tugas mola hidatidosa

Upload: windawen

Post on 11-Oct-2015

75 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

molahidatidosa di sebut juga dengan hamil anggur

TRANSCRIPT

MOLA HIDATIDOSA

MOLA HIDATIDOSAbyAdmin on Wed Nov 07, 2007 12:40 pm

Molahidatidosa adalah kehamilan yang abnormal di mana hampir seluruhvilli chorialis mengalami degenerasi hidropik.

Istilah awam : "hamil anggur".Terjadi degenerasi hidropik dari jaringan trofoblas pada usia kehamilanmuda. Kadar B-hCG meningkat sangat tinggi, menyebabkan timbulgejala-gejala kehamilan muda yang berlebihan.

Pembagian

[-]mola hidatidosa klasik / komplet : tidak terdapat janin atau bagiantubuh janin. Ciri histologik, ada gambaran proliferasi trofoblas,degenerasi hidropik villi chorialis dan berkurangnya vaskularisasi /kapiler dalam stroma. Sering disertai pembentukan kista lutein (25-30%).

[-] mola hidatidosa parsial / inkomplet : terdapat janin atau bagiantubuh janin. Ciri histologik, terdapat jaringan plasenta yang sehat danfetus. Gambaran edema villi hanya fokal dan proliferasi trofoblas hanyaringan dan terbatas pada lapisan sinsitiotrofoblas. Perkembangan janinterhambat akibat kelainan kromosom dan umumnya mati pada trimesterpertama.

Gejala

[-] perdarahan : karena tekanan mola kepada dinding uteri

[-] gejala kehamilan muda berlebih : hiperemesis, hipertiroid, preeklampsia, anemia

Patogenesis

[-] B-hCG meningkat - aktifitas ovarium meningkat (ovarium kistik) - estrogen tinggimenimbulkan efek hipertiroidisme dari aktifitas B-hCG yang tinggi.

[-] Teori Acosta-Sison : defisiensi protein.

[-] Sitogenetika : mola hidatidosa komplet berasal dari genom paternal(genotipe 46 xx sering, 46 xy jarang, tapi 46 xx nya berasal darireduplikasi haploid sperma dan tanpa kromosom dari ovum). Mola parsialmempunyai 69 kromosom terdiri dari kromosom 2 haploid paternal dan 1haploid maternal (triploid, 69 xxx atau 69 xxy dari 1 haploid ovum danlainnya reduplikasi haploid paternal dari satu sperma atau fertilisasidispermia).

Kelompok risiko tinggi

[-] usia kurang dari 20 tahun

[-] sosioekonomi kurang

[-] jumlah paritas tinggi

[-] riwayat kehamilan mola sebelumnya

Diagnostik mola hidatidosa

[-]anamnesis : ada kehamilan disertai gejala dan tanda kehamilan muda yangberlebihan, perdarahan pervaginam berulang cenderung berwarna coklatdan kadang bergelembung seperti busa. [-] pemeriksaan fisik : padamola klasik, uterus membesar melebihi ukuran usia kehamilan yangsesuai, tidak teraba bagian janin, tidak ada bunyi jantung janin. Ujibatang sonde (Acosta-Sison / Hanifa) tidak ada tahanan massa konsepsi.Pada mola parsial, gejala seperti missed abortion, uterus lebih kecildari kehamilan.

[-] pemeriksaan penunjang : jika memungkinkan, periksa B-hCG kuantitatif dan USG.

USG gambaran seperti badai salju (snowflake / snowstorm-like appearance). Foto toraks dan kadar T3 T4 dianjurkan.

Pemeriksaan B-hCG :

[+] biologis : Gaili Mainnini, Friedman

[+] tes imunologik : tidak kuantitatif

[+] radioimunoassay : kuantitatif

Hipertiroidisme : B-hCG > 300.000 mIU/ml - mempengaruhi reseptorthyrotropin - aktifitas hormon-hormon tiroid (T3/T4) meningkat. Terjadigejala-gejala hipertiroidisme berupa hipertensi, takikardia, tremor,hiperhidrosis, gelisah, emosi labil, diare, muntah, napsu makanmeningkat tetapi berat badan menurun dan sebagainya. Gejala ini diobatidengan propiltiourasil 3 x 100 mg oral dan propanolol 40-80 mg.

Krisis tiroid : hipertiroid tidak terkontrol, disertai hipertermia,kejang, kolaps kardiovaskular, toksemia, penurunan kesadaran sampaidelirium-koma.

Prinsip penanganan

[-]perhatikan sindroma yang mengancam fungsi vital (depresi napas,hipertiroid / tirotoksikosis, dsb), siap resusitasi bila keadaan umumpasien buruk.

[-] Evakuasi jaringan mola : dilatasi-kuretase dengan hisap (suction) dan kuret tajam.Suction dapat mengeluarkan sebagian besar massa mola, sisanya dibersihkandengan kuret. Dapat juga dilakukan induksi. Pada waktu evakuasi, diberikan oksitosinuntuk merangsang kontraksi uterus dan mencegah refluks cairan mola ke arah tuba.

[-] Pada wanita yang tidak mengharapkan anak lagi dapat dianjurkan histerektomi.

Follow up / pengamatan lanjut pasca evakuasi mola

Kontrol terhadap progresifitas menjadi penyakit trofoblas ganas (koriokarsinoma)

[-] Profilaksis terhadap keganasan dengan sitostatika, terutama pada kelompok risiko keganasan tinggi.

[-] pemeriksaan ginekologik dan B-hCG kuantitatif rutin tiap 2 minggupasca evakuasi sampai remisi, sesudah remisi, tetap teratur tiap 3bulan sampai selama 1 tahun.

[-] foto toraks pada awal terapi, diulang bila kadar B-hCG menetap atau meningkat.

[-] kontrasepsi hormonal aman selama 1 tahun pasca remisi. Sebaiknyamenggunakan preparat progesteron oral selama 2 tahun.

[-] penyuluhan pada pasien akan kemungkinan keganasan

Faktor risiko tinggi / prognostik buruk

[-] B-hCG > 100.000 mIU/ml

[-] kista lutein bilateral

[-] mola berulang

DEFINISI MOLA HIDATIDOSASuatu Kehamilan yang ditandai dengan adanya villi korialis yang tidak normal secara histologis yang terdiri dari beberapa macam tingkatan proliferasi trofoblastik dan edema pada stroma villus. Biasanya kehamilan mola terjadi di dalam uterus, tetapi kadang2 terdapat juga di saluran telur ataupun ovarium.

Kehamilan yang berkembang tidak wajar

Tidak ditemukan janin

Hampir seluruh villi korialis mengalami perubahan hidropik

Bila disertai janin atau bagian janin disebut Mola parsial

Pembuahan sel telur yang kehilangan intinya atau inti tidak aktif lagi

Faktor Resiko Defek pada ovarium

abnormalitas pada uterus

defisiensi nutrisi antara lain defisiensi protein, asam folat, karoten

umur dibawah 20 tahun atau

usia diatas 40 tahun : memiliki peningkatan resiko 7x dibanding perempuan yang lebih muda

Mortalitas & Morbiditas (Angka kematian & kesakitan)Pada Mola 20% berkembang menjadi keganasan trofoblastik. Setelah terbentuk mola komplit, invasi ke uterus terjadi pada 15% pasien & metastasis terjadi pada 4% pasien. Kasus koriokarsinoma yang berkembang dari mola partial belum pernah dilaporkan, walaupun 4% pasien dengan mola parsial akan berkembang menjadi penyakit trofoblastik non metastasis persisten yang membutuhkan kemoterapi.

MakroskopikGelembung-2 putih, tembus pandang, berisi cairan jernih, dengan ukuran bervariasi dari beberapa milimeter sampai satu atau 2 cm

Gejala Derajat keluhan mual muntah lebih hebat

Uterus lebih besar dari usia kehamilan

Perdarahan mrpk gejala utama

Terjadi pada bulan 1-7, rata2 usia kehamilan 12-14 minggu

Perdarahan bisa sampai syok dan meninggal

KlasifikasiPembagian mola berdasarkan dengan adanya janin atau tidak

Mola hidatidosa komplitVilli korion berubah menjadi massa vesikel dengan ukuran bervariasi dari sulit terlihat sehingga diameter beberapa centimeter. Histologinya memiliki karekteristik, yaitu :

Terdapat degenerasi hidrofik & pembengkakan stroma villi

Tidak ada pembuluh pada villi yang membengkak

Proliferasi dari epitel trofoblas dengan bermacam2 ukuran

Tidak adanya janin atau amnion

Mola Hidatidosa parsialMasih tampak gelembungt yang disertai janin atau bagian dari janin. Umumnya janin masih hidup dalam bulan pertama. Tetapi ada juga yang hidup sampai aterm. Pada pemeriksaan histopatologik tampak di beberapa tempat villi yang edema dengan sel trofoblas yang tidak begitu berproliferasi, sedangkan tempat lain masih banyak yang normal.

PatogenesisKarakteristik mola adalah adanya konseptus jaringan trofoblastik hiperplastik yang tertanam pada plasenta. Hasil konsepsi ini tidak memiliki inner cell mass.

Jika terjadi gangguan pada saat embryonic inner cell mass yang seharusnya berpotensi untuk berdiferensiasi menjadi lapisan ekto, meso dan endoderm, maka perubahan tersebut gagal dan terjadilah pembentukan trofoblas yang akan berkembang menjadi sitotorofoblas dan sisitiotrofoblas, danmasih mampu untuk membentuk ekstraembrionik mesoderm yang akhirnya akan membentuk vesikel dari mola dengan mesoderm yang longgar pada inti villinya.

Diagnosis Amenore/tidak haid

Perdarahan pervaginam

Uterus lebih besar dari usia kehamilan

Tidak ditemukan tanda kehamilan pasti seperti balotemen dan bunyi jantung janin

-hCG dalam darah atau urin

Foto abdomen, biopsi transplasental, sonde uterus diputar, USG

Komplikasi

Bisa disertai preeklampsia pada usia kehamilan yang lebih mudaTirotoksikosis, prognosis lebih buruk, biasanya meninggal akibat krisis tiroidEmboli sel trofoblas ke paruSering disertai kista lutein, baik unilateral maupun bilateral, kista menghilang jika mola sudah dievakuasiMola dengan kista lutein mempunyai resiko 4x lebih besar berdegenerasi

TerapiPerbaikan keadaan umumPengeluaran jaringan mola (Evakuasi)Profilaksis dengan sitostatikaPemeriksaan tindak lanjut (Follow up)

Perbaikan keadaan umumTransfusi darah jika anemia atau syokMenghilangkan penyulit seperti preeklampsia dan tirotoksikosa

Evakuasi MolaKuret hisap (Vakum) : Sambil diberikan uterotonika untuk memperbaiki kontraksi, sedia darahHisterektomi : cukup umur atau cukup anak, bila ditemukan tanda2 keganasan berupa mola invasif

Profilaksis dengan sitostatika

Kasus mola dengan resiko tinggi akan terjadinya keganasan, atau pada pemeriksaan Patologi Anatomi ditemukan mencurigakan tanda keganasanMethotrexate atau actinomycin DDapat menghindarkan keganasan dengan metastasis, mengurangi koriokarsinoma diuterus sebanyak 3x

Follow up

Dianjurkan untuk tidak hamil 1 tahunKondom atau pil KBPemeriksaan -hCG berkala dan radiologi

PrognosisKematian akibat perdarahan, infeksi, eklampsia, penyakit jantung atau krisis tiroidDinegara berkembang 2,2 % dan 5,7%Proses keganasan berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling banyak 6 bulan pertamaBisa melahirkan normal setelah th/mola

PengertianMola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan.(Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 238)Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339)Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami perubahan hidrofobik.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265)Mola hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat proliferasi tropoblast dan edema stroma villi. (Jack A. Pritchard, dkk, 1991 : 514)Mola hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales, sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104)

EtiologiPenyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :a.Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati, tetapi terlambat dikeluarkan.b.Imunoselektif dari tropoblastc.Keadaan sosio-ekonomi yang rendahd.Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas(Mochtar, Rustam ,1998 : 238)PatofisiologiMola hidatidosa dapat terbagi menjadi :a.Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janinb.Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :Teori missed abortion. Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.Teori neoplasma dari Park. Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.(Silvia, Wilson, 2000 : 467)Gambaran KlinikGambaran klinik yang biasanya timbul pada klien dengan mola hidatidosa adalah :a.Amenore dan tanda-tanda kehamilanb.Perdarahan pervaginam berulang. Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung mola.c.Pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.d.Tidak terabanya bagian janin pada palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi pusat atau lebih.e.Preeklampsia atau eklampsia yang terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)Anatomi Fisiologi AnatomiUterus adalah organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pear, terletak dalam rongga panggul kecil di antara kandung kemih dan anus, ototnya desebut miometrium dan selaput lendir yang melapisi bagian dalamnya disebut endometrium. Peritonium menutupi sebagian besar permukaan luar uterus, letak uterus sedikit anteflexi pada bagian lehernya dan anteversi (meliuk agak memutar ke depan) dengan fundusnya terletak di atas kandung kencing. Bagian bawah bersambung dengan vagina dan bagian atasnya tuba uterin masuk ke dalamnya. Ligamentum latum uteri dibentuk oleh dua lapisan peritoneum, di setiap sisi uterus terdapat ovarium dan tuba uterina. Panjang uterus 5 8 cm dengan berat 30 60 gram. (Verrals, Silvia, 2003 : 164)Uterus terbagi atas 3 bagian yaitu :a).Fundus : bagian lambung di atas muara tuba uterinab).Badan uterus : melebar dari fundus ke serviksc).Isthmus : terletak antara badan dan serviksBagian bawah serviks yang sempit pada uterus disebut serviks. Rongga serviks bersambung dengan rongga badan uterus melalui os interna (mulut interna) dan bersambung dengan rongga vagina melalui os eksternaLigamentum pada uterus :Ligamentum teres uteri : ada dua buah kiri dan kanan. Berjalan melalui annulus inguinalis, profundus ke kanalis iguinalis. Setiap ligamen panjangnya 10 12,5 cm, terdiri atas jaringan ikat dan otot, berisi pembuluh darah dan ditutupi peritoneum.Peritoneum di antara kedua uterus dan kandung kencing di depannya, membentuk kantong utero-vesikuler. Di bagian belakang, peritoneum membungkus badan dan serviks uteri dan melebar ke bawah sampai fornix posterior vagina, selanjutnya melipat ke depan rectum dan membentuk ruang retri-vaginal.Ligamentum latum uteri : Peritoneum yang menutupi uterus, di garis tengh badan uterus melebar ke lateral membentuk ligamentum lebar, di dalamnya terdapat tuba uterin, ovarium diikat pada bagian posterior ligamentum latum yang berisi darah dan saluran limfe untuk uterus maupun ovarium.FisiologiUntuk menahan ovum yang telah dibuahi selama perkembangan sebutir ovum, sesudah keluar dari overium diantarkan melalui tuba uterin ke uterus (pembuahan ovum secara normal terjadi dalam tuba uterin) sewaktu hamil yang secara normal berlangsung selama 40 minggu, uterus bertambah besar, tapi dindingnya menjadi lebih tipis tetapi lebih kuat dan membesar sampai keluar pelvis, masuk ke dalam rongga abdomen pada masa fetus.Pada umumnya setiap kehamilan berakhir dengan lahirnya bayi yang sempurna. Tetapi dalm kenyataannya tidak selalu demikian. Sering kali perkembangan kehamilan mendapat gangguan. Demikian pula dengan penyakit trofoblast, pada hakekatnya merupakan kegagalan reproduksi. Di sini kehamilan tidak berkembang menjadi janin yang sempurna, melainkan berkembang menjadi keadaan patologik yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan, berupa degenerasi hidrifik dari jonjot karion, sehingga menyerupai gelembung yang disebut mola hidatidosa. Pada ummnya penderita mola hidatidosa akan menjadi baik kembali, tetapi ada diantaranya yang kemudian mengalami degenerasi keganasan yang berupa karsinoma.(Wiknjosastro, Hanifa, 2002 : 339)Tes Diagnostika.Pemeriksaan kadar beta hCG : pada mola terdapat peningkatan kadar beta hCG darah atau urinb.Uji Sonde : Sonde (penduga rahim) dimasukkan pelan-pelan dan hati-hati ke dalam kanalis servikalis dan kavum uteri. Bila tidak ada tahanan, sonde diputar setelah ditarik sedikit, bila tetap tidak ada tahanan, kemungkinan mola (cara Acosta-Sison)c.Foto rontgen abdomen : tidak terlihat tilang-tulang janini (pada kehamilan 3 4 buland.Ultrasonografi : pada mola akan terlihat badai salju (snow flake pattern) dan tidak terlihat janine.Foto thoraks : pada mola ada gambaram emboli udaraf.Pemeriksaan T3 dan T4 bila ada gejala tirotoksikosis(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)Penatalaksanaan MedikPenanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :a.Diagnosis dini akan menguntungkan prognosisb.Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan :Evaluasi klinik dengan fokus pada :Riwayat haid terakhir dan kehamilanPerdarahan tidak teratur atau spottingPembesaran abnormal uterusPelunakan serviks dan korpus uteriKajian uji kehamilan dengan pengenceran urinPastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sissonc.Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segerad.Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus)e.Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun.Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu :Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat).Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesaiKenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasiAnemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusiKadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 mingguSelama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasiKONSEP ASUHAN KEPERAWATANProses keperawatan adalah metode kerja dalam pemberian pelayanan keperawatan untuk menganalisa masalah pasien secara sistematis, menentukan cara pemecahannya, melakukan tindakan dan mengevaluasi hasil tindakan yang telah dilaksanakan.Proses keperawatan adalah serangkaian perbuatan atau tindakan untuk menetapkan, merencanakan danmelaksanakan pelayanan keperawatan dalam rangka membantu klien untuk mencapai dan memelihara kesehatannya seoptimal mungkin. Tindakan keperawatan tersebut dilaksanakan secara berurutan, terus menerus, saling berkaitan dan dinamis.PengkajianPengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien. Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :BiodataMengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi : nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke-, lamanya perkawinan dan alamatKeluhan utamaKaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulangRiwayat kesehatan, yang terdiri atas :Riwayat kesehatan sekarangYait keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.Riwayat kesehatan masa laluRiwayat pembedahanKaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan, kapan, oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.Riwayat penyakit yang perna dialamiKaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinari, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.Riwayat kesehatan keluargaYang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.Riwayat kesehatan reproduksiKaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainyaRiwayat kehamilan, persalinan dan nifasKaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.Riwayat seksualKaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.Riwayat pemakaian obatKaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.Pola aktivitas sehari-hariKaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.Pemeriksaan fisik, meliputi :Inspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidu.Hal yang diinspeksi antara lain : mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnyaPalpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterusTekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgorPemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormalPerkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnyaMenggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan, massa atau konsolidasiMenggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidakAuskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengarMendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)Pemeriksaan laboratorium : darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap smearKeluarga berencanaKaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB jenis apa.Data lain-lainKaji mengenai perawatan dan pengobatan yang telah diberikan selama dirawat di RS.Data psikososialKaji orang terdekat dengan klien, bagaimana pola komunikasi dalam keluarga, hal yang menjadi beban pikiran klien dan mekanisme koping yang digunakan.Status sosio-ekonomiKaji masalah finansial klienData spiritualKaji tentang keyakinan klien terhadap Tuhan YME, dan kegiatan keagamaan yang biasa dilakukan.Diagnosa Keperawatan yang Lazim MunculSecara singkat diagnosa keperawatan dapat diartikan :Sebagai rumusan atau keputusan atau keputusan yang diambil sebagai hasil dari pengkajian keperawatanDiagnosa keperawatan adalah pernyataan yang digambarkan sebagai respon seseorang atau kelompok (keadan kesehatan yang merupakan keadaan aktual maupun potensial) dimana perawat secara legal mengidentifikasi, menetapkan intervensi untuk mempertahankan keadaan kesehatan atau menurunkan. (Carpenito, Lynda, 2001: 458)Diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus mola hidatidosa adalah :1.Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan2.Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan3.Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri4.Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi5.Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan6.Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntah7.Risiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretase8.Risiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahanIntervensi Merupakan tahapan perencanaan dari proses keperawatan merupakan tindakan menetapkan apa yang akan dilakukan untuk membantu klien, memulihkan, memelihara dan meningkatkan kesehatannyaPerencanaan keperawatan adalah penyusunan rencana tindakan keperawatan yang akan dilaksanakan untuk menanggulangi masalah sesuai dengan diagnosa keperawatan yang telah ditentukanTujuan :1.Sebagai alat komunikasi antar teman sejawat dan tenaga kesehatan lain2.meningkatkan keseimbangan asuhan keperawatanLangkah-langkah penyusunan :1.menetapkan prioritas masalah2.merumuskan tujuan keperawatan yang akan dicapai3.menentukan rencana tindakan keperawatanDIAGNOSA INyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringanTujuan :Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang dengan kriteria :Klien mengatakan nyeri berkurang/hilangEkspresi wajah tenangTTV dalam batas normalIntervensi :1.Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klienRasional :Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat2.Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jamRasional :Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien3.Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasiRasional :Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan4.Beri posisi yang nyamanRasional :Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri5.Kolaborasi pemberian analgetikRasional :Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikanDIAGNOSA IIIntoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahanTujuan :Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri dengan kriteria :Kebutuhan personal hygiene terpenuhiKlien nampak rapi dan bersihIntervensi :1.Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diriRasional :Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya2.Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hariRasional :Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat3.Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannyaRasional :Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya4.Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klienRasional :Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiriDIAGNOSA IIIGangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeriTujuan :Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu dengan kriteria :Klien dapat tidur 7-8 jam per hariKonjungtiva tidak anemisIntervensi :1.Kaji pola tidurRasional :Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya2.Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenangRasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat3.Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidurRasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur4.Batasi jumlah penjaga klienRasional :Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat5.Memberlakukan jam besukRasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat6.Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur DiazepamRasional :Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidurDIAGNOSA IVGangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksiTujuan :Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas dengan kriteria :Tanda-tanda vital dalam batas normalKlien tidak mengalami komplikasiIntervensi :1.Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesisRasional :Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa2.Pantau suhu lingkunganRasional :Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal3.Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyakRasional :Minum banyak dapat membantu menurunkan demam4.Berikan kompres hangatRasional :Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh5.Kolaborasi pemberian obat antipiretikRasional :Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamusDIAGNOSA VKecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatanTujuan :Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang dengan kriteria :Ekspresi wajah tenangKlien tidak sering bertanya tentang penyakitnyaIntervensi :1.Kaji tingkat kecemasan klienRasional :Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien2.Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannyaRasional :Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan3.Mendengarkan keluhan klien dengan empatiRasional :Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan4.Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikanRasional :menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya5.Beri dorongan spiritual/supportRasional :Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurangDIAGNOSA VIRisiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual muntahTujuan :Klien akan mengungkapkan nutrisi terpenuhi dengan kriteria :Nafsu makan meningkatPorsi makan dihabiskanIntervensi :1.Kaji status nutrisi klienRasional :Sebagai awal untuk menetapkan rencana selanjutnya2.Anjurkan makan sedikit demi sedikit tapi seringRasional :Makan sedikit demi sedikit tapi sering mampu membantu untuk meminimalkan anoreksia3.Anjurkan untuk makan makanan dalam keadaan hangat dan bervariasiRasional :Makanan yang hangat dan bervariasi dapat menbangkitkan nafsu makan klien4.Timbang berat badan sesuai indikasiRasional :Mengevaluasi keefektifan atau kebutuhan mengubah pemberian nutrisi5.Tingkatkan kenyamanan lingkungan termasuk sosialisasi saat makan, anjurkan orang terdekat untuk membawa makanan yang disukai klienRasional :Sosialisasi waktu makan dengan orang terdekat atau teman dapat meningkatkan pemasukan dan menormalkan fungsi makananDIAGNOSA VIIRisiko terjadi infeksi berhubungan dengan tindakan kuretaseTujuan :Klien akan terbebas dari infeksi dengan kriteria :Tidak tampak tanda-tanda infeksiVital sign dalam batas normalIntervensi :1.Kaji adanya tanda-tanda infeksiRasional :Mengetahui adanya gejala awal dari proses infeksi2.Observasi vital signRasional :Perubahan vital sign merupakan salah satu indikator dari terjadinya proses infeksi dalam tubuh3.Observasi daerah kulit yang mengalami kerusakan (luka, garis jahitan), daerah yang terpasang alat invasif (infus, kateter)Rasional :Deteksi dini perkembangan infeksi memungkinkan untuk melakukan tindakan dengan segera dan pencegahan komplikasi selanjutnya4.Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat antibiotikRasional :Anti biotik dapat menghambat pembentukan sel bakteri, sehingga proses infeksi tidak terjadi. Disamping itu antibiotik juga dapat langsung membunuh sel bakteri penyebab infeksiDIAGNOSA VIIIRisiko terjadinya gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan adanya perdarahanTujuan :Klien akan menunjukkan gangguan perfusi jaringan perifer tidak terjadi dengan kriteria :Hb dalam batas normal (12-14 g%)Turgor kulit baik, vital sign dalam batas normalTidak ada mual muntahIntervensi :1.Awasi tanda-tanda vital, kaji warna kulit/membran mukosa, dasar kukuRasional :Memberika informasi tentang derajat/keadekuatan perfusi jaringan dan membantu menentukan intervensi selanjutnya2.Selidiki perubahan tingkat kesadaran, keluhan pusing dan sakit kepalaRasional :Perubahan dapat menunjukkan ketidak adekuatan perfusi serebral sebagai akibat tekanan darah arterial3.Kaji kulit terhadap dingin, pucat, berkeringat, pegisian kapiler lambat dan nadi perifer lemahRasional :Vasokonstriksi adalah respon simpatis terhadap penurunan volume sirkulasi dan dapat terjadi sebagai efek samping vasopressin4.Berikan cairan intravena, produk darahRasional :Menggantikan kehilangan daran, mempertahankan volume sirkulasi5.Penatalaksanaan pemberian obat antikoagulan tranexid 500 mg 31 tabletRasional :Obat anti kagulan berfungsi mempercepat terjadinya pembekuan darah / mengurangi perarahanSumber:1.Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta2.Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta3.Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta4.Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta5.Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta6.Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius. JakartaMola Hidatidosa

A. PengertianMola hidatidosa adalah chorionic villi (jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan. (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 : 23)

Mola hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur. (Wiknjosastro, Hanifa, dkk, 2002 : 339).

Mola hidatidosa adalah perubahan abnormal dari villi korionik menjadi sejumlah kista yang menyerupai anggur yang dipenuhi dengan cairan. Embrio mati dan mola tumbuh dengan cepat, membesarnya uterus dan menghasilkan sejumlah besar human chorionic gonadotropin (hCG) (Hamilton, C. Mary, 1995 : 104).

Askep Mola Hidatidosa

B. Etiologi

Penyebab mola hidatidosa tidak diketahui secara pasti, namun faktor penyebabnya adalah :

1. Faktor ovum : ovum memang sudah patologik sehingga mati , tetapi terlambat dikeluarkan.

2. Imunoselektif dari tropoblast.

3. Keadaan sosio-ekonomi yang rendah.

4. Paritas tinggie.Kekurangan proteinf.Infeksi virus dan faktor kromosom yang belum jelas.

(Mochtar, Rustam ,1998 : 23)

Askep Mola Hidatidosa

C. Patofisiologi

Mola hidatidosa dapat terbagi menjadi :

1. Mola hidatidosa komplet (klasik), jika tidak ditemukan janin.

2. Mola hidatidosa inkomplet (parsial), jika disertai janin atau bagian janin.

Ada beberapa teori yang diajukan untuk menerangkan patogenesis dari penyakit trofoblast :

Teori missed abortion

Mudigah mati pada kehamilan 3 5 minggu karena itu terjadi gangguan peredarah darah sehingga terjadi penimbunan cairan masenkim dari villi dan akhirnya terbentuklah gelembung-gelembung.

Teori neoplasma dari Park

Sel-sel trofoblast adalah abnormal dan memiliki fungsi yang abnormal dimana terjadi reabsorbsi cairan yang berlebihan ke dalam villi sehigga timbul gelembung.

Studi dari Hertig

Studi dari Hertig lebih menegaskan lagi bahwa mola hidatidosa semata-mata akibat akumulasi cairan yang menyertai degenerasi awal atau tiak adanya embrio komplit pada minggu ke tiga dan ke lima. Adanya sirkulasi maternal yang terus menerus dan tidak adanya fetus menyebabkan trofoblast berproliferasi dan melakukan fungsinya selama pembentukan cairan.

(Silvia, Wilson, 2000 : 467)

Askep Mola Hidatidosa

D. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala kehamilan dini didapatkan pada mola hidatidosa. Kecurigaaan biasanya terjadi pada minggu ke 14 - 16 dimana ukuran rahim lebih besar dari kehamilan biasa, pembesaran rahim yang terkadang diikuti perdarahan, dan bercak berwarna merah darah beserta keluarnya materi seperti anggur pada pakaian dalam. Tanda dan gejala serta komplikasi mola :

1. Mual dan muntah yang parah yang menyebabkan 10% pasien masuk RS.

2. Pembesaran rahim yang tidak sesuai dengan usia kehamilan (lebih besar).

3. Gejala gejala hipertitoidisme seperti intoleransi panas, gugup, penurunan BB yang tidak dapat dijelaskan, tangan gemetar dan berkeringat, kulit lembab.

4. Gejala gejala pre-eklampsi seperti pembengkakan pada kaki dan tungkai, peningkatan tekanan darah, proteinuria (terdapat protein pada air seni).

Askep Mola Hidatidosa

E. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah :

1. Serum -hCG untuk memastikan kehamilan dan pemeriksaan -hCG serial (diulang pada interval waktu tertentu).

2. Ultrasonografi (USG). Melalui pemeriksaan USG kita dapat melihat adakah janin di dalan kantung gestasi (kantung kehamilan) dan kita dapat mendeteksi gerakan maupun detak jantung janin. Apabila semuanya tidak kita temukan di dalam pemeriksaan USG maka kemungkinan kehamilan ini bukanlah kehamilan yang normal.

3. Foto roentgen dada.

F. Penatalaksanaan Medis

Penanganan yang biasa dilakukan pada mola hidatidosa adalah :

1. Diagnosis dini akan menguntungkan prognosis.

2. Pemeriksaan USG sangat membantu diagnosis. Pada fasilitas kesehatan di mana sumber daya sangat terbatas, dapat dilakukan : Evaluasi klinik dengan fokus pada : Riwayat haid terakhir dan kehamilan Perdarahan tidak teratur atau spotting, pembesaran abnormal uterus, pelunakan serviks dan korpus uteri. Kajian uji kehamilan dengan pengenceran urin. Pastikan tidak ada janin (Ballottement) atau DJJ sebelum upaya diagnosis dengan perasat Hanifa Wiknjosastro atau Acosta Sisson.

3. Lakukan pengosongan jaringan mola dengan segera.

4. Antisipasi komplikasi (krisis tiroid, perdarahan hebat atau perforasi uterus).

5. Lakukan pengamatan lanjut hingga minimal 1 tahun. Selain dari penanganan di atas, masih terdapat beberapa penanganan khusus yang dilakukan pada pasien dengan mola hidatidosa, yaitu : Segera lakukan evakuasi jaringan mola dan sementara proses evakuasi berlangsung berikan infus 10 IU oksitosin dalam 500 ml NaCl atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes per menit (sebagai tindakan preventif terhadap perdarahan hebat dan efektifitas kontraksi terhadap pengosongan uterus secara tepat). Pengosongan dengan Aspirasi Vakum lebih aman dari kuretase tajam. Bila sumber vakum adalah tabung manual, siapkan peralatan AVM minimal 3 set agar dapat digunakan secara bergantian hingga pengosongan kavum uteri selesai. Kenali dan tangani komplikasi seperti tirotoksikasi atau krisis tiroid baik sebelum, selama dan setelah prosedur evakuasi. Anemia sedang cukup diberikan Sulfas Ferosus 600 mg/hari, untuk anemia berat lakukan transfusi. Kadar hCG diatas 100.000 IU/L praevakuasi menunjukkan masih terdapat trofoblast aktif (diluar uterus atau invasif), berikan kemoterapi MTX dan pantau beta-hCG serta besar uterus secara klinis dan USG tiap 2 minggu. Selama pemantauan, pasien dianjurkan untuk menggunakan kontrasepsi hormonal (apabila masih ingin anak) atau tubektomy apabila ingin menghentikan fertilisasi.

Askep Mola Hidatidosa

Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Mola Hidatidosa

A. Pengkajian

Pengkajian adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan data dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan perawatan bagi klien.

Adapun hal-hal yang perlu dikaji adalah :

1. Biodata : mengkaji identitas klien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan, perkawinan ke- , lamanya perkawinan dan alamat.

2. Keluhan utama : Kaji adanya menstruasi tidak lancar dan adanya perdarahan pervaginam berulang.

3. Riwayat kesehatan, yang terdiri atas :

Riwayat kesehatan sekarang yaitu keluhan sampai saat klien pergi ke Rumah Sakit atau pada saat pengkajian seperti perdarahan pervaginam di luar siklus haid, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan.

Riwayat kesehatan masa lalu

Riwayat pembedahan : Kaji adanya pembedahan yang pernah dialami oleh klien, jenis pembedahan , kapan , oleh siapa dan di mana tindakan tersebut berlangsung.

4. Riwayat penyakit yang pernah dialami : Kaji adanya penyakit yang pernah dialami oleh klien misalnya DM, jantung, hipertensi, masalah ginekologi/urinary, penyakit endokrin, dan penyakit-penyakit lainnya.

5. Riwayat kesehatan keluarga : Yang dapat dikaji melalui genogram dan dari genogram tersebut dapat diidentifikasi mengenai penyakit turunan dan penyakit menular yang terdapat dalam keluarga.

6. Riwayat kesehatan reproduksi : Kaji tentang mennorhoe, siklus menstruasi, lamanya, banyaknya, sifat darah, bau, warna dan adanya dismenorhoe serta kaji kapan menopause terjadi, gejala serta keluahan yang menyertainya.

7. Riwayat kehamilan , persalinan dan nifas : Kaji bagaimana keadaan anak klien mulai dari dalam kandungan hingga saat ini, bagaimana keadaan kesehatan anaknya.

8. Riwayat seksual : Kaji mengenai aktivitas seksual klien, jenis kontrasepsi yang digunakan serta keluahn yang menyertainya.

9. Riwayat pemakaian obat : Kaji riwayat pemakaian obat-obatankontrasepsi oral, obat digitalis dan jenis obat lainnya.

10. Pola aktivitas sehari-hari : Kaji mengenai nutrisi, cairan dan elektrolit, eliminasi (BAB dan BAK), istirahat tidur, hygiene, ketergantungan, baik sebelum dan saat sakit.

Pemeriksaan Fisik : InspeksiInspeksi adalah proses observasi yang sistematis yang tidak hanya terbatas pada penglihatan tetapi juga meliputi indera pendengaran dan penghidung.

Hal yang diinspeksi antara lain :

Mengobservasi kulit terhadap warna, perubahan warna, laserasi, lesi terhadap drainase, pola pernafasan terhadap kedalaman dan kesimetrisan, bahasa tubuh, pergerakan dan postur, penggunaan ekstremitas, adanya keterbatasan fifik, dan seterusnya.

Palpasi

Palpasi adalah menyentuh atau menekan permukaan luar tubuh dengan jari.

Sentuhan : merasakan suatu pembengkakan, mencatat suhu, derajat kelembaban dan tekstur kulit atau menentukan kekuatan kontraksi uterus.

Tekanan : menentukan karakter nadi, mengevaluasi edema, memperhatikan posisi janin atau mencubit kulit untuk mengamati turgor.

Pemeriksaan dalam : menentukan tegangan/tonus otot atau respon nyeri yang abnormal.

Perkusi

Perkusi adalah melakukan ketukan langsung atau tidak langsung pada permukaan tubuh tertentu untuk memastikan informasi tentang organ atau jaringan yang ada dibawahnya.

Menggunakan jari : ketuk lutut dan dada dan dengarkan bunyi yang menunjukkan ada tidaknya cairan , massa atau konsolidasi.

Menggunakan palu perkusi : ketuk lutut dan amati ada tidaknya refleks/gerakan pada kaki bawah, memeriksa refleks kulit perut apakah ada kontraksi dinding perut atau tidak.

Auskultasi

Auskultasi adalah mendengarkan bunyi dalam tubuh dengan bentuan stetoskop dengan menggambarkan dan menginterpretasikan bunyi yang terdengar. Mendengar : mendengarkan di ruang antekubiti untuk tekanan darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut jantung janin.(Johnson & Taylor, 2005 : 39)

B. Diagnosa Keperawatan1. Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan.

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan.

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri.

4. Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi.

5. Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

B. Intervensi

DIAGNOSA I

Nyeri berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan

Tujuan : Klien akan meninjukkan nyeri berkurang/hilang

Kriteria Hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang/hilang

Ekspresi wajah tenang

TTV dalam batas normal

Intervensi : Kaji tingkat nyeri, lokasi dan skala nyeri yang dirasakan klien.Rasional : Mengetahui tingkat nyeri yang dirasakan sehingga dapat membantu menentukan intervensi yang tepat.

Observasi tanda-tanda vital tiap 8 jamRasional : Perubahan tanda-tanda vital terutama suhu dan nadi merupakan salah satu indikasi peningkatan nyeri yang dialami oleh klien.

Anjurkan klien untuk melakukan teknik relaksasiRasional : Teknik relaksasi dapat membuat klien merasa sedikit nyaman dan distraksi dapat mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri sehingga dapat mambantu mengurangi nyeri yang dirasakan.

Beri posisi yang nyamanRasional : Posisi yang nyaman dapat menghindarkan penekanan pada area luka/nyeri.

Kolaborasi pemberian analgetikRasional : Obat-obatan analgetik akan memblok reseptor nyeri sehingga nyeri tidat dapat dipersepsikan.

DIAGNOSA II

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelemahan

Tujuan : Klien akan menunjukkan terpenuhinya kebutuhan rawat diri

Kriteria Hasil : Kebutuhan personal hygiene terpenuhi

Klien nampak rapi dan bersih.

Intervensi : Kaji kemampuan klien dalam memenuhi rawat diriRasional : Untuk mengetahui tingkat kemampuan/ketergantungan klien dalam merawat diri sehingga dapat membantu klien dalam memenuhi kebutuhan hygienenya.

Bantu klien dalam memenuhi kebutuhan sehari-hariRasional : Kebutuhan hygiene klien terpenuhi tanpa membuat klien ketergantungan pada perawat.

Anjurkan klien untuk melakukan aktivitas sesuai kemampuannyaRasional : Pelaksanaan aktivitas dapat membantu klien untuk mengembalikan kekuatan secara bertahap dan menambah kemandirian dalam memenuhi kebutuhannya.

Anjurkan keluarga klien untuk selalu berada di dekat klien dan membantu memenuhi kebutuhan klien.

Rasional : Membantu memenuhi kebutuhan klien yang tidak terpenuhi secara mandiri.

DIAGNOSA III

Gangguan pola tidur berhubungan dengan adanya nyeri

Tujuan : Klien akan mengungkapkan pola tidurnya tidak terganggu

Kriteria Hasil : Klien dapat tidur 7-8 jam per hari.

Konjungtiva tidak anemis.

Intervensi : Kaji pola tidurRasional : Dengan mengetahui pola tidur klien, akan memudahkan dalam menentukan intervensi selanjutnya.

Ciptakan lingkungan yang nyaman dan tenangRasional :Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

Anjurkan klien minum susu hangat sebelum tidurRasional :Susu mengandung protein yang tinggi sehingga dapat merangsang untuk tidur.

Batasi jumlah penjaga klienRasional : Dengan jumlah penjaga klien yang dibatasi maka kebisingan di ruangan dapat dikurangi sehingga klien dapat beristirahat.

Memberlakukan jam besukRasional : Memberikan kesempatan pada klien untuk beristirahat.

Kolaborasi dengan tim medis pemberian obat tidur DiazepamRasional : Diazepam berfungsi untuk merelaksasi otot sehingga klien dapat tenang dan mudah tidur.

DIAGNOSA IV

Gangguan rasa nyaman : hipertermi berhubungan dengan proses infeksi

Tujuan : Klien akan menunjukkan tidak terjadi panas

Kriteria Hasil : Tanda-tanda vital dalam batas normal

Klien tidak mengalami komplikasi.

Intervensi : Pantau suhu klien, perhatikan menggigil/diaforesisRasional : Suhu diatas normal menunjukkan terjadinya proses infeksi, pola demam dapat membantu diagnosa.

Pantau suhu lingkunganRasional : Suhu ruangan harus diubah atau dipertahankan, suhu harus mendekati normal.

Anjurkan untuk minum air hangat dalam jumlah yang banyakRasional : Minum banyak dapat membantu menurunkan demam.

Berikan kompres hangatRasional : Kompres hangat dapat membantu penyerapan panas sehingga dapat menurunkan suhu tubuh.

Kolaborasi pemberian obat antipiretikRasional : Digunakan untuk mengurangi demam dengan aksi pada hipothalamus.

DIAGNOSA V

Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan

Tujuan : Klien akan menunjukkan kecemasan berkurang/hilang

Kriteria Hasil : Ekspresi wajah tenang

Klien tidak sering bertanya tentang penyakitnya.

Intervensi : Kaji tingkat kecemasan klienRasional : Mengetahui sejauh mana kecemasan tersebut mengganggu klien.

Beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaannyaRasional : Ungkapan perasaan dapat memberikan rasa lega sehingga mengurangi kecemasan.

Mendengarkan keluhan klien dengan empatiRasional : Dengan mendengarkan keluahan klien secara empati maka klien akan merasa diperhatikan.

Jelaskan pada klien tentang proses penyakit dan terapi yang diberikanRasional : menambah pengetahuan klien sehingga klien tahu dan mengerti tentang penyakitnya.

Beri dorongan spiritual/supportRasional : Menciptakan ketenangan batin sehingga kecemasan dapat berkurang.

Daftar Pustaka

Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku KedokteranEGC, Jakarta

Hamilton, C. Mary, 1995, Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC, Jakarta

Soekojo, Saleh, 1973, Patologi, UI Patologi Anatomik, Jakarta

Mochtar, Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri, Jilid I. EGC. Jakarta

Johnson & Taylor, 2005. Buku Ajar Praktik Kebidanan. EGC. Jakarta

Mansjoer, Arif, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius.Jakarta