pemetaan jumlah guru sekolah menengah atas di kabupaten pekalongan tahun 2012 berdasarkan metode...

22
PEMETAAN JUMLAH GURU SEKOLAH MENENGAH ATAS DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012 BERDASARKAN METODE CLOROPLET Dosen Pendamping : Purwanto, S.Pd, M.Si Oleh : M.Misbahullah 130722607346 Off:H/2013 UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS ILMU SOSIAL JURUSAN GEOGRAFI 2014

Upload: misbah

Post on 03-Oct-2015

19 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

  • PEMETAAN JUMLAH GURU SEKOLAH MENENGAH ATASDI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2012

    BERDASARKAN METODE CLOROPLET

    Dosen Pendamping :Purwanto, S.Pd, M.Si

    Oleh : M.Misbahullah130722607346

    Off:H/2013

    UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU SOSIAL

    JURUSAN GEOGRAFI2014

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas

    manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin

    pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi tantangan nasional

    dan global (Supriyono 2012). Lebih lanjut Supriyono (2012) menjelaskan bahwa

    pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara diamanatkan dalam batang tubuh

    UUD 1945, Pasal 28 b ayat (1) menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri

    melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan

    kedapatan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi , seni dan budaya demi

    meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 1 ayat (1)

    menyatakan setiap warga negara berhak mendapakan pendidikan. Terdapat dua macam

    jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur

    pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

    dengan mengacu padi kurikulum nasional dalam sekolah.

    Sebagian besar kegiatan pembangunan memerlukan data dan informasi

    sebagai bahan pendukung, khususnya yang berhubungan dengan pengambilan

    keputusan, perumusan kebijakan, penyusunan rencana, pelaksanaan, serta

    Monitoring dan evaluasi (Sukarsa, 2009). Lebih lanjut Sukarsa (2009) mengemukakan

    bahwa dalam bidang pendidikan, peran data dan informasi menjadi semakin penting

    untuk menunjang upaya pembangunan pendidikan secara berkelanjutan serta

    mengurangi atau mencegah upaya peningkatan mutu pendidikan yang didasarkan

    pada common sense. Namun demikian, dalam kaitan dengan peningkatan mutu

    pendidikan, peran pendayagunaan data dan informasi untuk pengambilan keputusan,

    perumusan kebijaksanaan, penyusunan perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring

    dan evaluasi ternyata masih sangat terbatas. Untuk jangka panjang, kondisi ini akan

    menjadi salah satu faktor penghambat dalam mewujudkan mutu pendidikan yang

    berkelanjutan.

    Masalah yang perlu diperhatikan saat ini adalah masih perlu dikembangkannya

    sistem pendataan yang mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, tepat

    guna dan tepat waktu, sehingga dapat dijadikan bahan acuan oleh para pengambil

  • 2

    keputusan dalam merumuskan kebijakan baik dalam perencanaan maupun

    penyelenggaraan pendidikan.

    Pada kenyatannya, Dinas Pendidikan di Kabupaten Pekalongan hingga saat

    ini masih menggunakan sistem yang bersifat manual (dengan pencatatan pada buku)

    dan penggunaan sistem yang belum terintegrasi (dengan mencatat data secara

    terpisah- pisah dalam file excel). Hal tersebut tentunya menimbulkan berbagai

    kesulitan dalam penyimpanan data serta pengolahan data menjadi informasi yang

    diperlukan.

    Oleh karena itu pemanfaatan teknologi komputer sangat diperlukan, karena

    dengan penggunaan sistem informasi geografis yang terintegrasi maka pencatatan

    data (database) yang terdapat pada suatu daerah akan menjadi lebih mudah. Dari

    data yang telah tercatat pada basis data tersebut, maka dapat dilakukan pemetaan

    (mapping) kualitas pendidikan pada suatu daerah. Penyajian informasi kualitas

    pendidikan pada suatu daerah dengan cara penggambaran secara geografis, tentunya

    akan memudahkan para pengambil kebijakan untuk dapat menemukan, menganalisa

    serta mengatasi masalah pendidikan yang terdapat pada daerahnya secara cepat.

    Perkembangan pemanfaatan data spasial dalam dekade belakangan ini

    meningkat dengan sangat pesat. Hal ini berkaitan juga dengan meluasnya pemanfaatan

    Sistem Informasi Geografi (SIG) dan perkembangan teknologi dalam memperoleh,

    merekam dan mengumpulkan data yang bersifat keuangan (spasial). Kemampuan

    penyimpanan yang semakin besar, kapasitas transfer data yang semakin meningkat,

    dan kecepatan proses data yang semakin cepat menjadikan data spasial merupakan

    bagian yang tidak terlepaskan dari perkembangan teknologi informasi. Sistem

    informasi atau data yang berbasis keuangan yang ada pada saat ini merupakan suatu

    elemen yang sangat penting karena berfungsi sebagai fondasi dalam melaksanakan dan

    mendukung berbagai macam aplikasi. Salah satu contoh yang dapat dibuat dengan dasar

    SIG adalah pemetaan sekolah (school mapping) di Kabupaten Pekalongan. Perlunya

    dilakukan pemetaan sekolah dilakukan untuk pendataan sekolah serta potensi wilayah

    dalam rangka mendukung tercapainya rencana strategi untuk pendidikan yang ada di

    kabupaten Pekalongan.

    Pemetaan sekolah merupakan suatu pendekatan perancangan pendidikan

    regional yang dilakukan dengan tujuan pemetaan penyediaan alat-alat dan fasilitas

    pendidikan serta mampu mengembangkan sekolah yang tidak efisien dengan

  • 3

    menetapkan daerah jangkauan yang sesuai dengan perkembangan komunikasi dan

    transformasi. Pemetaan sekolah merupakan faktor penting dari proses perencanaan

    pendidikan secara keseluruhan dan karena itu sifatnya juga tidak statis melainkan

    dinamis mengikuti perkembangan pendidikan yang sedang berlangsung. Berdasarkan

    pada rangkaian latar belakang diatas maka perlu dilakukan kajian tentang pemetaan

    jumlah guru sekolah menengah atas di kabupaten pekalongan tahun 2012 berdasarkan

    metode cloroplet.

    B. Tujuan

    Berdasarkan latar belakang diatas maka tujuan penelitian ini dirinci berikut ini :

    1. Mengetahui jumlah Guru sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pekalongan

    berdasarkan pemetaan dengan metode cloropleth.

    2. Mengetahui distribusi Guru sekolah Menengah Atas di Kabupaten Pekalongan

    berdasarkan pemetaan dengan metode cloropleth.

    C. Definisi Operasional

    1. Peta

    Peta merupakan representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-

    kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya

    dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya

    digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan. Menurut PP

    No. 10 tahun 2000, tentang ketelitian peta adalah suatu gambaran dari unsur-unsur

    alam dan atau buatan manusia, yang di atas maupun dibawah permukaan bumi yang

    digambarkan pada suatu bidang datar dengan skala tertentu.

    2. Cloropleth

    Cloropleth berasal dari bahasa Yunani, choros untuk daerah dan plethos

    untuk nilai. Jadi yang dijadikan metode untuk daerah/areal adalah nilai. Nilai

    dihitung untuk daerah dan digambarkan sebagai permukaan bertingkat menunjukan

    sederetan nilai nilai yang tersebar. Karena nilai ini ditunjukan melalui simbol

    daerah, sehingga nilai tersebut hanya bernilai relatif. Adanya perbedaan skala ke

    abuan (grey value) atau intensitas warna yang menekankan perbedaan intensitas

    suatu fenomena seperti perbedaan kepadatan. Perbedaan nilai abu abu digunakan

  • 4

    suatu hierarki atau tingkatan antara kelas kelas yang dibedakan dapat ditangkap

    kesannya dengan jelas.

    Secara umum, semakin gelap grey value maka semakin tinggi kepadatannya.

    Pengertian yang lain semakin gelap suatu daerah tersebut maka kondisinya akan

    semakin jelek. Hal inilah yang perlu dipahami oleh seorang pembaca peta, yang

    dituntut kemampuan baca tulis (literacy). Untuk menggambarakan peningkatan

    persentase kemampuan baca tulis pada peta global dengan warna yang bertambah

    nilainya akan membuat pembaca peta untuk berhati hati akan kesalahan, seperti

    kondisi yang jelek digambarkan dengan warna yang lebih terang.

    Ada 2 macam cloropleth yaitu, peta kepadatan (yang menggambarakan rasio

    dimana areal yang diliputi dihitung sebagai penyebut) dan rasio yang tidak

    berhubungan dengan areal. Contoh persentase orang berusia lebih dari 65 tahun

    pada totsl populasi. Dari sudut pandang pengguna peta sangat penting untuk

    membedakan dua tipe ini, karena impresi visual peta kloropleth oleh daerah warna

    maupun ukurannya

    3. Guru

    Guru (bahasa Sanskerta: yang berarti guru, tetapi arti

    secara harfiahnya adalah "berat") adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa

    Indonesia, guru umumnya merujuk pendidik profesional dengan tugas utama

    mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

    mengevaluasi peserta didik

    Dalam arti umum Guru adalah pendidik dan pengajar pada pendidikan anak usia

    dini jalur sekolah atau pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan

    menengah. Guru-guru seperti ini harus mempunyai semacam kualifikasi formal.

    Dalam definisi yang lebih luas, setiap orang yang mengajarkan suatu hal yang baru

    dapat juga dianggap seorang guru.

    4. Sekolah Menengah Atas

    Sekolah menengah atas (disingkat SMA; bahasa Inggris: Senior High

    School), adalah jenjang pendidikan menengah pada pendidikan formal

    diIndonesia setelah lulus Sekolah Menengah Pertama (atau sederajat). Sekolah

  • 5

    menengah atas ditempuh dalam waktu 3 tahun, mulai dari kelas 10 sampai kelas

    12.

    Pada tahun kedua (kelas 11), siswa SMA dapat memilih salah satu dari 3

    jurusan yang ada, yaitu Sains, Sosial, dan Bahasa. Pada akhir tahun ketiga (yakni

    kelas 12), siswa diwajibkan mengikuti Ujian Nasional (dahulu Ebtanas) yang

    memengaruhi kelulusan siswa. Lulusan SMA dapat melanjutkan pendidikan

    ke perguruan tinggi atau langsung bekerja.

    Pelajar SMA umumnya berusia 16-18 tahun. SMA tidak termasuk

    program wajib belajar pemerintah yakni SD (atau sederajat) 6 tahun dan SMP(atau

    sederajat) 3 tahun maskipun sejak tahun 2005 telah mulai diberlakukan program

    wajib belajar 12 tahun yang mengikut sertakan SMA di beberapa daerah, contohnya

    di Kota Yogyakarta dan Kabupaten Bantul.

    SMA diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta. Sejak

    diberlakukannya otonomi daerah pada tahun 2001, pengelolaan SMA negeri di

    Indonesia yang sebelumnya berada di bawah Departemen Pendidikan Nasional,

    kini menjadi tanggung jawab pemerintah daerahkabupaten/kota. Sedangkan

    Departemen Pendidikan Nasional hanya berperan sebagai regulator dalam bidang

    standar nasional pendidikan. Secara struktural, SMA negeri merupakan unit

    pelaksana teknis dinas pendidikan kabupaten/kota.

  • 6

    BAB II

    KAJIAN PUSTAKA

    A. Konsep Pemetaan

    Peta merupakan representasi atau gambaran unsur-unsur atau kenampakan-

    kenampakan abstrak, yang dipilih dari permukaan bumi, atau yang ada kaitannya

    dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan

    pada suatu bidang datar dan diperkecil atau diskalakan.

    Menurut ICA (International Cartographic Association), Peta adalah gambaran

    atau representasi unsur-unsur ketampakan abstrak yang dipilih dari permukaan bumi

    yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, yang pada

    umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/diskalakan. Sedangkan

    Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL 2005),

    Peta merupakan wahana bagi penyimpanan dan penyajian data kondisi lingkungan,

    merupakan sumber informasi bagi para perencana dan pengambilan keputusan pada

    tahapan dan tingkatan pembangunan.

    Setiap peta dirancang untuk memenuhi kebutuhan penggunanya, oleh karena itu

    segala informasi yang disajikan berkaitan dengan kebutuhan pengguna peta. Pada

    umumnya informasi tersebut ditempatkan dalam informasi tepi yang

    menangkupberbagai informasi penting misalnya : Judul Peta, Skala Peta,

    Legenda/Keterangan, Gratikul/Lintang Bujur, Indeks/Inset, Sumber Data, informasi

    lain yang penting.

    Komposisi peta pada peta-peta resmi, misalnya peta topografi, Peta geologi, Peta

    Tanah, Masing-masing telah mempunyai aturan standar yang berlaku, Karena pada

    umumnya peta-peta tersebut dibuat secara seri memakai peta dasar rupa bumi sebagai

    peta dasarnya. Pada peta tematik komposisi peta terutama harus mempertimbangkan

    keseimbangan tata letak , disamping keserasian dalam hal ukuran, dan tipe huruf,

    informasi tepi peta yang penting harus sama untuk semua jenis peta. Namun secara

    esensi peta dasar dengan peta tematik memiliki karakteristik perbedaan dari segi

    informasi yang di sajikan.

  • 7

    B. Peta Tematik

    Menurut Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (BAKOSURTANAL

    2005) Peta tematik adalah peta yang menyajikan tema tertentu dan untuk kepentingan

    tertentu (And status, penduduk, transportasi, dll) dengan menggunakan peta rupa bumi

    yang telah disederhanakan sebagai dasar untuk meletakkan informasi.

    Peta tematik yaitu peta yang menggambarkan keadaan khusus daerah yang

    dipetakan. Pada prinsipnya unsur-unsur peta tematik sama dengan peta pada umumnya.

    Peta tematik hanya menyajikan tema atau unsur-unsur tertentu saja. Komponen-

    komponen peta pada umumnya tidak berlaku mutlak untuk peta tematik, karena peta

    tematik memerlukan simbol-simbol khusus sesuai dengan tema peta. Peta tematik

    Persebaran adalah peta khusus yang menunjukan fungsi letak dan lokasi dimana peta

    yang di kehandaki untuk dibuat (tema yang akan di buat ) dalam kawasan persebaran

    yang akan dibuat

    C. Pendidikan

    Pendidikan merupakan salah satu pilar terpenting dalam meningkatkan kualitas

    manusia. Oleh karena itu pembangunan pendidikan nasional harus mampu menjamin

    pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan dalam menghadapi tantangan nasional

    dan global (Supriyono 2012). Lebih lanjut Supriyono (2012) menjelaskan bahwa

    pentingnya pendidikan bagi seluruh warga negara diamanatkan dalam batang tubuh

    UUD 1945, Pasal 28 b ayat (1) menyatakan setiap orang berhak mengembangkan diri

    melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan

    kedapatan manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi , seni dan budaya demi

    meningkatkan kualitas hidupnya demi kesejahteraan umat manusia, dan pasal 1 ayat (1)

    menyatakan setiap warga negara berhak mendapakan pendidikan. Terdapat dua macam

    jalur pendidikan, yaitu jalur pendidikan formal, nonformal, dan informal. Jalur

    pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah

    dengan mengacu padi kurikulum nasional dalam sekolah.

    Sukarsa (2009) mengemukakan bahwa dalam bidang pendidikan, peran data

    dan informasi menjadi semakin penting untuk menunjang upaya pembangunan

    pendidikan secara berkelanjutan serta mengurangi atau mencegah upaya peningkatan

    mutu pendidikan yang didasarkan pada common sense. Namun demikian, dalam

  • 8

    kaitan dengan peningkatan mutu pendidikan, peran pendayagunaan data dan

    informasi untuk pengambilan keputusan, perumusan kebijaksanaan, penyusunan

    perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi ternyata masih sangat

    terbatas. Untuk jangka panjang, kondisi ini akan menjadi salah satu faktor penghambat

    dalam mewujudkan mutu pendidikan yang berkelanjutan.

    Masalah yang perlu diperhatikan saat ini adalah masih perlu dikembangkannya

    sistem pendataan yang mampu menyediakan data dan informasi yang akurat, tepat

    guna dan tepat waktu, sehingga dapat dijadikan bahan acuan oleh para pengambil

    keputusan dalam merumuskan kebijakan baik dalam perencanaan maupun

    penyelenggaraan pendidikan.

  • 9

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    A. Diagram Alir

    B. Alat dan Bahan

    - Peta SHP kabupaten Pekalongan

    - Data BPS kabupaten Pekalongan

    - Laptop

    - Softwar ArchGis 10.x

    Jumlah Guru SMA di Kabupaten Pekalongan belum

    terpetakan dengan baik.

    Menyulitkan atau menimbulkan kesulitan

    dalam menginterpretasikan jumlah guru SMA di Kab.

    Pekalongan

    Metode cloropleth sebagai salah satu alternatif

    penginterpretasian jumlah Guru SMA di Kab.Pekalongan

    Reinterpretasi Peta jumlah Guru di Kab. Pekalongan dan Perncekan kesalahan data

    Peta Tematik Jumlah Guru SMA di Kab. Pekalongan

    Mengatasi Kesulitan dalam menginterpretasikan jumlah guru SMA di Kab. Pekalongan

  • 10

    C. Teknik Pengumpulan Data

    a. Identifikasi masalah Permasalahan pada penelitian ini adalah bagaimana

    memperoleh data data yang diperlukan baik data spasial maupun data non spasial

    yang digunakan dalam penelitian pembuatan sistem informasi geografi jumlah

    gury sekolah menengah atas Di kabupaten pekalongan tahun 2012 Berdasarkan

    metode cloropleth

    b. Studi literatur Bertujua untuk mendapatkan referensi yang berhubungan dengan

    penginderaan jauh, SIG, dokumentasi dan literatur lain yang mendukung baik dari

    buku, jurnal, majalah, koran, internet, dll.

    c. Pengumpulan data dilakukan dengan ijin dan kerjasama dengan beberapa dinas

    terkait di Kabupaten Pekalongan

    d. Pengolahan data merupakan proses dimana data yang telah dikumpulkan diolah

    dengan bantuan media software ArcGIS dan berbagai data dasar menjadi produk

    yang diinginkan berupa peta jumlah guru sekolah menengah atas di kabupaten

    pekalongan

    e. Analisis

    Analisa data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi

    yang dapat digunakan untuk menganalisis data dan mengambil kesimpulan dalam

    Identifikasi Masalah Studi Literatur

    Pengumpulan Data

    Pengolahan DataAnalisis

    Penyusunan Laporan

  • 11

    suatu penelitian. Adapun cara untuk membuat pembahasan dan mengambil

    kesimpulan bisa dengan hipotesis maupun dengan estimasi hasil.

    Penentuan Banyak Kelas Interval (K)

    K = 1 + 3.3 log N

    1) Klasifikasi Sistem Kelas Teratur

    a. Penentuan K = 1 + 3.3 log N

    b. i = range/ K

    i = panjang kelas interval

    range = nilai data tertinggi nilai data terendah

    2) Klasifikasi Sistem Kelas Interval Aritmatik

    Penentuan K = 1 + 3.3 log N

    Seri aritmatik adalah seri sejumlah angka dimana setiap angka berasal

    dari angka sebelumnya dengan menambahkan nilai konstan. Besarnya kelas

    interval ditemukan berdasarkan formula berikut:

    A + X + 2X + 3X + 4X+ nX = B

    3) Klasifikasi Sistem Kelas Interval Geometrik

    Penentuan K = 1 + 3.3 log N

    Formula Model Geometrik

    A - AX

    AX - AX2

    AX2 - AX3

    AX3 - AX4, dst

    Demana A adalah nilai terendah dan X adalah nilai yang belum diketahui.

    Rumus mencari X adalah sebagai berikut :

    B = AXn

    Xn = B/A

  • 12

    Atau : n log X = log B log A

    Log X = log B log A

    n

    Dalam hal ini :

    B = Batas atas

    A = Batas bawah

    N = jumlah kelas

    4) Klasifikasi Sistem Kelas Interval Kuantil

    Penentuan K = 1 + 3.3 log N

    Hitunglah nilai jarak interval dengan formula:

    =

    5) Klasifikasi Sistem Grafik Dispersal

    a) membuat grafik dari data

    b) menentukan titik henti dengan cara mengidentifikasi grafik, titik henti

    merupakan perbedaan yang signifikan antar nilai pada grafik

    Penentuan Nilai Prioritas Setiap Metodea) Tentukan nilai tengah masing masing data dengan berbagai metode

    klasifikasi data (teratur, aritmatik, geometrik, kuantil, dispersal)

    b) Nilai tengah Nilai Riil

    c) dari hasil selisih nilai tengah dan nilai riil, jika hasilnya mendekati

    nol maka prioritas semakin baik, sebaliknya jika hasil menjauhi nol

    maka prioritas semakin buruk.

    f. Penyusunan Laporan

    Tahap akhir dari semua tahap untuk pemetaan jumlah guru sekolah

    menengah atas di kabupaten pekalongan tahun 2012 S. Sehingga dapat di

    jadikan sebagai referensi untuk bahan ajar dalam proses belajar-mengajar yang

    akan di laksanakan pada waktu kedepannya.

  • 13

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Hasil

    -Paparan data

    Terlampir:-

    B. Pembahasan

    Data yang diperoleh dari BPS kabupaten pekalongan berupa data persebaran

    jumlah guru yang ada di setiap kecamatan yang ada di kabupaten pekalongan tahun

    anggaran 2012, kemudian dianalisis. Analisis dilakukan dengan menggunakan

    perhitungan statistika yaitu dengan menggunakan sistem kelas interval.

    Dalam penyusunan dan pembuatan peta jumlah Guru sekolah Menengah Atas

    di Kabupaten Pekalongan tahun 2012 berdasarkan pemetaan dengan metode cloropleth

    ini menggunakan lima sistem kelas interval. Kelas interval yang pertama adalah sistem

    kelas teratur, yang kedua adalahsistem kelas Aritmatik, sistem kelas Geometri, sistem

    kelas kuartil dan yang kelima adalah sistem kelas Diversal.

    Setelah selesai pembagian kelas tersebut disetiap kelas interval maka perlu

    ditentukan terlebih dahulu nilai dan frekuensi dari data yang masuk pada setiap kelas

    interval yang ada. Langkah selanjutnya adalah menentukan kelas interval yang terbaik

    untuk dijadikan prioritas dalam pembuatan peta chloropleth. Penentuan sistem kelas

    terbaik atau prioritas ini bertujuan untuk mengklasifikasikan kelas interval pada

    software ArcGis saat proses pembuatan peta cloropleth dilakukan. Dari sistem ini

    didapatkan lima kelas interval. . Lima kelas interval ini mengandung pengertian lima

    tingkatan jumlah guru yang ada di setiap kecamatan yang ada di kabupaten pekalongan

    Lima tingkatan tersebut adalah Sangat sedikit, sedikit, sedang, banyak, dan sangat

    banyak.

    Pada prioritas data yang didapat dari data BPS tentang jumlah guru yang ada di

    kabupaten pekalongan tahun 2012 meiliki prioritas pada data kuartil.dan berdasarkan

    prioritas data kuartil ini yang termasuk dalam kategori sangat sedikit yang pertama

    adalah Wonokerto, Petungkritono,Siwalan, dan yang keempat adalah lebah barang.dan

    yang masuk dalam kelas sedikit adalah kandangserang, paninggaran,bojong dan talun.

    Yang masuk dalam kategori sedang adalah Tirto, Karangdadap, Doro, Wonopringgo.

  • 14

    Dan yang masuk dalam kelas banyak adalah Kesesi, sragi, Karanganyar, Buaran

    terdapat terdapat 3 kecamatan yang termasuk dalam kelas yang sangat banyak dalam

    hal jumlah guru yang ada yang pertama adalah Kedungwuni,Kajen, dan wiradesa dan .

    Tapi apabila di spesifikan lagi jumlah Guru di wilayah Kabupaten Pekalongan

    itu tertuju pada daerah tengah atau pusat kota yang merupakan suatu core atau inti dari

    sebuah kegiatan ekonomi yang ada . Sedangkan daerah yang memiliki jumlah Guru

    yang yang sedikit juga menyebar, tapi paling banyak terletak di daerah pinggiran atau

    perbatasan.

    Selain itu masalah yang perlu diperhatikan saat ini adalah masih perlu

    dikembangkannya sistem pendataan yang mampu menyediakan data dan informasi

    yang akurat, tepat guna dan tepat waktu, sehingga dapat dijadikan bahan acuan oleh

    para pengambil keputusan dalam merumuskan kebijakan baik dalam perencanaan

    maupun penyelenggaraan pendidikan.

  • 15

    BAB V

    A. Kesimpulan

    Peta choropleth menyediakan cara mudah untuk memvisualisasikan bagaimana

    pengukuran bervariasi di area geografis atau menunjukkan tingkat variabilitas di suatu

    daerah. Dari Peta buat terdapat degradasi warna dengan perbedaan 5 warna yaitu sangat

    sedikit, sedikit, sedang, banyak, sangat banyak. Dan peta tersebut bisa di lihat apabila dari

    jumlah guru yang ada di kabupaten pekalongan tersebar di wilayah yang berada di tengah-

    tengah karena merupakan suatu inti dari kegatan ekonomi yang ada pada suatu wilayah.

    Dan pada jumlah guru di wilayah kabupaten pekalongan tersebar tidak merata.

    B. DAFTAR PUSTAKA

    Purwanto. 2014. Modul Praktikum Kartografi Tematik. Jurusan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang, 10 Agustus 2014.

    Sukarsa, I Made. 2009. Pemetaan Kualitas Pendidikan Di Propinsi Bali Berbasis Spatial.Fakultas Teknik, Universitas Udayana, Juni 2009.

    Supriyono. 2012. Menggagas Interkoneksi antar jalur pendidikan : Sinergi Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah dalam Pembangunan Pendidikan Nasional. Pidato pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Pendidikan Luar Sekolah pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Rabu 10 Oktober 2012.

    Suryantoro, Agus, 2013. Intergrasi Aplikasi Sistem Informasi Geografis.Yogyakarta: Penerbit Ombak.

    Purwanto, 2012. Modul Praktikum Kartografi Tematik. Malang: Jur. Geografi. Universitas Negeri Malang.

    Elzakker,Corne P.J.M Van,2004.The of maps in the exploration od geographic data.Untrecht.Netherlands.

    Halim,Yusron,1981.Aspek Visual Sistem Kelas Interval dalam Pemetaan Choropleth Studi Kasus Pemetaan Kepadatan Penduduk Jawa Tengah.Prosiding Seminar Interpretasi Foto Udara dan Survey Terpadu.Geo.UGM

    Kraak,Menno-Jan & Ormeling,Ferjan.2010.Cartography Visualization of Geospatial Data,3rd

    Edition-Pearson Education Ltd.

    Purwanto,2006.Laporan Praktikum Kartografi Tematik.Jur.Geografi.UGM

    Robinson,et all.1995.Element of Cartography .Canada:John Wiley & Sons,INC.

    Sinaga,Maruli.1999.Pemetaan Statistik.Fak.Geografi.UGM

    http://dragva.wordpress.com/2010/10/25/choroplath/ (diakses pada 1 Nopember 2014)

  • - LAMPIRAN

    KecamatanSLTA MA

    Negeri Swasta Negeri SwastaGuru

    Sek Guru Murid Sek Guru Murid Sek Murid Sek Murid-1 -2 -3 -4 -5 -6 -7 -8 -10 -11 -13 -12

    Kandangserang 1 23 312 - - - - - - - -Paninggaran 1 27 426 1 20 325 - - - - -Lebakbarang 1 21 163 - - - - - - - -Petungkritono 1 15 112 - - - - - - - -Talun 1 23 219 1 16 160 - - 1 45 13Doro 1 40 419 2 46 458 - - - - -Karanganyar - - - 5 113 934 - - 1 106 14Kajen 1 53 767 3 149 2.339 - - - - -Kesesi 1 38 601 2 46 828 - - 1 51 15Sragi 2 117 2.115 - - - - - - - -Siwalan - - - 1 15 85 - - - - -Bojong 1 48 946 - - - - - - - -Wonopringgo - - - 2 70 1.176 - - 1 134 17Kedungwuni 2 159 2015 4 131 1.676 4 687 4 625 139Karangdadap 1 42 622 - - - - - 1 56 21Buaran - - - 3 98 1.213 - - 1 1.162 42Tirto - - - 1 54 719 - - - - -Wiradesa 1 53 902 5 98 899 - - 1 114 24Wonokerto - - - - - - - - - -

    Kab. Pekalongan (2012) 15 659 9.619 30 856 10.812 1 687 - 2.293 285

    Tabel Persebaran Jumlah Sekolah, Guru dan Siswa Menurut Data BPS Kab.Pekalongan

  • KECAMATAN GURU GURU GURU GURU GURUWonokerto 0 0 0 0 0Petungkritono 15 15 15 15 15Siwalan 15 15 15 15 15Lebakbarang 21 21 21 21 21Kandangserang 23 23 23 23 23Paninggaran 47 47 47 47 47Bojong 48 48 48 48 48Talun 52 52 52 52 52Tirto 54 54 54 54 54Karangdadap 63 63 63 63 63Doro 86 86 86 86 86Wonopringgo 87 87 87 87 87Kesesi 99 99 99 99 99Sragi 117 117 117 117 117Karanganyar 127 127 127 127 127Buaran 140 140 140 140 140Wiradesa 175 175 175 175 175Kajen 202 202 202 202 202Kedungwuni 429 429 429 429 429

    Tabel. Hasil pembagian jumlah interval

    1. Kelas interval TeraturNo Kelas Interval Fi Nilai Tengah1 0-86 11 432 87-172 5 129,53 173-258 2 215,54 259-344 0 301,55 345-430 1 387,5

    2. Kelas interval AritmatikNo Kelas Interval Fi Nilai Tengah1 0-26 5 12,52 27-48 2 37,53 49-81 3 654 82-125 4 103,55 126-180 3 153

    3. Kelas Interval GeometrikNo Kelas Interval Fi Nilai Tengah1 0-30 5 152 31-60 4 45,53 61-120 5 90,54 121-240 4 180,55 241-480 1 360,5

  • 4. kelas interval QuartilNo Kelas Interval Fi Nilai Tengah1 0-23 5 11,52 24-54 4 513 55-99 4 104,54 100-175 4 187,55 176-429 2 390,5

    kelas Interval DisversalNo Kelas Interval Fi Nilai Tengah1 0-23 5 11,52 24-63 4 43,53 64-99 4 81,54 100-202 5 1515 203-429 1 316

    0 15 15 21 2347 48 52 54 63

    86 87 99 117127 140

    175 202

    429

    0

    50

    100

    150

    200

    250

    300

    350

    400

    450

    500

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19

    Diagram kelas Diversal

  • SampelKECAMATAN

    Kepadatan guru jumlah guru sma

    Selisih Dengan data asli Nilai

    ST SA SG SK SP ST SA SG SK SP ST SA SG SK SP

    1 Wonokerto43 12,5 15 11,5

    11,50

    -43-

    12,5 -15-

    11,5-

    11,54 2 3 1 0

    2 Petungkritono 43 12,5 15 11,5 11,5 15 -28 2,5 0 3,5 3,5 4 2 3 1 03 Siwalan 43 12,5 15 11,5 11,5 15 -28 2,5 0 3,5 3,5 4 2 3 1 04 Lebakbarang 43 12,5 15 11,5 11,5 21 -22 8,5 6 9,5 9,5 4 2 3 1 05 Kandangserang 43 12,5 15 11,5 11,5 23 -20 10,5 8 11,5 11,5 4 0 3 2 16 Paninggaran 43 37,5 45,5 51 43,5 47 4 9,5 1,5 -4 3,5 1 0 3 4 27 Bojong 43 37,5 45,5 51 43,5 48 5 10,5 2,5 -3 4,5 1 0 3 4 28 Talun 43 65 45,5 51 43,5 52 9 -13 6,5 1 8,5 0 4 2 3 19 Tirto 43 65 45,5 51 43,5 54 11 -11 8,5 3 10,5 0 4 2 3 1

    10 Karangdadap43

    65 90,5 105 81,563

    20 -2-

    27,5-

    41,5-

    18,50 1 3 4 2

    11 Doro 43 104 90,5 105 81,5 86 43-

    17,5 -4,5-

    18,5 4,5 0 3 2 4 1

    12 Wonopringgo 130 104 90,5 105 81,587

    -42,5

    -16,5 -3,5

    -17,5 5,5

    4 2 1 3 0

    13 Kesesi 130 104 90,5 105 81,599 -

    30,5 -4,5 8,5 -5,5 17,54 2 1 3 0

    14 Sragi 130 104 90,5 188 151 117-

    12,5 13,5 26,5-

    70,5 -34 2 1 0 4 3

    15 Karanganyar 130 153 181 188 151127

    -2,5 -26-

    53,5-

    60,5 -240 1 3 4 2

    16 Buaran 130 153 181 188 151140

    10,5 -13-

    40,5-

    47,5 -110 2 3 4 1

    17 Wiradesa 216 153 181 188 151 175-

    40,5 22 -5,5-

    12,5 24 4 1 2 3 0

    18 Kajen 2160

    181 391 151202

    -13,5 202 21,5

    -189 51

    3 0 2 4 1

  • 19 Kedungwuni 388 0 361 391 316 429 41,5 429 68,5 38,5 113 3 0 2 4 142 29 44 57 183 4 2 1 5

  • COVER.docxM.Misbahullah (Proposal Akhir) jadi.docxLAMPIRAN.docxpeta persebaran guru sma kabupaten pekalongan.tif