lp bronkitis fix

23
LAPORAN PENDAHULUAN BRONKITIS A. PENGERTIAN Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus. Bronkitis akut merupakan kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus sebagai komplikasi dari penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak atau rubela.infeksi skunder merupakan akibat bakteri, yang umumnya bakteri haemophilus influezae atau streptococcus pnemoniae. Pada bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi akibat asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan pasien satu-satunya adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid yang terjadi sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut selama dua tahun berturut-turut. (kamus keperawatan: Hinchliff, sue 1999). Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit pernafasan lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan penyakit tersendiri.sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang masih kontroversi dan ketidak-jelasan di antara para klinikus dan para

Upload: abdan

Post on 07-Dec-2015

22 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

bronkitis

TRANSCRIPT

Page 1: Lp Bronkitis Fix

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS

A. PENGERTIAN

Bronkitis adalah sebuah inflmasi pada bronkus. Bronkitis akut

merupakan kejadian terpisah, biasanya merupakan infeksi primer virus

sebagai komplikasi dari penyakit selesma, influenza, batuk rejan, campak

atau rubela.infeksi skunder merupakan akibat bakteri, yang umumnya

bakteri haemophilus influezae atau streptococcus pnemoniae. Pada

bronkitis kronik, kelenjar mukus bronkial mengalami hipertrofi akibat

asap rokok dan polutan atmosfer yang membuat iritasi,dan keluhan pasien

satu-satunya adalah batuk pruduktif serta sputum mukoid yang terjadi

sepanjang hari selama tiga bulan berturut-turut selama dua tahun berturut-

turut. (kamus keperawatan: Hinchliff, sue 1999).

Bronkitis pada anak dapat merupakan bagian dari banyak penyakit

pernafasan lainya. Namun bronkitis dapat juga merupakan  penyakit

tersendiri.sebagai penyakit tersendiri, bronkitis merupakan topik yang 

masih kontroversi dan ketidak-jelasan di antara para klinikus dan para

penyidik.bronkitis sering merupakan dignosa yang di tegakkan,baik di luar

maupun di dalam negeri,walaupun dengan patokan diagnosis yang tidak

sama.bahkan stern (1983) meragukan adanya bronkitis kronik pada anak

sebagai penyakit tersendiri.Mengapa hal ini sampai terjadi kesimpang

siuran karena masih belum  ada konsensus tentang  bronkitis pada anak ini

(buku kuliah ilmu kesehatan anak seri 3  : 1985)

Jadi bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara

ke paru-paru). Peradangan ini menyebabkan penghasilan mukus yang

banyak dan beberapa perubahan pada saluran pernafsan

B. KLASIFIKASI

Page 2: Lp Bronkitis Fix

1. Bronchitis akut merupakan suatu perandangan dari bronchiole,

bronchus, dan trakea oleh berbagai sebab dan mendadak atau tiba-tiba

berlangsung sementara.

2. Bronchitis kronis merupakan suatu sindrom dimana terdapat batuk

kronis produktif selama paling sedikit 3 bulan dalam 1 tahun dan terjadi

berulang kali dalam jangka 2 tahun

C. ETIOLOGI

Bronkitis akut biasanya sering disebabkan oleh virus seperti

Rhinovirus, Respiratory Syncitial virus (RSV), virus influenza, virus para

influenza, dan coxsackie virus. Bronkitis akut juga dapat dijumpai pada

anak yang sedang menderita morbilli, pertusis dan infeksi mycoplasma

pneumoniae (Ngastiyah; 1997; 37).

Penyebab lain dari bronkitis akut dapat juga oleh bakteri

(staphylokokus, streptokokus, pneumokokus, hemophylus influenzae).

Bronkitis dapat juga disebabkan oleh parasit seperti askariasis dan jamur

(Purnawan Junadi; 1982; 206).

Penyebab non infeksi adalah akibat aspirassi terhadap bahan fisik

atau kimia. Faktor predisposisi terjadinya bronkitis akut adalah perubahan

cuaca, alergi, polusi udara dan infeksi saluran nafas atas kronik

memudahkan terjadinya bronkitis (Ngastiyah; 1997; 37).

Page 3: Lp Bronkitis Fix

D. MANIFESTASI KLINIS

1.    Tanda toksemi      : Malaise, demam, badan terasa lemah, banyak

keringat “Diaphoresis”, tachycardia, tachypnoe.

2.    Tanda iritasi        : Batuk, ekspektorasi/ peningkatan produksi sekret,

rasa sakit dibawah sternum

3.    Tanda obstruksi    : Sesak nafas, rasa mau muntah.

Gejala bronkitis berupa:

- Batuk berdahak (dahaknya bisa berwarna kemerahan)

- Sesak nafas ketika melakukan olah raga atau aktivitas ringan

- Sering menderita infeksi pernafasan (misalnya flu)

- Lelah

- Pembengkakan pergelangan kaki, kaki dan tungkai kiri dan kanan

- Wajah, telapak tangan atau selaput lendir yang berwarna kemerahan

- Pipi tampak kemerahan

- Sakit kepala

- Gangguan penglihatan.

E. PATHOFISIOLOGI

Asap mengiritasi jalan napas, mengakibatkan hipersekresi lendir

dan inflamasi. Adanya iritasi yang terus    menerus menyebabkan kelenjar-

kelenjar mensekresi lendir sehingga lendir yang diproduksi semakin

banyak, peningkatan jumlah sel goblet dan penurunan fungsi silia. Hal ini

menyebabkan terjadinya penyempitan dan penyumbatan pada bronkiolus.

Alveoli yang terletak dekat dengan bronkiolus dapat mengalami kerusakan

dan membentuk fibrosis sehingga terjadi perubahan fungsi bakteri. Proses

ini menyebabkan klien menjadi lebih rentan terhadap infeksi pernapasan.

Penyempitan bronkhial lebih lanjut  dapat terjadi perubahan fibrotik yang

terjadi dalam jalan napas. Pada waktunya dapat terjadi perubahan paru

Page 4: Lp Bronkitis Fix

yang irreversible. Hal tersebut kemungkinan mangakibatkan emfisema dan

bronkiektatis.

(manurung, 2008)

Virus dan kuman biasa masuk melalui “port de entry” mulut dan

hidung “dropplet infection” yang selanjutnya akan menimbulkan viremia/

bakterimia dengan gejala atau reaksi tubuh untuk melakukan perlawanan. 

(Purnawan Junadi; 1982; 207).

Page 5: Lp Bronkitis Fix

F. PATHWAY

(Purnawan Junadi; 1982; 207)

Virus/ bakteri memasuki tubuh

(bakterimia/ viremia)

Alergen

Aktivasi IG.E

Peningkatan pelepasan histamin

Edema mukosa sel goblet memproduksi

mukus

Resiko infeksi

Batuk kering, setelah 2-3 batuk mulai berdahak dan

timbul lendir.

Hipertermia

Mungkin dahak berwarna kuning (infeksi sekunder)

Peningkatan frekwensi pernafasan

Penggunaan otot-otot bantu pernafasan.

Nutrisi kurang dari kebutuhan

Nyeri : pada retrosternal

Ketidakefektifan bersihan jalan nafas

Malaise

Demam

Perubahan pola nafas

Page 6: Lp Bronkitis Fix

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Pemeriksaan fungsi paru

Respirasi (Pernapasan / ventilasi) dalam praktek klinik bermakna

sebagai suatu siklus inspirasi dan ekspirasi. Frekuensi pernapasan orang

dewasa normal berkisar 12 - 16 kali permenit yang mengangkut kurang

lebih 5 liter udara masuk dan keluar paru. Volume yang lebih rendah dari

kisaran normal seringkali menunjukkan malfungsi sistem paru. Volume

dan kapasitas paru diukur dengan alat berupa spirometer atau spirometri.

Udara yang keluar dan masuk saluran pernapasan saat inspirasi dan

ekspirasi sebanyak 500 ml disebut dengan volume tidal, sedang volume

tidal pada tiap orang sangat bervariasi tergantung pada saat

pengukurannya. Rata-rata orang dewasa 70% (350 ml) dari volume tidal

secara nyata dapat masuk sampai ke bronkiolus, duktus alveolus, kantong

alveoli dan alveoli yang aktif dalam proses pertukaran gas. (manurung,

2008 )

2. Analisa gas darah

Gas darah arteri memungkinkan utnuk pengukuran pH (dan juga

keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar

bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.

Pemeriksaan gas darah arteri dan pH sudah secara luas digunakan sebagai

pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien penyakit berat yang akut

dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil

berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat

menegakkan suatu diagnosa hanya dari penilaian analisa gas darah dan

keseimbangan asam basa saja, kita harus menghubungkan dengan riwayat

penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium lainnya.

Ukuran-ukuran dalam analisa gas darah:

Page 7: Lp Bronkitis Fix

- PH normal 7,35-7,45

- Pa CO2 normal 35-45 mmHg

- Pa O2 normal 80-100 mmHg

- Total CO2 dalam plasma normal 24-31 mEq/l

- HCO3 normal 21-30 mEq/l

- Base Ekses normal -2,4 s.d +2,3

- Saturasi O2 lebih dari 90%.

(manurung, 2008 )

3. Pemeriksaan radiologis

 Pemeriksaan foto thoraks posterior-anterior dilakukan untuk menilai

derajat progresivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru

obstruktif menahun. (manurung, 2008 )

4. Pemeriksaan laboratorium

Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan

pada peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah).

Sputum diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan

tuberculosis paru.

  Apabila terjadi infeksi sekunder oleh kuman anaerob, akan

menimbulkan sputum sangat berbau, pada kasus yang sudah berat,

misalnya pada saccular type bronchitis, sputum jumlahnya banyak sekali,

puruen, dan apabila ditampung beberapa lama, tampak terpisah menjadi 3

bagian

·         Lapisan teratas agak keruh

·         Lapisan tengah jernih, terdiri atas saliva (ludah)

·         Lapisan terbawah keruh terdiri atas nanah dan jaringan nekrosis dari

bronkus yang rusak (celluler debris).

Page 8: Lp Bronkitis Fix

(mutaqin, 2008)

H. PENATALAKSANAAN

1. Keperawatan

Memenuhi intake cairan sampai di atas atau lebih 4000 ml per hari

serta dengan memanipulasi  lingkungan  di sekitar pasien dengan uap

panas atau dengan kabut dingin. Fungsinya adalah untuk membantu 

mengencerkan dahak.

2. Medis.

Pada penyebab yang di karenakan oleh virus belum ada obat

khusus, anti biotik tidak ada gunanya. Banyak minum terutama air buah

sangat memadahi. Obat penekan batuk tidak boleh di berikan pada batuk

yang berlendir.

Bila batuk tidak mereda pada 2 minggu  patut dicurigai 

kemungkinan infeksi skunder dan pemberian anti biotik dapat di berikan

asal telah hilang kemungkinan terjadi pertusis.bakteri yang di anjurkan

adalah Amoxillin, ko-trimoxasol dan golongan mikrolide.anti biotik di

berikan selama  dua minggu  dan bila tidak berhasil maka dilakukan

rongen foto toraks untuk menyingkirkan adanya kulaps paru segmental

dan lober, benda asing dan tuberkulosis.

Bila bronkitis akut terjadi berulang kali perlu di kaji adanya

penyebab lain seperti  kelainan saluran nafas,benda asing, bronkiektasis,

defisiensi imonologis, hiperreaktivitas bronkus, dan ISPA (infeksi saluran

nafas atas akut) atas yang belum teratasi.

(buku kuliah ilmu kesehatan anak seri 3  : 1985)

Page 9: Lp Bronkitis Fix

Daftar Obat Pada Bronkitis Menurut Respiratori Disosder

No.    Nama Obat    Indikasi    Dosis

1    Hidrocodone bitartrat    Antitusif    5 – 10 Mg

2    Codein phospat    Antitusif    10 - 20 Mg

3    Dextrometorpan  Analgesik nonnarktik 10 - 20 Mg/ 4jam, 30 mg/ 6jam

4    Noscapine    Analgesik nonnarktik    15 - 30 Mg

5    Levopropoxyphene    Analgesik nonnarktik    50 - 100 Mg

6    Terbutaline    Bronkodilator    2,5 – 5 Mg

7    Theophylline    Bronkodilator    Dosis tinggi di sesuaikan dengan

serum theopillin

8    Doxycyline    Antibiotik    250 - 500 Mg PO

9    Terramicin    Antibiotik    250 - 500 Mg PO

10    Amphisilin    Antibiotik    250 - 500 Mg PO

I. FOKUS PENGKAJIAN

1. Pengkajian

a. Tanggal pengkajian

b. Tanggal masuk

c. Identitas klien

Nama

Alamat

Tanggal lahir/umur

Jenis kelamin

Agama

Diagnosa medis

Page 10: Lp Bronkitis Fix

Identitas penanggung jawab

2. Keluhan utama

3. Riwayat kesehatan sekarang : serangan, kapan, cara, factor

predisposisi, factor presipitasi)

4. Riwayat Masa lalu

Kehamilan (Keberapa, prenatal, postnatal, aborsi,

kesehatan selama hamil, obat yang dikonsumsi)

Persalinan (lama persalinan, jenis persalinan, tempat,

obat)

Kelahiran (BBL/PBL, waktu penambahan BBL, kondisi

kesehatan, apgar score, kelainan konginetal, kapan keluar

ruang perawatan)

Alergi

Pertumbuhan dan perkembangan

Imunisasi

Kebiasaan khusus

5. Head to Toe

6. Pengkajian fungsional

7. Riwayat kesehatan keluarga

a. Pohon penyakit

b. Penyakit

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan peningkatan produksi sekret.

Page 11: Lp Bronkitis Fix

2. Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus

3. Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.

4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d

malaise,  anoreksia, mual muntah.

5. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

menetapnya sekret, proses penyakit.

(Doenges, Marilyn. 2000)

K. FOKUS INTERVENSI

1. Diagnosa : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan

peningkatan produksi sekret.

Tujuan           : Mempertahankan jalan nafas paten.

Intervensi Rasional

Auskultasi bunyi nafas. Beberapa derajat spasme bronkus

terjadi dengan obstruksi jalan

nafas dan dapat dimanifestasikan

dengan adanya bunyi nafas.

Kaji/pantau frekuensi

pernafasan.

Tachipnoe biasanya ada pada

beberapa derajat dan dapat

ditemukan selama / adanya proses

infeksi akut.

Dorong/bantu latihan nafas

abdomen atau bibir

Memberikan cara untuk mengatasi

dan mengontrol dispoe dan

menurunkan jebakan udara.

Observasi karakteristik batuk Batuk dapat menetap tetapi tidak

Page 12: Lp Bronkitis Fix

efektif, khususnya pada lansia,

penyakit akut atau kelemahan

Tingkatkan masukan cairan

sampai 3000 ml/hari

Hidrasi membantu menurunkan

kekentalan sekret mempermudah

pengeluaran.

2. Diagnosa : Hipertermi berhubungan dengan Infeksi Virus

Tujuan       : Suhu tubuh dalam batas normal, tekanan darah dalam

batas normal, nadi dan respirasi dalam batas normal.

Intervensi Rasional

Jelaskan pada keluarga tindakan

perawatan yang akan dilakukan.

Pengetahuan yang memadai

memungkinkan klien dan

keluarga kooperatif terhadap

tindakan keperawatan.

Anjurkan kepada keluarga dan

klien untuk minum lebih banyak.

Hidrasi cairan yang cukup

dapat menurunkan suhu tubuh.

Berikan kompres.

Penurunan panas dapat

dilakukan dengan cara

konduksi melalui kompres.

Page 13: Lp Bronkitis Fix

Kolaborasi

pemberian antipiretik.

Penurunan suhu dapat

dilakukan dengan tehnik

evaporasi.

Antipiretik mengandung

regimen yang bekerja pada

pusat pengatur suhu di

hipotalamus.

3.      Diagnosa         : Pola nafas tidak efektif b.d broncokontriksi, mukus.

Tujuan              : Perbaikan dalam pola nafas.

Intervensi Rasional

Ajarkan pasien pernafasan

diafragmatik dan pernafasan bibir

Membantu pasien

memperpanjang waktu

ekspirasi. Dengan teknik ini

pasien akan bernafas lebih

efisien dan efektif.

Berikan dorongan untuk

menyelingi aktivitas dan periode

istirahat

memungkinkan pasien untuk

melakukan aktivitas tanpa

distres berlebihan.

Berikan dorongan penggunaan

pelatihan otot-otot pernafsan jika

diharuskan

menguatkan dan

mengkondisikan otot-otot

pernafasan

4. Diagnosa           : Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d malaise,

 anoreksia, mual muntah.

Page 14: Lp Bronkitis Fix

Tujuan           : Menunjukkan peningkatan berat badan.

Intervensi Rasional

Kaji kebiasaan diet. Pasien distress pernafasan akut,

anoreksia karena dispnea,

produksi sputum.

Auskultasi bunyi usus Penurunan bising usus

menunjukkan penurunan

motilitas gaster.

Berikan perawatan oral Rasa tidak enak, bau adalah

pencegahan utama yang dapat

membuat mual dan muntah.

Timbang berat badan sesuai

indikasi.

Berguna menentukan

kebutuhan kalori dan evaluasi

keadekuatan rencana nutrisi.

Konsul ahli gizi Kebutuhan kalori yang

didasarkan pada kebutuhan

individu memberikan nutrisi

maksimal.

5.      Diagnosa         : Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan

menetapnya sekret, proses penyakit.

Tujuan             : mengidentifikasi intervensi untuk mencegah resiko

Tinggi infeksi

Intervensi Rasional

Page 15: Lp Bronkitis Fix

Awasi suhu. Demam dapat terjadi karena

infeksi atau dehidrasi

Observasi warna, bau sputum Sekret berbau, kuning dan

kehijauan menunjukkan adanya

infeksi.

Tunjukkan dan bantu pasien

tentang pembuangan sputum.

mencegah penyebaran patogen

Diskusikan kebutuhan masukan

nutrisi adekuat

Malnutrisi dapat mempengaruhi

kesehatan umum dan

menurunkan tekanan darah

terhadap infeksi.

Berikan anti mikroba sesuai

indikasi

Dapat diberikan untuk

organisme khusus yang

teridentifikasi dengan kultur.

Page 16: Lp Bronkitis Fix

DAFTAR PUSTAKA

Junadi, Purnawan, dkk. 1982. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 2. Jakarta : Media

Aesculapius Fakultas Kedoteran UI.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak. 1985 .lmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI.

Manurung, Santa dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan

Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika

Muttaqin, Arif. 2008. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem

Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika

Tambayong, Jan.2000.Patofisiologi untuk keperawatan.Jakarta:EGC

Doenges, Marilyn. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC.

Susan F. Wilson. June M. Thomson.  1990 “Respiratori Disorder” Klinical

Nursing Series. Mosby Year Book