lp bronkopneumonia fix

24
LAPORAN PENDAHULUAN “BRONKOPNEUMONIA” Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Pediatrik di R.Anggrek RSUD Ngudi Waluyo Wlingi OLEH: Anissa Karomatul Baroroh 105070201131017 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 1

Upload: akanissa

Post on 14-Apr-2016

21 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

m

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Bronkopneumonia Fix

LAPORAN PENDAHULUAN“BRONKOPNEUMONIA”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Pediatrik di R.Anggrek

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

OLEH:

Anissa Karomatul Baroroh 105070201131017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA

2015

1

Page 2: Lp Bronkopneumonia Fix

LAPORAN PENDAHULUANPADA PASIEN DENGAN BRONKHOPNEUMONIA

A. PENGERTIANBronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang

mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih

area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang

berdekatan di sekitarnya.

Bronkopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang

berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga

melibatkan bronchi.

Menurut Whaley & Wong, Bronkopneumonia adalah bronkiolus

terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang

terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga

pneumonia lobaris.

Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya

menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh

eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di

lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai

infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan

penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.

Kesimpulannya Bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang

disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan

sekitar alveoli.

B. ETIOLOGISecara umun individu yang terserang Bronkopneumonia

diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh

terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat

mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan

yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan

silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral

setempat.

Timbulnya Bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,

jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:

2

Page 3: Lp Bronkopneumonia Fix

1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae,

Klebsiella.

2. Virus : Legionella pneumoniae

3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam

paru-paru

5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.

Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi

pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora

normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis

cranii, Mycoplasma.

C. PATOFISIOLOGIBronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas

bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus

influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.

Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut

masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan

terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke

pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran

sebagai berikut:

1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu

dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara

kapiler dan alveoli.

2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam

saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat

usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang

beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.

3

Page 4: Lp Bronkopneumonia Fix

Saluran Pernafasan Atas

Kuman berlebih di bronkus

Proses peradangan

Akumulasi sekret di bronkus

Bersihan jalan nafas tidak

efektif

Mukus bronkus meningkat

Bau mulut tidak sedap

Anoreksia

Intake kurang

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Kuman terbawa di saluran pencernaan

Infeksi saluran pencernaan

Peningkatan flora normal dalam usus

Peningkatan peristaltik usus

Malabsorbrsi

Diare

Gangguan keseimbangan

cairan dan eletrolit

Infeksi Saluran Pernafasan Bawah

Dilatasi pembuluh darah

Eksudat plasma masuk alveoli

Gangguan difusi dalam plasma

Gangguan pertukaran gas

Peningkatan suhu

Septikimia

Peningkatan metabolisme

Evaporasi meningkat

Edema antara kaplier dan

alveoli

Iritasi PMN eritrosit pecah

Edema paru

Pengerasan dinding paru

Penurunan compliance paru

Suplai O2 menurun

Hipoksia

Metabolisme anaeraob meningkat

Akumulasi asam laktat

Fatigue

Intoleransi aktivitas

Hiperventilasi

Dispneu

Retraksi dada / nafas cuping hidung

Gangguan pola nafas

Bakteri Stafilokokus aureusBakteri Haemofilus influezae

Penderita sakit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi

sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS

4

Page 5: Lp Bronkopneumonia Fix

D. MANIFESTASI KLINISBronkopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di

saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,

penderita Bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas

seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung

kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul

sianosis. Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar

ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).

E. PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan

cara:

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan darah

Pada kasus Bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi

leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).

Pemeriksaan sputum

Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang

spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis

dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen

infeksius.

Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan

status asam basa.

Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia

Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk

mendeteksi antigen mikroba.

2. Pemeriksaan Radiologi

Rontgenogram Thoraks

Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada

infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali

dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.

Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas

tersumbat oleh benda padat.

F. PENATALAKSANAAN

5

Page 6: Lp Bronkopneumonia Fix

1) Klien diposisikan semifowler 450 untuk inspirasi maksimal.

2) Pemberian oksigen 1-2 Liter/mnt.

3) Infus D10% : NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10mEq/500ml cairan. Jumlah cairan

sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.

4) Pemberian Aminofillin yaitu bronkodilator untuk melebarkan bronkus

5) Pemberian Antibiotik Penisillin secara intramuskular 2x600.000 unit

sehari.

6) Penisillin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien

tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada

komplikasi lain.

7) Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam

8) Pengobatan simtomatis, Nebulezier, Fisioterapi dada.

9) Pemberian nutrisi yang adekuat.

G. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian

a) Identitas

Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena

bronkopnemonia dari pada orang yang lebih tua. Sosial ekonomi

yang rendah akan berpengaruh pemenuhuan nutrisi yang baik dan

kebersihan lingkungan tempat tinggal. Infeksi oleh mycoplasma

pneumonia merupakan penyebab terjadi pada anak-anak yang

berusia 5-12 tahun.

b) Keluhan utama

Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal,

pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut,

kadang disertai muntah dan diare.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran

pernafasan bagian atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak

yang menderita pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi

penyakit ini dengan sempurna.

6

Page 7: Lp Bronkopneumonia Fix

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan

kepada anggota keluarga yang lain.

f) Lingkungan

Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi

buruk (kurang cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi

rumah sekitar pabrik, atau pinggir jalan raya.Selain itu pnemonia

sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.

g) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan

Pengkonsumsi rokok, kasus yang tidak pernah dijemur, kasur

terbuat dari bahan kapuk.

h) Kebutuhan nutrisi dan cairan: pemenuhan nutrisi terganggu karena

adanya mual yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada

saluran nafas, mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan

menurun dimana anak malas minum, diare.

i) Hygiene perseorangan: penurunan hygiene perseorangan karena

anak demam sehingga tidak tidak dimandikan atau diseka karena

ibu takut anaknya kedinginan.

j) Aktivitas, istirahat dan bermain: Istirahat anak terganggu karena

adanya sesak nafas, batuk dan demam.

k) Eliminasi miksi dan defekasi: tidak ada permasalahan namun bila

sampai terjadi dehidrasi dan demam maka produksi urine akan

menurun.

l) Pemeriksaan fisik

TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 390C-400C,

tensi meningkat.

1) Kepala dan leher: bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat

muncul ubun ubun cekung, mata cowong, sclera:putih,

konjungtiva:merah muda, ada pernafasan cuping hidung,

sedikit serumen di hidung, mukosa bibir kering dan sianosis

disekitar mulut, kebersihan gigi, lidah biasanya terdapat bekas

susu, palatumnya sudah terbentuk, apabila radang biasanya

tonsil membesar, pada leher biasanya terdapat lipatan kulit,

ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid.

7

Page 8: Lp Bronkopneumonia Fix

2) Dada: penggunaan otot bantu nafas (sternum

cledomastoideus), dispneu, pernafasan cepat dan dangkal, Bila

sarang broncopneumoni menjadi satu (konfluens) mungkin

Perkusi terdengar keredupan dan suara nafas pada auskultasi

terdengar mengeras, retraksi dada sedang, batuk dengan atau

tanpa sputum dan terdengar ronki basah nyaring halus/

sedang/wheezing.

3) Perut: bising usus(+), pasien diare ada distensi abdomen dan

turgor kulit

4) Genetalia: bersih atau tidak pada daerah sekitar genetalia.

5) Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun,

kulit lembab karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral

hangat, CRT dapat > 2 detik, dan pergerakkan dari pasien.

J) Riwayat Tumbuh Kembang

1) Perkembangan biologis pada anak usia 3 tahun (toddler)

a) Perubahan proporsional (Pertumbuhan melambat selama

masa toddler)

Berat badan adalah 1,8 sampai 2,7 kg per tahun. Berat

rata-rata pada usia 2 tahun adalah 12 kg. berat badan

menjadi 4x berat lahir pada usia 2 ½ tahun.

Kecepatan penambahan tinggi badan juga melambat.

Penambahan tinggi yang biasa adalah 7,5 cm per

tahun dan terutama pada perpanjangan tungkai dan

bukan batang tubuh. Rata-rata anak usia 2 tahun

adalah 86,6 cm.

Kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat

pada akhir masa bayi, dan lingkar kepala biasanya

sama dengan lingkar dada pada usia 1 dan 2 tahun.

Total pertambahan lingkar kepala umumnya selama

tahun kedua adalah 2,5 cm. Fontanela anterior

menutup antara usia 12 hingga 18 bulan.

Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan melebihi

lingkar kepala pada masa toddler. Bentuknya juga

8

Page 9: Lp Bronkopneumonia Fix

berubah karena diameter transversal, atau lateral

melebihi diameter antero-posterior.

b) Perubahan sensoris

Ketajaman penglihatan 20/40 dianggap bisa diterima

selama masa toddler. Persepsi yang dalam terus-

menerus berkembang, tetapi karena anak belum

memiliki koordinasi motorik, bahaya yang masih terus

adalah jatuh.

Indra pendengaran, penciuman, pengecapan dan

perabaan menjadi semakin berkembang, saling

terkoordinasi satu sama lain, dan berhubungan dengan

pengalaman lain.

c) Maturasi system

Sebagian besar system fisiologis relative matur pada akhir

masa toddler. Volume saluran pernafasan dan

pertumbuhan struktur yang bersangkutan terus bertambah

selama masa kanak-kanak awal, mengurangi beberapa

factor yang membuat anak rentan mengalami infeksi

secara sering dan serius pada masa bayi. Struktur internal

telinga dan tenggorokan terus memendek dan lurus, dan

jaringan limfoid tonsil dan adenoid terus bertambah besar.

Akibatnya, sering terjadi otitis media, tonsillitis, dan infeksi

saluran nafas atas.

d) Perkembangan motorik kasar dan halus

Motorik kasar

Pada usia 12 dan 13 bulan toddler sudah apat

berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki melebar untuk

keseimbangan ekstra dan pada 18 bulan mereka

mencoba untuk berlari tetapi mudah jatuh.

Pada usia 2 tahun toddler dapat berjalan menaiki

dan menuruni tangga, dan pada usia 2½ tahun mereka

dapat melompat, menggunakan kedua kaki, berdiri pada

satu kaki selama satu atau dua detik, dan melakukan

9

Page 10: Lp Bronkopneumonia Fix

beberapa langkah dengan berjinjit. Pada akhir tahun

kedua mereka dapat berdiri dengan satu kaki, berjalan

jinjit, dan menaiki tangga dengan berganti-ganti kaki.

Motorik halus

Pada usia 12 bulan toddler mampu menggenggam

sebuah benda kecil tetapi tidak mampu melepaskan

sesuai keinginanya. Menangkap atau melempar benda

dan menangkapnya kembali menjadi aktivitas yang

obsesif pada usia sekitar 15 bulan. Pada usia 18 bulan

toddler dapat melempar bola dari tangan tanpa

kehilangan keseimbangan.

2) Perkembangan psikososial

Menurut Erikson, tugas perkembangan pada masa toddler

adalah menguasai sensasi autonomi sementara mengatasi

sensasi ragu dan malu.

3) Perkembangan kognitif

Tahap pra operasional

H. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah,

ganggguan pengiriman oksigen.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi

dalam alveoli.

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses

infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan

rasa sputum, distensi abdomen atau gas.

10

Page 11: Lp Bronkopneumonia Fix

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk

aktifitas sehari-hari.

I. FOKUS INTERVENSI1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi

trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum

Tujuan :

- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas

- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret

Hasil yang diharapkan :

- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/

jelas

- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas

Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.

Intervensi :

a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya:

mengi, krekels dan ronki.

Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat

dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas

adventisius

b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi

Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan

dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/

adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat

dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.

c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi

fowler

Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk

bernafas

d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir

Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan

mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara

e. Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memoerbaiki

keefektifan upaya batuk.

11

Page 12: Lp Bronkopneumonia Fix

Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling

efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah

setelah perkusi dada.

f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.

Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan

mempermudah pengeluaran.

2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran

alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,

gangguan pengiriman oksigen.

Tujuan :

- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam

rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.

Hasil yang diharapkan :

- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan

- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi

Intervensi :

a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan

Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat

keterlibatan paru dan status kesehatan umum

b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya

sianosis

Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh

terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.

c. Kaji status mental

Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat

menunjukkan hipoksemia.

d. Awsi frekuensi jantung/ irama

Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/

dehidrasi.

e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk

mengurangi demam dan menggigil

12

Page 13: Lp Bronkopneumonia Fix

Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan

metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu

oksigenasi seluler.

f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas

dalam, dan batuk efektif

Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,

meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki

ventilasi.

g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan

indikasi

Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.

3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi

dalam alveoli

Tujuan:

- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang

normal dan paru jelas/ bersih

Intervensi :

a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.

Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi

peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi,

ekspansi dada terbatas.

b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.

Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat

obstruksi kecil.

c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.

Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan

memudahkan pernafasan.

d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.

Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan

mengindikasikan adanya kelainan.

e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.

13

Page 14: Lp Bronkopneumonia Fix

Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.

f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.

Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.

g. Berikan humidifikasi tambahan

Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan

membantu pengenceran sekret untuk memudahkan

pembersihan.

h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage

Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan

drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.

4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.

Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit

Intervensi :

a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,,

hipotensi.

Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik

b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).

Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan

c. Catat lapporan mual/ muntah.

Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral

d. Pantau masukan dan haluaran urine.

Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume

cairan dan kebutuhan penggantian

e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.

Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam

dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.

Tujuan :

14

Page 15: Lp Bronkopneumonia Fix

- Menunjukkan peningkatan nafsu makan

- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan

Intervensi :

a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.

Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah

b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering

mungkin, bantu kebersihan mulut.

Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan

pasien dan dapat menurunkan mual

c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum

makan.

Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan

pengobatan ini

d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.

Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat,

distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara

dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran

gastro intestinal

e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering

atau makanan yang menarik untuk pasien.

Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun

nafsu makan mungkin lambat untuk kembali

f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.

Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,

rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya

responterhadap terapi

6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk

aktifitas hidup sehari-hari.

Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.

Intervensi :

a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.

Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan

memudahkan pilihan intervensi

15

Page 16: Lp Bronkopneumonia Fix

b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama

fase akut.

Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,

meningkatkan istirahat

c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan

perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.

Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan

kebutuhan metabolik

d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.

Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan

suplai dan kebutuhan oksigen

DAFTAR PUSTAKA

16

Page 17: Lp Bronkopneumonia Fix

Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk

Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC

Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC

Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan

Alumni Pendidikan Keperawatan

Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.

Jakarta :Balai Penerbit FKUI

Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis

Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC

Whaley dan Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta :

EGC.

17