepolarisasi sel, sehingga menyebabkan aliran masuk kalsium dengan rilis

    glucagon. Keberadaan sel-sel B yang bersebelahan dalam pulau-pulau yang utuh

    mencegah respons tersebut, karena sulfonylurea merilis sejumlah besar insulin yang

    hasil akhirnya merupakan penghambat sel-sel A.

    C. Potensiasi Kerja Insulin pada Jaringa Sasaran: Terdapat bukti bahwa terjadipeningkatan ikatan insulin pada reseptor jaringan selama pemberian sulfonylurea pada

    pasien dengan diabetes tipe 2. Suatu peningkatan jumlah reseptor akan meningkatkan

    efek yang dicapai pada suatu konsentrasi agonis yang diberikan; kerja sulfonylurea

    yang demikian diharapkan memberikan efek potensiasi pada kadar insulin pasien yang

    rendah seperti pula pada pemberian insulin eksogen. Namun, efek in vivo tersebut

    tidak terbukti apabila insulin ditambahkan secara in vitropada jaringan sasaran insulin.

    Pemgamatan tersebut dengan tegas menolak suatu efek potensiasi langsung

    sulfonylurea terhadap kerja insulin. Lebih tepatnya, pengamatan tersebut

    menimbulkan dugaan terjadinya suatu manfaat sekunder efek metabolik yang

    dihasilkan dari penurunan glikemia atau kadar asam lemak seperti sulfonylurea

    meningkatkan rilis insulin pada pasien diabetes tipe 2.

    II. FarmakokinetikSemua golongan sulfonilurea diabsorpsi dengan baik setelah pemberian oral.

    Dapat diminum bersama makanan. gliburid lebih efektif diminum 30 menit sebelum

    makan. Setelah diabsorbsi, obat ini tersebar ke seluruh cairan ekstra sel. Dalam

    plasma sebagian besar terikat pada protein plasma terutama albumin (70-99%). Studi

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    21/61

    Koma hipoglikemia Page 21

    menggunakan glibenklamid yang dilabel radioaktif menunjukkan bahwa,

    glibenklamid diserap sangat baik (84 9%).

    Mula kerja (onset) glibenklamid: kadar insulin serum mulai meningkat 15-60

    menit setelah pemberian dosis tunggal. Kadar puncak dalam darah tercapai setelah 2-4

    jam. Setelah itu kadar mulai menurun, 24 jam setelah pemberian kadar dalam plasma

    hanya tinggal sekitar 5%. Masa kerja sekitar 15 = 24 jam. Metabolisme glibenklamid

    sebagian besar berlangsung dengan jalan hidroksilasi gugus sikloheksil pada

    glibenklamid, menghasilkan satu metabolit dengan aktivitas sedang dan beberapa

    metabolit inaktif. Metabolit utama (M1) merupakan hasil hidroksilasi pada posisi 4-

    trans, metabolit kedua (M2) merupakan hasil hidroksilasi 3-cis, sedangkan metabolit

    lainnya belum teridentifikasi. Semua metabolit tidak ada yang diakumulasi. Hanya

    25-50 % metabolit diekskresi melalui ginjal, sebagian besar diekskresi melalui

    empedu dan dikeluarkan bersama tinja. Waktu paruh eliminasi sekitar 15-16 jam,

    dapat bertambah panjang apabila terdapat kerusakan hati atau ginjal. Bila pemberian

    dihentikan, obat akan bersih keluar dari serum setelah 36 jam. Glibenklamid tidak

    diakumulasi di dalam tubuh, walaupun dalam pemberian berulang.

    Glibenclamide memiliki sedikit efek yang tidak diinginkan selain dari

    potensinya untuk menyebabkan hipoglikemia. Warna kemerahan pada wajah

    (flushing) jarang dilaporkan setelah mengkonsumsi ethanol. Gliburide tidak

    menyebabkan retensi air-seperti yang terjadi pada chlorpromide-tetapi sedikit

    meningkatkan klirens air bebas.

    g) Jelaskan dosis , aturan pakai, indikasi, kontra indikasi, efek samping, komposisi,interaksi glibenkamid serta bentuk sediaannya dan nama dagang?

    Jawab :GLIBENKLAMID

    Nama Dagang:

    Glibenclamide (generic), Abenon, Diacella, Glimel, Glyamid, Latibet, Prodiamel,

    Semi Gliceta, Clamega, Condiabet, Daonil, Euglucon, Fimediab, Glidanil, Gluconic,

    Glynase Pres Tab, Harmida, Hisacha, Libronil, Merzanil, Prodiabet, Renabetic,

    Samclamide, Semi Gliceta, Tiabet

    Bentuk sediaan:

    Kaptab 5 mg, Tablet 2,5 dan 5 mg, Tablet Ss 5 mg

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    22/61

    Koma hipoglikemia Page 22

    Dosis:

    Terapi obat hipoglikemik oral (OHO)dimulai dati dosis rendah 1 kali pemberian

    perhari, setelah itu dosis dapat dinaikkan sesuai dengan respon terhadap obat. Misal,

    setiap 7 hari ditingkatkan dengan -1 kaptab sehari sampai control metabolit optimal

    tercapai. Dosis awal 2,5 mg/hari bersama sarapan atau sesudah sarapan. Dosis

    maksimal 15 mg/hari.

    Aturan pakai:

    1 kali sehari segera sebelum makan atau sarapan.

    Indikasi:

    Diabetes Melitus Tipe 2 ringan-sedang, tanpa komplikasi yang tidak responsif dengan

    diet saja.

    Kontraindikasi:

    Hipersensitif terhadap glibenklamid atau senyawa OHO golongan sulfonylurea

    lainnya. Porfiria. Ketoasidosis diabetik dengan atau tanpa koma. Penggunaan OHO

    golongan sulfonilurea pada penderita gangguan fungsi hati dan ginjal merupakan

    kontraindikasi, namun glibenklamid dalam batas-batas tertentu masih dapat diberikan

    pada beberapa pasien dengan kelainan fungsi hati dan ginjal ringan. Diperkirakan

    mempunyai efek terhadap agregasi trombosit.

    Selain itu, glibenklamida tidak boleh diberikan pada diabetes militus juvenil, prekoma

    dan koma diabetes, wanita hamil, gangguan berat fungsi tiroid atau adrenal.

    Ibu menyusui:

    - Diabetes militus dan komplikasi (demam, trauma, gangren).

    - Pasien yang mengalami operasi.

    Komposisi:

    Turunan N-asetil dari -fenetilamin direaksikan dengan asam klorosulfonik untuk

    membentuk turunan para-sulfonil klorida. Senyawa ini lalu di amonolisis, yang diikuti

    dengan pelepasan asetamid dengan katalisasi basa. Lalu dilakukan asilasi dengan 2-metoksi-

    5-klorobenzoik asam klorida untuk membentuk amida intermediet. Lalu, direaksikan dengan

    sikloheksil isosianat untuk membentuk glibenklamid sulfonilurea.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    23/61

    Koma hipoglikemia Page 23

    Cara kerja obat:

    Glibenklamida adalah hipoglikemik oral derivat sulfonil urea yang bekerja aktif

    menurunkan kadar gula darah. Glibenklamida bekerja dengan merangsang sekresi

    insulin dari pankreas. Oleh karena itu glibenklamida hanya bermanfaat pada penderita

    diabetes dewasa yang pankreasnya masih mampu memproduksi insulin. Pada

    penggunaan per oral glibenklamida diabsorpsi sebagian secara cepat dan tersebar ke

    seluruh cairan ekstrasel, sebagian besar terikat dengan protein plasma. Pemberian

    glibenklamida dosis tunggal akan menurunkan kadar gula darah dalam 3 jam dan

    kadar ini dapat bertahan selama 15 jam. Glibenklamida diekskresikan bersama feses

    dan sebagai metabolit bersama urin.

    Efek samping:

    Efek samping OHO golongan sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya rendah,

    antara lain gangguan saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat.

    Gangguan saluran cerna berupa mual, diare, sakit perut, dan hipersekresi asam

    lambung. Gangguan susunan syaraf pusat berupa sakit kepala, vertigo, bingung,

    ataksia dan lain sebagainya. Gejala hematologik termasuk leukopenia,

    trombositopenia, agranulositosis dan anemia aplastik dapat terjadi walau jarang

    sekali. Hipoglikemia dapat terjadi apabila dosis tidak tepat atau diet terlalu ketat, juga

    pada gangguan fungsi hati atau ginjal atau pada lansia. Hipogikemia sering

    diakibatkan oleh obat-obat antidiabetik oral dengan masa kerja panjang.Golongan

    sulfonilurea cenderung meningkatkan berat badan.

    Interaksi obat:

    Alkohol: dapat menambah efek hipoglikemik Analgetika (azapropazon, fenilbutazon, dan lain-lain): meningkatkan efek

    sulfonilurea.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    24/61

    Koma hipoglikemia Page 24

    Antagonis kalsium: misalnya nifedipin kadang-kadang mengganggu toleransiglukosa.

    Antagonis Hormon: aminoglutetimid dapat mempercepat metabolisme OHO;oktreotid dapat menurunkan kebutuhan insulin dan OHO

    Antihipertensi diazoksid: melawan efek hipoglikemik Antibakteri (kloramfenikol, kotrimoksasol, 4-kuinolon, sulfonamida dan

    trimetoprim): meningkatkan efek sulfonilurea

    Antibakteri rifampisin: menurunkan efek sulfonylurea (mempercepatmetabolisme)

    Antidepresan (inhibitor MAO): meningkatkan efek hipoglikemik Antijamur: flukonazol dan mikonazol menaikkan kadar plasma sulfonilurea Anti ulkus: simetidin meningkatkan efek hipoglikemik sulfonilurea Hormon steroid: estrogen dan progesterone (kontrasepsi oral) antagonis efek

    hipoglikemia

    Klofibrat: dapat memperbaiki toleransi glukosa dan mempunyai efek aditifterhadap OHO

    Penyekat adrenoreseptor beta : meningkatkan efek hipoglikemik dan menutupigejala peringatan, misalnya tremor

    Penghambat ACE: dapat menambah efek hipoglikemik Urikosurik: sulfinpirazona meningkatkan efek sulfonilureaPeringatan dan perhatian:

    - Keamanan dan efektifitas pada anak-anak belum diketahui dengan pasti.

    - Reaksi hipoglikemia dapat terjadi pada pemberian dosis tinggi.

    - Kemampuan konsentrasi bagi pengendara motor dan operator mesin masih dapat

    terganggu.

    - Tidak dianjurkan pemakaian pada wanita hamil kecuali keuntungan yang di

    dapatkan lebih besar dari resiko yang ditimbulkan.

    - Obat diberikan segera sebelum makan atau sarapan.

    Cara penyimpanan:

    Simpan pada suhu kamar (di bawah 30 derajat Celcius) dan tempat kering.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    25/61

    Koma hipoglikemia Page 25

    h) Bagaimana hubungan koma Tn. A dengan DM tipe 2 dan konsumsiglibenklamid ?

    Jawab :

    Tn. A mengalami DM tipe 2. Pada DM Tipe 2 yakni terjadinya hiperglikemia. Pada DM

    tipe 2 ini tidak terjadi kerusakan absolut dari B pankreas. Hal ini mengindikasikan

    penggunaan obat oral diabetik golongan sulfonilurea terutama Generasi II (dalam hal ini

    gliburide/glibenklamid). Obat ini akan menurunkan hiperglikemia dengan tujuan

    hipoglikemia melalui stimulasi sekresi insulin.

    Obat-obatan golongan sulfonilurea kan menyebabkan tertutupnya K chanel yang sangat

    bergantung pada ATP. Jadi penggunaan glibenklamid akan menutup K chanel ini. Penutupan

    K chanel akan menurunkan arus keluar dari K. Sehingga menyebabkan depolarisasi sel Bpankreas .Hal ini menyebabkan terbukanya Kalsium chanel yang sangat tergantung pada

    voltage . Ion ca masuk ke sel B .Terjadi Pengiktan kalsium menstimulasi sekresi insulin.

    Sebenrnya efek ini yang diharapkan pada penggunaan glibenklamid.

    Akan tetapi, pada kasus ini Tn. A mungkin dosis yang digunakan terlalu tinggi mengigat

    usia Tn.A 67 tahun. Sehingga terjadi Kecenderungan hipoglikemia yang drastis, karena pada

    orang tua mekanisme kompensasi cenderung berkurang dan asupan makan juga berkurang.

    Selain itu, pada orang tua hipoglikemia tidak mudah dikenali karena timbul perlahan tanpa

    tanda akut. Saat glikopenia, timbul gejala glikopenik, bila gejala diobati semntara penurunan

    gula terus terjadi maka akan terjadi koma hipoglikemi.

    i) Bagaimana hubungan konsumsi Glibenkamid dengan sistem endokrin Tn.A ?Jawab :

    Glibenklamid merupakan obat ADO golongan sulfonilurea. Obat ini bekerja dengan

    menghambat sulfonylurea receptor 1 (SUR1), suatu subunit yang meregulasi kanal kalium

    sensitif ATP di sel-sel beta paknreas. Inhibisi ini menyebabkan terjadinya depolarisasi

    membran, dan membuka kanal kalsium dependen voltase (voltage-dependent calcium

    channel). Hasilnya adalah peningkatan kalsium intraseluler di sel beta, sehingga

    menstimulasi pelepasan insulin.

    Selain itu, pemberian sulfonilurea dalam jangka panjag pada penderita DM tipe 2,

    dapat mengurangi kadar glukagon serum, sehingga ikut berperan dalam menimbulkan efek

    hipoglikemik obat ini. Mekanisme penekanan sulfonilurea terhadap kadar glukagon ini masih

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    26/61

    Koma hipoglikemia Page 26

    belum jelas, tetapi melibatkan inhibisi tidak langsung akibat peningkatan pelepasan insulin

    dan somatostatin, yang menghambat sekresi sel alfa.

    j) Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 agar tidak terjadi hipoglikemi ?Jawab :

    Modifikasi Gaya Hidup Pola Makan yang Sehat dan Seimbang

    Makanan yang beragam, seimbang dari kuantitas dan kualitas

    Angka Kecukupan Gizi ( AKG ) setiap individu berbeda sesuai dengan

    kondisi masing-masing

    Olahraga TeraturMelakukan aktivitas fisik minimal 60-90 menit perhari

    Kontrol Berat Badan Pertahankan Tekanan Darah Normal (mengurangi asupan garam)

    Yang paling penting pasien diabetes perlu untuk memperhatikan beberapa hal dalam

    kaitannya dengan obat hipoglikemi oral yang diresepkan oleh dokter:

    Jangan mengubah dosis ataupun merk obat tanpa izin dokter Mengikuti jadwal pemakaian obat secara tepat tiap hari Jangan menambah obat ekstra bila kadar glukosa darah tinggi Jangan mengonsumsi obat yang menyebabkan interaksi dengan obat glibenklamid OHO tetap diperlukan walaupun kadar glukosa darah sudah normal

    Mengubah posisi ikatan protein : Warfarin, salisilat, fenilbutazon, sulfonamida.

    Merubah metabolisme hati (sitokrom-P450) : Kloramfenikol, penghambat MAO,

    simetidin, rifampin

    Perubahan ekskresi ginjal : Alopurinol, probenesid

    k) Rasionalitas obat glibenkamid ?Jawab :

    Pengobatan menggunakan glibenklamid 5 mg untuk Tn. B cenderung tidak rasional.

    Mengingat efek samping yang banyak ditimbulkan dari obat ini.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    27/61

    Koma hipoglikemia Page 27

    Salah satu efek samping pada lansia penderita DM yang paling serius adalah

    hipoglikemia. Predisposisi untuk keadaan ini antara lain berupa makan tidak teratur,

    penurunan berat badan, aktivitas berlebih, gangguan hati, gangguan ginjal, penggunaan

    alkohol, dan kebingungan akan regimen pengobatan. Risiko ini terutama tinggi pada

    penggunaan sulfonilurea atau insulin sekretogogue, maka sulfonilurea kerja panjang tidak

    boleh digunakan pada lansia dengan DM. Pilihan obat untuk lansia penderita DM tergantung

    dari fungsi hati, fungsi ginjal, obat lain yang dipakai, dan kemampuan untuk monitor diri

    sendiri. Untuk meminimalisasi risiko polifarmasi, daftar obat-obatan perlu ditinjau secara

    berkala, yang tidak terlalu bermanfaat dapat dihentikan pemberiannya.

    3. Sebelum koma, pasien merasa dingin, berkeringat, palpitasi, badan lemas danmerasa cemas setelah minum obat sebelum makan pagi.

    a) Jelaskan mekanisme berdasarkan skenario ( DM tipe 2 dan obat ) :-Merasa dinginJawab :

    Disebabkan karena evaporasi dari berkeringat. Berkeringat adalah akibat dari rangsangan

    saraf simpatis.

    -BerkeringatJawab :

    Saat cemas, maka Medula adrenal akan mensekresikan hormon epinefrin Berkeringat

    pada hal ini disebabkan karena sekresi hormon / neurotransmitter epinefrin. Pada saat stres

    hipoglikemik, maka selsel kromafin medula adrenan akan mensekresikan hormon epinefrin

    yang kontraregulator insulin dengan tujuan meningkatkan kadar gula darah dengan

    peningkatan glikogenolisis di hati. Efinefrin ini akan menyebabkan vasodilatasi pembuluh

    darah di hati dan oto rangka, sehingga terjadi berkeringat (berkeringat dingin).

    - PalpitasiJawab :

    Hipoglikemi menyebabkan hormon-hormon kontraregulator insulin meningkat, seperti

    epinefrin dan glukogon, Tetapi, karena glibenklamid menekan fungsi sel-sel alfa, maka hanya

    epinefrin yang berpengaruh pada kondisi Tn. A. Epinefrin menyebabkan induksi pada sistem

    saraf simpatis. Salah satu reseptor simpatis terdapat di jantung. Epinefrin akan menyebabkan

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    28/61

    Koma hipoglikemia Page 28

    respon simpatis di jantung, yaitu peningkatan denyut jantung, atau yang lebih dikenal dengan

    palpitasi.

    - Badan lemasJawab :

    Ketika Tn. A mengkonsumsi obat glibenklamid, maka akan terjadi efek untuk

    menurunkan gula darah. Jika dosis obat ini lebih tinggi dari makanan yang dimakan, maka

    obat ini bisa bereaksi menurunkan gula darah terlalu banyak. Penderita diabetes berat

    menahun sangat peka terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau

    pankreasnya tidak membentuk glucagon secara normal dan kelenjar adrenalnya tidak

    menghasilkan epinefrin secara normal. Pada keadaan normal, ketika terjadi hipoglikemia otakmemberikan respon terhadap kadar gula yang rendah melalui system saraf, merangsang

    kelenjar adrenal untuk melepaskan epinefrin (adrenalin).

    Hal ini akan merangsang hati untuk melepaskan gula agar kadarnya dalam darah tetap

    terjaga. Namun pada penderita diabetes berat menahun seperti Tn. A ini, sel-sel pulau

    pankreasnya tidak membentuk glucagon secara normal dan kelenjar adrenalnya tidak

    menghasilkan epinefrin secara normal (hilangnya glucose counter regulation dan gangguan

    respon simpatoadrenal), akibatnya kondisi hipoglikemia tetap terjadi. Otak merupakan organ

    yang sangat peka terhadap kadar gula darah yang rendah karena glukosa merupakan sumber

    energi otak yang utama.

    Ketika hipoglikemia ini tetap terjadi maka akan menimbulkan gangguan di otak dan

    timbullah gejala-gejala neuroglikopenia. Penurunan kadar glukosa darah tidak cukup untuk

    memenuhi kebutuhan energi bagi otak. Gejala neuroglikopenia ini sama seperti gejala

    hipoksia pada otak seperti pada kasus ini yaitu lemas dan lelah.Pada keadaan lebih lanjut,

    hipoglikemia ini dapat menyebabkan koma hingga kematian.

    - Merasa cemasJawab :

    Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan

    melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.

    Counterregulatory hormone yang bereran adalah glucagon dan epinefrin, namun

    glibenklamid mempunyaiefek supresor terhadap glucagon, sehingga mekanisme kompensasi

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    29/61

    Koma hipoglikemia Page 29

    tubuh ialah dengan melepasakan hormone epinefrin di serabut saraf dan supra renal.

    Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi juga menyebabkan gejala

    yang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung

    berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan

    berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,

    perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan

    koma.

    Mekanisme :

    DM tipe 2 menggunakan AOD (glibenklamid) produksi insulin berlebihan uptake

    glukosa ke jaringan berlebihan hipoglikemia ekstrasel , insulin yang berlebihan

    peningkatan contrareglaori hormone diantaranya sintesis Epinefrin

    reseptor alfa dan beta reseptor alfa vasokonstriksi pembuluh darah, reseptor alfa-2 menurunkan sekresi

    insulin, reseptor beta peningkatan kardiak output, peningkatan kontraksi jantung

    berdebar debar (palpitasi) Epinefrin neurontransmitter kelenjar keringat reseptor

    muscarinik berkeringat ------ gejala tersebut lah yang menyebakan terjadinya cemas

    (ansietas)

    4. Pemeriksaan Fisik :Kesadaran : koma, TD; 90/40 mmHg, nadi 120x/menit, suhu 36oC.

    Tidak ditemukan kelainan lain pada pemeriksaan fisik.

    Kadar Glukosa Darah Sewaktu ( GDS) dengan alat glukometer 40 mg/dl

    a)

    Bagaimana interpretasi pemeriksaan fisik berdasarkan skenario danjelaskan mekanisme abnormalnya ?

    Jawab :

    kriteria normal intrepetasi

    Kesadaran :

    koma,

    compos mentis Abnormal

    TD 90/40 mmHg (

    tekanan nadi 60 )

    Tekanan nadi : 30

    - 40

    Abnormal

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    30/61

    Koma hipoglikemia Page 30

    nadi 120x/menit, 60 100 x /

    menits

    Abnormal -

    takikardi

    suhu 36oC 36,8 Normal

    Kadar Glukosa

    Darah Sewaktu (

    GDS) 40 mg/dl

    65110 mg/dL

    atau 3.66.1

    mmol/L.

    kadar gula < 140

    mg/dl

    Abnormal

    hipoglikemi

    Mekanisme :

    Koma

    Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada

    glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat

    memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam

    beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung

    pada suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam

    system saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut. Oleh karena itu, jika

    jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan mempengaruhi juga kerja

    otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat dilihat ketika gula

    darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa darah

    menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi tidak

    berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

    Hipotensi

    Hipotensi masih merupakan akaibat dari sekresi hormon epinefrin. Epenifrin akan

    merentangkan jarak antara tekanan darah sistolik dan diastolik ( meningkatkan tekanan

    nadi )

    Takikardi

    Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah

    dengan melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf.

    Epinefrin merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejalayang menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan,

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    31/61

    Koma hipoglikemia Page 31

    jantung berdebar-debar dankadang rasa lapar). Dengan demikian adrenalin (Epinefrin)

    juga mempunyai efek kronotropik positif (meningkatkan kecepatan denyut jantung) dan

    inotropik positif (memperkuat kontraksi myokardium) sehingga cardiac out put (curah

    jantung) meningkat. Adrenalin (Epinefrin) juga berefek pada timbulnya vasokontriksi

    karena stimulasi adrenoseptor- pada otot polos dinding pembuluh darah perifer.

    Hipoglikemi

    Hipoglikemi terjadi akibat pengkonsumsian obat terus menerus dengan dosis

    berlebihan dan dalam jangka waktu yang lama.

    b) Bagaimana criteria seseorang dikatakan koma ?Jawab :

    Penilaian kesadaran penderita dan reaksinya terhadap rangsang dapat

    dilakukan dengan menggunakan skala koma Glasgow. Skala ini memilah

    tingkat kesadaran penderita dalam tiga kategori : kemampuan membuka mata,

    respons verbal, dan respons motorik.menurunnya skor penilaian menunjukkan

    memburuknya status neurologik penderita.

    Skor koma = E+V+M. Skor berkisar antara 3-15.

    - Normal (sadar penuh) = 15.- Gangguan kesadaran ringan = 12-14- Gangguan kesadaran sedang = 9-11-

    Gangguan kesadaran beratkoma = < 8Kriteria seseorang dikatakan dengan tingkat kesadaran : koma, yaitu:

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    32/61

    Koma hipoglikemia Page 32

    Tidak sadar, tubuh flaksid Tidak memberikan respon terhadap rangsangan nyeri maupun verbal Refleks masih ada, misalnya muntah, refleks pada lutut dan kornea

    5. Koma Hipoglikemia) Apa diagnosis dari skenario ini ?

    Jawab :

    Komplikasi akut diabetes koma hipoglikemik. Yang disebabkan karena

    asupan makan berkurang atau kelebihan insulin, obat obatan hipoglikemia

    atau alcohol.

    b) Bagaimana cara menegakkan diagnosis ( anamnesis, pemeriksaan fisik,pemeriksaan penunjang)?

    Jawab :

    Anamnesis

    Perlu dilakukan anamnesis yang teliti mengenai beberapa hal, antara lain :

    - pekerjaan pasien

    - riwayat keluarga yang menderita diabetes

    - riwayat pemakaian obat-obat golongan sulfonylurea atau insulin (efek samping:

    hipoglikemia untuk orang yang sensitive terhadap obat tersebut)

    - riwayat konsumsi alcohol (meningkatkan kerentanan terhadap hipoglikemia dengan cara

    menghambat gluconeogenesis dan mengurangi hipoglikemia awareness mungkin

    karena dianggap mabuk, hipoglikemia tidak dikenali oleh pasien atau kerabatnya)

    - riwayat penyakit yang menjadi faktor predisposisi

    - obat-obat lain yang digunakan pasien

    Juga perlu ditanyakan tentang :

    - frekuensi dan lamanya episode gejala,

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    33/61

    Koma hipoglikemia Page 33

    - ada tidaknya gejala-gejala otonomik dan atau neuroglikopenik,

    - apakah gejala berkurang dengan minum larutan gula

    - kapan gejala2 tersebut terjadi (pada saat puasa atau sesudah makan)

    Pemeriksaan Fisik

    Pucat, diaphoresis

    Tekanan darah

    Frekuensi denyut jantung

    Penurunan kesadaran

    Defisit neurologis fokal transien

    Trias Whipple untuk hipoglikemia secara umum

    - Adanya gejala-gejala dan tanda-tanda hipoglikemi (otonomik, neuroglikopenik, danmalaise)

    - Kadar glukosa plasma yang rendah- Terjadi pemulihan gejala setelah kadar glukosa plasma kembali normal melalui

    pemberian glukosa eksogen

    Pemeriksaan Penunjang

    hipoglikemia dan dapat menyebabkan gangguan fungsi hati dan ginjal pada tahap

    lebih lanjut)

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    34/61

    Koma hipoglikemia Page 34

    -peptida

    c) Apa diagnosis banding skenario ini ?Jawab :

    Diagnosis banding koma:

    1. Afasia global akut pada keadaan ini penderita tidak mengerti dan tidak dapatberbicara, tetapi refleks-refleks sefalik lainnya masih baik.

    2. Lock in syndrome pada sindroma ini didapatkan paralysis keempat ekstrimitas,penderita tidak dapat berbicara, tetapi penderita masih dapat melakukan kedipan dan

    gerakan bola mata. Gerakan ini dapat dipakai untuk berkomunikasi. Sindroma ini

    dijumpai pada lesi di mesensefalon3. insufisiensi adrenal, kelainan jantung, gagal ginjal, penyakit SSP, sepsis, asfiksia,

    abnormalitas metabolik (hipokalsemia, hiponatremia, hipernatremia,

    hipomagnesemia,defisiensi piridoksin).

    d) Tata laksana koma hipoglikemi?Jawab :

    Penatalaksanaan penderita koma secara umum harus dikelola menurut prinsip 5 B

    yaitu:

    1. Breathing -- Jalan napas harus bebas dari obstruksi. Posisi penderita miring agar

    lidah tidak jatuh kebelakang, serta bila muntah tidak terjadi aspirasi. Bila pernapasan

    berhenti segera lakukan resusitasi.

    2. Blood -- Diusahakan tekanan darah cukup tinggi untuk mengalirkan darah ke otak.

    Tekanan darah yang rendah berbahaya untuk susunan saraf pusat. Komposisi kimiawidarah dipertahankan semaksimal mungkin, karena perubahan-perubahan tersebut akan

    mengganggu perfusi dan metabolisme otak.

    3. Brain -- Usahakan untuk mengurangi edema otak yang timbul. Bila penderita kejang

    sebaiknya diberikan difenilhidantoin 3 dd 100 mg atau karbamezepin 3 dd 200 mg per

    os atau nasogastric. Bila perlu difenilhidantoin diberikan intravena secara perlahan.

    4. Bladder -- Harus diperhatikan fungsi ginjal, cairan, elektrolit, dan miksi. Kateter

    harus dipasang kecuali terdapat inkontinensia urin ataupun infeksi.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    35/61

    Koma hipoglikemia Page 35

    5. Bowel -- Makanan penderita harus cukup mengandung kalori dan vitamin. Pada

    penderita tua sering terjadi kekurangan albumin yang memperburuk edema otak, hal ini

    harus cepat dikoreksi. Bila terdapat kesukaran menelan dipasang sonde hidung.

    Perhatikan defekasinya dan hindari terjadi obstipasi.

    Hipoglikemia

    Glukosa oral. Sesudah diagnosis hipoglikemia ditegakan dengan pemeriksaan glukosa

    darah kapiler, 10-20 g glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk

    tablet, jelly, atau 150-200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah

    segar dan nondiet cola. Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam

    coklat dapat menghambat absorbsi glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1-2

    jam, perlu diberikan tambahan 10-20 g karbohidrat kompleks.

    Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan tidak terlalu gawat, pemberian

    madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga mulut (buccal) mungkin dapat dicoba.

    Glukosa intramuskular. Glukagon 1 mg intramuskular dapat diberikan oleh tenaga

    non profesional yang terlatih dan hasilnya akan tampak dalam 10 menit. Kecepatan

    kerja glukagon tersebut sama dengan pemberian glukosa intravena. Bila pasien sudah

    sadar, pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian 40 g karbohidrat dalam

    bentuk tepung untuk mempertahankan pemulihan. Pada keadaan puasa yang panjang

    atau hipoglikemia yang diinduksi alcohol, pemberian glukagon mungkin tidak efektif.

    Efektifitas glukagon tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

    Glukosa intravena. Glukosa intravena harus diberikan dengan berhati-hati. Pemberian

    glukosa dengan konsentrasi 50% terlalu toksik untuk jaringan dan 75-100 ml glukosa

    20% atau 150-200 ml glukosa 10% dianggap lebih aman. Ekstravasasi glukosa 50%

    dapat menimbulkan nekrosis yang memerlukan amputasi.

    e) Komplikasi dari koma hipoglikemi ?Jawab :

    Disfungsi system saraf pusat,gangguan kognisi, cedera otak menetap atau yang lebih

    parahnya bisa menimbulkan kematian karena sangat minimnya pasokan glukosa ke otak

    ditambah dengan penanganan yang lambat.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    36/61

    Koma hipoglikemia Page 36

    Faktor utama mengapa hipoglikemia menjadi penting dalam pengelolaan diabetes

    adalah ketergantungan jaringan saraf terhadap asupan glukosa yang terus-menerus. Glukosa

    merupakan bahan bakar metabolisme yang utama bagi otak. Oleh karena otak hanya

    menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit, fungsi otak

    yang normal sangat tergantung dari asupan glukosa sirkulasi. Gangguan (interruption)

    asupan glukosa yang berlangsung beberapa menit menyebabkan gangguan fungsi sistem

    saraf pusat (SSP) dengan gejala gangguan kognisi, bingung, koma, sampai kematian.

    f) Prognosis dari koma hipoglikemi ?Jawab :

    Prognosis koma hipoglikemi

    Penentuan prognosis koma pada umumnya harus sangat dengan pertimbangan

    klinis. Koma dapat mengakibatkan kematian otak. Pada koma nontraumatik

    termasuk koma hipoglikemia penentuan prognosis sangat sulit karena

    heterogenitas penyakit. Tanda yang buruk dalam beberapa jam pasien masuk

    rumah sakit adalah tidak adanya reflkeks pupil dari kedua matanya ,tidak

    adanya respon kornea,atau tidak adanya respon okulivestibuler. Pada keadaan

    ini dapat terjadi kematian jika tidak segera ditangani Pencegahan dari koma

    hipog likemia yang buruk.Koma hipoglikemi dapat dicegah dengan

    mengonsumsi gula, terutama pada saat akan meng onsumsi anti diabetik oral

    yang menyebakan hipoglikemia yang poten seperti glibenklamid. Asupan

    glukosa harus tetap ada ketika konsumsi obat.

    g) Pencegahan dari koma hipoglikemi ?Jawab :

    Ikuti pola makan sesuai dengan diet diabetes yang sudah direncanakansebelumnya, Makan dengan porsi sedikit namun lebih sering. Usahakan

    interval antara makan tidak lebih dari 3 jam.

    Konsumsi obat sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukan Konsultasikan pada dokter apabila terdapat peningkatan aktivitas sehari-

    hari atau bepergian jauh

    Mengonsumsi diet seimbang. Batasi protein hewani dan perbanyakmakanan tinggi serat termasuk biji-bijian, buah dan sayuran.

    Batasi makanan manis, terutama pada waktu perut kosong. Hindari konsumsi alkohol dan minuman ringan bergula.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    37/61

    Koma hipoglikemia Page 37

    Menjadikan olahraga sebagai rutinitas harian.

    h) Kompetensi dokter umum dari koma hipglikemi ?Jawab :

    Kompetensinya adalah 3b

    Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan

    pemeriksaan- pemeriksaan tambahan yang diminta oleh dokter (misalnya :

    pemeriksaan laboratorium sederhana atau X-ray). Dokter dapat memutuskan

    dan memberi terapi pendahuluan, serta merujuk ke spesialis yang relevan

    (kasus gawat darurat).

    D. Keterkaitan Antar MasalahDiabetes Melitus Tipe 2

    Konsumsi Glibekamid 5 mg setiap hari

    Hipoglikemia

    Koma

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    38/61

    Koma hipoglikemia Page 38

    E. KERANGKA KONSEP

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    39/61

    Koma hipoglikemia Page 39

    F. LEARNING ISSUEKoma Hipoglikemia

    Hipoglikemia (kadar glukosa darah yang abnormal-rendah) terjadi kalau kadar

    glukosa turun di bawah 50 hingga 60 mg/dl (2,7 hingga 3,3mmol/L). Keadaan ini dapat

    terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang berlebihan,konsumsi makanan yang

    terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat. Pada hipoglikemia berat (kadar glukosa

    darah hingga di bawah 10 mg/dl), dapat terjadi serangan kejang bahkan dapat terjadi koma

    (koma hipoglikemik). Pada sebagian besar kasus koma hipoglikemik yang ditemukan di

    tempat pelayanan kesehatan umum (klinik/RS) penyebab utamanya adalah karena terapi

    pemberian insulin pada pasien penderita diabetes mellitus. Pada penelitian survey yang

    dilakukan oleh Department of Neurology and Neurological Sciences, and Program in

    Neurosciences, Stanford University School of Medicine,terdapat setidaknya93,2% penyebab

    masuknya seseorang dengan gejala koma hipoglikemik adalah mereka yang menderita

    diabetes mellitus dan telah menjalani terapi pemberian insulin pada rentang waktu sekitar 1,5

    tahunan.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Anatomi Fisiologi

    Pengaturan Kadar Glukosa Darah

    Peristiwa glukoneogenesis berperan penting dalam penyediaan energi bagi kebutuhan

    tubuh, khususnya sistem saraf dan peredaran darah (eritrosit). Kegagalan glukoneogenesis

    berakibat FATAL, yaitu terjadinya DISFUNGSI OTAK yang berakibat KOMA dan

    kematian. Hal ini terjadi bilamana kadar glukosa darah berada di bawah nilai kritis. Nilai

    normal laboratoris dari glukosa dalam darah ialah : 65 110 ml/dL atau 3.6 6.1 mmol/L.

    Setelah penyerapan makanan kadar glukosa darah pada manusia berkisar antara 4.5 5.5

    mmol/L. Jika orang tersebut makan karbohidrat kadarnya akan naik menjadi sekitar 6.57.2

    mmol/L. Saat puasa kadar glukosa darah turun berkisar 3.3 3.9 mmol/L. Pengaturan kadar

    glukosa darah dilakukan melalui mekanisme metabolik dan hormonal. pengaturan tersebut

    termasuk bagian dari homeostatik.

    Aktivitas metabolik yang mengatur kadar glukosa darah dipengaruhi oleh berbagai

    faktor antara lain : (1) Mutu dan Jumlah Glikolisis dan glukoneogenesis, (2) Aktivitas enzim-

    enzim, seperti glukokinase dan heksokinase. hormon penting yang memainkan peranansentral dalam pengaturan kadar glukosa darah adalah insulin. insulin dihasilkan dari sel-sel b

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    40/61

    Koma hipoglikemia Page 40

    dari pulau-pulau langerhans pankreas dan disekresikan langsung ke dalam darah sebagai

    reaksi langsung bila keadaan hiperglikemia.

    Proses pelepasan insulin dari sel B pulau Langerhans Pankreas dijelaskan

    sebagi berikut :

    Glukosa dengan bebas dapat memasuki sel-sel B Langerhans karena adanya Transporter glut

    2. glukosa kemudian difosforilasi oleh enzim glukokinase yang kadarnya tinggi. Konsentrasi

    glukosa darah mempengaruhi kecepatan pembentukan ATP dari proses glikolisis,

    glukoneogenesis, siklus Kreb dan Electron Transport System di mitokondria.

    Peningkatan produksi ATP akan menghambat pompa kalium ( K+ pump) sehingga

    membran sel-sel B mengalami depolarisasi sehingga ion-ion Kalsium ( Ca2+ ) masuk ke

    dalam membran dan mendorong terjadinya eksositosis insulin. Selanjutnya insulin dibawa

    darah dan mengubah glukosa yang kadarnya tinggi menjadi glikogen. Enzim yang kerjanyaberlawanan dengan insulin adalah glukagon. glukoagon dihasilkan oleh sel-sel a langerhans

    pankreas. sekresi hormon ini distimulasi oleh keadaan hipoglikemia. bila glukoagon yang

    dibawa darah sampai di hepar maka akan mengaktifkan kerja enzim fosforilase sehingga

    mendorong terjadinya glukoneogenesis.

    2. Otak Mengatur Asupan Makanan

    B. Etiologi

    Hipoglikemia bisa disebabkan oleh:

    Pelepasan insulin yang berlebihan olehpankreas

    Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada

    penderita diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya

    Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal

    Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati. Secara

    umum, hipogklikemia dapat dikategorikan sebagai yang berhubungan dengan obat dan yang

    tidak berhubungan dengan obat. Sebagian besar kasus hipoglikemia terjadi pada penderita

    diabetes dan berhubungan dengan obat. Penderita diabetes berat menahun sangat peka

    terhadap hipoglikemia berat. Hal ini terjadi karena sel-sel pulau pankreasnya tidak

    membentukglukagon secara normal dan kelanjar adrenalnya tidak menghasilkan epinefrin

    secara normal. Padahal kedua hal tersebut merupakan mekanisme utama tubuh untuk

    mengatasi kadar gula darah yang rendah. Pemakaian alkohol dalam jumlah banyak tanpa

    makan dalam waktu yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia yang cukup berat sehingga

    menyebabkan stupor. Puasa yang lama bisa menyebabkan hipoglikemia hanya jika terdapat

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    41/61

    Koma hipoglikemia Page 41

    penyakit lain (terutama penyakit kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal) atau mengkonsumsi

    sejumlah besar alkohol. Cadangan karbohidrat di hati bisa menurun secara perlahan sehingga

    tubuh tidak dapat mempertahankan kadar gula darah yang adekuat.

    Pada orang-orang yang memiliki kelainan hati, beberapa jam berpuasa bisa

    menyebabkan hipoglikemia. Bayi dan anak-anak yang memiliki kelainan sistem enzim hati

    yang memetabolisir gula bisa mengalami hipoglikemia diantara jam-jam makannya.

    Seseorang yang telah menjalani pembedahan lambung bisa mengalami hipoglikemia diantara

    jam-jam makannya (hipoglikemia alimenter, salah satu jenis hipoglikemia reaktif).

    Hipoglikemia terjadi karena gula sangat cepat diserap sehingga merangsang pembentukan

    insulin yang berlebihan. Kadar insulin yang tinggi menyebabkan penurunan kadar gula darah

    yang cepat. Jenis hipoglikemia reaktif lainnya terjadi pada bayi dan anak-anak karena

    memakan makanan yang mengandung gulafruktosa dan galaktosa atau asam amino leusin.Fruktosa dan galaktosa menghalangi pelepasan glukosa dari hati; leusin merangsang

    pembentukan insulin yang berlebihan oleh pankreas. Akibatnya terjadi kadar gula darah yang

    rendah beberapa saat setelah memakan makanan yang mengandung zat-zat tersebut.

    Hipoglikemia reaktif pada dewasa bisa terjadi setelah mengkonsumsi alkohol yang dicampur

    dengan gula (misalnya gin dan tonik). Pembentukan insulin yang berlebihan juga bisa

    menyebakan hipoglikemia. Hal ini bisa terjadi pada tumor sel penghasil insulin di pankreas

    (insulinoma). Kadang tumor diluar pankreas yang menghasilkan hormon yang menyerupai

    insulin bisa menyebabkan hipoglikemia. Penyebab lainnya adalah penyakti autoimun, dimana

    tubuh membentukantibodi yang menyerang insulin.

    Patofisiologi

    Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada

    glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat

    memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam

    beberapa menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada

    suplai glukosa secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system

    saraf pusat dan saraf-saraf di dalam system saraf tersebut.

    Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan

    mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah

    dapat dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar

    glukosa darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi

    tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

    Manifestasi Klinis

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    42/61

    Koma hipoglikemia Page 42

    Hipoglikemi terjadi karena adanya kelebihan insulin dalam darah sehingga

    menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan

    gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.

    Pada awalnya tubuh memberikan respon terhadap rendahnya kadar gula darah dengan

    melepasakan epinefrin (adrenalin) dari kelenjar adrenal dan beberapa ujung saraf. Epinefrin

    merangsang pelepasan gula dari cadangan tubuh tetapi jugamenyebabkan gejala yang

    menyerupai serangan kecemasan (berkeringat, kegelisahan, gemetaran, pingsan, jantung

    berdebar-debar dan kadang rasa lapar). Hipoglikemia yang lebih berat menyebabkan

    berkurangnya glukosa ke otak dan menyebabkan pusing, bingung, lelah, lemah, sakit kepala,

    perilaku yang tidak biasa, tidak mampu berkonsentrasi, gangguan penglihatan, kejang dan

    koma. Hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak yang

    permanen. Gejala yang menyerupai kecemasan maupun gangguan fungsi otak bisa terjadisecara perlahan maupun secara tiba-tiba. Hal ini paling sering terjadi pada orang yang

    memakai insulin atau obat hipoglikemik per-oral. Pada penderita tumor pankreas penghasil

    insulin, gejalanya terjadi pada pagi hari setelah puasa semalaman, terutama jika cadangan

    gula darah habis karena melakukan olah raga sebelum sarapan pagi. Pada mulanya hanya

    terjadi serangan hipoglikemia sewaktu-waktu, tetapi lama-lama serangan lebih sering terjadi

    dan lebih berat.

    Evaluasi Diagnostik

    Gejala hipoglikemia jarang terjadi sebelum kadar gula darah mencapai 50 mg/dL.

    Diagnosis hipoglikemia ditegakkan berdasarkan gejala-gejalanya dan hasil pemeriksaan

    kadar gula darah. Penyebabnya bisa ditentukan berdasarkan riwayat kesehatan penderita,

    pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium sederhana. Jika dicurigai suatu hipoglikemia

    autoimun, maka dilakukan pemeriksaan darah untuk mengetahui adanya antibodi terhadap

    insulin. Untuk mengetahui adanya tumor penghasil insulin, dilakukan pengukuran kadar

    insulin dalam darah selama berpuasa (kadang sampai 72 jam). Pemeriksaan CT scan, MRI

    atau USG sebelum pembedahan, dilakukan untuk menentukan lokasi tumor.

    Etiologi

    Etiologinya ada 2, yaitu :

    - Genetik- Gaya hidup yang tidak baikTYPE 2 diabetes mellitus accounts for 8090% of all diabetes in most countries.

    Banyak gen yang berkontribusi dari keseluruhan terjadinya diabetes. Sampai 2011 lebih dari

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    43/61

    Koma hipoglikemia Page 43

    36 gen telah ditemukan yang berkontribusi terhadap risiko terjadinya diabetes mellitus tipe 2.

    Dalam suatu kasus ada juga yang jarang terjadi, yaitu karena abnormal single gene (dikenal

    diabetes monogenic). These include maturity onset diabetes of the young (MODY), Donohue

    syndrome, and Rabson-Mendenhall syndrome, among others.[1] Maturity onset diabetes of

    the young constitute 15% of all cases of diabetes in young people.

    Dapat pula terjadi mutasi polygenic : gen yang berhubungan dengan berkembangnya

    diabetes tipe 2 yaitu, TCF7L2, PPARG, FTO, KCNJ11,NOTCH2, WFS1, IGF2BP2,

    SLC30A8, JAZF1, HHEX dan lainnya.

    KCNJ11 (potassium inwardly rectifying channel, subfamily J, member 11), encodes

    the islet ATP-sensitive potassium channel Kir6.2, and TCF7L2 (transcription factor 7like 2)

    regulates proglucagon gene expression and thus the production of glucagon-like peptide-1.

    In addition, there is also a mutation to the Islet Amyloid Polypeptide gene that results

    in an earlier onset, more severe, form of diabetes.

    Various hereditary conditions may feature diabetes, for example myotonic dystrophy

    and Friedreich's ataxia. Wolfram's syndrome is an autosomal recessive neurodegenerative

    disorder that first becomes evident in childhood. It consists of diabetes insipidus, diabetes

    mellitus, optic atrophy, and deafness, hence the acronym DIDMOAD

    Namun factor lingkungan (diet dan control berat badan yang buruk) sudah pasti

    berperan dalam menyumbang penyakit diabetes mellitus.

    Faktor-faktor penyebab hipoglikemia adalah:

    1. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas sehingga menurunkan kadar gula darah

    secara cepat.

    2. Dosis insulin terlalu tinggi yang diberikan kepada penderita diabetes untuk menurunkan

    kadar gula darahnya.

    3. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal.

    4. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati.

    Hipoglikemia yang tidak berhubungan dengan obat dapat dibagi menjadi:

    1. Hipoglikemia karena puasa, dimana hipoglikemia terjadi setelah berpuasa.

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    44/61

    Koma hipoglikemia Page 44

    2. Hipoglikemia reaktif, dimana hipoglikemia terjadi sebagai reaksi terhadap makan,

    biasanya karbohidrat.

    Epidemiologi

    Pada tahun 1914 Hilliger di Eropa telah melaporkan hubungan antara kadar gula

    darah rendah dan morbiditas / mortalitas pada anak wanita 5 tahun dengan muntah berulang

    dan ketonemia, gejalanya berulang bila puasa khususnya bila masukan karbohidrat dibatasi.

    Tahun 1920 Dubreuil dan Anderodias di Prancis, pertama kali secara formal melaporkan

    adanya perubahan pankreas bayi yang lahir dari ibu diabetes. Dilaporkan bayi wanita berat

    badan 5 kg, meninggal tidak lama setelah lahir, pada pemeriksaan post mortem ditemukan

    hepar sangat membesar dan volume sel pankreas mencapai 8 kali normal. Mereka

    berpostulasi bahwa hiperglikemia maternal menyebabkan hiperplasia sel islet bayi, hal inidihubungkan dengan kematian bayi tersebut.

    Di Amerika pada tahun 1924, Ross dan Josephs di RS Johns Hopkins, melaporkan

    seorang anak muntah berulang dengan hipoglikemia dan ketoasidosis metabolik saat infeksi

    akut, didiagnosis sebagai hipoglikemia ketotik. Josephs pada tahun 1926, melaporkan 5 anak

    dengan episode muntah berulang yang berhubungan dengan hipoglikemia, kemudian dibuat

    hipotesis bahwa hal tersebut karena cadangan glukosa kurang setelah terkena penyakit akut

    dan kelaparan relatif.

    Pada tahun yang sama, Gray dan Feemster dari Universitas Washington melaporkan

    bayi wanita dari ibu berumur 44 tahun penderita diabetes tergantung insulin, kontrol sangat

    buruk dalam 15 tahun terakhir, menderita nefritis dan toksemia gravidarum berat, meninggal

    5 hari setelah melahirkan bayi berbobot 3,300 kg pada kehamilan 36 minggu.

    Pemeriksaan fisik bayi saat lahir normal, pada hari ke 3 bayi mulai muntah dan berat

    badan menurun drastis, hari ke 4, bayi pucat yang aneh dan meninggal. Pada pemeriksaanpostmortem, ditemukan hipertrofi dan hiperplasia pulau Langerhans pankreas, juga

    ditemukan hipertrofi sel medula adrenal. Diperkirakan volume jaringan pankreas 24 kali

    normal. Sebagai tambahan bayi tersebut mempunyai ureter dan pelvis ganda bilateral, temuan

    ini banyak pada bayi dari ibu diabetes. Mereka berpostulasi, bahwa hiperglikemia maternal

    mungkin sebagai etiologi hipertrofi dan hiperplasia sel islet bayi.

    Pada tahun 1937, Hartmann dan Jaudon berpostulasi bahwa manifestasi klinis

    hipoglikemia adalah akibat kekurangan dekstrosa pada sistem saraf pusat. Pada pertengahan

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    45/61

    Koma hipoglikemia Page 45

    tahun 1950an, penelitian perintis oleh Cornblath, Lubchenko, McQuarrie dkk memperluas

    pemahaman kita tentang hubungan antara hipoglikemia pada bayi baru lahir dan mortalitas

    yang menyertainya. McQuarrie (1954) melaporkan sindroma bayi hipoglikemia idiopatik.

    Ia menguraikan konsep umpan balik hormon, yaitu kortisol, hormon pertumbuhan, glukagon,

    epinefrin dan mungkin tiroksin dan steroid gonad bekerja melawan insulin, dan sekresi

    insulin yang berlebihan atau defisiensi hormon yang melawan insulin dapat berakibat

    hipoglikemia. Insufisiensi adrenal, hipopituitarisme, penyakit Glycogen storage,

    hipotiroidisme, tumor sel pankreas, galaktosemia dan bayi lahir dari ibu diabetes

    merupakan etiologi 15 dari 40 anak di RS Universitas Minnesota tahun 1942-1954. Duapuluh

    lima kasus dilaporkan sebagai hipoglikemia spontan dan persisten, dengan penyebab yang

    tidak diketahui.

    Di Indonesia masih belum ada data, secara umum insidens hipoglikemia pada bayi

    baru lahir berkisar antara 1 5 /1000 kelahiran hidup. Pada bayi yang lahir dari ibu diabetes

    8% - 25%, pada bayi preterm 15%, secara umum pada bayi risiko tinggi 30% terjadi

    hipoglikemia. Guthrie R (1970), dalam penelitiannya pada bayi risiko tinggi, mendapatkan

    insidens hipoglikemia asimptomatik 7,5%.. Gutbenlet and Cornbbath, mengevaluasi

    hipoglikemia secara prospektif dari tahun 1971 1973, mendapatkan insiden pada neonatus

    4,4 / 1000 kelahiran hidup, untuk BBLR 15,6 / 1000 BBLR.

    Data pada anak yang lebih besar tidak ada, namun diperkirakan 23 /1000 anak yang

    dirawat di rumah sakit. Osler FHA, dkk. (2003), meneliti di ruang perawatan anak Rumah

    sakit di distrik Kilifi, Kenyan, pada pasien yang masuk di rumah sakit, mendapatkan

    prevalensi hipoglikemia pada non neonatus 7,3%, sebagian besar karena penyakit berat,

    malnutrisi dan malaria. Pada neonatus insdens 23%, sebagian besar karena berat badan lahir

    rendah. Wintergerst, KA (2006) dalam penelitiannya di rumah sakit anak Packard

    (Universitas Stanford) selama satu tahun, mendapatkan 18,6% pasien PICU dengan

    hipoglikemia.

    Dalam sebuah penelitian, 80% pasien dengan hipoglikemia nokturnal tidak memiliki

    gejala. Insiden hipoglikemia pada bayi baru lahir ialah mencapai 1,3 - 3,0 / 1000 kelahiran

    hidup. Hipoglikemia juga bisa terjadi sampai 14% bayi-baru-lahir yang sehat dan dilahirkan

    dengan masa kehamilan normal. Dan 16% pada bayi-baru-lahir BMK (besar untuk masa

    kehamilan) yang dilahirkan dari ibu yang menderita diabetes.

    Penatalaksanaan Kegawatdaruratan

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    46/61

    Koma hipoglikemia Page 46

    Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita

    mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air

    gula atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita

    diabetes), hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan

    memberikan sejumlah gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya

    sesdah makan gula diikuti dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan

    lama (misalnya roti atau biskuit). Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta

    tidak mungkin untuk memasukkan gula melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa

    intravena untuk mencegah kerusakan otak yang serius. Seseorang yang memiliki resiko

    mengalami episode hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa glukagon. Glukagon

    adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang pembentukan

    sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati. Glukagon tersedia dalambentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit. Tumor

    penghasil insulin harus diangkat melalui pembedahan. Sebelum pembedahan, diberikan obat

    untuk menghambat pelepasan insulin oleh tumor (misalnya diazoksid). Bukan penderita

    diabetes yang sering mengalami hipoglikemia dapat menghindari serangan hipoglikemia

    dengan sering makan dalam porsi kecil.

    Prognosis

    Kedisiplinan penatalaksanaan akan membuat prognosisnya baik. Hal in tergantung

    pengontrolan kadar gula darahnya dan tindakan yang tepat dalam penanganan

    hipoglikemia.

    Pencegahan

    o Ikuti pola makan sesuai dengan diet diabetes yang sudah direncanakan sebelumnyao Konsumsi obat sesuai dosis dan waktu yang telah ditentukano Konsultasikan pada dokter apabila terdapat peningkatan aktivitas sehari-hari atau

    bepergian jauh

    o Hindari minum-minuman keras dengan perut kosongo Orang lanjut usia akan lebih mudah mengalami hipoglikemia bila tidak makan atau bila

    fungsi hati dan ginjal terganggu. Bila terjadi hipoglikemia, hentikan sementara pemakaian

    obat ataupun insulin

  • 7/29/2019 Skenario b Blok 14 Fix - Copy

    47/61

    Koma hipoglikemia Page 47

    Kompetensi Dokter Umum

    Kompetensi dokter umum 3b pada diabetes tipe 2 yang disertai koma hipoglikemi. yaitu:

    - Mampu membuat diagnosis klinik berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaanntambahan.

    - Dapat memutuskan dan mampu menangani problem itu secara mandiri hingga tuntas.Diabetes Melitus Tipe 2

    Definisi

    Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak

    dapat lagi memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau dapat juga disebabkan oleh

    berkurangnya kemampuan tubuh untuk merespon kerja insulin secara efektif. Insulin adalah

    hormon yang berfungsi untuk meregulasi kadar gula darah. Peningkatan kadar gula dalam

    darah atau hiperglikemia merupakan gejala umum yang terjadi pada diabetes dan seringkali

    mengakibatkan kerusakan-kerusakan yang cukup serius pada tubuh, terutama pada sel saraf

    dan pembuluh darah (WHO, 2008).

    DM tipe II dapat terjadi karena ketidakmampuan tubuh dalam merespon kerja insulin

    secara efektif (WHO, 2008). Dua masalah utama yang terkait dengan hal ini yaitu, resistensi

    insulin dan gangguan sekresi insulin. Untuk mengatasi resistensi dan mencegah terbentuknya

    glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada

    pasien DM, keadaan ini terjadi karena sekresi insulin yang berlebihan dan kadar glukosa

    dalam darah akan dipertahankan pada tingkat normal atau sedikit meningkat. Namun

    demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin,

    maka kadar glukosa akan meningkat (Brunner & Suddarth, 2001).

    Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin, yang merupakan ciri khas DM tipe II,

    namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan

    lemak dan badan keton. Karena itu, ketoasidosis metabolic tidak terjadi pada DM tipe II

    (Brunner & Suddarth, 2001).

    Epidemiologi

    Tingkat prevalensi diabetes mellitus adalah tinggi. Diduga terdapat sekitar 16 juta

    kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000 kasus baru.