lp minyak dan gas bumi volume 46, no. 2, agustus 2012
TRANSCRIPT
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 1/49
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 2/49
1
Gambar Sampul
DC 105 corrosion missionment system
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 3/49
i
Volume 46, No. 2 Agustus 2012
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi adalah media untuk mempromosikan kegiatan penelitian
dan pengembangan teknologi di bidang minyak dan gas bumi yang telah dilakukan oleh
Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Alamat Redaks i
Sub Bidang Informasi, Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas
Bumi “LEMIGAS” Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan 12230. Tromol Pos : 6022/
KBYB-Jakarta 12120, INDONESIA, STT : No. 119/SK/DITJEN PPG/STT/1976, Telepon : 7394422 - ext. 1222, 1223,
1274, Faks : 62 - 21 - 7246150, E-mail: [email protected]
Majalah Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi diterbitkan sejak tahun 1970 dengan nama awal Lembaran Publikasi
LEMIGAS (LPL), 3 kali setahun. Redaksi menerima Naskah Ilmiah tentang hasil-hasil Penelitian, yang erat hubungannya
dengan Penelitian Minyak dan Gas Bumi.
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak
dan Gas Bumi “LEMIGAS”. Penanggung Jawab : Dra. Yanni Kussuryani, M.Si., Redaktur : Ir. Daru Siswanto.
Pemimpin Redaksi : Dra. Yanni Kussuryani, M.Si. (Kimia)
Wakil Pemimpin Redaksi : Ir. Daru Siswanto (Teknik Kimia)
Redaktur Pelaksana : Drs. Heribertus Joko Kristadi, M.Si. (Geofisika)
Dewan Redaksi : 1. Prof. Dr. Maizar Rahman (Teknik Kimia)
2. Ir. E. Jasjfi, M.Sc., APU (Teknik Kimia)
3. Prof. Dr. Suprajitno Munadi (Geofisika)
4. Prof. M. Udiharto (Biologi)
5. Prof. Dr. E. Suhardono (Kimia Industri)
6. Dr. Ir. Bambang Widarsono, M.Sc. (Teknik Perminyakan)
Redaksi : 1. Dr. Ir. Usman, M.Eng. (Teknik Perminyakan)
2. Ir. Sugeng Riyono, M.Phil. (Teknik Kimia)
3. Dr. Ir. Eko Budi Lelono (Ahli Palinologi)
4. Abdul Haris, S.Si., M.Si. (Lingkungan dan Kimia)
5. Ir. Bambang Wicaksono T.M., M.Sc. (Geologi Perminyakan)
Mitra Bestari : 1. Prof. Dr. Ir. Septoratno Siregar (Teknik Perminyakan)
2. Prof. Dr. R.P. Koesoemadinata (Teknik Geologi))
3. Prof. Dr. Wahjudi Wiratmoko Wisaksono (Energi dan Lingkungan)
4. Dr. Ir. M. Kholil, M.Kom. (Manajemen Lingkungan)
5. Ferry Imanuddin Sadikin, S.T., M.E. (Teknik Elektro)
Sekretaris : Urusan Publikasi
Penerbit : Bidang Afiliasi dan Informasi, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi
Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Pencetak : Grafika LEMIGAS
ISSN : 2089-3396
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 4/49
ii
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ii
PENGANTAR iii
LEMBAR SARI DAN ABSTRACT iv
PENGEMBANGAN METODA UJI DISTILASI TEKANAN VAKUM
ASTM D1160 PADA PENGUJIAN SIFAT PENGUAPAN BIODIESELMuhammad Fuad 53 - 59
PENGARUH PENAMBAHAN DIMETHYL ETHER PADA LPG
TERHADAP EMISI GAS BUANG HASIL PROSES PEMBAKARAN
BURNER INDUSTRI KECILCahyo Setyo Wibowo, Bambang Heru S dan Richo Candra RB 61 - 67
KAJIAN KOMPOSISI HIDROKARBON DAN SIFAT FISIKA-KIMIALPG UNTUK RUMAH TANGGALisna Rosmayati 69 - 77
KINERJA MESIN PENGGERAK GENERATOR 4,8 KVA
BERBAHAN BAKAR CAMPURAN DME-LPGMaymuchar 79 - 84
EKSPLORASI DAN PENGEMBANGAN MIGAS NON-KONVENSIONAL
RAMAH LINGKUNGANDjoko Sunarjanto 85 - 93
Volume 46, No. 2, Agustus 2012
ISSN : 2089-3396
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 5/49
iii
PENGANTAR
Pembaca yang Budiman,
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi mempunyai peranan penting dalam penyebaran
informasi hasil-hasil penelitian dan kajian migas bagi masyarakat dunia ilmu pengetahuan dan industri
migas di Indonesia.
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Volume 46 No. 2 Agustus 2012 menyajikan beberapa
tulisan hasil studi dan penelitian, yakni:
1. Pengembangan Metode Uji Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160 pada Pengujian Sifat
Penguapan Biodiesel; 2. Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG terhadap Emisi Gas
Buang Hasil Proses Pembakaran Burner Industri Kecil; 3. Kajian Komposisi Hidrokarbon dan SifatFisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga; 4. Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8KVA Berbahan
Bakar Campuran DME-LPG; 5. Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah
Lingkungan. Tim Redaksi berharap Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi edisi Agustus 2012
ini bisa menjadi rujukan bagi para penulis/peneliti. Oleh karena itu saran dan masukan pembaca
sangat diharapkan untuk lebih sempurnanya terbitan Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi
berikutnya.
Dewan redaksi dan dewan penerbit, serta penanggung jawab majalah Lembaran Publikasi
Minyak dan Gas Bumi mengucapkan terima kasih kepada para penulis, penelaah dan penyunting
yang telah bekerja keras hingga terbitnya majalah Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi
edisi ini.
Jakarta, Agustus 2012
Redaksi
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 6/49
iv
Kata Kunci yang dicantumkan adalah istilah bebas. Lembaran Abstrak ini boleh disalin tanpa izin dan biaya.
ISSN : 2089-3396 Terbit : Agustus 2012
LEMBAR SARI DAN ABSTRACT
Muhammad Fuad (Pusat Peneli t ian dan
Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi
”LEMIGAS”)
Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan
Vakum ASTM D1160 pada Pengujian Sifat
Penguapan BiodieselLembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46
No. 2 Agustus 2012 hal. 53 - 59
ABSTRAK
Metoda uji distilasi tekanan vakum ASTM
D1160 merupakan metoda uji yang digunakan
untuk menentukan sifat penguapan biodisel. Sifat
penguapan biodisel sangat penting, karena terkait
dengan mutu proses pembakaran di mesin disel.
Keakuratan metoda distilasi, sangat ditentukan oleh
variabel kondisi operasi alat seperti: daya pemanasanawal, daya pemanasan lanjutan, waktu pemanasan,
suhu media pendingin dan tekanan vakum yang
dipakai. Keakuratan hasil uji sesuai acuan ASTM
D-1160, ditentukan berdasarkan sifat kestabilan
tetesan distilat, yang besarnya antara 6-8 ml/menit
pada tingkat perolehan distilat 10% sampai 90% vol.
Dari hasil pengembangan kombinasi Program File
pada alat distilasi tekanan vakum ASTM D-1160
otomatis, untuk keakuratan hasil uji penguapan
biodisel dengan densitas antara 0.879-0.900 gr/ml,
yang relatif baik, dicapai pada kondisi alat: tekanan
vakum 3 mmhg, suhu media pendingin 30oC, daya
pemanasan awal 180 Watt, waktu pemanasan
7 menit, daya pemanasan lanjutan 75-80 watt.
Sedangkan untuk biodisel dan produk biodisel
ringan dengan densitas antara 0.8330-0.8560 gr/ml,
dicapai pada kondisi alat: daya pemanasan awal 175
watt, waktu pemanasan 6 menit, daya pemanasan
lanjutan 70 watt, suhu media pendingin 30oC. Durasi
operasi kerja alat dari IBP-EP antara 32-35 menit.
Kata kunci: distilasi vakum, biodisel, metoda uji,
sifat penguapan, IBP
ABSTRACT
Biodiesel Volatility is determined by reduced
pressure distillation ASTM D1160 Test method. Ac-
cording to SNI speci fication, sets biodiesel volatility
temperature at level 90% vol. distillate recovery, not
exceed of 360oC AET. To measure precisely biodiesel
volatility at reduced pressure distillation, depend on
parameter of vacuum pressure, Initial Heating power,
Initial Heating time, second heating power and cooling
media temperature. ASTM D1160 speci fied distillate
fl ow rate of sample normally 6-8 ml/minutes at level
10%-90% vol. Based on simulation file program on
automatic reduced pressure distillation ASTM D1160,
precise data result of biodiesel volatilty is achieved
at operation condition: pressure of 3 mmhg, cooling
media temperature of 30o
C, Initial Heating of 180 watt, Initial Heating time of 7 minutes, second heating of 80
watt , for sample by density 0,8790-0.9003 gr/ml. Du-
ration of distillation running from IBP to EP average
is 35 minutes. For sample by density 0.8330-0.8560
gr/ml, at operation condition: pressure of 3 mmhg,
cooling media temperature of 30 oC, Initial Heating
of 175 watt, Initial Heating time of 6 minutes, second
heating of 70 watt. Duration of distillation running
from IBP to EP average is 32-35 minutes.
Author
Keywords: vacuum distillation, biodiesel, test method,
volatility, IBP
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 7/49
v
Cahyo Setyo Wibowo1), Bambang Heru S2) dan Richo
Candra RB3) ( 1)Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” ,2),Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas
Indonesia, 3)Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Universitas Indonesia)
Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG
terhadap Emisi Gas Buang Hasil Proses Pemba-
karan Burner Industri Kecil
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46
No. 2 Agustus 2012 hal. 61 - 67
ABSTRAK
Adanya program konversi minyak tanah ke LPG
menyebabkan pemakaian LPG untuk keperluan ru-mah tangga meningkat drastis, sehingga terjadi ke-
langkaan LPG di pasaran. Oleh karena itu, pemerintah
bermaksud menggunakan DME sebagai alternatif
pengganti LPG, mengingat DME mempunyai sifat
yang hampir sama dengan LPG. Dalam penelitian ini
telah dilakukan pencampuran dimethyl ether (DME)
dan lique fied petroleum gas (LPG) sebagai bahan
bakar, kemudian menguji emisi gas buang serta nyala
api dari hasil pembakaran bahan bakar tersebut pada
burner industri kecil. DME yang ditambahkan pada
LPG sebesar 10%, 20%, 30%, 35%, 40% dan 50%(v/v). Emisi gas yang di analisis adalah gas oksida-
oksida sulfur (SOx), oksida-oksida nitrogen (NOx),
dan karbon monoksida (CO). Pengambilan sampel
gas emisi SOx dan NOx menggunakan alat Stack gas
sampler (SGS), sedangkan gas CO menggunakan alat
gas analyzer. Gas SOx dianalisis menggunakan spek-
trofotometer dengan metode turbidimetri sedangkan
gas NOx dianalisis dengan metode phenol disulfonic
acid . Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pe-
nambahan DME pada LPG dapat menurunkan emisi
gas buang SOx, NOx dan CO. Masing-masing nyalayang dihasilkan pada campuran gas LPG-DME lebih
biru dibandingkan gas LPG.
Kata Kunci: DME, LPG, emisi, nyala api
ABSTRACT
Due to the conversion program from kerosene to
LPG, the consumption of LPG for domestic increase
dramatically. There is a shortage of LPG at the market
occurs. Therefore government has a policy to use the
DME as an alternative, instead of LPG. The proper-
ties of DME are almost the same as LPG. In the study
research of DME and LPG has been carried out. The
exhaust emissions produced by burning fuel on the
stove are being examined. In this research has beendone mixing dimethyl ether (DME) and LPG as fuel,
and then rest the exhaust emissions and fl ames from
the burning fuel on the stove. DME is added to LPG
by 10%, 20%, 30%, 35%, 40%, and 50% (v/v). Gas
emissions in the analysis are the gas sulfur oxide
(SOx), nitrogen oxides (NOx) and carbon monoxide
(CO). The sampling of gas emission of SOx and NOx
using a Stack gas sampler (SGS), while the CO gas
using a gas analyzer. SOx gases were analyzed using
a spectrophotometer by the turbidimetri method while
NOx gases were analyzed by the phenol disulfonic
acid method. The result showed that the Effect the ad-
dition of DLME to LPG is to lower emission of SOx,
NOx and CO. Each fl ame generated in LPG-DME
gas mixture is bluer than the LPG gas.
Author
Keywords: DME, LPG, emission, fl ame
Lisna Rosmayati (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” )
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat
Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46
No. 2 April 2012 hal. 69 - 77
ABSTRAK
Spesifikasi bahan bakar LPG ( Lique fied Petro-
leum Gases) untuk rumah tangga yang ditentukan
pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan
batasan-batasan komposisi hidrokarbon dan sifat
fisika kimia LPG yang digunakan di dalam negeri.
Parameter yang ditetapkan adalah C2, C
3 , C
4 dan
C5, vapour pressure, weathering test, copper strip
corrosion, total sulfur dan kandungan air. Kuali-
tas dan mutu LPG sebagai bahan bakar gas untuk
rumah tangga yang beredar di dalam negeri harus
selalu dijaga untuk meningkatkan rasa aman dan
meminimalkan potensi bahaya dalam penggunaan
bahan bakar tersebut. Monitoring LPG sebagai bahan
bakar rumah tangga ini akan melihat batasan-batasan
komposisi hidrokarbon dan sifat fisika-kimia sampel
LPG yang dibandingkan atau disesuaikan dengan
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 8/49
vi
spesifikasinya. Sampel LPG diambil di beberapa
depot, stasiun pusat pengisian bulk LPG (SPPBE)
dan agen di beberapa wilayah di Indonesia. Tulisan
ini membahas kajian komposisi hidrokarbon dan sifat
fisika-kimia bahan bakar LPG rumah tangga terhadapspesifikasinya. Adanya penyimpangan dalam batasan
mutu komposisi LPG tersebut akan ditindaklanjuti
terkait kegiatan pengawasan mutu LPG oleh pihak
yang berwenang.
Kata Kunci: LPG, komposisi, spesifikasi
ABSTRACT
LPG (Lique fied Petroleum Gases) speci fication is
for residential determined by government regulation
that declares some limitation in LPG hydrocarbon
composition and physical-chemical properties indomestic. LPG speci fication covering C2, C3, C4
and C5, vapour pressure, weathering test, copper
strip corrosion, total sulphur and water content.
Quality of LPG as gas fuel for residential should
be maintained to increase its safety and to minimize
hazardous potential in using that LPG fuel. The
laboratory result of LPG monitoring is compared to
LPG speci fication. LPG fuel samples were obtained
from some depots, terminal, SPPBE ( LPG Bulk Fill-
ing Station) and agent in some location in Indonesia.
This paper will cover hydrocarbon composition, physical and chemical properties of LPG gas fuel
refer to its speci fication. Deviation in LPG quality
will be warned by authority.
Author
Keywords: LPG, composition, speci fication
Maymuchar (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” )
Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8KVA
Berbahan Bakar Campuran DME-LPGLembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46
No. 2 Agustus 2012 hal. 79 - 84
ABSTRAK
Dimetil eter (DME) memiliki karakteristik yang
hampir sama dengan LPG. Dengan kemiripin tersebut
DME dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang dapat
dalam bentuk campuran dengan LPG bahkan dapat
menggantikan LPG sepenuhnya. Untuk mengetahui
sejauh mana DME dapat berperan sebagai bahan ba-
kar pengganti LPG, maka perlu dilakukan pengujian.
Pengujian pada penelitian ini dilaksanakan terhadap
mesin pembangkit listrik (generator) berkapasitas 4.8
KVA berbahan bakar LPG. Variasi campuran DME
pada LPG pada penelitian ini adalah 10%, 20%, 30%
40%, dan 50% dan variasi pembebanan dari 500 sam-
pai dengan 4.500 watt. Parameter pengujian kinerja
mesin penggerak generator ini dilakukan dengan
mengamati emisi gas buang seperti CO, CO2, HC dan
NOx serta secara kualitatif kestabilan operasi mesin.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata
emisi CO2 mengalami peningkatan dengan bertam-
bahnya komposisi DME pada setiap kenaikan beban.
Sedangkan emisi CO dan HC mengalami penurunan
pada kondisi tersebut. Emisi NOx juga mengalami
peningkatan dengan penambahan komposisi DME
dan setiap kenaikan beban. Operasi mesin tidak stabil
terjadi pada kondisi pembebanan 4.000 watt dengan
komposisi DME 50% dalam LPG.
Kata Kunci: DME, LPG, mesin pembangkit listrik
ABSRACT
Dimethyl Ether (DME) has similar character-
istics to LPG. DME can be used either as fuel in
the form of a mixture with LPG or even as a fuel
substitute LPG completely. In order to find out theextent of DME’s role as an alternative fuel replac-
ing LPG, a test should be carried out.The test was
carried out on engine power (generator) with the
capacity of 4.8 KVA LPG fuel. The variaty on LPG
DME mixture in this study were 10%, 20%, 30%
40%, and 50% and the variaty of electrical load from
500 watt up to 4.500 watt. The testing parameter
for the generator engine performance was done by
observing the emissions of CO, CO2 , HC and NOx as
well as the engine operation stability qualitatively.
The result of the test on the average CO2 emissions
shows that the emmission increases for every addi-
tion of DME at the increasing of electrical load, on
the other hand CO emmision and HC concentration
decreases. NOx also increases for every addition of
DME at the increasing of electrical load. The engine
is unstable at the 4.000 watt eletrical load with 50%
DME compotition in LPG.
Author
Keywords: DME, LPG, engine generator
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 9/49
vii
Djoko Sunarjanto (Pusat Penelitian dan Pengembangan
Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS” )
Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-
Konvensional Ramah Lingkungan
Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi Vol. 46
No. 2 Agustus 2012 hal. 85 - 93
ABSTRAK
LEMIGAS sebagai lembaga litbang milik pemer-
intah telah mengawali pengembangan Gas Metana
Batubara (GMB) di Indonesia. Kegiatan ini telah
berhasil dengan baik dan diikuti dengan ditanda-
tanganinya sebanyak 50 kontrak kerjasama pengem-
bangan GMB selama kurun waktu lima tahun terakhir
(2008-2012). Pada akhir tahun 2011, telah berhasil
mengkonversi GMB menjadi tenaga listrik yang ra-
mah lingkungan dalam program CBM to power .
Analisis komparatif mengikuti sukses eksplorasi
GMB LEMIGAS, saat ini sedang dilakukan peneli-
tian shale gas di dua cekungan migas, di Cekungan
Sumatra Utara dan Cekungan Barito. Dari ke dua
cekungan tersebut akan dipilih satu cekungan untuk
dilakukan uji coba ( pilot test ) dengan tujuan untuk
mengetahui dapat tidaknya potensi shale gas di
cekungan tersebut dikembangkan dalam skala ko-
mersial. Diharapkan GMB, shale gas/oil, tight sand
gas segera dapat dikembangkan guna mulai meng-
gantikan migas konvensional.
Kata kunci: eksplorasi, migas non-konvensional,
lingkungan
ABSTRACT
LEMIGAS as the government research and de-velopment institutions has initiated the development
of Coal Bed Methane (CBM) in Indonesia. This
activities has worked well and was followed by the
signing of 50 Production Sharing Contracts of CBM
development during the period of five years (2008-
2012). At the end of 2011, has managed to convert
CBM into electricity is environment friendly in the
CBM to Power program.
Comparative analysis with following the suc-
cessful exploration of CBM LEMIGAS, currently
is conducted research on shale gas in two oil and
gas basins, in the North Sumatra Basin and Barito
Basin. Of the two basins one will be selected as a
pilot basin for trials, conducted with the aim to de-
termine whether or not the potential of shale gas in
the basin can be developed on a commercial scale.
Expected coal methane gas, shale gas/oil, tight sand
gas can be developed to initiate the replacement of
conventional oil and gas.
Author
Keywords: exploration, non-conventional oil andgas, environment
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 10/49
53
Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160 pada Pengujian Sifat Penguapan Biodiesel (Muhammad Fuad)
ABSTRAK
Metoda uji distilasi tekanan vakum ASTM D1160 merupakan metoda uji yang digunakan untuk menen-
tukan sifat penguapan biodisel. Sifat penguapan biodisel sangat penting, karena terkait dengan mutu proses
pembakaran di mesin disel. Keakuratan metoda distilasi, sangat ditentukan oleh variabel kondisi operasi
alat seperti: daya pemanasan awal, daya pemanasan lanjutan, waktu pemanasan, suhu media pendingin dan
tekanan vakum yang dipakai. Keakuratan hasil uji sesuai acuan ASTM D-1160, ditentukan berdasarkan
sifat kestabilan tetesan distilat, yang besarnya antara 6-8 ml/menit pada tingkat perolehan distilat 10%
sampai 90% vol. Dari hasil pengembangan kombinasi Program File pada alat distilasi tekanan vakum
ASTM D-1160 otomatis, untuk keakuratan hasil uji penguapan biodisel dengan densitas antara 0.879-
0.900 gr/ml, yang relatif baik, dicapai pada kondisi alat: tekanan vakum 3 mmhg, suhu media pendingin
30oC, daya pemanasan awal 180 Watt, waktu pemanasan 7 menit, daya pemanasan lanjutan 75-80 watt.
Sedangkan untuk biodisel dan produk biodisel ringan dengan densitas antara 0.8330-0.8560 gr/ml, dicapai pada kondisi alat: daya pemanasan awal 175 watt, waktu pemanasan 6 menit, daya pemanasan lanjutan 70
watt, suhu media pendingin 30oC. Durasi operasi kerja alat dari IBP-EP antara 32-35 menit.
Kata kunci: distilasi vakum, biodisel, metoda uji, sifat penguapan, IBP
ABSTRACT
Biodiesel Volatility is determined by reduced pressure distillation ASTM D1160 Test method. According
to SNI speci fication, sets biodiesel volatility temperature at level 90% vol. distillate recovery, not exceed
of 360oC AET. To measure precisely biodiesel volatility at reduced pressure distillation, depend on param-
eter of vacuum pressure, Initial Heating power, Initial Heating time, second heating power and cooling
media temperature. ASTM D1160 speci fied distillate fl ow rate of sample normally 6-8 ml/minutes at level
10%-90% vol. Based on simulation file program on automatic reduced pressure distillation ASTM D1160, precise data result of biodiesel volatilty is achieved at operation condition: pressure of 3 mmhg, cooling
media temperature of 30oC, Initial Heating of 180 watt, Initial Heating time of 7 minutes, second heating
of 80 watt , for sample by density 0,8790-0.9003 gr/ml. Duration of distillation running from IBP to EP
average is 35 minutes. For sample by density 0.8330-0.8560 gr/ml, at operation condition: pressure of 3
mmhg, cooling media temperature of 30 oC, Initial Heating of 175 watt, Initial Heating time of 6 minutes,
second heating of 70 watt. Duration of distillation running from IBP to EP average is 32-35 minutes.
Keywords: vacuum distillation, biodiesel, test method, volatility, IBP
Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan
Vakum ASTM D1160 pada Pengujian SifatPenguapan BiodieselMuhammad FuadPusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150
Email : [email protected]
Teregistrasi I tanggal 5 Maret 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 9 Juli 2012
Disetujui terbit tanggal : 31 Agustus 2012
I. PENDAHULUAN
Biodisel merupakan salah satu sumber energi
baru terbarukan yang potensial untuk dikembangkan
sebagai energi elternatif pengganti BBM dari minyak
bumi. Biodisel dapat diproduksi dari berbagai sumber
bahan baku, seperti minyak sawit, jarak pagar, biji
bunga matahari dan sebagainya. Oleh sebab itu, sifat
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 11/49
54
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 53 - 59
karakteristik biodisel hasil produksi dari berbagai
macam bahan baku tanaman bervariasi.
Salah satu sifat karakteristik biodisel yang sangat
penting adalah sifat penguapan. Sifat penguapan bio-disel sangat penting, karena terkait langsung dengan
mutu proses pembakaran di mesin disel.
Untuk menentukan sifat penguapan biodisel di-
gunakan alat distilasi tekanan vakum ASTM D1160.
Pada standar spesifikasi SNI, sifat penguapan bio-
disel ditetapkan, untuk perolehan distilat 90% vol.,
suhu uap tidak boleh melebihi 360oC AET ( Atmo-
spheric Equivalent Temperature-Suhu pada Tekanan
Atmosfir).
Keakuratan hasil uji metoda distilasi tekanan va-
kum otomatis, sangat ditentukan oleh kombinasi idealkondisi operasi alat seperti: daya pemanasan awal,
daya pemanasan lanjutan, waktu pemanasan, suhu
media pendingin dan tekanan vakum yang dipakai.
Sesuai acuan standar ASTM D-1160, keakuratan
hasil uji ditentukan berdasarkan sifat kestabilan tete-
san distilat, yang nilainya antara 6-8 ml/menit pada
tingkat perolehan distilat 10% s/d 90% vol.
Berbeda dengan distilasi pada tekanan atmosfir,
pada distilasi tekanan vakum, dibutuhkan pengaturan
tekanan yang tepat, sesuai dengan sifat karakteristik
sampel yang akan diuji. Sifat karakteristik yang ber- pengaruh pada sifat penguapan biodisel adalah den-
sitas. Sama halnya dengan senyawa hidrokarbon dari
minyak bumi, semakin besar nilai densitas biodisel
semakin tinggi titik didihnya. Demikian sebaliknya,
semakin rendah densitasnya semakin rendah pula
titik didihnya. Selain tekanan, parameter lainnya yang
berpengaruh pada alat uji distilasi tekanan vakum
ASTM D1160 adalah: daya pemanasan awal, daya
pemanasan lanjutan, waktu pemanasan dan suhu
media pendingin.
Oleh sebab itu, untuk mengatur tingkat kestabilan
tetesan distilat sesuai acuan standar yang ditetapkan
ASTM D1160, dibutuhkan pengkajian mendalam
terkait kombinasi variabel kondisi operasi ideal bagi
alat distilasi tekanan vakum otomatis sebagai uji sifat
penguapan berbagai jenis biodisel/FAME.
II. MAKSUD DAN TUJUAN
Maksud dan tujuan studi ini adalah mencari
kondisi operasi optimum alat uji otomatis distilasi te-
kanan vakum ASTM D1160 untuk menentukan sifat
penguapan dari berbagai jenis biodisel dan FAME.
Dan diharapkan dari hasil studi ini, kondisi optimum
operasi alat uji dapat dijadikan acuan standar pada
pengujian sifat penguapan biodiesel sesuai acuan
standar ASTM D1160 .
III. METODA UJI DISTILASI DI
LABORATORIUM
Metoda distilasi adalah suatu proses pemisahan
suatu senyawa secara fisika berdasarkan perbedaan
titik didihnya. Distilasi merupakan metoda proses
pemisahan yang sudah lama digunakan pada berbagai
bidang penelitian, laboratorium maupun di kilang
minyak bumi. Pada uji di laboratorium minyak bumi
ada beberapa metoda uji ASTM yang memakai prin-
sip distilasi antara lain:
ASTM D86 – Distilasi Produk Minyak Bumi pada
Atmosfir
ASTM D1160 – Distilasi Produk Minyak Bumi pada
TekananVakum
ASTM D2892 – Distilasi TBP minyak Bumi
ASTM D5236 – Distilasi Vakum Tinggi Potstill
untuk produk Hidrokarbon Berat
ASTM D2887 – Distribusi Titik didih Fraksi
Minyak Bumi <538°C dengan alat Kromatografi
gasHTSD – Simulasi Distilasi sampel dengan titik didih
residu >720 C
Gambar 1, menunjukkan beberapa metoda uji
ASTM yang memakai prinsip distilasi dan kemam-
puan metoda tersebut dalam mengidentifikasi daerah
titik didih dan jumlah atom karbon sampel. Walaupun
metoda ASTM diatas memakai prinsip yang sama,
namun sesungguhnya metoda-metoda uji tersebut
memiliki maksud dan kegunaan yang berbeda.
Salah satu maksud dan kegunaan metoda distilasi pada metoda uji produk minyak bumi adalah untuk
menentukan sifat karakteristik penguapan suatu se-
nyawa terkait dengan fungsinya sebagai Bahan bakar
kendaraan. Pada metoda Uji ASTM, untuk maksud
dan kegunaan tersebut terdapat pada Metoda uji
ASTM D86 dan ASTM D1160. Metoda Uji ASTM
D86 digunakan untuk menentukan sifat penguapan
produk bahan bakar yang tidak terdekomposisi bila
didistilasi pada tekanan atmosfir. Misalnya produk
BBM bensin, miyak tanah dan solar (ADO-automo-
tive diesel oil). Sementara itu, Metoda Uji ASTM
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 12/49
55
Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160 pada Pengujian Sifat Penguapan Biodiesel (Muhammad Fuad)
D1160, digunakan untuk menentukan sifat
penguapan produk bahan bakar yang mung-
kin terdekomposisi bila didistilasi pada teka-
nan atmosfir. Metoda Uji ini biasa juga disebutDistilasi Tekanan Vakum ASTM D1160.
Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160
awalnya dikembangkan sebagai alat uji sifat
penguapan produk minyak bumi berat seperti
vakum residu atau produk distilat berat (heavy
distillat ) yang memiliki titik didih sangat
tinggi, mulai dari 350oC sampai 550oC. Pada
metoda uji ini umumnya kondisi operasi alat
yang digunakan pada kondisi vakum 1 mmhg.
Data hasil uji sifat penguapan produk minyak
bumi, biasanya digunakan untuk desain alat
proses di kilang minyak bumi.
Sementara itu biodisel/FAME umumnya
memiliki titik didih antara 315-357oC pada
tekanan atmosfir lebih rendah titik didihnya
dibandingkan sampel uji Distilasi D1160
pada umumnya. Ada juga produk biodisel
ringan seperti green disel (produk hidrotreat-
ing FAME) dan campuran biodisel dan solar
(B20, B10 atau B5), yang memiliki kisaran
titik didih lebih rendah.Untuk menguji sifat penguapan biodisel
tidak dapat digunakan distilasi tekanan atmos-
fir, karena biodisel dapat terdekomposisi. Oleh
sebab itu untuk menentukan sifat penguapan
biodisel harus dilakukan dengan distilasi va-
kum. Dan dari gambar 1, terlihat metoda uji
distilasi tekanan vakum ASTM D 1160 adalah
metoda uji yang paling tepat untuk maksud
pengujian tersebut.
IV. METODA PENGUJIAN DAN
MATERIAL
A. Metodologi
Penelitian dilakukan dengan tahapan sep-
erti diagram alir dibawah ini:
1. Preparasi sampel
Sampel terdiri dari 4 sampel biodisel dan
produk green diesel (produk hidropemurnian
biodisel) dengan densitas antara 0,8330-
0,8560 dan 4 Sampel biodiesel berat dengan
densitas antara 0.8790-0.9003 gr/ml.
Gambar 1
Metoda uji ASTM yang menggunakan prins ip dis tilasi
dan kisaran titik did ih dan jumlah atom karbon yang terdeteksi
Gambar 2
Diagram alir tahapan peneliti an
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 13/49
56
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 53 - 59
2. Prosedur kerja alat
Alat yang digunakan adalah Alat Uji Distilasi
Tekanan Vakum D1160 otomatis merk ISL. Alat uji
bekerja secara otomatis dan dikendalikan melalui
berkas program ( program file) yang disimpan dalam
database komputer. Seperti telah dijelaskan diatas,
alat uji ini sebenarnya direkayasa untuk kondisi
pengujian produk minyak bumi berat seperti residu
dan fraksi berat lainnya. Sedangkan untuk pengujian
sifat penguapan produk biodisel belum tersedia. Oleh
sebab itu, berkas program komputer untuk produk
harus dibuat sendiri dan disimulasikan pada alat uji
tersebut.
3. Pembuatan Berkas Program Komputer UntukUji Biodisel
Berkas program untuk pengujian biodisel dibuat
secara langsung pada layar komputer, dengan mengisi
kolom-kolom kondisi operasi yang tersedia dalam
database. Parameter kondisi operasi alat yang di-
simulasikan adalah :
- Tekanan Operasi
Kondisi tekanan operasi memiliki pengaruh besar
pada metoda distilasi. Karena seiring berubahnya
tekanan operasi, suhu titik didih senyawa akan menu-run. Simulasi kondisi tekanan alat ditentukan melalui
Program Excel yang dibuat sendiri secara terpisah
melalui persamaan Maxwelll dan Bonnel.
yang tidak stabil. Berdasarkan standar acuan ASTM
D1160, kecepatan distilat diatur besarnya antara 6-8
ml/menit.
- 1st level heating: Daya Pemanasan Awal Heater
Besarnya daya Pemanasan Awal berpengaruh
pada tercapainya suhu IBP. Pemanasan yang terlalu
besar akan menyebabkan IBP terlalu cepat terjadi.
Demikian sebaliknya.
- 1st level time: Durasi pemanasan awal
Waktu pemanasan terkait dengan besarnya daya
pemanasan. Durasi diatur sesuai besarnya pemanasan
awal dan jenis sampel agar IBP sampel tercapai sesuai
yang diinginkan .
- 2nd level heating; Daya pemanasan lanjutan
Setelah IBP tercapai, maka peran pemanasan
dialihkan ke 2nd level heating. Pada tahap ini, pema-
nasan diatur, agar tetesan distilat memiliki kecepatan
6-8 ml/mn.
- Condenser temperature: Suhu media pendingin.
Suhu media pendingin berpengaruh pada kecepa-
tan tetesan distilat. Untuk sampel dengan suhu Titik
Tuang tinggi, harus dikondensasikan menggunakan
media pendingan dengan suhu tinggi. Bila dikonden-
sasikan pada suhu rendah,setelah terjadi perubahan
fase uap menjadi cairan, kemungkinan distilat akan
membeku dan menjadi padat pada suhu ambiaen. Hal
ini biasanya terjadi untuk sampel produk minyak
bumi berat seperti residu dan sebagainya. Sementara
itu, biodisel umumnya memiliki Titik Tuang yang
relatif rendah, yakni antara -5 - 10 C. Oleh sebab itu
suhu media pendingin dapat digunakan pada suhu
30oC.
4. Kalibrasi
Kalibrasi alat uji distilasi ASTM D1160 di-
lakukan dengan menggunakan Certi fied Reference
Material-Heksadekana. Alat uji dapat dinyatakan
valid dan dapat digunakan sesuai standar ASTM bila
memenuhi persyaratan: suhu rata-rata distilasi pada
perolehan distilat 10%-90% pada tekanan operasi
adalah sebagai berikut:
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil uji sifat penguapan jenis biodisel ringan
dengan densitas antara 0,8383-0,8560 gr/ml,
kondisi optimum dicapai pada kondisi: daya
pemanasan awal 175 watt, waktu pemanasan
Keterangan:
Suhu AET = suhu pada tekanan atmosfir, C
T = suhu pada kondisi aktual, C
A = Konstanta
P = Tekanan operasi Alat, mmhg
Rumus diatas digunakan untuk memperkira-
kan suhu aktual kondisi operasi tekanan alat, agar
IBP ( Initial Boilling Point -tetesan pertama) sampel
diharapkan tidak terjadi pada suhu sangat rendah
misalnya terjadi pada suhu ambien. IBP yang terlalu
cepat, akan mengakibatkan kecepatan laju alir distilat
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 14/49
57
Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160 pada Pengujian Sifat Penguapan Biodiesel (Muhammad Fuad)
6 menit, daya pemanasan lanjutan 70
watt dan suhu media pendingin 30oC.
Contoh hasil uji penguapan produk
biodisel ringan, dapat dilihat padaTabel 2 dan gambar 2 di bawah ini:
Pada Gambar 2 dan Tabel 2 terlihat
bahwa kecepataan tetesan distilat nilainya
telah sesuai dengan standar acuan ASTM
D 1160 yakni rata-rata 6-8 ml/mn pada
level 10%-90% vol. distilat. Artinya
adalah pemilihan kondisi operasi alat telah
sesuai dengan hasil uji yang ditetapkan
standar acuan. Umumnya pada sampel
biodisel ringan, IBP tercapai sangat cepat,
yakni antara 3-5 menit. Namun hal initidak berpengaruh pada stabilitas tetesan
distilat, karena pada 2nd level heating, daya
pemanasan diatur tidak terlalu tinggi.
B. Hasil uji jenis biodisel berat atau
FAME dengan densitas antara 0,8790-
0,9003 gr/ml, kondisi optimum dicapai
pada: tekanan vakum 3 mmhg, daya
pemanasan awal 180 Watt, waktu
pemanasan 7 menit, daya pemanasan
lanjutan 75-80 watt dan suhu media
pendingin 30oC.
Data hasil uji distilasi sampel biodisel
dengan densitas 0.8790-0,9003 pada
kondisi operasi diatas menunjukkan hasil
yang memuaskan. Pada Gambar 3 dan
Tabel 3 tampak bahwa kecepatan tetesan
distilat sesuai standar acuan ASTM D1160
yakni rata-rata 6-8 ml/mn pada level 10%-
90% vol. distilat. Umumnya pada sampel
biodisel berat, IBP tercapai lebih lama
dibandingkan sampel biodisel ringan yakni,
yakni antara 14-15 menit.
Dari gambar juga terlihat, bahwa kurva
distilasi cederung berbentuk garis lurus. Ini
adalah ciri khas profil kurva FAME yang
umumnya hanya memiliki jumlah atom
karbon sedikit. Umumnya FAME memiliki
atom karbon antara C12- C22. Sebagian
besar (>90%) merupakan fatty acid beratom
karbon C16 - C18. Pada Suhu diatas 90% vol.
kurva cenderung naik. Ini mengindikasikan
adanya senyawa seperti gum atau produk
tidak jenuh ( poliunsatutated ) yang bertitik
didih tinggi.
Tabel 1
Kondisi kalibrasi alat uji pada level 10%-90% Vol. distilat
Tabel 2
Hasil uji biodisel dengan densitas : 0.8383 gr/ml
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 15/49
58
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 53 - 59
Gambar 4
Kurva distilasi sampel biodisel
dengan dens itas : 0.8795 gr/ml
Gambar 5
Rangkaian alat uji
Tabel 3
Hasil u ji si fat penguapan
biodisel dengan densitas: 0.8795%
Gambar 3
Kurva distilasi sampel biodisel
dengan dens itas : 0.8383 gr/ml
V. KESIMPULAN
Dari simulasi kondisi operasi alat uji tekanan
vakum ASTM D 1160 pada pengujian sifat penguapan
biodisel dapat disimpulkan:
- Kondisi operasi hasil simulasi dapat digunakan
secara baik untuk pengujian sampel biodisel
ringan maupun berat.
- Hasil pengujian yang relatif baik untuk hasil
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 16/49
59
Pengembangan Metoda Uji Distilasi Tekanan Vakum ASTM D1160 pada Pengujian Sifat Penguapan Biodiesel (Muhammad Fuad)
Gambar 6
Contoh biodisel
Gambar 7
Alat u ji dist ilasi tekanan vakum ASTM D1160
uji penguapan biodisel ringan/green
diesel (0.835-0.856 gr/ml) diperoleh
pada kondisi operasi: Tekanan vakum
3 mmhg, daya pemanasan awal 175watt, waktu pemanasan 6 menit, daya
pemanasan lanjutan 70 watt, suhu media
pendingin 30oC. Sedangkan untuk FAME/
biodisel berat(densitas 0.8790-0.9003 gr/
ml, dicapai pada kondisi operasi alat:
tekanan vakum 3 mmhg, suhu media
pendingin 30oC, daya pemanasan awal
180 Watt, waktu pemanasan 7 menit, daya
pemanasan lanjutan 75-80 watt. Durasi
operasi kerja alat dari IBP-EP antara 32-
35 menit.
- Hasil studi ini diharapkan dapat dijadikan
acuan standar prosedur kerja alat uji sifat
penguapan biodisel berdasarkan acuan
ASTM D1160.
KEPUSTAKAAN
1. Annual Book of ASTM Standar , Vol.05.01.,2009.
ASTM D 1160-06, “Standard Test method for
petroleum product at Reduced pressure distilation”,
USA: ASTM International.
2. National Renewable Energy Laboratory, U.S.
Department of Energy Of fice of Energy Ef ficiency &
Renewable Energy, 2009, “ Biodiesel Handling And
Use Guide “ NREL/TP-540-463672, http://www.osti.
gov/bridge .
3. Users and service Manual of Automated Vacuum
distillation Analyzer D1160, 2001, ISL, PAC,
France.
4. Villalanti, D, et al.,1997, Yield Correlation between
Crude Assay Distillation and High Temperature Simu-
lated Distillation (HTSD), AIChE Spring national
Meeting, Houston, USA, March.
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 17/49
61
Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG terhadap Emisi Gas BuangHasil Proses Pembakaran Burner Industri Kecil (Cahyo Setyo Wibowo, dkk.)
Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada
LPG Terhadap Emisi Gas Buang Hasil ProsesPembakaran Burner Industri KecilCahyo Setyo Wibowo1), Bambang Heru S2) dan Richo Candra RB3)
1)Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”2)Teknik Kimia Fakultas Teknik, Universitas Indonesia3)Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150
Teregistrasi I tanggal 13 Maret 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 7 Mei 2012
Disetujui terbit tanggal : 31 Agustus 2012
ABSTRAK
Adanya program konversi minyak tanah ke LPG menyebabkan pemakaian LPG untuk keperluan ru-
mah tangga meningkat drastis, sehingga terjadi kelangkaan LPG di pasaran. Oleh karena itu, pemerintah
bermaksud menggunakan DME sebagai alternatif pengganti LPG, mengingat DME mempunyai sifat yang
hampir sama dengan LPG. Dalam penelitian ini telah dilakukan pencampuran dimethyl ether (DME) dan
lique fied petroleum gas (LPG) sebagai bahan bakar, kemudian menguji emisi gas buang serta nyala api
dari hasil pembakaran bahan bakar tersebut pada burner industri kecil. DME yang ditambahkan pada LPG
sebesar 10%, 20%, 30%, 35%, 40% dan 50% (v/v). Emisi gas yang di analisis adalah gas oksida-oksida
sulfur (SOx), oksida-oksida nitrogen (NOx), dan karbon monoksida (CO). Pengambilan sampel gas emisi
SOx dan NOx menggunakan alat Stack gas sampler (SGS), sedangkan gas CO menggunakan alat gasanalyzer. Gas SOx dianalisis menggunakan spektrofotometer dengan metode turbidimetri sedangkan gas
NOx dianalisis dengan metode phenol disulfonic acid . Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek penam-
bahan DME pada LPG dapat menurunkan emisi gas buang SOx, NOx dan CO. Masing-masing nyala yang
dihasilkan pada campuran gas LPG-DME lebih biru dibandingkan gas LPG.
Kata Kunci: DME, LPG, emisi, nyala api
ABSTRACT
Due to the conversion program from kerosene to LPG, the consumption of LPG for domestic increase
dramatically. There is a shortage of LPG at the market occurs. Therefore government has a policy to use
the DME as an alternative, instead of LPG. The properties of DME are almost the same as LPG. In the
study research of DME and LPG has been carried out. The exhaust emissions produced by burning fuel
on the stove are being examined. In this research has been done mixing dimethyl ether (DME) and LPG as
fuel, and then rest the exhaust emissions and fl ames from the burning fuel on the stove. DME is added to
LPG by 10%, 20%, 30%, 35%, 40%, and 50% (v/v). Gas emissions in the analysis are the gas sulfur oxide
(SOx), nitrogen oxides (NOx) and carbon monoxide (CO). The sampling of gas emission of SOx and NOx
using a Stack gas sampler (SGS), while the CO gas using a gas analyzer. SOx gases were analyzed using
a spectrophotometer by the turbidimetri method while NOx gases were analyzed by the phenol disulfonic
acid method. The result showed that the Effect the addition of DLME to LPG is to lower emission of SOx,
NOx and CO. Each fl ame generated in LPG-DME gas mixture is bluer than the LPG gas.
Keywords: DME, LPG, emission, fl ame
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 18/49
62
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 61 - 67
I. PENDAHULUAN
Program Nasional Konversi Minyak Tanah ke
Lique fied Petroleum Gas (LPG) merupakan salah satu
program mengurangi subsidi bahan bakar minyak
(BBM) guna meringankan beban keuangan Negara.
(pertamina, 2009)
Akibat dari program konversi minyak tanah ke
LPG, pemakaian LPG untuk keperluan rumahtangga
meningkat drastis, sehingga terjadi kelangkaan LPG
di pasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, pemerintah
bermaksud menggunakan DME ( Dimethyl Ether )
sebagai alternatif pengganti LPG, mengingat DME
mempunyai sifat yang hampir sama dengan LPG,
yaitu berwujud gas dalam kondisi ruang dan mem-
punyai titik didih yang berdekatan dengan LPG,
sehingga DME mudah dicairkan seperti LPG. (BPPT,
2009).
Di samping itu DME adalah gas yang dapat terba-
rukan (renewable), tidak beracun, ramah lingkungan,
dan harganya lebih murah daripada LPG (Kadarwati,
2010). Untuk karakteristik DME, propane dan butane
dapat dilihat pada tabel 1.
Pada tahun 2009, PPPTMGB LEMIGAS dan
PT. Pertamina bekerja sama melakukan pengujian
karakteristik dan Kinerja pada DME dan LPG mix
DME sebagai substitusi LPG dan LPG yang dicam-
pur dengan DME pada penggunaan kompor rumah
tangga. Hasil penelitian menunjukan tidak semua
kompor LPG dapat digunakan secara sempurna
dengan DME sebagai bahan bakar.
M.Marchionna et al. (2008), melakukan serang-
kaian studi eksperimental dan model untuk menilai
potensi penerapan DME sebagai bahan bakar peng-
ganti LPG. Penelitian yang dilakukan meliputi uji
pembakaran, percobaan daya tahan dan stabilitas-
menggunakan DME murni dan LPG dalam berbagai
variasi konsentrasi campuran DME pada burner,
untuk mengevaluasi keamanan dan kompatibilitas
bahan bakar. Kesimpulan dari hasil penelitian terse-
but adalah campuran DME/LPG (DME:Vol15-20%)
membawa perbaikan lebih signifikan dibandingkan
dengan DME murni. Selain kinerja bahan bakar cam-
puran diperlukan juga uji emisi untuk keselamatan
dan kesehatan manusia sebagai pengguna.
Gas-gas emisi yang dihasilkan dari pembakaran,
seperti gas CO, NOx, SOx dan hidrokarbon, sangat
berbahaya jika terhirup oleh manusia diatas ambang
batas karena dapat menyebabkan penyakit bahkan
kematian dan memberikan efek yang tidak baik bagi
lingkungan. CO dalam darah dapat mengikat He-moglobin dan menyebabkan kematian. Hujan asam
dapat terjadi karena adanya gas NOx dan SOx.
Berkaitan dengan rencana pemerintah untuk
mensubstitusi DME dengan LPG, maka diperlukan
penelitian tentang efek penambahan DME pada LPG
terhadap emisi gas buang yang dihasilkan pada proses
pembakaran pada kompor atau burner baik untuk
industri kecil maupun rumah tangga.
II. METODOLOGI
Persiapan Contoh UjiTahap awal penelitian yang akan dilakukan yaitu
menyiapkan contoh uji yaitu LPG 100%, DME
100%, campuran LPG dan DME dengan variasi
volume DME 10 %, 20%, 30%, 35%, 40% dan 50%.
Pencampuran LPG dan DME dilakukan dengan
menggunakan alat blender gas, selang regulator,
tabung gas dan timbangan. Sebelum memasang
selang regulator yang menghubungkan tabung LPG
dan tabung DME ke alat blender, tabung gas yang
berisi LPG dan DME harus dibalik hal ini agar LPG
dan DME yang berfase cair berada dibagian bawahdekat keluaran gas. Tabung yang digunakan untuk
menampung campuran gas LPG dan DME di letakkan
diatas timbangan agar dapat diketahui berat kosong-
tabung dan sebagai alat pemantau kapan pengisian
gas harus dihentikan.
Gas campuran LPG-DME dibuat dengan volume
10 Liter. Untuk menentukan berat LPG dan DME
yang dibutuhkan untuk membuat campuran gas LPG-
DME dengan komposisi tertentu maka digunakan
rumus sebagai berikut:
Tabel 1
Karakteristik DME, propane, dan butane
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 19/49
63
Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG terhadap Emisi Gas BuangHasil Proses Pembakaran Burner Industri Kecil (Cahyo Setyo Wibowo, dkk.)
Dengan menggunakan rumus diatas didapat data
kebutuhan berat LPG dan DME sebagai berikut:
dapat diketahui bahwa dengan penambahan DMEmengakibatkan bertambahnya berat total campuran
gas LPG-DME.
Bertambahnya berat total gas campuran LPG
dengan penambahan DME disebabkan oleh densitas
DME yang lebih besar dibandingkan dengan LPG.
Sehingga semakin besar jumlah DME pada LPG pada
volume yang sama maka semakin berat gas campuran
yang terbentuk.
Kadar gas SOx yang terdapat pada sampel gas
LPG-DME di ukur dengan menggunakan spektrofo-
tometer, sehingga didapat data sebagai berikut:
Gambar 1
Alat pencampur LPG-DME
Gambar 2
Skema alat pengambi lan sampel gas emisi
Tabel 2
Berat LPG dan DME untuk diblending
Pengambilan Sampel Gas Emisi
Untuk pengambilan sampel emisi gas, peralatan
yang digunakan yaitu kompor gas, fl ow meter dan-
Stack Gas Sampler . Gambar 3 merupakan gambar
rangkaian uji emisi gas.
Pada penelitian ini menggunakan meja dengan
tinggi 1 meter. Cerobong yang digunakan terbuat
dari seng yang berbentuk seperti balok yang ko-
song tengahnya dengan tinggi 2 meter dan panjang
sisi-sisinya 35cm. Luas lubang pada sisi-sisi bagian
bawah cerobong sebesar 190 cm2 (15cm x 10cm +
5cm x 8cm). Luas lubang pada sisi-sisi bagian bawah
cerobong tersebut telah dapat memenuhi fl ammability
limit dari LPG dan DME, sehingga nyala api dapat
terbentuk.
Analisis Sampel
Gas SOx dianalisis dengan menggunakan metode
acuan uji SNI 19-7117.3.1-2005. Metode ini meng-
gunakan cara turbidimeter dengan spektrofotometer
sebagai alat ujinya. Sedangkan gas NOx dianalisis
dengan metode acuan uji SNI 19-7117.5-2005 yang
menggunakan spektrofotometer dengan senyawa- phenol disulfonic acid sebagai reagen-nya. Untuk
gas CO analisis dilakukan dengan alat gas analyzer
otomatis yang dilengkapi dengan sensor berbasis
elektrokimia.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam percobaan ini dipakai tabung gas LPG
12 kg sebagai wadah gas campuran LPG-DME. Gas
campuran LPG-DME dibuat dengan volume 10 Liter.
Dengan membuat gas campuran 10 liter maka akan
menghasilkan gas campuran LPG-DME dengan berattidak melebihi 8 kg. Dari data pada Tabel 2 diatas
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 20/49
64
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 61 - 67
Gambar 3Rangkaian uji emisi gas
Gambar 4
Grafi k %DME terhadap total berat
gas campuran LPG-DME
Gambar 5
Kurva % volume DME Vs Kadar gas emisi SO2
Tabel 3
Kadar SO2 pada sampel gas LPG-DME
Dari gambar grafik di atas terlihat bahwa semakin
besar kandungan DME dalam LPG maka semakin
kecil gas SOx yang terbentuk. Pembentukan gas SOx
dipengaruhi oleh ada tidaknya kandungan sulfur di
dalam bahan bakar ( fuel). LPG yang berasal dari
minyak bumi biasanya mengandung sulfur sebagai
zat pengotornya. Berdasarkan data sifat fisik gas
DME dari penelitian terdahulu, kandungan sulfur
dalam DME adalah 1,13 grain/cuft dan kandungan
sulfur pada gas LPG adalah sebesar 2,21grain/cuft.
Sedangkan kandungan sulfur pada campuran gas 80%
LPG: 20% DME adalah sebesar 1,61 grain/cuft. Hal
tersebut menunjukan bahwa kandungan sulfur pada
LPG 100% paling besar jika dibandingkan dengan
DME dan campuran LPG dengan DME.Setelah melakukan sampling gas emisi NOx,
kemudian mengukur gas emisi tersebut dengan spek-
trofotometer, didapat data sebagai berikut:
Tabel 4
Kadar Gas NO2 pada Sampel Gas LPG-DME
Pembentukan gas NOx membutuhkan sumber
nitrogen (N2), yang bisa berasal dari udara atau
nitrogen yang terikat dalam bahan bakar.
- Reaksi Pembentukan NO adalah sebagai berikut:
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 21/49
65
Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG terhadap Emisi Gas BuangHasil Proses Pembakaran Burner Industri Kecil (Cahyo Setyo Wibowo, dkk.)
Dari persamaan tersebut dapat diketahui bahwasemakin tinggi temperatur akan makin banyak NO
yang terbentuk. Semakin besar jumlah konsentrasi
O2, maka makin banyak NO yang terbentuk.
Dari gambar.6 diatas dapat disimpulkan bahwa
pada pembakaran LPG 100% dapat menghasilkan
emisi gas NOx yang paling tinggi dibandingkan
dengan campuran gas LPG-DME. Hal ini berarti
mengindikasikan bahwa panas pembakaran yang ter-
jadi dari pembakaran gas LPG 100% lebih tinggi dari
pada panas pembakaran yang terjadi dari pembakarancampuran gas LPG-DME, sehingga gas NOx yang
terbentuk semakin banyak. Hal tersebut disebab-
kan DME memiliki nilai kalori yang lebih rendah
(28,41 MJ/kg) dibandingkan dengan LPG (50,06
MJ/kg). Selain itu adanya kemungkinan terdapatnya
impurities unsur N pada gas LPG yang lebih besar
di bandingkan dengan DME, Sehingga emisi gas NOx
pada LPG 100% semakin besar.
Analisis gas CO menggunakan gas analyzer
dengan menggunakan sensor elektrokimia. Pada tabel
5 terdapat hasil pengujian emisi gas CO. Dari datatersebut dapat disimpulkan bahwa semakin banyak
kandungan DME pada LPG maka emisi gas CO yang
dihasilkan dari proses pembakaran akan berkurang.
Reaksi yang terjadi sebagai berikut:
Gambar 6
Kurva% volume DME dalamLPG Vs Konsentrasi NO
2
Gambar 7
Kurva % DME dalam LPG Vs Konsentrasi gas CO
Tabel 5
Hasil uji gas emisi CO
Karbon monoksida dihasilkan dari pembakaran
tak sempurna dari senyawa karbon yang terjadi pada
proses pembakaran. Karbon monoksida terbentuk
apabila terdapat kekurangan oksigen dalam proses
pembakaran.
Reaksi diatas dapat terjadi saat keadaan oksigen
berlebih.
Untuk menganalisa faktor-faktor yang
mempengaruhi terbentuknya gas NOx, maka
digunakan teori dari Westenberg (1971) yang
mengatakan bahwa dalam keadaan steady state,
kecepatan pembentukan NO ditentukan dengan
persamaan sebagai berikut:
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 22/49
66
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 61 - 67
Dilihat dari rumus kimia masing-masing
gas, gas DME memiliki rumus kimia CH3-
O-CH3 dan LPG memiliki rumus kimia C
3H
8
(propana) dan C4H10 (butana).
Berdasarkan struktur kimianya, DME
memiliki kandungan unsur oksigen, (seki-
tar 35% berat) sehingga dapat mengurangi
terjadinya proses pembakaran yang tidak
sempurna akibat kekurangan oksigen. Oleh
KEPUSTAKAAN1. BPPT. (2009). Pemanfaatan Dimethyl Eter (DME) se-
bagai bahan pengganti LPG pada penggunaan Kompor
Rumah Tangga. BPPT Annual Report 2009.
2. Kadarwati, Sri. (2010). Kajian Penerapan SNI
7368:2007 Syarat Mutu Kompor Gas LPG Dan SNI
Terkait Lainnya Untuk Bahan Bakar Dimethyl Ether
(DME). Jurnal Standarisasi vol.12 No.2 tahun 2010.
3. LEMIGAS dan PT. Pertamina. (2009). Kajian
Pengujian Karakteritik Dan Kinerja DME dan LPG
mix DME Sebagai Substitusi LPG dan Blended LPG
Pada Penggunaan Kompor Rumah tangga. Jakarta:
Author.
Gambar 8
Struktu r kimia DME dan LPG (propana & butana)
Gambar 9
a.nyala api LPG 100%, b.nyala api DME 10%,
c.nyala api DME 20%, d.nyala api DME 35% dane.nyala api DME 50%
sebab itulah emisi gas CO yang dihasilkan dari proses
pembakaran campuran LPG-DME lebih rendah
dibandingkan gas LPG 100%.
Nyala api dari masing-masing gas dapat dilihat
pada gambar 9. Dilihat secara visual oleh mata da- pat diketahui bahwa nyala api yang dihasilkan oleh
campuran gas LPG dan DME lebih biru dibandingkan
dengan gas LPG 100%. Pada nyala apli gas LPG
100% terdapat warna kuning diujung lidah api.
Fenomena menunjukkan bahwa pembakaran yang
terjadi pada campuran LPG-DME lebih sempurna
dibandingkan pembakaran yang terjadi pada LPG
100%. Kandungan unsur O yang terdapat pada DME
membuat nyala api lebih sempurna karena pasokan
oksigen yang lebih banyak. Ketika partikel-partikel
karbon yang berpendar mencapai bagian puncak
nyala, hampir semuanya mendapatkan oksigen yang
memadai untuk terbakar.
Warna kuning yang timbul pada nyala api
disebabkan oleh udara tidak dapat mengalir cukup
cepat untuk membuat bahan bakar terbakar selu-
ruhnya menjadi karbon dioksida dan air. Di bawah
pengaruh panas, sebagian parafin yang tidak terbakar
terurai, antara lain menjadi partikel-partikel karbon
sangat kecil. Partikel-partikel ini, karena panas dari
pembakaran menjadi berpendar, membara dengancahaya berwarna kuning benderang.
IV. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan bahwa efek pe-
nambahan DME pada LPG dapat menurunkan emisi
gas buang S0x (22%), NOx (63%) dan CO (44%)
sampai dengan pencampuran DME (20%) pada
proses pembakaran burner . Masing-masing nyala
yang dihasilkan pada campuran gas LPG-DME lebih
biru dibandingkan gas LPG.
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 23/49
67
Pengaruh Penambahan Dimethyl Ether pada LPG terhadap Emisi Gas BuangHasil Proses Pembakaran Burner Industri Kecil (Cahyo Setyo Wibowo, dkk.)
4. M.Marchionna et al. (2008). Fundamental Investi-
gations on dimethyl ether (DME) as LPG Substitute
or Make-Up for Domestic Uses. Fuel Processing
Technology 89.1255-12615. Pertamina. (2009).Program Konversi Minyak Tanah
ke LPG.http://blog.unila.ac.id/redha/2009/11/19/
program-nasional-konversi-minyak-tanah-ke-lpg/
6. S.Lee, S.Oh, Y.Choi, K.Kang. (2011). Effect of n-
Butane and Propane on Performance and Emission
Characteristic of an SI Engine Operated with DME- blended LPG Fuel. Fuel 90. 1678-1680
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 24/49
69
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga (Lisna Rosmayati)
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan
Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah TanggaLisna RosmayatiPusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150
Teregistrasi I tanggal 25 Juni 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 20 Juli 2012
Disetujui terbit tanggal : 31 Agustus 2012
ABSTRAK
Spesifikasi bahan bakar LPG ( Lique fied Petroleum Gases) untuk rumah tangga yang ditentukan pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan batasan-
batasan komposisi hidrokarbon dan sifat fisika kimia LPG yang digunakan di dalam negeri. Parameter
yang ditetapkan adalah C2, C
3 , C
4 dan C
5, vapour pressure, weathering test, copper strip corrosion,
total sulfur dan kandungan air. Kualitas dan mutu LPG sebagai bahan bakar gas untuk rumah tangga
yang beredar di dalam negeri harus selalu dijaga untuk meningkatkan rasa aman dan meminimalkan
potensi bahaya dalam penggunaan bahan bakar tersebut. Monitoring LPG sebagai bahan bakar rumah
tangga ini akan melihat batasan-batasan komposisi hidrokarbon dan sifat fisika-kimia sampel LPG yang
dibandingkan atau disesuaikan dengan spesifikasinya. Sampel LPG diambil di beberapa depot, stasiun pusat
pengisian bulk LPG (SPPBE) dan agen di beberapa wilayah di Indonesia. Tulisan ini membahas kajian
komposisi hidrokarbon dan sifat fisika-kimia bahan bakar LPG rumah tangga terhadap spesifikasinya.
Adanya penyimpangan dalam batasan mutu komposisi LPG tersebut akan ditindaklanjuti terkait kegiatan
pengawasan mutu LPG oleh pihak yang berwenang.
Kata Kunci: LPG, komposisi, spesifikasi
ABSTRACT
LPG (Lique fied Petroleum Gases) speci fication is for residential determined by government regulation
that declares some limitation in LPG hydrocarbon composition and physical-chemical properties in
domestic. LPG speci fication covering C2, C3, C4 and C5, vapour pressure, weathering test, copper strip
corrosion, total sulphur and water content. Quality of LPG as gas fuel for residential should be maintained
to increase its safety and to minimize hazardous potential in using that LPG fuel. The laboratory result of
LPG monitoring is compared to LPG speci fication. LPG fuel samples were obtained from some depots,terminal, SPPBE ( LPG Bulk Filling Station) and agent in some location in Indonesia. This paper will
cover hydrocarbon composition, physical and chemical properties of LPG gas fuel refer to its speci fication.
Deviation in LPG quality will be warned by authority.
Keywords: LPG, composition, speci fication
I. PENDAHULUAN
LPG (liqui fied petroleum gas) adalah campuran
dari berbagai unsur hidrokarbon yang berasal dari gas
alam atau kilang crude oil. Dengan menambah teka-
nan dan menurunkan suhunya, gas berubah menjadi
cair. Komponennya didominasi propana (C3H
8) dan
butana (C4H
10). Elpiji juga mengandung hidrokarbon
ringan lain dalam jumlah kecil, misalnya etana (C2H
6)
dan pentana (C5H
12). Saat ini pemakaian bahan ba-
kar LPG untuk memenuhi kebutuhan energi rumahtangga terus meningkat, seiring dengan semakin su-
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 25/49
70
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 69 - 77
litnya pemenuhan energi di dalam negeri jika hanya
bergantung pada bahan bakar minyak. Untuk men-
dukung dan memenuhi kebutuhan energi tersebut,
perlu adanya penyediaan energi yang sesuai denganspesifikasi yang telah ditetapkan Dirjen Migas dan
merupakan salah satu upaya untuk meminimalkan
terjadinya potensi bahaya dalam penggunaannya.
Dalam kondisi atmosfer, LPG akan berbentuk
gas. Volume LPG dalam bentuk cair lebih kecil
dibandingkan dalam bentuk gas untuk berat yang
sama. Karena itu LPG dipasarkan dalam bentuk
cair dalam tabung-tabung logam bertekanan. Untuk
memungkinkan terjadinya ekspansi panas (thermal
expansion) dari cairan yang dikandungnya, tabung
LPG tidak diisi secara penuh, hanya sekitar 80-85%dari kapasitasnya. Rasio antara volume gas bila
menguap dengan gas dalam keadaan cair bervariasi
tergantung komposisi, tekanan dan temperatur, tetapi
biasanya sekitar 250:1.
LPG dipasarkan dengan cara disimpan sebagai
cairan bertekanan dalam tabung dengan spesifikasi
yang ketat, termasuk pembatasan tekanan uap gas
( Reid Vapour Pressure) dengan kisaran 6-7 kg/cm2.
Botol LPG yang beredar di Indonesia, dirancang
untuk tekanan kerja maksimum 8,6 kg/cm2. Mutu dan
kualitas LPG yang memenuhi spesifikasi merupakansyarat mutlak yang harus dipenuhi karena dengan
komposisi LPG yang memenuhi spesifikasi, maka
akan dihasilkan nilai kalor atau nilai panas yang
dibutuhkan dan menghindari kerusakan yang diaki-
batkan oleh mutu bahan bakar LPG yang keluar dari
spesifikasi (outspec). Mutu bahan bakar LPG yang
tersedia harus benar-benar baik dalam arti memiliki
dampak seminimal mungkin terhadap konsumen.
Untuk memonitor ketentuan spesifikasi ba-
han bakar agar penyediaan LPG yang bermutu dan
berkualitas sesuai dengan spesifikasi yang ditetap-kan pemerintah, maka sangatlah penting dilakukan
pemantauan atau pengawasan mutu LPG di seluruh
Indonesia. Evaluasi komposisi LPG ini dilakukan
dengan membandingkan hasil analisis sifat fisika
dan kimia percontoh LPG terhadap LPG reference
atau standar.
Monitoring mutu LPG untuk seluruh Indonesia
bertujuan untuk memantau mutu LPG yang meliputi
komposisi dan sifat fisika kimianya sebelum didistri-
busikan kepada konsumen sehingga dapat diketahui
apakah kualitas/mutunya telah sesuai atau tidak
dengan ketentuan pemerintah yang tercantum dalam
masing-masing spesifikasinya. Monitoring mutu
LPG ini juga merupakan upaya untuk melindungi
konsumen dan produsen dari kemungkinan penyim- pangan mutu LPG yang berdampak negatif terhadap
keselamatan pengguna LPG, terhadap lingkungan
dan peralatan.
II. BATASAN PENGUJIAN DALAM MONI-
TORING LIQUIFIED PETROLEUM GAS
(LPG)
Monitoring bahan bakar LPG rumah tangga
meliputi analisis komposisi dan sifat fisika-kimia
LPG, meliputi komposisi hidrokarbon, vapor pressure,
weathering test, copper strip corrossion, kadar airdan total sulfur. Spesifikasi LPG yang ditentukan
pemerintah berdasarkan Surat Keputusan Direktur
Jenderal Minyak dan Gas Bumi mensyaratkan
batasan-batasan komposisi hidrokarbon dan sifat
fisika kimia LPG yang digunakan di dalam negeri.
Parameter-parameter yang ditetapkan adalah
kandungan C2, C
3, C
4, dan C
5, vapour pressure,
weathering test, copper strip corrosion, total sulfur
dan kandungan air. Kegiatan dalam monitoring mutu
LPG meliputi pengujian terhadap parameter tersebut.
Spesifi
kasi LPG campuran yang dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini Direktur Jenderal Minyak
dan Gas Bumi mensyaratkan bahwa LPG tersebut
harus tidak mengandung air bebas (no free water )
secara visual.
Kandungan maksimum etana (C2) dalam
spesifikasi LPG adalah 0,2% volume. Sesuai
spesifikasi LPG, kandungan minimum propana
(C3) dan butana (C
4) adalah 97,5% volume. Sesuai
spesifikasi, kandungan maksimum pentana adalah
sebesar 2,0 % volume. Kandungan total sulfur di
dalam batasan spesifikasi LPG campuran yang
dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Minyak dan Gas
Bumi, memiliki batasan maksimum kandungan total
sulfur adalah 15 grain/100 cuft dengan catatan LPG
tersebut belum ditambah Etil atau butil merkaptan.
Kandungan total sulfur dalam Liqui fied Petroleum
Gas (LPG) dinyatakan dalam satuan grains/100
cuft.
III. DATA LABORATORIUM
Hasil analisa komposisi hidrokarbon dan sifat
fisika-kimia LPG yang akan dibahas dalam tulisan
ini merupakan sebagian dari hasil kegiatan monitor-
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 26/49
71
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga (Lisna Rosmayati)
ing atau evaluasi mutu LPG yang pelaksanaannya
dilakukan pada pertengahan tahun 2011.
A. Komposisi LPG di beberapa Depot dan Ter-
minal LPG
Berikut adalah tabel data laboratorium hasil
analisa komposisi LPG di beberapa depot dan termi-
nal LPG dengan hasil pengukuran nilai kalor kotor
dan nilai kalor bersihnya.
B. Komposisi LPG di beberapa SPPBE
Berikut adalah tabel data laboratorium hasil
analisa komposisi hidrokarbon LPG di beberapa SP-
PBE dengan hasil pengukuran nilai kalor kotor dan
nilai kalor bersihnya.
Tabel 1
Hasil analisa Komposisi LPG di beberapa Depot di Indonesia
Tabel 2
Analisa Si fat Fis ika-Kimia LPG di beberapa Depot di Indonesia
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 27/49
72
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 69 - 77
C. Komposisi LPG di beberapa Agen LPG
Berikut adalah tabel data laboratorium hasil
analisa komposisi hidrokarbon LPG di beberapa agen
LPG dengan hasil pengukuran nilai kalor kotor dan
nilai kalor bersihnya.
D. Spesifikasi mutu bahan bakar LPG
campuran
Terdapat 3 (tiga) jenis LPG di Indonesia yaitu
LPG propane, LPG butane dan LPG campuran. Ke-
tiga jenis LPG tersebut dibedakan atas komposisinya,
Tabel 3
Hasil analisa Komposisi LPG di beberapa SPPBE di Indonesia
Tabel 4
Analisa Si fat Fis ika-Kimia LPG di beberapa SPPBE di Indonesia
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 28/49
73
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga (Lisna Rosmayati)
karena berbeda komposisi maka tekanan uap, SG dan
nilai kalornya akan berbeda pula. Ketiga jenis LPG
tersebut dibedakan untuk peruntukan yang berbeda
pula. LPG yang umumnya digunakan untuk keper-
luan rumah tangga sebagai bahan bakar adalah jenis
LPG campuran, yaitu komponen utamanya adalah
campuran propane dan butane. Tabel 7 berikut ini
adalah table spesifikasi LPG yang dikeluarkan oleh
Direktorat Jenderal Migas terbaru pada tahun 2009.
Tabel 5
Komposisi hid rokarbon LPG di beberapa Agen
Tabel 6
Sifat Fisika-Kimia LPG di beberapa Agen
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 29/49
74
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 69 - 77
IV. EVALUASI DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi Komposisi Hidrokarbon dalam
LPG
Monitoring kualitas mutu LPG rumah tangga
sudah seharusnya dilakukan di seluruh wilayah In-
donesia yang dilakukan secara rutin minimal sekalidalam setahun untuk mengantisipasi sedini mungkin
gejala penyimpangan mutu atau kualitas LPG. Moni-
toring ini secara teknis dilakukan di beberapa Depot,
SPPBE (Stasiun Pengisian dan Pengangkutan Bulk
Elpiji) dan agen.
Hasil pengujian Liquefied Petroleum Gas
(LPG) campuran adalah meliputi tekanan uap, total
sulfur, kandungan air dan komposisi LPG seperti
etana, propana, propena, butana, butena dan pentana.
Kandungan maksimum etana (C2) dalam spesifikasi
LPG adalah 0,2% volume. Sesuai spesifikasi LPG,
kandungan minimum propana (C3) dan butana (C
4)
adalah 97,0 % volume. Sesuai spesifikasi, kandungan
maksimum pentana adalah sebesar 2,0% volume.
Etana merupakan senyawa hidrokarbon ringan
yang mempunyai titik didih dan energi per volume
lebih rendah dibandingkan dengan propana atau C3.
Sebagai gambaran, kandungan energi etana adalah
1618,7 Btu/ft3, sedangkan propana sebesar 2314,9
Btu/ft3. Oleh karena itu, LPG yang mengandung
etana dalam jumlah yang banyak atau melebihi
batas ketentuan yang ditetapkan akan mempunyai
kandungan energi yang lebih rendah. Spesifikasi LPG
menetapkan batasan kandungan C3 + C4 minimum
sebesar 97,0%Vol.
Nilai kandungan C3 + C4 merupakan penjumlahan
kandungan C3 (propana, propena) dan C
4 (butana
dan butene). Pengaruh adanya senyawa tidak jenuh(propena dan butena) dalam percontoh LPG dapat
diketahui dengan melihat kandungan energi masing-
masing komponen. Propana mempunyai kandungan
energi 2314,9 Btu/ft3, sedangkan propena 2182 Btu/
ft3. Rata-rata kandungan energi butana 3006 Btu/ft3,
sedangkan rata-rata kandungan energi butene adalah
2876 Btu/ft3. Jadi kandungan energi senyawa tidak
jenuh lebih rendah dari kandungan energi senyawa
jenuh dengan jumlah atom karbon yang sama dalam
senyawa tersebut. Olehkarenanya dengan adanya
senyawa tidak jenuh akan menurunkan kandungan
energi LPG.
Dilihat dari data pada tabel 1 hasil analisa
komposisi LPG, jumlah konsentrasi hidrokarbon C3
dan C4 dari beberapa depot dan terminal berada di atas
batasan minimum spesifikasi yang dipersyaratkan
yaitu 97,00% mol :
Dari hasil analisa komposisi, produk LPG dari
depot A berasal dari refining crude oil karena kom-
posisi hidrokarbon C3 dan C
4nya terdiri dari rantai
karbon jenuh dan tak jenuh. Selain Propana, juga
terdeteksi adanya propilena, 1-butena, Iso butilen dan
senyawa alkene lainnya. Sedangkan Depot B, termi-
Tabel 7
Standar Mutu Spesifi kasi Bahan Bakar LPG Campuran untuk rumah tangga
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 30/49
75
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga (Lisna Rosmayati)
nal C dan D gasnya dihasilkan dari hasil kondensasi
gas alam (Condensation of natural gas) karena tidak
ditemukan adanya senyawa alkena (hidrokarbon tak
jenuh) jumlah konsentrasi hidrokarbon C
3 dan C
4 dari
beberapa SPPBE juga berada di atas batasan minimum
spesifikasi yang dipersyaratkan yaitu 97,00% mol.
Begitu pula dengan jumlah konsentrasi hidrokarbon
C3 dan C
4 di beberapa agen di Indonesia.
Propana dan butana merupakan senyawa
kimia yang berbeda, tetapi keduanya merupakan
hidrokarbon jenuh (saturated ). Sifat keduanya
hampir mirip dan jika dicampur, keduanya tidak
bereaksi satu sama lain. Hanya saja butana bersifat
kurang volatile jika dibandingkan dengan propana. Nilai kalor propana dan butana hampir sama dan
dalam produk LPG untuk bahan bakar rumah tangga
(residensial), propana dan butana biasanya dicampur
dengan perbandingan tertentu untuk memperoleh
tekanan uap (vapor pressure) yang diperlukan oleh
pengguna (user ).
Kandungan hidrokarbon etana di depot, SPPBE
dan agen, umumnya lebih kecil dari batasan
maksimum spesifikasi yaitu 0,8% mol kecuali
terminal D sedikit lebih tinggi dari nilai maksimum
spesifikasi LPG yaitu 0,8635% mol. Kandungan
hidrokarbon etana dalam LPG harus dibatasi
karena akan berpengaruh langsung pada besarnya
nilai kalor dan vapor pressure produk LPG yang
dihasilkan. Konsentrasi etana yang tinggi dan
melebihi batas spesifikasi nilai etana yang telah
ditetapkan pemerintah akan menaikkan nilai tekanan
uapnya yang memiliki batasan maksimum 145.
Gambar 1
Konsentrasi campuran hidrokarbon C3+C4dalam LPG di Depot dan Terminal
Gambar 2
Konsentrasi campuran hidrokarbon C3+C4
dalam LPG di SPPBE
Kandungan hidrokarbon C5 da-
lam LPG di depot, SPPBE dan agen,
seluruhnya berada pada konsentrasi di
bawah batasan maksimum spesifikasi
yaitu 2,0% mol. Kandungan n-pentane,iso pentane dan neopentana dengan kon-
sentrasi yang melebihi batas maksimum
spesifikasi LPG, akan berpengaruh selain
pada besaran nilai kalornya, kemampuan
untuk terjadinya pembakaran memerlu-
kan entalpi yang lebih besar.
B. Evaluasi Sifat Fisika-Kimia LPG
Dalam monitoring mutu LPG, Sifat
fisika-kimia yang diuji adalah tekanan
uap ( Reid Vapor Pressure), Weathering
Test, Copper Strip Corrossion, kandun-
gan total sulfur dan kadar air.
Gambar 3
Konsentrasi campuran hid rokarbon C3+C4 dalam LPG
di Agen-agen di wilayah Indonesia
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 31/49
76
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 69 - 77
1. Reid Vapor Pressure (RVP)
Tekanan uap LPG merupakan indikasi
adanya komponen yang mudah menguap
dalam LPG. Tekanan uap LPG terkait
erat dengan ketahanan material tabung,
tangki penyimpan, container dan alat
rumah tangga untuk menjamin keamanan
dalam penggunaan produk LPG. Batas
maksimum RVP LPG pada 100oF dalam
spesifikasi adalah 145 psig. Hal ini berarti
RVP sampel LPG tidak diperbolehkan me-
lebihi batasan maksimum tersebut untuk
menjamin keamanan dan keselamatan
dalam penggunaan bahan bakar LPG.
Nilai RVP ini terkait erat dgn perbandin-gan komposisi propana dan butana yang
menjadi komponen utama dalam produk
LPG, dimana propana memiliki tekanan
uap yang lebih tinggi dari butana. Untuk
menurunkan nilai RVP LPG, kita dapat
menurunkan perbandingan konsentrasi
propananya.
Nilai RVP baik di Depot, terminal,
SPPBE dan Agen di beberapa wilayah di
Indonesia hasil monitoring 2011 masih be-
rada di bawah batasan maksimumnya yaitu
145 psig. Jika ada Depot, SPPBE dan Agen
yang memiliki parameter di luar spesifikasi
LPG, maka pihak yang berwenanglah yang
akan memberikan peringatan.
2. Weathering Test
Weathering test merupakan salah satu
parameter uji LPG untuk menentukan
adanya komponen LPG yang mudah
menguap. Batasan minimum spesifikasi
Gambar 4
Konsentrasi etana dalam LPG di Depot dan Terminal
Gambar 5
Konsentrasi C5 dalam LPG di Depot dan Terminal
adalah 95% vol pada suhu 36oF. Dari data laboratorium,
hasil analisa weathering test di Depot, Terminal,SPPBE dan Agen berkisar antara 98 dan 99% volume.
Dibandingkan dengan persyaratan minimalnya,
komposisi LPG yang terkandung di dalam tabung
masih masuk dalam persyaratan spesifikasi, artinya
kandungan komponen yg mudah menguap masih
berada dalam batasan spesifikasi.
3. Copper Strip Corrossion
Nilai Copper Strip Corrossion sampel LPG dari
Depot, Terminal, SPPBE dan Agen menunjukkan
bahwa komposisi LPG tidaklah bersifat korosif, dili-
hat dari hasil laboratorium menunjukkan nilai 1a dan1b. Dalam spesifikasi dicantumkan bahwa nilai Cop-
per Strip Corrossion tidak boleh lebih dari 1. Nilai
yang lebih dari 1 menunjukkan hasil yang off spec
dan berarti komposisi LPG tersebut bersifat korosif.
Korosifitas LPG dikaitkan pula dengan kandungan
kadar air dan total sulfurnya.
4. Total Sulfur
Kandungan sulfur dalam LPG merupakan salah
satu parameter yang menunjukkan sifat korosif. Tu-
juannya untuk mengetahui kandungan total sulfur
dalam LPG pada konsentrasi yang cukup rendah,
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 32/49
77
Kajian Komposisi Hidrokarbon dan Sifat Fisika-Kimia LPG untuk Rumah Tangga (Lisna Rosmayati)
lalu dibandingkan dengan spesifikasi. Seperti telah
diketahui bahwa kandugan sulfur dapat menyebab-
kan terjadinya korosi pada logam. Dalam spesifikasi
Dirjen Migas, nilai maksimum dari total sulfur adalah15. Sampel LPG di Depot menunjukkan bahwa total
sulfur LPG berkisar 0,67 sampai dengan 4,07. Di
SPPBE berkisar 0,01 s/d 6,56 dan di agen berkisar
0,02 s/d 1,40. Secara keseluruhan, hasil analisa total
sulfur LPG di 12 lokasi pengambilan sampel tidak
bersifat korosif.
5. Kadar Air
Kadar air dalam komposisi LPG juga sangatlah
perlu diperhatikan karena adanya uap air dalam
LPG dengan konsentrasi yang signifikan akan
mengakibatkan kerusakan peralatan karena dapat
be reaks i de ngan kandunga n sul fu r seh ingga
membentuk asam sulfat yang sangat korosif pada
tabung dan bersifat racun. Hasil data laboratorium
menunjukkan tidak adanya kandungan uap air dalam
LPG di Depot, Terminal, SPPBE dan agen.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Parameter C2 (etana), C
3 (propana), C
4 (butana),
C5 (pentana), vapour pressure (RVP), weathering
test, copper strip corrosion, total sulfur dan
kandungan air merupakan parameter yangmewakili persyaratan kualitas dan mutu LPG
sebagai bahan bakar gas untuk rumah tangga.
2. Jumlah konsentrasi hidrokarbon C3dan C
4 dari
beberapa depot, terminal, SPPBE dan agen
di Indonesia berada di atas batasan minimum
spesifikasi yang dipersyaratkan yaitu 97,00%
mol .
3. Dari hasil analisa komposisi, produk LPG dari
depot A berasal dari re fining crude oil karena
komposisi hidrokarbon C3 dan C
4nya terdiri
dari rantai karbon jenuh (alkana) dan tak jenuh(alkena). Sampel LPG di Depot A selain propana,
juga terdeteksi adanya propilena, 1-butena, Iso
butilen dan senyawa alkena lainnya. Sedangkan
Depot B, terminal C dan D gasnya dihasilkan
dari hasil kondensasi gas alam (Condensation
of natural gas) karena tidak ditemukan adanya
senyawa alkena (hidrokarbon tak jenuh).
4. Kandungan hidrokarbon etana di depot, SPPBE
dan agen, umumnya lebih kecil dari batasan
maksimum spesifikasi yaitu 0,8% mol kecuali
terminal D sedikit lebih tinggi dari nilai maksimumspesifikasi LPG yaitu 0,8635% mol.
5. Kandungan hidrokarbon C5 dalam LPG di
depot, SPPBE dan agen, seluruhnya berada
pada konsentrasi di bawah batasan maksimum
spesifikasi yaitu 2,0% mol.
6. Hasil monitoring sifat fisika dan kimia LPG
menunjukkan tidak ada penyimpangan dari
spesifikasi LPG yang ditetapkan pemerintah.
7. Jika ditemukan adanya analisis sampel yang tidak
memenuhi spesifikasi yang telah ditentukan,akan dilaporkan kepada pihak yang berwenang
dan selanjutnya akan ditindaklanjuti untuk
pemberian peringatan pada pihak terkait.
8. Monitoring kualitas mutu LPG rumah tangga
sangat penting dilakukan secara rutin di seluruh
wilayah Indonesia minimal sekali dalam setahun
untuk mengantisipasi sedini mungkin gejala
penyimpangan mutu atau kualitas LPG.
KEPUSTAKAAN
1. ASTM D 2163-07 Standard Test Method for Deter-
mination of Hydrocarbons in Liquefied Petroleum
(LP) Gases and Propane/Propene Mixtures by Gas
Chromatography
2. ASTM D 1267-02 (reapproved 2007) Standard Test
Method for gage Vapor Pressure of Liquefied Petro-
leum (LP) Gases
3. ASTM D 1838-03 Standard Test Method for Copper
Strip Corrosion by Liquefied Petroleum (LP) Gases
4. ASTM D 1142-95 (reapproved 2006) Standard Test
Method for Water Vapor Content of Gaseous Fuels by Measurement of Dew-Point Temperature
5. ISO 19739 Natural Gas-Determination of sulphur
compounds using gas chromatography
6. Pengawasan Mutu Gas Bumi dan Liquefied Petroleum
(LP) Gases, Workshop PPPTMGB “LEMIGAS” Ja-
karta, Mei 2007
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 33/49
79
Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8KVA Berbahan Bakar Campuran DME-LPG (Maymuchar)
Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8 KVA
Berbahan Bakar Campuran DME-LPGMaymucharPusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150
Teregistrasi I tanggal 2 Agustus 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 23 Agustus2012
Disetujui terbit tanggal: 31 Agustus 2012
ABSTRAK
Dimetil eter (DME) memiliki karakteristik yang hampir sama dengan LPG. Dengan kemiripin tersebut
DME dapat dijadikan sebagai bahan bakar yang dapat dalam bentuk campuran dengan LPG bahkan dapat
menggantikan LPG sepenuhnya. Untuk mengetahui sejauh mana DME dapat berperan sebagai bahan bakar
pengganti LPG, maka perlu dilakukan pengujian. Pengujian pada penelitian ini dilaksanakan terhadap
mesin pembangkit listrik (generator) berkapasitas 4.8 KVA berbahan bakar LPG. Variasi campuran DME
pada LPG pada penelitian ini adalah 10%, 20%, 30% 40%, dan 50% dan variasi pembebanan dari 500
sampai dengan 4.500 watt. Parameter pengujian kinerja mesin penggerak generator ini dilakukan dengan
mengamati emisi gas buang seperti CO, CO2, HC dan NOx serta secara kualitatif kestabilan operasi mesin.
Hasil pengukuran menunjukkan bahwa rata-rata emisi CO2 mengalami peningkatan dengan bertambahnya
komposisi DME pada setiap kenaikan beban. Sedangkan emisi CO dan HC mengalami penurunan padakondisi tersebut. Emisi NOx juga mengalami peningkatan dengan penambahan komposisi DME dan setiap
kenaikan beban. Operasi mesin tidak stabil terjadi pada kondisi pembebanan 4.000 watt dengan komposisi
DME 50% dalam LPG.
Kata Kunci: DME, LPG, mesin pembangkit listrik
ABSRACT
Dimethyl Ether (DME) has similar characteristics to LPG. DME can be used either as fuel in the
form of a mixture with LPG or even as a fuel substitute LPG completely. In order to find out the extent of
DME’s role as an alternative fuel replacing LPG, a test should be carried out.The test was carried out on
engine power (generator) with the capacity of 4.8 KVA LPG fuel. The variaty on LPG DME mixture in this
study were 10%, 20%, 30% 40%, and 50% and the variaty of electrical load from 500 watt up to 4.500
watt. The testing parameter for the generator engine performance was done by observing the emissions of
CO, CO2 , HC and NOx as well as the engine operation stability qualitatively. The result of the test on the
average CO2 emissions shows that the emmission increases for every addition of DME at the increasing
of electrical load, on the other hand CO emmision and HC concentration decreases. NOx also increases
for every addition of DME at the increasing of electrical load. The engine is unstable at the 4.000 watt
eletrical load with 50% DME compotition in LPG.
Keywords: DME, LPG, engine generator
A. PENDAHULUAN
Kebijakan Energi Nasional (KEN) sebagaimana
tertuang dalam Peraturan Presiden RI Nomor 05
Tahun 2006 memberikan panduan diversi-
fikasi energi dengan mengembangkan energialternatif. Dimethylether (DME) adalah
bahan bakar yang memiliki sifat yang mirip
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 34/49
80
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 79 - 84
dengan LPG mempunyai potensi cukup besar untuk
dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai bahan bakar pengganti atau campuran dengan LPG.
Pemanfaatan bahan bakar gas memegang peranan
penting dalam menyukseskan program langit biru.
Selain bahan bakar gas produk dari gas bumi, DME
(Dimethyl Ether) merupakan bahan bakar gas yang
dewasa ini menjadi suatu alternatif energi yang dapat
mensubstitusikan peranan bahan bakar gas lainnya
seperti LPG, LNG maupun CNG. Hal tersebut di-
sebabkan terutama oleh karakteristiknya yang mirip
dengan LPG. DME selain dapat diproduksi dari
bahan bakar fosil yaitu gas bumi - yang dalam tahun-
tahun belakangan ini pertambahan produksi gas
bumi nasional tidak signifikan dengan peningkatan
konsumen bahan bakar gas - juga bisa diproduksi dari
gasifikasi batubara yang secara nasional cadangan-
nya masih berlimpah serta dapat pula diproduksi
dari biomassa. Selain pabrik DME yang sudah ada,
2 pabrik DME dengan kapasitas 800 juta ton dan
150.000 ton - 200.000 ton DME per tahun akan
didirikan di Indonesia. Pabrik DME yang ada saat
ini memproduksi DME sebagai bahan baku aerosol
dan kosmetik.
Suksesnya konversi minyak tanah kebahan bakar
LPG memberi dampak Indonesia terpaksa harus
meng-impor LPG lebih dari 700 ribu ton pertahun.
Maka dengan adanya DME yang juga dapat men-
substitusi atau dicampurkan dengan LPG dan LGV,
diharapkan Indonesia bisa mengurangi bahkan tidak
lagi meng-impor LPG untuk memenuhi kebutuhan
domestik. DME-LPG mix adalah bahan bakar yang
merupakan campuran DME dan LPG pada be-
berapa variasi komposisi. Pemanfaatan DME juga
merupakan implementasi dari Peraturan Presiden
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2006 Bab I Pasal1 ayat 7, tentang konservas energi yaitu penggunaan
energi secara efisien dan rasional tanpa mengurangi
penggunaan energi yang memang diperlukan.
Penelitian pemanfaatan DME-LPG mix di-
B. BAHAN DAN METODOLOGI
1. Bahan
Penelitian dilaksanakan dengan persiapan bahan
bakar uji berupa LPG dan DME murni. Bahan bakar
LPG yang digunakan dalam pengujian ini adalah LPG
yang dipergunakan untuk kebutuhan rumah tangga
dan diperoleh dari Stasiun Pengisian Bahan Bakar
Elpiji (SPBE) sedangkan DME diperoleh dari pabrik
DME di Indonesia yaitu PT Bumi Tangerang Gas
Industri, yang saat ini memproduksi DME sebagai
bahan aerosol dan kosmetik.
Campuran LPG mix DME dengan berbagaivariasi dapat diperoleh dengan menggunakan satu
unit instalasi yang terdiri dari pompa membran,
perpipaan dan tabung gas. Sebelum pengujian di-
laksanakan pada mesin generator, bahan bakar LPG,
DME dan campurannya perlu diuji sifat-sifat fisika
kimianya dengan metode uji standar ASTM dan/
atau metode uji baku lainnya. Dalam penelitian ini
besarnya komposisi DME yang digunakan adalah
10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.
2. Metodologi
Masing-masing campuran LPG mix DME akandiaplikasikan pada mesin pembangkit listrik yang
diberi beban bervariasi mulai dari 500 sampai dengan
4500 watt. Pembangkit listrik yang dipakai dalam
studi ini adalah bermerek Krisbow LPG Generator
yang spesifikasinya ditunjukkan dalam Tabel 1,
sedangkan bentuk visualisasinya dapat dilihat pada
Gambar 1. Parameter yang diamati pada pemanfaatan
bahan bakar ini adalah emisi gas buang, kestabi-
lan operasional mesin dan kemudahan dinyalakan
( start ).
Evaluasi kinerja pada generator dilakukan denganmembandingkan hasil uji kinerja mesin pembangkit
listrik berbahan bakar LPG dengan kinerja mesin
pembangkit listrik berbahan bakar campuran DME
dalam LPG pada beberapa komposisi.
maksudkan untuk mempelajari pen-
garuh pemakaian beberapa variasi
campuran DME dalam LPG pada
kinerja mesin pembangkit listrik
skala kecil berkapasitas 4,8 KVA.
Parameter yang diamati pada peman-
faatan bahan bakar ini adalah emisigas buang, kestabilan operasional
mesin dan kemudahan start
Tabel 1
Spesifikasi mesin pembangkit listrik
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 35/49
81
Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8KVA Berbahan Bakar Campuran DME-LPG (Maymuchar)
Gambar 1 menunjukan mesin pembangkit listrik
yang digunakan sebagai mesin uji.
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Karakteristik Fisika Kimia LPG, DME dan
Campurannya
Hasil pengujian sifatfisika dan kimia bahan bakar
uji baik LPG dan DME murni serta beberapa variasi
campuran LPG mix DME dapat dilihat pada Tabel
2. LPG yang digunakan pada pengujian ini telah
sesuai dengan spesifikasi sedangkan karakteristik
DME untuk beberapa parameter pengujian juga telahsesuai dengan spesifikasi LPG kecuali parameter
komposisi, begitu juga dengan LPG mix DME hasil
pencampuran.
Spesi fic gravity dan vapour pressure campuran
LPG mix DME mengalami peningkatan dengan
penambahan kadar DME dalam LPG, dikarenakan
sifat speci fic gravity dan vapour pressure yang dimi-
liki DME lebih besar dari LPG. Peningkatan kedua
karakteristik pada campuran LPG mix DME ini masih
dalam batasan maksimal spesifikasi LPG.
Karakeristik lain seperti cooper corrosion tidak
mengalami perubahan dengan bertambahnya jumlah
DME dalam LPG, sebab kandungan unsur yang
bersifat korosif dalam DME sangat kecil sekali
sehingga tidak mempengaruhi penambahan DME
sampai 50%.
2. Emisi Gas Buang Mesin Generator
Dalam penelitian ini pengukuran unjuk kerjamesin generator dilakukan dengan mengamati
perubahan pada emisi gas buang seperti CO, CO2,
HC dan NOx. Selain itu diamati juga secara kuali-
tatif kestabilan operasi mesin pembangkit listrik dan
kemudahan penyalaan awal.
Emisi gas buang merupakan cerminan dari
proses pembakaran yang berlangsung di ruang bakar
mesin. Pembakaran yang baik akan menghasilkan
emisi CO2 yang lebih besar serta emisi CO dan HC
yang lebih rendah.
Gambar 1
Mesin Uji
Tabel 2
Hasil pengujian fisika kimia LPG, DME dan LPG mix DME
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 36/49
82
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 79 - 84
Dari hasil pengamatan pada pengujian ini diper-
oleh bahwa emisi hidrokarbon (HC) yang dikeluarkanoleh mesin generator memiliki kecenderungan akan
berkurang dengan penambahan DME tetapi kon-
sentrasi HC meningkat sampai pada beban tertentu
dan selanjutnya menurun pada setiap penambahan
beban. Penurunan rata-rata emisi HC pada semua
beban masing masing adalah 38,5%, 59,5%, 173%,
216.3%, 219,2% untuk komposisi DME 10%, 20%,
30%, 40% dan 50%. Pola emisi HC yang dihasilkan
mesin pembangkit listrik ini ditunjukkan dalam
Gambar 2.
Pada pengamatan emisi NOx yang dihasilkan
oleh mesin generator terlihat bahwa konsentrasi emisi
NOx akan meningkat dengan penambahan beban dan
penambahan konsentrasi DME pada campuran LPG
mix DME. Peningkatan rata-rata emisi NOx pada
semua beban masing masing adalah 23%, 36%, 57%,
66%, dan 64% untuk komposisi DME 10%, 20%,
30%, 40% dan 50%. Gambar 3 menunjukkan emisi
Nox yang dihasilkan mesin uji untuk setiap kenaikan
beban dan komposisi DME dalam LPG.
Emisi CO yang dikeluarkan oleh mesin pem-
bangkit listrik yang berbahan bakar LPG mix DME
menunjukan kecenderungan menurun dengan se-
makin besarnya konsentrasi DME dalam campuran
LPG dan semakin besarnya beban yang diberikan.
Penurunan rata-rata emisi CO pada semua beban
masing masing adalah 38%, 77%, 109%, 140%,
144% untuk konsentrasi DME 10%, 20%, 30%, 40%
dan 50%. Gambar 4 menunjukkan hasil pengukuran
emisi CO yang dihasilkan oleh generator.
Fenomena yang berlawanan terjadi pada emisi
CO2 dimana konsentrasi emisi CO
2 dalam gas buang
ini semakin meningkat dengan bertambahnya beban
dan meningkatnya konsentrasi DME dalam LPG.
Kecenderungan ini dapat terjadi karena dalam proses
pembakaran yang lebih baik akan menghasilkan
emisi CO yang rendah dan emisi CO2 yang lebih
tinggi. Peningkatan rata-rata konsentrasi emisi CO2
pada semua beban masing masing adalah 14%, 14%,
15%, 23%, 31% untuk komposisi DME 10%, 20%,
30%, 40% dan 50%.
Dari hasil pengukuran emisi gas buang menun-
jukkan bahwa emisi CO dan HC mengalami penu-
runan sedang emisi CO2 mengalami kenaikan. Kom-
posisi emisi gas buang seperti ini mengidentifikasikan bahwa terjadi pembakaran yang lebih baik dengan
penambahan DME dalam LPG. Adanya oksigenat
Gambar 2
Emisi HC yang dihasilkan mesin generator
Gambar 3
Grafik Emisi NOx
Gambar 4
Grafik Emisi CO
pada senyawa DME membantu memperbaiki proses
pembakaran di ruang bakar mesin. Kondisi ini ini
juga ditunjukan dengan kestabilan operasi mesintetap terjaga dengan penambahan beban. Perbedaan
waktu penyalaan yang tidak signifikan menunjukkan
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 37/49
83
Kinerja Mesin Penggerak Generator 4,8KVA Berbahan Bakar Campuran DME-LPG (Maymuchar)
bahwa kandungan DME tidak mempengaruhi proses
penyalaan awal mesin.Akan tetapi terjadi kondisi yang kurang baik
yaitu terjadinya peningkatan emisi NOx. Pening-
katan emisi NOx ini disebabkan tingginya kadar O2
dan temperatur yang tinggi di ruang bakar. Adanya
penambahan komposisi DME akan mengakibatkan
semakin banyaknya kandungan O2 dalam proses
pembakaran sehingga terdapat kelebihan O2 yang
tidak bereaksi dengan bahan bakar. Dalam kondisi
normal nitrogen adalah gas inert yang sangat stabil,
tetapi dalam kondisi temperatur tinggi dan tekanan
tinggi dalam ruang bakar nitrogen akan sangat mudah berikatan dengan O
2. Salah satu penyebab temperatur
tinggi terjadi dalam ruang bakar adalah perbandingan
udara dan bahan bakar yang terlalu kurus yang berarti
O2 terlalu banyak dalam AFR.
3. Kemudahan Mesin Dinyalakan
Selain parameter unjuk kerja diatas, pada
pengujian ini juga diamati kemudahan generator
untuk dioperasikan (di- start ) dan kestabilan pada
saat terjadi penambahan beban. Hasil pengamatan
terhadap kemudahan start dapat dikatakan bahwatidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk
masing-masing bahan bakar uji yaitu sekitar 1,4 -
2,3 detik.
4. Kestabilan Operasi Mesin Generator
Pengamatan terhadap kestabilan operasi generator
dilakukan secara kualitatif yaitu dengan mengamati
kestabilan operasi mesin generator pada setiap
beban. Dari hasil pengamatan kestabilan generator
yang beroperasi dengan bahan bakar LPG mix DME
menunjukan bahwa untuk komposisi DME 10% sam- pai dengan 40%, generator dapat beroperasi dengan
baik dan stabil pada semua beban (500-4.500 Watt).
Akan tetapi untuk campuran 50% DME, genera-
tor beroperasi tidak stabil mulai pada beban 4.000
Watt.
Kondisi operasi yang tidak stabil pada peningkatan
konsentrasi DME dalam LPG akan menyebabkan
penurunan nilai kalori bahan bakar campuran ini.
Kalori yang dikandung DME lebih kecil dibanding-
kan LPG yaitu 6900 kCal/kg sedang LPG memiliki
nilai kalori sebesar 11.000 – 12.000 kCal/kg sehingga bahan bakar campuran ini tidak cukup energi untuk
menahan beban sampai dengan 4.000 watt.
D. KESIMPULAN
Dari hasil pengujian campuran bahan bakar DME
pada LPG terhadap kinerja mesin pembangkit listrik
skala kecil dapat disimpulkan bahwa:
1. Bahan bakar LPG mix DME dapat digunakan
sebagai bahan bakar alternatif mesin pembang-
kit listrik skala kecil untuk menggantikan bahan
bakar LPG maupun bahan bakar minyak se-
hingga konsumsi bahan bakar LPG akan semakin
berkurang.2. Beberapa keuntungan yang didapat dari penggu-
naan bahan bakar LPG mix DME untuk mesin
pembangkit listrik skala kecil dibandingkan
dengan penggunaan bahan bakar LPG antara lain
yaitu :
- Emisi CO2 yang dihasilkan lebih tinggi untuk
semua pembebanan dan semua komposisi DME
dalam campuran LPG. Peningkatan rata-rata emisi
CO2 pada semua beban masing masing 14%,
14%, 15%, 23%, 31% untuk komposisi DME
10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.- Emisi beracun CO yang dihasilkan lebih rendah
untuk semua pembebanan dan semua komposisi
DME dalam campuran LPG. Penurunan rata-rata
emisi CO pada semua beban masing masing 38%,
77%, 109%, 140%, 144% untuk komposisi DME
10%, 20%, 30%, 40% dan 50%.
- Emisi beracun HC yang dihasilkan lebih rendah
untuk semua pembebanan dan semua komposisi
DME dalam campuran LPG. Penurunan rata-
rata emisi HC pada semua beban masing masing
38,5%, 59,5%, 173%, 216.3%, 219,2% untukkomposisi DME 10%, 20%, 30%, 40% dan
50%.
Gambar 5
Grafik Emisi CO2
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 38/49
84
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 79 - 84
- Pada umumnya operasi mesin pembangkit listrik
tetap stabil untuk semua pembebanan dan semuakomposisi DME dalam campuran LPG, kecuali
untuk komposisi 50% dan beban 4.000 dan 4.500
watt.
- Penambahan komposisi DME dalam LPG
tidak mempengaruhi secara signifikan untuk
menghidupkan awal mesin pembangkit listrik.
3. Sedangkan kelemahan pada penggunaan bahan
bakar LPG mix DME untuk mesin pembangkit
listrik skala kecil dibandingkan dengan bahan
bakar LPG antara lain:
- Emisi NOx yang dihasilkan lebih tinggi untuksemua pembebanan dan semua komposisi DME
dalam campuran LPG. Dengan temperatur operasi
yang tinggi maka mesin pembangkit listrik ini
tidak dapat dioperasikan lebih lama. Peningkatan
rata-rata emisi NOx pada semua beban masing
masing 23%, 36%, 57%, 66%, dan 64% untuk
komposisi DME 10%, 20%, 30%, 40% dan
50%.
- Semakin besar kandungan DME dalam LPG me-
nyebabkan penurunan nilai kalori, sehingga tidak
mampu menahan beban yang lebih tinggi.
KEPUSTAKAAN
1. Bartok. W, Sarofin Adel. F, 1991, ”Fossil Fuel
Combustion”, A Wiley-interscience Publication, John
Wiley & Son Inc, Canada
2. Christopher F, Blazek , 1980, ”Use of Alternative
Fueled Vehicles, Institute of Gas Technology, Chicago,
Illinois, USA
3. Dirjen MIGASmenurut SK Ditjen No. 25 K/36/
DDJM/1990, ” Spesifikasi LPG mix”, 1990
4. Heywood, John B, 1989, “Internal Combustion
Engine Fundamentals”, McGraw Hill, International
Edition, Singapore
5. Japan DME Forum (JDF), DME Handbook, Ohmsha,
2007, Tokyo
6. Owen Keith, Coley Trevor, 1985, “Automatic Fuels
Reference Book”, SAE Inc, Warrentale,
7. Pallawagau La Puppung, 1986, Penggunaan LPG
sebagai Bahan Bakar untuk Motor Bakar, Pusat Pe-
nelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak danGas Bumi “LEMIGAS”, Jakarta
8. Proceeding 7th Asian DME Conference, DME, Toki
Messe Niigata Convention Centre, 2011, Japan
9. PT PLN JASDIKLAT. (1997). Generator. PT PLN
Persero. Jakarta
10. Strehlow Roger. A, 1985, “Combustion Fundamen-
tals, McGraw Hill, International Edition, Singapore.
11. Van Der Weide, et.al, 1981, Gaseous Fuels for Inter-
nal Combustion Engines, Internal Agency, New Enegy
Conservation Technologies and Their Commercializa-
tion, Vol 2, Springer-Verlag, Berlin Heidelberg, NewYork
12. http://www.gasifikasibatubara.com/berita/berita-
gasifikasi-batubara/59-pt-pertamina-serap-dme-17-
juta-tontahun
13. http://industri.kontan.co.id/news/ferrostaal-siap-
investasi-us-900-juta-di-papua
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 39/49
85
Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan (Djoko Sunarjanto)
Eksplorasi dan Pengembangan Migas
Non-Konvensional Ramah LingkunganDjoko SunarjantoPusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Minyak dan Gas Bumi “LEMIGAS”
Jl. Ciledug Raya Kav. 109, Cipulir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan
Telepon: 62-21-7394422, Fax: 62-21-7246150
Email: [email protected]
Teregistrasi I tanggal 6 Juli 2012; Diterima setelah perbaikan tanggal 25 Juli 2012
Disetujui terbit tanggal : 31 Agustus 2012
ABSTRAK
LEMIGAS sebagai lembaga litbang milik pemerintah telah mengawali pengembangan Gas Metana
Batubara (GMB) di Indonesia. Kegiatan ini telah berhasil dengan baik dan diikuti dengan ditanda-tanganinya
sebanyak 50 kontrak kerjasama pengembangan GMB selama kurun waktu lima tahun terakhir (2008-2012).
Pada akhir tahun 2011, telah berhasil mengkonversi GMB menjadi tenaga listrik yang ramah lingkungan
dalam program CBM to power . Analisis komparatif mengikuti sukses eksplorasi GMB LEMIGAS, saat ini
sedang dilakukan penelitian shale gas di dua cekungan migas, di Cekungan Sumatra Utara dan Cekungan
Barito. Dari ke dua cekungan tersebut akan dipilih satu cekungan untuk dilakukan uji coba ( pilot test )
dengan tujuan untuk mengetahui dapat tidaknya potensi shale gas di cekungan tersebut dikembangkan
dalam skala komersial. Diharapkan GMB, shale gas/oil, tight sand gas segera dapat dikembangkan guna
mulai menggantikan migas konvensional.
Kata kunci: eksplorasi, migas non-konvensional, lingkungan
ABSTRACT
LEMIGAS as the government research and development institutions has initiated the development of
Coal Bed Methane (CBM) in Indonesia. This activities has worked well and was followed by the signing
of 50 Production Sharing Contracts of CBM development during the period of five years (2008-2012).
At the end of 2011, has managed to convert CBM into electricity is environment friendly in the CBM to
Power program. Comparative analysis with following the successful exploration of CBM LEMIGAS,
currently is conducted research on shale gas in two oil and gas basins, in the North Sumatra Basin and
Barito Basin. Of the two basins one will be selected as a pilot basin for trials, conducted with the aim to
determine whether or not the potential of shale gas in the basin can be developed on a commercial scale.
Expected coal methane gas, shale gas/oil, tight sand gas can be developed to initiate the replacement of
conventional oil and gas.
Keywords: exploration, non-conventional oil and gas, environment
I. PENDAHULUAN
Pengelolaan minyak dan gas bumi (migas) serta
batubara khususnya gas non-konvensional dengan
cerdas dan efisien merupakan bagian penting untuk
terlaksananya pembangunan nasional berkelanju-
tan. Muaranya agar dapat menunjang terwujudnya
suatu masyarakat adil dan makmur yang merata dan
seimbang. Pemanfaatan migas dan batubara pada
dasarnya bertujuan untuk sebesar-besar kesejahteraan
dan kemakmuran bangsa Indonesia, sehingga bangsa
Indonesia dapat sejajar dengan bangsa-bangsa lain
yang sudah maju.
Tersedia cukup banyak reservoar gas non-
konvensional yang terpendam di bawah permukaan
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 40/49
86
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 85 - 93
bumi. Indonesia memiliki total sumberdaya GMB
sebesar 453,30 TCF dan shale gas sebesar 570
TCF (Ditjend Migas 2012). Sumberdaya gas non-
konvensional yang telah diketahui adalah sumber-daya gas yang berasal dari batubara dan sumber-
daya minyak dan gas bumi yang terjebak di dalam
batuan serpih (shale) tertentu. Khusus yang terakhir,
keberadaannya dianggap banyak karena di Indonesia
sedikitnya telah terbukti memiliki lebih dari 20
cekungan hidrokarbon dan 15 cekungan diantaranya
telah diklasifikasikan sebagai cekungan proli fic untuk
produksi minyak dan gas bumi konvensional.
Kebutuhan gas domestik yang terus meningkat
dan tantangan untuk mengurangi ketergantungan
pada konsumsi minyak bumi tentunya harus disikapidengan melakukan eksplorasi dan pengembangan
sumberdaya gas, termasuk gas non-konvensional.
Energi yang dikenal ramah lingkungan menjadi ke-
untungan lain bagi pelestarian lingkungan yang tidak
ternilai secara nominal. Selain sumber energi fosil,
inovasi harus terus dilakukan guna mengolah sumber
energi non fosil dan mewujudkannya menjadi sebuah
sumber energi murah yang bisa dikembangkan untuk
saat ini hingga masa depan.
Pemerintah fokus pada pengembangan sumber-
sumber gas baru non konvensional seperti GasMetana Batubara (GMB) dan shale gas. Kepu-
tusan Menteri Pertambangan dan Energi Nomor:
1669K/30/MPE/1998 menjadi awal landasan hukum
tentang Pelaksanaan Pengembangan GMB. Kemu-
dian Tahun 2006 dikeluarkan Peraturan Menteri
Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor: 33 Tahun
2006 tentang pengusahaan GMB, sebagai landasan
hukum untuk mengembangkan bisnis GMB di Indo-
nesia. Tahun 2012 direncanakan diterbitkan peraturan
tentang pengembangan shale gas termasuk ketentuan
investasinya.
II. PERMASALAHAN DAN METODA
ANALISIS
A. Permasalahan Migas Non-konvensional
Kondisi geologi di Indonesia dikenal cukup
kompleks. Namun secara struktur geologi, stratigrafi,
thermal, kualitas dan kuantitas material organik me-
mungkinkan dijumpainya shale gas reservoir yang
dapat diproduksi secara ekonomis. Namun masih
diperlukan usaha-usaha dalam rangka penemuan
cadangan gas dari shale gas reservoir . Reservoar
tersebut merupakan reservoar non-konvensional
selain dari reservoar konvensional yang selama ini
sudah dikembangkan.
Percepatan eksplorasi dan pengembangan gasnon-konvensional sudah sering diusulkan oleh
berbagai pihak. Direktorat Jenderal Migas seba-
gai regulator sudah menyiapkan kebijakan untuk
pengembangannya. Sedangkan Badan Penelitian
dan Pengembangan ESDM sudah melakukan pilot
project pemboran eksplorasi dan produksi Gas
Metana Batubara (GMB). Optimasi eksplorasi dan
pengembangan GMB, shale gas/oil, tight sand gas
sebagai upaya atau mencari alternatif solusi guna
mulai menggantikan migas konvensional.
B. Metoda Analisis
Untuk memecahkan permasalahan eksplorasi
dan pengembangan gas non-konvensional, dilaku-
kan dengan berbagai cara termasuk penelitian dan
pengkajian. Salah satunya adalah analisis komparatif
antara eksplorasi GMB, dan shale gas/pasir gas guna
mengembangkan gas non-konvensional pada waktu
yang akan datang. Kompilasi hasil penelitian tentang
GMB sudah dilakukan pada awal kegiatan eksplorasi
shale gas. Hasil identifikasi awal dan kompilasi lapo-
ran terdahulu disusun menjadi suatu tinjauan (review)untuk eksplorasi shale gas. Selanjutnya berdasarkan
pengalaman pada waktu eksplorasi GMB, tahun 2011
sudah dilakukan eksplorasi di 2 (dua) wilayah yang
memiliki potensi shale gas, yaitu Cekungan Sumatra
Utara dan Cekungan Barito Kalimantan Selatan.
III. TINJAUAN LITERATUR
A. Sejarah Pengembangan Gas
Non-Konvensional
Umumnya batubara yang mengandung gas bumi
dianggap sangat membahayakan pada penggalian
”tambang-dalam” batubara. Dalam istilah pertam-
bangan batubara, GMB umum juga disebut sebagai
gas emisi, karena keberadaannya saat itu hanya se-
bagai pengotor. Telah lama para penambang batubara
membuang GMB untuk keamanan ketika mereka
menambang batubaranya. Jika kandungannya besar,
maka gas emisi tersebut dimanfaatkan sebagai bahan
bakar pembangkit untuk menghidupkan blower dan
penerangan lapangan tambang. Dengan dimanfaat-
kannya GMB untuk keperluan sendiri, maka akan
menguntungkan para penambang batubara, karena
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 41/49
87
Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan (Djoko Sunarjanto)
gas emisinya telah habis sehingga lapisan betubara
tersebut aman untuk ditambang.
Sedangkan gas yang terperangkap dalam batuan
shale yang tidak bisa bermigrasi ke dalam perangkapgeologi diperkirakan jumlahnya masih sangat besar.
Definisi lain menyebutkan shale gas adalah gas yang
diperoleh dari serpihan batuan shale atau tempat ter-
bentuknya gas bumi. Keberadaan gas tersebut berada
sekurang-kurangnya dalam cekungan hidrokarbon
di Indonesia. Teknologi yang tersedia saat ini masih
terbatas ekonomis jika diaplikasikan di daratan
(on-shore) saja. Oleh karena itu pengembangan gas
non-konvensional saat ini masih dikonsentrasikan
di daratan. Pada saatnya nanti diharapkan secara
bersamaan dikembangkan juga shale gas di lepas pantai. Penampang keberadaan sumberdaya migas
non-konvensional seperti pada Gambar 1.
Dengan telah dimanfaatkannya gas non-kon-
vensional yang terbukti ekonomis untuk menopang
kebutuhan manusia, maka bisnis pengusahaan gas
non-konvensional di beberapa negara telah berjalan
dengan baik. Keberadaan potensi gas non-konven-
sional di Indonesia sampai saat ini sedang terus
dikembangkan. Khususnya GMB masih memerlu-
kan evaluasi untuk peningkatan ke tahapan produksi
skala komersial. Hal ini disebabkan karakter reservoir
GMB sangat berbeda dengan reservoar konvensional.
Sehingga produksi gas metana dari reservoar batu-
bara harus diawali dengan kegiatan rekayasa untuk
meningkatkan permeabilitas lapisan reservoarnya
sampai gas metana dapat mengalir ke lobang bor.
Kegiatan rekayasa ini membutuhkan waktu relatif
lama, sehingga para operator maupun investor yang
tidak “mampu” dapat mengalami apa yang disebut
fatigue management (Sosrowidjojo, 2008). Selain
itu juga kemungkinan dikarenakan Indonesia masih
memiliki cadangan gas konvensional yang cukup
besar.
B. Sumberdaya Gas Non-konvensional
Terminologi non-konvensional dimaksudkan
untuk mendiskripsikan permeabilitas reservoir yang
super kecil. Saat ini ada tiga jenis tight reservoir
yang popular disebut sebagai reservoir gas non-kon-
vensional meliputi batubara, shale dan pasir dengan
permeabilitas sangat rendah. Gambar 2 menunjukkan
jenis play non-konvensional dari tight sand, shale
gas dan GMB.
Dalam teori pengembangan GMB, batubara
selain sebagai batuan sumber (source rock ) dari gas
juga berfungsi sebagai reservoar gas. Sebagai batuan
sumber penghasil gas, semakin tinggi tingkatan atau
rank batubara akan semakin besar gas yang terben-
tuk. Sehingga salah satu metoda untuk mengetahui
kandungan GMB dapat dengan mengetahui rank
batubara tersebut.
Berhubungan dengan proses pembentukan gas,
maka semakin dalam formasi batubara berada akansemakin besar juga gas yang terbentuk (Rogers,
1994). Keberadaan GMB yang selama ini sudah
diproduksi pada kedalaman lebih besar dari 200
meter. Demikian juga kedalaman lapisan batuan yang
mempunyai potensi shale gas berkualitas baik diduga
pada kedalaman lebih dalam dari 1.000 meter.
IV. HASIL ANALISIS DAN KAJI ULANG
Sumber energi pada dasarnya dapat dibagi dalam
dua golongan berdasarkan asalnya. Sumber energi
yang berasal dari fosil dan sumber energi yang be-rasal dari non fosil. Sumber energi yang berasal dari
fosil merupakan sumber energi tak terbarukan seperti
energi berbasis hidrokarbon (minyak dan gas bumi).
Sumber energi ini terdapat di bawah permukaan
setelah mengalami proses pembentukan yang lama
dalam kisaran umur geologi (jutaan tahun). Setelah
terbentuk, sebagian darinya akan berpindah (bermi-
grasi) akhirnya terperangkap di suatu reservoar yang
disebut reservoar konvensional. Sebagian lainnya
tidak berpindah/ tetap menghuni batuan asalnya yang
saat ini lazim disebut sebagai reservoar non-konven-
Gambar 1
Penampang menunjukkan posisi keberadaan
sumberdaya migas non konvensional
(Sumber EIA dalam Tamba, 2011)
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 42/49
88
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 85 - 93
sional. Hidrokarbon non-konvensional umumnya
terperangkap di tempat asalnya dan diklasifikasikan
sebagai reservoar seperti batubara (GMB), serpih
minyak/gas bumi (shale gas/oil) dan batupasir kom- pak (tight sand gas, oil sand/oil tight sand ).
Kondisi di alam, GMB tetap berada pada lapisan
batubara dan belum bermigrasi seperti halnya pada
minyak/gas bumi. Sehingga proses produksi GMB
dilakukan dengan cara dewatering, berdampak
prosentase debit air di tahap awal cukup besar (gas
relatif kecil). Selanjutnya dalam kurun waktu tertentu
akan berbalik menjadi gas (GMB) besar dan debit air
menjadi kecil.
A. Gas Metana Batubara (GMB)
GMB dikenal sebagai sumber energi ramah ling-
kungan, dimana gas metana merupakan komponen
utamanya yang terjadi secara alamiah dalam proses
pembentukan batubara (coali fication). Dalam kondisi
terperangkap dan terserap (teradsorbsi) di dalam
batubara dan/atau lapisan batubara. GMB sama
seperti gas bumi yang kita kenal saat ini, namun
perbedaannya adalah GMB terbentuk dan tersimpan
dalam batubara yang berfungsi sebagai reservoir
dan batuan sumber (source rock ). Sedangkan gas
bumi yang kita kenal saat ini (walaupun ada yang
terbentuk/bersumber dari batubara), tersimpan dandiproduksikan dari reservoar lain seperti batupasir,
batugamping maupun rekahan batuan beku.
Teknologi penambangan gas metana dari
reservoar batubara telah dinyatakan terbukti
dapat dilakukan secara ekonomis walau melalui
proses rekayasa sebelum produksi berlangsung.
Perkembangan teknologi penambangan GMB baru
dimulai tahun 70-an dan secara intensif dilakukan
pada tahun 80-an. Sebagai contoh di USA, produksi
GMB telah berkontribusi sebesar >10% dari total
produksi gas bumi dalam negerinya. Negara-negarayang telah mengembangkan GMB selain USA antara
lain Canada, Inggris, Jerman, Australia, Cina, India,
Ukraina, Polandia, Zimbabwe dan Afrika Selatan.
Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pemerintah,
kondisi pengusahaan GMB di Indonesia lebih
mendekati ke Powder River Basin USA di mana
tingkat kematangan batubara berada pada sub-
bituminus.
Hasil analisis komparatif perbedaan gas
konvensional dengan non-konvensional khususnya
GMB disarikan oleh Sosrowidjojo (2009) ke
dalam Tabel 1. Pada prinsipnya penyimpanan
GMB dalam reservoar berbeda dengan reservoarkonvensional dimana sebagian besar gas teradsorpsi
pada struktur internal (matriks). Sedangkan untuk gas
konvensional, sepenuhnya bersarang dalam tekanan
di dalam rongga porinya. Disebutkan bahwa pada
kondisi geologi dan kedalaman yang sama, reservoar
batubara mampu menyimpan gas lebih besar sampai
mencapai 2 kali hingga 7 kali jumlah gas pada
konvensional gas. Sebagai komparasi antara prinsip
pengembangan GMB dan gas konvensional, lebih
lengkap dapat dilihat pada Tabel 1.
B. Serpih Gas (Shale Gas)
Shale gas adalah gas alam yang dihasilkan dan
terperangkap dari serpih yang biasanya berfungsi
ganda sebagai reservoar dan sumber untuk gas alam
atau gas bumi. Serpih ini umumnya berasal dari fasies
lumpur laut dangkal dan mengandung mineral getas
yang dominan. Terdapat perbedaan permeabilitas
antara serpih dan batubara, serpih memiliki per-
meabilitas matriks yang sangat rendah, tidak seperti
batubara yang memiliki sistem rekahan alami (cleat )
yang luas. Shale gas umumnya memiliki jumlah gas
teradsorpsikan lebih sedikit dari batubara. Selain itutidak semua play shale gas bumi dapat diproduksikan
dengan baik.
Pada umumnya play shale gas yang produktif
menghasilkan gas setidaknya memiliki 7 (tujuh)
kriteria (Wylie et al., 2008 dalam Sosrowidjojo,
2009). Tabel 2 menjelaskan ketujuh criteria variabel
play. Dari tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa
kriteria play shale gas yang dapat berproduksi adalah
fasies serpih hitam berhubungan dengan kandungan
material organik pada lapisan batuan. Total Organic
Carbon (TOC) yang dipersyaratkan >3%, untuk me-
Gambar 2
Jenis play non-konvensional
(Sosrowidjojo, 2009)
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 43/49
89
Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan (Djoko Sunarjanto)
menuhi tingkat keekonomian minyak dan gas bumidan kematangan termal tinggi: Ro > 1.1%, play shale
gas umumnya sudah berada dalam zona pembentukan
gas. Ada pendapat lain yang mensyaratkan TOC>2%,
semuanya sudah memenuhi kriteria “kaya” material
organik dengan Ro > 1.0% (Jarvie et al., 2007 dalam
Sosrowidjojo, 2012). Di Amerika, seluruh play shale
gas yang terbukti dapat memproduksi gas semua
berasal dari fasies marin (Kerogen: Tipe II).
Selain itu play shale gas idealnya mengandung
lempung≤ 40%, komposisi sisanya terdiri dari miner-
al getas. Diarahkan pada serpih yang bersifat pasiran(sandy), tidak elastis atau tidak terlalu banyak mineral
lempungnya. Pada prinsipnya play shale gas yang
ideal selain kaya akan material organik dan kema-
tangan termalnya tinggi, serpih bersifat pasiran yang
tinggi kandungan kwarsanya dengan ketebalan play
minimal 30 meter. Porositas batuan sebesar mungkin
dan idealnya lebih besar dari 5%. Kedalaman play
shale gas setara dengan terbentuk dan tersimpannya
batuan induk pada kedalaman yang bervariasi antara
1.000-4.500 meter. Lebih dalam dari 4.500 meter
umumnya reservoarnya akan panas sekali sehingga
akan lebih mahal operasinya yang berarti dapat mem-
pengaruhi ke-ekonomiannya. Play shale gas akanlebih baik pada kondisi reservoar kering.
Hasil identifikasi awal yang dilakukan oleh
Badan Geologi (Ditjend Migas, 2012) menunjukkan
bahwa setidaknya play shale gas terdapat di beberapa
lokasi di Indonesia. Lokasi terbanyak berada di
Sumatera, antara lain pada lapangan migas; Baong,
Telisa, dan Gumai. Sedangkan di Pulau Jawa, play
shale gas masing-masing berada di lapangan Jawa
Tengah Utara. Di Kalimantan tersebar di Balikpapan,
Tanjung dan Bangkau. Sedangkan di Papua berada
dalam Formasi Klasafet.Penyebaran 11 cekungan GMB di Sumatra dan
Kalimantan dan lokasi yang potensial terdapat shale
gas tersebut seperti pada Gambar 3 (Ditjend MIGAS,
2012).
V. PENGEMBANGAN GAS
NON-KONVENSIONAL DI INDONESIA
A. Pengembangan Gas Metana Batubara
Sudah banyak dilakukan, baik penelitian, regu-
lasi, penyiapan kebijakan dan model keekonomian
untuk pengembangan GMB di Indonesia. Khususnya
Tabel 1
Perbedaan Konsep GMB dengan Gas Konvensional (Sosrowidjojo, 2009)
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 44/49
90
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 85 - 93
Tabel 2
Persyaratan ideal play shale gas (Wylie et al., 2008)
Gambar 3
Peta potens i sumberdaya gas non-konvensional Indonesia (Sumber: Ditjend MIGAS, 2012)
LEMIGAS sebagai pionir pengembangan sumber
energi non-konvensional GMB telah melakukan
berbagai kegiatan pengembangan GMB. Mulai dari
menyusun pokok-pokok regulasi, mencari partneryang bersedia meminjamkan lahannya untuk uji
coba pengembangan GMB, melakukan eksplorasi,
mengembangkan simulasi dan teknik produksi dalam
pilot project Lapangan Rambutan, sampai menyusun
studi keekonomian GMB.
Lapangan Rambutan terletak di Kecamatan
Benakat Kabupaten Muaraenim, Provinsi Sumatra
Selatan, pada wilayah konsesi perusahaan migas
PT Medco Energi Energi Internasional Tbk. Hasil
sementara pilot project Lapangan Rambutan meng-
indikasikan bahwa GMB dapat diusahakan di Indo-nesia. Analisis data dan simulasi GMB Lapangan
Rambutan, dari data pemboran daerah ini memiliki
5 seam batubara dengan total ketebalan 162,47 meter
pada kedalaman 1.329 s/d 2.921 feet serta penye-
baran yang menerus. Memiliki potensi kandungan
gas metana 185.000 MSCF. Pelaksanaan dewater-
ing yang dilakukan terhadap 5 sumur uji GMB di
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 45/49
91
Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan (Djoko Sunarjanto)
Lapangan Rambutan Sumatra Selatan, hanya sumur
GMB 1 yang memiliki produksi air cukup besar yaitu
sekitar 200 barel per hari. Keempat sumur lainnya
relatif tidak terlalu besar produksi airnya. Hasilanalisis kimia terhadap komposisi air yang dihasilkan
menunjukkan bahwa air yang diproduksikan dapat
digolongkan sebagai payau yang mendekati tawar
dengan kandungan Cl sebesar 260 ppm. Dari hasil uji
LC50 termasuk ke dalam golongan non-toksik (tidak
beracun), serta kandungan unsur logam beratnya
masih dibawah ambang yang dipersyaratkan dalam
PP No. 85 tahun 1999 tentang baku mutu limbah yang
dipersyaratkan (Syahrial, dkk., 2008).
Setelah dilakukan produksi gas di Lapangan
Rambutan terdapat senyawa yang mengganggu per-alatan produksi seperti pada sumur GMB 03, salah
satu penyebabnya diduga karena kandungan sulfida
(FeS2) yang tinggi. Sulfida tersebut muncul dalam
bentuk pirit dan markasit, kombinasi keduanya dike-
nal sebagai sulfur piritik. Secara genetik terbentuk
selama proses penggambutan (pirit syngenetik). Dan
pirit yang terbentuk setelah atau saat terjadi pemba-
tubaraan (pirit epigenetik).
Cleat berkaitan dengan permeabilitas dan porosi-
tas batubara, dimana cleat berfungsi sebagai rongga
pori, tempat akumulasi, dan lalunya gas metana atausaluran pokok perpindahan gas metana di reservoir
batubara. Porositas makro mewakili bukaan batu-
bara dan merupakan bagian dari cleat atau rekahan.
Terdapat hubungan antara cleat dan sulfur karena
sulfur berada pada rongga cleat . Mengingat eratnya
keterkaitan gas dan cleat , maka teori dan metoda yang
mempelajari cleat juga diperlukan dalam pengem-
bangan GMB. Analisis pola cleat bermanfaat untuk
menentukan strategi eksplorasi dan pemanfaatan
GMB. Menggunakan analisis cleat dapat direkayasa
peralatan produksi yang sesuai dan dapat mengatasigangguan produksi.
Tahun 2010 telah berhasil disepakati pemangku
kepentingan dan dicanangkan oleh Direktur Jenderal
Migas Program CBM to power . Tahun 2011 pilot
project pengembangan GMB di Lapangan Rambutan
sudah berhasil dikonversikan menjadi tenaga listrik
untuk penerangan, yang berasal dari sumur CBM
4 (Gambar 4). Sejumlah Kontraktor Kontrak Kerja
Sama (KKKS) termasuk Pertamina saat ini juga
sedang mengembangkan gas non-konvensional.
Hasil kajian yang nyata sebagai kontribusi kepada
negara adalah bergulirnya bisnis eksplorasi GMB
di Indonesia. Sampai awal tahun 2012 terdapat 50
Wilayah Kerja GMB. Wilayah kerja GMB tersebar
di tiga cekungan hidrokarbon, Cekungan SumatraSelatan, Cekungan Kutei, dan Cekungan Barito.
Beberapa lapangan milik KKKS di Wilayah Sumatra
Selatan dan Kalimantan Timur sudah pada tahapan
persiapan produksi.
B. Pengembangan Shale Gas
Shale gas di Indonesia belum dikembangkan
secara optimal sebagai sumber energi alternatif.
Tahapan yang sedang dilakukan sampai saat ini
adalah studi potensi sumberdaya yang dilakukan
secara sporadis oleh beberapa perusahaan industri
migas, termasuk lembaga riset milik pemerintah.
Penelitian yang dilakukan dibagi dalam dua katagori
yakni penelitian potensi sumberdaya shale gas secara
regional dan yang lain difokuskan pada evaluasi lahan
yang lebih sempit.
Dari pihak industri, HIS CERA melakukan kajian
potensi sumberdaya shale gas di Pulau Sumatra.
Dengan mengasumsikan bahwa potensi sumberdaya
shale gas dari target play Tersier kira-kira 1.000 TCF
Gambar 4
Pengembangan GMB di Lapangan Rambutan
Sumatra Selatan berhasil di konversikan menjadi
tenaga lis trik pada Tahun 2011
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 46/49
92
Lembaran Publikasi Minyak Dan Gas Bumi Vol. 46 No. 2, Agustus 2012: 85 - 93
lebih yang tersebar dalam 9 (sembilan) play shale gas
di Pulau Sumatra. Sebagian lain seperti Pertamina,
Sugico dan lain sebagainya juga sedang meneliti
potensi shale gas di beberapa lokasi di Indonesia. Ek-splorasi migas yang sudah dilakukan pihak lain, dari
data pemboran menunjukkan terdapat potensi shale
gas di daerah frontier wilayah Indonesia Timur.
Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sum-
berdaya Mineral telah melakukan kajian potensi
sumberdaya gas di Indonesia dengan target 7 (tujuh)
play Miosen yang tersebar di Sumatra, Kalimantan
dan Papua. Hasil kajian Badan Geologi tercatat
bahwa potensi sumberdaya shale gas di 7 (tujuh)
play tersebut sebesar 500 TCF lebih. Selain Badan
Geologi, Badan Penelitian dan Pengembangan Energidan Sumber Daya Mineral juga melakukan penelitian
sumberdaya shale gas di dua Cekungan Sumatra
Utara dan Cekungan Barito. Hasil eksplorasi terbaik
dari keduanya akan dipilih untuk dilakukan uji coba
( pilot test ) pengembangan shale gas yang pertama
di Indonesia.
1. Penelitian Shale Gas Daerah Sumatra Utara
Formasi yang prospek mengandung Shale Gas di
daerah Sumatra Utara adalah batuan serpih dari For-
masi Bampo, Formasi Belumai dan Formasi Baong.
Khusus pada Formasi Bampo di bagian utara me-menuhi kriteria untuk dikembangkan (Sosrowidjojo.,
2011). Sedimen ini diendapkan selama transgresi
dalam lingkungan euxinic sampai pelagic dan se-
laras di atas Formasi Parapat (Ruswandi dkk., 2011).
Ketebalannya dari 36 meter sampai lebih dari 2.700
meter. Sekuen lanau Formasi Bampo mengandung
sisa bahan organik dan kemungkinan dapat menjadi
potensial untuk batuan induk hidrokarbon Cekungan
Sumatra Utara.
Formasi Bampo menunjukkan kualitas potensi
shale gas yang baik, komposisi mineralogi yangcukup getas dengan tingkat kegetasan (BI) yaitu
0.70-0.74, mengandung material organik (TOC) se-
dang antara 0.76% dan 0.84%. Tingkat kematangan
mencapai matang (Tmax 425° C dan 440° C). Faktor
yang memperkecil kualitas adalah tingginya kandun-
gan smectite yang relatif besar (10-15%) berpotensi
dapat mengembang akibat terkena air hingga dapat
menyumbat pori rekahan pada saat fracturing.
2. Shale Gas Daerah Kalimantan Selatan
Formasi yang prospek mengandung Shale Gas
di daerah Barito, Kalimantan Selatan adalah batuan
shale dari Formasi Tanjung dan lempung karbonatan
dari anggota Formasi Berai Bagian Bawah. Hasil
analisis yang dilakukan terhadap sampel permukaan
kurang menggembirakan. Tercatat dari hasil analisis bahwa kandungan material organik (TOC) antara
0.26% dan 0.35%, dengan tingkat kematangan
yang hampir matang (Tmax 432°C sampai 434°
C). Tingkat kegetasan dikategorikan sebagai getas
dengan BI berkisar antara 0.6-0.82. Faktor yang
meningkatkan kualitas kegetasan adalah rendahnya
kandungan smectite (0-2%). Kadar smectite sekitar
2% umumnya dapat membuat rekahan batuan akan
tetap terbuka pada saat dilakukan fracturing.
Pada tahun 2012 dipilih diantara dua cekungan
yang berpotensi menghasilkan gas dari play shalegas. Guna mendapatkan gambaran yang lebih baik
maka, penelitian dilanjutkan dengan menganalisis
lebih banyak sampel agar didapat hasil yang memadai
untuk digunakan dalam pengambilan keputusan.
Selanjutnya akan dilakukan pemodelan cekungan
2-D secara komprehensif agar didapatkan gambaran
penyebaran kematangan termal yang lebih baik serta
penyebaran distribusi play shale gas yang potensial
menghasilkan gas dari play shale tersebut.
VI. KESIMPULAN
Sumberdaya energi fosil yang berasal dari
reservoar non-konvensional telah berkontribusi
secara signifikan di beberapa negara yang telah
mengembangkannya. Di Indonesia tersedia beragam
macam sumberdaya migas non-konvensional
yang belum dikembangkan dan dimanfaatkan.
LEMIGAS telah mengawali pengembangan GMB
di Indonesia. Pengembangan tersebut diikuti dengan
telah ditanda-tanganinya sebanyak 50 kontrak
kerjasama pengembangan GMB selama kurun waktu
lima tahun terakhir. Tahun 2011, telah berhasil
dikonversikan GMB menjadi tenaga listrik yang
ramah lingkungan dalam program CBM to power .
Tahapan pengembangan dan produksi GMB sekala
komersial masih terus dilakukan dan dievaluasi.
Keberadaan sumberdaya energi non-konvensional
selain GMB, adalah shale gas. Hasil penelitian
LEMIGAS 2011, shale gas berpotensi di Cekungan
Sumatra Utara dan Cekungan Barito. Formasi yang
prospek mengandung Shale Gas di Sumatra Utara
adalah batuan serpih dari Formasi Bampo, Formasi
Belumai dan Formasi Baong. Khusus pada Formasi
Bampo di bagian utara memenuhi kriteria untuk
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 47/49
93
Eksplorasi dan Pengembangan Migas Non-Konvensional Ramah Lingkungan (Djoko Sunarjanto)
dikembangkan. Sedangkan formasi batuan yang
prospek mengandung Shale Gas di Cekungan Barito,
Kalimantan Selatan adalah batuan shale Formasi
Tanjung dan lempung karbonatan dari anggotaFormasi Berai Bagian Bawah. Tahapan berikutnya
akan ditentukan salah satu cekungan yang akan
digunakan sebagai tempat uji coba pengembangan
shale gas di Indonesia.
Guna mempercepat pemanfaatan shale gas,
diperlukan pengembangannya secara komprehensif.
Selain eksplorasi dan pengembangan, secara bersa-
maan harus dilakukan pembuktian secara komersial.
Karakter reservoar shale gas yang berbeda dengan
reservoar konvensional, pada posisi yang lebih dalam
dari GMB atau lebih dalam dari 1.000 meter, diperlu-kan teknologi yang kompleks, waktu lama dan relatif
mahal. Diharapkan faktor waktu proses pengemban-
gan yang lama, para operator maupun investor tetap
tertarik dan bersemangat mengembangkan shale gas
di Indonesia. Tidak menutup kemungkinan pengem-
bangan shale gas di darat dan lepas pantai dilakukan
secara bersamaan.
VII. UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-be-
sarnya kepada DR. Imam B. Sosrowidjojo, dan DR Adiwar.
Keduanya Peneliti Madya pada PPPTMGB LEMIGAS,
sebagai peneliti senior migas, yang telah mengoreksi dan
memberikan saran/masukan kepada penulis untuk kesem-
purnaan tulisan ini.
KEPUSTAKAAN
1. DIRECTORATE GENERAL OF OIL AND GAS,
2012, Indonesia’a Unconventional Oil & Gas : Poli-
cies, Regulation and Opportunities on Upstream Oil
& Gas Business Development, www.migas.esdm.
go.id.
2. Ruswandi, Andi, dkk., 2011, Proyek Percontohan
Penemuan Cadangan Tight Shale Gas Reservoir,PPPTMGB LEMIGAS, Laporan Kegiatan Tahun
2011. (Laporan Penelitian, Tidak dipublikasikan).
3. Rogers, Rudy E., 1994, Coalbed methane: principles
and practice, PTR Prentice Hall, Printed in the USA,
ISBN 0-13-016353-8.
4. Sosrowidjojo, Imam B., 2008, Regulasi Teknis dan
Implikasinya Terhadap Keekonomian CBM, Majalah
Mineral dan Energi, Litbang Energi dan Sumber Daya
Mineral, Vol. 6/No. 3 – September 2008, ISSN : 1693
4121, hal. 40 – 45.
5. Sosrowidjojo, Imam B., 2009, Evaluating and De-
veloping Coalbed Methane Resources, Bahan Kursus(Tidak dipublikasikan).
6. Sosrowidjojo, Imam B., 2011, Teknik Identifikasi
Shale Gas: Prospek Shale Gas di Cekungan Sumatra
Utara, disampaikan dalam Workshop Kapasitas Sum-
berdaya Manusia dalam Penguasaan Teknologi Shale
Gas, Badan Litbang ESDM, PPPTMGB LEMIGAS,
Jakarta 22 Nopember 2011.
7. Syahrial, E., Fakhriyadi Saptono, Hadi Purnomo,
2008, Simulasi Potensi CBM: Pilot Project CBM
Lapangan Rambutan, Sumatera Selatan, Majalah
Mineral dan Energi, Litbang Energi dan Sumber Daya
Mineral, Vol. 6/No. 3 – September 2008, ISSN : 1693
4121, hal. 12 – 28.
8. Tamba, Richard H., 2011, Potential for shale gas
development in Indonesia: Pertamina’s Progress,
disampaikan dalam Workshop Kapasitas Sumberdaya
Manusia dalam Penguasaan Teknologi Shale Gas, Ba-
dan Litbang ESDM, PPPTMGB LEMIGAS, Jakarta
22 Nopember 2011.
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 48/49
1
INDEKS SUBYEK
L
LPG 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67
LPG 69, 70, 71, 72, 73, 74, 75, 76, 77
LPG 79, 80, 81, 82, 83, 84
Lingkungan 85, 86, 88, 91
M
Metoda uji 53, 54, 55
Mesin pembangkit listrik 79, 80, 81, 82, 83, 84
Migas non-konvensional 85, 86, 87, 92
N
Nyala api 61, 63, 66
Non conventional oil and gas 85
S
Sifat penguapan 53, 54, 55, 56, 58, 59
Spesifikasi 69, 70, 72, 73, 74, 75, 76, 77
Specification 69
T
Test Method 53, 59
V
Vacuum distillation 53
Volatility 53
B
Biodisel 53,54, 55,56, 57, 58, 59
Biodiesel 53, 54, 56, 59
C
Composition 69
D
Distilasi vakum 53, 54, 55
DME 61, 62, 63, 64, 65, 66, 67
DME 79, 80, 81, 82, 83, 84
E
Emisi 61, 62, 63, 64, 65, 66
Emission 61, 67
Engine generator 79
Eksplorasi 85, 86, 90, 91, 92, 93
Exploration 85
Environment 85
F
Flame 61
I
IBP 53,56, 57, 59
K
Komposisi 69, 70, 71, 72, 73, 74, 76, 77
7/23/2019 LP Minyak Dan Gas Bumi Volume 46, No. 2, Agustus 2012
http://slidepdf.com/reader/full/lp-minyak-dan-gas-bumi-volume-46-no-2-agustus-2012 49/49
PEDOMAN PENULISAN MAJALAH LEMBARAN PUBLIKASI MINYAK dan GAS BUMI
UMUM
1. Majalah Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi adalah media yang khusus diperuntukan bagi karya tulis para Peneliti dan Tenaga
Fungsional PPPTMGB “LEMIGAS”, memuat analisis, kajian dan tinjauan ilmiah mengenai subjek-subjek yang berkaitan dengan industri
minyak dan gas bumi, terutama yang dilakukan oleh PPPTMGB “LEMIGAS”.
2. Redaksi Lembaran Publikasi Minyak dan Gas Bumi, secara selektif juga menerima tulisan-tulisan dari para ahli baik perseorangan
ataupun kelompok, baik atas nama pribadi maupun instansi pemerintah/swasta namun lebih berbobot. Hal ini dimaksudkan sebagai
contoh guna mendorong dan meningkatkan mutu para penulis intern LEMIGAS.
STANDAR PENULISAN1. Bahasa
Artikel ditulis dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan kaidah/istilah bahasa Indonesia yang telah dibakukan berpedoman
pada: a. Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Lembaga Pembinaan Bangsa. b. Kamus Miyak dan Gas Bumi, terbitan PPPTMGB
“LEMIGAS”. c Kamus bahasa Inggris.
2. Naskah/Artikel
Judul artikel ditulis pada baris pertama (paling atas), rata kiri (left ), memakai huruf besar kecil ukuran 24 points.
- Nama penulis ditulis pada baris kedua di bawah judul artikel.
- Abstrak/Sinopsis/Sari karangan merupakan keharusan ditulis dalam bahasa Indonesia serta bahasa Inggris dan ditetapkan pada
awal artikel/tulisan. Abstrak tidak boleh lebih dari 200 kata.
- Artikel disertai dengan kata kunci yang ditulis dibawah judul artikel.
- Teks artikel diketik dengan komputer (MS Word), di atas kertas putih ukuran A4, dengan jarak baris 1 ½ spasi.
- Sitasi (kutipan) atas pendapat para ahli, disamping dapat dengan dikutip secara verbatim, juga harus diberi nomor urut dengan
hurup arab superscript untuk penjelasannya dalam catatan kaki. - Catatan kaki ditulis dalam satu halaman sesuai dangan nomor catatan kaki yang bersangkutan. Catatan kaki ditulis horizontal
dengan urutan sebagai berikut: nama pengarang, tahun penerbitan, judul, halaman yang dikutip. Data Publikasi (Kota Penerbitan,
Nama Penerbitan, jumlah halaman).
- Pendahuluan secara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan, dan pentingnya penelitian. Jangan menggunakan sub-ara ringkas menguraikan masalah-masalah, tujuan, dan pentingnya penelitian. Jangan menggunakan sub-
bab.
- Bahan dan Metode harus secara jelas dan ringkas menguraikan penelitian dengan rincian secukupnya sehingga memungkinkan
peneliti lain untuk mengulangi penelitian yang terkait.
- Hasil disajikan secara jelas tanpa detil yang tidak perlu. Hasil tidak boleh disajikan sekaligus dalam tabel dan gambar.
- Tabel disajikan dalam bahasa Indonesia, dengan judul di bagian atas tabel dan keterangan. Tabel diketik menggunakan program
MS-Excel.
- Gambar, grafk, potret dan lain-lain: semuanya asli, jelas memenuhi syarat untuk peroses pencetakan: serta diberi nomor urut
dan judul.
- Kesimpulan disajikan secara ringkas dengan mempertimbangkan judul naskah, maksud, tujuan, serta hasil penelitian.
- Di samping naskah dan lampiran penunjang seperti gambar/grafk, kirimkan juga disket/CD nya ke redaksi atau melalui e-mail:[email protected]
3 Kepustakaan
Kepustakaan adalah daftar literaktur (buku atau non buku) yang dipakai oleh Penulis dalam meyusun naskah/artikel.
Kepustakaan ditulis pada akhir karangan dengan urutan secara alfabetis berdasarkan nama pengarang, seperti contoh sebagai
berikut;
a. Buku
- Satu pengarang
Davis, Gordon B., 1976, Management Information System, Conceptual Foundation Structur and developnet, Me Graw Hill.
- Dua Pengarang
Newman W.H. dan E. Kirby Warren, 1977, The Procces of Management, Concept, Behavior, and Pratice, Pretice-Hall of India
Privat Ltd., New Delhi, hlm. 213.
- Lebih dari tiga pengarang
Bennet J.D., Bridge D. Mcc, Cancron N. R., Djunudin A, Ghazali S. A, Jeffry D.H., Kartawa W., Keats W Rock N.M.S., danThompos S.J 1981, The Geology of the Langsa Quadrange, Sumatra, GRDC, Bandung.
Atau disingkat
Bannet J.D., dkk., 1981. The Geology of the Langsa Quadrangle, Sumatra, GRDC, Bandung.
b. Non buku
- Udiharto M., 1992. “Pengaruh Aktivitas Bakteri Termofl terhadap Porositas Batuan”, Diskusi Ilmia VII Hasil Penelitian LEMIGAS,
Februari, PPTMG “LEMIGAS”, Jakarta.
- Weissmann J., Dr.: 1972, ”Fuel for internal Contribution Engines and Furnace”, Report, Inhouse Research, Mei, ”LEMIGAS”, Jakarta.
- Gianita Gandawijaya, 1994,”Teknologi GPS, Alat Bantu Navigasi Pesawat Terbang”, Kompas, Juli 27, Jakarta.
c. Web sites :
http://www.environmental law net.com. Sebutkan tanggal bulan dan tahun.
WEWENANG REDAKSI