lp 2012 3 pemetaan posisi.pdf

13
DRPM/RU-UI/2011/10897 LAPORAN AKHIR HIBAH RISET UNGGULAN UI TAHUN 2011 PROPOSAL RISET RISET UNGGULAN UI (RU-UI) TAHUN 2011 Pemetaan Posisi dan Potensi Sosial-Ekonomi Petani Kota di Jakarta Ketua Tim : Semiarto Aji Purwanto Anggota Tim: Agustinus Cahyo Nugroho Dibiayai oleh: Dana Riset DRPM UI Tahun Anggaran 2011 Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Upload: dinhphuc

Post on 14-Jan-2017

219 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

DRPM/RU-UI/2011/10897

LAPORAN AKHIR

HIBAH RISET UNGGULAN UI TAHUN 2011

PROPOSAL RISET RISET UNGGULAN UI (RU-UI)

TAHUN 2011

Pemetaan Posisi dan Potensi Sosial-Ekonomi Petani Kota di Jakarta

Ketua Tim : Semiarto Aji Purwanto

Anggota Tim: Agustinus Cahyo Nugroho

Dibiayai oleh: Dana Riset DRPM UI

Tahun Anggaran 2011 Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia

Departemen Antropologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Indonesia

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 2: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

1. Tujuan dan Manfaat Riset

Pembicaraan mengenai pertanian kota di Jakarta menyeruak kala krisis ekonomi melanda tahun 1997-1998. Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso, sampai perlu mengeluarkan keputusan mengenai pemanfaatan lahan kosong guna ditanami dengan tanaman produktif. Para ahli menunjukkan peran penting pertanian kota sebagai penyelamat dalam krisis ekonomi (Purnomosidi 2000, Siregar 2001). Tak terbatas pada saat krisis, riset disertasi yang saya lakukan menunjukkan bahwa pertanian juga menjadi pilihan matapencaharian warga kota (Purwanto 2009a). Penelitian saya di wilayah timur Jakarta menunjukkan bahwa sebagian besar petani di Cibubur, Pondokranggon, Bambu Apus dan Ceger berasal dari Karawang. Persebarannya mencapai bagian barat Jakarta sampai kabupaten Tangerang. Mereka datang ke kota, khusus untuk bertani di lahan kosong yang banyak dijumpai. Lahan kosong tersebut, merupakan investasi kaum pemodal yang membebaskan tanah tapi tidak segera memanfaatkannya. Penelitian awal saya mengindikasikan pentingnya pertanian kota tidak saja bagi keluarga migran di Jakarta. Mereka mampu bertahan bahkan mengembangkan potensi ekonominya di Jakarta melalui pertanian dan menyuplai kebutuhan hidup keluarga di desa (Purwanto 2007). Masyarakat kota Jakarta juga diuntungkan dengan pasokan sayuran segar. Para informan saya menyatakan bahwa pasokan sayur di Pasar Induk Kramatjati, Jakarta Timur, lebih dari separonya mereka penuhi. Pasar-pasar yang lebih kecil, seperti Pondokgede, Cibubur dan Kranggan mereka dominasi. Sebegitu jauh, saya belum menemukan besaran kontribusi mereka dalam agregat petani kota yang lebih luas, sementara potensi petani kota relatif besar dan lahan kosong masih relatif tersedia. Penelitian ini akan berusaha untuk memetakan posisi dan potensi sosial-ekonomi petani kota. Secara khusus akan dilakukan identifikasi lokasi-lokasi tempat pertanian kota di wilayah DKI Jakarta dan sub-urban Tangerang, Bekasi dan Depok; dan besaran kontribusi produksi mereka pada pasar sayur di Jakarta. Kurangnya literatur dan perhatian atas pertanian kota membuat kajian ini penting secara praktis maupun akademik. Pada kantor dan instansi terkait, tidak tersedia program dan rencana yang komprehensif untuk mengembangkan pertanian. Padahal, saya melihat potensi pertanian, misalnya, sebagai alternatif pengalihan kerja untuk para pekerja sektor informal yang bermasalah dengan kebijakan Pemerintah Daerah. Dari sisi akademik, penelitian yang saya lakukan kota di Jakarta tahun 2006-2008 (Purwanto 2007) dan di Manila-Filipina tahun 2008-2009 (Purwanto 2009b), menunjukkan bahwa kajian ini berimplikasi teoretik. Perjumpaan budaya desa dan kota dalam perspektif keterkaitan desa dan kota mengisyaratkan sejumlah persoalan serius pada konsep desa dan kota. Selama ini pertanian lekat dengan konteks sosial-ekonomi desa, sementara kota identik dengan jasa dan industri. Kehadiran pertanian di wilayah kota mengaburkan batasan konsep-konsep tersebut. Kajian ini diharapkan memperkaya pemahaman mengenai dinamika hubungan desa-kota.

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 3: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

2. Studi literatur Konsep pertanian terasa paradoksal karena awam cenderung menghubungkan pertanian dengan desa. Namun, menengok ke belakang, menurut Castillo (2003) pertanian kota sudah ada sejak kota-kota muncul ribuan tahun lalu. Pada dasawarsa 1960-70'an, pertanian kota terabaikan karena peneliti lebih memperhatikan aspek modernisasi dan industri. Namun, saat ekonomi terguncang, selalu pertanian muncul sebagai penyelamat. Krisis ekonomi pada dasawarsa 1980-90'an telah menyebabkan kegiatan pertanian kota menjadi pilihan mata-pencaharian yang penting di Afrika. (Memon & Lee-Smith 1993, Twyman & Slater 2005). Bagi Mougeot (2005), terminologi pertanian kota (urban agriculture) merupakan sebuah industri yang berada di lingkar dalam kota (intra-urban) di perbatasan kota atau metropolitan (peri-urban) yang mengembangkan, memproses dan mendistribusikan aneka produk makanan dan non-makanan, menggunakan atau mendaurulang sumberdaya dan material di kota (Mougeot 2005:18). Dengan definisi ini maka cakupan petani kota bisa petani atau peternak atau pemungut hasil organik di kota. Banyak ahli, antara lain Drechsel dkk (1999), yang mengkaitkan komoditas pertanian kota dengan jarak dan umur komoditas. Di Asia, kajian dan pengembangan pertanian kota di Filipina merupakan salah satu yang termaju (de Guzman (2005). Di tingkat praktis, Pemerintah Filipina dan jajaran di tingkat kota mengembangkan program pertanian kota secara nasional (Purwanto 2009a). Di Indonesia, khususnya Jakarta, walaupun belum banyak telah dilakukan, antara lain oleh Purnomohadi (2000), Siregar (2001, 2006) dan Suryana (2006). Mereka menggambarkan berbagai aspek dari pertanian kota dalam kaitannya dengan kemiskinan di kota, penduduk asli Jakarta yang bertahan sebagai petani, dan kekenyalan sektor pertanian dalam masa krisis ekonomi. Di negara maju seperti di Eropa Barat, Australia dan Amerika Serikat, pertanian kota tidak sekedar bermakna ekonomis tetapi juga rekreatif dan kesehatan: mengurangi tingkat stress dan alternatif untuk kegiatan fisik (Brown & Jameton 2000:29). Lee-Smith & Prain (2006) mengkaitkannya dengan kesehatan dan gizi penduduk kota. Sementara untuk tujuan rekreatif dan kenyamanan, Harvey & Works (2001) mengungkapkan bahwa di kota Portland, AS, pertanian perkotaan dan lanskap pedesaan dianggap sebagai pelengkap kebutuhan masyarakat kota setelah segala fasilitas modern tersedia. Restinas (2005) dan Cofie (2006) melihat daur-ulang dan penggunaan kembali material sisa di beberapa negara maju sebagai gerakan lingkungan (green movements) dalampertania kota. Namun, di negara berkembang di Asia and Afrika belum nampak prioritas. 3. Metodologi Riset Sebagai sebuah penelitian yang bertujuan untuk memahami fenomena yang belum banyak dijelaskan, pendekatan yang dipakai adalah kualitatif yang cenderung eksploratif. Temuan lapangan yang saya peroleh sebelumnya, misalnya tentang identifikasi lokasi, identifikasi kelompok dan lingkup sosio-kultural mereka, jaringan sosial petani, daerah asal dan penyebaran petani di kota, menjadi hipotesis kerja untuk memandu pengembangan pertanyaan di lapangan. Eksplorasi ini diharapkan dapat menggambarkan posisi petani dalam struktur sosial masyarakat di kota Jakarta.

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 4: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

Untuk mendapat gambaran mengenai magnitude petani dan potensi hasil pertanian, akan dilakukan survei terhadap kelompok-kelompok petani di wilayah DKI Jakarta. Survei akan dilakukan di lima wilayah DKI Jakarta dengan sampel 1004 responden, disebar berdasar konsentrasi kelompok petani di masing-masing wilayah. Fase pertama akan dilakukan identifikasi lokasi dan jumlah petani; kemudian disusul dengan survei di kelima lokasi; disertai dengan sejumlah wawancara mendalam. Analisis data akan dilakukan secara kualitatif dengan mengetengahkan posisi para petani dalam struktur sosial masyarakat kota Jakarta. Perhatian pada interaksi mereka, yaitu antar-petani, petani dengan perantara dan pedagang, dan petani dengan penduduk sekitar akan lebih ditekankan mengingat temuan awal memperlihatkan karakter solidaritas kedaerahan yang mengemuka di antara mereka. Sementara data kuantitatif dari survei potensi ekonomi akan dianalisis secara deskriptif untuk memperlihatkan besaran komunitas petania, luas lahan, jenis komoditas, produksi mereka, dan kontribusinya ke pasar lokal di berbagai wilayah Jakarta. Setelah analisis selesai, tahap berikut adalah penulisan laporan yang merupakan tahapan penyampaian temuan, analisis, kesimpulan dan implikasi dari penelitian. Laporan akan diperkuat dengan serangkaian diskusi dan seminar untuk mendapatkan masukan. Tahap penulisan laporan mengakhiri proses penelitian lapnagan tetapi menjadi awal untuk mulai menulis artikel ilmiah. Alur kegiatan keseluruhan dapat dilihat dalam bagan berikut:

4. Hasil dan Pembahasan Riset dimulai dengan melakukan rekrutmen tenaga lapangan sebagai enumerator. Setelah tersusun tim peneliti yang terdiri dari 6 enumerator untuk semua wilayah, penyebaran kuesioner dimulai. Mereka mendapatkan pelatihan mengenai metode, strategi mencari data dan pendalaman kuesioner, kemudian mulai bekerja menyebarkan kuesioner di Jakarta Timur. Penyebaran kuesioner sejak tanggal 6 Juni sampai 1 Agustus 2011, lalu dilanjutkan input data ke dalam SPSS.

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 5: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

4.1. Lokasi Bertani Berikut adalah karakteristik umum para petani kota di kawasan Jakarta sesudah selesai diinput. Sebanyak 1004 sampel berhasil dikumpulkan 46 kelurahan di 5 wilayah kota Jakarta. Wilayah Jakarta Selatan paling banyak terliput, sebanyak 15 kelurahan, Jakarta Utara: 14 kelurahan, Jakarta Barat dan Utara masing-masing 8 kelurahan dan Jakarta Pusat 5 kelurahan. Distribusi sampel per kelurahan dapat dilihat dalam grafik berikut:

Wilayah Kelurahan Persen Total

Jakarta Timur 1. Ceger 3.3

36.7

2. Cipayung 1.1

3. Bambu Apus 5.1

4. Ciracas 2.2

5. Cilangkap 1.9

6. Lubang Buaya .2

7. Pondok Kelapa 3.3

8. Duren Sawit .4

9. Pondok Bambu .5

10. Kebon Pala 1.1

11. Malaka Jaya .1

12. Pondok Ranggon .6

13. Cilincing 8.0

14. Penggilingan 8.9

Jakarta Utara 1. Rorotan 9.8

14.5

2. Kelapa Gading .3

3. Ancol .7

4. Pulogadung 3.2

5. Sungai Bambu .2

6. Semper Timur .2

7. Pademangan Timur .1

8. Sukapura .1

Jakarta Pusat 1. Rawasari 1.6

2.8

2. Cempaka Putih .2

3. Kampung Bali .2

4. Gunung Sahari (selatan) .5

5. Cideng .3

Jakarta Barat 1. Tomang .2

25.0

2. Semanan 13.0

3. Duri Kosambi 4.4

4. Tegal Alur 3.8

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 6: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

5. Meruya Selatan 1.8

6. Joglo 1.7

7. Kembangan Selatan .6

8. Kembangan Utara .4

Jakarta Selatan 1. Cipedak 2.3

20.1

2. Kebagusan .3

3. Ciganjur 1.1

4. Bintaro 5.9

5. Pesanggrahan 1.6

6. Ulu jami .3

7. Kebayoran Lama Selatan .3

8. Pondok Pinang .3

9. Srengseng Sawah 1.2

10. Cilandak Timur .9

11. Cilandak Barat .2

12. Lebak Bulus 4.4

13. Jagakarsa .5

14. Ragunan .1

15. Pondok Labu .9

Total 100 100

Dari grafik di atas, terlihat akumulasi sampel paling banyak ada di Semanan, Jakarta Barat dan wilayah utara Jakarta Utara dan Jakarta Timur: Cilincing, Penggilingan dan Rorotan. Sebaran sampel ini juga menunjukkan keberadaan petani sayur yang menempati wilayah berciri sub-urban. Mereka mendiami lahan kosong yang masih tersisi di wilayah utara Jakarta Timur dan Jakarta Utara, bagian barat Jakarta Barat, Bagian selatan Jakarta Timur, dan bagian selatan Jakarta Selatan. Di Jakarta Pusat, dengan kepadatan bangunan yang tinggi, jumlah sampel relatif sedikit yang mengindikasikan kehadiran petani sayur yang tidak begitu banyak di wilayah tersebut. Dilihat dari daerah asla petani, hasil survei menunjukkan sebagian besar berasal dai luar Jakarta. Namun petani yang berasal dari Jakarta, baik dari etnik Betawi atau dari etnik lain yang sudah dua-tiga generasi di Jakarta, jumlahnya cukup besar: 37%. Jumlah ini merupakan kategori terbesar dan hanya kalah dari petani yang datang dari kategori wilayah pantura Jawa Barat, Indramayu, Karawang dan Subang yang mencapai: 42%. Berikut adalah diagram daerah asal petani kota di Jakarta.

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 7: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

Para migran tersebut berasal dari kategori usia produktif, belasan tahun hingga 40-an tahun. Mereka yang berada pada kategori ini berjumlah 120 responden atau 53%. Sementara kategori 40-50 tahun 55 orang atau hampir 25%. Ini menunjukkan bahwa pekerjaan sebagai petani di kota adalah pekerjaan yang mampu memikat tenaga kerja di usia yang produktif. Kalau usia 50 tahun ke atas dikategorikan sebagai usia yang mulai menurun proudktivitasnya bagi pekerjaan yang memerlukan tenaga fisik, maka bertani di kota menunjukkan diri sebagai pilihan utama bagi kelompok usia produktif 13-50 tahun, yaitu sebanyak lebih dari 75%.

Usia Responden

Status Perkawinan (%)

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 8: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

Bertani juga dipandang sebagai pilihan pekerjaan utama yang mampu menopang ekonomi rumah tangga. Para responden sendiri, hampir 90% adalah mereka yang berkeluarga atau tengah berada dalam ikatan pernikahan. Di kota, sebagai migran dan bertani, mereka tinggal di bedeng-bedeng sederhana dengan istri dan anak. Sebanyak 149 responden atau lebih dari 66% merupakan keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah. Komposisi isi rumah yang merupakan pasangan, anak dan orang tuan mendominasi bentuk rumah tangga petani kota. Sedikit di antara mereka yang tinggal dengan saudara dan/atau teman.

Pendidikan Responden

Kalau bidang pertanian dianggap sebagai bagian dari sektor informal di kota, nampaknya tidak terlalu salah. Apabila sektor informal diasumsikan wilayah bagi mereka yang gagal masuk ke sektor formal di kota karena kualifikasi pendidikan dan skil yang kurang, hasil survei juga menunjukkan hal yang demikian. Sebanyak 82% dari responden berpendidikan sangat rendah, yaitu SD (46%) atau bahkan tidak sekolah (36%). Keberadaan mereka di Jakarta memang terkait dengan jaringan yang sudah tertanam di

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 9: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

kota, baik itu saudara maupun teman. Sekitar 60% berangkat ke Jakarta karena ajakan dari saudara, teman dan orangtua.

4.2. Kinerja Pertanian Kota Bertani di kota, sekali pun dipandang sebagai jenis pekerjaan di sektor informal, nyatanya bisa menjadi andalan untuk hidup. Walaupun belum ada data yang mencukupi untuk menjawab persoalan tersebut namun jelas bahwa sebelum bertani di kota, para petani itu telah terlibat dalam beberapa pekerjaan sebelumnya, baik di desa maupun di kota. Fakta bahwa mereka kemudian menjadi petani di kota mengindikasikan bahwa pekerjaan sebelumnya dianggap tidak mencukupi. Berikut adalah diagram yang menunjukkan pekerjaan sebelum bertani di kota.

Bidang Pekerjaan Persen

Pertanian umum Bertani 31.2

Berkebun 5.2

Beternak .7

Tambak Ikan .9

Nelayan .6

Dagang, bisnis Berdagang 18.9

Jasa Transportasi 4.0

Security/ satpam 3.5

montir .2

tukang .2

baby sitter .1

Pegawai, karyawan, buruh

Buruh 16.3

Pesuruh/OB 1.3

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 10: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

Pegawai swasta 5.1

PNS 1.7

guru lepas .2

Sektor informal Pemulung 1.0

Pengamen .1

Lain-lain Tidak bekerja 8.8

Ibu rumah tangga .1

Total 100.0

Hampir semua petani kota menggarap lahan yang bukan milik mereka. Biasanya mereka memanfaatkan lahan kosong yang ada, baik berupa kapling kosong, lokasi pembuangan sampah, pinggir sungai atau belukar yang ada di wilayah perkotaan. Sebagian besar membuka sendiri lahan pertanian di atas kapling demikian; sebanyak 73.3% responden membuka sendiri tersebut. Mereka menebas belukar, menyingkirikan sampah dan mengolah kapling-kapling kosong dan menyulapnya menjadi lahan untuk bertani sayur. Sebagian kecil memperoleh lahannya dari orang lain, sudah dalam bentuk lahan pertanin. Mereka bisa saja membeli lahan tersebut, dalam arti mengganti ongkos kerja ketika petani membuka lahan pada awal bertani. Sebagian kecil yang lain mendapatkan lahan dari orangtua, saudara atau teman, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini.

No. Cara perolehan Persen

1 Membuka sendiri 73.3

2 Diberi orang tua, saudara atau kerabat 5.0

3 Diberi orang lain 4.6

4 Membeli dari orang lain dan saudara 9.2

5 Diberi orang tua, saudara, kerabat dan membeli dari orang lain dan saudara

.1

6 Membuka sendiri & membeli dari orang lain, saudara

.4

7 Sewa 7.0

8 Buka lahan bersama .4

9 tidak relevan .1

Total 100.0

Di atas lahan pertanian itu, para petani bertanam aneka jenis sayuran. Umumnya mereka menanam beberapa jenis sayuran dalam lajur-lajur yang dibuat dengan ukuran satu meter lebar dan luas antara 10-15 meter. Empat komoditas utama yang mereka tanam adalah kangkung, bayam, sawi, dan kemangi. Jenis lain ditanam, namun tidak terlalu besar persentasenya, a.l. timun, kacang panjang, selada, terong, caisim, labu, kenikir, dan pare. Berrikut adalah luas lahan garapan dan produksi empat komoditas utama yang ditanam petani.

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 11: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

Jenis Tanaman

Tabel di atas memperlihatkan pilihan jenis tanaman yang biasa ditanam petani. Satu petani mungkin menanam beberapa jenis tanaman. Hasil survei menunjukkan bahwa kangkung dan bayam merupakan pilihan utama para petani (627 dan 568 responden), sekitar tiga kali lebih banyak dibanding urutan berikut yang ditempati sawi dan kemangi. Dengan memfokuskan perhatian pada empat komodtas utama, yaitu kangkung, bayam, sawi dan kemangi kita akan dapatkan data sebagai berikut:

Luas Lahan (m2) Jumlah Produksi (kg)

4.3. Estimasi Jumlah Petani dan Proyeksi Produksi Untuk mendapatkan perkiraan angka yang paling mendekati jumlah petani kota di Jakarta, tim peneliti melakukan wawancara dan mengamati lokasi kegiatan pertanian. Dari informasi dan perkiraan di lapangan, diperoleh perkiraan jumlah petani dilokasi. Dengan mengambil sampel yang relatif besar, 1004 responden, dan sebagian sampel itu hampir sama dengan populasi petani di suatu lokasi, maka kita dapat membuat beberapa perkiraan luas lahan dan produktivitas empat jenis tanaman utama yang ditanam petani.

Wilayah Jumlah Sampel Perkiraan

Jumlah Petani

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 12: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

Jakarta Timur 312 382

Jakarta Pusat 31 41

Jakarta Utara 200 327

Jakarta Barat 258 329

Jakarta Selatan 203 249

Total 1004 1328

Setelah mendapatkan perkiraan jumlah petani sayur di kelima wilayah kota, yaitu sebanyak 1.328, maka kita dapatkan rasio sampel dan estimasi populasi. Dengan informasi luas lahan dan besaran produksi empat jenis sayuran utama dari sampel, kita dapat memperoleh proyeksi luas lahan dan besaran produksi di tingkat kota Jakarta. Tabel berikut menunjukkan luas lahan bayam, kangkung, sawi dan selada sebagai empat tanaman utama petani.

Tabel Proyeksi Luas Lahan Tanaman

Jenis sayuran Luas Tanaman (m2)

Data sampel Proyeksi Jakarta

1. Kangkung 378,466 529,852

2. Bayam 227,276 318,186

3. Kemangi 141,567 198,194

4. Sawi 79,349 111,088

Total 448,191 627,467

Dari tabel di atas terlihat bahwa sebagian besar petani memanfaatkan lahan untuk

menanam kangkung dan bayam. Keduanya memang merupakan jenis favorit petani karena

harganya stabil, mudah pemeliharaannya dan lebih cepat panen dibanding dua jenis lainnya.

Sawi dan kemangi, meskipun harganya lebih mahal, namun memerlukan input produksi

pupuk lebih baik dan rentan hama sehingga petani harus invest pestisida. Selain itu sawi dan

kemangi juga lebih lama panennya.

Sementara pada tabel berikut, dengan dasar data sampel yang menunjukkan luasan dan rasio jumlah sampel dibanding estimasi populasi, kita dapat memperkirakan besaran panen.

Jenis sayuran Jumlah Panen (kg)

Data sampel Proyeksi Jakarta

1. Bayam 149,648 209,507

2. Kangkung 189,957 265,939

3. Kemangi 26,189 36,665

4. Sawi 110,074 154,104

Total 475,868 666,215

Terlihat bahwa kangkung tetap merupakan tanaman dengan jumlah produksi terbanyak dibanding jenis tanaman lain karena luasannya yang relatif lebih banyak. Bayam, sawi dan kemangi menempati urutan berikut. Walaupun demikian sebenarnya, tingkat produktivitas

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011

Page 13: LP 2012 3 Pemetaan posisi.pdf

tanaman justru menujukkan bahwa produktivitas tanaman kangkung perhektar justru rendah.

Jenis Sayuran Luas

(sampel) Produksi (sampel)

Produktivitas Luas : Produksi

1. Bayam 227,276 149,648 0.66

2. Kangkung 378,466 189,957 0.50

3. Kemangi 141,567 26,189 0.18

4. Sawi 79,349 110,074 1.39

Dalam tabel di atas, produktivitas terendah adalah kemangi yang hanya menghasilkan 18 kg per 100 m2. Namun perlu dicatat bahwa kemangi dalam sekali tanam bisa dipetik 3-4 kali, berbeda dengan ketiga komoditas lain yang ditanam sekali dan panen dengan cara dicabut seakar-akarnya. Dengan demikian, untuk sekali tanam, produktivitas kemangi bisa sampai 3-4 kali angka dalam tabel. Sementara kangkung dalam setiap 100 m2 hanya menghasilkan 50 kg. Justru sawi lebih tinggi produktivitasnya, mencapai 139kg per 100 m2, dan bayam 66 kg per 100 m2.

Pemetaan posisi..., Semiarto Aji Purwanto, FISIP UI, 2011