makalh ebv vk 2015

Upload: akbarbone

Post on 01-Mar-2016

55 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

ilmu keperawatan

TRANSCRIPT

EVIDENCE BASED PRACTICEEFEKTIFITAS TEHNIK COUNTER PRESSURE DAN ENDORPHINMASSAGETERHADAP NYERI PERSALINAN KALA 1 PADA IBU BERSALIN DI RS SARININGSIH BANDUNGTAHUN 2014

Disusun Oleh :Ai Apipah NurpadilahAni SuryaningsihDewi Siti RohmahElis SunariHaidil AkbarInah CaskinahLilis SumyatiM. Farid Nurdin

Kelompok I

PROGRAM STUDI NERSSTIKES BHAKTI KENCANA BANDUNG2014BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangPersalinan merupakan hal yang fisiologis dimana terjadi rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2008). Proses persalinan sendiri terjadi melalui empat tahap persalinan, yaitu kala I, kala II, kala III dan kala IV. Kala I merupakan tahap yang berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur sampai dilatasi serviks lengkap.Kala II berlangsung sejak dilatasi serviks lengkap sampai janin lahir.Kala III berlangsung sejak janin lahir sampai plasenta lahir. Kala IV berlangsung kira-kira dua jam setelah plasenta lahir (Bobak, 2005). Pada kala I persalinan, kontraksi uterus menyebabkan dilatasi serviks dan mendorong janin melalui jalan lahir.Kontraksi uterus pada persalinan menimbulkan rasa nyeri (Cunningham, 2006).Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha (Bobak, 2005).Sedangkan menurut Reeder Martin dan Koniak Giffin, (2012), nyeri disebabkan oleh iskemik otot uteri, otot dasar panggul dan perineum. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4jam untuk multipara.Penanganan nyeri dalam persalinan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh pemberi asuhan. Penolong persalinan seringkali merupakan untuk menerapkan tehnik pengontrolan nyeri, hal ini akan menyebabkan ibu bersalin memiliki pengalaman persalinan yang buruk, mengalami trauma persalinan yang dapat menyebabkan postpartum blues, maka sangat penting untuk penolong persalinan memenuhi kebutuhan ibu akan rasa aman dan nyaman (Multi, Handayani, & Arifin, 2007).Metode non farmakologi yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri antara lain teknik relaksasi, imajinasi, pergerakan danperubahan posisi, umpan balik biologis, Effleurage, hidroterapi, hipnoterapi, homeopati, Terapi counter pressure, terapi musik, akupresur, akupunktur, dan aromaterapi (Mander, 2003). Penelitian terkait metode non farmakologi untuk menurunkan nyeri persalinan dengan menggunakan tehnik counter pressure sudah mulai dilakukan tetapi untuk tehnik endorphin massage belum pernah dilakukan. Penelitian yang dilakukan oleh Anggaraeni, Heni, Wijayanti (2012), tentang efektifitas tehnik abdominallifting dan counter pressure dalam mengatasi nyeri persalinan didapatkan hasil bahwa tehnik counter pressure lebih efektif dibanding dengan abdominal lifting.Counterpressure adalah pijatan tekanan kuat dengan cara meletakkan tumit tangan atau bagian datar dari tangan, atau juga menggunakan bola tenis pada daerah lumbal di mana ia sedang mengalami sakit punggung (Lane, 2009). Tekanan dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil (Danuatmaja &meiliasari, 2008).Ibu biasanyaakan memberitahukan di mana harus menekan (letak rasa nyeri paling kuat) dan seberapa keras. Jika perlu, tempatkan tangan yang satunya di depan pinggul ibu (di atas spina iliaka anterior superior) untuk membantu menjaga keseimbangan tubuh ibu (Simkin & Ancheta, 2005).Teknik Counterpressure dapat menyebabkan peningkatan endorphine, yang pada gilirannya dapat meredakan nyeri karena merangsang produksi hormon endorphine yang menghilangkan rasa sakit secara alamiah.Menurut Avron Goldstein dalam Maryunani (2010), menyatakan bahwa endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri.Endorphine kemungkinan bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri.Jadi, adanya endorphine pada sinaps sel-sel saraf menyebabkan status penurunan dalam sensasi.Kegagalan melepaskan endorphinememungkinkan nyeri terjadi.Opiate, seperti morphine atau endorphine (kadang-kadang disebut enkephalin),kemungkinan menghambat transmisi pesan nyeri dengan mengaitkan tempat reseptor opiate pada saraf-saraf otak dan tulang belakang. Kadarendorphine tinggi sudah jelas akan merasa kurang nyeri sedangkan kadar endorphine rendah akan merasa lebih nyeri (Maryunani, 2010).Penelitian yang dilakukan oleh insaffita S (2006) dengan judul Pengaruh Masase counterpressure Terhadap Nyeri Primigravida Kala I Persalinan Fisiologis diperoleh hasil rata-rasta skala nyeri pada responden sebelum dilakukan massage (8,3) lebih tinggi daripada responden sesudah dilakukan massage (4,69) dengan taraf signifikansi p = 0,001 (p < 0.05). Teknik nonfarmakologis lain yang pernah diujicobakan pada ibu bersalin yaitu teknik massage effuerage. Novita R dan Sari (2011) melakukan penelitian efektifitas massage effuerage dalam penurunan Nyeri. Hasil yang didapatkan adalah intensitas nyeri pada kelompok intervensi sebelum dilakukan massage effuerage lebih tinggi dari pada sesudah dilakukan massage effuerage . Rata-rata intensitas nyeri sebelum dilakukan massage7,46 dan sesudah dilakukan massage 2,42 dengan nilai signifikansi p = 0.000.Endorphinmassage adalah metode sentuhan ringan yang dipicu pengeluaran zat endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa sakit. Teknik ini biasa dipakai untuk mengurangi rasa tidak nyaman selama proses persalinan dan meningkatkan relaksasi dengan memicu perasaan nyaman melalui permukaan kulit terutama pada persalinan Kala I baik disaat menjelang maupun disaat proses persalinan akan berlangsung. Teknik ini terbukti dari hasil penelitian, teknik ini dapat meningkatkan pelepasan zat oksitosin, sebuah hormon yang memfasilitasi persalinan.Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah efektivitas tehnik counter pressure dan endorphine massage pada penurunan tingkat nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalin di Rumah Sakit Sariningsih Kota Bandung.

1.2 Tujuan1. Tujuan UmumMemahami efektifitas tehnik counter pressure dan endorphin massage terhadap nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalin2. Tujuan Khususa. Mampu menjelaskan tentang konsep dan penerapan Evidence Based Practice.b. Mampu mengidentifikasi hasil-hasil Evidence Based Practice berdasarkan sumber referensi yang berhubungan dengan efektivitas tehnik counter pressure dan endorphin massage terhadap nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalinc. Mampu menyusun rencana penerapan hasil Evidence Based Practiceyang sudah dianalisis dari beberapa sumber referensi pada klien yang langsung di area praktik keperawatan.

1.3 Manfaat Makalah ini bisa digunakan sebagai dasar dalam pengembangan terapi keperawatan berbasis bukti khususnya dalam efektivitas tehnik counter pressure dan endorphin massage terhadap nyeri persalinan kala 1 pada ibu bersalin.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

2.1 Nyeri2.1.1 Definisi Nyeri Nyeri adalah suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian saat terjadi kerusakan. Nyeri merupakan mekanisme protektif yang dimaksudkan untuk menimbulkan kesadaran telah atau akan terjadi kerusakan jaringan (Andarmoyo S. 2013). 2.1.2 Mekanisme Terjadinya Rangsangan Nyeri Andarmoyo (2013) mengungkapkan bahwa rangsang nyeri dapat terjadi pada seseorang dengan beberapa teori, beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, yaitu : a) Teori Pemisahan (Specificity Theory) Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis (spinal cord) melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur, dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.b) Teori Pola (Pattern Theory) Nyeri disebabkan oleh berbagai reseptorsensori yang di rangsang oleh pola tertentu. Nyeri merupakan akibat stimulasi reseptor yang menghasilkan pola tertentu dari impuls saraf. Teori ini bertujuan bahwa rangsangan yang kuat mengakibatkan berkembangnya gaung terus menerus pada spinal cord sehingga saraf transmisi nyeri bersifat hipersensitif yang mana rangsangan dengan intensitas rendah dapat menghasilkan transmisi nyeri c) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) Dalam teori ini dikatakan bahwa nyeri dapat diatur atau di hambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat pertahanan ditutup. Neuron Delta A dan C melepaskan substandi P untuk mentrasmisi impuls melalui mekanisme pertahanan. Selain itu juga terdapat neuron beta A yang lebih tebal dan lebih cepat dalam melepaskan neurotransmiter penghambat.Apabila rangsangan yang dominan berasal dari serabut beta A, maka akan menutup mekanisme pertahanan, pesan yang disampaikan akan menstimuli mekanoreseptor atau substansi yang dapat menghambat rangsang nyeri.Namun, apabila rangsangan yang dominan berasal dari serabut delta A dan serabut C, maka akan membuka pertahanan tersebut dan klien dapat mempersepsikan sensasi nyeri.d) Endogenous Opiat Theory Endorphine adalah opiat endogen tubuh atau morfin alami yang terdapat pada tubuh. Endorphine mempengaruhi transmisi impuls yang diinterpretasikan sebagai nyeri. Endorphine bertindak sebagai neurotransmiter maupun neuromodulator yang menghambat transmisi dari pesan nyeri. Kegagalan dalam melepaskan endorphine memungkinkan terjadinya nyeri. 2.1.3 Penilaian Nyeri Nyeri yang dialami seseorang bersifat sangat subyektif, tergantung bagaimana seseorang menginterpretasikan nyeri, namun tingkat nyeri yang dirasakan oleh penderita dapat diukur dengan skala pengukuran nyeri dan dengan pemeriksaan kadar endorphin dalam darah. Penilaian nyeri dengan skala pengukuran nyeri dan kadar hormon endorphin dijelaskan sebagai berikut :

a) Skala pengukuran nyeri Judha (2012) menyebutkan salah satu cara untuk mengukur tingkat nyeri adalah dengan menggunakan skala nyeri berdasarkan skala intensitas numerik (numeric rating scale), yaitu:

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Keterangan :Semakin besar nilai, maka semakin berat intensitas nyerinya: (1) Skala 0 = Tidak nyeri (2) Skala 1- 3 = Nyeri ringan Secara objektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, tindakan manual dirasakan sangat membantu.(3) Skala 4-6 = Nyeri sedang Secara objektif klien mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri dengan tepat dan dapat mendeskripsikan nyeri, klien dapat mengikuti perintah dengan baik dan responsif terhadap tindakan manual.(4) Skala 7-9 = nyeri berat Secara objektif terkadang klien dapat mengikuti perintah tapi masih responsif terhadap tindakan manual, dapat menunjukkan lokasi nyeri tapi tidak dapat mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi, napas panjang, destruksi dll.(5) Skala 10 = nyeri sangat berat (panik tidak terkontrol).Secara objektif klien tidak mau berkomunikasi dengan baik berteriak dan histeris, klien tidak dapat mengikuti perintah lagi, selalu mengejan tanpa dapat dikendalikan, menarik-narik apa saja yang tergapai, dan tak dapat menunjukkan lokasi nyeri. (Judha M, dkk (2012) b) Kadar Endorphin Endorphin adalah opiat endogen tubuh atau morfin alami yang terdapat pada tubuh sehingga dapat menimbulkan efek penurunan nyeri. Orang yang merasakan nyeri dapat diartikan bahwa kadar endorphin didalam tubuhnya rendah.

2.2 Inpartu 2.2.1 Definisi InpartuInpartu adalah seorang wanita yang sedang dalam keadaan persalinan (Wiknjosastro, 2005). 2.2.2 Proses Persalinan Proses Persalinanterdiri dari 4 kala yaitu : 1. Kala I Kala I disebut dengan kala pembukaan, yaitu waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan lengkap 10 cm. Kala I persalinan merupakan stadium dilatasi serviks, kala I berlangsung mulai dari onset persalinan hingga di latasi serviks yang lengkap. Secara klinis ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah (Bloody show) karena serviks mulai membuka (dilatasi) dan mendatar (Affacement). Darah berasal dari pecahnya pembulu darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena pergeseran ketika serviks mendatar dan terbuka (Saifudin AB, 2009). Kala pembukaan dibagi atas 2 fase, yaitu :a) Fase Laten Fase laten adalah suatu fase dimana pembukaan serviks berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm berlangsung dam 7 sampai 8 jam.

b) Fase Aktif Fase aktif berlangsung 6 jam dan dibagi atas 3 sub fase yaitu : 1) Fase Akselerasi : Berlangsung sekitar 2 jam. Pembukaan 3 cm sampai 4 cm. 2) Periode di latasi maksimal (steady) : Berlangsung sekitar 2 jam, pembukaan 4 cm sampai 9 cm. 3) Periode deselarasi : Berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm sampai 10 cm atau lengkap. Terdapat perbedaan waktu kala pembukaan pada primigravida dan multigravida. Pada primigravida serviks mendatar (effacement) terlebih dahulu kemudian mengalami dilatasi, berlangsung 13-14 jam pada multigravida serviks mendatar dan membuka secara bersamaan berlangsung 6 sampai 7 jam (Wiknjosastro, 2005).2. Kala II Kala II disebut dengan kala pengeluaran janin, yaitu waktu uterus dengan kekuatan halus ditambah kekuatan meneran mendorong janin keluar hingga lahir. 3. Kala III Kala III adalah waktu untuk melepaskan dan pengeluaran uri. 4. Kala IV Kala IV dimulai dari lahirnya uri selama 1-2 jam

2.2.3 Nyeri Pada Inpartu A. Pengertian Nyeri Pada Inpartu Nyeri pada Inpartu atau nyeri persalinan suatu perasaan tidak menyenangkan yang merupakan respon individu yang menyertai dalam proses persalinan oleh karena adanya perubahan fisiologis dari jalan lahir dan rahim (Judha, 2012). Menurut Mander (2003), nyeri adalah rasa tidak enak akibat perangsangan ujung-ujung saraf khusus. Selama persalinan dan kelahiran pervaginam, nyeri disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks, dan distensi perineum. Serat saraf aferen viseral membawa impuls sensorik dari rahim memasuki medula spinalis pada segmen torakal kesepuluh, kesebelas dan keduabelas serta segmen lumbal yang pertama (Andarmoyo, 2013). B. Faktor-Faktor Penyebab Nyeri Pada InpartuDalam bukunya, Andarmoyo (2013) mengungkapkan nyeri pada inpartu disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain :a) Faktor Fisiologis1) UsiaWanita yang sangat muda dan ibu yang tua mengeluh tingkat nyeri persalinan yang lebih tinggi.2) Paritas dan Pengalaman sebelumnyaPrimipara mengalami nyeri yang lebih besar pada awal persalinan, sedangkan multipara mengalami peningkatan tingkat nyeri setelah proses persalinan dengan penurunan cepat pada persalinan kala II. Pengalaman sebelumnya juga mempengaruhi respon nyeri, apabila seseorang pernah mengalami nyeri yang sama dan pada waktu itu dapat mengatasi nyeri tersebut, akan lebih mudah bagi individu dalam menginterpretasikan makna nyeri, begitu pula sebaliknya.3) Berat bayi Besar atau kecilnya janin mempengaruhi peregangan pada uterus dan servik, semakin besar janin semakin meregangkan servik dan meningkatkan rasa nyeri. b) Faktor Psikologis1) KecemasanKecemasan akan meningkatkan respon individual terhadap rasa sakit, ketidaksiapan menjalani proses melahirkan, dukungan dan pendamping persalinan, takut terhadap hal yang tidak diketahui, pengalaman buruk persalinan yang lalu juga akan menambah kecemasan, sehingga menimbulkan peningkatan ransang nosiseptif pada tingkat korteks serebral dan peningkatan sekresi katekolamin yang juga meningkatkan ransang nosiseptif pada pelvis karena penurunan aliran darah dan terjadi ketegangan otot (Judha, 2012).2) Perhatian Perhatian dapat diwujudkan dengan kehadiran orang terdekat selama persalinan. Kehadiran orang-orang terdekat dan sikap dalam mendukung klien juga berbengaruh dalam penurunan nyeri. Walaupun nyeri tetap klien rasakan, kehadiran orang yang dicintai klien akan meminimalkan kesepian dan ketakutan (Bobak & Jensen , 2004).C. Fisiologi Nyeri Pada Inpartu Nyeri persalinan pada kala I dapat terjadi karena munculnya kontraksi otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumban punggung dan menurun ke paha. Biasanya nyeri dirasakan pada saat kontraksi saja dan hilang pada saat relaksasi. Nyeri bersifat lokal seperti kram, sensasi sobek dan sensasi panas yang disebabkan karena distensi dan laserasi serviks, vagina dan jaringan perineum (Bobak & Jensen , 2004). Sensasi nyeri dihasilkan oleh jaringan serat saraf kompleks yang melibatkan sistem saraf perifer dan sentral. Nyeri persalinan, sistem saraf otonom dan terutama komponen simpatis juga berperan dalam sensasi nyeri (Mander, 2003).

a) Sistem saraf otonom Sistem saraf otonom mengontrol aktifitas otot polos dan viseral, uterus yang dikenal sebagai sistem saraf involunter karena organ ini berfungsi tanpa kontrol kesadaran. Terdapat dua komponen yaitu sistem simpatis dan parasimpatis. Saraf simpatis menyuplai uterus dan membentuk bagian yang sangat penting dari neuroanatomi nyeri persalinan. Neuron aferen mentransmisikan informasi dari rangsang nyeri dari sistem saraf otonom menuju sistem saraf pusat dari visera terutama melalui serat saraf simpatis. Neuron aferen somatik dan otonom bersinaps dalam region kornu dorsalis dan saling mempengaruhi, menyebabkan fenomena yang disebut nyeri alih.Nyeri ini adalah nyeri yang paling dominan dirasakan selama bersalin terutama selama kala I (Mander, 2003). Neuron aferen otonom berjalan ke atas melalui medulla spinalis dan batang otak berdampingan dengan neuron aferen somatik, tetapi walaupun sebagian besar serat aferen somatik akhirnya menuju thalamus, banyak aferen otonom berjalan menuju hipotalamus sebelum menyebar ke thalamus dan kemudian terakhir pada kortek serebri. Gambaran yang berada lebih lanjut dari sistem saraf otonom adalah fakta bahwa neuron aferen yang keluar dari sistem saraf pusat hanya melalui tiga region, yaitu : (1) Dalam otak (nervus kranialis III, VII, IX dan X) (2) Dalam region torasika (T1 sampai T12, L1 dan L2) (3) Segmen sakralis kedua dan ketiga medulla spinalis.b) Saraf perifer nyeri persalinanSelama kala I persalinan, nyeri diakibatkan oleh dilatasi servik dan segmen bawah uterus dan distensi korpus uteri. Intensitas nyeri selama kala ini diakibatkan oleh kekuatan kontraksi dan tekanan yang dibangkitkan. Hasil temuan bahwa tekanan cairan amnion lebih dari 15 mmHg di atas tonus yang dibutuhkan untuk meregangkan segmen bawah uterus dan servik dan dengan demikian menghasilkan nyeri. Dengan demikian logis untuk mengharapkan bahwa makin tinggi tekanan cairan amnion, makin besar distensi sehingga menyebabkan nyeri yang lebih berat. Nyeri ini dilanjutkan ke dermaton yang disuplai oleh segmen medulla spinalis yang sama dengan segmen yang menerima input nosiseptif dari uterus dan serviks (Mander, 2003).c) Nyeri alih Fenomena nyeri alih menjelaskan bagaimana nyeri pada suatu organ yang disebabkan oleh kerusakan jaringan dirasakan seolah-olah nyeri ini terjadi pada organ yang letaknya jauh. Kasus yang kurang jelas adalah nyeri selama kala I persalinan yang diperantarai oleh distensi mekanis segmen bawah uterus dan serviks, tetapi nyeri tersebut dialihkan ke abdomen, punggung bawah, dan rectum. Serat nosiseptif dari organ viseral memasuki medulla spinalis pada tingkat yang sama dengan saraf aferan dari daerah tubuh yang dialihkan sehingga serta nosiseptif dari uterus berjalan menuju segmen medulla spinalis yang sama dengan aferen somatik dari abdomen, punggung bawah, dan rektum (Mander, 2003). D. Dampak Nyeri Pada Persalinan Nyeri persalinan yang lama dapat menyebabkan hiperventilasi, sehingga dapat menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan PH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga dapat menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin. Keadaan tersebut merangsang peningkatan katekolamin yang menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri (Mander, 2003). Nyeri persalinan dapat menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus atau inersia uteri. Nyeri persalinan dapat menyebabkan hiperventilasi, sehingga kebutuhan oksigen meningkat, kenaikan tekanan darah dan berkurangnya motilitas usus serta vesika urinaria. Keadaan ini akan meningkatkan katekolamin yang dapat menyebabkan gangguan pada kekuatan kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri (Anjartha R, 2007).E. Upaya-Upaya Untuk Mengurangi Nyeri Pada Inpartu Upaya dalam menangani nyeri dapat terbagi menjadi dua, yaitu penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis beresiko memiliki efek samping pada kesejahteraan janin dalam kandungan. Dalam hal ini upaya untuk menurunkan nyeri pada inpartu lebih ditekankan pada penatalaksanaan nonfarmakologis (Mander, 2003). Dalam bukunya, Andarmoyo (2013) mengungkapkan bahwa upaya nonfarmakologis untuk menurunkan nyeri antara lain Terapi es dan panas/ kompres panas dan dingin, Stimulasi saraf elektris transkutan, Distraksi (pengalihan perhatian), Relaksasi, Imajinasi terbimbing, Hipnosis, Akupuntur dan Massase / pemijatan. Ada beberapa jenis massage dalam upaya mengurangi nyeri, antara lain, counter pressure, effluerage, kneading dan Slow Sroke Back Massage (SSBM).

2.2.4 MassageCounter PressureMassage counter pressure adalah pijatan yang dilakukan dengan memberikan tekanan yang terus-menerus selama kontraksi pada tulang sakrum pasien dengan pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan (Simkin dan Ancheta, 2005). Tekanan dalam massage counter pressure dapat diberikan dalam gerakan lurus atau lingkaran kecil. Teknik ini efektif menghilangkan sakit punggung akibat persalinan. Namun perlu disadari bahwa ada ibu yang tidak biasa dipijat, bahkan disentuh saat mengalami kontraksi, hal ini disebabkan karena kontraksi sedemikian kuatnya sehingga ibu tidak sanggup lagi menerima rangsangan apapun pada tubuh.Bidan harus memahami hal ini dan menghormati keinginan ibu (Danuatmadja dan Meilasari, 2011). Langkah-langkah melakukan massage counter pressure sebagai berikut:a. Memberitahukan ibu langkah yang akan dilakukan dan fungsinya.b. Menganjurkan ibu mencari posisi yang nyaman seperti posisi berbaring miring ke kiri ataupun duduk.c. Mencuci tangan.d. Menekan daerah sakrum secara mantap dengan pangkal atau kepalan salah satu telapak tangan setiap kontraksi selama 20 menit, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya selama kontraksi.e. Mengevaluasi teknik massage counter pressure tersebut.

2.2.5 Tehnik Endorphin MassageEndorphin adalah salah satu bahan kimia otak yang dikenal sebagai neurotransmitter yang berfungsi untuk mengirimkan sinyal-sinyal listril dalam system saraf.endorphin dapat ditemukan dikelenjar hipofisis.Stres dan rasa sakit adalah dua faktor yang paling umum yang menyebabkan pelepasan endorfin. Endorfin berinteraksi dengan reseptor opiat di otak untuk mengurangi persepsi kita tentang rasa sakit dan bertindak sama dengan obat-obatan seperti morfin dan kodein . Berbeda dengan obat opiat , namun, aktivasi reseptor opiat oleh endorfin tubuh tidak menyebabkan kecanduan atau ketergantungan (Stoppler, 2013).Sesuai dengan namanya, terapi sentuhan ringan atau endorphin massage ini dapatmemicu keluarnya hormon endorphin.Endorphin massagejuga dapat merangsangkeluarnya hormon oksitosin yang mana hormon ini dapat merangsang terjadinya kontraksi.Endorphin massageini sangat bermanfaat sebab bisa memberikan kenyamanan, rileks danjuga tenang pada wanita yang sedang hamil dan melahirkan. Selain itu juga, terapiendorphin massage ini juga bisa mengembalikan denyut jantung juga tekanan darah padakeadaan yang normal. Hal ini yang membuat terapi ini bisa membantu serta melancarkanproses pada persalinan (Setiyawati, 2013).Endorphine massage bisa dilakukan ini dengan duduk ataupun berbaring, bisa dilakukanoleh petugas kesehatan dan bisa dilakukan oleh suami, tarik nafas secara perlahankemudian keluarkan dengan sangat lembut sambil pejamkan mata anda. Suami ataupetugas kesehatan bisa mulai mengelus permukaan kulit pada lengan pasie dengan lembutmenggunakan jari tangan.Mulailah pada lengan atas kemudian turun hingga pada lenganbawah.Lakukan hal ini dengan perlahan serta lembut, dan ganti pada tangan lainnyasetelah beberapa menit, dapat dilakukan pemijatan hal ini pada bagian tubuh yang lainnyaseperti bahu, punggung, leher, dan juga paha (Setiyawati, 2013).

3. HipnosisSecara ilmiah, hipnosis adalah upaya membawa pasien ke keadaan rileks sehingga otak bekerja di gelombang alfa. Pada saat itu, sekitar 100 miliar sel-sel otak atau neuron didorong untuk menghasilkan gelombang listrik dalam level alfa yang berfrekuensi 712 gelombang per detik. Pada saat itulah terjadi tingkat perubahan kesadaran pasien. Gelombang alfa memberi kemampuan pada tubuh untuk melakukan proses penyembuhan atau memperbaiki keadaan sepuluh kali lebih vepat dibandingkan saat otak berada di gelombang normal.Selain itu, gelombang alfa memberikan kemampuan kepada pasien untuk menghilangkan rasa sakit. Hal itu dikarenakan sensor penghantar rasa sakit ke otak terhalang oleh gelombang alfa sehingga ibu yang dihipnosisnya berhasil dapat melahirkan tanpa merasa sakit.Akan tetapi ibu yang tertidur selama persalinan juga membuat bayi ikut tertidur saat dikeluarkan. Ini juga tidak baik karena sebaiknya bayi justru menangis keras untuk beradaptasi dengan lingkungan baru. Menangis memastikan masuknya oksigen ke paru-paru bayi.4. Pijat Aromaterapi dalam persalinan

BAB IIIHASIL TINJAUAN JURNAL

Persalinan merupakan hal yang fisiologis dimana terjadi rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu (Varney, 2008). Proses persalinan sendiri melalui 4 tahapan yaitu kala I, kala II, kala III, kala IV. Kala I merupakan tahap yang berlangsung sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratut sampai dilatasi servik lengkap.Pada kala I persalinan, kontraksi uterus menyebabkan dilatasi servik dan mendorong janin melalui jalan lahir.Kontraksi uterus pada persalinan menimbulkan rasa nyeri (Cunningham).Nyeri ini berasal dari bagian bawah abdomen dan menyebar ke daerah lumbal punggung dan menurun ke paha (Bobak, 2005).Sedangkan menurut Reeder Martin dan Koniak Giffin, (2012), nyeri disebabkan oleh iskemik otot uteri, otot dasar panggul dan perineum. Dengan makin bertambahnya baik volume maupun frekuensi uterus, nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif, dimana pembukaan lengkap sampai 10 cm dan berlangsung sekitar 4,6 jam untuk primipara dan 2,4 jam untuk multipara.Penanganan nyeri dalam persalinan merupakan hal utama yang harus diperhatikan oleh pemberi asuhan. Metode non farmakologis yang dapat digunakan untuk menurunkan nyeri antara lain teknik relaksasi, imajinasi, pergerakan dan perubahan posisi, terapi counter pressure, akupuntur, aromaterapi, terapi music, akupresur (Mander 2003). Terapi counter pressure dan teknik endorphin massege sudah mulai dilakukan seperti pada penelitian Atun Raudotul yang berjudul Efektivitas Teknik Counter Pressure Dan Endorphin Massege Terhadap Nyeri Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin di RSUD Ajibarang yang menghasilkan penurunan nyeri pada teknik counter pressure lebih besar dibandingkan rata-rata penurunan nyeri pada teknik endorphin massege.Pada bulan Maret tanggal 11 sampai 14 tahun 2015 ibu hamil yang datang ke rumah sakit Sariningsih dengan usia kehamilan 38-40 minggu berjumlah 15 orang. Ibu hamil datang dengan keluhan nyeri dengan pembukaan yang berbeda, dan masih berada pada kala I dan akan melahirkan sehingga ibu hamil diberikan penanganan. Selama dilakukan penanganan semua ibu hamil mengeluh rasa nyeri yang hebat.Pada saat nyeri hebat terjadi kontraksi uterus sebagai tanda akan bertambahnya pembukaan, selama nyeri terjadi penanganan yang dilakukan adalah memberikan metode non farmakologi salah satu diantaranya yaitu diberikan tindakan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege.Untuk cara melakukan tindakan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege adalah dengan menanyakan terlebih dahulu skala nyeri yang dirasakan, kemudian lakukan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege selama kontraksi uterus berlangsung. Setelah itu tanyakan skala nyeri pada saat nyeri berlangsung dengan dilakukan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege. Kemudian bandingkan pada saat nyeri tidak dilakukan apa-apa dengan pada saat nyeri yang diberikan tindakan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege.Pada ibu hamil yang menjalani penanganan di Rumah Sakit Sariningsih, merasakan kesakitan pada saat kontraksi uterus tindakan yang diberikan yaitu dengan tindakan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege yang menghasilkan hasil memuaskan. Dari 7 orang ibu hamil dengan 4 orang ibu hamil yang G1P0A0 dan 3 orang ibu hamil yang G2P1A0 diberikan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege pada saat nyeri datang, mengalami penurunan skala nyeri. Perbandingan skala nyeri tanpa diberikan penanganan dengan yang diberikan penanganan sangat berbeda.Ibu hamil yang diberikan penanganan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege mengalami penurunan skala nyeri. Penurunan skala nyeri yang dihasilkan mengalami penurunan 1 angka pada 4 orang ibu hamil primi dan penurunan 2 angka pada 2 orang ibu hamil multi serta1 orang ibu hamil perimi, semuanya dilakukan pada fase laten.Tindakan terapi counter pressure dan teknik endorphin massege sangat efektif untuk ibu hamil yang berada pada kala I dengan keluhan nyeri saat kontrasi dimulai. Selain itupun kedua terapi ini sangat aman karena tidak ada efek samping kepada janin dan menimbulkan rasa nyaman yang membuat ibu hamil menjadi rileks saat kontraksi uterus terjadi.Sebelum dilakukan kedua tindakan terapi tersebut semua ibu hamil merintih kesakitan dengan raut wajah yang meringis dan berteriak.Namun setelah dilakukan kedua terapi ini ibu hamil dapat menangani rasa nyeri nya dan terlihat rileks.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Nyeri persalinan pada kala I dapat terjadi karena munculnya kontraksi otot-otot uterus, peregangan serviks pada waktu membuka, iskemia rahim (penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit) akibat kontraksi arteri miometrium. Ketidaknyamanan dari perubahan serviks dan iskemia uterus adalah nyeri viseral yang berlokasi di bawah abdomen menyebar ke daerah lumban punggung dan menurun ke paha. Dampak dari Nyeri persalinan yang lama dapat menyebabkan hiperventilasi, sehingga dapat menurunkan kadar PaCO2 ibu dan peningkatan PH. Apabila kadar PaCO2 ibu rendah maka kadar PaCO2 janin juga rendah sehingga dapat menyebabkan deselerasi lambat denyut jantung janin. Keadaan tersebut merangsang peningkatan katekolamin yang menyebabkan gangguan pada kontraksi uterus sehingga terjadi inersia uteri (Mander, 2003). Banyak teknik yang dilakukan untuk mengurangi nyeri pada inpartus namun kesimpulan dari penelitian ini yang membahas tentang counter pressure dan teknik endorphin massege di dapat data bahwa dengan di lakukanya kedua teknik tersebut nyeri pada ibu hamil berkurang terutama pada ibu hamil yang telah memiliki pengalaman melahirkan sebelumnya. Pada ibu dengan perimi sangat penting untuk melakukan intervensi yang tepat karena merupakan pengalaman pertama bagi ibu dan keluarga. Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya penelitian ini menunjukan dengan kedua teknik ini skala nyeri ibu hamil berkurang.Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan di atas peneliti mengharapkan agar perawat atau bidan di ruang Vk Rs sariningsih Bandung meninjau atau mempertimbangkan teknik terapi counter pressure dan teknik endorphin massege sebagai salah satu intervensi nonfarmakologis untuk menurunkan skala nyeri pada ibu hamil.

DAFTAR PUSTAKABobak, I. et al. (2005) Keperawatan Maternitas. Jakarta: EGC.Cunningham (2006).Obstetri Williams. Jakarta: EGC.Danuatmaja, B dan Mila M. (2008) Persalinan Normal Tanpa Rasa Sakit. 4thedJakarta: Puspa Swara.Fraser dan Cooper (2009) Myles Buku Ajar Bidan. 14th ed. Jakarta: EGC.Kasdu.D (2003).Oprasi Caesar masalah dan solusinya. Jakarta: Puspa SwaraKurniyati, Nunik (2010) Skripsi Pengaruh Metode Deep Back Massage DalamUpaya Mengurangi Nyeri Persalinan Kala I Di Rumah Sakit Umum Daerah Purbalingga.Tidak dipublikasikan.Mulati dkk.(2007) Perbedaan Antara Pengontrolan Nyeri Pinggang PersalinanDengan Teknik Superficial Heat-Cold Dan Teknik Counter-Pressure Terhadap Efektivitas Pengurangan Nyeri Pinggang Pada Kala I Persalinan; Studi Di Rumah Bersalin Wilayah Klaten.Prospect, Simkin, P dan Ruth A. (2005) Buku Saku Persalinan. Jakarta: EGC.Smeltzer, S dan Brenda B. (2002) Keperawatan Medikal Bedah. 8th ed. Jakarta:EGC.Potter, P.A.,& Perry. A.G. (2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,Proses, dan praktik (Terjemahan Renata Komalasari et. Al Edisi 4). Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC