lp mola hidatidosa fix

42
LAPORAN PENDAHULUAN PADA KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA A. Pengertian Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan dimasukan dalam Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya ditemukan pada wanita hamil, apabila ditemukan pada wanita tidak hamil pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional Trophoblastic Disease. Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna tetapi sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit trofoblas dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya adalah kegagalan konsepsi kehamilan. Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa berasal dari kata Hydats yang berarti tetesan air. Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar ( konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian disebut Mola Hidatidosa atau Complete mole sedangkan bila disertai janin atau

Upload: sari-widhiani

Post on 16-Apr-2017

228 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Mola Hidatidosa Fix

LAPORAN PENDAHULUAN

PADA KELAINAN KEHAMILAN MOLA HIDATIDOSA

A. Pengertian

Mola Hidatidosa merupakan bagian dari penyakit tropoblas dan

dimasukan dalam Gestasional Trophoblastic Disease. Sel trofoblas hanya

ditemukan pada wanita hamil, apabila ditemukan pada wanita tidak hamil

pada teratoma ovarium disebut Non Gestasional Trophoblastic Disease.

Pada umumnya kehamilan diharapkan berakhir dengan sempurna tetapi

sering kali terjadi kegagalan, maka dapat kita simpulkan bahwa penyakit

trofoblas dimana Mola Hidatidosa termasuk di dalamnya pada hakekatnya

adalah kegagalan konsepsi kehamilan.

Mola berasal dari bahasa latin yang berarti massa dan hidatidosa

berasal dari kata Hydats  yang berarti  tetesan air.

Mola hidatidosa adalah kehamilan yang berkembang tidak wajar

( konsepsi yang patologis) dimana tidak ditemukan  janin dan hampir

seluruh vili korialis mengalalami perubahan hidropik. Dalam hal demikian

disebut Mola Hidatidosa  atau  Complete mole sedangkan bila disertai

janin atau bagian janin disebut sebagai Mola Parsialis atau Partial mole. 

Mola Hidatidosa adalah suatu kehamilan yang ditandai dengan adanya

villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa

macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus.

Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang - kadang

terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.

Mola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang

tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung

banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena

itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. Kelainan ini merupakan

Page 2: Lp Mola Hidatidosa Fix

neoplasma trofoblas yang jinak (benigna) (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :

238)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma

villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya

meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup

dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah

anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh

villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik. Kehamilannya yang

berkembang tidak wajar, tidak ditemukan janin, hampir seluruh villi

korialis mengalami perubahan hidropik, bila disertai janin atau bagian

janin disebut mola parsial, pembuahan sel telur yang kehilangan intinya

atau inti tidak aktif lagi

B. Etiologi

Penyebab dari mola belum sepenuhnya diketahui dengan pasti tetapi

ada beberapa dugaan yang bisa menyebabkan terjadinya mola :

Faktor ovum  memang sudah patologik, tetapi terlambat untuk

dikeluarkan

Imunoselektif dari trofoblas

Keadaan sosioekonomi yang rendah

Malnutrisi, defisiensi protein, asam folat, karoten, vitamin A,

asupan lemak hewani yang rendah

Paritas tinggi

Umur, resiko tinggi kehamilan dibawah 20 atau diatas 40

tahun

Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas

Sosio ekonomi rendah

Faktor Resiko :

Defek pada ovarium

Abnormalitas pada uterus

Page 3: Lp Mola Hidatidosa Fix

Defisiensi nutrisi antara lain defisiensi protein, asam folat,

karoten

Umur dibawah 20 tahun atau

Usia diatas 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x

dibanding perempuan yang lebih muda

C. Epidemiologi

Mola Hidatidosa  yang dikenal awam sebagai hamil anggur,

mempunyai frekuensi insiden yang cukup tinggi. Frekuensi insiden di Asia

menunjukan lebih tinggi daripada di negara barat. Di Indonesia 1 : 51

sampai 1 : 141 kehamilan, di Jepang 1 : 500 kehamilan, di USA 1 : 1450

sementara itu di Inggris 1 : 1500. Secara umum sebagian besar negara di

dunia  1 : 1000 kehamilan. Hal ini mungkin dikarenakan sebagian besar

negara Asia mempunyai jumlah penduduk yang masih di bawah garis

kemiskinan ( status sosio ekonomi yang rendah ) yang menyebabkan

tingkat gizi yang rendah khususnya defisiensi protein, asam folat dan

karoten. Menurut penelitian umur memegang peranan, umur di bawah 20

tahun dan diatas 40 tahun mempunyai resiko lebih tinggi menderita

kehamilan mola ini.

D. Klasifikasi

Mola hidatidosa/komplet

Mola hidatidosa komplet lebih sering daripada mola hidatidosa parsial.

Resiko untuk berkembang menjadi tumor trofoblas dari mola sekitara 20

%. Mola hidatidosa merupakan hasil konsepsi tanpa adanya embrio.

Ditandai dengan gambaran seperti sekelompok buah anggur. Villi khorialis

yang berkembang menjadi massa vesikel yang jernih vesikel tersebut

tumbuh besar dan mengisi seluruh cavum uteri. Vesikel tersebut terdiri

dari  berbagai ukuran yang hampir tidak terlihat sampai beberapa

centimeter diameternya struktur histologis nya bersifat sebagi berikut :

Degenerasi hidropik dan edema/pembengkakan stroma villi

Page 4: Lp Mola Hidatidosa Fix

Tidak adanya pembuluh darah pada villi yang edema

Proliferasi dari epitel tropoblas mencapai beberapa tingkatan/derajat

beragam

Tidak adanya fetus atau amnion

Berbagai penelitian sitogenetik terhadap kehamilan mola komplit,

menemukan komposisi kromosom yang paling sering 46, XX, dengan

kromosom sepenuhnya berasal dari ayah. Ovum dibuahi oleh sebuah

sperma haploid yang kemudian mengadakan duplikasi kromosomnya

sendiri setelah meiosis. Kromosom ovum bisa tidak terlihat atau tampak

tidak aktif. Tetapi semua mola hidatidosa komplit tidak begitu khas dan

kadang-kadang pola kromosom pada mola komplit bisa 46, XY. Dalam

keadaan ini, dua sperma membuahi satu ovum yang tidak mengandung

kromosom. Variasi lain juga pernah dikemukakan yaitu 45,X. Resiko

neoplasia trofoblastik yang terjadi pada mola komplit kurang lebih sebesar

20%.

Mola hidatidosa parsial

Jika perubahan hidatidosa bersifat fokal dan belum begitu jauh dan

masih terdapat janin dan sedikitnya kantong amnion keadaan ini disebut

sebagai mola parsialis. Pada sebagian villi yang biasanya avaskuler terjadi

pembengkakan hidatidosa yang berjalan lambat sementara villi yang

lainnya yang vaskuler dengan sirkulasi darah fetus plasenta yang berfungsi

tidak mengalami perubahan . Hiperplasia tropoblastik yang terjadi lebih

bersifat fokal daripada generalisata, kariotipe secara khas triploid yang

bisa 69,xxy atau 69,xyy dengan satu komplemen maternal tapi biasanya

dengan dua komplemen haploid paternal. Janin secara khas menunjukan

stigmata triploid yang mencakup malformasi kongenital multipel dan

retardasi pertumbuhan. Resiko terjadinya koriokarasinoma sangatlah kecil

Page 5: Lp Mola Hidatidosa Fix

Tabel karakteristik mola hidatidosa komplet dan parsialis

Mola hidatidosa/komplet Mola hidatidosa parsial

Kariotipe Diploid(46,XX atau 46,XY) Triploid (69,XXX atau 69,

XXY)

Patologi

Fetus Tidak ada Kadang-kadang ada

Amnion, sel darah merah

janin

Tidak ada Kadang-kadang ada

Edema villa Difus Bervariasi, fokal

Proliferasi trofoblastik Bervariasi, ringan sampai

berat

Bervariasi, fokal, ringan

sampai sedang

Gambaran klinis

Diagnosis Kehamilan mola Missed Abortion

Ukuran uterus 50% lebih besar u/ umur

kehamilan

Kecil u/ umur kehamilan

Kista theca-lutein 25-30% Jarang

Komplikasi Sering terjadi Jarang

Penyakit post mola

E. Patofisiologi

Pada Mola Hidatidosa atau Complete mole tidak ada jaringan

fetus/janin. 90% merupakan kromosom 46,XX dan 10% merupakan

kromosom 46, XY. Semua kromosom berasal dari paternal. Sebuah

enukliasi telur dibuahi oleh sperma haploid (yang kemudian berduplikasi

menjadi masing-masing kromosom), atau sel telur dibuahi oleh dua

sperma. Pada mola hidatidosa, vili korion menyerupai anggur dan

hiperplasia trofoblastik muncul.

Pada Mola parsialis atau Partial mole jaringan fetus/janin dapat

ditemukan. Eritrosit dan pembuluh darah janin pada vili dapat ditemukan.

Komplemen kromosom nya 69,XXX atau 69 XXY. Kromosom tersebut

Page 6: Lp Mola Hidatidosa Fix

merupakan hasil dari pembuahan sel telur haploid dan duplikasi dari

kromosom haploid paternal. Seperti pada Complete mole, jaringan

hiperplasia trofoblastik dan vili korion yang lunak pun muncul pada mola

ini. 

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis

dari penyakit trofoblast :

Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3 – 5 minggu karena itu terjadi

gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan

masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-

gelembung.

Teori neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang

abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke

dalam villi sehigga timbul gelembung.

Studi dari Hertig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa

semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai

degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu

ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus

menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast

berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan

cairan. (Silvia, Wilson, 2000 : 467)

Adanya faktor ovum yang mengalami keterlambatan dalam pengeluaran

menyebabkan kematian terhadap ovum itu sendiri di dalam tubuh, setelah

mengalami kematian ovum mengalami degenerasi, yang kemudian tubuh jonjot –

jonjot korion berganda mengandung cairan, jonjot ini berupa kista berbentuk

seperti anggur dan dinamai mola hidatidosa. Ada beberapa penanganannya, ketika

dilakukan tindakan invasif kurtase, terjadilah perdarahan sehingga timbulah risiko

tinggi kekurangan volume cairan. Pada mola hidatidosa terdapat jaringan ulkus,

dan bakteri mudah masuk kedalamnya, adanya bakteri yang masuk

Page 7: Lp Mola Hidatidosa Fix

mengakibatkan risiko tinggi infeksi. Jaringan ulkus menstimulasi reseptor nyeri

sehingga menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri pada pasien. Dalam tindakan

invasif ini faktor pengetahuan pasien juga berpengaruh terhadap prosedur

perawatan, kurangnya pengetahuan pasien atau keluarga akan menimbulkan

kecemasan pada pasien itu sendiri.

Pathway Mola Hidatidosa

Page 8: Lp Mola Hidatidosa Fix

Kurang pengetahuanPerdarahan

Risiko jaringan ulkus

Bakteri mudah masuk

Kurang informasi tentang prosedur

Kurtase Jaringan terdapat ulkus

Tindakan Invasif

Mola Hidatidosa

Kista – kista kecil seperti anggur

Jonjot – jonjot korion yg tumbuh berganda mengandung cairan

Cemas

Menstimulasi reseptor nyeri

Risiko tinggi infeksi

Risiko tinggi kekurangan

volume cairan

Hipovolemik

Faktor Ovum

Mengalami keterlambatan dalam pengeluaran

Kematian ovum dalam tubuh

Mengalami degenarasi

Page 9: Lp Mola Hidatidosa Fix

F. Gejala Klinis

Menstimulasi reseptor nyeri

Risiko tinggi kekurangan

volume cairan

Page 10: Lp Mola Hidatidosa Fix

1. Amenore dan tanda – tanda kehamilan

2. Perdarahan vaginal merupakan gejala yang mencolok dan dapat

bervariasi mulai spotting sampai perdarahan yang banyak.

Biasanya terjadi pada trisemester pertama dan merupakan gejala

yang paling banyak muncul pada lebih dari 90% pasien mola. Tiga

perempat pasien mengalami gejala ini sebelum usia kehamilan 3

bulan. Hanya sepertiga pasien yang mengalami perdarahan

hebat. Sebagai akibat dari perdarahan tersebut, gejala anemia agak

sering dijumpai lebih jauh.

3. Kadang-kadang terdapat perdarahan tersembunyi yang cukup

banyak di dalam uterus.

4. Hiperemesis gravidarum

Pasien biasanya mengeluh mual muntah hebat. Hal ini akibat dari

proliferasi trofoblas yang berlebihan dan akibatnya memproduksi

terus menerus B HCG yang menyebabkan peningkatan B HCG

hiperemesis gravidarum tampak pada 15 -25 % pasien mola

hidatidosa. Walaupun hal ini sulit untuk dibedakan dengan

kehamilan biasa. 10% pasien mola dengan mual dan muntah cukup

berat sehingga membutuhkan perawatan di rumah sakit.

5. Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan

Hal ini disebabkan oleh pertumbuhan tropoblastik yang berlebihan,

volume vesikuler vilii yang besar rasa tidak enak pada uterus

akibat regangan miometrium yang berlebihan. Pada sebagian besar

pasien ditemukan tanda ini tetapi pada sepertiga pasien uterus

ditemukan lebih kecil dari yang diharapkan.  

6. Tidak adanya aktifitas janin

Meskipun uterus cukup besar untuk mencapai simfisis secara khas

tidak ditemukan aktifitas janin sekalipun dideteksi dengan

instrumen yang paling sensitif tidak teraba bagian janin dan tidak

teraba gerakan janin.

7. Pre-eklamsia

Page 11: Lp Mola Hidatidosa Fix

Tanda tanda pre-eklamsia selama trisemester pertama atau awal

trisemester kedua muncul pada 10-12%. Pada trisemester kedua

sekitar 27 % pasien mola hidatidosa komplit berlanjut dengan

toksemia yang dicirikan oleh tekanan darah > 140 /90 proteinuria >

300 mg/dl dan edema generalisata dengan hiperrefleksi. Pasien

dengan konvulsi jarang.

8. Hipertiroid

Kadar tiroksin plasma pada wanita dengan kehamilan mola sering

meningkat (10%), namun gejala hipertiroid jarang muncul.

Terjadinya tirotoksikosis pada mola hidatidosa berhubungan erat

dengan besarnya uterus. Makin besar uterus makin besar

kemungkinan terjadi tirotoksikosis. Oleh karena kasus mola

dengan uterus besar masih banyak ditemukan, maka dianjurkan

agar pada setiap kasus mola hidatidosa dicari tanda-tanda

tirotoksikosis secara aktif dan memerlukan evakuasi segera karena

gejala-gejala ini akan menghilang dengan menghilangnya mola.

Mola yang disertai tirotoksikosis mempunyai prognosis yang lebih

buruk, baik dari segi kematian maupun kemungkinan terjadinya

keganasan. Biasanya penderita meninggal karena krisis tiroid.

Peningkatan tiroksin plasma mungkin karena efek dari estrogen

seperti yang dijumpai pada kehamilan normal. Serum bebas

tiroksin yang meningkat sebagai akibat thyrotropin – like effect

dari Chorionic Gonadotropin Hormon. Terdapat korelasi antara

kadar hCG dan fungsi endogen tiroid tapi hanya kadar hCG yang

melebihi 100.000 iu/L yang bersifat tirotoksis. Sekitar 7 % mola

hidatidosa komplit datang dengan keluhan seperti hipertensi,

takikardi, tremor, hiperhidrosis, gelisah emosi labil dan warm skin.

Pada penderita mola yang lanjut dapat terjadi beberapa komplikasi

sebagai berikut:

1. Anemia

2. Syok

3. Preeklampsi atau Eklampsia

Page 12: Lp Mola Hidatidosa Fix

4. Tirotoksikosis

5. Infeksi sekunder.

6. Perforasi karena keganasan dan karena tindakan.

7. Menjadi ganas ( PTG ) pada kira - kira 18-20% kasus, akan

menjadi mola destruens atau koriokarsinoma.

G. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium : Karakteristik yang terpenting pada

penyakit ini adalah kemampuan dalam memproduksi  hCG, sehingga

jumlahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan kadar β-hCG seharusnya

pada usia kehamilan yang sama.

Hormon ini dapat dideteksi pada serum maupun urin penderita dan

pemeriksaan yang lebih sering dipakai adalah β-hCG kuantitatif serum.

Pemantauan secara hati-hati dari kadar β-hCG penting untuk diagnosis,

penatalaksanaan dan tindak lanjut pada semua kasus penyakit trofoblastik.

Jumlah β-hCG yang ditemukan pada serum atau pada urin berhubungan

dengan jumlah sel-sel tumor yang ada.

Untuk pemeriksaan Gallli mainini 1/300 suspek mola hidatiosa dan jika

1/200 kemungkinan mola hidatidosa atau gemelli. Pengukuran β-hCG

pada urin dengan kadar >100.000 mIU /ml/24 jam dapat dianggap sebagai

mola.

Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada kehamilan 3-

4 bulan

USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi atau

janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik antar

kehamilan dengan mola hidatiosa.

Pada kelainan mola, bentuk karakteristik berupa gambaran seperti badai

salju dengan atau tanpa kantong gestasi atau janin. Pemeriksaan ini

sebaiknya dilakukan pada setiap pasien yang pernah mengalami

Page 13: Lp Mola Hidatidosa Fix

perdarahan pada trimester awal kehamilan dan memiliki uterus lebih besar

dari usia kehamilan. USG dapat menjadi pemeriksaan yang spesifik untuk

membedakan antara kehamilan normal dengan mola hidatidosa. Pada 20-

50% kasus dijumpai adanya massa kistik di daerah adneksa. Massa

tersebut berasal dari kista teka lutein.

Amniografi : Penggunaan bahan radiopak yang dimasukkan ke dalam

uterus secara trans abdominal akan memberikan gambaran radiografik

khas pada kasus mola hidatidosa kavum uteri ditembus dengan jarum

untuk amniosentesis. 20 ml Hypaque disuntikkan segera dan 5-10 menit

kemudian dibuat foto anteroposterior. Pola sinar X seperti sarang tawon,

khas ditimbulkan oleh bahan kontras yang mengelilingi gelombang-

gelombang korion. Dengan semakin banyaknya sarana USG yang tersedia

teknik pemeriksaan amniografi ini sudah jarang dipakai lagi. Bahan

radiopaq yang dimasukan ke dalam uterus akan memberikan gambaran

seperti sarang tawon.

Uji sonde Hanifa : Sonde dimasukan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam

kanalis servikalis dan cavum uteri . bila tidak ada tahanan sonde diputar

setelah ditarik sedikit bila tetap tidak ada tahanan maka kemungkinan

adalah mola.

Foto thorax : Untuk melihat metastase.

T3 dan T4 : Untuk membuktikan gejala tirotoksikosis.

G.    Penatalaksanaan

Prinsip penatalaksanaan kehamilan mola hidatidosa adalah evakuasi dan

evaluasi.

1. Jika perdarahan banyak dan keluar jaringan mola, maka atasi syok dan

perbaiki keadaan umum terlebih dahulu;

2. Kuretase dilakukan setelah diagnosis dapat ditegakkan secara pasti

3. Pemeriksaan dan pemantauan kadar hCG pasca kuretase perlu

dilakukan mengingat kemungkinan terjadi keganasan

Page 14: Lp Mola Hidatidosa Fix

4. Penundaan kehamilan sampai 6 bulan setelah kadar hCG normal, dan

5. Pemberian kemoterapi pada mola hidatidosa dengan resiko tinggi.

Terapi mola hidatidosa terdiri dari 4 tahap yaitu

1. Perbaiki keadaan umum

2. Pengeluaran jaringan mola

3. Terapi dengan profilaksis dengan sistostatika

4. Follow up

 Perbaiki keadaan umum

Yang termasuk usaha ini misalnya koreksi dehidrasi, transfusi darah

pada anemia berat (jika <8 gr %) atau karena terjadi syok, dan

menghilangkan atau mengurangi penyulit seperti preeklampsia dan

tirotoksikosis. Preeklampsia diobati seperti pada kehamilan biasa,

sedangkan untuk tirotoksikosis diobati sesuai protokol penyakit dalam

misalnya propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg.

Pengeluaran jaringan mola

1. Kuretase : Dilakukan jika pemeriksaan DPL  kadar β-hCG serta foto

thorax selesai. Bila kanalis servikalis belum terbuka maka dilakukan

pemasangan laminaria dan kuretase dilakukan 24 jam kemudian.

Sebelum kuretase dengan kuret tumpul terlebih dahulu siapkan darah

500 cc dan pasang infus dengan tetesan oxitocyn 10 mIU dalam 500 cc

Dextrose 5 % dan seluruh jaringan hasil  kerokan di PA. Tujuh sampai

10 hari sesudah kerokan itu dilakukan kerokan ulangan dengan kuret

tajam, agar ada kepastian bahwa uterus betul-betul kosong dan untuk

memeriksa tingkat proliferasi sisa-sisa trofoblas yang dapat ditemukan.

Makin tinggi tingkat itu, makin perlu untuk waspada terhadap

kemungkinan keganasan. 

2. Histerektomi : Untuk mengurangi frekuensi terjadinya penyakit

tropoblas ganas sebaiknya histerektomi dilakukan pada

Page 15: Lp Mola Hidatidosa Fix

wanita diatas 35 tahun

anak hidup di atas 3 orang

wanita yang tidak menginginkan anak lagi

Apabila ada kista teka lutein maka saat histerektomi, ovarium harus

dalam keadaan baik, karena akan menjadi normal lagi setelah kadar β-

HCG menurun.

Terapi profilaksis dengan sitostatika

Diberikan pada kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadi keganasan,

misalnya pada umur tua (35 tahun), riwayat kehamilan mola sebelumnya

dan paritas tinggi yang menolak untuk dilakukan histerektomi, atau kasus

dengan hasil histopatologi yang mencurigakan.Biasanya diberikan

methotrexat atau actinomycin D. Tidak semua ahli setuju dengan cara ini,

dengan alasan jumlah kasus mola menjadi ganas tidak banyak dan

sitostatika merupakan obat yang berbahaya. Goldstein berpendapat bahwa

pemberian sitostatika profilaksis dapat menghindarkan keganasan dengan

metastase, serta mengurangi koriokarsinoma di uterus sebanyak 3 kali.

Kadar β-hCG di atas 100.000 IU/L praevakuasi dianggap sebagai resiko

tinggi untuk perubahan ke arah ganas, pertimbangkan untuk memberikan

methotrexate (MTX)   3×5 mg sehari selama 5 hari dengan interval 2

minggu sebanyak 3 kali pemberian. Dapat juga diberikan actinomycin D 12

µg/kgBB/hari selama 5 hari.

Follow up

Lama pengawasan berkisar antara satu atau dua tahun, mengingat

kemungkinan terjadi keganasan setelah mola hidatidosa (± 20%). Untuk

tidak mengacaukan pemeriksaan selama periode ini pasien dianjurkan untuk

tidak hamil dulu, dengan pemakaian alat kontrasepsi.

Selama pengawasan, secara berkala dilakukan pemeriksaan

ginekologik, kadar β-hCG dan radiologi. Pemeriksaan ginekologi dimulai

satu minggu setelah pengeluaran jaringan mola. Pada pemeriksaan ini

Page 16: Lp Mola Hidatidosa Fix

dinilai ukuran uterus, keadaan adneksa serta cari kemungkinan metastase ke

vulva, vagina, uretra dan cervix. Sekurang-kurangnya pemeriksaan diulang

setiap 4 minggu.

Cara yang paling peka saat ini adalah dengan pemeriksaan β-hCG yang

menetap untuk beberapa lama. Jika masih meninggi, hal ini berarti masih

ada sel-sel trofoblas yang aktif. Cara yang umum dipakai sekarang ini

adalah dengan radioimmunoassay terhadap β-HCG sub unit. Pemeriksaan

kadar β-HCG dilakukan setiap minggu atau setiap 2 minggu sampai kadar

menjadi negatif lalu diperiksa ulang sebulan sekali selama 6 bulan,

kemudian 2 bulan selama 6 bulan. Seharusnya kadar      β-HCG harus

kembali normal dalam 14 minggu setelah evakuasi. 

Pemeriksaan foto toraks dilakukan tiap 4 minggu, apabila ditemukan

adanya metastase penderita harus dievaluasi dan dimulai pemberian

kemoterapi. Apabila Pemeriksaan fisik, foto toraks dan kadar β-HCG  dalam

batas normal, follow up dapat dihentikan dan ibu diperbolehkan hamil

setelah 1 tahun.  Bila selama masa observasi kadar β-HCG menetap atau

bahkan cenderung meningkat atau pada pemeriksaan klinis.

Pemakaian IUD merupakan kontraindikasi. Pil KB kombinasi tidak

hanya memperlambat penurunan titer β-HCG namun juga dapat

menstimulasi neoplasia trofoblas dan pil KB kombinasi ini dapat digunakan

bila β-HCG negatif. Anjuran sterilisasi biasa dilakukan pada penderita usia

tua ataupun penderita yang telah memiliki cukup anak.

TEORI DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN

DENGAN KELAINAN KEHAMILAN

Page 17: Lp Mola Hidatidosa Fix

MOLA HIDATIDOSA

I. Pengkajian

a. Identitas Pasien

1) Nama : Sebagai identitas bagi pelayanan kesehatan/Rumah Sakit/

Klinik atau catat apakah klien pernah dirawat disini atau tidak.

2) Umur : Digunakan sebagai pertimbangan dalam memberikan terapi

dan tindakan, juga sebagai acuan pada umur berapa penyakit/kelainan

tersebut terjadi. Pada keterangan sering terjadi pada usia produktif 25 –

45 tahun.

3) Alamat : Sebagai gambaran tentang lingkungan tempat tinggal klien

apakah dekat atau jauh dari pelayanan kesehatan khususnya dalam

pemeriksaan kehamilan.

4) Pendidikan : Untuk mengetahui tingkat pengetahuan klien sehingga

akan memudahkan dalam pemberian penjelasan dan pengetahuan

tentang gejala / keluhan selama di rumah atau Rumah Sakit.

5) Status Perkawinan : Dengan status perkawinan mengetahui berapa kali

klien mengalami kehamilan Mola Hidatidosa atau hanya sakit karena

penyakit lain yang tidak ada hubungannya dengan kehamilan.

6) Agama : Untuk mengetahui gambaran dan spiritual klien sehingga

memudahkan dalam memberikan bimbingan keagamaan.

7) Nama Suami : Agar diketahui siapa yang bertanggung jawab dalam

pembiayaan dan pemberian persetujuan dalam perawatan.

8) Pekerjaan : Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari klien,

sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya kehamilan

Mola Hidatidosa.

b. Keluhan Utama             

Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan

pervaginam berulang.

c. Riwayat kesehatan                      

Page 18: Lp Mola Hidatidosa Fix

Riwayat kesehatan sekarang : Yaitu keluhan sampai saat klien

pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan

pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari

usia kehamilan.

Riwayat penyakit masa lalu : Mengkaji riwayat penyakit pada masa

lalu yang pernah diderita oleh klien misalnya diabetes mellitus,

penyakit jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit

endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah

dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di

mana tindakan tersebut berlangsung.

Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram

dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit

turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

Riwayat kesehatan reproduksi :

Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya,

sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan

menopause terjadi, gejala serta keluhan yang menyertainya.

d. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas

Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan

hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya. Kaji mengenai

aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluhan

yang menyertainya.

e. Riwayat pemakaian obat

Kaji riwayat pemakaian obat-obatan kontrasepsi oral, obat digitalis

dan jenis obat lainnya.

f. Data Bio – Psiko – Sosial - Spiritual

Page 19: Lp Mola Hidatidosa Fix

Kaji mengenai aktivitas, sirkulasi, pernapasan, cairan, eliminasi,

kenyamanan/nyeri, keamanan, baik sebelum dan saat sakit.

Aktivitas : kelemahan, kesulitan ambulasi.

Sirkulasi : Takikardia, berkeringat, pucat, hipotensi (tanda syok)

dan edema jaringan.

Pernapasan : pernapasan dangkal, takipnea.

Makan dan Minum : pengkajiannya antara lain :

- Anoreksia, mual/muntah, haus

- Muntah proyektil.

- Membran mukosa kering, lidah bengkak, turgor kulit buruk.

Eliminasi :

- Ketidakmampuan defekasi dan flatus.

- Diare (kadang-kadang).

- Cegukan; distensi abdomen.

- Penurunan haluaran urine, warna gelap.

- Penurunan/tak ada bising usus (ileus); bunyi keras hilang

timbul, bising usus kasar (obstruksi); kekakuan abdomen,

nyeri tekan. Hiperesonan/timpani (ileus); hilang suara pekak

diatas hati (udara bebas dalam abdomen)

Kenyamanan/ nyeri : Nyeri abdomen, Distensi, kaku, nyeri tekan.

Keamanan : Riwayat inflamasi organ pelvik (salpingitis); infeksi

pasca-melahirkan, abses retroperitoneal.

Istirahat tidur : adanya rasa nyeri memungkinkan terganggunya

istirahat tidur pasien.

Pengaturan suhu : kaji suhu pasien biasanya terjadi peningkatan

suhu tubuh pasien karena adanya proses inflamasi

Kebersihan Diri : kaji kebersihan pasien terutaa kebersihan pada

bagian alat reproduksi pasien, kebersihan bisa mempengaruhi ada

tidaknya kuman penyebab infeksi.

Page 20: Lp Mola Hidatidosa Fix

Sosial dan Komunikasi : Kaji orang terdekat dengan klien,

bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi

beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.

Bekerja : Untuk mengetahui keadaan aktivitas sehari-hari dari

klien, sehingga memungkinkan menjadi faktor resiko terjadinya

kehamilan Mola Hidatidosa. Serta kaji masalah finansial pasien

(status ekonoi pasien)

Rekreasi : Kaji mekanisme koping dalam menghadapi keadaan

pasien

Belajar : Kaji persepsi / pengetahuan pasien mengenai mola

hidatidosa

Spiritual : Kaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan

kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.

g. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Inspeksi : Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna,

laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap

kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur,

penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fisik, dan seterusnya.

Pada inspeksi biasanya terdapat :

- Wajah pucat dan kadang – kadang badan kelihatan pucat kekuning-

kunigan yang disebut sebagai mola face.

- Glembung mola yang keluar

Palpasi : Merasakan suatu edema, mengevaluasi edema, menentukan

karakter nadi, mencatat suhu, derajat kelembaban, mencubit kulit

untuk mengamati turgor dan tekstur kulit, menentukan tegangan/tonus

otot, menentukan kekuatan kontraksi uterus atau respon nyeri yang

abnormal, memperhatikan posisi janin. Hasil palpasi biasanya :

- Uterus lembek dan membesar tidak sesuai kehamilan

Page 21: Lp Mola Hidatidosa Fix

- Adanya fenomena harmonika kalau darah dan gelembung

mola keluar maka tinggi fundus uteri akan turun lalu naik lagi

karena terkumpulnya darah baru.

- Tidak teraba bagian-bagian janin dan balotemen yang gerak

janin

Perkusi : Menggunakan jari, ketuk lutut dan dada dan dengarkan

bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasi.

Kemudian menggunakan palu perkusi, ketuk lutut dan amati ada

tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit

perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Auskultasi : Mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah,

dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut

jantung janin. Hasil auskultasi biasanya :

- Tidak terdengar bunyi denyut jantung janin (pada mola

hidatidosa parsial mungkin dapat didengar DJJ)

- Terdengar bising dan bunyi khas

h. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan Laboratorium : Didapatkan hasil produksi hCG,

meningkat dibandingkan kadar β-hCG seharusnya pada usia

kehamilan yang sama.

Foto rontgen abdomen : Tidak tampaknya tulang janin pada

kehamilan 3-4 bulan

USG : Gambaran berupa badai salju tanpa disertai kantong gestasi

atau janin USG ini merupakan pemeriksaan penunjang yang spesifik

antar kehamilan dengan mola hidatiosa.

Uji sonde Hanifa : Tidak ada tahanan ketika sonde diputar dan

setelah ditarik sedikit juga tetap tidak ada tahanan pengujian ini

memungkinan adalah mola.

Page 22: Lp Mola Hidatidosa Fix

Foto thorax : Untuk melihat metastase.

II. Diagnosa

Diagnosa yang bisa muncul pada mola hidatidosa antara lain :

1. Resiko tinggi terhadap devisit volume cairan berhubungan dengan

perdarahan.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat

pertahanan sekunder.

3. Gangguan Aktivitas berhubungan dengan kelemahan, penurunan

sirkulasi.

4. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan kerusakan

jaringan intrauteri.

5. Cemas berhubungan dengan kurang pengetahuan.

III. Perencanaan (Intervensi)

No Diagnosa Tujuan

& Kriteria hasil

Intervensi Rasional

1 Risiko tinggi

terhadap devisit

volume cairan

berhubungan

dengan

perdarahan

Tujuan : Tidak

terjadi devisit volume

cairan, seimbang

antara intake dan

output jumlah maupun

kualitas baik.

Kriteria hasil : TTV

stabil, membrane

mukosa lembab,

turgor kulit baik.

1. Kaji kondisi status

hemodinamika

2. Ukur pengeluaran

harian.

3. Catat haluaran dan

pemasukan.

1. Pengeluaran cairan

pervaginal sebagai akibat

abortus memiliki

karekteristik bervariasi

2. Jumlah cairan ditentukan

dari jumlah kebutuhan

harian ditambah dengan

jumlah cairan yang

hilang pervaginal

3. Mengetahuai

penurunanan sirkulasi

terhadap destruksi sel

darah merah.

Page 23: Lp Mola Hidatidosa Fix

4. Observasi Nadi

dan Tensi.

5. Berikan diet halus.

6. Nilai hasil lab.

HB/HT.

7. Berikan sejumlah

cairan IV sesuai

indikasi.

8. Evaluasi status

hemodinamika.

4. Mengetahui tanda

hipovolume

(perdarahan).

5. Memudahkan

penyerapan diet

6. Menghindari perdarahan

spontan karena

proliferasi sel darah

merah.

7. Mempertahankan

keseimbangan cairan dan

elektrolit dan tranfusi

mungkin diperlukan

pada kondisi perdarahan

masif

8. Penilaian dapat

dilakukan secara harian

melalui pemeriksaan

fisik.

2 Resiko tinggi

terhadap infeksi

berhubungan

dengan

perdarahan,

kondisi vulva

lembab.

Tuajuan : Tidak

terjadi infeksi selama

perawatan

perdarahan

Kriteria hasil : TTV

dalam batas normal,

Ekspresi tenang, Hasil

laboraturium dalam

batas normal.

1. Kaji kondisi

keluaran/dischart

yang keluar ;

jumlah, warna, dan

bau

2. Terangkan pada

klien pentingnya

perawatan vulva

1. Perubahan yang terjadi

pada dischart dikaji setiap

saat dischart keluar.

Adanya warna yang lebih

gelap disertai bau tidak

enak mungkin merupakan

tanda infeksi

2. Infeksi dapat timbul akibat

kurangnya kebersihan

genital yang lebih luar.

Page 24: Lp Mola Hidatidosa Fix

selama masa

perdarahan

3. Lakukan perawatan

vulva

4. Terangkan pada

klien cara

mengidentifikasi

tanda infeksi

5. Anjurkan pada

suami untuk tidak

melakukan

hubungan

senggama selama

masa perdarahan

6. Observasi suhu

tubuh.

3. Inkubasi kuman pada area

genital yang relatif cepat

dapat menyebabkan

infeksi.

4. Berbagai manivestasi

klinik dapat menjadi tanda

nonspesifik infeksi;

demam dan peningkatan

rasa nyeri mungkin

merupakan gejala infeksi

5. Pengertian pada keluarga

sangat penting artinya

untuk kebaikan ibu;

senggama dalam kondisi

perdarahan dapat

memperburuk kondisi

system reproduksi ibu dan

sekaligus meningkatkan

resiko infeksi pada

pasangan.

6. Mengetahui infeksi lanjut.

4 Gangguan

Aktivitas

berhubungan

dengan

kelemahan,

penurunan

sirkulasi

Tujuan : Klien dapat

melakukan aktivitas

tanpa adanya

komplikasi

Kriteria hasil: klien

dapat berpartisipasi

dalam aktivitas yang

1. Kaji tingkat

kemampuan klien

untuk beraktivitas

2. Kaji pengaruh

aktivitas terhadap

kondisi

uterus/kandunga

1. Mungkin klien tidak

mengalami perubahan

berarti, tetapi perdarahan

masif perlu diwaspadai

untuk mencegah kondisi

klien lebih buruk

2. Aktivitas merangsang

Page 25: Lp Mola Hidatidosa Fix

diinginkan/diperlukan,

melaporkan

peningkatan dalam

toleransi aktivitas

yang dapat diukur

3. Bantu klien untuk

memenuhi

kebutuhan

aktivitas sehari-

hari

4. Bantu klien untuk

melakukan

tindakan sesuai

dengan

kemampuan/kondi

si klien

5. Evaluasi

perkembangan

kemampuan klien

melakukan

aktivitas

peningkatan vaskularisasi

dan pulsasi organ

reproduksi

3. Mengistiratkan klilen

secara optimal

4. Mengoptimalkan kondisi

klien, pada Mola

Hidatidosa, istirahat

mutlak sangat diperlukan

5. Menilai kondisi umum

klien

5 Gangguan rasa

nyaman (Nyeri)

berhubungan

dengan

kerusakan

jaringan

intrauteri

Tujuan : Klien dapat

beradaptasi dengan

nyeri yang dialami

Kriteria hasil :

- Klien

mengungkapkan

nyeri

hilang/berkurang

- Tampak rileks

- Mampu

beristirahat

dengan tepat

1. Kaji kondisi nyeri

yang dialami

klien

2. Terangkan nyeri

yang diderita

klien dan

penyebabnya

3. Kolaborasi

pemberian

analgetika

1. Pengukuran nilai ambang

nyeri dapat dilakukan

dengan skala maupun

diskripsi

2. Meningkatkan koping

klien dalam melakukan

guidance mengatasi nyeri

3. Mengurangi onset

terjadinya nyeri dapat

dilakukan dengan

pemberian analgetika oral

maupun sistemik dalam

spectrum luas/spesifik

.

Page 26: Lp Mola Hidatidosa Fix

6 Cemas

berhubungan

dengan kurang

pengetahuan.

Tujuan : Tidak

terjadi kecemasan,

pengetahuan klien dan

keluarga terhadap

penyakit meningkat

Kriteria hasil :

- Klien tenang

- Klien dapat

memahami

informasi tentang

penyakitnya

- Klien dapat

menerima

kondisinya

1. Kaji tingkat

pengetahuan/pers

epsi klien dan

keluarga terhadap

penyakit.

2. Kaji derajat

kecemasan yang

dialami klien.

3. Bantu klien

mengidentifikasi

penyebab

kecemasan.

4. Asistensi klien

menentukan

tujuan perawatan

bersama.

5. Terangkan hal-

hal seputar Mola

Hidatidosa yang

perlu diketahui

oleh klien dan

keluarga.

1. Ketidaktahuan dapat

menjadi dasar

peningkatan rasa cemas.

2. Kecemasan yang tinggi

dapat menyebabkan

penurunan penialaian

objektif klien tentang

penyakit.

3. Pelibatan klien secara

aktif dalam tindakan

keperawatan merupakan

support yang mungkin

berguna bagi klien dan

meningkatkan kesadaran

diri klien.

4. Peningkatan nilai

objektif terhadap

masalah berkontibusi

menurunkan kecemasan.

5. Konseling bagi klien

sangat diperlukan bagi

klien untuk

meningkatkan

pengetahuan dan

membangun support

system keluarga; untuk

mengurangi kecemasan

klien dan keluarga.

IV. Pelaksanaan (Implementasi)

Pelaksanaan asuhan keperawatan disesuaikan dengan intervensi yang telah

Page 27: Lp Mola Hidatidosa Fix

direncanakan sebelumnya

V. Evaluasi

Evaluasi dilakukan sesuai dengan kriteria yang ingin dicapai pada

intervensi sebelumnya, untuk mengetahui apakah asuhan keperawatannya

berhasil atau tidak.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Kelainan Kehamilan Molahidatidosa.

(Dalam :http://cakmoki86.wordpress.com/2007/02/16/hamil-anggur-

apaan-sih/). Diakses pada tanggal 12 Maret 2014

Page 28: Lp Mola Hidatidosa Fix

Anonim. 2012. Laporan Pendahuluan Mola Hidatidosa.

(Dalam :http://duniakita777.blogspot.com/2012/04/laporan-pendahuluan-

mola-hidatidosa.html). Diakses pada tanggal 12 Maret 2014

Anonim. 2013. Mola Hidatidosa.

(Dalam :http://dokterbagus.wordpress.com/2013/08/23/mola-hidatidosa-

hamil-anggur/). Diakses pada tanggal 12 Maret 2014.

Carpenito, Lynda. (2001). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Penerbit Buku

Kedokteran EGC: Jakarta.

Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. EGC: Jakarta

Hamilton, C. Mary. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC :

Jakarta.

Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC : Jakarta

Watiaj, harna. 2008. Asuhan Keperawatan Mola Hidatidosa. (Dalam :

http://harnawatiaj.wordpress.com/2008/05/10/askep-mola-hidatidosa/)

Diakses pada tanggal 12 aret 2014