lp kpd vk fix

25
KEPERAWATAN MATERNITAS PROGRAM PROFESI NERS Asuhan Keperawatan di VK Kebidanan pada Ny. R dengan G 1 P 0 A 0 + KPD 4 Jam Instalasi Kebidanan dan Penyakit Kandungan Rumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang Oleh : HERLINDA OCTAVERA, S.Kep 04064891315017 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN LAPORAN PENDAHULUAN Telah disetujui/ diterima Pembimbing Hari / tanggal :

Upload: linda-pitria-pebriana

Post on 26-Dec-2015

29 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: lp KPD  VK FIX

KEPERAWATAN MATERNITAS PROGRAM PROFESI NERS

Asuhan Keperawatan di VK Kebidanan pada Ny. R dengan G1P0A0 + KPD 4 Jam

Instalasi Kebidanan dan Penyakit KandunganRumah Sakit Mohammad Hoesin Palembang

Oleh :HERLINDA OCTAVERA, S.Kep

04064891315017

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATANFAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS SRIWIJAYA

2014

LAPORAN PENDAHULUAN

Telah disetujui/ diterima PembimbingHari / tanggal :Tanda tangan :

Page 2: lp KPD  VK FIX

KETUBAN PECAH DINI (KPD)

A. Pengertian

1. Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum inpartum yaitu

bila pembukan pada prmi kurang dari 3 cm dan pada multi para kurang

dari 5 cm (mochtar,1998)

2. Ketuban pecah dini adalah pecanya selaput ketuban sebelum ada tanda-

tanda persalian (Manjoer.arif,1999)

3. Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan dari vagina setelah kehamilan

berusia 22mminggu, pecak kertuban terjadi pada kehammian preterem

sebelum kehamilan 37 minggu maupun kehamilan aterem.

(sarwono,2002)

4. Ketuban pecah dini adalah ketuban pecah sppontan dan tidak diikuti

tanda-tanda persalinan (1-10,15), ada teori yang menghitung beberapa

jam (9,11,12) atau 6 jam sebelum inpartum.(manuaba,2001)

Kesimpulan dari beberapa pengertia diatas ketuban pecah dini adalah

pecahnya selaput ketuban sebelum terdapat tanda-tanda proses persalinan

berlangsung dan ditunggu 1 jam sebelum terjadi inpartum.

B. Penyebab

Ketuban pecah dini disebabkan oleh karena berkurangnya kekuatan

membran atau meningkatnya tekanan intrauterin atau oleh kedua faktor

tersebut. Berkurangnya kekuatan membran disebabkan oleh adanya infeksi

yang dapat berasal dari vagina dan serviks. Selain itu ketuban pecah dini

merupakan masalah kontroversi obstetri. Penyebab lainnya adalah sebagai

berikut :

LAPORAN PENDAHULUANKEPERAWATAN MATERNITAS

PROGRAM PROFESI NERS PSIK FK UNSRI

Page 3: lp KPD  VK FIX

1. Inkompetensi serviks (leher rahim)

Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-

otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah,

sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak

mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Adalah serviks

dengan suatu kelainan anatomi yang nyata, disebabkanlaserasi

sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan

congenital pada serviks yang memungkinkan terjadinya dilatasi

berlebihantanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan

trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan

penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi

(Manuaba, 2002).

2. Peninggian tekanan inta uterin

Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara

berlebihandapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misalnya :

a. Trauma : Hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis

b. Gemelli :

Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada

kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga

menimbulkan adanya ketegangan rahim secara berlebihan. Hal ini

terjadi karena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan

kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah

tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban

tipis dan mudah pecah. (Saifudin. 2002)

c. Makrosomia

Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan

dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat

atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin

bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan

selaput ketuban menjadi teregang,tipis, dan kekuatan membrane

menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah.

(Winkjosastro, 2006)

Page 4: lp KPD  VK FIX

d. Hidramnion

Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion

>2000mL. Uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang

sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan

amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume

tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi

nyata dalam waktu beberapa hari saja

3. Kelainan letak janin dan rahim : letak sungsang, letak lintang.

4. Kemungkinan kesempitan panggul : bagian terendah belum masuk PAP

(sepalo pelvic disproporsi).

5. Korioamnionitis

Adalah infeksi selaput ketuban. Biasanya disebabkan oleh

penyebaranorganism vagina ke atas. Dua factor predisposisi terpenting

adalah pecahnyaselaput ketuban > 24 jam dan persalinan lama.

6. Penyakit Infeksi

Adalah penyakit yang disebabkan oleh sejumlah mikroorganisme

yangmeyebabkan infeksi selaput ketuban. Infeksi yang terjadi

menyebabkanterjadinya proses biomekanik pada selaput ketuban dalam

bentuk proteolitik sehingga memudahkan ketuban pecah.

7. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan

genetik)

8. Riwayat KPD sebelumya

9. Kelainan atau kerusakan selaput ketuban

10. Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23

minggu

C. Patofisiologi

Penyebab dari ketuban pecah dini belum diketahui. Tetapi

kemungkinan penyebab yaitu infeksi pada vagina seperti oleh gonorrhoe dan

streptococcus yang menyebabkan teinfeksinya selaput amnion sehingga

memudahkan selaput tersebut untuk pacah secara dini. Chorioamnionitis

merupakan infeksi selaput ketuban yang juga akan merusak selaput amnion

Page 5: lp KPD  VK FIX

sehinga bisa pula pecah. Penyebab selanjutnya adalah peningkatan tekana

intracterine seperti pada kehamilan kembar dan polihidromnion,

menyebabkan terjadinya intrumnion meningkat akhirnya selaput amnion

pecah. Trauma pada amniosintesis menyebabkan cairan ketuban bisa pecah.

demikian juga halnya dengan hipermotilitas uterus dimana kontraksi otot

uterus rahim menjadi meningkat yang menekan selaput amnion.

Semua hal diatas dapat menyebabkan ketuban pecah dini. Pada ibu

dengan ketuban pecah dini tetapi his (-) sehinga pembukaan akan terganggu

dan terhambat sementara janin mudah kekeringan karena pecahnya selaput

amnion tersebut, maka Janin harus segera untuk dilahirkan atau pengakhiran

kehamilan harus segera dilakukan. Tindakan yang dilakukan adalah

menginduksi dengan oksitosin, jika gagal lakukan persalinan dengan caecar.

Akibat ketuban pecah dini pada janin yang preterm yaitu melahirkan

janin yang premature dimana paru janin belumlah matur, akibatnya produksi

surfaktan berkurang, paru tidak mengembang sehingga beresiko terhadap

RDS ( Rapirasi distiess syndrome ). Ditandai dengan apgar score yang

abnormal, aspixia, dan tachipnoe yang menyebabkan kerusakan pertukaran

gas pada janin.

Pada ibu dengan ketuban pecah dini dan hisnya adal (+) persalinan

dapat segera dilakukan. Apabila adanya pemeriksaan dalam yang terlalu

sering dapat beresiko terhadap infeksi. Ketuban yang telah pecah dapat

menyebabkan persalinan menjadi terganggu karena tidak ada untuk pelicin

Jalan lahir. Sehingga persalinan menjadi kering ( dry labor). Akibatnya terjadi

persalinan yang lama.

Akibat persalinan yang lama terjadi pula penekanan yang lama pada

janin dijalan lahir, dan jika terjadi fetal distress mengakibatkan untuk

melakukan persalinan atau ekstraksi vacum dan cuna, atau terjadi asphyxia

akibat penekanan yang lama pada jalan lahir inipun mengakibatkan iskhcmia

pada jalan lahir dan akhirnya terjadi nekrosis jaringan. Hal ini beresiko

terhadap cidera pada ibu dan janin, dan juga beresiko tinggi terhadap infeksi

Page 6: lp KPD  VK FIX

D. Tanda dan Gejala

Menurut Mansjoer ( 2000) Achadiat (2004)manifestasi ketuban pecah

dini adalah:

1. Keluar air ketuban warna keruh. Jernih,kuning, hijau, atau kecoklatan

sedikit-sedikit atau sekaligus banhyak

2. Dapat disertai demam bila sudah terjadi infeksi

3. Lanin mudah diraba

4. Pada pemeriksaan dalam selaput ketuban sudah tiadak ada, air ketuban

sidah kering

5. Inspekulo: tampak air ketuban mengalir atau selaput keruban tidak ada

dan air ketuban sudah kering

6. Usia kehamilan vible (>20 minggu)

7. Buyi jantung bisa tetap normal

E. Pemeriksaan Klinis

Menegakkan diagnosa KPD secara tepat sangat penting. Karena

diagnosa yang positif palsu berarti melakukan intervensi seperti melahirkan

bayi terlalu awal atau melakukan seksio yang sebetulnya tidak ada

indikasinya. Sebaliknya diagnosa yang negatif palsu berarti akan membiarkan

ibu dan janin mempunyai resiko infeksi yang akan mengancam kehidupan

janin, ibu atau keduanya. Oleh karena itu diperlukan diagnosa yang cepat dan

tepat. Diagnosa KPD ditegakkan dengan cara :

1) Anamnesa

Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan yang

banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan perlu juga

diperhatikan warna, keluarnya cairan tersebut his belum teratur atau

belum ada, dan belum ada pengeluaran lendir darah.

2) Inspeksi

Pengamatan dengan mata biasa akan tampak keluarnya cairan dari

vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air ketuban masih banyak,

pemeriksaan ini akan lebih jelas.

Page 7: lp KPD  VK FIX

3) Pemeriksaan dengan spekulum.

pemeriksaan dengan spekulum pada KPD akan tampak keluar cairan dari

orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak keluar, fundus

uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau megadakan

manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak

keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik anterior.

4) Pemeriksaan dalam

Didapat cairan di dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi.

Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan tocher perlu

dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam

persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu

pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah

rahim dengan flora vagina yang normal. Mikroorganisme tersebut bisa

dengan cepat menjadi patogen. Pemeriksaan dalam vagina hanya

dilakukan kalau KPD yang sudah dalam persalinan atau yang dilakukan

induksi persalinan dan dibatasi sedikit mungkin.

F. Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboraturium

Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, konsentrasi, bau

dan pH nya. Cairan yang keluar dari vagina ini kecuali air ketuban

mungkin juga urine atau sekret vagina. Sekret vagina ibu hamil pH : 4-5,

dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap kuning.

a. Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika krtas lakmus merah berubah menjadi

biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air ketuban 7 7,5,

darah dan infeksi vagina dapat mengahasilkan tes yang positif palsu.

b. Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas

objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan

gambaran daun pakis.

c. Pemeriksaan leukosit darah : > 15.000/PL bila terjadi infeksi

Page 8: lp KPD  VK FIX

2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)

Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam

kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.

Namun sering terjadi kesalahan pada penderita oligohidromnion.

Walaupun pendekatan diagnosis KPD cukup banyak macam dan caranya,

namun pada umumnya KPD sudah bisa terdiagnosis dengan anamnesa

dan pemeriksaan sederhana.

3. Amniosintesis

Cairan amnion dapat dikirim ke laboratorium untuk evaluasi kematangan

paru janin.

4. Pemantauan janin

Membantu dalam mengevaluasi janin

5. Protein C-reaktif

Peningkatan protein C-reaktif serum menunjukkan peringatan

korioamnionitis

G. Penatalaksanaan

a. Konservatif

1. Rawat di rumah sakit

2. Jika ada perdarahan pervaginam dengan nyeri perut, pikirkan

solusioplasenta

3. Jika ada tanda-tanda infeksi (demam dan cairan vagina berbau),

berikanantibiotika sama halnya jika terjadi amnionitosis

4. Jika tidak ada infeksi dan kehamilan < 37 minggu:

5. Berikan antibiotika untuk mengurangi morbiditas ibu dan janin

6. Ampisilin 4x 500mg selama 7 hari ditambah eritromisin 250mg per

oral 3x perhari selama 7 hari.

7. Jika usia kehamilan 32 - 37 mg, belum inpartu, tidak ada infeksi,

beridexametason, dosisnya IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 x,

observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin.

Page 9: lp KPD  VK FIX

8. Jika usia kehamilan sudah 32 - 37 mg dan sudah inpartu, tidak ada

infeksi maka berikan tokolitik ,dexametason, dan induksi setelah 24

jam.

b. Aktif

1. Kehamilan lebih dari 37 mg, induksi dengan oksitosin

2. Bila gagal Seksio Caesaria dapat pula diberikan misoprostol 25

mikrogram – 50 mikrogram intravaginal tiap 6 jam max 4 x.

3. Bila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi dan

persalinan diakhiri.

Indikasi melakukan induksi pada ketuban pecah dini adalah sebagai

berikut :

1) Pertiimbangan waktu dan berat janin dalam rahim. Pertimbangan

waktuapakah 6, 12, atau 24 jam. Berat janin sebaiknya lebih dari

2000 gram.

2) Terdapat tanda infeksi intra uteri. Suhu meningkat lebih dari 38°c,

dengan pengukuran per rektal. Terdapat tanda infeksi melalui hasil

pemeriksaanlaboratorium dan pemeriksaan kultur air ketuban

c. Penatalaksanaan lanjutan

1. Kaji suhu dan denyut nadi setiap 2 jam. Kenaikan suhu sering kali

didahului kondisi ibu yang menggigil.

2. Lakukan pemantauan DJJ. Pemeriksaan DJJ setiap jam sebelum

persalinan adalah tindakan yang adekuat sepanjang DJJ dalam batas

normal. Pemantauan DJJ ketat dengan alat pemantau janin

elektronik secara kontinu dilakukan selama induksi oksitosin untuk

melihat tanda gawat janin akibat kompresi tali pusat atau induksi.

Takikardia dapat mengindikasikan infeksiuteri.

3. Hindari pemeriksaan dalam yang tidak perlu.

4. Ketika melakukan pemeriksaan dalam yang benar-benar diperlukan,

perhatikan juga hal-hal berikut:

a. Apakah dinding vagina teraba lebih hangat dari biasa

b. Bau rabas atau cairan di sarung tanagn anda

c. Warna rabas atau cairan di sarung tangan

Page 10: lp KPD  VK FIX

5. Beri perhatian lebih seksama terhadap hidrasi agar dapat diperoleh

gambaranjelas dari setiap infeksi yang timbul. Seringkali terjadi

peningkatan suhu tubuhakibat dehidrasi.

H. Komplikasi

1. Tali pusat menumbung

2. Prematuritas, persalinan preterm, jika terjadi pada usia kehamilan

preterm.

3. Oligohidramnion, bahkan sering partus kering (dry labor) karena air

ketuban habis.

4. Infeksi maternal : infeksi intra partum (korioamnionitis) ascendens dari

vagina ke intrauterine, korioamnionitis (demam >380C, takikardi,

leukositosis, nyeri uterus, cairan vagina berbau busuk atau bernanah, DJJ

meningkat), endometritis

5. Penekanan tali pusat (prolapsus) : gawat janin kematian janin akibat

hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang),

trauma pada waktu lahir dan Premature.

6. Komplikasi infeksi intrapartum

a. Komplikasi ibu : endometritis, penurunan aktifitas miometrium

(distonia, atonia), sepsis CEPAT (karena daerah uterus dan intramnion

memiliki vaskularisasi sangat banyak), dapat terjadi syok septik sampai

kematian ibu.

b. Komplikasi janin : asfiksia janin, sepsis perinatal sampai kematian

janin.

Page 11: lp KPD  VK FIX

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

1. Identitas ibu

2. Riwayat penyakit

a. Riwayat kesehatan sekarang : ibu datang dengan pecahnya ketuban

sebelum usia kehamilan mencapai 37 minggu dengan atau tanpa

komplikasi

b. Riwayat kesehatan terdahulu

Adanya trauma sebelumnya akibat efek pemeriksaan amnion.

Sintesis, pemeriksaan pelvis, dan hubungan seksual

Kehamilan ganda, polihidramnion

Infeksi vagina/serviks oleh kuman streptokokus.

Selaput amnion yang lemah/tipis.

Posisi fetus tidak normal.

Kelainan pada otot serviks atau genital seperti panjang serviks yang

pendek.

Multiparitas dan peningkatan usia ibu serta defisiensi nutrisi.

c. Riwayat kesehatan keluarga : ada tidaknya keluhan ibu yang lain yang

pernah hamil kembar/turunan kembar.

3. Pemeriksaan fisik

a. Kepala dan leher.

- Mata perlu diperiksa dibagian sclera, konjungtiva.

- Hidung : ada/tidaknya pembengkakan konka nasalis. Ada/tidaknya

hipersekresi mukosa

- Mulut : gigi karies/tidak, mukosa mulut kering, dan warna mukosa

gigi.

- Leher berupa pemeriksaan JVP, KGB, dan tiroid.

b. Dada

Thorak

Page 12: lp KPD  VK FIX

- Inspeksi kesimetrisan dada, jenis pernafasan thorak abdominal, dan

tidak ada retraksi dinding dada. Frekuensi pernafasan normal 16-24

x/menit. Iktus kordis terlihat/tidak

- Palpasi : payudara tidak ada pembengkakan.

- Auskultasi : terdengar BJ I dan II di IC kiri/kanan. Bunyi nafas norma

vesikuler

Abdomen

- Inspeksi : ada/tidaknya bekas operasi, striae, linea.

- Palpasi : TFU, kontraksi ada/tidak, posisi, kandung kemih

penuh/tidak.

- Auskultasi : DJJ ada/tidak

c. Genitalia

- Inspeksi: keberhasilan, ada/tidaknya tanda-tanda REEDA (Red,

Edema, Discharge, Approximately), pengeluaran dari ketuban

(jumlah, warna, bau), dan lender merah muda kecoklatan.

- Palpasi: pembukaan serviks (0-4).

- Ekstremitas: edema, varises ada/tidak.

4. Pemeriksaan Diagnostik

a. Hitung darah lengkap untuk menentukan adanya anemia, infeksi.

b. Golongan darah dan factor Rh.

c. Rasio lesitin terhadap spingomielin (rasio US): menentukan maturitas

janin.

d. Tes verning dan kertas nitrazine: memastikan pecah ketuban.

e. Ultasonografi: menentukan usia gestasi, ukuran janin, gerakan jantung

janin, dan lokasi plasenta.

f. Pelvimetri: identifikasi posisi janin

2. Diagnosa Keperawatan

1. Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif,

pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.

2. Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya

penyakit.

Page 13: lp KPD  VK FIX

3. Gangguan rasa nyaman b.d nyeri, peningkatan HIS

4. Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri

sendiri/janin.

5. Nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim

6. Intoleransi aktifitas b.d. hipersensitifitas otot.

(Dangoes:2000)

Page 14: lp KPD  VK FIX

3. Rencana Intervensi

No Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional

1 Resiko tinggi infeksi maternal berhubungan dengan prosedur invasif, pemeriksaan vagina berulang, dan rupture membrane amniotic.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan infeksi maternal tidak terjadi

Kriteria hasil :

Ibu menyatakan/menunjukan bebas dari tanda-tanda infeksi.

1. Lakukan pemeriksaan vaginal awal, ulangi bila pola kontraksi atau perilaku ibu menandakan kemajuan.

2. Pantau suhu, nadi, pernapasan, dan sel darah putih sesuai indikasi.

3. Berikan antibiotic profilaktik bila dindikasikan.

1. Pengulangan pemeriksaan vagina berperan dalam insiden infeksi saluran asendens.

2. Dalam 4 jam setelah membrane rupture, insiden korioamnionitis meningkat secara progresif sesuai dengan waktu yang ditunjukkan melalui TTV.

3. Antibiotic dapat melindungi perkembangan korioamnionitis pada ibu beresiko.

2 Kerusakan pertukaran gas pada janin berhubungan dengan adanya penyakit.

Tujuan:

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan pertukaran gas pada janin kembali normal.

Kriteria hasil:

a. - Klien menunjukkan DJJ

1. Pantau DJJ setiap 15-30 menit.

2. Periksa DJJ dengan segera bila terjadi pecah ketuban dan periksa 15 menit kemudian, observasi perineum ibu untuk

1. Takikardi atau bradikardi janin adalah indikasi dari kemungkinan penurunan yang mungkin perlu intervensi.

2. Mendeteksi distress janin karena kolaps alveoli.

Page 15: lp KPD  VK FIX

dan variabilitas denyut per denyut dalam batas normal.

b. - Bebas dari efek-efek merugikan dan hipoksi selama persalinan.

mendeteksi prolaps tali pusat.

3. Catat perubahan DJJ selama kontraksi. Pantau aktivitas uterus secara manual atau elektronik. Bicara pada ibu atau pasangan dan berikan informasi tentang situasi tersebut.

4. Siapkan untuk melahirkan dengan cara yang paling baik atau dengan intervensi bedah bila tidak terjadi perbaikan.

3. Mendeteksi beratnya hipoksia dan kemungkinan penyebab janin rentan terhadap potensi cedera selama persalinan karena menurunnya kadar oksigen

3 Gangguan rasa nyaman b.d nyeri, peningkatan HIS

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam Klien merasa nyaman

Kriteria hasil :

-klien tampak tenang

-klien tampak nyaman

1. monitor tanda – tanda vital : TD, pernafasan, nadi dan suhu

2. Ajarkan klien teknik relaksasi

3. Atur posisi klien

1. nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi pernafasan dan nadi

2. untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien

3. untuk memberikan kenyamanan pada klien

Page 16: lp KPD  VK FIX

4. Berikan lingkungan yang nyaman dan batasi pengunjung

4. agar klien dapat beristirahat

4 Ansietas berhubungan dengan krisis situasi, ancaman pada diri sendiri/janin.

Tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan kecemasan klien berkurang

Kriteria Hasil :

Pasien diharapkan:

a. - Menggunakan teknik pernapasan dan relaksasi yang efektif.

b. - Berpartisipasi aktif dalam proses persalinan

1. Berikan perawatan primer atau dukungan profesional intrapartum continue sesuai indikasi.

2. orientasikan klien pada lingkungan dan prosedur ,berikan informasi tentang perubahan psikologis dan fisiologis pada persalinan sesuai kebutuhan

3. kaji tingkat dan penyebab ansietas, kesiapan untuk melahirkan anak

4. pantau tekanan darah dan nadi sesuai indikasi, bila tekanan darah tinggi pada penerimaan,ulang prosedur selama 30 menit

1. Kontinuitas perawatan dan pengkajian dapat menurunkan stress

2. pendidikan dapat menurunkan stres, ansietas dan meningkatkan kemajuan persalinan

3. ansietas memperberat persepsi nyeri,mempengaruhi penggunaan teknik koping dan menstimulasi aldostreron, yang dapat meningkatkan resopsi matrium dan air

4. stres mengaktifkan sistem edrenokortikal hipofis-hipotaltik dan

Page 17: lp KPD  VK FIX

meningkatkan retensi dan resorbsi matrium dan air dan meningkatkan ekskresi kalium

5 Nyeri berhubungan dengan terjadi nya ketegangan otot rahim

tujuan :

Setelah diberikan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan rasa nyeri berkurang

kriteria hasil :

-klien tampak tenang

-klien tampak nyaman

1. Monitor tanda-tanda vital : TD, Pernafasan, nadi, dan suhu.

2. Ajarkan klien teknik relaksasi

3. atur posisi klien

4. Awasi respon emosional klien terhadap proses nyeri

5. ajarkan teknik pengurangan nyeri dengan teknik distraksi

1. nyeri dapat mengakibatkan peningkatan frekuensi pernafasan dan nadi

2. untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien

3. untuk mengurangi rasa nyeri yang dirasakan klien

4. keadaan emosional mempunyai dampak pada kemampuan klien untuk menangani nyeri

5. teknik distraksi merupakan teknik pengalihan perhatian sehingga mengurangi emosional

Page 18: lp KPD  VK FIX

dan kognitif.

Page 19: lp KPD  VK FIX

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta ; EGC

Doengoes, Marilynn E. 2001. Rencana Keperawatan Maternal/Bayi : Pedoman untuk Perencanaan dan Dokumentasi Keperawatan Klien. (Terj. Hadyanto). Edisi 2. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 1. Jakarta: Media Aesculapius.

Manuba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita pelaksanaan Rutin Obsteri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC.

Mochtar, Rustam. 2000. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi. Jakarta : EGC.

Saifuddin A.B. 2001 , Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal,

penerbit yayasan bina pustaka sarwono prawirohardjo, Jakarta

Wiknjosastro, hanifa. 2005. Ilmu Kebidan. Edisi 3. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo.