makalh zakat

53
MODEL LEMBAGA PENGELOLAAN ZAKAT PADA MASA ”UMAR BIN ABDUL AZIS” Paper ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Zakat Dosen Pengampu : Mansyur Efendi, S.HI, M.Si Disusun oleh : Ummu Ammaroh ( 26.08.5.3.081 )

Upload: amma-poenya

Post on 02-Jul-2015

1.580 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: MAKALH ZAKAT

MODEL LEMBAGA PENGELOLAAN ZAKATPADA MASA ”UMAR BIN ABDUL AZIS”

Paper ini Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah

Manajemen Zakat

Dosen Pengampu : Mansyur Efendi, S.HI, M.Si

Disusun oleh :

Ummu Ammaroh

( 26.08.5.3.081 )

PERBANKAN SYARIAH

JURASAN EKONOMIKA DAN BISNIS ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI SURAKARTA

2011

DAFTAR ISI

Page 2: MAKALH ZAKAT

Halaman Judul …………………………………………… i

Daftar Isi ………………………………………………….. ii

Pendahuluan ……………………………………………... 1

Latar Belakang Masalah …………………………………….. 1

Rumusan Masalah ……………………………………………. 2

Kerangka Konseptual ……………………………………... 3

Pengertian Zakat ……………………………………………… 3

Dasar Hukum Zakat ………………………………………….. 5

Fungsi Zakat …………………………………………………... 6

Syarat-Syarat Zakat .................................................................. 7

Tujuan, Hikmah dan Faedah Zakat …………………………. 8

Harta yang Wajib Dizakati …………………………………… 10

Sasaran Zakat …………………………………………………. 11

Konsep Pengelolaan Zakat ........................................................ 14

Amil sebagai Pengelola Zakat ................................................... 15

Pembahasan ………………………………………………... 18

Manajemen Pengelolaan Zakat ………………………………. 18

Persyaratan Lembaga Peneglola Zakat ……………………… 20

Baitul – Mal Zakat …………………………………………….. 22

Pengelolaan Zakat Masa Umar bin Abdu Azis ……………… 24

Analisis Pembahasan …………………………………….. 30

Penutup ……………………………………………………. 32

Kesimpulan …………………………………………………... 32

Saran …………………………………………………………. 32

Daftar Pustaka ……………………………………………. 34

BAB I

Page 3: MAKALH ZAKAT

PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG MASALAH

Semakin tumbuh dan berkembangnya lembaga pengelola zakat di Indonesia

ini, belum dapat memaksimalkan pendistribusian zakat kepada yang berhak

menerimanya. Masih banyak dana zakat belum tersalurkan kepada orang-orang

yang berhak menerimanya. padahal Badan/Lembaga Amil Zakat telah berdiri

sejak lama.

Berdasarkan hasil riset Muhammad Munadi tentang ”Pengelolaan Zakat :

Sebuah Eksperimen” pada tahun 2007 menyatakan bahwa jika dana zakat

dikembangkan untuk bidang kewirausahaan, maka melalui dana zakat akan

terbangun kekuatan ekonomi yang luar biasa yaitu pengalokasian tidak hanya

untuk kebutuhan konsumtif tetapi juga untuk wadah pemberdayaan umat melalui

pengembangan SDM dan alokasi produktif.

Kurang berperannya Lembaga/Badan Amil Zakat di Indonesia ini perlu

diperhatikaan lebih lanjut, karena kebanyakan dari masyarakat Indonesia aalah

orang-orang yang beragama islam. Perlu adanya pengenalan lebih lanjut dri

badan/lembaga amil zakat kepada masyarakat dan perlu pula menumbuhkan

kepercayaan yang lebih agar masyarakat muslim di Indonesia memiliki

kepercayaan yang tinggi kepada lembaga amil zakat.

Peran lembaga amil zakat perlu dipertegas, seperti pengelolaan zakat dimasa

Umar bin Abdul Azis. Ia bisa memberikan kesejahteraan kepada seluruh

rakyatnya, hingga tidak ada lagi rakyatnya yang mau menerima zakat, karena

mereka sudah merasakan kesejahteraan, dengan hal tersebut terjadi surplus besar

pada kas Negara. Hal ini membuktikan kehebatan Umar bin abdul Azis dalam

mengelola keuangan zakat, baik dari manajemennya maupun dari administrasinya.

Dari situ dapat dilihat apakah lembaga amil zakat sekarang ini dapat/

mampu menerapkan system yang diterapknan oleh Umar dahulu, dan apakah

penerapan itu akan mempu memberikan pengaruh besar terhadap kesejahteraan

umat.

Melihat sejarah yang telah dicetak oleh Umar bin Abdul Azis dengan begitu

besar perannya dalam mensejahterakan umat denga harta zakat maka penulis ingin

Page 4: MAKALH ZAKAT

menuliskan bagaimana Umar bin Abdul Azis bisa mensejahterakan seluruh

umatnya melalui system yang dipakai dalam mengelola zakat.

RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat ditemukan rumusan

masalahnya adalah :

1. Bagaimana system pengelolaan zakat yang diterapkan oleh Umar bin Abdul

Azis pada masanya tersebut ?

2. Apakah system tersebut dapat diterapkan di Indonesia di masa sekarang ini /?

BAB II

KERANGKA KONSEPTUAL

Page 5: MAKALH ZAKAT

PENGERTIAN ZAKAT

Dilihat dari segi bahasa, kata zakat berasal dari kata “Zaka”, yang berarti

berkah, tumbuh, bersih, suci dan baik berkembang. Menurut syara’ zakat

merupakan nama bagi sejumlah harta tertentu yang telah mencapai syarat tertentu

yang diwajibkan oleh Allah untuk dikeluarkan dan diberikan kepada yang berhak

menerimanya dengan persyaratan tertentu.1

Pengertian zakat menurut Ibrahim, diambil dari buku karya Asnaini yaitu

memberikan hak milik harta kepada orang lain yang muslim, bukan keturunan

hasyim dan bukan keturunan budak yang telah dimerdekakan oleh keturunan

Hasyim, dengan syarat terlepasnya manfaat harta yang telah diberikan itu dari

pihak semula, dari semua aspek karena Allah.2

Zakat menurut Sayyid Sabiq dalam buku karangan Asnaini adalah suatu

sebutan dari suatu hak Allah yang dikeluarkan seorang untuk fakir

miskin.dinamakan zakat, karena dengan mengeluarkan zakat didalamnya terdapat

harapan untuk mendapat berkah, pembersihan jiwa dari sifat kikir bagi orang kaya

atau menghilangkan rasa iri hati orang-orang miskin dan memupuknya dengan

berbagai kebijakan.3

Fakhruddin dalam kitabnya Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia

mengungkapkan beberapa definisi zakat menurut para ulama madzhab, yaitu 4:

1. Menurut malikiyah, zakat adalah mengeluarkan bagian yang khusus dari harta

yang telah mencapai nishabnya untuk berhak menerimanya ( mustahiqnya ),

jika milik sempurna dan mencapai haul selain barang tambang, tanaman dan

rikaz.

2. Hanafiah mendefinisikan zakat adalah kepemilikan bagian harta tertentu dari

harta tertentu untuk orang tertentu yang telah ditentukan oleh syar’I ( Allah

SWT ) untuk mengharapkan keridhaan-Nya.

3. Syafi’iyah mendefinisikan zakat sebagai nama bagi sesuatu yang dikeluarkan

dari harta dan badan dengan cara tertentu.

1 Syarafuddin HZ. dkk, 2004, Studi Islam 2,Surakarta : LSI, hal. 662 Asnaini, 2008, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta : Pustaka Pelajar, hal. 263 Ibid, hal. 274 Sudirman, 2007, Zakat dalam Pusaran Arus Modernisasi, Malamg : Uin Malang Press, hal. 17

Page 6: MAKALH ZAKAT

4. Hanabilah mendefinisikan zakat adalah hak yang wajib dalam harta tertentu

untuk kelompok tertentu pada waktu tertentu.

Unsur - unsur yang terkandung dalam zakat, apabila dilihat dari

pengertiannya adalah sebagai berikut :5

1. Harta yang dipungut

2. Basis harta

3. Subyek yang berhak menerima zakat

Dilihat dari segi perspektif ekonomi islam, dapat dibatasi unsur-unsur zakat

sebagai berikut6 :

1. Zakat adalah kewajiban yang bersifat material, seorang mukallf muslim

membayarkannya baik secara tunai berupa uang maupun berupa barang.

Menurut pemahaman ekonomi islam, kewajiban yang bersifat material itu

adalah zakat, sedangkan secara tunai atau berupa barang itu berdasarkan nas-

nas Al-Qur’an dan hadist serta kompromi antara keduanya, misalnya para

fuqaha mendasarkan pada firman Allah “Ambillah zakat dari sebagian harta

mereka, dengan zakat itu kamu mensucikan mereka”. Yang dimaksud harta di

sini tidak terbatas pada barang atau nilai uang, mereka juga merujuk pada

sebuah hadist “dalam setiap 40 ekor kambing wajib zakat 1 ekor kambing”.

Untuk memudahkan bagi pemilik hewan denga tidak mengikat kewajiban

maka boleh baginya mengeluarkan zakat berupa barang atau uang tunai.

2. Zakat adalah kewajiban yang bersifa mengikat, artinya membayar zakat bagi

seorang muslim mukallaf adalah suatu keharusan. Sifat wajibnya itu

berdasarkan keberadaannya sebagai kewajiban terhadap harta ilahiyah dan

ibadah yang berkaitan dengan harta itu diwajibkan.kewajiban zakat ini seperti

pajak dalam hal tidak adanya hak bagi masyarakat untuk menolak atau

menerimanya sebagaimana sebelumnya atau tidak ada hak untuk menghindar

dari membayar zakat.

3. Zakat adalah kewajiban pemerintah, pejabat-pejabat pemerintah islam, para

hakim atau para imam mewajibkan zakat berdasarkan anggapan bahwa

mereka melaksanakan kewajiban ilahiah ini sebagai kewajiban. Hukum islam

5 Opcit, Asnaini, hal. 276 Minhaji, 2003. Teori Koprehensif tentang Zakat dan Pajak, Yogyakarta : Tiara Wacana, hal. 3

Page 7: MAKALH ZAKAT

telah mewajibkan zakat dengan cara pemungutan yang sesuai dengan

peraturan pemerintah sebagai pelaksana dari kewajiban zakat.

4. Zakat adalah kewajiban final, artinya orang islam tidak boleh menolak. Tidak

ada hak bagi orang islam untuk menentang atau menuntutnya.

5. Zakat adalah kewajiban yang tidak ada imbalannya, tidak ada syarat untuk

memperoleh kemanfaatan atau fasilitas yang seimbang bagi pembayar zakat,

tidak ada hubungan antara kewajiban zakat dengan imbalan yang seimbang

setelah membayar zakat.hukum islam tidak membedakan antara muslim kaya

dan miskan, muslim pejabat atau rakyat biasa, kulit putih atau kulit hitam,

semuanya wajib membayar zakat tanpa adanya perbedaan.

6. Zakat adalah kewajiban tuntutan politik untuk keuangan islam. Alokasi zakat

adalah untuk delapan golongan penerima zakat.

DASAR HUKUM

Dasar hokum mengeluarkan zakat terdapat dalam nash yang shahih, baik dari AL-

Qur’an maupun Al-Hadist.

Dari Al-Qur’an

“Dan dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, supaya

kamu diberi rahmat.”7 (Q.S. An- Nuur : 56)

“Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang

ruku'.”8 ( Q.S. Al Baqarah : 43 )

Dasar dari hadist antara lain

اِر� ِم�َن� �ُّي� َف�َق�اَل�! الَّن ِب �ُد�: ص الَّن �ْع�ِب � َو� اللَه� َت ِر�ُك� َال �ْش� �َه� َت "ا، ِب �ًئ ْي �ُم� َو� َش� �َق�ْي �َة�، َت َو� الَّصَال�ى �ْؤ�َت �اَة�، َت َك �َّص�ُل� َو� الَّز ِح�ُم� َت َع�َن� ِمتفق. الِر �ى َعلْيَه �ِب �ْو�َب� ا �ُّي �ُد� ا ال �َن� َخ� �ُد8 ِب ُّي َز�

�َّص�اِر�ِّي: �ْن �َال �َّن ِرض ا " ا ُج�َال �ا: َق�اَل� ِر� ْو�َل� ُّي ُس� �ى اللَه� ِر� ْن �ِر� ِب �َخ� �ْع�َم�ُل8 ا �َّن�ى ِب �ُد�َخ�ل َة� ُّي َّن �لَج� َو� ا�ى �اَع�ُد�ْن �ِب ُّي

7 Agus S & Alim Z ( setting ), 1998, Al Qur’an dan terjemahannya ( Ayat Pojok Bergaris ), Semarang : Asy Syifa, hal. 2588 Ibid, hal. 7

Page 8: MAKALH ZAKAT

Dari Ayyub Khalid bin Zaid Al-Anshari RA, ia berkata bahwa ada seorang bertanya, "Ya Rasulullah, beritahukanlah kepadaku amal yang dapat memasukkan aku ke surga dan manjauhkan aku dari neraka". Nabi SAW bersabda, "Beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat dan menghubungi sanak kerabat". [HR. Bukhari dan Muslim]

“Dari Anas bin Malik sesungguhnya ia berkata : bahwa telah datang seorang

laki-laki dari suku tamin menghadap nabi saw. Katanya : Ya Rasulullah, saya ini

punya harta banyak, punya kaum kerabat punya kawan-kawan yang datang

bertamu. Tolonglah katakan apa yang harus saya perbuat dan bagaimana

caranya saya mengeluarkan nafkah. Maka nabi saw menjawab : anda keluarkan

zakat dari harta tersebut, karena sesungguhnya harta tersebut merupakan

pencuci yang akan membersihkan anda, yaitu menghubungkan silaturhami

dengan kaum keluargamu, dan mengakui hak peminta-minta, tetangga dan orang-

orang miskin. Laki-laki itu berkata : Ya Rasulullah bagiku itu sangat sedikit. Nabi

bersabda : maka berilah kepada kaum kerabat, orang-orang miskin dan Ibnu As-

Sabil”. ( H.R. A: Ya Rasulullah bagiku itu sangat sedikit. Nabi bersabda : maka

berilah kepada kaum kerabat, orang-orang miskin dan Ibnu As-Sabil”. ( H.R.

Ahmad )

FUNGSI ZAKAT

Secara normatif zakat tidak saja berdimensi vertikal semata. Zakat tidak

hanya merupakan kewajiban ritual, tetapi zakat juga memiliki peran dimensi

horizontal yang mempunyai dimensi moral, sosial ekonomi.9

Zakat merupakan salah satu rukun islam, dijelaskan secara beriringan dalam

Al Qur’an dengan perintah shalat sebanyak 82 kali. Hal ini menunjukkan

pentingnya zakat dan shalat dalam islam. Dalam kehidupan masyarakat zakat

mempunyai arti yang sangat penting, karena memiliki fungsi untuk10 :

1. Meningkatkan kesejahteraan fakir miskin serta membantu mereka untuk

keluar dari kesulitan hidup dan penderitaan

2. Memperkokoh ukhuwah islamiyah

3. Menghilangkan kecemburuan social atau rasa iri dan dengki di hati orang

miskin9 Muhammad M, 2007, Pengelolaan Zakat : Sebuah Eksperimental, Surakarta : Jei Press, hal. 1310 Fattah Santoso dkk, 2004, Studi Islam 3, Surakarta : Lembaga Studi Islam, hal. 190

Page 9: MAKALH ZAKAT

4. Menjembatani jurang pemisah antara orang kaya dan orang miskin

5. Menolong ibnu sabil ( orang-orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan )

dan orang yang sedang dililit hutang serta para mustahiq lainnya

6. Sebagai sarana pemerataan pendapatan

Orang yang membayar zakat juga akan mendapatkan kenikmatan.

Sedangkan bagi orang yang membayar zakat, zakat berfungsi sebagai11 :

1. Menghilangkan sifat kikir dan kerakusan terhadap materi

2. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sosio kursial

3. Mendidik berdisiplin untuk menunaikan kewajiban beragama

4. Perwujudan rasa atas nikmat yang dianugerahkan oleh Allah SWT

5. Menghindarakan diri dari ancaman bera yang diberikan Allah.

SYARAT-SYARAT ZAKAT

Seseorang yang wajib mengeluarkan zakat sesuai dengan perintah dari Allah

dalam Al Qur’an adalah sebagai berikut 12:

1. bebas dari perbudakan

seorang budak tidak wajib membayar zakat, karena dia adalah milik orang.

2. Islam

Orang yang menggap dirinya beragama islam, tiang agama islam adalah

shalat, jika ia shalat berarti ia adalah orang islam.

3. Baligh dan berakal

Sudah dewasa dan mengeri mana yang benar dan mana yang salah, dan

berusaha menjauhi kemungkaran dan menjalankan kebenaran.

4. hartanya wajib dizakati

adalah harta yang dimiliki yang memiliki nilai sehingga wajib untuk

dizakati.

5. harta mencapai nishab dan haul

harta tersebut telah memiliki nilai dan waktu sesuai dengan batas

pembayaran zakat.

6. harta milik sempurna

11 Ibid, hal. 10912 Awan Kostrad D, 2007, Konsep dan Implementasi Supervisi syariah dalam Manajemen Lembaga Amil Zakat, Surakarta : Jei Press

Page 10: MAKALH ZAKAT

yaitu harta yang benar-benar milik pribadi bukan milik orang lain yang

dipinjamkan, atau harta warisan yang belum diwariskan.

7. tidak ada hutang

maksudnya adalah orang yang memiliki hutang karena untuk keperluan

konsumsi yang benar-benar dibutuhkan, bukan untuk kesenangan saja.

TUJUAN, HIKMAH DAN FAIDAH ZAKAT

Zakat sebagai salah satu kewajiban bagi seorang mikmin yang telah

ditentukan oleh Allah swt tentunya mempunyai tujuan, hikmah dan faedah seperti

halnya kewajiab yang lain. Zakat juga dianggap sebagai cirri masyarakat muslim,

sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. At- Taubah – 71

“dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh

(mengerjakan) yang ma'ruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat,

menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya. mereka itu akan

diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha

Bijaksana.” 13( Q.S. At-Taubah 71 )

Zakat juga dijuluki sebagai salah satu cirri orang yang menyemarakkan rumah

Allah. Seperti firman-Nya dalam Q.S. At-Taubah ayat 18

”hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang

beriman kepada Allah dan hari Kemudian, serta tetap mendirikan shalat,

emnunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, Maka

13 Opcit, Agus S & Alim Z, hal. 158

Page 11: MAKALH ZAKAT

merekalah orang-orang yang diharapkan Termasuk golongan orang-orang yang

mendapat petunjuk.”14 ( Q.S. At taubah 18 )

Menurut Yusuf Al-Qardhawi, dari kitap karangan Fakhrudin, zakat adalah

ibadah maliyah ijtima’iyah, artinya bahwa zakat itu tidak hanya berdimensi

maliyah ( harta / materi ), akan tetapi juga berdimensi ijtima’iyah ( social ). Dari

hal tersebut dapat dilihat hikmah dan manfaat yang besar, hikmah dari hal tersebut

antara lain adalah 15:

1. Menjaga harta dari pandangan dan tangan-tangan orang yang jahat

2. Membantu fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan

3. Membersihkan jiwa dari penyakit kikir dan bakhil serta membiasakan orang

mukmin dengan pengorbanan dan kedermawanan

4. Mensyukuri nikmat Allah SWT, berupa harta benda.

Sedangkan Didin Hafidhuddin dari kitab karangan Fakhrudin, mencatat lima

hikmah dan manfaat zakat, yaitu 16:

1. Sebagai perwujudan keimanan kepada Allah SWT, mensyukuri nikmat-Nya,

menumbuhkan akhlak mulia dengan rasa kemanusiaan yang tinggi,

menghilangkan sifat yang kikir, rakus dan materialistis, menumbuhkan

ketenangan hidup sekaligus membersihkan dan mengembangkan harta yang

dimiliki.

2. Karena zakat merupakan hak mustahiq, maka zakat berfungsi untuk

menolong, membantu dan membina terutama fakir miskin kea rah hidup yang

lebih baik dan lebih sejahtera, sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya dengan layak.

3. Sebagai pilar amal bersama antara orang-orang kaya yang berkecukupan

hidupnya dan para mujahid yang seluruh waktunya digunakan untuk berjihad.

4. Sebagai salah satu sumber dana bagi pembangunan sarana maupun prasarana

yang harus dimiliki umat islam, seperti sarana ibadah, pendidikan, kesehatan

sekaligus sebagai sarana pengembangan kualitas sumber daya manusia

muslim.

14 Ibid, hal. 15115 Fakhrudin, 2008, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : Uin Malang Press, hal. 2716 Ibid, hal. 28

Page 12: MAKALH ZAKAT

5. Untuk memasyarakatkan etika bisnis yang benar, sabab zakat itu bukanlah

membersihkan harta yang kotor, akan tetapi mengeluarkan bagian dari hak

orang lain dari harta kita yang kita usahakan dengan baik dan benar.

HARTA YANG WAJIB DIZAKATI

Menurut Al-Jaziziri dalam buku karya Asnaini, para ulama mahzab empat

secara ittifaq mengatakan bahwa jenis harta yang wajib dizakatkan ada lima

macam, yaitu :17

1. Binatang ternak ( unta, sapi, kerbau, kambing/domba)

2. Emas dan perak

3. Perdagangan

4. Pertambangan dan harta temuan

5. Pertanian ( gandum, kurma, anggur )

SASARAN ZAKAT

Mustahaqqu al-zakkah ( Asnaf / mustahiq ) menurut Q.S AT – Taubah ayat

60 ada 8 golongan yang berhak menerima zakat, yaitu :

1. Fakir

Kata fakir berarti orang yang sangat miskin dan hidup menderita yang

tidak memiliki apa-apa untuk hidup. Atau orang-orang yang sehat dan jujur

tetapi tidak mempunyai penghasilan.18

Dalam kenyataanya fakir dan miskin sulit dibedakan dan dipisahkan.

Sabahaddin dalam buku karangan Asnaini membagi masyarakat dalam tiga

golongan, yaitu :

a. Mereka yang pendapatannya tidak mencukupi kebutuhan pokoknya,

mereka bisa mengambil jatah zakat.

b. Mereka yang mencukupi kebutuhan pokoknya, tapi sisa pendapatannya

dibawah nisab, mereka tidak berkewajiban membayar zakat, tetapi tidak

berhak mengambil zakat.

c. Mereka yang pendapatannya mencukupi kebutuhan pokoknya dan sisanya

mencukupi satu nisab, mereka wajib membayar zakat.

17 Opcit, Asnaini. hal. 3518 Afzalur Rahman, 1995, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3, Jakarta : Dana Bakti Wakaf, hal. 298

Page 13: MAKALH ZAKAT

Dapat dikatakan bahwa apabila seseorang memiliki setengah dari

makanan untuk sehari semalam, maka ia tergolong fakir. Dan apabila ia

memiliki sehelai gamis tetapi tidak memiliki penutup kepala, sedang nilai

gamis hanya sekedar layak untuk dipakai maka ia disebut fakir.

An-Nawawi mengatakan bahwa yang termasuk fakir adalah bila

seseorang itu tidak mempunyai pekerjaan sama sekali atau mempunyai

pekerjaan, tapi tidak mencukupi kebutuhannya.

2. Miskin

Miskin adalah apabila penghasilannya tidak mencukupi kebutuhannya.

Adakalanya ia memiliki seribu dirham sedang ia tergolong miskin, tetapi

adakalanya ia hanya memiliki sebuah kapak dan tali sedang ia tergolong

berkecukupan. Ia hanya memiliki benda-benda yang diperlukan dan hanya

sekedar layak baginya.

Kata miskin mencakup semua orang yang lemah dan tidak berdaya

( cacat ) oleh karena dalam keadaan sakit, usia lanjut atau suatu peperangan,

baik yang mampu melakukan sesuatu pekerjaan atau tidak akan tetapi tidak

memperoleh penghasilan yang cukup untuk menjamin dirinya.19

3. ‘Amil

‘Amilin kata jama’ dari mufrad ‘amulun. Menurut imam syafi’I amilun

adalah orang yang diangkat untuk memungut zakat dari pemilik-pemiliknya

dan penunjuk jalan yang menolong mereka, karena mereka tidak dapat

memungut zakat tanpa pertolongan petunjuk jalan.

Dapat dikatakan bahwa ‘amil adalah orang-orang yang bertugas

mengumpulkan zakat termasuk ketua, penulis, bendahara dan petugas lainnya.

Menurut Yusuf Q., ‘amilun adalah semua orang yang bekerja dalam mengurus

perlengkapan administrasi urusan zakat, baik urusan pengumpulan,

pemeliharaan ketatausahaan, perhitungan, pendayagunaan dan lainnya.

Lebih ditegaskan amil adalah para pengelola yang berkaitan dengan

urusan-urusan zakat mulai dari pengambilan sampai kepada pendistribusian

dan proses-proses diantara keduanya, termasuk pengelolaan zakat serta teknik

19 Ibid, hal. 298

Page 14: MAKALH ZAKAT

yang lebih baik dilakukan agar zakat bermanfaat dan berhasil guna bagi

masyarakat.

4. Mu’allaf

Menurut Abu Ya’la dalam buku karangan Asnaini , mu’allaf terdiri dari

dua golongan, yaitu orang islam dan orang musyrik, yang terdiri dari empat

kategori yaitu mereka yang diizinkan hatinya agar cenderung menolong kaum

muslim, mereka yang dijinakkan hatinya agar cenderung membela umat islam,

mereka dijinakkan agar ingin masuk islam, dan mereka yang dijinakkan

dengan diberi zakat agar kaum dan sukunya agar tertarik masuk islam.

Untuk golongan kaum muslim terdiri atas tokoh dan pimpinan orang

islam, pimpinan orang-orang islam yang lemah imannya, orang-orang islam

yang berada di garis perbatasan musuh, dan golongan orang islam yang

diperlukan untuk memungut zakat dari orang-orang yang tidak akan

mengeluarkan zakat tanpa pengaruh mereka.

5. Al – Riqab

Imam Malik, Ahmad dan Ishaq ( Asnaini, 2008 ) adalah budak biasa

dengan jatah zakat mereka dapat dimerdekakan. Dapat dikatakan pula bahwa

budak mukatab, yaitu budak yang diberi kesempatan oleh tuannya untuk usaha

membebaskan dirinya, dengan membayar ganti rugi secara angsuran.

6. Al – Gharimin

Al Gharimin adalah kerja sama, dari kata mufrad Al Gharimu yang

artinya orang yang berhutang dan tidak bisa melunasinya.

Dilihat dari segi motivasi, dapat dibagi menjadi dua yaitu berhutang diluar

kepentingan pribadi di luar maksiat, misalnya berhutang untuk nafkah

keluarga, pakaian, membangun rumah dan berhutang untuk kepentingan

masyarakat ( maslahat Umat ). Syarat-syaratnya adalah :

1. Tidak mampu untuk membayar seluruh atau sebagian hutangnya

2. Ia berhutang untuk bidang ketaatan kepada Allah atau dalam bidang yang

mubah ( dibolehkan agama )

3. Hutang yang sudah harus dilunasi, bukan hutang yang masih lama masa

pembayarannya.

7. Sabili Allah

Page 15: MAKALH ZAKAT

Menurut bahasa sabil berarti jalan, sabil Allah berarti jalan Allah atau

jalan yang menuju kepada kerelaan Allah. Untuk jalan inilah Allah menyuruh

para nabi, yaitu untuk memberi petunjuk kepada manusia untuk berdakwah.

Ibnu Abidin mengatakan bahwa tiap-tiap orang yang berusaha dalam

bidang ketaatan kepada Allah dan jalan-jalan kebajikan, termasuk kedalam

sabilillah.

8. Ibnu Sabil

Menurut golonga Asy-syafiiyah, Ibnu As-Sabil ada dua macam : orang

yang mau bepergian dan orang yang di tengah perjalanan. Keduanya berhak

menerima zakat, meskipun ada yang mau menghutanginya atau ia mempunyai

harta di negerinya. Dalam pengertian ini mereka yang bepergian dalam bidang

ketaatan, seperti haji, perang ziarah yang disunahkan, berhak diberi bagian

zakat.

Adapun beberapa golongan yang tidak berhak menerima zakat, adalah

golongan-golongan sebagai berikut 20:

1. Orang kaya

2. Anak kecil yang dianggap kaya yang disebabkan orang tauanya kaya

3. Orang kuat yang mampu bekerja

4. Orang kafir, murtad, dan orang yang memerangi islam

KONSEP PENGELOLAAN ZAKAT

Pengelolaan zakat oleh lembaga pengelola zakat perlu memanajemen

kelembagaannya agar zakat dapat tersalurkan dengan baik dan sesuai dengan

kaidah islam, juga perlu adanya pengelolaan zakat yang secara langsung dapat

menyentuh masyarakat, perlu adanya pengelolaan zakat berbasis masyarakat.

Dengan begitu pengelola zakat memiliki beberapa keuntungan21 :

1. Adanya jaminan kepastian dan disiplin pembayaran zakat

2. Menjaga perasaan rendah diri para mustahiq apabila berhadapan langsung

untuk menerima zakat dari para muzakkai

20 Opcit. Syaffaruddin, hal. 7321 Didin H. & Fakhrudin, 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern, Jakarta : Gema Insani, hal. 126

Page 16: MAKALH ZAKAT

3. Pencapaian efisiensi dan efektivitas, serta sasaran yang tepat dalam

penggunaan harta zakat menurut skala prioritas yang ada pada suatu tempat

4. Memperlihatkan syiar islam dan semangat penyelenggaraan pemerintahan

yang islami

Pada dasarnya tidak masalah apabila muzakki menyerahkan secara langsung

zakat yang ia keluarkan untuk mustahiq tanpa melewati lembaga amil zakat.

Namun hal tersebut akan berpengaruh terhadap perekonomian Negara, jika

penyerahan melewati lembaga amil zakat, maka penyalurannya akan benar-benar

diperhatikan untuk apa dan untuk siapa dana zakat itu disalurkan dengan

pertimbangan-pertimbangan agar ekonomi Negara dapat tumbuh berkembang.

Jika zakat disalurkan sendiri maka tidak akan ada perhatian mengenai hal tersebut,

sebatas untuk memenuhi kewajiban sebagai umat islam saja.

AMIL SEBAGAI PENGELOLA ZAKAT

Amil adalah mereka yang melaksanakan segala kegiatan yang berkaitan

dengan urusan zakat, mulai dari proses penghimpunan, penjagaan pemeliharaan

sampai ke proses penditribusiannya, serta tugas pencatatan masuk dan keluarnya

dan zakat tersebut.

Para amil zakat mempunyai berbagai macam tugas dan pekerjaan

diantaranya adalah menghimpun dana zakat dari para muzakki dan menyaluran

dana-dana zakat tersebut kepada mustahiq dengan proses pencatatan, pengelolaan

dan pemeliharaan. Amil juga melakukan sensus terhadap orang-orang yang wajib

zakat dan besar zakat yang wajib dizakati. Amil juga harus mengetahui siapa saja

para mustahiq zakat, berapa jumlah mereka berapa kebutuhan mereka serta besar

biaya yang dapat mencukupi juga hal-hal lain yang berkaitan dengan zakat22.

Jika disendirikan, maka dalam pengelolaan zakat dapat dibagi menjadi dua

kelompok yaitu urusan pengumpulan zakat dan urusan pembagian zakat.

Pengumpul Zakat

Tugas dalam pengumpul zakat diantaranya adalah melakukan sensus

terhadap orang-orang wajib zakat sehingga dapat diketahui berapa siapa saja yang

22 Yusuf Qardawi, 2007, Hukum Zakat Terjemahan, Bogor : Pustaka Litera Antarnusa, hal. 546

Page 17: MAKALH ZAKAT

wajib untuk berzakat, macam harta yang mereka miliki karena setiap harta yang

mereka miliki harus dizakati, dan besarnya harta yang wajib dizakati, besarnya

harta tersebut untuk menentuk berapa jumlah zakat yang harus dibayarkan.

Setelah sensus dilakukan, kemudian dilakukan penagihan zakat kepada para

muzaaki, sebelum disalurkan maka disimpan dan dijaga, dan tidak boleh didaya

gunakan oleh amil, dalam pengumpulan harta zakat diperbolehkan untuk

menerima dalam bentuk uang.

Pembagian Zakat

Pembagia zakat bertugas memilih cara yang paling baik untuk menetahui

para mustahiq zakat, kemudian melaksanakan klasifikasi terhadap mereka dan

menyatakan hak-hak mereka. Juga menghitung jumlah kebutuhan mereka dan

jumlah biaya yang cukup untuk mereka. Akhirnya meletakkan dasar-dasar yang

sehat untuk pembagian zakat tersebut.

Imam Nawani dalam buku karangan Yusuf Q, berkata : ”Hendaklah imam

dan pelaksana serta orang yang diserahi tugas membagikan zakat melakukan

pencatatan para mustahik serta mengetahui jumlah mereka, sehingga seluruh zakat

itu diselesaikan setelah diketahui jumlah zakat itu, agar segera diselesaikan hak

mereka dan untuk menjaga terjadinya kerusakan barang yang ada padanya.23

Syarat – syarat Amil Zakat

Seseorang tidak bisa ditunjuk langsung menjadi seorang amil, karena untuk

menjadi seorang amil harus memiliki kriteria-kriteria tertentu, yaitu24 :

1. Seorang muslim

Karena zakat adalah urusan kaum muslimin, maka islam menjadi syarat bagi

segala urusan mereka. Ibni kudamah berkata : ”Setiap pekerjaan yang

memerlukan syarat amanah hendaknya disyariatkan islam bagi pelakunya

seperti menjadi saksi. Karena itu urusan kaum muslimin, maka

kepengurusannya tidak dapat diberikan kepada kaum kafir.

2. Hendaklah Petugas zakat adalah seorang mukallaf

Yaitu orang dewasa yang sehat akal dan fikirannya, sehingga mampu berfikir

dengan baik dalam pengelolaan zakat.

3. Hendaklah seorang yang jujur

23 Ibid, hal. 54724 Ibid, hal. 551

Page 18: MAKALH ZAKAT

Karena diamanati harta seluruh kaum muslimin hendaknya adalah orang yang

benar-benar jujur, janganlah orang yang fasik. Jangan sampai harta itu

digunakan sendiri dengan sewenang-wenang, karena itu bukan hak amil

sendiri.

4. Memahami hukum-hukum zakat

Sebab jika ia tidak mengetahui tentang hukum-hukum zakat tidak mungkin

mampu melaksanakan pekerjaannya, karena belum mengetahui ilmunya,

sehingga akan benyak membuat kesalahan

5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas

Harus ada syarat-syarat sehingga petugas zakat mempu menjalankan tugas-

tugasnya dengan baik, kejujuran saja belum cukup, bila tidak disertai

kemampuan dan kekuatan untuk bekerja.

6. Sebaikknya seorang laki-laki

Wanita tidak diperbolehkan mengemban tugas ini karena pekerjaan itu

menyangkut urusan sedekah, dengan penguatan dari kata nabi saw yang

berbunyi :

”Tidak akan berhasil suatu kaum bila urusan mereka diserahkan kepada

perempuan”

7. Orang yang merdeka bukan hamba sahaya

Dalam hadist riwayat Ahmad dan bukhari disebutkan bahwa :

”Dengarlah oleh kalian dan taatilah, walaupun yang memerintahkan kamu

seorang budak yang rambutnya kriting seperti Kismia”

Oleh budak pun urusan dapat diselesaikan, namun para ulama berpendapat

sebaiknya orang masalah zakat diselesaikan oleh orang yang merdeka.

Page 19: MAKALH ZAKAT

BAB II

PEMBAHASAN

MANAJEMEN PENGELOLAAN ZAKAT

Sebuah Lembaga/Badan Amil Zakat dalam pengelolaannya harus memiliki

kemampuan memanajemen lembaga tersebut agar dapat menyalurkan dana zakat

sesuai dengan prinsip islam. Maka dari itu agar pengelolaan zakat berjalan dengan

maksimal maka diperlukan manajemen yang baik.

Manajemen adalah kata serapan dari bahasa ingris “management” yang

berakar kata “manage” yang berarti kontrol dan “succeed” yang berarti sukses.25

Maka dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah pengendalian hingga

mencapai sukses yang diinginkan.

Adapun pengertian manajemen menurut James Stoner dikutup dari buku

karangan Sudirman, adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan

pengawasan usaha para anggota organisasi dengan menggunakan sumber daya

yang ada agar mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.26

Dalam pengelolaan zakat mencakup proses-proses yaitu memanajemen

zakat kemudian penghimpunan harta zakat dilanjutkan pengelolaan dan

pemberdayaan setelah dikelola dan diberdayakan kemudian didistribusikan ke

25 Opcit, Sudirman, hal. 7126 Ibid, hal. 71

Page 20: MAKALH ZAKAT

pada mutahiq. Setelah proses selesai maka dievaluasi agar dapat diketahui

kekurangan-kekurangan dalam pengelolaan zakat yang hal tersebut digunakan

sebagai rujuakan untuk perbaikan. Adapun penggambaran alur tersebut adalah

sebagai berikut 27:

Manajemen dalam pengelolaan zakat, secara umum dapat dikelompokkan

menjadi beberapa tahap, yaitu28 :

1. Adanya perencanaan

Perencanaan merupakan suatu aktifitas untuk membuat rancangan-

rancangan agenda kegiatan yang akan dilakukan oleh sebuah organisasi.

Dalam pengelolaan zakat, rencana strategis merupakan suatu unsur yang

perlu diperhatikan, terutama pada kepercayaan, jika amil zakat dapat

dipercaya maka muzakki akan menyalurkan dananya pada amil tersebut untuk

disalurkan kepada penerima zakat.

Dalam perencanaan hal-hal yang perlu dilakukan yaitu Pendirian

Badan/lembaga Pengelola zakat yang kompeten dengan cara merencanakan

pendirian lembaga/badan dengan memenuhi kebutuhan administrasi maupu

sumberdaya manusia yang sesuai bidang, jujur dan bertanggung jawab,

merencanakan legalitas formalnya dan merencanakan daya dukung yang

dibutuhkan, misalnya dukungan dari pemerintah daerah ataupun kota.

2. Pengorganisasian

Yang dimaksud dengan pengorganisasian adalah cara yang ditempuh

oleh sebuah lembaga zakat untuk mengatur kinerja lembaga termasuk para

anggotanya. Pengorganisasian tidak lepas dari koordinasi, yang sering

didefinisikan sebagai upaya penyatuan sikap dan langkah dalam sebuah

organisasiuntuk mencapai tujuan.

27 Opcit, Awan Kostrad.28 Ibid, hal. 80

Manj. Zakat

Penghimpunan Harta Zakat

Pengelolaan & pemberdayaan

Distribusi

Evaluasi Laporan

Page 21: MAKALH ZAKAT

Koordinasi harus berjalan dengan lancar jika menginginkan semua

anggota melakukan tugas sesuai dengan kewajibannya. Koordinasi sangat

perlu dilakukan sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan untuk

menghindari perilaku anggota yang berjalan dengan kemauannya sendiri.

3. Pelaksanaan dan pengarahan

Pelaksanaan dalam sebuah manajemen adalah aktualisasi perencanaan yang

dicanangkan oleh perusahaan, sedangkan pengarahan adalah proses penjagaan

agar pelaksanaan program kegiatan dapat berjalan sesuai dengan rencana.

Komponen-komponen dari pelaksanaan adalah

a. Motivasi yang akan memunculkan semangat bekerja dan pantang

menyerah saat menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.

b. Komunikasi merupakan kegiatan untuk menyampaikan informasi secara

timbale balik sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.

c. Kepemimpinan adalah unsure esensial dalam sebuah organisasi seiring

sinyalmen umum bahwa warna organisasi tergantung siapa yang

memimpin.

4. Pengawasan

Pengawasan merupakan proses untuk menganjurkan aktivitas positif dan

mencegah perbuatan yang menyalahi aturan atau dalam bahasa agama biasa

disebut dengan amar ma’ruf nahi munkar.pengawasan berfungsi sebagai

pengawal agar tujuan organisasi dapat tercapai. Pengawasan dalam lembaga

zakat, setidaknya ada dua subtitusi yaitu secara fungsional pengawasan

terhadap amil telah menyatu dalam diri amil. Secara formal lembaga zakat

memiliki Dewan Syariah yang secara structural berada sejajar dengan ketua

lembaga zakat.

PERSYARATAN LEMBAGA PENGELOLA ZAKAT

Yusuf Al-Qardhawi dalam buku karangan Didin & Fakhrudin, menyatakan

bahwa seorang yang ditunjuk sebagai amil zakat atau pengelola zakat, harus

memiliki beberapa persyaratan sebagai berikut29 :

29 Opcit, Didin & Fakhrudin, hal. 286

Page 22: MAKALH ZAKAT

1. Beragam islam, zakat adalah salah satu salah satu urusan agama utama kaum

muslimin yang termasuk rukun islam ( rukun islam ketiga ), karena itu sudah

saatnya apabila urusan penting kaum muslimin ini diurus oleh sesama muslim.

2. Mukallaf yaitu orang dewasa yang sehat akal pikirannya yang siap menerima

tanggung jawab mengurus urusan umat

3. Memiliki sifat amanah atau jujur, sifat ini sangat penting karena berkaitan

dengan kepercayaan ummat. Artinya para muzakki akan dengan rela

menyerahkan zakatnya melalui lembaga pengelolaan zakat, jika lembaga ini

memang patut dan layak dipercaya. Keamanahan itu diwujudkan dalam

bentuk transparasi dalam menyampaikan laporan pertanggung jawabannya

secara berkala dan juga ketepatan penyalurannya sejalan dengan ketentuan

islam

4. Mengerti dan memahami hukum-hukum zakat yang menyebabkan ia mampu

melakukan sosialisasi segala sesuatu yang berkaitan dengan zakat kepada

masyarakat

5. Memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya.

Amanah dan jujur merupakan syarat yang sangat penting, akan tetapi juga

harus ditunjang dengan kemampuan dalam melaksanakan tugas.

6. Kesungguhan amil zakat dalam melaksanakan tugas. Amil zakat yang baik

adalah amil zakat yang full-time dalam melaksanakan tugasnya, tidak asal-

asalan dan tidak pula sebagai omset menghasilkan uang, sebagimana yang

diterangkan dalam hadis berikut :

: اَع�ُد�ِّي: ِرض َق�اَل� ْع�ُد8 الَّس ِح�َمَن� ِبْـَن� ُس� �ُد� الِر �ُد8 َع�ِب �ى ِح�َم�ْي �ِب َع�َن� اَة� ـ ْي ـ� �ِب ت ـ� �َه� اِبْـَن� الل َق�اَل� ل ـ� ِد� ُّي �َز� �َال " ِم�َن� ا ُج�َال �ُّي� ص ِر� ِب ْع�َم�ُل� الـَّن ـ� ت �ُس� ا�ل�ُّي، �ْه�ُد�ِّي� ا �ُم� َو� ْهَذ�ا ا �ُك : ْهَذ�ا ل �َما َق�ُد�َم� َق�اَل� ل َع�ل�ى الَّصُد�َق�َة�. َفـ�

�َه� ْي ـ� �ى َع�ل �ثْـَّن �ِر�، َف�َح�َم�ُد� اللَه� َو� ا �ِب �لَم�َّن ْو�َل� اللَه� ص َع�ل�ى ا ُس� َق�اَم� ِر� َفـ��لْع�َم�ُل� �ُم� َع�ل�ى ا �ُك ُج�ُل� ِم�َّن �ْع�َم�ُل� الِر ت �ُس� :ى ا �ْن ا �ْع�ُد�، َفـ� �ِما ِب : ا �ُم َق�اَل� ث

�ْت� �ْه�ُد�ُّي َةR ا �ُم� َو� ْهَذ�ا ْه�ُد�ُّي �ُك : ْهَذ�ا ل �َق�ْو�َل� ْي �ى َفـ� �َت �ْأ ْي �ُّي� اللَه� َفـ� ْن ِم�َما َو�َال�َّن� �َه� ا ت �َه� ْه�ُد�ُّيـ َتِـْي

� ْأ ـ� ى َت �ِم:َه� ِح�ت �َو� ا �َه� ا ْي ـ� �ِب �ْت� ا ْي ـ� � ُج�ل�َس� َف�ى ِب �َف�َال ل�ى، ا �َال �ِر� ِح�َق:َه� ا َغ�ْي ـ� "ا ِب �ًئ ْي �ُم� َش� �ُك �ِح�ُدR ِم�َّن �َخ�َذ� ا ْأ ـ� � ُّي �اَّن� َص�اِد�َق"ا، َو� اللَه� َال َك

�ُم� �ُك �ِح�ُد"ا ِم�َّن �� َع�ِر�َف�َن ا �اِم�َة� َف�َال �لـَق�ْي �ْو�َم� ا �َه� ُّي �َح�َم�ل �ْع�ال�ى ُّي َق�ُّي� اللَه� َت ـ� لاَة" �َو� َش� َه�ا َخ�ْو�اِرR ا ـ� َة" ل َق�ِر� ـ� �َو� ِب َغ�اٌءR ا �َه� ِر� ا ل �ِر" ْع�ْي ـ� �َح�َم�ُل� ِب َق�ُّي� اللَه� ُّي ـ� ل

Page 23: MAKALH ZAKAT

]َه�ُم �لل : ا َق�اَل� �َه� َفـ� ْي �َطـ� �ِب �اض� ا ْي ـ� ِؤ�ِّي� ِب ى ِر� �ُد�ُّيْـَه� ِح�ت َف�َع� ُّي �ُم ِر� . ث �ْع�ِر� ْي ـ� َتَغ�ْت� ـ ل ـ� . ِمتفق َعلْيَهْه�ُل� ِب

Dari Abu Humaid Abdurrahman bin Sa'ad As-Sa'dy RA ia berkata : Rasulullah SAW pernah mengangkat seseorang dari suku Al-Azdi yang bernama Al-Lutbiyah untuk mengumpulkan zakat, Setelah orang itu kembali kepada Rasulullah SAW, ia berkata : "Yang ini buat kamu dan ini untuk saya (saya mendapat hadiah dari orang-orang)". Maka Rasulullah SAW naik ke mimbar, memuji Allah dan menyanjung-Nya, kemudian beliau bersabda : "Amma ba'du, sesungguhnya aku mengangkat seseorang diantara kamu sekalian untuk suatu tugas yang diberikan Allah kepadaku, lalu ketika datang ia berkata : "Ini bagianmu, dan yang ini kepunyaan saya sendiri yang saya mendapat hadiah dari orang-orang". Mengapakah ia tidak duduk saja di rumah ayahnya atau di rumah ibunya sehingga hadiah itu datang kepadanya, jika memang ia benar. Demi Allah, tiada seorangpun diantara kalian yang mengambil sesuatu yang bukan haknya, melainkan akan memikulnya ketika bertemu Allah Ta'ala pada hari qiyamat. Maka akan saya ketahui seseorang yang memikul onta yang bersuara atau lembu yang bersuara atau kambing yang mengembik". Kemudian Rasulullah SAW mengangkat kedua tangannya sehingga terlihat putih kedua ketiaknya sambil mengucapkan : "Allahumma hal ballaghtu". (Ya Allah, bukankah saya sudah menyampaikan).30 [Muttafaq 'alaih]

Persyaratan tersebut diatas pernah dijalan kan Umar bin Abdul Azis, yang

terkenal karena kebijakannya dan keadilannya serta keberhasilannya dalam

memajukan dan mensejahterakan masyarakat, termasuk keberhasilannya dalam

penanganan zakat yang ditujukan untuk mengentaskan kemiskinan, sehingga para

petugas zakat mengalami kesulitan dalam mencari golongan fakir miskin yang

membutuhkan harta zakat tersebut. Memang sifat amanah dan jujur akan menarik

rizki dan kemudahan, sebaliknya sifat khianat dan kemungkaran akan

menyebabkan kefakiran dan kesulitan.

BAITUL – MAL ZAKAT

Zakat adalah kewajiban yang bersifat pasti, telah ditetapkan sebagai suatu

kewajiban dari Allah. Dikeluarkan oleh orang yang mengharapkan ridho Allah

dan balasan kehidupan yang baik di akhirat nanti. Tidak dilaksanakan oleh orang

yang lemah keyakinannya terhadap hari kemudian atau kiamat, dan orang yang

memiliki sedikit rasa takut kepada Allah, dan yang cintanya kepada harta

mengalahkan cintanya kepada Allah.

30 Ibid, hal.54

Page 24: MAKALH ZAKAT

Zakat tak hanya ada pada masa Rasulullah, zakat sudah ada dari zaman

sebelum nabi Muhammad, seperti Nabi Isa, Ismail, Ibrahim juga masa bani

israel.31

Kemudian selain dari pada itu, bahwa pelaksanaan zakat itu harus diawasi

oleh penguasa, dilakukan oleh petugas yang bersih dengan rapi dan teratur.

Dipungut dari orang yang wajib mengeluarkan zakat untuk diberikan kepada

orang yang berhak menerima zakat. Perintah ini sesuai dengan Q.S. Al Anbiya’

ayat 73

“Kami telah menjadikan mereka itu sebagai pemimpin-pemimpin yang memberi

petunjuk dengan perintah Kami dan telah Kami wahyukan kepada, mereka

mengerjakan kebajikan, mendirikan sembahyang, menunaikan zakat, dan hanya

kepada kamilah mereka selalu menyembah.”32

Dalam ayat tersebut di atas menjelaskan bahwa dalam suatu jamaah

diperulkan adanya pemimpin, yang diteruskan dengan perintah shalat dan zakat.

Hal tersebut menunjukkan bahwa shalat dan zakat membutuhkan suatu

kepemimpinan. Jika dalam shalat pemimpin adalah imam maka dalam zakat

pemimpin adalah orang yang memimpin dalam pengelolaan zakat kaum

muslimin, hal ini membuktikan bahwa dalam menyalurkan zakat perlu adanya

pengelolaan oleh seorang pemimpin.

Islam menjadikan zakat bukan hanya sebagai sumbangan wajib, tetapi

sebagai suatu lembaga negara yang harus dikumpulkan dan didistribusikan oleh

pemerintah, dengan jelas Al Qur’an menyatakan bahwa institusi zakat harus

dibentuk, diorganisasi dan dipelihara oleh pemegang kekuasaa. Menjaga institusi

zakat dinyatakan sebagai salah satu sarana yang penting yang harus diambil untuk

membangun negara islam bilamana mereka memegang kekuasaan.33 Hal ini juga

diterapkan oleh Umar bin Abdul Azis dalam kepemimpinannya.

31 Opcit, Afzalur Rahman, hal. 260 32 Opcit, Agus S & Alim Z, hal. 26233 Opcit, Afzalur Rahman, hal. 262

Page 25: MAKALH ZAKAT

Pada masa Nabi dan para sahabat-sahabatnya termasuk masa Umar bis

Abdul Azis, zakat bukanlah sebagai urusan pribadi, akan tetapi merupakan tugas

pemerintah islam. Islam mewakilkan penugasan penarikan zakat, kemudian

membagikannya kepada mustahiq, hal tersebut dilakukan karena34 :

1. Sesungguhnya kebanyakan manusia telah mati hatinya atau terkena penyakit

dan kelemahan/kurus kering. Untuk itu ada jaminan bagi si fakir dan haknya

tidak diabaikan begitu saja.

2. Si fakir minta kepada pemerintah, bukan dari pribadi orang kaya, untuk

memelihara kehormatan dan air mukanya dari perasaan belas kasih sebab

meminta, serta memelihara perasaan dan tidak melukai hati.

3. dengan tidak memberikan urusan ini pada pribadi-pribadi, berarti menjadikan

urusan pembagian zakat sama besar. Sebab terkadang banyak si kaya yang

memberikan zakat kepada seorang fakir saja sementara fakir lain terlupakan.

4. sesungguhnya zakat itu bukan hanya diberikan kepada pribadi fakir, miskin

dan ibnu sabil saja. Tetapi juga ada sasaran yang berhubungan dengan

kemaslahatan umat, yang tidak bisa dilakukan oleh perorangan.

5. Sesungguhnya islam adalah agama dan pemerintahan, Qur’an dan kekuasaa.

Untuk tegaknya kekuasaan ini dibutuhkan harta, yang dengan itu pula

dilaksanakan syariat

Dari hal tersebut di atas dapat dikatakan bahwa zakat itu mempunyai aturan

yang khusus di keluarkan pada sasaran tertentu dan terbatas, yaitu sasaran

kemanusiaan dan keislaman.

Diterangkan dalam Q.S. At-taubah bahwa petugas zakat berhak mengambil

bagian dari zakat tersebut. Maksudnya adalah, bahwa zakat mempunyai aturan

tersendiri, dikeluarkan dari pos-pos tertentu, sebagaimana diterangkan dalam bab

sasaran zakat. Terlihat bahwa sejak dahulu telah ada baitul mal tersendiri untuk

zakat.

PENGELOLAAN ZAKAT MASA UMAR BIN ABDUL AZIS

Masa kepemimpinan khalifah Umar bin Abdul Azis cukup singkat yaitu 3

tahun antara tahun 99 – 102 Hijriyah. Maskipun masa kepemimpinannya cukup

34Opcit, Yusuf Q, hal. 742

Page 26: MAKALH ZAKAT

singkat namun ia telah menjadi icon umat islam dalam mensejahterakan

rakyatnya, ia berhasil mengentaskan kemiskinan. Ibnu Abdil Hakam

meriwayatkan, “saya pernah diutus oleh Umar Bin Abdul Azis untuk memungut

zakat ke Afrika. Setelah memungut saya bermaksud memberikannya kepada

orang-orang miskin, tapi saya tidak menjumpai seorangpun. Umar bin Abdul Azis

telah menjadikan semua rakyat pada waktu itu berkecukupan. Akhirnya saya

memutuskan untuk membeli budak lalu memerdekakannya.”35

Kemakmuran itu tak hanya pada kaum Afrika, tetapi juga merata di seluruh

penjuru wilayah khalifah islam, seperti irak dan basrah. Abu ubaid mengisahkan,

khalifah Umar bin Abdul Azis mengirimkan surat kepada hamid bi Abdurrahman,

gubernur irak, agar membayar semua gaji dan hak rutin di propinsi itu. Dan dalam

surat balasannya Abdul Hamid berkata, “Saya sudah membayar semua gaji dan

hak mereka. Namun di baitul mall masih terdapat banyak uang yang terkumpul.”

Khalifah Umar bin Abdul Azis memerintahkan, “Carilah orang yang dililat

hutang tetapi tidak boros. Berilah ia uang untuk melunasi hutngnya. Abdul

Hamid kembali memberikan balasan Kepada Umar bin Abdul Azis, “Saya sudah

membayar utang mereka, tetapi di Bait Al- Mall masih banyak uang tersimpan.”36

Khalifah memerintahkan lagi, “kalau ada orang lajang yang tidak memiliki

harta lalu dia ingin menikah, nikahkan dia dan bayarlah maharnya. Abdul Hamid

menyurati khalifah lagi, “Saya sudah menikahkan semua yang ingin menikah.

Namun, di Bait al-mall ternyata masih juga banyak uang yang tersimpan.”

Akhirnya khalifah memberikan pengarahan, “Carilah orang yang bisa membayar

Jizyah dan kharaj. Kalau ada yang kekurangan modal, berilah mereka pinjaman

agar mampu mengolah tanhnya. Kita tidak menuntut pengembalian kecuali

setelah dua tahun atau lebih.

Sementara itu gubernur Basrah pernah mengirim surat kepada khalifah

Umar bin Abdul Azis, “Semua rakyat hidup sejahtera sampai saya sendiri

khawatir mereka akan menjadi takabur dan sombong.” Khalifah umar dalam

surat balasannya berkata, “Ketika Allah memasukkan calon penghuni surga ke

dalam surga dan calon penghuni neraka ke dalam neraka, Allah SWT merasa

35 Opcit, Fakhruddin, hal. 23736 Ibid, hal. 238

Page 27: MAKALH ZAKAT

ridho kepada penghuni surge karena mereka berkata, segala puji milik Allah yang

telah memenuhi janji-Nya.” ( Q.S. Az-Zumar ayat 74 )37

“dan mereka mengucapkan: "Segala puji bagi Allah yang telah memenuhi janji-

Nya kepada Kami dan telah (memberi) kepada Kami tempat ini sedang Kami

(diperkenankan) menempati tempat dalam syurga di mana saja yang Kami

kehendaki; Maka syurga Itulah Sebaik-baik Balasan bagi orang-orang yang

beramal".

Hal tersebut di atas membuktikan keberhasilan Umar bin Abdul Azis dalam

mengelola zakat di masa kepemimpinannya, yang dibuktikan dengan tidak adanya

orang miskin yang ditemukan untuk diberikan zakat. Para amil kesulitan untuk

menyalurkan zakat kemana.

Mungkin indikator kemampuan yang ada ketika itu sulit akan terulang

kembali, yaitu ketika para amil zakat berkeliling di perkampungan-perkampungan

Afrika, tetapi ia tidak menemukan seoranpun yang mau menerima zakat. Negara

benar-benar mengalami surplus, bahkan sampai ke tingkat dimana utang-utang

pribadi dan biaya-biaya pernikahan wargapun ditanggung oelh Negara.

Sebenarnya Umar bin Abdul Azis menyadari dengan baik bahwa ia adalah

bagian dari masa lalu. Ia tidak mungkin sanggup melakukan perbaikan dalam

kehidupan Negara yang luas kecuali kalau ia berani memulainya dari dirinya

sendiri, kemudian melanjutkannya pada keluarga intinya dan selanjutnya pada

keluarga istana yang lebih besar. Oleh karena itu maka ia mengatur beberapa

langkah, diantaranya sebagai berikut38 :

1. Membersihkan dirinya sendiri, keluarga dan istana kerajaan. Dengan tekad

itulah ia memulai reformasi besar yang abadi dalam sejarah. Begitu selesai

dilantik Umar bin Abdul Azis segera memerintahkan mengembalikan seluruh

harta pribadinya, baik berupa barang maupun uang, ke kas Negara termasuk

seluruh pakiannya yang mewah. Ia juga menolak tinggal di istana, ia tetap

menetap di rumahnya. Pola hidupnya berubah secara total, dari seorang 37 Opcit, Agus S. & Alim Z, hal. 37238 Opcit, Fachrudin, hal. 239

Page 28: MAKALH ZAKAT

pencinta dunia menjadi seorang zahid yang hanya mencari kehidupan akhirat

yang abadi. Sejak berkuasa ia tak pernah lagi tidur siang, mencicipi makanan

enak. Akibatnya, badan yang tadinya padat, kekar dan berisi akhirnya berubah

menjadi kurus.

Setetah ia selesai kepada dirinya, ia melangkah kepada keluarga intinya.

Ia memberikan dua pilihan kepada istrinya, “Kembalikan seluruh perhiasan

dan harta pribadimu ke kas Negara, atau kita harus bercerai.” Istrinya,

Fatimah binti Abdul Malik memilih ikut bersama istrinya dalam kafilah

reformasi tersebut. Langkah itu juga ia laksanakan dengan anak-anaknya.

Suatu saat anak-anaknya memprotes Karena sejak beliau menjadi

khalifah mereka tidak pernah lagi meniknati makanan-makanan enak dan lezat

yang bisa mereka nikmati seperti sebelumnya, mereka tidak bisa merasakan

kenikmatan-kenikmatan seperti sebelumnya. Tetapi justru Umar menangis

tersedu-sedu dan memberikan dua pilihan kepada anak-anaknya, “saya beri

kalian makanan yang lezat – lezat tapi kalian harus rela menjebloskan saya ke

neraka, atau kalian bersabar dengan makanan yang sederhana dan kita akan

masuk surga”.

Selanjutnya, Umar melangkah ke istana dan keluarga istana. Ia

memerintahkan menjual seluruh barang-barang mewah yang ada di istana dan

mengembalikan harganya ke kas Negara. Setelah itu ia mulai mencabut semua

fasilitas kemewahan yang selama ini diberikan oleh keluarga istana, satu per

satu dan perlahan – lahan. Hingga terjadi protes keras dari keluarga istana,

Tetapi umar tetap tegar menghadapi mereka. Hingga suatu saat setelah

gagalnya upaya-upaya keluarga istana menekan Umar bin Abdul Azis, mereka

mengutus seorang bibi Umar menghadapnya. Boleh jadi Umar tegar

menghadapi tekanan, tapi mungkin ia bisa terenyuh menghadapi rengekan

seorang perempuan. Umar sudah mengetahui rencana itu begitu sang bibi

memasuki rumah. Umarpun segera memerintahkan mengambil sebuah uang

logam dan meletakkan daging diatasnya. Umar lalu berkata kepada sang bibi,

“Apakah bibi rela menyaksikan saya dibakar di neraka seperti daging ini

hanya untuk memuaskan keserakahan kalian? Berhantilah menekan atau

merayu saya, sebab saya tidak akan mundur dari jalan reformasi ini”.

Page 29: MAKALH ZAKAT

Langkah pembersihan diri, keluarga dan istana ini telah meyakinkan

public akan kuatnya political will untuk melakukan reformasi dalam

kehidupan bernegara, khususnya dalam pemberian Korupsi, Kolusi dan

Nepotisme ( KKN ). Sang pemimpin telah menunjukkan tekadnya dan

memberikan keteladanan yang begitu menakjubkan.

2. Penghematan total dalam penyelanggaraan Negara. Langkah ini jauh lebih

mudah dibandingkan langkah yang pertama, karena pada dasarnya pemerintah

telah menunjukkan kredibilitas di depan public melalui langkah pertama yaitu

pembenahan diri, keluarga dan keluarga istana. Tetapi dampaknya sangat luas

dalam menyelesaiakan krisis ekonomi yang terjadi ketika itu.

3. Melakukan redistribusi Negara secara adil. Dengan melakukan restrukturisasi

organisasi Negara, pemangkasan birokrasi, penyederhanaan system

administrasi. Pada dasarnya Umar telah menghemat belanja Negara dan pada

waktu yang sama ia juga mensosialisasikan semangat bisnis dan

kewirausahaan di tengah-tengah masyarakat, dengan menumbuhkan jiwa

bisnis dalam diri rakyat. Dengan cara begitu Umar dapat memperbesar

sumber-sumber pendapatan Negara melalui zakat, pajak dan jizyah.

Dalam konsep distribusi zakat, penetapan delapan obyek penerima zakat

atau mustahiq, sesungguhnya mempunyai arti bahwa zakat adalah sebentuk

subsidi langsung. Zakat harus memiliki dampak pemberdyaan kepada

masyarakat yang berdaya beli rendah. Sehingga dengan meningkatnya daya

beli mereka, secara langsung zakat ikut merangsang tumbuhnya demand atau

permintaan dari masyarakat, yang selanjutnya mendorong meningkatnya

suplai. Dengan meningkatnya konsumsi masyarakat, maka produksi juga akan

ikut meningkat. Jadi, pola distribusi zakat bukan hanya berdampak pada

hilangnya kemiskinan absolute, tapi juga dapat menjadi factor stimulant bagi

pertumbuhan ekonomi di tingkat makro.

Hal itulah yang kemudian terjadi pada masa Umar bin abdul Azis.

Jumlah pembayar zakat terus meningkat, sementara jumlah penerima zakat

terus berkurang, bahkan habis sama sekali. Para amil zakat berkeliling ke

pelosok-pelosok Afrika untuk membagikan zakat, tapi tak seorangpun yang

mau menerima zakat. Artinya para mustahiq zakat benar-benar habis secara

Page 30: MAKALH ZAKAT

absolute, sehingga Negara mengalami surplus. Kemudian, redistribusi

kekayaan Negara selanjutnya diarhkan kepada subsidi pembayaran utang-

utang pribadi dan subs idi social dalam bentuk pembiayaan kebutuhan dasar

yang sebenarnya tidak menjadi tanggungan Negara, seperti biaya perkawinan.

Suatu saat akibat surplus yang berlebih, Negara mengumumkan bahwa Negara

akan menanggung seluruh biaya pernikahan bagi setiap pemuda yang hendak

menikah di usia muda.

Tentang kepeduliannya terhadap zakat, Umar meminta dengan tegas

agar pengumpulan zakat dari muslim yang kaya tidak hanya dipandang

sebagai aturan ilahi semata. Melainkan hal itu harus dijadikan sebagai hak

bagi muslim yang miskin.

Agar tetap berada di jalan yang benar, dia menyimpan traskip surat yang

dikirim Rasulullah saw dan Umar bin Khattab kepada para gubernur dan

pengumpul zakat. Ia menjadikan surat itu sebagai rujukan dalam membekali

dan menasehati para gubernur dan pengumpul zakat agr mengikuti bimbingan

Rasulullah saw dan mengamalkan kebijakan yang dilakukan para khalifah.39

39 Ibid, hal. 242

Page 31: MAKALH ZAKAT

BAB IV

ANALISIS PEMBAHASAN

Pengelolaan zakat yang dilakukan Oleh Umar bin Abdul Azis telah

memberikan dampak besar bagi perekonomian negara dan kesejahteraan rakyat

pada masa itu. Karena sistem pengelolaan yang dijalankannya, sehingga tidak ada

lagi orang miskin pada masa akhir periode kepemimpinannya. Adapun

kesimpulan penulis tentang sistem yang dilakukan oleh Umar bin Abdul Azis

adalah sebagai berikut :

1. Menerapkan kepada diri sendiri, keluarga, pemerintahan dan rakyatnya untuk

tidak menggunakan hak dari orang-orang yang ditentuka untuk menerima

zakat dengan tegas dan disiplin.

2. Memrintahkan amil-amil di setiap wilayah kekuasaan untuk mengambil zakat

dari muzakki, yaitu orang-orang yang beragama islam di wilayah amil tersebut

beroperasi.

3. Memerintahakan para amil untuk menelusuri setiap wilayah yang mereka

pegang masing-masing untuk mencari keluarga atau orang yang membutuhkan

zakat.

Amil adalah orang yang benar-benar jujur dan dapat dipercaya, hal

tersebutlah yang memberikan kkeberhasilan pengelolaan zakat pada masa Umar

bin Abdul Azis, juga ketegasan Umar dalam menjalankan syariah islam meskipun

ditentang oleh banyak pihak.

Jika Hal tersebut diterapkan di Indonesia ada kemungkinan perekonomian

Indonesia akan mengalami peningkatan yang pesat, meskipun tidak dapat

mengentaskan semua kemiskinan, namun dapat mengurang sebagian besar

kemiskinan di indonesia dibanding keadaan saat ini.

Pengelolaan zakat di yaman Umar bin Abdul Azis dengan cara mengutus

setiap amil untuk berhijrah/pergi ke suatu daerah untuk mengumpulkan dan

Page 32: MAKALH ZAKAT

mendistribusikan zakat, juga dengan memerintahakan setiap gubernur untuk

menarik zakatnya kepada pemerintah lokal.

Penerapan itu dapat di terapka di Indonesia dengan sistem piramida

pemerintahan, dari lokal kecil seperti RT atau kelurahan hingga ke pemerintah

pusat/ pemerintah daerah dengan bagan sebagai berikut40 :

Jika pengelolaan zakat dilaksanakan oleh pemerintah dengan jujur dan

dengan manajemen yang baik akan dapat menglang sejarah pada masa Umar bi

Abdul Azis. Lembaga/Badan Amil Zakat keseluruhan harusnya berada di bawah

kekuasaan pemerintah. Dan Lembaga-lembaga tersebutlah yang menjalankan

seluruh pengelolaan zakat dengan kebijakan-kebijakan pemerintah yaitu setiap

lembaga harus dapat memberikan kepercayaan penuh kepada muzakki. Zakat

bukan diserahkan oleh muzakki tetapi lembaga harus mampu menarik zakat dari

para muzakki yang kemudian mendistribusikan kepada delapan golongan

penerima zakat baik secara produktifzakat baik secara produktif maupun secara

konsumtif sesuai kebutuhan.

40 Fauzi M, 2007, Mosque Zakah Management Network : Pemberdayaan Fungsi mAsjid dalam Pengelolaan Zakat, Surakarta : Jei Press, hal. 49

Badan Pengelola zakat nasional

Badan Pengelola zakat Provinsi

Badan Pengelola zakat kabupaten

Badan Pengelola zakat kecamatan Badan Pengelola zakat kecamatan

Badan Pengelola zakat desa

Badan Pengelola zakat desa

Badan Pengelola zakat desa

Badan Pengelola zakat desa

BPZ dusun

BPZ dusun

BPZ dusun

BPZ dusun

BPZ dusun

BPZ dusun

BPZ dusun

BPZ dusun

Page 33: MAKALH ZAKAT

Yang terpenting dari pengorganisasian adalah sebuah kejujuran, ketelitian

dan kemampuan untu menjalankan usaha dengan sungguh-sungguh.

BAB V

PENUTUP

KESIMPULAN

Metode pengelolaan zakat di masa siapapun pada intinya dapat

meningkatkan taraf ekonomi suatu bangsa, apabila pengelolaannya dimanajemen

dengan baik dan dijalankan oleh pemerintah.

Penerapan pengelolaan zakat yang kurang baik di indonesia saat ini

dikarenakan kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pengelola

zakat, yang pada kenyataannya belum tentu lembaga tersebut benar-benar

memiliki kejujuran yang penuh. Penyebab yang lain adalah karena kurang

tahunya masyarakat indonesia yang mayoritas penduduknya islam terhadap

kewajiban membayar zakat mal.

Berbeda dengan pengelolaan pada masa Umar bin Abdul Azis, pengelolaan

benar-benar ditegaskan dan penuh kedisiplinan. Para amil yang mendatangi setiap

orang muslim untuk meminta pembayaran zakat dan mengenalkan faedah dari

sakat itu sendiri. Dengan demikian, mereka tahu bahwa kita sebagai orang muslim

wajib hukumnya membayar zakat.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang telah didapatkan, maka ada beberapa hal yang

menjadi saran bagi penulis sebagai berikut :

1. Bagi Lembaga Amil Zakat

Untuk dapat mendistribusikan dengan benar dana zakat, maka dibutuhkan

sumber daya manusia yang benar-benar mengerti tentang zakat dan terutama

harus menjadi lembaga pengelola zakat yang jujur, sehingga dapat dipercaya.

Agar pengelolaan dana zakat berjalan dengan baik, maka dibuat hirarki

pengelolaan zakat, sehingga dapat menjamah tempat-tempat yang sulit

didetksi.

Page 34: MAKALH ZAKAT

2. Bagi Muzakki

Zakat adalah suatu kewajiban bagi umat islam, maka meskipun sulit

menemukan lembaga zakat yang dapat dipercaya, sebagai seorang muzakki

harus tetap dapat menyalurkan dana zakat kepada yang membuthkan.

3. Bagi Mustahik

Dengan dana zakat yang disalurkan kepada mustahik, maka mustahik harus

dapat menggunakan dana tersebut dengan sebaik-baiknya, jika mampu

berinisitif sendiri untuk menggunakan dana tersebut agar dapat produktif,

sehingga dari mustahik berubah menjadi muzakki.

Page 35: MAKALH ZAKAT

DAFTAR PUSTAKA

Asnaini, 2008, Zakat Produktif dalam Perspektif Hukum Islam, Yogyakarta :

Pustaka Pelajar.

Fakhrudin, 2008, Fiqh dan Manajemen Zakat di Indonesia. Malang : Uin

Malang Press

Hafiddudin, Didin & Fakhrudin, 2002, Zakat dalam Perekonomian Modern.

Jakarta : Gema Insani

HZ, Syarafuddin. dkk, 2004, Studi Islam 2, Surakarta : Lembaga Studi Islam.

Kostrad D, Awan, 2007, Jurnal : Konsep dan Implementasi Supervisi syariah

dalam Manajemen Lembaga Amil Zakat, Surakarta : Jei Press

Minhaji, 2003. Teori Koprehensif tentang Zakat dan Pajak, Yogyakarta : Tiara

Wacana

Muharom, Fauzi, 2007, Jurnal : Mosque Zakah Management Network :

Pemberdayaan Fungsi mAsjid dalam Pengelolaan Zakat, Surakarta : Jei

Press

Munadi, Muhammad, 2007, Jural : Pengelolaan Zakat : Sebuah Eksperimental,

Surakarta : Jei Press

Qardawi, Yusuf, 2007, Hukum Zakat Terjemahan, Bogor : Pustaka Litera

Antarnusa

Rahman, Afzalur, 1995, Doktrin Ekonomi Islam Jilid 3, Jakarta : Dana Bakti

Wakaf

Santoso, Fattah dkk, 2004, Studi Islam 3, Surakarta : Lembaga Studi Islam

Sofiyan, Agus & Alim Z ( setting ), 1998, Al Qur’an dan terjemahannya ( Ayat

Pojok Bergaris ), Semarang : Asy Syifa

Sudirman, 2007, Zakat dalam Pusaran Arus Modernisasi, Malang : Uin Malang

Press.