14. bab ii fix

34
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gagal Ginjal Kronik Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua,, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena terekan kebawah oleh hati.Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12 – 13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120 – 150 gram (Suharyanto, 2013). Gagal ginjal (renal atau kidney failure) adalah kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun). Dikatakan gagal ginjal akut (acute renal failure) bila penurunan fungsi ginjal berlangsung secara tiba-tiba, tetapi kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera dapat diatasi (Hadibroto, 2007) Penyakit Gagal ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun) 8

Upload: dhian-eka-kurnia

Post on 04-Sep-2015

35 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

KTI ku

TRANSCRIPT

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Gagal Ginjal KronikGinjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, berwarna merah tua,, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena terekan kebawah oleh hati.Pada orang dewasa ginjal panjangnya 12 13 cm, tebalnya 6 cm dan beratnya 120 150 gram (Suharyanto, 2013).Gagal ginjal (renal atau kidney failure) adalah kasus penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara akut (kambuhan) maupun kronis (menahun). Dikatakan gagal ginjal akut (acute renal failure) bila penurunan fungsi ginjal berlangsung secara tiba-tiba, tetapi kemudian dapat kembali normal setelah penyebabnya segera dapat diatasi (Hadibroto, 2007)Penyakit Gagal ginjal Kronik (Chronic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal. Penyakit ini bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible). (Almatsier. 2010).

B. Batasan Penyakit Gagal Ginjal KronikBatasan pada penyakit gagal ginjal kronik yaitu kerusakan ginjal >3 bulan, yaitu: kelainan struktur histopatologi petanda kerusakan ginjal, meliputi kelainan komposisi darah dan urin atau uji pencitraan ginjal. Laju filtrasi glomerulus (LFG) 3bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal (PERNEFRI, 2012). Untuk gagal ginjal tahap akhir (End State Renal Desease) batasannya adalah fungsi ginjal sangat menurun (LFG 15ml/menit/1.73m2), sehingga terjadi uremia dan dibutuhkan terapi ginjal pengganti untuk mengambil alih fungsi ginjal dalam mengeliminasi toksin tubuh (PERNEFRI, 2012).

C. Etiologi Gagal Ginjal KronikDari data yang sampai saat ini dapat dikumpulkan oleh Indonesian Renal Registry (IRR) penyakit penyerta pasien hemodialisis baru pada tahun 2012 didapatkan sebagai berikut diabetes melitus 25%, hipertensi 44%, penyakit kardiovaskuler 9%, penyakit pada saluran kemih lain 7%.1. HipertensiTekanan darah tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatnya resiko terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. (Brahmana, 2011)Beratnya pengaruh hipertensi pada ginjal tergantung dari tingginya tekanan darah dan lamanya menderita hipertensi. Semakin tinggi tekanan darah dalam waktu lama maka semakin berat komplikasi yang dapat ditimbulkan , semakin lama menderita hipertensi maka semakin tinggi risiko untuk mengalami kejadian gagal ginjal kronik. (Tessy dan Hidayati, 2008 dalam Nurjanah, 2012)

2. Diabetes MelitusDiabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemi kronik yang disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, syaraf dan pembuluh darah. Pada diabetes perubahan pertama yang terlihat pada ginjal adalah pembesaran ukuran ginjal dan hiperfiltrasi (TH, 2012)3. Penyakit KardiovaskularPenyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan kondisi yang terjadi akibat penumpukan plak di arteri jantung sehingga mengakibat-kan suplai darah ke jantung menjadi terganggu dan bisa menyebabkan serangan jantung. (Manoy, 2014)Pada keadaan patologis seperti adanya lesi aterosklerosis, maka serotonin, ADP dan asetilkolin justru merangsang pelepasan Endothelial derived constricting factor (EDCP) yang menyebabkan kontriksi pembuluh darah, termasuk arteriol ginjal. Pembuluh darah ginjal, baik arteriol aferen maupun eferen dipersyarafi oleh serabut saraf simpatis. Aktivitas saraf simpatis ginjal yang kuat dapat mengakibatkan konstriksi arteriol ginjal. Kontriksi arteriol eferen akan menyebabkan penurunan aliran darah ke ginjal. Karena itu jika konstriksi arteriol cukup berat, maka kenaikan tekanan osmotik koloid akan melebihi tekanan hidrostatik kapiler glomerulus yang disebabkan oleh konstriksi arteriol eferen. Bila hal ini terjadi, daya akhir filtrasi menjadi turun yang pada akhirnya juga akan menyebabkan penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG). Laju aliran darah yang lebih rendah kedalam glomerulus akan menyebabkan penurunan LFG. (Manoy, 2014)

4. Penyakit saluran kemih lainPenyakit saluran kemih lain menjadi penyerta penyakit gagal ginjal kronis pada posisi keempat setelah penyakit kardiovaskuler yaitu sebesar 7% (PERNEFRI, 2012). Penyakit saluran kemih meliputi infeksi saluran kemih dimana disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktus urinarius. Mikroorganisme ini masuk melalui kontak langsung dari tempat infeksi terdekat, hematogen dan limfogen. Komplikasi infeksi saluran kemih menyebabkan gangguan faal ginjal yang kronis (Haryono, 2013).

D. Patofisologi Gagal Ginjal KronikPada waktu terjadi kegagalan ginjal sebagian nefron (termaksuk glomerulus dan tubulus) diduga utuh sedangkan yang lain rusak (hipotesa nefron utuh). Nefron utuh hipertrofi dan memproduksi volume filtrasi yang meningkat disertai reabsorpsi walaupun dalam keadaan penurunan GFR/ daya saring. Metode adaptif ini memungkinkan ginjal untuk berfungsi sampai dari nefron-nefron rusak (Long, 1996 dalamTH, 2012).Meskipun penyakit ginjal kronik terus berlanjur, namun jumlah solute yang harus diekskresi oleh ginjal untuk mempertahankan homeostatis tidaklah berubah, kendati jumlah nefron sudah menurun secara progresif. Dua adaptasi penting yang dilakukan oleh ginjal sebagai respon terhadap ancaman ketidakseimbangan cairan dan elektrolit:1) Sisa nefron yang ada mengalami hipertrofi dalam usahanya untuk melaksanakan seluruh beban kerja ginjal2) Terjadi peningkatan kecepatan filtrasi, beban solute dan reabsorpsi tubulus dalam setiap nefron, meskipun GFR di seluruh massa nefron turun di bawah normalProses adaptasi ini dapat berhasil apabila tingkat kerusakan ginjal masih di bawah 75 %. Akan tetapi apabila kerusakan telah mencapai sekitar 75%, maka kecepatan filtrasi dan beban solute bagi setiap nefron tinggi sehingga keseimbangan glomerulus tubulus tidak dapat lagi dipertahankan. (Suharyanto, 2013).Penurunan laju filtrasi glomerulus karena uremia menjadikan keadaan nilai kreatinin serum dan BUN akan meningkat dan sangat mencolok sehingga akan terjadi penumpukan toksik uremik dan menyebabkan gangguan gastrointestinal yang kemudian menyebabkan pasien mual, muntah, serta mengalami anoreksia sehingga menyebabkan Ketidakseimbangan Nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan ketidakmampuan dalam memasukkan, mencerna, mengabsorbsi makanan karena mual dan muntah. (TH, 2012).

E. Tanda dan GejalaMenurut Suyono (2001) dalam TH, 2012 adalah sebagai berikut:a. Gangguan KarsiovaskularHipertensi, nyeri dada, dan sesak nafas akibat perikarditis dan gagal jantung akibat penimbunan cairan, gangguan irama jantung dan edemab. Gangguan PulmonerNafas dangkal, batuk dengan sputum kental dan riak, suara krekels.

c. Gangguan gastrointestinal Anoreksia, nausea, dan fomitus yang berhubungan dengan metabolism protein dalam usus, perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulserasi dan perdarahan mulut, nafas bau ammonia.d. Gangguan musculoskeletalBurning feet syndrome (rasa kesemutan dan terbakar, terutama di telapak kaki), tremor, miopatie. Gannguan integumentKulit berwarna pucat akibat anemia dan kekuning-kuningan akibat penimbunan urokrom, gatal-gatal akibat toksik, kuku tipis dan rapuhf. Gangguan endokring. Gangguan cairan elektrolit dan keseimbangan asam dan basah. System hematologi

F. PemeriksaanUntuk memperkuat diagnose penyakit gagal ginjal kronik sering diperlukan pemeriksaan penunjang baik pemeriksaan laboratorium maupun radiologi. Dari hasil pemeriksaan diagnosis laboratorium menunjukkan antara lain :a. Urine volume : biasanya kurang dari 400 ml/24 jam (oliguria) atau tidak ada urine (anuria, yaitu kurang dari 100 ml) warna : secara abnormal urine keruh mungkin disebabkan oleh pus (nanah), bakteri, lemak, partikel koloid, pospat atau asam urat, sedimen kotor. Warna kecoklatan menunjukkan adanya darah. berat jenis : kurang dari 1.015 (menetap pada satu titik menunjukkan kerusakan ginjal berat) osmolalitas : kurang dari 350 mOsm/kg menunjukkan kerusakan tubular protein : derajat tinggi proteinuria (3+ s/d 4+)b. Darah BUN/ kreatinin : meningkat (10 mg/dl) Haemoglobin (Hb) : menurun atau anemia, biasanya Hb kurang dari 7 -8 g/dl Kalium : peningkatan sehubungan dengan retensi sesuai dangan perpindahan selular atau asidosis / pengeluaran jaringan. Kadar kalium 6,5 mEq atau lebih besar. Natrium : hipernatremia / hiponatremia Magnesium/fosfat : meningkat Kalsium : menurun (Doenges, 2000).Pada pemeriksaan radiologi biasanya yang dilakukan adalah: foto polos abdomen : melihat bentuk, besar ginjal ataupun batu dalam ginjal. Ultrasonografi (USG) : menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks, kandung kemih serta prostat Foto dada : terlihat tanda-tanda bendungan paru akibat kelebihan air, efusi pleura, kardiomegali dan efusi perikardial. Pada penderita gagal ginjal kronik perlu dilakukan usaha-usaha pengobatan konservatif berupa diet, pembatasan minum, obat-obatan dan lain-lain untuk memperlambat atau mencegah kerusakan ginjal lebih lanjut. Namun apabila ginjal sudah menunjukkan kerusakan yang lebih lanjut atau yang disebut gagal ginjal terminal maka keadaan ini memerlukan pengobatan khusus / terapi pengganti (Papadakis, 2001).

G. HemodialisaHemodialisa adalah suatu teknologi tinggi sebagai terapi pengganti fungsi ginjal untuk mengeluarkan sisa-sisa metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hydrogen, urea, kreatinin, asam urat dan zat-zat lain melalui membran semi permeabel sebagai pemisah darah dan cairan dialisis pada saat ginjal buatan dimana terjadi difusi. (TH, 2012).Komplikasi dalam pelaksanaan hemodialisa yang sering terjadi pada saat dilakukan terapi adalah: hipotensi, kram otot, mual atau muntah, sakit kepala, sakit dada, gatal-gatal, demam dan menggigil, kejang. . (TH, 2012).

H. Terapi DiitAnjuran diet pada pasien gagal ginjal kronik dengan hemodialisa didasarkan pada frekuensi dialysis, sisa fungsi ginjal, dan ukuran tubuh.Karena nafsu makan pasien rendah, perlu diperhatikan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet yang di tetapkan (Almatsier, 2010).Syarat-syarat diet pada gagal ginjal kronik dengan hemodialisa adalah:1. Energi yang diberikan cukup, yaitu 35 kkal/BB ideal/hari pada pasien hemodialisis (HD) maupun Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD)2. Protein yang di berikan tinggi, untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen dan mengganti asam amino yang hilang selama dialysis, yaitu 1 -1,2 g/kg BB ideal/hari.3. Karbohidrat diberikan cukup, yaitu 55-75% dari kebutuhan energy total4. Lemak normal, yaitu 15-30% dari kebutuhan total5. Natrium diberikan sesuai dengan jumlah urine yang keluar per 24 jam, yaitu: 1 g + penyesuaian menurut jumlah urine sehari, yaitu 1 g untuk tiap liter urin 6. Kalium sesuai dengan urine yang keluar per 24 jam, yaitu: 2 g + penyesuaian menurut jumlah urine sehari, yaitu 1 g untuk tiap 1 liter urin 7. Kalsium diberikan tinggi, yaitu 1000 mg/hari 8. Asupan fosfor dibatasi, yaitu 60 tahun(Hurlock, 2009)

Ordinal

2

Jenis Kelamin

Jenis gender responden yang diketahui berdasarkan pengamatan dari luar yang dinyatakan dengan laki-laki atau perempuan

Wawancara Kuesioner1. Laki-laki2. PerempuanNominal

3PendidikanJenjang pengetahuan yang didapatkan secara formal oleh responden

WawancaraKuesioner1. Tidak Sekolah2. SD3. SMP/sederajat4. SMA/sederajat5. Perguruan Tinggi

Ordinal

NoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala

4PekerjaanKegiatan yang dilakukan oleh seseorang baik di dalam atau di luar rumah untuk memenuhi kebutuhan ekonomiWawancara Kuesioner1. Tidak bekerja2. PNS3. Buruh4. Wiraswasta5. Petani6. Pensiunan7. Lain-lain

Nominal

5Asupan NatriumSejumlah natrium dalam makanan yang dikonsumsi pasien perhari (Almatsier, 2010)Wawancara Food recall 2x24 jam1. Kurang, bila asupan natrium 2000 mg perhari(Almatsier, 2010)

Ordinal

6

Asupan KaliumSejumlah kalium dalam makanan yang dikonsumsi pasien sehari (Almatsier, 2010)Wawancara Food recall 2x24 jam1. Kurang, bila asupan kalium2000 mg perhari(Almatsier, 2010)Ordinal

NoVariabelDefinisi OperasionalCara UkurAlat UkurHasil UkurSkala

7Asupan CairanKonsumsi cairan yang berasal dari makanan dan minuman yang diberikan sesuai dengan urine yang dikeluarkan ditambah 500 ml.(Rahardjo, 1992)Wawancara Food recall 2x24 jam1. Kurang, apabila asupan cairan yang dikonsumsi urin/24 jam + 500 ml dibandingkan dengan konsumsi airminumnya.2. Cukup, apabila asupan cairan yang dikonsumsi sama dengan urin/24 jam + 500 ml dibandingkan dengan konsumsi airminumnya.3. Lebih apabila asupan cairan yang dikonsumsi > urin/24 jam + 500 ml dibandingkan dengan konsumsi airminumnya.Ordinal