lp bronkopneumonia fix
DESCRIPTION
mTRANSCRIPT
LAPORAN PENDAHULUAN“BRONKOPNEUMONIA”
Disusun untuk Memenuhi Tugas Laporan Individu Profesi Ners Departemen Pediatrik di R.Anggrek
RSUD Ngudi Waluyo Wlingi
OLEH:
Anissa Karomatul Baroroh 105070201131017
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS BRAWIJAYA
2015
1
LAPORAN PENDAHULUANPADA PASIEN DENGAN BRONKHOPNEUMONIA
A. PENGERTIANBronkopneumonia adalah salah satu jenis pneumonia yang
mempunyai pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih
area terlokalisasi di dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang
berdekatan di sekitarnya.
Bronkopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang
berbercak dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga
melibatkan bronchi.
Menurut Whaley & Wong, Bronkopneumonia adalah bronkiolus
terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga
pneumonia lobaris.
Bronkopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh
eksudat mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di
lobuli yang berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai
infeksi saluran pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan
penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh.
Kesimpulannya Bronkopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan
sekitar alveoli.
B. ETIOLOGISecara umun individu yang terserang Bronkopneumonia
diakibatkan oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virulensi organisme patogen. Orang yang normal dan sehat
mempunyai mekanisme pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan
yang terdiri atas : reflek glotis dan batuk, adanya lapisan mukus, gerakan
silia yang menggerakkan kuman keluar dari organ, dan sekresi humoral
setempat.
Timbulnya Bronkopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri,
jamur, protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia antara lain:
2
1. Bakteri : Streptococcus, Staphylococcus, H. Influenzae,
Klebsiella.
2. Virus : Legionella pneumoniae
3. Jamur : Aspergillus spesies, Candida albicans
4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam
paru-paru
5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi
pada pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora
normal yang terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis
cranii, Mycoplasma.
C. PATOFISIOLOGIBronkopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus
influenzae atau karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut
masukl ke saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan
terjadinya infeksi kuman di tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke
pembuluh darah dan menginfeksi saluran pernafasan dengan ganbaran
sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu
dilatasi pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara
kapiler dan alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran pencernaan dan menginfeksinya mengakibatkan terjadinya
peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat
usus mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang
beresiko terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
3
Saluran Pernafasan Atas
Kuman berlebih di bronkus
Proses peradangan
Akumulasi sekret di bronkus
Bersihan jalan nafas tidak
efektif
Mukus bronkus meningkat
Bau mulut tidak sedap
Anoreksia
Intake kurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan
Kuman terbawa di saluran pencernaan
Infeksi saluran pencernaan
Peningkatan flora normal dalam usus
Peningkatan peristaltik usus
Malabsorbrsi
Diare
Gangguan keseimbangan
cairan dan eletrolit
Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Dilatasi pembuluh darah
Eksudat plasma masuk alveoli
Gangguan difusi dalam plasma
Gangguan pertukaran gas
Peningkatan suhu
Septikimia
Peningkatan metabolisme
Evaporasi meningkat
Edema antara kaplier dan
alveoli
Iritasi PMN eritrosit pecah
Edema paru
Pengerasan dinding paru
Penurunan compliance paru
Suplai O2 menurun
Hipoksia
Metabolisme anaeraob meningkat
Akumulasi asam laktat
Fatigue
Intoleransi aktivitas
Hiperventilasi
Dispneu
Retraksi dada / nafas cuping hidung
Gangguan pola nafas
Bakteri Stafilokokus aureusBakteri Haemofilus influezae
Penderita sakit berat yang dirawat di RS Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh Kontaminasi peralatan RS
4
D. MANIFESTASI KLINISBronkopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di
saluran pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal,
penderita Bronkopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas
seperti menggigil, demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung
kemerahan, saat bernafas menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul
sianosis. Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar
ketika terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
E. PEMERIKSAAN PENUNJANGUntuk dapat menegakkan diagnosa keperawatan dapat digunakan
cara:
1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan darah
Pada kasus Bronkopneumonia oleh bakteri akan terjadi
leukositosis (meningkatnya jumlah neutrofil).
Pemeriksaan sputum
Bahan pemeriksaan yang terbaik diperoleh dari batuk yang
spontan dan dalam. Digunakan untuk pemeriksaan mikroskopis
dan untuk kultur serta tes sensitifitas untuk mendeteksi agen
infeksius.
Analisa gas darah untuk mengevaluasi status oksigenasi dan
status asam basa.
Kultur darah untuk mendeteksi bakteremia
Sampel darah, sputum, dan urin untuk tes imunologi untuk
mendeteksi antigen mikroba.
2. Pemeriksaan Radiologi
Rontgenogram Thoraks
Menunjukkan konsolidasi lobar yang seringkali dijumpai pada
infeksi pneumokokal atau klebsiella. Infiltrat multiple seringkali
dijumpai pada infeksi stafilokokus dan haemofilus.
Laringoskopi/ bronkoskopi untuk menentukan apakah jalan nafas
tersumbat oleh benda padat.
F. PENATALAKSANAAN
5
1) Klien diposisikan semifowler 450 untuk inspirasi maksimal.
2) Pemberian oksigen 1-2 Liter/mnt.
3) Infus D10% : NaCl 0,9% = 3:1, KCl 10mEq/500ml cairan. Jumlah cairan
sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
4) Pemberian Aminofillin yaitu bronkodilator untuk melebarkan bronkus
5) Pemberian Antibiotik Penisillin secara intramuskular 2x600.000 unit
sehari.
6) Penisillin diberikan selama sekurang-kurangnya seminggu sampai klien
tidak mengalami sesak napas lagi selama tiga hari dan tidak ada
komplikasi lain.
7) Pemberian antipiretik untuk menurunkan demam
8) Pengobatan simtomatis, Nebulezier, Fisioterapi dada.
9) Pemberian nutrisi yang adekuat.
G. ASUHAN KEPERAWATAN1. Pengkajian
a) Identitas
Anak yang berumur kurang dari 4 tahun lebih rentan terkena
bronkopnemonia dari pada orang yang lebih tua. Sosial ekonomi
yang rendah akan berpengaruh pemenuhuan nutrisi yang baik dan
kebersihan lingkungan tempat tinggal. Infeksi oleh mycoplasma
pneumonia merupakan penyebab terjadi pada anak-anak yang
berusia 5-12 tahun.
b) Keluhan utama
Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal,
pernafasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan mulut,
kadang disertai muntah dan diare.
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran
pernafasan bagian atas, suhu tubuh dapat naik sangat mendadak.
d) Riwayat Penyakit Dahulu
Anak pernah terserang infeksi saluran nafas bagian atas. Anak
yang menderita pnemonia berulang atau tidak dapat mengatasi
penyakit ini dengan sempurna.
6
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga mempunyai penyakit/riwayat ISPA dapat menularkan
kepada anggota keluarga yang lain.
f) Lingkungan
Anak sering terpapar rokok, lingkungan rumah dengan sanitasi
buruk (kurang cahaya matahari, daerah pemukiman kumuh). Lokasi
rumah sekitar pabrik, atau pinggir jalan raya.Selain itu pnemonia
sering terjadi pada musim hujan dan awal musim semi.
g) Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
Pengkonsumsi rokok, kasus yang tidak pernah dijemur, kasur
terbuat dari bahan kapuk.
h) Kebutuhan nutrisi dan cairan: pemenuhan nutrisi terganggu karena
adanya mual yang disebabkan adanya penumpukan sekret pada
saluran nafas, mual, muntah, penurunan berat badan, nafsu makan
menurun dimana anak malas minum, diare.
i) Hygiene perseorangan: penurunan hygiene perseorangan karena
anak demam sehingga tidak tidak dimandikan atau diseka karena
ibu takut anaknya kedinginan.
j) Aktivitas, istirahat dan bermain: Istirahat anak terganggu karena
adanya sesak nafas, batuk dan demam.
k) Eliminasi miksi dan defekasi: tidak ada permasalahan namun bila
sampai terjadi dehidrasi dan demam maka produksi urine akan
menurun.
l) Pemeriksaan fisik
TTV: nadi teraba cepat, RR meningkat, suhu meningkat 390C-400C,
tensi meningkat.
1) Kepala dan leher: bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat
muncul ubun ubun cekung, mata cowong, sclera:putih,
konjungtiva:merah muda, ada pernafasan cuping hidung,
sedikit serumen di hidung, mukosa bibir kering dan sianosis
disekitar mulut, kebersihan gigi, lidah biasanya terdapat bekas
susu, palatumnya sudah terbentuk, apabila radang biasanya
tonsil membesar, pada leher biasanya terdapat lipatan kulit,
ada/tidak pembesaran kelenjar tiroid.
7
2) Dada: penggunaan otot bantu nafas (sternum
cledomastoideus), dispneu, pernafasan cepat dan dangkal, Bila
sarang broncopneumoni menjadi satu (konfluens) mungkin
Perkusi terdengar keredupan dan suara nafas pada auskultasi
terdengar mengeras, retraksi dada sedang, batuk dengan atau
tanpa sputum dan terdengar ronki basah nyaring halus/
sedang/wheezing.
3) Perut: bising usus(+), pasien diare ada distensi abdomen dan
turgor kulit
4) Genetalia: bersih atau tidak pada daerah sekitar genetalia.
5) Ektremitas/Integumen: fisik lemah karena tonus otot menurun,
kulit lembab karena sesak, turgor kulit mungkin menurun, akral
hangat, CRT dapat > 2 detik, dan pergerakkan dari pasien.
J) Riwayat Tumbuh Kembang
1) Perkembangan biologis pada anak usia 3 tahun (toddler)
a) Perubahan proporsional (Pertumbuhan melambat selama
masa toddler)
Berat badan adalah 1,8 sampai 2,7 kg per tahun. Berat
rata-rata pada usia 2 tahun adalah 12 kg. berat badan
menjadi 4x berat lahir pada usia 2 ½ tahun.
Kecepatan penambahan tinggi badan juga melambat.
Penambahan tinggi yang biasa adalah 7,5 cm per
tahun dan terutama pada perpanjangan tungkai dan
bukan batang tubuh. Rata-rata anak usia 2 tahun
adalah 86,6 cm.
Kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat
pada akhir masa bayi, dan lingkar kepala biasanya
sama dengan lingkar dada pada usia 1 dan 2 tahun.
Total pertambahan lingkar kepala umumnya selama
tahun kedua adalah 2,5 cm. Fontanela anterior
menutup antara usia 12 hingga 18 bulan.
Lingkar dada terus meningkat ukurannya dan melebihi
lingkar kepala pada masa toddler. Bentuknya juga
8
berubah karena diameter transversal, atau lateral
melebihi diameter antero-posterior.
b) Perubahan sensoris
Ketajaman penglihatan 20/40 dianggap bisa diterima
selama masa toddler. Persepsi yang dalam terus-
menerus berkembang, tetapi karena anak belum
memiliki koordinasi motorik, bahaya yang masih terus
adalah jatuh.
Indra pendengaran, penciuman, pengecapan dan
perabaan menjadi semakin berkembang, saling
terkoordinasi satu sama lain, dan berhubungan dengan
pengalaman lain.
c) Maturasi system
Sebagian besar system fisiologis relative matur pada akhir
masa toddler. Volume saluran pernafasan dan
pertumbuhan struktur yang bersangkutan terus bertambah
selama masa kanak-kanak awal, mengurangi beberapa
factor yang membuat anak rentan mengalami infeksi
secara sering dan serius pada masa bayi. Struktur internal
telinga dan tenggorokan terus memendek dan lurus, dan
jaringan limfoid tonsil dan adenoid terus bertambah besar.
Akibatnya, sering terjadi otitis media, tonsillitis, dan infeksi
saluran nafas atas.
d) Perkembangan motorik kasar dan halus
Motorik kasar
Pada usia 12 dan 13 bulan toddler sudah apat
berjalan sendiri dengan jarak kedua kaki melebar untuk
keseimbangan ekstra dan pada 18 bulan mereka
mencoba untuk berlari tetapi mudah jatuh.
Pada usia 2 tahun toddler dapat berjalan menaiki
dan menuruni tangga, dan pada usia 2½ tahun mereka
dapat melompat, menggunakan kedua kaki, berdiri pada
satu kaki selama satu atau dua detik, dan melakukan
9
beberapa langkah dengan berjinjit. Pada akhir tahun
kedua mereka dapat berdiri dengan satu kaki, berjalan
jinjit, dan menaiki tangga dengan berganti-ganti kaki.
Motorik halus
Pada usia 12 bulan toddler mampu menggenggam
sebuah benda kecil tetapi tidak mampu melepaskan
sesuai keinginanya. Menangkap atau melempar benda
dan menangkapnya kembali menjadi aktivitas yang
obsesif pada usia sekitar 15 bulan. Pada usia 18 bulan
toddler dapat melempar bola dari tangan tanpa
kehilangan keseimbangan.
2) Perkembangan psikososial
Menurut Erikson, tugas perkembangan pada masa toddler
adalah menguasai sensasi autonomi sementara mengatasi
sensasi ragu dan malu.
3) Perkembangan kognitif
Tahap pra operasional
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa aksigen darah,
ganggguan pengiriman oksigen.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilangan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam dan proses
infeksi, anoreksia yang berhubungan dengan toksin bakteri bau dan
rasa sputum, distensi abdomen atau gas.
10
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas sehari-hari.
I. FOKUS INTERVENSI1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan inflamasi
trakeobronkial, pembentukan edema, peningkatan produksi sputum
Tujuan :
- Jalan nafas efektif dengan bunyi nafas bersih dan jelas
- Pasien dapat melakukan batuk efektif untuk mengeluarkan sekret
Hasil yang diharapkan :
- Mempertahankan jalan nafas paten dengan bunyi nafas bersih/
jelas
- Menunjukkan perilaku untuk memperbaiki bersihan jalan nafas
Misalnya: batuk efektif dan mengeluarkan sekret.
Intervensi :
a. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas. Misalnya:
mengi, krekels dan ronki.
Rasional: Bersihan jalan nafas yang tidak efektif dapat
dimanifestasikan dengan adanya bunyi nafas
adventisius
b. Kaji/ pantau frekuensi pernafasan, catat rasio inspirasi/ ekspirasi
Rasional: Takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan
dapat ditemukan pada penerimaan atau selama stres/
adanya proses infeksi akut. Pernafasan dapat melambat
dan frekuensi ekspirasi memanjang dibanding inspirasi.
c. Berikan posisi yang nyaman buat pasien, misalnya posisi semi
fowler
Rasional: Posisi semi fowler akan mempermudah pasien untuk
bernafas
d. Dorong/ bantu latihan nafas abdomen atau bibir
Rasional: Memberikan pasien beberapa cara untuk mengatasi dan
mengontrol dipsnea dan menurunkan jebakan udara
e. Observasi karakteristik batuk, bantu tindakan untuk memoerbaiki
keefektifan upaya batuk.
11
Rasional: Batuk dapat menetap, tetapi tidak efektif. Batuk paling
efektif pada posisi duduk tinggi atau kepala di bawah
setelah perkusi dada.
f. Berikan air hangat sesuai toleransi jantung.
Rasional: Hidrasi menurunkan kekentalan sekret dan
mempermudah pengeluaran.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran
alveolus kapiler, gangguan kapasitas pembawa oksigen darah,
gangguan pengiriman oksigen.
Tujuan :
- Perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan dengan GDA dalam
rentang normal dan tidak ada distres pernafasan.
Hasil yang diharapkan :
- Menunjukkan adanya perbaikan ventilasi dan oksigenasi jaringan
- Berpartisispasi pada tindakan untuk memaksimalkan oksigenasi
Intervensi :
a. kaji frekuensi, kedalaman, dan kemudahan pernafasan
Rasional :Manifestasi distres pernafasan tergantung pada derajat
keterlibatan paru dan status kesehatan umum
b. Observasi warna kulit, membran mukosa dan kuku. Catat adanya
sianosis
Rasional :Sianosis menunjukkan vasokontriksi atau respon tubuh
terhadap demam/ menggigil dan terjadi hipoksemia.
c. Kaji status mental
Rasional :Gelisah, mudah terangsang, bingung dapat
menunjukkan hipoksemia.
d. Awsi frekuensi jantung/ irama
Rasional :Takikardi biasanya ada karena akibat adanya demam/
dehidrasi.
e. Awasi suhu tubuh. Bantu tindakan kenyamanan untuk
mengurangi demam dan menggigil
12
Rasional :Demam tinggi sangat meningkatkan kebutuhan
metabolik dan kebutuhan oksigen dan mengganggu
oksigenasi seluler.
f. Tinggikan kepala dan dorong sering mengubah posisi, nafas
dalam, dan batuk efektif
Rasional :Tindakan ini meningkatkan inspirasi maksimal,
meningkatkan pengeluaran sekret untuk memperbaiaki
ventilasi.
g. Kolaborasi pemberian oksigen dengan benar sesuai dengan
indikasi
Rasional :Mempertahankan PaO2 di atas 60 mmHg.
3. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan proses inflamasi
dalam alveoli
Tujuan:
- Pola nafas efektif dengan frekuensi dan kedalaman dalam rentang
normal dan paru jelas/ bersih
Intervensi :
a. Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan dan ekspansi dada.
Rasional :Kecepatan biasanya meningkat, dispnea, dan terjadi
peningkatan kerja nafas, kedalaman bervariasi,
ekspansi dada terbatas.
b. Auskultasi bunyi nafas dan catat adanya bunyi nafas adventisius.
Rasional :Bunyi nafas menurun/ tidak ada bila jalan nafas terdapat
obstruksi kecil.
c. Tinggikan kepala dan bentu mengubah posisi.
Rasional :Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan
memudahkan pernafasan.
d. Observasi pola batuk dan karakter sekret.
Rasional :Batuk biasanya mengeluarkan sputum dan
mengindikasikan adanya kelainan.
e. Bantu pasien untuk nafas dalam dan latihan batuk efektif.
13
Rasional :Dapat meningkatkan pengeluaran sputum.
f. Kolaborasi pemberian oksigen tambahan.
Rasional :Memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas.
g. Berikan humidifikasi tambahan
Rasional :Memberikan kelembaban pada membran mukosa dan
membantu pengenceran sekret untuk memudahkan
pembersihan.
h. Bantu fisioterapi dada, postural drainage
Rasional :Memudahkan upaya pernafasan dan meningkatkan
drainage sekret dari segmen paru ke dalam bronkus.
4. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan
kehilngan cairan berlebih, penurunan masukan oral.
Tujuan : Menunjukkan keseimbangan cairan dan elektrolit
Intervensi :
a. Kaji perubahan tanda vital, contoh :peningkatan suhu, takikardi,,
hipotensi.
Rasional :Untuk menunjukkan adnya kekurangan cairan sisitemik
b. Kaji turgor kulit, kelembaban membran mukosa (bibir, lidah).
Rasional :Indikator langsung keadekuatan masukan cairan
c. Catat lapporan mual/ muntah.
Rasional :Adanya gejala ini menurunkan masukan oral
d. Pantau masukan dan haluaran urine.
Rasional :Memberikan informasi tentang keadekuatan volume
cairan dan kebutuhan penggantian
e. Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi.
Rasional :Memperbaiki ststus kesehatan
5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan peningkatan kebutuhan metabolik sekunder terhadap demam
dan proses infeksi, anoreksia, distensi abdomen.
Tujuan :
14
- Menunjukkan peningkatan nafsu makan
- Mempertahankan/ meningkatkan berat badan
Intervensi :
a. Identifikasi faktor yang menimbulkan mual/ muntah.
Rasional :Pilihan intervensi tergantung pada penyebab masalah
b. Berikan wadah tertutup untuk sputum dan buang sesering
mungkin, bantu kebersihan mulut.
Rasional :Menghilangkan bahaya, rasa, bau,dari lingkungan
pasien dan dapat menurunkan mual
c. Jadwalkan pengobatan pernafasan sedikitnya 1 jam sebelum
makan.
Rasional :Menurunkan efek mual yang berhubungan dengan
pengobatan ini
d. Auskultasi bunyi usus, observasi/ palpasi distensi abdomen.
Rasional :Bunyi usus mungkin menurun bila proses infeksi berat,
distensi abdomen terjadi sebagai akibat menelan udara
dan menunjukkan pengaruh toksin bakteri pada saluran
gastro intestinal
e. Berikan makan porsi kecil dan sering termasuk makanan kering
atau makanan yang menarik untuk pasien.
Rasional :Tindakan ini dapat meningkatkan masukan meskipun
nafsu makan mungkin lambat untuk kembali
f. Evaluasi status nutrisi umum, ukur berat badan dasar.
Rasional :Adanya kondisi kronis dapat menimbulkan malnutrisi,
rendahnya tahanan terhadap infeksi, atau lambatnya
responterhadap terapi
6. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan insufisiensi oksigen untuk
aktifitas hidup sehari-hari.
Tujuan : Peningkatan toleransi terhadap aktifitas.
Intervensi :
a. Evakuasi respon pasien terhadap aktivitas.
Rasional :Menetapkan kemampuan/ kebutuhan pasien dan
memudahkan pilihan intervensi
15
b. Berikan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung selama
fase akut.
Rasional :Menurunkan stres dan rangsangan berlebihan,
meningkatkan istirahat
c. Jelaskan pentingnya istitahat dalam rencana pengobatan dan
perlunya keseimbamgan aktivitas dan istirahat.
Rasional :Tirah baring dipertahankan untuk menurunkan
kebutuhan metabolik
d. Bantu aktivitas perawatan diri yang diperlukan.
Rasional :Meminimalkan kelelahan dan membantu keseimbangan
suplai dan kebutuhan oksigen
DAFTAR PUSTAKA
16
Doenges, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan :Pedoman Untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Nettina, Sandra M. (1996). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta :EGC
Long, B. C.(1996). Perawatan Madikal Bedah. Jilid 2. Bandung :Yayasan Ikatan
Alumni Pendidikan Keperawatan
Soeparma, Sarwono Waspadji. (1991). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II.
Jakarta :Balai Penerbit FKUI
Sylvia A. Price, Lorraine Mc Carty Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Klinis
Proses-Proses Penyakit. Jakarta :EGC
Whaley dan Wong, (2000). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik, edisi 2, Jakarta :
EGC.
17