profesi auditing

83
Bab 1. Permintaan Akan Jasa Audit dan Jasa Assurance Lainnya 1.1. Pengertian Auditing Auditing adalah melakukan pengumpulan dan evaluasi bukti untuk menentukan dan melaporkan tingkat kesesuaian informasi dengan kriteria yang telah di tetapkan dan berlaku umum. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen. Contoh kasus nyata: Kasus Kimia Farma PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM). Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated persediaan barang sebesar Rp 23,9 1

Upload: anonymous-zzbxkfzh6i

Post on 13-Jul-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

profesi auditing

TRANSCRIPT

Page 1: Profesi Auditing

Bab 1. Permintaan Akan Jasa Audit dan Jasa Assurance Lainnya

1.1. Pengertian Auditing

Auditing adalah melakukan pengumpulan dan evaluasi bukti untuk menentukan dan melaporkan

tingkat kesesuaian informasi dengan kriteria yang telah di tetapkan dan berlaku umum. Auditing

harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen.

Contoh kasus nyata:

Kasus Kimia Farma

PT Kimia Farma adalah salah satu produsen obat-obatan milik pemerintah di Indonesia. Pada

audit tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih

sebesar Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mustofa (HTM).

Akan tetapi, Kementerian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar

dan mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan

keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan

yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya

sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal

yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa

overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated

persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa overstated

persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.

Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam

daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,

menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari

2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar

penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan

kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan ganda

atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling oleh

akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Berdasarkan penyelidikan Bapepam, disebutkan

bahwa KAP yang mengaudit laporan keuangan PT Kimia Farma telah mengikuti standar audit

yang berlaku, namun gagal mendeteksi kecurangan tersebut. Selain itu, KAP tersebut juga tidak

1

Page 2: Profesi Auditing

terbukti membantu manajemen melakukan kecurangan tersebut.

Selanjutnya diikuti dengan pemberitaan di harian Kontan yang menyatakan bahwa Kementerian

BUMN memutuskan penghentian proses divestasi saham milik Pemerintah di PT KAEF setelah

melihat adanya indikasi penggelembungan keuntungan (overstated) dalam laporan keuangan

pada semester I tahun 2002. Dimana tindakan ini terbukti melanggar Peraturan Bapepam

No.VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan poin 2 – Khusus huruf m –

Perubahan Akuntansi dan Kesalahan Mendasar poin 3) Kesalahan Mendasar, sebagai berikut:

“Kesalahan mendasar mungkin timbul dari kesalahan perhitungan matematis, kesalahan dalam

penerapan kebijakan akuntansi, kesalahan interpretasi fakta dan kecurangan atau kelalaian.

Dampak perubahan kebijakan akuntansi atau koreksi atas kesalahan mendasar harus

diperlakukan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali (restatement) untuk

periode yang telah disajikan sebelumnya dan melaporkan dampaknya terhadap masa sebelum

periode sajian sebagai suatu penyesuaian pada saldo laba awal periode. Pengecualian dilakukan

apabila dianggap tidak praktis atau secara khusus diatur lain dalam ketentuan masa transisi

penerapan standar akuntansi keuangan baru”.

Sanksi dan Denda

Sehubungan dengan temuan tersebut, maka sesuai dengan Pasal 102 Undang-undang Nomor 8

tahun 1995 tentang Pasar Modal jo Pasal 61 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 jo Pasal

64 Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 1995 tentang Penyelenggaraan Kegiatan di Bidang

Pasar Modal maka PT Kimia Farma (Persero) Tbk. dikenakan sanksi administratif berupa denda

yaitu sebesar Rp. 500.000.000,- (lima ratus juta rupiah).

Sesuai Pasal 5 huruf n Undang-Undang No.8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, maka:

1. Direksi Lama PT Kimia Farma (Persero) Tbk. periode 1998 – Juni 2002 diwajibkan

membayar sejumlah Rp 1.000.000.000,- (satu miliar rupiah) untuk disetor ke Kas Negara, karena

melakukan kegiatan praktek penggelembungan atas laporan keuangan per 31 Desember 2001.

2. Sdr. Ludovicus Sensi W, Rekan KAP Hans Tuanakotta dan Mustofa selaku auditor PT Kimia

Farma (Persero) Tbk. diwajibkan membayar sejumlah Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah)

untuk disetor ke Kas Negara, karena atas risiko audit yang tidak berhasil mendeteksi adanya

penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT Kimia Farma (Persero) Tbk. tersebut, meskipun

telah melakukan prosedur audit sesuai dengan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP), dan

tidak diketemukan adanya unsur kesengajaan. Tetapi, KAP HTM tetap diwajibkan membayar

2

Page 3: Profesi Auditing

denda karena dianggap telah gagal menerapkan Persyaratan Profesional yang disyaratkan di

SPAP SA Seksi 110 – Tanggung Jawab & Fungsi Auditor Independen, paragraf 04 Persyaratan

Profesional, dimana disebutkan bahwa persyaratan profesional yang dituntut dari auditor

independen adalah orang yang memiliki pendidikan dan pengalaman berpraktik sebagai auditor

independen.

Auditor memikul tanggung jawab yang berat dan bagaimana tanggung jawab auditor semakin

meningkat hingga mencakup pelaporan mengenai efektivitas pengendalian internal atas

pelaporan perusahaan terbuka.

Untuk melakukan audit , auditor harus dapat mengumpulkan informasi dalam bentuk apapun

yang dapat diverifikasi dan sesuai standard yang dapat digunakan sebagai acuan melakukan

prosedur audit. Para auditor secara rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur,

termasuk laporan keuangan dan SPT pajak penghasilan . Auditor juga mengaudit informasi yang

lebih subjektif, seperti efektivitas sistem komputer dan efisiensi operasi manufaktur.

Ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mengevaluasi berbagai informasi, tergantung pada

jenis informasi yang sedang di audit. Untuk audit pengendalian internal atas laporan keuangan,

kriteria nya adalah kerangka kerja yang ditetapkan, untuk audit atas laporan keuangan yang

menjadi kriteria nya adalah prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum(GAAP/IFRS),

kemudian kantor akuntan publik akan menentukan apakah informasi yang diberikan sudah sesuai

dengan standard dan atau kriteria yang berlaku. Ada pun informasi yang dikumpulkan dan

digunakan auditor adalah untuk menentukan apakah yang sudah di audit tersebut sesuai dengan

kriteria.

Bukti adalah setiap informasi yang digunakan auditor untuk menentukan apakah informasi yang

diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria yang telah di tetapkan. Bukti memilih banyak bentuk

yang berbeda, termasuk :

Kesaksian lisan pihak yang di audit (klien)

Komunikasi tertulis dengan pihak luar

Observasi oleh auditor

Data elektronik dan data lain tentang transaksi

3

Page 4: Profesi Auditing

Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus mengumpulkan bukti dengan kualitas dan

mencukupi. Menentukan jenis bukti yang di perlukan dan banyak informasi yang dibutuhkan.

Auditor harus memiliki kemahiran untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus

kompeten untuk mengetahui jenis bukti yang akan dikumpulkan untuk mendukung kesimpulan

yang tepat. Auditor juga harus memiliki sikap mental independen dalam melaksanakan proses

audit.

1.2. Auditing dan Akuntansi

Akuntansi adalah kegiatan untuk mengklasifikasi, pencatatan, dan membuat ringkasan laporan

dari peristiwa ekonomi dengan tujuan menyediakan laporan keuangan untuk pengambilan

keputusan.

Auditing adalah menentukan apakah informasi yang dikumpulkan sesuai menunjukkan peristiwa

ekonomi yang terjadi selama periode akuntansi.

Auditor berfokus pada penentuan apakah informasi yang disediakan sesuai dengan kriteria yang

berlaku, dan auditor harus benar-benar paham prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum

untuk dapat mengevaluasi kesesuaian informasi yang disediakan dengan kriteria dan atau prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Selain harus paham akuntansi, auditor juga harus mahir dalam

mengumpulkan bukti audit, dan keahlian ini lah yang membedakan antara auditing dengan

akuntansi.

1.3. Peran Auditing dalam Mengurangi Resiko Informasi

Dalam melakukan pinjaman sebuah perusahaan kepada bank maka bank akan menentukan suku

bunga yang akan ditanggung perusahaan.

1. Suku bunga bebas resiko

2. Resiko bisnis bagi nasabah

4

Page 5: Profesi Auditing

3. Risiko informasi, mencerminkan bahwa informasi yang melandasi keputusan resiko

bisnis ternyata tidak akurat. Penyebab yang mungkin bagi resiko informasi ini

adalah kemungkinan tidak akuratnya laporan keuangan.

Auditing tidak berpengaruh terhadap suku bunga bebas resiko, dan resiko bisnis bagi nasabah,

namun resiko informasi dapat menimbulkan dampak yang signifikan terhadap auditing. Jika

laporan keuangan sudah diaudit maka resiko terhadap bank akan berkurang dan memberi satu

jaminan atas informasi yang disediakan laporan keuangan dan bank dapat menurunkan suku

bunga pinjaman perusahaan.

1.4. Penyebab dan Penawar Resiko Informasi

Semakin besarnya kebutuhan akan informasi untuk pengambilan keputusan, maka semakin

banyak pula informasi yang tidak andal. Ini adalah beberapa alasannya : Jauhnya informasi, bias

dan motif si penyedia, data yang sangat banyak, transaksi pertukaran yang semakin kompleks.

a) Jauhnya informasi, informasi yang disediakan oleh pihak lain mungkin di salah sajikan

secara sengaja atau tidak sengaja.

b) Bias dan Motif si Penyedia, informasi yang disediakan si penyedia mungkin digunakan

untuk menguntungkan si penyedia informasi sehingga mempengaruhi si pemakai

informasi.

c) Data yang sangat banyak, Semakin besar suatu organisasi maka semakin besar pula

volume transaksi pencatatan yang dilakukan. Sehingga memperbesar kemungkinan

masuknya informasi yang dicatat secara tidak tepat kedalam catatan.

d) Transaksi pencatatan yang kompleks, transaksi pertukaran antar organisasi semakin

kompleks sehingga sulit melakukan pencatatan yang tepat.

Bagi perusahaan yang lebih besar, biasanya lebih praktis menanggung biaya untuk mengurangi

resiko informasi. Ada tiga cara utama untuk melakukan hal itu.

a) Pengguna memverifikasi informasi yang disediakan, Pemakai bisa datang langsung

memeriksa catatan-catatan guna memperoleh informasi tentang keandalan dan atau

realibilitas laporan.

5

Page 6: Profesi Auditing

b) Pemakai berbagi resiko informasi dengan manajemen, manajemen bertanggung jawab

atas informasi yang andal kepada para pemakai. Jika para pemakai mengandalkan laporan

keuangan yang tidak tepat dan sebagai akibatnya menanggung kerugian keuangan, dan

sebagai dasar untuk menuntut manajemen.

c) Penyediaan laporan keuangan yang sudah di audit, cara yang paling umum bagi pemakai

adalah meminta audit yang independen untuk memeriksa apakah informasi yang

disediakan sudah sesuai atau andal.

Jika pada akhirnya laporan yang sudah di audit tersebut masih tidak tepat maka auditor bisa

dituntut oleh pemakai maupun manajemen.

1.5. Jasa Assurance, Jasa Audit dan Jasa Non Assurance

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan kualitas bagi para

pengambil keputusan. Jasa assurance dapat disediakan juga disediakan oleh kantor akuntan

publik atau oleh berbagai profesional lainnya. Salah satu jasa assurance yang di berikan kantor

akuntan publik adalah jasa atestasi (jenis jasa assurance dimana KAP yang mengeluarkan

laporan tentang realibilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain. Jasa atestasi dibagi menjadi

lima :

a. Audit atas laporan keuangan historis

b. Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan

c. Review laporan keuangan historis

d. Jasa atestasi mengenai jasa teknologi informasi

e. Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan

Audit atas laporan keuangan historis adalah merupakan bentuk jasa atestasi dimana auditor

memberikan suatu pendapat untuk menyatakan apakah laporan keuangan telah dinyatakan sesuai

dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan ini adalah merupakan jasa assurance

yang paling umum dilakukan oleh KAP.

Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan, manajemen menjelaskan

bahwa pengendalian internal telah dikembangkan dengan mengikuti kriteria yang mapan.

6

Page 7: Profesi Auditing

Auditor juga harus memberikan pendapat tentang efektifitas pengendalian internal atas pelaporan

keuangan yang dipadukan bersama dengan laporan keuangan

Review laporan keuangan historis, manajemen telah menegaskan bahwa laporan keuangan yang

disediakan sudah sesuai wajar dengan kriteria- kriteria umum yang berlaku, dan auditor hanya

mereview ulang untuk memberikan kepastian untuk publik.

Jasa atestasi mengenai teknologi informasi, manajemen mengeluarkan berbagai asersi tentang

rehabilitas dan keamanan teknologi informasi. Ini adalah mengenai penggunaan teknologi e-

commerce

untuk melakukan berbagai transaksi online sehingga menciptakan permintaan jenis assurance ini.

Jasa atestasi lain adalah merupakan perkembangan alami dari audit laporan keuangan historis,

karena pemakai laporan membutuhkan kepastian dan independen atas informasi-informasi yang

mereka gunakan.

KAP melakukan berbagai jenis jasa diluar lingkup jasa assurance lain, ada tiga contoh spesifik:

a) Jasa akuntansi dan pembukuan

b) Jasa pajak

c) Jasa konsultasi manajemen

1.6. Tugas Utama Audit

Kantor Akuntan Publik melakukan tiga pekerjaan utama audit:

Audit Operasional, adalah merupakan kegiatan yang dilakukan auditor untuk mengevaluasi

efisiensi dan efektivitas setiap bagian dari prosedur dan metode operasi organisasi. Manajemen

mengharapkan di setiap akhir periode setelah proses audit mendapatkan saran-saran perbaikan

untuk memperbaiki kegiatan operasi. Dalam hal ini auditor lebih menyerupai konsultan

manajemen.

Audit Ketaatan, untuk menentukan apakah pihak yang di audit sudah mengikuti prosedur,

aturan, atau ketentuan-ketentuan tertentu yang di tetapkan oleh pihak otoritas yang lebih tinggi.

7

Page 8: Profesi Auditing

Audit Laporan Keuangan, dilaksanakan untuk menentukan apakah laporan keuangan telah

dinyatakan sesuai dengan kriteria yang di tetapkan atau prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum.

1.7. Jenis-jenis Auditor

2. Kantor Akuntan Publik, bertanggung jawab untuk mengaudit laporan keuangan

historis untuk dipublikasikan sehingga memberikan suatu jaminan atas informasi

keuangan yang dikeluarkan, dan harus memiliki lisensi sebagai KAP.

3. Auditor badan akuntabilitas pemerintah Government Accountability Office (GAO),

adalah auditor yang bekerja kepada pemerintah, dan bertanggung jawab untuk

mengaudit laporan keuangan sebelum informasi keuangan tersebut diserahkan kepada

Kongres. GAO memikul banyak tanggung jawab, karena dia bertanggung jawab atas

setiap informasi keuangan badan pemerintah sebelum diserahkan kepada Kongres.

4. Agen Penerimaan Negara, bertanggung jawab untuk memberlakukan peraturan pajak

negara. Salah satunya memeriksa SPT wajib pajak apakah sudah memenuhi peraturan

pajak atau belum.

5. Auditor Internal, dipekerjakan oleh perusahaan untuk mengamati dan melakukan audit

manajemen, dan yang dipekerjakan perusahaan bertanggung jawab kepada perusahaan

yang mempekerjakan nya. Untuk menjaga independen auditor langsung

menyampaikan hasil auditnya kepada level eksekutif perusahaan.

1.8. Syarat Menjadi CPA (Akuntan Publik)

Pemakaian gelar akuntan publik diatur oleh negara bagian masing-masing, karena peraturan di

setiap negara berbeda-beda. Jika seseorang ingin mendapatkan CPA maka dia harus mengikuti

persyaratan yang berlaku di negaranya. Syarat yang umum adalah standard pendidikan,

kemudian mengikuti ujian atau test yang disediakan negara melalui badan yang di tunjuk oleh

pemerintah (Menteri Keuangan), dan ada beberapa negara yang mensyaratkan harus punya

pengalaman kerja terlebih dahulu menjadi auditing.

8

Page 9: Profesi Auditing

Bab 2. Mengenal CPA

Kantor akuntan publik mendapatkan surat izin resmi dari pemerintah negaranya untuk menjadi

satu badan resmi untuk melakukan kegiatan audit. Selain itu kantor akuntan publik juga

menyediakan berbagai jasa yang di dibutuhkan klien.

2.1. Mendeskripsikan Tentang Kantor Akuntan Publik

Kantor Akuntan Publik adalah organisasi yang dapat didirikan oleh seseorang atau beberapa

orang yang memiliki gelar CPA yang di berikan oleh negara atau badan tertentu menurut

peraturan yang ada di negara bagian masing-masing.

Di Negara Indonesia peraturan yang mengatur tentang perizinan mendirikan dan jenis-jenis jasa

yang dapat disediakan Kantor akuntan publik diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik.

Standar Profesional Akuntan Publik, yang selanjutnya disingkat SPAP adalah acuan yang

ditetapkan menjadi ukuran mutu yang wajib dipatuhi oleh Akuntan Publik dalam pemberian

jasanya.

A. Jenis jasa Akuntan Publik

1. Jasa Atestasi, adalah suatu pernyataan pendapat atau pertimbangan seseorang yang

independen dan kompeten mengenai kesesuaian dalam segala hal yang signifikan asesrsi

suatu entitas dengan kriteria yang telah ditetapkan. Ada 4 jenis jasa atestasi yang dapat

diberikan oleh suatu kantor akuntan publik.

a. Audit

b. Pemeriksaan

c. Penelaahan

d. Prosedur yang disepakati bersama.

2. Jasa Non-Atestasi, ada 3 jenis jasa non-atestasi yang diberikan suatu kantor akuntan

publik, yaitu :

a. Jasa Akuntansi

b. Jasa Perpajakan

9

Page 10: Profesi Auditing

c. Jasa Konsultasi manajemen

B. Izin Akuntan Publik menurut UU No.5 Tahun 2011

a. memiliki sertifikat tanda lulus ujian profesi akuntan publik yang sah;

b. berpengalaman praktik memberikan jasa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3;

c. berdomisili di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;

e. tidak pernah dikenai sanksi administratif berupa pencabutan izin Akuntan Publik;

f. tidak pernah dipidana yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap karena

melakukan tindak pidana kejahatan yang diancam dengan pidana penjara 5

(lima) tahun atau lebih;

g. menjadi anggota Asosiasi Profesi Akuntan Publik yang ditetapkan oleh Menteri;

dan

h. tidak berada dalam pengampuan.

C. Struktur Kantor Akuntan Publik

Tersedia 6 struktur organisasi bagi KAP.

1. Perusahaan Perorangan (Proprietorship), hanya kantor dengan pemilik tunggal yang dapat

beroperasi dalam bentuk ini tetapi sebagian perusahaan perorangan banyak berubah

bentuk keorganisasian yang memiliki kewajiban yang lebih terbatas akibat resiko dan

tuntutan hukum.

2. Persekutuan Umum ( General Partnership), bentuk organisasi ini dimiliki oleh banyak

pemilik.

3. Korporasi Umum, pemegang sahamnya bertanggung jawab hanya sebatas sampai

investasi mereka dalam korporasi.

4. Korporasi Profesional (Profesional Corporation, PC), memberikan jasa profesional yang

dimiliki oleh pemegang saham. Kelemahannya korporasi ini sulit memiliki klien-klien di

berbeda negara.

5. Limited Liability Company (LLC), LLC biasanya memakai struktur persekutuan umum,

tetapi para pemiliknya bertanggung jawab pribadi terbatas.

10

Page 11: Profesi Auditing

6. Limited Liability Partnership (LLP), dimiliki oleh satu atau lebih partner. Para partner

dalam LLP bertanggung jawab atas utang dan kewajiban persekutuan, tindakan mereka

sendiri, dan tindakan orang lain dibawah supervise mereka.

Struktur KAP secara umum dapat terdiri sebagai berikut :

1. Partner, menduduki jabatan tertinggi dalam per ikatan audit, bertanggung jawab secara

menyeluruh mengenai auditing. Partner menandatangani laporan audit management letter

dan bertanggung jawab terhadap penagihan fee audit kepada klien.

2. Manajemen, sebagai pengawas audit, bertugas untuk membantu auditor senior dalam

merencanakan program audit dan waktu audit, me-review kertas kerja, laporan audit dan

manajemen letter.

3. Auditor Senior, melaksanakan audit, bertanggung jawab untuk mengusahakan biaya audit

dan waktu audit sesuai dengan rencana, mengarahkan dan me-review pekerjaan auditor

junior.

4. Auditor Junior, melaksanakan prosedur audit secara rinci, membuat kertas kerja untuk

mendokumentasikan pekerjaan audit yang telah dilaksanakan.

2.2. Pengaruh Kegagalan Auditor dan Public Company Accounting Oversight Board

(PCAOB)

Kegagalan audit di tahun 1930 terhadap beberapa perusahaan besar seperti Enron dan

WorldCom, Sarbanes-Oxley Act disahkan tanggal 30 Juli 2002, maka dibuatlah suatu ketentuan

UU yang berpengaruh terhadap profesi audit. Kasus ini membentuk PCAOB yang ditunjuk dan

diawasi oleh Securitas Exchanges Commission (SEC). PCAOB mengawasi kantor akuntan

publik, menetapkan standar auditing dan pengendalian mutu untuk audit atas perusahaan-

perusahaan terbuka, serta melakukan pemeriksaan pengendalian mutu kantor akuntan publik.

2.3. Mengikhtisarkan Peran Securitas dan Exchange Commission dalam Akuntansi dan

Auditing

Securitas and Exchanges Commission (SEC) adalah badan pemerintah federal yang membantu

menyediakan informasi yang andal bagi investor untuk membuat keputusan investasi. Securitas

Act tahun 1933 mengharuskan sebagian besar perusahaan yang berencana menerbitkan sekuritas

11

Page 12: Profesi Auditing

baru kepada masyarakat agar menyerahkan laporan registrasi kepada SEC untuk disetujui.

Securitas Exchange Act tahun 1934 memberikan perlindungan tambahan dengan mengharuskan

perusahaan publik dan lainnya untuk menyerahkan laporan tahunan yang terinci kepada komisi

ini. Komisi memeriksa kelengkapan dan memadai nya laporan tersebut sebelum mengizinkan

perusahaan menjual sekuritas nya melalui bursa saham.

Ketentuan dalam membuat pelaporan diatur dalam UU sekuritas, hal terpenting dalam laporan

ini adalah :

Formulir S-1 adalah formulir yang umum digunakan apabila tidak disebutkan formulir

tertentu secara khusus. Sebagai contoh, S-1 adalah pendaftaran sekuritas perusahaan real

estate tertentu.

Formulir 8-K, laporan ini diserahkan untuk melaporkan peristiwa-peristiwa yang penting

bagi investor publik. Peristiwa ini meliputi akuisisi atau penjualan anak perusahaan,

perubahan pejabat atau direktur, penambahan lini produk baru, atau pergantian auditor.

Formulir 10-K, laporan ini harus diserahkan setahun sekali dalam jangka waktu 60-90

hari setelah penutupan tahun fiskal, tergantung pada ukuran perusahaan.

Formulir 10-Q, laporan ini harus diserahkan setiap kuartal bagi perusahaan yang terbuka.

Karena KAP yang besar yang mempunyai klien maka dia harus menyerahkan satu atau beberapa

laporan ini setiap tahunnya kepada SEC karena ketentuan yang sangat kompleks ini KAP

mempunyai tenaga ahli yang memastikan kliennya memenuhi ketentuan yang ditetapkan SEC.

SEC sangat berperan dalam menentukan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan persyaratan

pengungkapan laporan keuangan. SEC berperan dalam menetapkan aturan bagi kantor akuntan

publik, terkait dengan laporan keuangan yang telah di audit.

2.4. Fungsi Penting AICPA (American Institute of Certified Public Accountants)

Para akuntan publik mendapat gelar CPA dari negara mereka masing-masing berpraktik, tetapi

ada pengaruh yang cukup besar dari organisasi profesional, yaitu American Institute of Certified

Public Accountants (AICPA). AICPA menetapkan standar dan aturan yang harus diikuti seluruh

12

Page 13: Profesi Auditing

anggota serta praktisi lainnya. AICPA memiliki wewenang dalam menetapkan standard dan

pembuatan aturan dalam lima bidang utama berikut ini:

Standar Auditing

Standar kompilasi dan review

Standar atestasi lainnya

Standar konsultasi

Kode prilaku profesional

2.5. Standar Auditing yang Berlaku Umum

Standar auditing yang ditetapkan merupakan pedoman untuk membantu auditor memenuhi

tanggung jawab profesinya.

Standar Umum

1. Audit harus dilakukan oleh orang yang memiliki kecakapan teknis yang memadai sebagai

seorang auditor.

2. Auditor harus mempertahankan sikap mental yang independen

3. Auditor harus menerapkan kemahiran nya dalam melaksanakan audit dan menyusun

laporan.

Standar Pekerjaan Lapangan

1. Auditor membuat perencanaan pekerjaan dan mengawasi semua asisten

2. Auditor harus memahami entitas serta lingkungannya.

3. Auditor harus memperoleh bukti untuk membuktikan pendapat auditnya dan menguatkan

dari kesimpulan auditor.

Standar Pelaporan

1. Auditor harus menyatakan pendapatnya apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai

dengan prinsip akuntansi berlaku umum,

13

Page 14: Profesi Auditing

2. Auditor harus mengidentifikasi dalam laporan auditor mengenai keadaan dimana prinsip-

prinsip tersebut tidak secara konsisten diikuti selama periode berjalan jika dikaitkan

dengan periode sebelumnya

3. Auditor harus menyatakan pendapat jika pengungkapan yang informatif belum memadai.

4. Auditor harus menyatakan pendapat mengenai laporan keuangan, secara keseluruhan

didalam laporan audit.

2.6. Standar Auditing Internasional

International Standards on Auditing (ISA) dikeluarkan oleh International Auditing Practice

Committee (IAPC) dari International Federal of Accountants (IFAC). IAPC berusaha untuk

meningkatkan keseragaman praktik auditing dan jasa-jasa terkait di seluruh dunia.

ISA secara umum serupa dengan GAAS di A.S meskipun ada perbedaan. ISA tidak

mengesampingkan peraturan-peraturan yang berlaku di suatu negara yang mengatur audit atas

informasi keuangan atau informasi lainnya.

2.7. Pengendalian Mutu

Standar pengendalian Mutu Kantor Akuntan Publik memberikan panduan bagi kantor akuntan

publik didalam melaksanakan pengendalian kualitas jasa yang dihasilkan oleh kantornya dengan

mematuhi berbagai standar yang diterbitkan oleh Dewan Standar Profesional Akuntan Publik

Institut Akuntan Publik Indonesia (DSPAP IAPI) dan Aturan Etika Kompartemen Akuntan

Publik yang diterbitkan oleh IAPI.

Unsur-unsur pengendalian mutu yang harus diterapkan oleh setiap KAP pada semua jenis jasa audit, atestasi dan konsultasi meliputi:

independensi - meyakinkan semua personel pada setiap tingkat organisasi harus mempertahankan independensi

penugasan personel - meyakinkan bahwa perikatan akan dilaksanakan oleh staf profesional yang memiliki tingkat pelatihan dan keahlian teknis untuk perikatan dimaksud

konsultasi - meyakinkan bahwa personel akan memperoleh informasi memadai sesuai yang dibutuhkan dari orang yang memiliki tingkat pengetahuan, kompetensi, pertimbangan (judgement), dan wewenang memadai

14

Page 15: Profesi Auditing

supervisi - meyakinkan bahwa pelaksanaan perikatan memenuhi standar mutu yang ditetapkan oleh KAP

pemekerjaan (hiring) - meyakinkan bahwa semua orang yang dipekerjakan memiliki karakteristik semestinya, sehingga memungkinkan mereka melakukan penugasan secara kompeten

pengembangan profesional - meyakinkan bahwa setiap personel memiliki pengetahuan memadai sehingga memungkinkan mereka memenuhi tanggung jawabnya. Pendidikan profesional berkelanjutan dan pelatihan merupakan wahana bagi KAP untuk memberikan pengetahuan memadai bagi personelnya untuk memenuhi tanggung jawab mereka dan untuk kemajuan karier mereka di KAP

promosi (advancement) - meyakinkan bahwa semua personel yang terseleksi untuk promosi memiliki kualifikasi seperti yang disyaratkan untuk tingkat tanggung jawab yang lebih tinggi.

penerimaan dan keberlanjutan klien - menentukan apakah perikatan dari klien akan diterima atau dilanjutkan untuk meminimumkan kemungkinan terjadinya hubungan dengan klien yang manajemennya tidak memiliki integritas berdasarkan pada prinsip pertimbangan kehati-hatian (prudence)

inspeksi - meyakinkan bahwa prosedur yang berhubungan dengan unsur-unsur lain pengendalian mutu telah diterapkan dengan efektif

15

Page 16: Profesi Auditing

Bab 3. Laporan Audit

Laporan auditing adalah merupakan hasil akhir dari proses audit. Dalam laporan audit maka

auditor akan memberikan kesimpulan dari pendapatnya, dan hasil dari laporan ini yang di

andalkan dari para pemakai laporan keuangan untuk membuat satu keputusan. Sehingga auditor

bertanggung jawab atas hasil laporan auditnya.

3.1. Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian

Laporan ini berisi dari tujuh bagian :

1) Judul laporan, dalam menulis judul laporan audit, harus mengandung kata independen,

untuk menunjukkan bahwa audit tersebut didalam segala aspeknya tidak memihak.

2) Alamat laporan audit, umumnya ditujukan kepada klien yang di audit.

3) Paragraf pendahuluan, dalam paragraf ini harus menunjukkan tiga hal:

Pernyataan bahwa kantor akuntan publik telah melaksanakan kegiatan audit

Menyatakan laporan keuangan yang telah di audit serta periode dari laporan yang

di audit.

Menyatakan bahwa tanggung jawab laporan keuangan adalah tanggung jawab

manajemen, dan tanggung jawab auditor adalah untuk menyatakan pendapat atas

laporan keuangan berdasarkan audit.

4) Paragraf ruang lingkup, adalah merupakan pernyataan faktual tentang apa saja yang

dilakukan oleh auditor selama proses audit, namun sebelumnya harus menyatakan bahwa

proses audit yang dilakukan sudah memenuhi standar auditing.

5) Paragraf pendapat, dalam paragraf akhir maka di buatlah kesimpulan dari pendapat

auditor tentang kewajaran atas laporan keuangan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang

berlaku umum.

6) Nama KAP, adalah kantor akuntan publik yang melaksanakan audit, untuk menunjukkan

tanggung jawa dari KAP yang melakukan proses audit, dan juga tanggung jawab atas

pendapat atas kesimpulan nya.

7) Tanggal laporan audit, tanggal yang tepat adalah ketika auditor telah selesai

melaksanakan proses audit di lapangan, menunjukkan tanggal terakhir tanggung jawab

dari auditor.

16

Page 17: Profesi Auditing

3.2. Syarat Laporan Audit Standar Tanpa Pengecualian

Laporan audit tanpa pengecualian diterbitkan bila kondisi-kondisi berikut terpenuhi:

1) Semua laporan – neraca, laporan laba rugi, laporan laba ditahan, dan laporan arus kas –

sudah termasuk dalam laporan keuangan.

2) Ketiga standar umum telah dipatuhi dalam semua hal yang berkaitan dengan penugasan.

3) Bukti audit yang cukup memadai telah terkumpul, dan auditor telah melaksanakan

penugasan audit ini sesuai dengan prosedur audit.

4) Laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum

5) Tidak terdapat situasi yang membuat auditor merasa perlu menambahkan sebuah paragraf

penjelasan atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

3.3. Memahami Laporan Gabungan Tentang Laporan Keuangan dan Pengendalian

Internal atas Laporan Keuangan

Laporan gabungan tentang laporan keuangan dan pengendalian internal atas laporan keuangan

menyajikan baik laporan keuangan maupun laporan manajemen tentang pengendalian internal

atas laporan keuangan:

Paragraf pendahuluan, ruang lingkup, dan pendapat dimodifikasi untuk menyertakan

referensi pada laporan manajemen tentang pengendalian internal atas laporan manajemen

tentang pengendalian internal atas laporan keuangan dan ruang lingkup pekerjaan auditor

serta pendapat tentang pengendalian internal atas laporan keuangan.

Paragraf pendahuluan dan pendapat juga mengacu pada kerangka kerja yang digunakan

untuk mengevaluasi pengendalian internal.

Laporan itu menyertakan paragraf sesudah paragraf ruang lingkup yang menetapkan

pengendalian internal atas laporan keuangan.

Laporan itu juga menyertakan paragraf tambahan sebelum paragraf pendapat yang

menyatakan keterbatasan yang melekat dari pengendalian internal.

17

Page 18: Profesi Auditing

Meskipun pendapat audit atas laporan keuangan mencakup banyak periode pelaporan,

asersi manajemen tentang efektivitas pengendalian internal adalah akhir untuk akhir

tahun fiskal.

3.4. Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian dengan Paragraf Penjelasan

Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelasan sesuai dengan kriteria audit yang

lengkap dan hasil yang memuaskan dan laporan keuangan disajikan secara wajar, tetapi auditor

merasa penting untuk memberikan informasi tambahan.

Ada 5 alasan penambahan paragraf penjelasan :

Tidak adanya aplikasi yang konsisten dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

Keraguan yang substansial mengenai going concern.

Auditor setuju dengan penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dirumuskan

Penekanan pada suatu hal atau masalah

Laporan yang melibatkan auditor lain

3.5 Penyimpangan dari Laporan Audit Wajar Tanpa Pengecualian

Dimana laporan audit wajar tanpa pengecualian dianggap tidak tepat serta jenis laporan audit

yang harus diterbitkan dalam setiap situasi, atau auditor tidak dapat mempresentasikan laporan

keuangan keseluruhan secara wajar. Alasannya adalah :

Ruang lingkup audit dibatasi, apabila auditor tidak dapat mengumpulkan bukti audit yang

mencukupi untuk menyimpulkan apakah laporan keuangan sesuai dengan prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Ada dua penyebab kemungkinan terjadi, pembatasan oleh

pihak internal perusahaan dan pembatasan yang mungkin dari luar yang tak dapat di

kendalikan.

Ketidak sesuaikan laporan keuangan dengan prinsip akuntansi berlaku umum, penerapan

yang digunakan oleh perusahaan tidak sesuai atau melakukan penyimpangan.

Auditor tidak independen, independen seorang auditor diatur dalam Kode Prilaku

Profesional.

18

Page 19: Profesi Auditing

Pendapat tidak wajar (adverse opinion), digunakan apabila auditor yakin bahwa laporan

keuangan secara keseluruhan mengandung salah saji yang material atau menyesatkan sehingga

tidak menyajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan

pendapat tidak wajar dapat diterbitkan apabila auditor memiliki pengetahuan, setelah melakukan

investigasi lebih mendalam, bahwa tidak ada kesesuaian dengan prinsip akuntansi berlaku

umum.

Menolak memberikan pendapat (disclaimer of opinion), diterbitkan apabila auditor tidak

dapat meyakinkan dirinya sendiri bahwa laporan keuangan secara keseluruhan telah disajikan

secara wajar. Penolakan pemberian keputusan akan timbul apabila terdapat pembatasan ruang

lingkup audit atau terdapat hubungan yang tidak independen antara auditor dan kliennya.

3.6. Pengaruh Material Terhadap Keputusan Audit

Materialistis adalah suatu pertimbangan dalam menentukan jenis laporan keuangan yang tepat

diterbitkan dalam situasi tertentu. Ada tiga tingkat materialistis :

Jumlahnya tidak material, jika terdapat salah saji dalam laporan keuangan tetapi tidak

mempengaruhi pemakai laporan dalam mengambil keputusan, hal tersebut dianggap

sebagai tidak material. Pendapat audit dalam keadaan ini dapat diberikan unqualified.

Jumlahnya material tetapi tidak memperburuk laporan keuangan secara keseluruhan,

tingkat material dalam laporan keuangan mempengaruhi pemakai laporan keuangan

dalam mengambil keputusan, tetapi laporan keuangan tetap disajikan secara wajar dan

karenanya masih berguna. Pendapat audit dalam keadaan ini dapat diberikan qualified.

Jumlahnya sangat material sehingga seluruh laporan keuangan secara keseluruhan

diragukan, tingkat material terjadi apabila pemakai laporan membuat keputusan yang

salah jika mengandalkan laporan keuangan secara keseluruhan. Dalam hal seperti ini

dapat diberikan kesimpulan pendapat auditor adalah adverse or declaimer.

Pada saat menentukan apakah suatu pengecualian material, auditor harus mempertimbangkan

seberapa besar pengaruh pengecualian tersebut terhadap laporan keuangan yang berbeda.

19

Page 20: Profesi Auditing

3.7. Kondisi Laporan Audit Sesuai Menurut Berbagai Situasi

Ada dua kategori utama pembatasan ruang lingkup audit: pembatasan yang disebabkan oleh

klien dan disebabkan oleh kondisi-kondisi yang berada di luar kendali klien maupun auditor.

Pembatasan ruang linkup tersebut memiliki pengaruh yang sama terhadap laporan auditor, tetapi

interpretasi materialitasnya mungkin berbeda. Bila ada pembatasan ruang lingkup, maka repon

auditor yang tepat adalah menerbitkan pendapat wajar tanpa pengecualian, kualifikasi

(pengecualian) ruang lingkup dan pendapat audit, atau menolak memberikan pendapat,

tergantung pada materialitasnya.

Apabila auditor mengetahui bahwa laporan keuangan dapat menyesatkan karena tidak disiapkan

sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, dan klien tidak mampu atau tidak

bersedia mengoreksi salah saji itu, ia harus menerbitkan pendapat wajar dengan pengecualian

atau pendapat tidak wajar, tergantung pada materialitas pos yang dipertanyakan.

Peraturan 203 dalam kode prilaku profesional memperkenankan pendapat penyimpangan dari

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum apabila auditor yakin bahwa ketaatan pada prinsip

tersebut akan menghasilkan laporan keuangan yang menyesatkan. Pendapat ini akan diterangkan

dalam paragraf ketiga sebagai tambahan.

Tidak adanya laporan arus kas keengganan klien untuk memasukkan laporan arus kas (SAS

58 (AU 508)) maka auditor harus membuat laporan di paragraf ketiga menyatakan peniadaan

laporan itu dan kualifikasi pendapat “kecuali untuk”.

3.8. Proses Keputusan Audit untuk Laporan Keuangan

Auditor akan menerbitkan keputusan audit berdasarkan suatu proses yang tersusun dengan baik pada serangkaian situasi tertentu. Pertama auditor harus menilai apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian standar. Jika ada maka auditor harus mengukur tingkat materialitas kondisi tersebut dan menentukan laporan audit yang tepat.

Menentukan apakah ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari laporan wajar tanpa pengecualian standar, Kondisi-kondisi tersebut adalah :

1. Prinsip-prinsip akuntansi tidak diterapkan secara konsisten2. Keraguan yang substansial tentang kelangsungan hidup perusahaan

20

Page 21: Profesi Auditing

3. Penyimpangan yang dibebankan dari GAAP atau prinsip-prinsip akuntansi lainnya4. Penekanan pada masalah5. Penggunaan auditor lain6. Ruang lingkup dibatasi oleh klien atau kondisi lain7. Laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akutansi berlaku umum8. Auditor tidak independen

Para auditor mengidentifikasi kondisi-kondisi tersebut ketika mereka melaksanakan audit dan mencantumkan informasi tentang kondisi itu dalam file audit sebagai tambahan diskusi guna pelaporan audit.

Memutuskan materialitas untuk setiap kondisi, apabila ada kondisi yang memerlukan penyimpangan dari pendapat wajar tanpa pengecualian standar, auditor mengevaluasi pengaruh potensial nya terhadap laporan keuangan. Untuk penyimpangan auditor harus dapat membedakan material, tidak material, sangat material.

Memutuskan jenis laporan audit yang tepat untuk kondisi tertentu berdasarkan tingkat materialitas, sangat mudah bagi auditor untuk menentukan pendapat setelah kedua proses diatas.

Menuliskan laporan audit, sebagian kantor akuntan publik sudah memiliki template untuk komputer yang berisi kata-kata yang tepat pada setiap kondisi yang berbeda guna membantu auditor menuliskan laporan audit. Kemudian para partner akan mereview seluruh laporan audit sebelum laporan itu diterbitkan

3.9. Dampak e-commerce Terhadap Pelaporan Audit

Dengan semakin canggih nya dunia teknologi dan informasi, maka kebanyakan perusahaan publik memberikan akses ke informasi keuangan melalui website nya. Para pengunjung website dapat melihat langsung laporan keuangan perusahaan yang telah audit dan juga dapat melihat hasil laporan auditor. Selain itu juga umum bagi perusahaan untuk mengumumkan informasi seperti itu sebagai laporan keuangan kuartal yang belum di audit, informasi keuangan lainnya, dll.

Namun, menurut standar auditing yang berlaku saat ini, tidak diwajibkan untuk membaca informasi yang terkandung di media elektronik. Karena media elektronik adalah sarana untuk mendistribusikan informasi dan buka dianggap “dokumen” seperti istilah yang digunakan dalam standar auditing.

21

Page 22: Profesi Auditing

Bab 4. Etika Profesional

4.1. Perbedaan Etis dan Tidak Etis bagi Pribadi dan bagi Profesional

Etik adalah merupakan sekumpulan nilai-nilai yang mengatur untuk yang walaupun setiap orang

memiliki perbedaan nilai satu sama lain. Contoh serangkaian prinsip atau nilai moral yang telah

ditetapkan/ditentukan adalah UU dan peraturan negara, doktrin gereja, kode etik bagi kelompok

terdidik atau profesionalisme, serta kode prilaku dalam organisasi.

Etika sangat dibutuhkan dalam masyarakat, yang walaupun masih banyak nilai etika yang belum

dimasukkan kedalam peraturan dan undang-undang. Etika merupakan suatu media yang dapat

menjalin hubungan yang harmonis didalam masyarakat, dengan kata lain ini adalah aturan yang

dibentuk dalam sekelompok orang untuk kepentingan bersama.

Sebagian orang melakukan hal yang tidak etis, hal tersebut dapat terjadi karena ada beberapa

alasan ; mungkin karena kita memiliki nilai yang berbeda, atau karena merasa dia harus

melakukan atau terpaksa, dan sengaja melakukannya demi kepentingan pribadi.

Ada enam nilai etis menurut Joseph Institute :

Dapat dipercaya (trustworthiness) mencakup kejujuran, integritas, reliabilitas, dan loyalitas.

Penghargaan (respect) mencakup gagasan seperti kepantasan, kesopansantunan, kehormatan,

toleransi, dan penerimaan.

Pertanggungjawaban (responsibility) berarti bertanggungjawab atas tindakan seseorang serta

dapat menahan diri.

Kelayakan (fairness) dan keadilan mencakup isu-isu tentang kesamaan penilaian, sikap tidak

memihak, proporsionalitas, keterbukaan dan keseksamaan.

Perhatian (caring) berarti sungguh-sungguh memperhatikan kesejahteraan pihak lain dan

mencakup tindakan yang memperhatikan kepentingan sesama serta memperlihatkan perbuatan

baik.

Kewarganegaraan (Citizenship) termasuk kepatuhan pada undang-undang serta melaksanakan

kewajiban sebagai warga negara agar proses dalam masyarakat berjalan dengan baik, antara lain

pemungutan suara, bertindak sebagai juri pengadilan, dan melindungi sumberdaya ala yang ada.

22

Page 23: Profesi Auditing

4.2. Menyelesaikan Dilema Etika

Dilema etika adalah merupakan suatu situasi yang dihadapi oleh seseorang dimana dia harus

mengambil keputusan tentang prilaku yang tepat.

Dalam setiap profesi bisnis menghadapi banyak dilema etika dalam karir bisnis mereka. Contoh

sebagai seorang auditor dalam menjalankan tugas dan diancam oleh kliennya dengan mencari

auditor baru jika ia bersedia menerbitkan suatu pendapat wajar tanpa pengecualian, akan menjadi

dilema bagi auditor apabila laporan wajar tanpa pengecualian itu tidak tepat.

Ada beberapa cara menyelesaikan dilema etika, tetapi kita harus berhati-hati untuk menghindari

metode yang merasionalkan perilaku tidak etis. Berikut metode-metode rasionalisasi yang sering

digunakan, yang dengan mudah dapat mengakibatkan tindakan tidak etis.

Setiap Orang Melakukannya, contoh bahwa banyak orang mengisi SPT pajak tidak jujur,

mencontek saat ujian, menjual produk cacat yang dapat diterima umum dengan didasarkan pada

rasionalisasi umum bahwa semua orang melakukannya.

Jika sah menurut hukum, hal itu etis, Menggunakan argumen bahwa perilaku yang etis

bergantung pada hukum yang sempurna. Seseorang tidak memiliki kewajiban untuk

mengembalikan barang yang hilang kecuali pihak lain dapat membuktikan bahwa barang

tersebut miliknya.

Kemungkinan penemuan dan konsekuensinya, tergantung evaluasi atas kemungkinan bahwa

orang lain menemukan perilaku tersebut. Biasanya, orang akan menilai besar konsekuensinya

bila ia ketahuan kepada orang lain.

Ada enam langkah digunakan sebagai pendekatan yang sederhana untuk menyelesaikan dilema

etika:

1. Memperoleh Fakta

2. Mengidentifikasi isu-isu etis tersebut berdasarkan fakta tersebut.

3. Menentukan siapa yang akan terpengaruh oleh akibat dari dilema tersebut, dan

bagaimana setiap orang tersebut terpengaruhi.

4. Mengidentifikasi berbagai alternatif yang tersedia bagi orang yang harus menyelesaikan

dilema tersebut

23

Page 24: Profesi Auditing

5. Mengidentifikasi konsekuensi yang mungkin terjadi dari setiap alternatif.

6. Memutuskan tindakan yang tepat.

Contoh kasus untuk menyelesaikan dilema etika :

Salah satu peraturan hidup di asrama UNAI adalah dilarang menggunakan listrik dengan batas

tegangan listrik yang ditentukan dan juga dilarang untuk berjualan di dalam asrama. Namun

kenyataannya banyak mahasiswa yang tetap menggunakan listrik lebih dari kapasitas dan

akibatnya sering terjadi listrik turun. Mahasiswa banyak menggunakan listrik untuk melakukan

bisnis berjualan di asrama yang juga dilarang peraturan asrama UNAI, yaitu berjualan mie instan

dengan menggunakan pemanas air dengan yang menggunakan listrik cukup besar. Namun mie

instan tersebut sudah menjadi kebutuhan mahasiswa termasuk saya di saat malam sedang lapar

atau sedang mengerjakan tugas kuliah.

Fakta yang relevan :

Ada beberapa mahasiswa yang tetap berjualan di asrama walau dilarang dan sudah

diamarkan akan di denda dan alat-alatnya ditahan

Peraturan asrama UNAI melarang menggunakan listrik berlebih dan berjualan

Mahasiswa butuh makan malam di saat larut malam karena kebutuhan

Isu etika :

Apakah baik bagi mahasiswa dan atau UNAI jika membiarkan hal ini terjadi.

Siapa yang dipengaruhi dan bagaimana masing-masing terpengaruh?

Mahasiswa

Mahasiswa akan mengundang mahasiswa lain untuk tetap berjualan untuk saling

menguntungkan.

Mahasiswa akan merasa terganggu dengan keributan penjual dan bau mie instan yang

dikeluarkan

Listrik akan terganggu dan dapat menghambat kegiatan mahasiswa lain yang

menggunakan listrik

24

Page 25: Profesi Auditing

UNAI

Peraturan yang ditetapkan UNAI hanya akan jadi pajangan yang berarti mahasiswa tidak

takut untuk melanggar

Listrik yang sering turun akan membuat kerusakan kepada beberapa alat UNAI sehingga

menimbulkan biaya perbaikan yang besar

Alternatif yang tersedia :

Membiarkan hal itu tetap terjadi

Menegur mahasiswa yang berjualan

Mengingatkan kepala asrama untuk memberikan punishment bagi yang berjualan

Konsekuensi :

Membiarkan hal itu tetap terjadi, terkadang menjadi kebutuhan mahasiswa, merasa

terganggu saat tidak dibutuhkan, menjadi kebudayaan bersama.

Menegur mahasiswa yang berjualan, berpengaruh terhadap sosial karena merupakan

kebutuhan mahasiswa secara umum, mendapat perlawanan dan dibenci

Mengingatkan kepala asrama untuk memberikan punishment bagi yang berjualan, dapat

dibenci oleh mahasiswa secara umum, dikenal sebagai tukang adu.

Tindakan yang tepat

Memilih untuk tetap membiarkan hal tersebut karena juga menjadi kebutuhan mahasiswa,

kecuali ada alternatif lain yang dapat disediakan UNAI.

4.3. Perilaku Etis dalam Profesi

Seorang profesional diharapkan berperilaku lebih dari pada masyarakat biasa dan bertanggung

jawab untuk bertindak lebih dari sekedar memenuhi tanggung jawab dan peraturan masyarakat.

Bagi akuntan publik, kepercayaan klien dan pemakai laporan keuangan eksternal atas kualitas

audit dan jasa lainnya sangatlah penting. Kantor akuntan publik adalah profesi yang berbeda

dengan profesi yang lain. Kantor akuntan publik di bayar oleh klien tetapi jasa auditor tidak yang

25

Page 26: Profesi Auditing

dibayar tidak untuk keuntungan perusahaan secara langsung (keuntungan utama) namun untuk

kepentingan publik yang menggunakan laporan keuangan.

Sangat penting bagi pemakai laporan keuangan untuk memandang akuntan publik sebagai pihak

yang kompeten dan objektif. Pemakai merasa yakin bahwa akuntan publik memberikan jasa

yang bernilai, sehingga memberikan keyakinan resiko informasi yang diberikan tidak terlalu

besar.

4.4. Kode Perilaku Profesional

Kode perilaku profesional AICPA menyediakan baik standar umum perilaku yang ideal maupun

peraturan perilaku khusus yang harus diberlakukan. Beberapa definisi, yang di ambil dari kode

perilaku profesional AICPA yaitu :

Klien, setiap entitas atau orang, selain dari atasan anggota, yang menugaskan anggota

atau kantornya untuk melaksanakan jasa profesional.

Kantor akuntan, Badan organisasi yang memiliki izin khusus dari pemerintahan negara

yang bertugas sebagai akuntan publik.

Institute, American Institute of Certified Public Accountants.

Anggota, anggota asosiasi, atau anggota asosiasi dari international dari American

Institute of Certified Public Accountants.

Praktik akuntansi publik, perilaku akuntansi publik terdiri dari pelaksanaan kerja untuk

klien oleh seorang anggota atau kantor akuntan anggota, yang bertindak sebagai akuntan

publik, atas jasa profesional akuntansi, perpajakan, perencanaan keuangan pribadi, jasa

pendukung litigasi, dan jasa-jasa profesional di mana standar telah ditetapkan oleh

lembaga yang ditunjuk oleh dewan.

Kode etik terdiri dari empat bagian dalam urutan yang spesifisitas yang semakin meningkat

Prinsip, Standar perilaku etis yang ideal yang dinyatakan dalam istilah filosofis. Prinsip-prinsip

etis :

Tanggung jawab, mengemban tanggung jawab atas profesi mereka dengan pertimbangan

profesional dalam semua aktivitas mereka

26

Page 27: Profesi Auditing

Kepentingan publik, memiliki kewajiban untuk melayani kepentingan publik, menjaga

kepercayaan publik , serta menunjukkan komitmen dan profesionalisme

Integritas, seorang profesional harus dapat mempertahankan integritas yang tinggi.

Objektivitas dan Independensi, profesional harus mempertahankan objektivitas dan bebas

dari pengaruh dengan siapa pun dalam menjalankan tanggung jawab profesinya.

Keseksamaan, melakukan kinerja terbaik sesuai dengan standar untuk meningkatkan

kemampuan dan mutunya.

Ruang lingkup dan sifat jasa, Profesionalisme harus memperhatikan prinsip-prinsip kode

perilaku profesional dalam menentukan lingkup dan sifat jasa yang akan disediakan.

Peraturan perilaku, Standar minimum dari perilaku etis yang dinyatakan sebagai peraturan

spesifik.

Interpretasi peraturan perilaku, Interpretasi atas peraturan perilaku oleh Divisi Etika

Profesional dari AICPA.

Kaidah etika, Penjelasan yang diterbitkan dan jawaban atas pertanyaan tentang peraturan

perilaku yang diserahkan kepada AICPA oleh para praktisi dan pihak lain yang berkepentingan

dengan persyaratan etis.

4.5. Independensi

Nilai audit sangat bergantung pada persepsi publik atas independensi auditor. Independensi

dalam audit berarti mengambil sudut pandang yang tidak bias. Independensi dalam fakta,

seorang auditor mempertahankan sikap yang tidak bias sepanjang audit. Independensi dalam

penampilan, adalah hasil dari interpretasi lain atas independensi ini.

SEC mengesahkan aturan-aturan yang memperkuat independensi auditor pada bulan januari

2003 sejalan dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act. SEC membatasi ketentuan jasa audit, dan

juga membatasi pengangkatan karyawan dari mantan kantor karyawan kantor akuntan oleh klien

dan rotasi partner audit guna mempertinggi independensi. PCAOB menerbitkan aturan

independensi tambahan yang berkaitan dengan ketentuan jasa perpajakan tertentu.:

1. Jasa pembukuan dan akuntansi lain

27

Page 28: Profesi Auditing

2. Perancangan dan implementasi sistem informasi keuangan

3. Jasa penaksiran atau penilaian

4. Jasa actuarial

5. Outsourcing audit internal

6. Fungsi manajemen dan sumber daya manusia

7. Jasa pialang atau dealer atau penasihat investasi atau bankir investasi

8. Jasa hukum dan pakar yang tidak berkaitan dengan audit

9. Semua jasa lain yang ditentukan oleh peraturan PCOAB sebagai tidak diperkenankan.

Komite audit adalah sejumlah anggota dewan direksi perusahaan yang tanggung jawabnya

termasuk membantu auditor tetap independen dari manajemen. Kebanyakan komite audit terdiri

dari tiga hingga lima atau terkadang paling banyak tujuh direktur yang merupakan bukan bagian

dari manajemen perusahaan. Semua anggota komite harus independen dan paling tidak ada satu

yang menjadi pakar keuangan.

Konflik yang timbul dari hubungan personalia, penerimaan karyawan dari mantan anggota tim

audit pada sebuah klien meningkatkan masalah independensi. Sejalan dengan persyaratan

Sarbanes-Oxley Act, SEC telah menambahkan periode “cooling off” selama satu tahun sebelum

seorang anggota dari tim penugasan audit dapat bekerja dengan klien dan menduduki posisi

manajemen kunci tertentu.

Rotasi Partner, sesuai dengan persyaratan Sarbanes-Oxley Act, aturan independensi SEC

mengharuskan pemimpin dan partner audit merotasai penugasan audit sesudah lima tahun.

Kepentingan kepemilikan, aturan SEC melarang tentang hubungan auditor dan klien audit bagi

orang-orang yang dapat mempengaruhi audit. Aturan ini melarang setiap kepemilikan oleh

orang-orang yang terlibat dalam audit dan keluarga dekat mereka, termasuk anggota tim

penugasan audit, mereka yang dapat mempengaruhi penugasan audit dalam rantai komando

perusahaan, partner dan para manajer yang memberikan lebih dari 10 jam jasa non audit kepada

klien, dan partner dalam kantor partner yang terutama bertanggung jawab atas penugasan audit.

28

Page 29: Profesi Auditing

4.6. Menerapkan Peraturan dan Interpretasi Kode Etika serta Kegunaannya

Kantor akuntan publik harus independen ketika memberikan jasa tertentu tetapi tidak untuk jasa

yang lain. Ada lebih banyak interpretasi untuk independensi dibanding peraturan perilaku

lainnya.

Interpretasi Peraturan 101 melarang anggota yang terlibat untuk memiliki saham atau investasi

langsung lainnya dalam klien audit karena hal itu berpotensi merusak independensi audit aktual,

dan pasti akan mempengaruhi persepsi pemakai atas independensi auditor. Ada tiga perbedaan

penting dalam peraturan itu manakala berkaitan dengan independensi dan kepemilikan saham.

Anggota yang tercakup, peraturan 101 berlaku untuk anggota yang terlibat dapat

mempengaruhi penugasan atestasi. Anggota yang tercakup meliputi

1. Orang-orang pada tim penugasan atestasi

2. Orang-orang yang dapat mempengaruhi penugasan atestasi, seperti orang yang

mengawasi atau mengevaluasi partner penugasan

3. Partner atau manajer yang memberikan jasa non atestasi kepada klien

4. Partner di kantor partner yang bertanggung jawab atas penugasan atestasi

5. Kantor akuntan dan program tunjangan karyawannya

6. Entitas yang dapat dikendalikan oleh setiap anggota yang terlibat tersebut di atas atau

oleh dua orang atau lebih anggota yang terlibat atau entitas yang beroperasi sama

Kepentingan keuangan langsung dan tidak langsung, kepemilikan lembar saham atau ekuitas

lainnya oleh para anggota atau keluarga dekatnya, dikenal kepentingan keuangan langsung.

Kepentingan keuangan tidak langsung muncul ketika terdapat hubungan kepemilikan yang dekat,

tetapi bukan hubungan langsung, antara auditor dengan kliennya.

Material atau tidak material, material harus dapat dilihat dalam hubungannya dengan

kesejahteraan dan pendapatan seorang anggota.

Masalah kepentingan keuangan yang berkaitan dengan karyawan kantor akuntan publik dengan

kliennya.

29

Page 30: Profesi Auditing

Mantan praktisi, pelanggaran oleh kantor akuntan terjadi jika mantan partner tetap menjadi

asosiasi kantor itu atau ambil bagian dalam berbagai aktivitas yang menyebabkan pihak lain

percaya bahwa ia masih aktif dalam kantor akuntan itu.

Prosedur pemberian pinjaman yang normal, umumnya tidak diperkenankan adanya

perjanjian kredit antara kantor akuntan publik atau para karyawan dengan klien audit karena hal

itu merupakan hubungan keuangan.

Kepentingan keuangan dan penerimaan bekerja anggota inti serta keluarga terdekat,

sangat sulit bagi kantor auditor untuk mempertahankan independensi nya jika klien yang di audit

masih memiliki kepentingan keluarga dekat.

Hubungan sebagai investor atau investee bersama dengan klien, dimana klien yang di audit

juga memiliki investasi yang sama di perusahaan lain, ini juga merupakan pelanggaran atas

peraturan 101.

Direktur, pejabat, manajemen, atau karyawan perusahaan, jika seorang akuntan publik

memiliki suatu jabatan dalam perusahaan lain yang menjadi kliennya maka akan sulit bagi

auditor untuk melakukan evaluasi yang independen atas kewajaran pelaporan keuangan.

Perkara hukum antara kantor akuntan publik dan kliennya akan mempengaruhi objektivitas dari

kedua pihak. Gugatan yang diterima dari pihak mana pun biasanya tidak mengganggu

independensi. Pertimbangan penting dalam semua tuntutan hukum itu adalah sejauh mana

pengaruhnya terhadap kemampuan klien, manajemen, dan karyawan kantor akuntan publik untuk

tetap objektif serta berkomentar secara bebas.

Jika akuntan publik memberikan jasa akuntansi dan jasa lainnya kepada klien, namun tiga

persyaratan yang harus dipenuhi oleh auditor sebelum memberikan jasa pembukuan pada klien :

1. Klien harus bertanggung jawab penuh atas laporan keuangan, dan klien harus memiliki

tingkat pemahaman yang tinggi tentang entitas serta lingkungan bisnisnya sendiri.

2. Akuntan publik tidak boleh berperan sebagai karyawan atau manajemen yang

mengoperasikan perusahaan.

3. Akuntan publik dalam melakukan audit atas laporan keuangan yang sebagian laporan

keuangan disediakan oleh akuntan publik harus sesuai dengan GAAS.

30

Page 31: Profesi Auditing

Konsultasi dan jasa audit lainnya, Kantor Akuntan Publik menawarkan berbagai jasa lain yang

membantu klien yang secara potensial dapat mengganggu independensi. Aktivitas semacam ini

dapat diizinkan selama menjalankan tugasnya tidak menjalankan fungsi manajemen dan

mengambil keputusan manajemen.

PCAOB menerbitkan pedoman berupa pernyataan kebijakan pada tanggal 16 Mei 2005, yang

mengemukakan bahwa tidak ada dalam standar dan aturan PCAOB yang melarang auditor

memberikan nasihat kepada klien perusahaan publik. Pedoman 16 Mei menyatakan bahwa

auditor tidak boleh membuat keputusan akuntansi untuk kliennya dan manajemen tidak boleh

melepas tanggung jawabnya atas mutu pelaporan keuangan.

Menurut peraturan 101 dan aturan serta interpretasinya, independensi dianggap terganggu bila

fee yang ditagih atau yang belum ditagih atas jasa profesional yang diberikan masih belum

dibayar lebih dari satu tahun sebelum tanggal laporan.

4.7. Persyaratan Peraturan Lain sesuai Kode Etik AICPA

Peraturan 102 – Integritas dan Objektivitas, dalam melaksanakan setiap jasa profesional, seorang

anggota harus dapat mempertahankan objektivitas dan integritas, harus dapat bebas dari konflik

kepentingan, dan tidak boleh dengan sengaja membuat kesalahan penyajian atas fakta atau

menyerahkan penilaiannya kepada orang lain.

Peraturan 201 – Standar Umum, seorang anggota harus mematuhi standar berikut dan

interpretasinya yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.

a) Kompetensi profesional

b) Keseksamaan profesional

c) Perencanaan dan supervise

d) Data relevan yang mencukupi

Peraturan 202 – ketaatan pada standar, seorang anggota yang melaksanakan jasa audit, review,

kompilasi, konsultasi manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya harus mematuhi

standar yang ditetapkan oleh lembaga yang ditunjuk oleh Dewan.

31

Page 32: Profesi Auditing

Peraturan 203 – Prinsip-Prinsip Akuntansi, Persetujuan akhir peraturan dengan prinsip standard

akuntansi.

Peraturan 301 – Informasi rahasia klien, Seorang anggota dalam praktik publik tidak boleh

mengungkapkan setiap informasi rahasia klien tanpa persetujuan klien.

Peraturan 302 – Fee kontinjen mengatur pemberian fee kontinjen sebagai upah atas jasa yang

diberikan profesional dimana sering terjadi isu-isu yang kompleks.

Peraturan 501 – Tindakan yang dapat didiskreditkan Seorang anggota tidak boleh melakukan

tindakan yang dapat didiskreditkan bagi profesinya.

Peraturan 502 – Iklan dan bentuk permohonan lainnya Seorang anggota dalam peraktik publik

tidak boleh berusaha memperoleh klien dengan iklan atau bentuk permohonan lainnya dengan

cara yang palsu, menyesatkan, atau menipu. Permohonan dengan menggunakan paksaan,

melampaui batas, atau mengganggu sangat dilarang.

Peraturan 503 – Komisi dan fee referral

a) Komisi yang dilarang. Seorang anggota dalam praktik tidak boleh menerima komisi

untuk merekomendasikan atau mereferensikan produk atau jasa kepada klien, atau

menerima komisi untuk merekomendasikan atau mereferensikan suatu produk atau jasa

yang dipasok oleh klien.

b) Pengungkapan komisi yang diizinkan. Anggota dalam praktik publik yang tidak dilarang

oleh peraturan ini untuk melaksanakan jasa atau menerima komisi dan bayaran, atau

berharap mendapat komisi, harus mengungkapkan fakta tersebut kepada orang atau

entitas dimana anggota itu merekomendasikan atau mereferensikan suatu produk atau

jasa yang berkaitan dengan komisi ini.

c) Fee referral. Setiap anggota yang menerima fee referral untuk merekomendasikan atau

mereferensikan jasa akuntan publik kepada orang atau entitas atau yang membayar fee

referral untuk memperoleh klien harus mengungkapkan penerimaan atau pembayaran

semacam itu kepada klien.

Peraturan 505 – Bentuk dan Nama Organisasi Anggota dapat berpraktik dalam bidang akuntansi

publik hanya dalam bentuk organisasi yang diizinkan oleh hukum atau peraturan negara bagian

32

Page 33: Profesi Auditing

yang karakteristiknya sesuai dengan resolusi Dewan.

4.8. Pemberlakuan Peraturan Perilaku

Kelalaian mengikuti peraturan perilaku dapat mengakibatkan pemecatan dari AICPA. Ini

bukanlah untuk menghentikan akuntan publik untuk berpraktik akuntansi tapi merupakan sanksi

sosial yang berat.

Divisi Etika Profesional AICPA bertanggung jawab untuk menyelidiki pelanggaran atas kode

etik dan menentukan tindakan disiplin yang dijatuhkan.

Aktivitas profesional akuntan publik diatur oleh Kode Perilaku Profesional AICPA, dan para

auditor perusahaan publik juga mendapat pengawasan dari PCAOB dan SEC. Semua ini adalah

untuk independensi yang tinggi sebagai profesionalisme untuk kebutuhan publik.

33

Page 34: Profesi Auditing

Bab 5. Kewajiban Hukum

Bab ini akan membahas kewajiban hukum dan menyajikan pandangan sekilas tentang

pentingnya melindungi reputasi profesi yang mempunyai standar etika yang tinggi, dan

konsekuensi yang mereka hadi jika gagal memenuhi standar etika tersebut dan dapat dituntut

secara hukum menyangkut jasa profesional yang mereka berikan.

5.1. Lingkungan Hukum Akuntan Publik

Para profesional selalu dimintai untuk menjalankan tugas melayani klien. Menurut common law,

para profesional audit bertanggung jawab untuk memenuhi apa yang telah dinyatakan dalam

kontrak dengan klien. Jika auditor gagal atau tidak seksama melaksanakan tugasnya maka

auditor memiliki tanggung jawab secara hukum kepada klien.

Faktor-faktor utama penyebab melakukan tuntutan hukum kepada jasa profesional audit adalah :

Kesadaran para pemakai laporan keuangan yang semakin meningkat akan tanggung

jawab akuntan publik.

Kesadaran yang meningkat di pihak SEC

Kerumitan fungsi-fungsi akuntansi dan auditing yang disebabkan oleh meningkatnya

ukuran bisnis , globalisasi bisnis, dan kerumitan operasi bisnis.

Kecenderungan masyarakat untuk menerima tuntutan hukum dari pihak yang dirugikan

terhadap siapa saja yang dapat memberikan kompensasi, tanpa melihat siapa yang salah.

Keputusan pengadilan menyangkut ganti rugi yang besar pada beberapa kasus melawan

akuntan publik telah mendorong para pengacara untuk memberikan pelayanan hukum

atas dasar fee kontinjen.

Banyak kantor akuntan publik lebih memilih menyelesaikan masalah hukum di luar

pengadilan untuk menghindari biaya pengadilan yang mahal dan publisitas yang

merugikan.

Kesulitan yang dihadapi hakim dan juri dalam memahami serta menginterpretasikan

masalah teknis akuntansi dan auditing.

34

Page 35: Profesi Auditing

5.2. Kegagalan Bisnis, Kegagalan Audit, dan Resiko Audit

Kegagalan bisnis, bisnis tidak mampu mengembalikan pinjaman atau memenuhi harapan para

investor karena keadaan ekonomi atau bisnis.

Kegagalan audit, auditor mengeluarkan pendapat audit yang tidak benar karena gagal

memenuhi persyaratan standar audit.

Resiko audit, kemungkinan bahwa auditor akan menyimpulkan bahwa laporan keuangan telah

dinyatakan secara wajar, sedangkan kenyataanya mengandung salah saji yang material. Mungkin

saja auditor telah melaksanakan prosedur audit namun masih gagal mengungkapkan salah saji

yang material akibat kecurangan.

5.3. Kewajiban Hukum Para Auditor

Akuntan publik bertanggung jawab atas semua jasa atau pekerjaan akuntan publiknya. Jika

akuntan publik gagal melakukan pekerjaannya dengan baik, akuntan publik dapat dituntut secara

hukum dan membayar denda kerugian yang layak yang dia sebabkan.

Konsep orang bijak adalah auditor hanya diharapkan untuk melaksanakan audit dengan benar

dengan kemahiran nay, dan tidak diharapkan untuk benar 100%.

Kewajiban atas tindakan pihak lain (partner korporasi profesional), biasanya partner memiliki

tanggung jawab bersama untuk mengambil tindakan perdata terhadap setiap pemilik. Namun

akan berbeda tanggung jawab dari setiap partner, tergantung jenis badan usaha yang mereka

miliki.

Menurut common law, akuntan publik tidak berhak menyembunyikan informasi dari pengadilan

dengan menyatakan bahwa informasi tersebut rahasia. Diskusi rahasia antara klien dan auditor

tidak dapat disembunyikan dari pengadilan. Namun di beberapa negara bagian mengizinkan hal

tersebut.

Syarat yang berkaitan dengan kelalaian dan penipuan.

35

Page 36: Profesi Auditing

1. Kelalaian biasa, tidak ada perhatian yang layak yang dapat diharapkan dari seseorang dalam

suatu situasi

2. Kelalaian besar, tidak ada perhatian sama sekali, setara dengan perilaku ceroboh, yang dapat

diperkirakan dari seseorang.

3. Penipuan konstruktif, adanya kelalaian ekstrem sekalipun tidak ada maksud untuk menipu

atau merugikan

4. Penipuan, terjadi bila suatu salah saji telah dilakukan dan auditor sama-sama mengetahui

adanya kesalahan itu dan juga adanya maksud untuk menipu

Sumber kewajiban hukum auditor:

1. Kewajiban kepada klien

2. Kewajiban kepada pihak ketiga menurut common law

3. Kewajiban sipil menurut UU sekuritas federal

4. Kewajiban kriminal.

5.4. Tanggung Jawab kepada Klien

Sumber tuntutan hukum yang datang kepada akuntan publik umumnya datang dari klien.

Tuntutan ini dapat terjadi jika akuntan publik lalai dalam melaksanakan tugasnya dan yang

menjadi masalah utama dari kelalaian adalah tingkat kemahiran yang dibutuhkan.

Sekarang kantor akuntan publik dan klien harus menandatangani surat penugasan, yang

disyaratkan untuk audit, untuk memformalkan kesepakatan tentang jasa yang diberikan, fee, dan

waktu penyelesaian. Tetap ada perjanjian tertulis, tetapi surat penugasan dapat mendefinisikan

kontrak lebih jelas.

Kantor akuntan publik biasanya menggunakan empat kombinasi pembelaan bila ada tuntutan

hukum oleh klien : yaitu, tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, pelaksanaan kerja tanpa

kelalaian, kelalaian kontribusi, dan ketiadaan hubungan timbal balik.

Tidak ada tugas yang harus dilaksanakan, Bahwa kantor akuntan publik mengklaim bahwa

tidak ada kontrak yang tersirat atau yang dinyatakan secara jelas.

36

Page 37: Profesi Auditing

Pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, Auditor dapat mengklaim bahwa ia telah melaksanakan

prosedur atau standar auditing dengan benar.

Kelalaian kontribusi, Auditor mengklaim bahwa klien campur tangan dalam kegiatan

pelaksanaan audit yang mengakibatkan kerugian, sehingga auditor tidak dapat menemukan

penyebab kerugian tersebut.

Ketiadaan hubungan sebab-akibat, Agar klien dapat menuntut akuntan publik, klien harus

memiliki dan menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat yang jelas antara kelalaian auditor

dalam menaati standar auditing dengan kerugian yang di derita klien.

5.5. Kewajiban Terhadap Pihak ke-3

Pihak ketiga meliputi pemegang saham aktual dan calon pemegang saham, pemasok, bankir dan

kreditor lainnya, karyawan, serta pelanggan.

Kasus Ultramares, pengadilan menekankan bahwa bila ada kecurangan atau kelalaian besar di

pihak auditor, auditor dapat bertanggung jawab terhadap pihak ketiga secara lebih umum. Dari

kasus Ultramares menghasilkan doktrin ultramares, mengizinkan pemulihan oleh pihak ketiga

dalam banyak situasi dengan memperkenalkan konsep foreseen users, merupakan anggota dari

golongan pemakai terbatas yang mengandalkan laporan keuangan. Tiga pendekatan utama yang

diberlakukan :

Credit Alliance, Pemberi pinjaman menuntut auditor atas nama salah satu peminjam nya, karena

pemberi pinjaman itu mengandalkan laporan keuangan peminjam dalam memberikan pinjaman,

yang ternyata menyesatkan.

Restatement of Torts, Pendekatan yang digunakan adalah menerapkan peraturan yang mengacu

pada seperangkat prinsip hukum otoritatif.

Foreseeable Users, Menurut konsep ini, para pemakai yang sudah harus dapat ditentukan

sebelumnya oleh auditor sebagai pemakai laporan keuangan klien, memiliki hak yang sama

seperti halnya pada privity of contract.

Tiga pembelaan yang tersedia bagi auditor dalam menghadapi tuntutan hukum oleh pihak ke tiga

yaitu : tidak ada kewajiban untuk melaksanakan jasa, pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, dan

ketiadaan hubungan sebab-akibat.

37

Page 38: Profesi Auditing

Pembelaan tidak ada kewajiban dalam menghadapi tuntutan pihak ketiga mencakup tidak hanya

privity of contract. Jika auditor melaksanakan audit sesuai dengan standar auditing, pembelaan

lainnya tidak akan diperlukan.

5.6. Kewajiban Sipil Akuntan Menurut Sekuritas Federal

Securitas Act tahun 1933, persyaratan bagi pelaporan bagi perusahaan yang menerbitkan

sekuritas baru, termasuk informasi dalam laporan registrasi atau pendaftaran dan propektus.

Satu-satunya pihak yang mendapat ganti rugi dari auditor menurut UU tahun 1933 adalah

pembeli pertama sekuritas pada saat tuntutan diajukan.

Menurut Securitas Exchange Act tahun 1934 sering kali berpusat pada laporan keuangan yang

telah diaudit yang diterbitkan kepada publik dalam laporan tahunan, yang diserahkan kepada

SEC sebagai bagian dari laporan tahunan Form-10K.

Peraturan 10b-5 dari Securitas Exchange Act tahun 1934, sering disebut sebagai anti

kecurangan dari undang-undang 1934, karena menghalangi setiap aktivitas penipuan yang

melibatkan pembelian atau penjualan setiap sekuritas.

Tiga pembelaan bagi auditor dalam kasus tuntutan hukum dari pihak ketiga yang menurut UU

tahun 1934 : pelaksanaan kerja tanpa kelalaian, tidak ada kewajiban, dan tidak ada hubungan

timbal-balik atau sebab-akibat.

SEC mempunyai wewenang dalam situasi tertentu memberikan sanksi atau melarang para

praktisi untuk mengaudit perusahaan yang menjadi anggota SEC.

Undang-undang Foreign Corrupt Practice Act tahun 1977, melarang pemberian uang suap

kepada pejabat di luar negeri untuk mendapatkan pengaruh dan memperoleh atau

mempertahankan hubungan bisnis. Meskipun undang-undang ini berlaku, ketentuan yang

berkaitan dengan catatan akuntansi dan pengendalian internal sebagian besar diganti oleh

persyaratan yang lebih ketat dari Sarbanes-Oxley Act tahun 2002. Undang-undang ini

mempertebal tanggung jawab perusahaan publik dan para auditornya. Undang-undang ini juga

mensyaratkan CEO dan CFO untuk mengesahkan laporan keuangan tahunan serta kuartalan yang

didaftarkan ke SEC. PCAOB juga mempunyai wewenang untuk menjatuhkan sanksi kepada

38

Page 39: Profesi Auditing

kantor akuntan publik yang terdaftar atas setiap pelanggaran terhadap UU ini.

5.7. Kewajiban Kriminal Bagi Akuntan

Kewajiban kriminal bagi akuntan, Akuntan publik dapat disalahkan karena tindakan kriminal

menurut hukum federal atau hukum di setiap negara bagian masing-masing. Securitas Act tahun

1933 dan 1934 sera Federal Mail Fraud Statue dan Federal False Statement Statue, semua

peraturan ini menetapkan bahwa menipu orang lain, yaitu dengan sadar terlibat dalam laporan

keuangan yang palsu merupakan tindakan kriminal. Sarbanes-Oxley Act 2002 juga menetapkan

bahwa merupakan kejahatan bila merusak atau membuat dokumen untuk menghambat atau

menghalangi penyelidikan federal.

5.8. Respon Profesi Terhadap Kewajiban Hukum

Sejumlah hal untuk mengurangi resiko para praktisi profesi terkena tuntutan hukum :

1. Mencari perlindungan dari proses pengadilan atau litigasi yang tidak terpuji.

2. Meningkatkan performa auditing agar dapat memenuhi kebutuhan para pemakai dengan lebih

baik

3. Mendidik para pemakai mengenai batas-batas auditing.

Beberapa aktivitas khusus yang dilakukan profesi akuntan :

Riset dalam auditing

Penetapan standar dan peraturan

Menetapkan persyaratan untuk melindungi auditor

Menetapkan persyaratan peer review

Melawan tuntutan hukum

Pendidikan bagi pemakai laporan keuangan

Memberi sanksi kepada anggota karena perilaku dan kinerja yang tidak pantas

Melobi perubahan

Melindungi Akuntan Publik Individual dari Kewajiban Hukum

39

Page 40: Profesi Auditing

Seorang auditor yang berpraktik juga dapat mengambil tindakan untuk meminimalkan

kewajibannya, beberapa tindakan umum tersebut dalah sebagai berikut :

Hanya berurusan dengan klien yang memiliki integritas

Mempekerjakan personil yang kompeten dan melatih serta mengawasi mereka secara

layak

Mengikuti standar profesi

Mempertahankan independensi

Memahami bisnis klien

Melaksanakan audit yang bermutu

Mendokumentasikan pekerjaan secara layak

Mendapatkan surat penugasan dan surat representasi

Mempertahankan hubungan yang bersifat rahasia

Mengadakan asuransi yang memadai

Mencari bantuan hukum

Memiliki bentuk organisasi dengan kewajiban terbatas

Mengungkapkan skeptisme profesional

40

Page 41: Profesi Auditing

Bab 6. Tanggung Jawab Untuk Mencapai Audit

Sebelum memahami bagaimana melaksanakan audit kita perlu mengetahui terlebih dahulu

mengetahui tanggung jawab, proses, dan tujuan dari audit.

6.1. Tujuan Audit atas Laporan Keuangan dan Pengendalian Internal

SAS I (AU 110) menyatakan, Tujuan dari audit atas laporan keuangan oleh auditor independen

adalah untuk menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi

keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku

umum. Langkah-langkah untuk mengembangkan tujuan audit :

Memahami tujuan dan tanggung jawab audit

Membagi laporan keuangan menjadi berbagai siklus

Mengetahui asersi manajemen tentang laporan keuangan

Mengetahui tujuan audit umum untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

Mengetahui tujuan audit khusus untuk kelas transaksi, akun, dan pengungkapan

6.2. Tanggung Jawab Manajemen

Tanggung jawab manajemen adalah untuk mengadopsi kebijakan akuntansi yang baik,

menyelenggarakan pengendalian internal yang memadai, dan menyajikan laporan keuangan yang

wajar. Tanggung jawab manajemen atas penyajian laporan keuangan berkaitan dengan privilege

untuk menentukan penyajian dan pengungkapan apa yang dianggap perlu oleh auditor, namun

apabila manajemen bersikeras tidak membuat pengungkapan laporan maka auditor berhak

mengeluarkan pendapat tidak wajar atau wajar dengan pengecualian atau mengundurkan diri dari

penugasan.

Sarbanes-Oxley Act memberikan tanggung jawab manajemen tehadap laporan keuangan dengan

mengharuskan CEO atau CFO perusahaan publik untuk meyakinkan laporan keuangan kuartal

dan tahunan akan diserahkan kepada SEC.

41

Page 42: Profesi Auditing

6.3. Tanggung Jawab Auditor

SAS 1 (AU 110) menyatakan, auditor bertanggung jawab merencanakan dan melaksanakan audit

guna memperoleh kepastian yang layak tentang apakah laporan keuangan telah bebas dari salah

saji yang material, apakah itu disebabkan kekeliruan ataupun kecurangan. Tanggung jawab

auditor mendeteksi salah saji yang material mencakup beberapa istilah dan frasa yang penting.

Salah saji yang material versus tidak material, walaupun sulit untuk mengukur materialitas,

auditor bertanggung jawab untuk memperoleh kepastian yang layak bahwa ambang materialitas

ini telah dipenuhi. Auditor memiliki tanggung jawab yang berat untuk menemukan semua

kekeliruan dan kecurangan yang tidak material.

Kepastian yang layak merupakan ukuran tingkat kepastian yang diperoleh auditor pada saat

menyelesaikan audit. Audit mungkin sudah dilaksanakan mengikuti dengan standar audit namun

dapat saja gagal mendeteksi salah saji material.

Kekeliruan versus kecurangan, Kekeliruan (error) salah saji dalam laporan yang tidak disengaja,

sementara kecurangan (fraud) adalah salah saji yang disengaja. Untuk kecurangan dapat

dibedakan antara misaproproasi aktiva penyalahgunaan atau kecurangan karyawan, serta

pelaporan keuangan yang curang sering disebut kecurangan manajemen.

Skeptisme profesional, sikap yang penuh dengan keingintahuan serta penilaian kritis atas bukti

audit.

Tindakan ilegal dalam SAS 54 (AU 317) sebagai pelanggaran terhadap hukum atau peraturan

pemerintah selain kecurangan. Untuk membuktikan atau melakukan pembelaan di dalam hukum

setiap pihak harus menyertakan bukti yang dapat membenarkan diri.

6.4. Siklus Laporan Keuangan

Audit dilaksanakan dengan membagi laporan keuangan menjadi segmen-segmen atau komponen

yang lebih kecil untuk mempermudah pengelolaan audit.

42

Page 43: Profesi Auditing

Cara umum membagi audit dengan tetap mempertahankan hubungan yang erat antara transaksi

dan saldo akun dalam segmen yang sama, ini disebut pendekatan siklus.

6.5. Membuat Tujuan Audit

Para auditor mengunakan pendekatan siklus, yaitu melakukan pengujian terhadap transaksi-

transaksi yang menghasilkan saldo akhir dan juga terhadap akun lain yang terkait. Untuk setiap

kelas transaksi, tujuan audit yang harus dipenuhi sebelum auditor menyimpulkan bahwa

transaksi-transaksi, saldo, dan penyajian laporan keuangan tersebut telah dicatat dengan benar.

6.6. Asersi Manajemen

Asersi manajemen adalah representasi pernyataan yang tersirat oleh manajemen tentang kelas

transaksi serta pengungkapan yang terkait dalam laporan keuangan. Asersi manajemen berkaitan

langsung dengan prinsip-prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP/PSAK), karena asersi ini

merupakan bagian dari kriteria yang digunakan manajemen untuk mencatat dan mengungkapkan

informasi akuntansi dalam laporan keuangan.

SAS 106 (AU 326) mengklasifikasikan asersi kedalam tiga kategori :

1. Asersi tentang kelas transaksi dan peristiwa selama periode yang di audit

2. Asersi tentang saldo akun pada akhir periode

3. Asersi tentang penyajian dan pengungkapan

43

Memahami tujuan dan tanggung jawab

audit

Membagi laporan keuangan menjadi

berbagai siklus

Mengetahui asersi manajemen tentang

laporan keuangan

Megetahui tujuan audit umum untuk

kelas transaksi, akun, dan

pengungkapan

Mengetahui tujuan audit khusus untuk

kelas transaksi, akun, dan

pengungkapan

Page 44: Profesi Auditing

6.7. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Transaksi

Tanggung jawab utama auditor adalah menentukan apakah asersi manajemen tentang laporan

keuangan dapat dibenarkan. Mengembangkan tujuan audit khusus yang berkaitan dengan

transaksi bagi setiap kelas transaksi yang akan di audit.

Keterjadian—Transaksi yang Dicatat Memang Ada, Tujuan ini berkenan dengan apakah

transaksi yang tercatat memang benar-benar terjadi.

Kelengkapan—Transaksi yang Terjadi Telah Dicatat, Tujuan ini bersangkutan dengan apakah

semua transaksi yang harus dimasukkan dalam jurnal benar-benar telah dicatatkan.

Keakuratan—Transaksi yang Dicatat Dinyatakan pada Jumlah yang Benar, Tujuan ini membahas

keakuratan informasi tentang transaksi akuntansi dan merupakan salah satu bagian dari asersi

keakuratan untuk kelas transaksi.

Posting dan Pengikhtisaran—Transaksi yang Dicatat Dimasukkan ke dalam File Induk dan

Diikhtisarkan dengan Benar, Tujuan ini berkaitan dengan keakuratan transfer informasi dari

transaksi yang dicatat dalam jurnal ke buku besar pembantu dan ke buku besa.

Klasifikasi—Trasnaksi yang Dicatat dalam Jurnal Klien telah Diklasifikasikan secara Tepat,

Tujuan ini menyatakan apakah transaksi telah dimasukkan dalam akun yang tepat, dan

merupakan padanan auditor atas asersi klasifikasi manajemen untuk kelas transaksi.

Penetapan Waktu—Transaksi Dicatat pada Tanggal yang Benar, Tujuan penetapan waktu

transaksi merupakan padanan auditor atas asersi cutoff manajemen.

6.8. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Saldo

Tujuan audit yang berkaitan dengan saldo serupa dengan tujuan audit yang berkaitan dengan

transaksi. Ada dua perbedaan antara tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dengan tujuan

audit yang berkaitan dengan transaksi. Pertama, tujuan audit yang berkaitan dengan saldo

diterapkan pada saldo akun seperti piutang usaha dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti

transaksi piutang usaha dan persediaan, bukan kelas transaksi seperti transaksi penjualan dan

pembelian. Kedua, ada delapan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo dibandingkan dengan

44

Page 45: Profesi Auditing

enam tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi.

6.9. Tujuan Audit yang Berkaitan dengan Penyajian dan Pengungkapan

Tujuan audit yang berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan biasanya identik dengan asersi

manajemen untuk penyajian dan pengungkapan yang telah dibahas. Konsep yang sama, yang

diterapkan pada tujuan audit yang berkaitan dengan saldo, juga berlaku untuk tujuan audit yang

berkaitan dengan penyajian dan pengungkapan.

6.10. Tujuan Audit dengan Pengumpulan Bukti Audit

Auditor harus mempunyai bukti yang mencukupi guna mendukung semua asersi manajemen

dalam laporan keuangan. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan bukti untuk mendukung

beberapa beberapa kombinasi yang tepat dengan tujuan audit yang berkaitan dengan transaksi

dan tujuan audit yang berkaitan dengan saldo. Ada dua pertimbangan utama untuk

mempengaruhi pendekatan yang akan digunakan auditor :

1. Bukti yang mencukupi harus dikumpulkan agar dapat memenuhi tanggung jawab

profesional auditor.

2. Biaya pengumpulan bukti audit ini harus ditekan serendah mungkin.

45

Page 46: Profesi Auditing

Bab 7 Bukti Audit

7.1. Sifat Bukti Audit

Bukti audit adalah setiap informasi yang digunakan oleh auditor untuk menentukan apakah

informasi yang di audit telah dinyatakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan.

Sifat bukti audit :

1. Bukti digunakan untuk menentukan laporan yang akan dikeluarkan atas laporan keuangan

apakah sudah disajikan secara wajar.

2. Sifat bukti tergantung jenis bukti yang di peroleh, baik dari auditor, pihak ketiga, dan

klien.

3. Pihak yang mengevaluasi bukti adalah auditor

4. Tingkat kepastian yang diperoleh dari bukti audit adalah suatu tingkat kepastian yang

tinggi untuk mendukung pendapat audit

5. Kesimpulan yang di hasilkan dari bukti audit tersedia beberapa alternatif jenis laporan

audit

6. Konsekuensi jika kesimpulan salah dari bukti, maka pengguna laporan keuangan akan

salah membuat keputusan dan dapat menuntut auditor yang mengaudit laporan.

Bukti audit mencakup informasi yang persuasif, misalnya perhitungan auditor dapat

diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respon atas pertanyaan-

pertanyaan dari para karyawan.

7.2. Keputusan untuk Bukti Audit

Ada 4 keputusan mengenai bukti audit yang harus dikumpulkan dan berapa banyak :

1. Prosedur audit yang akan digunakan

2. Berapa ukuran sampel yang akan dipilih untuk prosedur tersebut

3. Item-item mana yang akan dipilih dari populasi

4. Kapan melaksanakan prosedur tersebut

46

Page 47: Profesi Auditing

Prosedur audit adalah rincian instruksi yang menjelaskan bukti audit yang harus diperoleh

selama audit. Ukuran sampel adalah semua item dalam populasi yang sedang di uji, dan

kemudian auditor akan menentukan item-item mana dalam populasi yang akan diuji. Setelah

dapat ditentukan item mana yang akan dipilih maka akan di buat penetapan waktu untuk

memulai dan menyelesaikan prosedur audit. Setelah prosedur audit di tetapkan secara

keseluruhan disebut sebagai program audit. Sebagian audit menggunakan komputer untuk

mempermudah penyusunan program audit atau program khusus yang dirancang untuk membantu

auditor berpikir melalui pertimbangan perencanaan audit.

7.3. Persuasivitas Bukti Audit

Persuasivitas bukti audit adalah ketepatan dan mencukupi, yang langsung diambil dari standar

pekerjaan lapangan ketiga.

Ketepatan bukti adalah ukuran mutu bukti, yang berarti relevansi dan reliabilitas nya memenuhi

tujuan audit untuk kelas transaksi, saldo akun, dan pengungkapan yang berkaitan. Relevansi

bukti adalah bukti audit harus berkaitan atau relevan dengan tujuan audit yang akan diuji oleh

auditor sebelum bukti tersebut dianggap tepat. Reliabilitas bukti mengacu pada tingkat mana

bukti tersebut dapat dipercaya atau layak dipercaya. Ada 6 karakteristik bukti yang dapat

diandalkan sbb:

1. Independensi si penyedia

2. Efektivitas pengendalian internal klien

3. Pengetahuan langsung auditor

4. Kualifikasi individu yang menyediakan informasi

5. Tingkat objektivitas

6. Ketepatan waktu

Kecukupan bukti diukur terutama oleh ukuran sampel yang dipilih auditor, ada dua faktor

penentu ketepatan ukuran sampel adalah ekspektasi auditor atas salah saji dan keefektifan

pengendalian internal klien.

47

Page 48: Profesi Auditing

Dalam membuat keputusan tentang bukti audit tertentu, baik persuasivitas maupun biaya yang

harus dipertimbangkan. Tujuan auditor adalah memperoleh sejumlah bukti audit yang tepat dan

mencukupi dengan total biaya serendah mungkin. Namun, biaya bukan alasan yang tepat untuk

menghilangkan suatu prosedur yang diperlukan atau tidak mengumpulkan ukuran sampel yang

memadai.

7.4. Delapan Jenis Bukti Audit yang Digunakan Dalam Bukti Audit

Setiap prosedur audit mendapat satu atau lebih jenis-jenis bukti sbb:

1. Pemeriksaan Fisik, adalah inspeksi atau perhitungan yang dilakukan auditor atas aktiva

berwujud

2. Konfirmasi, menggambarkan penerimaan respons tertulis atau lisan dari pihak ketiga

yang independen yang memverifikasi keakuratan informasi yang diajukan oleh auditor.

3. Dokumentasi, inspeksi oleh auditor atas dokumen dan catatan klien untuk mendukung

informasi yang tersaji, atau yang seharusnya tersaji, dalam laporan keuangan. Dokumen

diklasifikasikan menjadi dua bagian, dokumentasi internal dan eksternal. Dokumentasi

Internal adalah dokumen yang disiapkan dan digunakan dalam organisasi klien dan

disimpan tanpa pernah disampaikan ke pihak luar. Dokumen Eksternal adalah dokumen

yang ditangani oleh seseorang diluar organisasi klien merupakan pihak yang melakukan

transaksi, tetapi dokumen tersebut saat ini berada ditangan klien atau dengan segera dapat

diakses oleh klien.

4. Prosedur analitis, menggunakan perbandingan dan hubungan untuk menilai apakah saldo

akun atau data lainnya tampak wajar dibandingkan dengan harapan auditor. Prosedur

analitis yang digunakan adalah sbb :

a) Memahami industri dan bisnis klien, auditor harus punya pengetahuan tentang industri

atau bisnis klien sebagai bagian dari perencanaan audit.

b) Menilai kemampuan entitas untuk terus going concern

c) Menunjukkan adanya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan

d) Mengurangi pengujian audit yang terinci

5. Wawancara dengan Klien, adalah upaya untuk memperoleh informasi secara lisan

maupun secara tertulis dari klien sebagai respons atas pertanyaan yang diajukan auditor.

48

Page 49: Profesi Auditing

6. Rekalkulasi, melibatkan pengecekan ulang atas sampel kalkulasi yang dilakukan oleh

klien.

7. Pelaksanaan-ulang, adalah pengujian independen yang dilakukan auditor atas prosedur

atau pengendalian akuntansi klien, yang semula dilakukan sebagai bagian dari sistem

akuntansi bagian dari sistem akuntansi dan pengendalian internal klien.

8. Observasi, adalah penggunaan indra untuk menilai aktivitas klien. Selama menjalani

penugasan dengan klien, auditor mempunyai kesempatan untuk mengunakan indera nya

—penglihatan , pendengaran, penciuman, dan perasaan—guna mengevaluasi berbagai

item.

7.5. Tujuan Dokumentasi Audit

Dokumentasi adalah catatan utama tentang prosedur auditing yang diterapkan, bukti yang

diperoleh, dan kesimpulan yang dicapai auditor dalam melaksanakan penugasan. Tujuan

dokumentasi secara keseluruhan adalah membantu auditor dalam memberikan kepastian yang

layak bahwa audit yang memadai telah dilaksanakan sesuai dengan standar audit.

7.6. Menyiapkan Dokumentasi Audit yang Terorganisasi

Seperti yang disyaratkan oleh Sarbanes-Oxley Act, SEC telah mengeluarkan aturan final tentang

penyimpangan catatan audit dan review yang mewajibkan auditor perusahaan publik untuk

menyelenggarakan dokumentasi berikut :

Kertas kerja atau dokumen lain yang membentuk dasar bagi audit atas laporan keuangan

tahunan perusahaan atau review atas laporan keuangan kuartalan perusahaan.

Memo, korespondensi, komunikasi, dokumen biru, dan catatan, termasuk catatan

elektronik, yang memenuhi kedua kriteria berikut

1. Fakta yang dibuat, dikirimkan, dan diterima dalam kaitannya dengan audit atau

review

2. Fakta-fakta yang berisi kesimpulan, pendapat, analisis, atau data keuangan yang

berkaitan dengan audit atau review.

Dalam penyiapan dokumentasi ada beberapa file yang disertakan sebagai pendukung penyajian.

49

Page 50: Profesi Auditing

File Permanen berisi data yang bersifat historis atau berlanjut yang bersangkutan dengan audit

saat ini.

File tahun berjalan mencakup semua dokumentasi audit yang dapat diterapkan pada tahun yang

di audit.

Neraca Saldo berjalan. Sedini mungkin tanggal neraca, auditor harus memperoleh atau

menyiapkan daftar akun buku besar umum dan saldo akhir-tahunnya, skedul ini disebut neraca

saldo berjalan.

7.7. Pengaruh e-commerce terhadap Bukti Audit

Semakin banyak bukti audit yang disajikan dan disimpan dalam bentuk elektronik, dan auditor

harus mengevaluasi bagaimana informasi elektronik tersebut mempengaruhi kemampuannya

untuk mengumpulkan bukti yang layak dan mencukupi.

Apabila bukti hanya dapat diperiksa dalam bentuk yang bisa dibaca mesin, auditor menggunakan

komputer untuk membaca dan memeriksa bukti itu. Auditor juga menggunakan teknologi untuk

mengubah dokumentasi berbasis kertas tradisional menjadi file elektronik untuk mengatur dan

menganalisis dokumentasi audit

50

Page 51: Profesi Auditing

Bab 8 Perencanaan Audit dan Prosedur Analitis

8.1. Pentingnya Perencanaan Audit

Tiga alasan utama auditor melakukan perencanaan penugasan yang tepat : untuk memungkinkan

auditor mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi sesuai dengan situasi yang dihadapi, untuk

membantu auditor menjaga tetap biaya audit tetap wajar, untuk menghindari kesalah pahaman

dengan klien.

Dalam bab ini akan dibahas empat bagian pertama ditujukan untuk membantu auditor dalam

tahap perencanaan. Dalam pembahasan ini akan memperkenalkan secara singkat dua istilah

resiko : Resiko audit yang dapat diterima, adalah seberapa besar auditor bersedia menerima

bahwa laporan keuangan akan salah saji secara material setelah audit diselesaikan dan pendapt

wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Resiko inheren, adalah ukuran penilaian auditor atas

kemungkinan adanya salah saji yang material dalam suatu saldo akun sebelum

mempertimbangkan keefektifan pengendalian internal.

Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit

1. Menerima klien dan melakukan perencanaan audit awal

2. Memahami bisnis dan industri klien

3. Menilai resiko bisnis klien

4. Melaksanakan prosedur analitis pendahuluan

5. Menetapkan materialitas, dan menilai resiko audit yang dapat diterima serta resiko

inheren

6. Memahami pengendalian internal dan menilai resiko pengendalian

7. Mengumpulkan informasi untuk menilai resiko kecurangan

8. Mengembangkan perencanaan audit dan program audit secara keseluruhan

8.2. Menerima Klien dan Perencanaan Audit Awal

Perencanaan audit awal melibatkan empat hal, yang semuanya dilakukan sebelum audit.

1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau harus melayani klien yang

ada sekarang.

51

Page 52: Profesi Auditing

2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.

3. Untuk menghindari kesalah pahaman, auditor harus memahami syarat-syarat penugasan

yang ditetapkan klien.

4. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf penugasan dan

setiap spesialisasi audit yang diperlukan

8.3. Pemahaman atas Bisnis dan Industri Klien

Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi resiko bisnis klien serta resiko salah saji yang

material dalam laporan keuangan. Faktor penting akan pemahaman terhadap bisnis dan industri

klien:

Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dengan pelanggan dan

pemasok utama.

Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui joint venture

atau analisis strategis.

Teknologi informasi mempengaruhi proses internal klien, yang meningkatkan mutu dan

ketepatan waktu informasi akuntansi.

Semakin pentingnya modal manusia dan aktiva tidak berwujud lainnya telah

meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi manajemen.

Auditor membutuhkan pemahaman yang lebih baik atas bisnis dan industri klien untuk

memberikan jasa bernilai tambah kepada klien.

Ada tiga pemahaman yang baik tentang industri klien dan lingkungan eksternal adalah:

1. Resiko yang berkaitan dengan industri tertentu yang dapat mempengaruhi penilaian

auditor atas resiko bisnis klien dan resiko audit yang dapat diterima.

2. Resiko inheren tertentu sudah umum bagi semua klien dalam industri tertentu.

3. Banyak industri memiliki persyaratan akuntansi yang unik yang harus dipahami auditor

untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien telah sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum.

Auditor juga harus memahami lingkungan eksternal klien, termasuk hal-hal seperti kondisi

ekonomi, tingkat persaingan, dan persyaratan peraturan.

52

Page 53: Profesi Auditing

Dalam operasi dan proses bisnis auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama

pendapatan, pelanggan dan pemasok kunci, dan pembiayaan, dan informasi tentang pihak terkait

yang dapat menunjukkan area dimana resiko bisnis klien meningkat.

Manajemen dengan pihak terkait sangat penting bagi auditor karena prinsip-prinsip akuntansi

yang berlaku umum mengharuskan transaksi itu diungkapkan dalam laporan keuangan jika

material. Karena manajemen menetapkan strategi dan proses bisnis perusahaan, auditor harus

menilai filosofi dan gaya operasi manajemen, serta kemampuannya untuk mengidentifikasi dan

merespons resiko, karena hal ini sangat mempengaruhi resiko salah saji yang material dalam

laporan keuangan.

Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan organisasi, auditor

harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan: Reliabilitas pelaporan keuangan,

Efektivitas dan efisiensi operasi, dan Ketaatan pada hukum dan peraturan. Auditor membutuhkan

pengetahuan tentang operasi untuk menilai resiko bisnis dan resiko inheren klien dalam laporan

keuangan.

Sistem pengukuran kinerja klien meliputi kinerja utama yang digunakan manajemen untuk

mengukur kemajuan pencapaian tujuan. Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan tolak

ukur atau benchmarking terhadap pesaing utama.

8.4. Menilai Resiko Bisnis Klien

Auditor menggunakan pengetahuan yang diperolehnya dari pemahaman strategis atas bisnis dan

industri klien untuk menilai resiko bisnis klien, yaitu resiko bahwa klien gagal dalam mencapai

tujuannya. Sarbanes Oxley-Act mengharuskan manajemen untuk meyakinkan bahwa mereka

telah merancang pengendalian dan prosedur pengungkapan untuk memastikan bahwa informasi

yang material tentang resiko bisnis telah disampaikan kepada manajemen. Sarbanes Oxley-Act

juga mewajibkan manajemen untuk meyakinkan bahwa mereka telah memberitahu auditor dan

komite audit tentang sikap defisiensi yang mengidentifikasikan dalam pengendalian internal,

termasuk kelemahan yang material.

53

Page 54: Profesi Auditing

8.5. Melaksanakan Prosedur Analitis Pendahuluan

Auditor melaksanakan prosedur analitis pendahuluan untuk memahami dengan lebih baik bisnis

klien dan untuk menilai resiko bisnis klien. Salah satu prosedur tersebut membandingkan rasio

klien dengan benchmark industri atau pesaing untuk mengindikasikan kinerja perusahaan.

Pengujian pendahuluan seperti itu dapat mengungkapkan perubahan yang tidak biasa dalam rasio

yang dibandingkan dengan tahun sebelumnya, atau dengan rata-rata industri, sehingga membantu

auditor mengidentifikasi area yang mengalami kenaikan resiko salah saji yang membutuhkan

perhatian lebih lanjut selama audit.

Prosedur analitis didefinisikan oleh SAS 56 (AU 329) sebagai evaluasi atas informasi keuangan

yang dilakukan dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan dan non

keuangan… yang melibatkan perbandingan jumlah yang tercatat dengan ekspektasi yang

dikembangkan oleh auditor.

8.6. Prosedur Analitis

1. Prosedur analitis diwajibkan dalam tahap perencanaan untuk membantu menentukan sifat,

luas, dan penetapan waktu prosedur audit.

2. Prosedur analitis seringkali dilakukan selama tahap pengujian audit sebagai pengujian

substantif untuk mendukung saldo akun.

3. Prosedur analitis juga diwajibkan selama tahap penyelesaian audit. Pengujian semacam ini

berfungsi sebagai mereview akhir atas salah saji yang material atau masalah keuangan, dan

membantu auditor mengambil “pandangan objektif” akhir pada laporan keuangan yang telah

di audit.

8.7. Lima Jenis Prosedur Analitis

Biasanya auditor membandingkan saldo dan rasio klien dengan saldo dan rasio yang diharapkan

dengan menggunakan satu atau lebih jenis prosedur analitis berikut:

1. Data industri

2. Data periode sebelumnya yang serupa

3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien

54

Page 55: Profesi Auditing

4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor

5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan.

8.8. Rasio Keuangan

Rasio keuangan berguna untuk memahami peristiwa terkini dan status keuangan perusahaan

serta untuk menelaah laporan itu dari perspektif pemakai. Analisis keuangan yang umum dapat

mengidentifikasikan secara efektif bidang permasalahan yang mungkin, dimana auditor dapat

melakukan analisis tambahan dan pengujian audit, serta bidang permasalahan yang dihadapi

perusahaan dimana auditor dapat memberikan bantuan lainnya.

1. Rasio Kemampuan Membayar Utang Jangka Pendek

Rasio Kas =Kas+Sekuritas

Kewajiban Lancar Rasio Cepat=

Kas+Sekuritas+PiutangUsaha BersihKewajiban Lancar

Rasio lancar= Aktiva Lncar

Kewajiban Lancr

2. Rasio Aktivitas Likuiditas

Perputaran piutang usaha = Penjualanbersih

Piutang kotor rata−rata

Jumlah hari penagihan= 365 hari

perputaran piutangusaha

Perputaran persediaan=Harga Pokok Pe njualan

persediaanrata−rata

Jumlah hari penjualan persediaan= 365 hari

perputaran persediaan

3. Rasio Kemampuan Membayar Utang Jangka Panjang

Utang terhadap ekuitas=Totalkewajiban

total ekuitas Times interest earned= lababersih

beban bunga

55

Page 56: Profesi Auditing

4. Rasio Profitabilitas

Laba per saham = Laba bersih

rata−rata saham biasa yangberedar

Persentase laba kotor = Penjualan bersih−harga pokok penjualan

penjualan bersih

Marjin laba = laba operasi

penjualan bersih

Pengembalian atas aktiva = Laba Sebelum pajak

aktiva totalra ta−rata

Pengembalian atas ekuitas saham biasa = Laba sebelum pajak−dividen saham preferen

ekuitas pemegang sahamrata−rata

56