lp gangguan kognitif fix

22
A. Definisi Gangguan Kognitif Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart&Sundeen,1987). Gangguan kognitif merupakan respon maladaptif yang ditandai oleh daya ingat terganggu, disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan dipengaruhi oleh keadaan otak. B. Etiologi Gangguan Kognitif 1. Faktor Predisposisi Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf pusat (SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman nutrisi mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah penyakit infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins dan Williams, 1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan jiwa fungsional. 2. Faktor Presipitasi Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia. Semua Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan metabolisme sering mengganggu

Upload: frederick-barker

Post on 01-Jan-2016

213 views

Category:

Documents


40 download

DESCRIPTION

gerontik

TRANSCRIPT

Page 1: LP Gangguan Kognitif Fix

A.    Definisi Gangguan Kognitif

Kognitif adalah : Kemampuan berpikir dan memberikan rasional,termasuk proses

mengingat, menilai, orientasi, persepsi dan memperhatikan (Stuart&Sundeen,1987).

Gangguan kognitif merupakan respon maladaptif yang ditandai oleh daya ingat

terganggu, disonentasi, inkoheren dan sukar bepikir logis. Gangguan kognitif erat

kaitannya dengan fungsi otak, karena kemampuan pasien untuk berpikir akan

dipengaruhi oleh keadaan otak.

B. Etiologi Gangguan Kognitif

1. Faktor Predisposisi

Gangguan kognitif umumnya disebabkan oleh gangguan fungsi susunan saraf

pusat (SSP). SSP memerlukan nutrisi untuk berfungsi, setiap gangguan pengiriman

nutrisi mengakibatkan gangguan fungsi SSP. Faktor yang dapat menyebabkan adalah

penyakit infeksi sistematik, gangguan peredaran darah, keracunan zat (Beck, Rawlins

dan Williams, 1984, hal 871). Banyak faktor lain yang menurut beberapa ahli dapat

menimbulkan gangguan kognitif, seperti kekurangan vitamin, malnutrisi, gangguan

jiwa fungsional.           

2. Faktor Presipitasi 

Setiap kejadian diotak dapat berakibat gangguan kognitif. Hipoksia dapat berupa

anemia Hipoksia, Hitoksik Hipoksia, Hipoksemia Hipoksia, atau Iskemik Hipoksia.

Semua Keadaan ini mengakibatkan distribusi nutrisi ke otak berkurang. Gangguan

metabolisme sering mengganggu fungsi mental, hipotiroidisme, hipoglikemia.

Racun, virus dan virus menyerang otak mengakibatkan gangguan fungsi otak,

misalnya sifilis. Perubahan struktur otak akibat trauma atau tumor juga mengubah

fungsi otak. Stimulus yang kurang atau berlebihan dapat mengganggu fungsi

kognitif. Misalnya ruang ICU dengan cahaya, bunyi yang konstan merangsang dapat

mencetuskan disorientasi, delusi dan halusinasi, namun belum ada penelitian yang

tepat.        

      

C. Akibat gangguan kognitif

1. Menurun kemampuan konsentrasi terhadap stimulus (misalnya, pertanyaan harus

diulang).

2. Proses pikir yang tidak tertata, misalnya tidak relevan atau inkoheren.

3. Minimal 2 dari yang berikut :

Page 2: LP Gangguan Kognitif Fix

-       Menurunkan tingkat kesadaran.

-       Gangguan persepsi, Ilusi, halusinasi.

-       Gangguan tidur, tidur berjalan dan insomnia atau ngatuk pada siang hari.

-       Meningkat atau Menurun aktivitas psikomotor.

-       Disorientasi, tempat, waktu, orang.

-       Gangguan daya ingat, tidak dapat mengingat hal baru, misalnya nama beberapa

benda setelah lima menit.

D.     Pengkajian

1. Faktor Predisposisi

Penyebab : - Gangguan fungsi susunan saraf pusat

- Gangguan pengiriman nutrisi

- Gangguan peredaran darah

a. Penuaan

• Kumulatif degeneratif jaringan otak = penuaan

• Racun dalam jaringan otak

• Kimia toksik/logam berat = Respon kognitif maladaptif

b. Neurobiologi

• Penyakit Alzheimer’s

• Gangguan metabolik :

- Penyakit lever kronik,

- GGK

- Defisit vitamin

- Malnutrisi

• Anorexia nervosa

• Bulimia nervosa

c. Genetik : Penyakit otak degeneratif herediter ( Huntington’s Chorea)

2. Stressor Presipitasi

a. Hipoksia :

- Anemia hipoksik

- Histotoksik hipoksia

- Hipoksemia hipopoksik

- Iskemia hipoksik = Suplai darah ke otak menurun/berkurang

Page 3: LP Gangguan Kognitif Fix

b. Gangguan metabolisme

Malfungsi endokrin : Underproduct / Overproduct Hormon

- Hipotiroidisme

- Hipertiroidisme

- Hipoglikemia

c. Racun, Infeksi

- Gagal ginjal

- Syphilis

- Aids Dement Comp

d. Perubahan Struktur

- Tumor

- Trauma

e. Stimulasi Sensori

- Stimulasi sensori berkurang

- Stimulasi berlebih

3. Perilaku

Pada gangguan kognitif, diagnosa medis yang sering dihadapi adalah

Demensia: Suatu keadaan respon kognitif maladaptif yang ditandai dengan

hilangnya kemampuan intelektual/ kerusakan memori, penilaian, berpikir abstrak.

Delirum: Suatu keadaan proses pikir yang terganggu, ditandai dengan: Gangguan

perhatian, memori, pikiran dan orientasi. Insomnia: Insomnia/sulit tidur adalah

masalah yang lazim dialami lansia; sleep-maintenance insomnia adalah kondisi

terkait umur dan membuat penderitanya lemah (Bootzin, Engle-Friedman, dan

Hazelwood).

Demensia

1.      Pengertian Demensia

Demensia merupakan istilah digunakan untuk menjelaskan penurunan fungsional

yang disebabkan oleh kelainan yang terjadi pada otak. Demensia bukan berupa

penyakit dan bukanlah sindrom.

Pada usia muda, demensia bisa terjadi secara mendadak jika cedera hebat,

penyakit atau zat-zat racun (misalnya karbon monoksida) menyebabkan hancurnya

sel-sel otak. Tetapi demensia biasanya timbul secara perlahan dan menyerang usia

Page 4: LP Gangguan Kognitif Fix

diatas 60 tahun. Namun demensia bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang

normal. Sejalan dengan bertambahnya umur, maka perubahan di dalam otak bisa

menyebabkan hilangnya beberapa ingatan (terutama ingatan jangka pendek) dan

penurunan beberapa kemampuan belajar. Perubahan normal ini tidak mempengaruhi

fungsi.

Pikun merupakan gejala umum demensia, walaupun pikun itu sendiri belum

berarti indikasi terjadinya demensia. Orang-orang yang menderita demensia sering

tidak dapat berpikir dengan baik dan berakibat tidak dapat beraktivitas dengan baik.

Oleh sebab itu mereka lambat laun kehilangan kemampuan untuk menyelesaikan

permasalahan dan perlahan menjadi emosional, sering hal tersebut menjadi tidak

terkendali.

2.      Faktor Penyebab Demensia

Banyak penyakit/sindrom menyebabkan demensia, seperti stroke, Alzheimer,

penyakit Creutzfeldt-Jakob, Penyakit Pick, Huntington, Parkinson, AIDS, dan lain-

lain. Demesia juga dapat diinduksi oleh defisiensi niasin.

Orang yang menderita cedera kepala berulang (misalnya petinju) seringkali

mengalami demensia pugilistika (ensefalopati traumatik progresif kronik); beberapa

diantaranya juga menderita hidrosefalus.

Usia lanjut yang menderita depresi juga mengalami pseudodemensia. Mereka

jarang makan dan tidur serta sering mengeluh tentang ingatannya yang berkurang;

sedangkan pada demensia sejati, penderita sering memungkiri hilangnya ingatan

mereka.

3. Gejala Demensia

a.    Demensia biasanya dimulai secara perlahan dan makin lama makin parah,

sehingga keadaan ini pada mulanya tidak disadari.

   Terjadi penurunan dalam ingatan, kemampuan untuk mengingat waktu dan

kemampuan untuk mengenali orang, tempat dan benda.

Penderita memiliki kesulitan dalam menemukan dan menggunakan kata yang

tepat dan dalam pemikiran abstrak (misalnya dalam pemakaian angka).

  Sering terjadi perubahan kepribadian.

Page 5: LP Gangguan Kognitif Fix

b.    Demensia karena penyakit Alzheimer biasanya dimulai secara samar.

  Gejala awal biasanya adalah lupa akan peristiwa yang baru saja terjadi; tetapi

bisa juga bermula sebagai depresi, ketakutan, kecemasan, penurunan emosi atau

perubahan kepribadian lainnya.

Terjadi perubahan ringan dalam pola berbicara; penderita menggunakan kata-

kata yang lebih sederhana, menggunakan kata-kata yang tidak tepat atau tidak

mampu menemukan kata-kata yang tepat.

  Ketidakmampuan mengartikan tanda-tanda bisa menimbulkan kesulitan dalam

mengemudikan kendaraan.

  Pada akhirnya penderita tidak dapat menjalankan fungsi sosialnya.

c.    Demensia karena stroke kecil memiliki perjalanan penyakit dengan pola seperti

menuruni tangga.

     Gejalanya memburuk secara tiba-tiba, kemudian agak membaik dan

selanjutnya akan memburuk kembali ketika stroke yang berikutnya terjadi.

    Mengendalikan tekanan darah tinggi dan kencing manis kadang dapat

mencegah stroke berikutnya dan kadang terjadi penyembuhan ringan.

    Beberapa penderita bisa menyembunyikan kekurangan mereka dengan baik.

    Mereka menghindari aktivitas yang rumit (misalnya membaca atau bekerja).

     Penderita yang tidak berhasil merubah hidupnya bisa mengalami frustasi

karena ketidakmampuannya melakukan tugas sehari-hari.

     Penderita lupa untuk melakukan tugasnya yang penting atau salah dalam

melakukan tugasnya.

4. Tanda - Tanda

Tanda dari demensia menurut (http://www.mitrakeluarga.com/ demensia, 2008) antara

lain:

a. Bicara tidak nyambung

b. Daya ingat menurun

c. Pengetahuan tentang diri dan lingkungan menurun

d. Emosi labil ( cepat marah dan cepat berubah)

Page 6: LP Gangguan Kognitif Fix

Dengan bertambahnya usia, kemampuan memori menurun secara wajar. Ciri-ciri

mudah lupa antara lain :

a. Mudah lupa nama benda, nama orang dan sebagainya

b. Terdapat gangguan dalam mengingat kembali atau recall

c. Terdapat gangguan dalam mengambil kembali informasi yang telah tersimpan

dalam memori

d. Tidak ada gangguan dalam mengenal kembali sesuatu, apabila diberi isyarat.

e. Lebih sering menjabarkan bentuk atau fungsi daripada menyebutkan namanya.

5. Tahap-Tahap Demensia

1) Tahap awal

a.Perubahan alam perasaan atau kepribadian

b. Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah

c.Konfusi tentang tempat (tersesat pada saat akan ke toko)

d. Konfusi tentang waktu

e.Kesuliatan dengan angka,uang dan tagihan

f. Anomia ringan (kesulitan dalam menyebut nama benda)

g. Menarik diri/depresi

2) Tahap pertengahan

a. Gangguan memori saat ini dan masa lalu.

b. Anomia, agnosia (ketidakmampuan untuk mengenali objek yang umum),

apraksia (ketidakmampuan melakukan gerakan yang bertujuan meskipun sistem

sensoris dan motoriknya utuh ), afasia (kesulitan dengan bahasa)

c. Gangguan penilaian dan penyelesaian masalah yang parah.

d. Konfusi tentang waktu dan tempat semakin memburuk.

e. Gangguan persepsi

f. Kehilangan pengendalian impuls.

g. Anxietas, gelisah, mengeluyur dan berkeras (gerakan atau vokalisasi berulang)

h. Hiperoralitas (ingin memasukan makanan atau benda-benda lain ke dalam

mulutnya).

i. Kemungkinan kecurigaan,delusi atau halusinasi

Page 7: LP Gangguan Kognitif Fix

j. Konfabulasi (tidak mampu menemukan kata yang tepat,dapat menggunakan

kata-kata atau frasa yang tidak logis untuk mengisi kekosongan.

k. Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar

l. Mulai terjadi inkontinensia

m.Gangguan siklus tidur bangun.

3) Tahap akhir

a. Gangguan yang parah pada semua kemampuan kognitif.

b. Ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman

c. Gangguan komunikasi yang parah (dapat menggerutu, mengeluh,

menggumam).

d. Sedikitnya kapasitas perawatan diri.

e. Inkontinensia kandung kemih dan usus

f. Kemungkinan menjadi hiperoralitas dan memiliki tangan yang aktif.

g. Penurunan nafsu makan,disfasia dan resiko aspirasi

h. Depresi sitem imun yang menyebabkan meningkatnya risiko infeksi.

i. Gangguan mobilitas dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan,kaku

otot,dan paratonia.

j. Reflex menghisap dan menggenggam

k. Menarik diri

l. Gangguan siklus tidur bangun,dengan peningkatan waktu tidur

6. Diagnosa

Diagnosis demensia ditegakkan berdasarkan penilaian menyeluruh, dengan

memperhatikan usia penderita, riwayat keluarga, awal dan perkembangan gejala serta

adanya penyakit lain (misalnya tekanan darah tinggi atau kencing manis). Dilakukan

pemeriksaan kimia darah standar. Pemeriksaan CT scan dan MRI dimaksudkan untuk

menentukan adanya tumor, hidrosefalus atau stroke.

Jika pada seorang lanjut usia terjadi kemunduran ingatan yang terjadi secara

bertahap, maka diduga penyebabnya adalah penyakit Alzheimer. Diagnosis penyakit

Alzheimer terbukti hanya jika dilakukan otopsi terhadap otak, yang menunjukkan

banyaknya sel saraf yang hilang. Sel yang tersisa tampak semrawut dan di seluruh

jaringan otak tersebar plak yang terdiri dari amiloid (sejenis protein abnormal).

Page 8: LP Gangguan Kognitif Fix

Metode diagnostik yang digunakan untuk mendiagnosis penyakit ini adalah

pemeriksaan pungsi lumbal dan PET (positron emission tomography), yang

merupakan pemerisaan skening otak khusus.

7.   Terapi Farmkologis dan Non Farmakologis

Sebagian besar kasus demensia tidak dapat disembuhkan.

    Obat takrin membantu penderita dengan penyakit Alzheimer, tetapi menyebabkan

efek samping yang serius. Takrin telah digantikan oleh donepezil, yang

menyebabkan lebih sedikit efek samping dan memperlambat perkembangan

penyakit Alzheimer selama 1 tahun atau lebih.

    Ibuprofen juga bisa memperlambat perjalanan penyakit ini. Obat ini paling baik jika

diberikan pada stadium dini.

     Demensia karena stroke yang berturut-turut tidak dapat diobati, tetapi

perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati

tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke. Jika

hilangnya ingatan disebabakan oleh depresi, diberikan obat anti-depresi. Jika

didiagnosis secara dini, maka demensia karena hidrosefalus bertekanan normal

kadang dapat diatasi dengan membuang cairan yang berlebihan di dalam otak

melalui selang drainase (shunting).

     Untuk mengendalikan agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa

menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakanobat anti-psikosa (misalnya

tioridazin dan haloperidol). Tetapi obat ini kurang efektif dan menimbulkan efek

samping yang serius. Obat anti-psikotik efektif diberikan kepada penderita yang

mengalami halusinasi atau paranoid.

Selain terapi farmakologis seperti dijelaskan di atas, demensia dapat juga diberikan

terapi non farmakologis seperti Terapi aktivitas kelompok brain gym yang

bertujuan mengurangi resiko kehilangan daya ingat yang lebih parah. Terapi

aktivitas kelompok review kehidupan yang bertujuan untuk mengurangi penurunan

daya ingat dengan mereview pengalaman – pengalaman lansia di masa lalu ,

kemudian diceritakan kembali oleh lansia lainnya, selain itu Klien mampu

meningkatkan komunikasi yang efektif dengan sesama klien.

8.   Membantu penderita demensia dan keluarganya

Page 9: LP Gangguan Kognitif Fix

Mempertahankan lingkungan yang familiar akan membantu penderita tetap

memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding dengan

angka-angka yang besar atau radio juga bisa membantu penderita tetap memiliki

orientasi.

Menjalani kegiatan mandi, makan, tidur dan aktivitas lainnya secara rutin, bisa

memberikan rasa keteraturan kepada penderita.

Memarahi atau menghukum penderita tidak akan membantu, bahkan akan

memperburuk keadaan.

      Meminta bantuan organisasi yang memberikan pelayanan sosial dan perawatan,

akan sangat membantu.

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN

GANGGUAN KOGNITIF (DEMENSIA)

Page 10: LP Gangguan Kognitif Fix

I. PENGKAJIAN

1. Riwayat Kesehatan Dahulu dan Sekarang

Kaji ulang riwayat klien dan pemeriksaan fisik untuk adanya tanda dan gejala

karakteristik yang berkaitan dengan gangguan tertentu yang didiagnosis.

2. Kaji adanya demensia

Dengan alat- alat yang sudah distandarisasi, meliputi:

a. Mini Mental Status Exam (MMSE)

3. Singkirkan kemungkinan adanya depresi

Dengan alat skrining yang tepat, seperti Geriatric Depression Scale ( Yesavage &

brink, untuk perbandigan gejala delirium, demensia, depresi.

4. Wawancarai klien, pemberi asuhan atau keluarga. Lakukan observasi langsung

terhadap:

a. Perilaku.

1. Bagaimana kemampuan klien mengurus diri sendiri dan melakukan aktivitas

hidup sehari-hari?

2. Apakah klien menunjukkan perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial?

3. Apakah klien sering mondar mandir “keluyuran”?

4. Apakah dia menunjukkan sundown syndrome atau perseveration

phenomena?

b. Afek.

1. Apakah klien menunjukkan ansietas?

2. Labilitas emosi?

3. Depresi atau apatis?

4. Iritabilitas?

5. Curiga?

6. Tidak berdaya?

7. frustasi?

c. Respon kognitif.

1. Bagaimana tingkat orientasi klien?

Page 11: LP Gangguan Kognitif Fix

2. Apakah klien mengalami kehilangan ingatan tentang hal-hal yang baru saja

atau yang sudah lama terjadi?

3. Sulit mengatasi masalah, mengorganisasikan atau mengabstrakan? Kurang

mampu membuat penilaian terbukti mengalami afasia, agnosia, atau

apraksia?

4. Luangkan waktu bersama pemberi asuhan atau keluarga.

a. Identifikasi pemberian asuhan primer dan tentukan berapa lama ia

sudah menjadi pemberi asuhan di keluarga tersebut. (demensia jenis

Alzheimer tahap akhir dapat sangat menyulitkan karena sumber daya

keluarga mungkin sudah habis.)

b. Identifikasi system pendukung yang ada pada pemberi asuhan dan

anggota keluarga yang lain.

c. Identifikasi pengetahuan dasar tentang perawaran klien dan sumber

daya komunitas ( catat hal-hal yang prertlu diajarkan)

d. Identifikasi system pendukung spiritual bagi keluarga.

e. Identifikasi kekhawatiran tertentu tentang klien dan kekhawatiran

pemberi asuhan tentang dirinya sendiri.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Perubahan proses pikir b.d gangguan kognitif

2. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan persepsi, transmisi, dan integrasi sensori

3. Resiko cedera b.d agitasi

4. Defisit perawatan diri b.d penurunan kemampuan melakukan aktivitas

5. Risiko perubahan nutrisi b.d perubahan nafsu makan

III. INTERVENSI KEPERAWATAN

1. Perubahan proses pikir b.d gangguan kognitif

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien mampu

mengenali perubahan dalam berpikir dengan

Kriteria Hasil : 1. Mampu memperlihatkan kemampuan kognitif untuk menjalani

konsekuensi kejadian yang menegangkan terhadap emosi

dan pikiran tentang diri

2. Mampu mengembangkan strategi untuk mengatasi anggapan

diri yang negative

Page 12: LP Gangguan Kognitif Fix

3. Mampu mengenali perubahan dalam berpikir atau tingkah

laku dan faktor penyebab

4. Mampu memperlihatkan penurunan tingkah laku yang tidak

diinginkan, ancaman, dan kebingungan

Intervensi :

a. Orientasikan pasien lebih sering kepada realitas dan sekelilingnya.

Rasional : orientasi akan melatih ingatan klien pada realita dan lingkungan

sekitar.

b. Berikan umpan balik positif bila pikiran dan perilaku tepat atau bila pasien

mengungkapkan bahwa ide yang diekspresikan tidak didasarkan pada

realitas.

c. Gunakan penjelasan sederhana dan interaksi, saling berhadapan bila

berkomunikasi dengan pasien.

Rasional : komunikasi dengan teman-temannya akan meningkatkan nilai

sosial lansia tersebut.

d. Observasi ketat terhadap perilaku pasien yang diindikasikan.

Rasional : memantau keadaan klien dapat menentukan intervensi selanjutnya.

2. Perubahan persepsi sensori b.d perubahan persepsi, transmisi, dan integrasi sensori

Tujuan : Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan perubahan persepsi

sensori klien dapat berkurang atau terkontrol dengan

Kriteria Hasil : 1. Mengembangkan strategi psikososial untuk mengurangi stress

atau mengatur prilaku.

2. Mendemonstrasikan respon yang sesuai stimulasi

3. Perawat mampu mengidentifikasi faktor eksternal yang berperan

terhadap perubahan

4. Kemampuan persepsi sensori

Intervensi:

a. Kurangi jumlah rangsang pada lingkungan pasien (misalnya kebisingan

rendah, sedikit orang, dekorasi sederhana).

Rasional : faktor lingkungan juga akan mempengaruhi

b. Pertahankan realitas melalui reorientasi dan fokus pada situasi-situasi dan

orang- orang yang sebenarnya.

Rasional : mengulang- ulang orientasi akan melatih ingatan dan

melambatkan terjadinya demensia yang lebih parah.

Page 13: LP Gangguan Kognitif Fix

c. Berikan rasa aman terhadap keselamatan jika pasien memberikan respon

dengan rasa takut terhadap persepsi yang tidak akurat.

Rasional : Rasa aman akan mengurangi rasa kecemasan pada diri lansia

tersebut.

d. Perbaiki dekripsi pasien pada persepsi yang tidak akurat, dan uraikan

situasinya yang realitas.

Rasional : persepsi yang salah akan melekat pada ingatan pasien

e. Berikan perasaan aman dan stabilitas pada lingkungan pasien dengan

memungkinkan perawatan diberikan oleh petugas yang sama secara teratur.

Rasional : Memproteksi pasien menumbuhkan rasa bina hubungan saling

percaya

3. Resiko cedera b.d agitasi

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan Risiko cedera tidak

terjadi

Kriteria Hasil : 1. Meningkatkan tingkat aktivitas

2. Dapat beradaptasi dengan lingkungan untuk mengurangi risiko

trauma/cedera

3. Tidak mengalami trauma/cedera

Intervensi:

a. Kaji tingkat disorientasi atau kebingungan pasien untuk menurunkan

kebutuhan keamanan.

Rasional : mengkaji keadaan pasien dapat menentukan intervensi selanjutnya

b. Tempatkan pasien pada ruangan yang tenang dan tersendiri.

Rasional : lingkungan akan mempengaruhi tingat resiko cedera pada pasien

c. Lakukan kewaspadaan keamanan

Rasional : Rasa aman akan menumbuhkan rasa BHSP pada klien dan perawat

d. Orientasikan pasien lebih sering pada realitas dan hal- hal di sekelilingnya

e. Pantau tanda-tanda vital pada klien

Rasional : memantau keadaan klien akan mengetahui intervensi selanjutnya.

4. Defisit perawatan diri b.d penurunan kemampuan melakukan aktivitas

Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat merawat

dirinya sesuai dengan kemampuannya.

Kriteria Hasil: 1. Mampu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai dengan tingkat

kemampuan

Page 14: LP Gangguan Kognitif Fix

2. Mampu mengidentifikasi dan menggunakan sumber

pribadi/komunitas yang dapat memberikan bantuan

Intervensi:

a. Perhatikan berat/durasi ketidaknyamanan

b. Berikan bantuan sesuaikebutuhan dengan hygiene

c. Ubah posisi klien tiap 1-2 jam, bantu dalam latihan paru, ambulasi dan latihan

kaki

5. Resiko perubahan nutrisi b.d perubahan nafsu makan

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien mendapat nutrisi

yang seimbang.

Kriteria hasil: 1. Mengubah pola asupan yang benar

2. Mendapat diet nutrisi yang seimbang

3. Mempertahankan/mendapat kembali berat badan yang sesuai

4. Ikut serta dalam aktivitas yang mempermudah koping adaptif

Intervensi:

1. Kaji pengetahuan klien/keluarga mengenai kebutuhan makan

2. Usahakan/berikan bantuan dalam memilih menu

3. Berikan makanan kecil setiap jam sesuai kebutuhan

4. Hindari makanan yang terlalu panas

5. Identifikasi kebutuhan untuk membantu perencanaan pendidikan

6. Makan makanan kecil meningkatkan masukan yang sesuai

7. Makan panas mengakibatkan mulut terbakar atau menolak untuk makan.

Page 15: LP Gangguan Kognitif Fix

DAFTAR PUSTAKA

Kushariyadi.2010. Askep pada Klien Lanjut Usia. Jakarta: Salemba Medika.

Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Demensia. Jakarta: FKUI.

Nugroho,Wahjudi.1999. Keperawatan Gerontik.Edisi2.Buku Kedokteran. Jakarta: EGC.

Stanley,Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Edisi2. Jakarta: EGC.