logbook sk 9 fix.docx

32
PENYAKIT PADA PULPA Sumber: Cohen’s Pathway of The Pulp, 10 th Ed. 1. Pulpa normal Gigi dengan pulpa normal tidak menunjukkan adanya simptom/gejala spontan tertentu. Pulpa yang normal akan merespon terhadap uji vitalitas pulpa, dan simptom yang dihasilkan dari pengujian tersebut adalah ringan (tidak menyebabkan sakit yang berkepanjangan). Secara radiografis, akan tampak derajat kalsifikasi pulpa namun tidak ada tanda-tanda resorpsi, karies, atau terpaparnya pulpa. Perawatan endodontik tidak diperlukan/diindikasikan pada gigi dengan pulpa normal. 2. Pulpitis Reversibel Saat pulpa di dalam gigi teriritasi dan menyebabkan rasa sakit yang tidak nyaman pada pasien jika ada stimulus, namun akan pulih setelah terjadi iritasi disebut reversible pulpitis. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel adalah karies, dentin yang terekspos, restorasi defektif, dan lain-lain. Pulpitis reversibel bersifat asimptomatik, namun jika terdapat stimulus, simptom akan terjadi dengan pola tertentu. Jika terdapat stimulus seperti cairan yang panas maupun dingin ataupun udara akan terjadi sakit yang sementara. Jika stimulus dihilangkan, yang normalnya tidak akan menyebabkan rasa sakit maupun ketidaknyamanan, pada kasus pulpitis reversibel akan menyebabkan rasa sakit yang hanya sebentar.

Upload: naryndra

Post on 14-Feb-2016

273 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Logbook SK 9 Fix.docx

PENYAKIT PADA PULPASumber: Cohen’s Pathway of The Pulp, 10th Ed.

1. Pulpa normal

Gigi dengan pulpa normal tidak menunjukkan adanya simptom/gejala spontan

tertentu. Pulpa yang normal akan merespon terhadap uji vitalitas pulpa, dan simptom

yang dihasilkan dari pengujian tersebut adalah ringan (tidak menyebabkan sakit yang

berkepanjangan). Secara radiografis, akan tampak derajat kalsifikasi pulpa namun

tidak ada tanda-tanda resorpsi, karies, atau terpaparnya pulpa. Perawatan endodontik

tidak diperlukan/diindikasikan pada gigi dengan pulpa normal.

2. Pulpitis Reversibel

Saat pulpa di dalam gigi teriritasi dan menyebabkan rasa sakit yang tidak

nyaman pada pasien jika ada stimulus, namun akan pulih setelah terjadi iritasi disebut

reversible pulpitis. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel adalah karies, dentin

yang terekspos, restorasi defektif, dan lain-lain.

Pulpitis reversibel bersifat asimptomatik, namun jika terdapat stimulus,

simptom akan terjadi dengan pola tertentu. Jika terdapat stimulus seperti cairan yang

panas maupun dingin ataupun udara akan terjadi sakit yang sementara. Jika stimulus

dihilangkan, yang normalnya tidak akan menyebabkan rasa sakit maupun

ketidaknyamanan, pada kasus pulpitis reversibel akan menyebabkan rasa sakit yang

hanya sebentar.

Penanganan dari pulpitis reversibel adalah dengan menghilangkan iritan dan

juga menutup dentin yang terekspos atau pulpa yang masih vital sehingga akan terjadi

pengembalian jaringan pulpa yang terinflamasi menjadi semula. Tetapi jika iritasi

pulpa berlanjut atau intensitas dari iritasi meningkat dapat menyebabkan

perkembangan pulpitis menjadi pulpitis irreversibel atau bahkan nekrosis pulpa.

3. Pulpitis Irreversibel

Pulpitis irreversibel terjadi jika inflamasi telah meluas dan berprogres dan

membutuhkan penghilangan jaringan yang terinfeksi. Menurut ABE, pulpitis

irreversibel dapat dibagi menjadi dua, yakni pulpitis irreversibel simptomatik dan

asimptomatik.

a. Pulpitis irreversibel simptomatik

Page 2: Logbook SK 9 Fix.docx

Gigi yang mengalami pulpitis irreversibel simptomatik akan menunjukkan

tanda-tanda seperti sakit yang intermitten dan spontan. Saat gigi terpapar oleh

perubahan temperatur yang drastis (terutama stimulus dingin) akan menyebabkan rasa

sakit yang meningkat dan lama walaupun stimulus suhu tersebut telah dihilangkan.

Rasa sakit yang ditimbulkan dapat terasa tajam maupun tidak tajam, lokal, berdifusi,

atau referred.

Dalam gambaran radiografis pulpitis irreversibel, akan terlihat penebalan

ligamen periodontal. Restorasi yang dalam, karies, terpaparnya pulpa, atau gangguan

langsung atau tidak langsung lainnya mungkin terlihat dalam gambaran radiografis

ataupun secara klinis. Jika pulpitis irreversibel tidak ditangani secara cepat, pulpa

akan mengalami nekrosis.

b. Pulpitis irreversibel asimptomatik

Pada keadaan tertentu, karies yang dalam tidak akan menghasilkan

gejala/simptom tertentu, walaupun saat dilihat secara klinis maupun radiografis karies

telah mencapai pulpa. Jika tidak ditangani atau diobati, gigi tersebut dapat

menimbulkan simptom dan menjadi nekrosis. Jika terjadi kasus pulpitis irreversibel

asimptomatik, perawatan endodontik harus segera dilakukan agar tidak terjadi

simptom/gejala lanjutan yang dapat menyebabkan sakit yang parah dan mengganggu

kenyamanan pasien.

4. Pulpitis hiperplastika

Pulpitis hiperplastika disebut juga polip pulpa yaitu suatu inflamasi pulpa

produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies luas yang kadang-kadang

tertutup oleh epitelium dan disebabkan karena iritasi tingkat rendah yang berlangsung

lama. Penyebab terjadinya pulpitis hiperplastika adalah terbukanya pulpa karena

karies yang lambat dan progresif merupakan penyebab utamanya. Diperlukan suatu

kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah

yang kronis. Pulpitis hiperplastika tidak mempunyai gejala kecuali saat mastikasi, bila

tekanan bolus makanan menyebabkan rasa sakit yang tidak menyenangkan.

Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan orang muda.

Penampilan jaringan pulpa secara klinis adalah khas :

1. Suatu massa pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagan

besar kamar pulpa/ kavitas/ bahakan meluas melewati perbatasan gigi.

Page 3: Logbook SK 9 Fix.docx

2. Terlihat seperti ada benjolan jaringan ikat kol yang berwarna kemerah-

merahan mengisi kavitas hanya di permukaan oklusal yang besar.

5. Nekrosis pulpa

Nekrosis pulpa menandakan bahwa pulpa telah menjadi nonvital. Aliran darah

ke pulpa sudah tidak ada dan saraf pulpa sudah tidak berfungsi kembali. Setelah pulpa

menjadi nekrotik seluruhnya, gigi biasanya menjadi asimptomatik hingga satu waktu

dimana timbulnya simptom kembali disebabkan oleh perluasan penyakit ke jaringan

periradikular. Dengan adanya nekrosis pulpa, gigi tidak akan merespon terhadap test

elektrik pulpa maupun stimulus dingin. Tetapi, gigi akan merespons terhadap stimulus

panas jika panas diberikan dalam jangka waktu yang agak lama. Respons ini diduga

berkaitan dengan sisa-sisa cairan atau gas di dalam kanal pulpa yang meluas ke

jaringan periapikal.

Nekrosis pulpa dapat terjadi sebagian ataupun seluruhnya dan mungkin tidak

melibatkan seluruh kanal pulpa di dalam gigi yang memiliki lebih dari satu akar.

Dengan alasan ini, gigi dapat memunculkan simptom yang membingungkan karena

terdapat kemungkinan satu akar tidak menimbulkan respons tetapi akar yang lainnya

memberikan respons vital. Gigi juga dapat menunjukkan simptom yang mirip dengan

pulpitis irreversibel.

Setelah pulpa menjadi nekrotik, pertumbuhan bakteri dapat menjadi

berkelanjutan di dalam kanal pulpa. Saat infeksi (toksin bakteri dan infeksi) meluas

hingga ligamen periodontal, gigi akan menjadi simptomatik terhadap perkusi atau

menunjukkan sakit yang spontan. Perubahan dalam gambaran radiografik dapat

terlihat, dengan rentang dari penebalan ligamen periodontal hingga lesi radiolusens

pada periapikal.

PERAWATAN PULPA VITALSumber: Torabinejad

Perawatan pulpa vital merupakan hal yang penting dalam mempertahankan

struktur gigi. Jika terdapat lesi karies yang dalam namun belum mencapai pulpa, dapat

dilakukan pulp capping indirek yang merupakan prosedur untuk menghindari

terpaparnya pulpa secara tidak sengaja selama proses penghilangan jaringan karies.

Metode yang lainya adalah dengan menghilangkan seluruh jaringan karies. Jika pulpa

Page 4: Logbook SK 9 Fix.docx

terekspos karena penghilangan jaringan karies tersebut, jaringan pulpa yang terekspos

tersebut dilaisi dengan liner yang biokompatibel dengan teknik yang disebut pulp

capping direk. Prosedur lainnya adalah dengan melakukan bedah pengambilan

jaringan pulpa yang terinflamasi (pulpotomi atau pulpektomi), dan jaringan yang

tersisa diberikan dressing/pelapis yang diharapkan akan membantu proses

penyembuhan pulpa.

Penghilangan Jaringan KariesKaries merupakan destruksi gigi secara progresif dan lokal yang paling banyak

menyebabkan penyakit pada pulpa. Produk dari metabolisme bakteri seperti asam

organik dan enzim proteolitik dapat menyebabkan kerusakan dari struktur enamel dan

dentin. Metabolit bakteria yang berdifusi dari lesi menuju pulpa dapat memicu

respons imun dan reaksi inflamasi. Terlebih jika karies dentin telah meluas dapat

mengenai pulpa dan terjadi invasi bakteri dalam pulpa.

Untuk membuang jaringan karies tersebut disarankan untuk menggunakan

instrumen rotary. Instrumen tangan (hand instrument) tidak disarankan untuk

digunakan karena dapat menyebabkan risiko terpaparnya pulpa secara mekanik.

Pengangkatan jaringan karies ini dapat dilakukan dengan menggunakan bur bulat

yang besar dan tajam dengan kecepatan lambat untuk menghilangkan lapisan terakhir

dari dentin yang lunak (terkena karies).

Capping Pulpa VitalStep-Wise Excavation of Caries

Teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk membuang jaringan karies

secara inkremental dalam 2-3 kali pertemuan dalam beberapa bulan ataupun setahun.

Setiap pertemuan jaringan karies dibuang, setelah itu diberikan basis semen ionomer

yang dapat membantu mineralisasi, dan yang terakhir dengan sealing restorasi

sementara.

Kontraindikasi dari teknik ini adalah jika terdapat tanda-tanda dari pulpitis

irreversibel karena pulpitis irreversibel sudah mencapai pulpa dan bakteri sudah

menginvasi pulpa sehingga pulpa menjadi rusak.

Page 5: Logbook SK 9 Fix.docx

Pulp Capping Indirek

Teknik pulp capping indirek adalah tidak membuang seluruh lesi karies yang

belum mencapai pulpa untuk menghindari tereksposnya pulpa. Indikasi teknik ini

adalah lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografis sangat dekat dengan pulpa

namun belum mencapai pulpa, pulpa yang masih vital, dan pada pasien dengan

pulpitis reversibel/karies dentin dalam yang belum mencapai pulpa. Sedangkan

kontraindikasinya adalah gejala-gejala yang menandakan adanya pulpitis irreversibel,

gigi yang peka terhadap perkusi, terdapat fistula, resorpsi akar eksterna/interna,

radiolusensi pada periapeks atau antara akar, dan juga kalsifikasi pada jaringan pulpa.

Teknik pulp capping indirek dilakukan pertama dengan pelapisan jaringan

affected dentin dengan kalsium hidroksida (pulp dressing/liner) yang bekerja sebagai

antibakteri dan akan mendisinfeksi pulpa superfisial.

Setelah dilapisi kalsium hidroksida, jaringan karies dilapisi dengan zinc oxide

eugenol yang merupakan bahan antibakteri serta dapat berguna dalam pengontrol rasa

sakit. Kandungan eugenol dari ZOE dapat digunakan sebagai pengontrol rasa sakit di

mana eugenol dapat memblokir transmisi dari impuls syaraf. ZOE juga dapat

memberikan marginal seal yang baik sehingga mencegah microleakage, yang dapat

mengurangi hipersensitivitas. Sebagai restorasi sementara ZOE baik karena efek

antimikrobial yang dihasilkannya.

Pulp Capping Direk

Terdapat dua indikasi dari tindakan pulp capping direk, yakni tereksposnya

pulpa akibat ketidaksengajaan saat proses preparasi dan juga terpaparnya pulpa akibat

karies. Saat pulpa terekspos akibat kesalahan mekanik saat preparasi, pulpa akan

mengalami hemorhagik/perdarahan. Setelah perdarahan dikontrol/selesai, pulpa yang

terekspos harus dilakukan capping menggunakan kalsium hidroksida atau mineral

trioxide aggregat (MTA) yang dilapisi dengan GIC di atasnya, setelah itu baru

diaplikasikan tumpatan permanen dengan marginal seal yang baik sehingga tidak

terjadi karies sekunder.

Page 6: Logbook SK 9 Fix.docx

Pulpotomi

Pulpotomi merupakan penghilangan jaringan pulpa bagian korona (baik

sebagian maupun seluruhnya). Di atas pulpa yang dipotong diletakkan material yang

dapat merangsang terbentuknya jaringan keras gigi untuk melindungi pulpa di bagian

bawahnya. Tujuan dari pulpotomi sendiri adalah memberikan kesempatan pada

jaringan pulpa untuk melanjutkan pertumbuhan akar.

Berdasarkan bahan yang digunakan, pulpotomi dapat dibagi menjadi dua,

yakni:

1. Pulpotomi Ca(OH)2

Kalsium hidroksida memiliki biokompatibilitas tinggi dan antimikroba. Selain

itu pH dari 11-12,6 yang dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang yang

akan mengubah lingkungan pulpa yang asam karena bakteri menjadi basa. Kalsium

hidroksida juga akan merangsang sel mesenkim yang belum berdifirensiasi di bawah

lapisan jaringan nekrotik untuk berproliferasi dan diferensiasi menjadi odontoblas

yang akan memproduksi dentin reparatif untuk membentuk dentinal bridge yang akan

melindungi pulpa.

Indikasi gigi dewasa muda, kegagalan perawatan pulp capping, pulpa

terbuka karena terbentuk trauma dengan besar 2 mm atau lebih dan

lamanya lebih dari 6 jam, gigi dengan pulpitis ringan, gigi yang terbuka

dengan karies, keadaan umum pasien baik

Kontraindikasi gigi yang sensitif terhadap dingin atau panas, gejala

pulpitis lanjut (pulpitis ireversibel), peka terhadap perkusi dan palpasi,

perubahan gambar radiografik daerah periapeks, ruang pulpa sempit

2. Pulpotomi Formokresol

Perawatan ini memiliki kelemahan yakni jika formokresol berkontak dengan

jaringan pulpa dapat menyebabkan nekrosis dan fiksasi jaringan, sel, dan

mikroorganisme.

Indikasi perawatan pulpotomi gigi sulung yang terdapat inflamasi,

perawatan sementara pada gigi dewasa muda dengan diagnosis pulpitis

lanjut akut dan kronik dimana peradangan sudah mencapai saluran akar,

kegagalan perawatan pulpotomi Ca(OH)2, dan gigi posterior untuk

perawatan pulpa

Page 7: Logbook SK 9 Fix.docx

Berdasarkan banyaknya jaringan yang diambil, pulpotomi dapat dibagi

menjadi dua, yakni:

1. Pulpotomi parsial mengambil hanya sebagian korona pulpa (jaringan yang

terinfeksi saja)

Teknik:

Anestesi pasien, lalu gunakan rubber dam dan disinfeksi superfisial

Preparasi akses sedalam 1-2 mm ke dalam kamar pulpa menggunakan

bur intan bulat high speed dengan air

Jika perdarahan banyak pulpa diamputasi lebih sampai perdarahan

menjadi normal/biasa

Kelebihan darah dari perdarahan dihilangkan secara hati-hati dengan

memberikan saline steril dan areanya dikeringkan dengan cotton pellet

steril

Untuk membersihkan luka pada kama pulpa dapat diberikan sodium

hipoklorit (NaOCl) 5%/bleach dapat membantu mengangkat

koagulum darah, menghilangkan sel pulpa yang rusak, debris, atau

kepingan dentin dan dapat mengontrol perdarahan dengan minimal

damage terhadap pulpa yang sehat

Tumpatkan hard-set kalsium hidroksida untuk memicu pembentukan

dentin reparatif. Setelah itu ditumpat dengan bacteria-tight seal seperti

zinc oxide eugenol atau GIC

Tumpat dengan resin komposit dengan proses etsa, bonding dan

penumpatan

2. Full pulpotomy mengambil seluruh bagian korona pulpa hingga ke orifis.

Prosesnya sama dengan partial pulpotomy namun perbedaannya hanya di

banyaknya jaringan yang diangkat.

Pulpektomi

Pulpektomi merupakan pengangkatan/penghilangan seluruh jaringan pulpa

hingga foramen apikal. Indikasi dari pulpektomi adalah komplikasi fraktur mahkota

dari gigi permanen jika gigi tersebut tidak mampu untuk dilakukan terapi pulpa vital.

Kontraindikasinya adalah jika kelainan sudah mencapai periapikal, terlihat

kegoyangan gigi patologik, resorpsi akar gigi sulung yang sudah luas, resorpsi interna

Page 8: Logbook SK 9 Fix.docx

dan telah terjadi perforasi bifurkasi, kesehatan umum yang kurang baik, dan jika

proses infeksi sudah mengenai gigi tetap di bawahnya.

Page 9: Logbook SK 9 Fix.docx

Preparasi Saluran Akar Perawatan endodonti mencakup tiga tangkah, yaitu pembersihan dan

pembentukan (cleaning and shaping) saluran akar, disinfeksi, dan obturasi.

Langkah cleaning dan shaping merupakan langkah awal yang sangat penting

dalam menentukan kesuksesan perawatan. Menurut Schilder, saluran akar

harus melalui langkah cleaning dan shaping; cleaning untuk membersihkan

sisa jaringan dan mesnterilkan saluran akar dan shaping untuk membentuk

saluran akar bagi bahan pengisinya sehingga ruang pulpa terisi secara

hermetis.

Prinsip:

Bentuk preparasi saluran akar yang tapered sehingga menyempit di

apikal (continuously tapering preparation)

Mempertahankan anatomi asli gigi

Mempertahankan posisi foramen apikal. Walaupun foramen apikal

akan diperbesar, tetapi tidak boleh merubah posisi foramen

Ukuran foramen apikal sekecil mungkin, tetapi harus tetap praktis

(foramen as small as is practical)

Prinsip Preparasi Saluran Akar :

1. Pembersihan Kavitas

Pembersihan saluran akar merupakan lanjutan dari pemberishan kavitas

di kamar pulpa. Irigasi sangat membantu dalam pembersihan saluran

akar dari debris dan jaringan nekrotik. Oleh karena itu, irigasi harus

selalu dilakukan sebelum, setiap, dan sesudah pergantian alat.

2. Bentuk Retensi

Daerah 1/3 apeks sepanjang 2-5 mm dari konstriksi apikal harus

dipertahankan bentuknya seperti file utama, agar kon utama dapat

mengisi seluruh daerah ini dengan rapat, sehingga akan diperoleh

pengisian yang hermetis. Kehermetisan ini dapat diketahui dengan

adanya retensi pada kon utama saat ditarik (tug back).

3. Bentuk Resisten

Page 10: Logbook SK 9 Fix.docx

Penyempitan anatomis di apeks yang disebut konstriksi apikal harus

dipertahankan untuk menahan agar bahan pengisi (guttap point) tidak

terdorong ke daerah periapeks (ada apical stop).

Prinsip Dasar Instrumentasi Kanal

1. Akses menuju orifice kanal berupa garis lurus dengan membuang dentin

overhang.

2. File digunakan pada kanal dengan irrigants karena file harus dalam keadaan

basah saat pemakaian

3. Preparasi kanal harus mempertahankan bentuk asli saluran akar

4. Eksplorasi orifice harus menggunakan file berukuran kecil

5. Perbesaran kanal dilakukan menggunakan instrumen dengan nomor yang

berurutan

6. Semua instrumen disimpan pada batas kanal untuk menghindari kecelakaa

kerja

7. Tiap penggunaan dan penyimpanan file harus dubersihkan dan diperiksa

8. Insturmen dengan ukuran yang lebih kecil lebih sering digunakan

9. Jangan overpreparasi dan perbesaran kanal yang terlalu agresif

10. Tidak perlu membuat apical stop jika foramen apikal sudah berukuran besar

11. Jangan pernah memaksakan insturmen masuk ke kanal

I. Cleaning

Pada tahap cleaning, yang dilakukan adalah debridement atau

menghilangkan iritan yang tersisa atau berpotensi dari sistem saluran

akar. Iritan yang dimaksud mencakup bakteri, byproduct bakteri,

jaringan nekrotik, debris organik, jaringan vital, byproduct saliva,

hemoragik, dan kontaminasi lainnya.

Prinsip debridement adalah instrumen berkontak dan meratakan

dinding saluran akar agar debris dapat lepas dar dinding-dindingnya.

Agar pembersihan lebih efektif, digunakan irrigants yang terbuat dari

larutan kimiawi untuk membersihkan iritan dari area yang tidak dapat

dijangkau oleh instrmen. Irrigants akan melarutkan iritan dan

membersihkan saluran akar.

II. Shaping

Page 11: Logbook SK 9 Fix.docx

Shaping merupakan pembentukan saluran akar seshingga dapat

diisi secara optimal dan saat pengisian kedap dari zat apapun

(hermetik). Prinsipnya adalah membentuk saluran akar yang

mengkerucut dari apikal ke koronal dan membentuk foramen apikal

sekecil mungkin tapi sepraktis mungkin tanpa merubah posisi foramen.

Kendala terbesarnya adalah sulitnya membantuk lengkung

saluran akar dengan sempurna dikarenakan instrumen yang digunakan

kurang fleksibel untuk mengikuti lengkung saluran sehingga sering

memotong bagian di luar lengkungan saluran akar. Untuk

menanggulangi masalah ini, dilakukan berbagai upaya, seperti

pelebaran saluran akar (enlargement) dan bentuk kerucut (taper).

Pelebaran, yaitu pelebaran yang cukup agar dapat

melakukan debridemen yang baik dan dapat manipulasi

dan engendalikan instrumen serta material obturasi

dengan baik tanpa melemahkan gigi ataupun

meningkatkan risiko kesalahan prosedur.

Ketirusan, yaitu bentuk saluran akar yang tirus (tapered)

sehingga instrumen penguak dan pemampat gutaperca

dapat berpenetrasi cukup dalam. Ketirusan harus cukup

dalam ke dalam saluran akar atau 0-1 mm dari apical

stop.

III. Pentuan Master Apical File (MAF)

Master Apical File adalah kirgi terbesar yang bisa pas pada

ujung panjang kerjanya. MAF ditentukan dengan menempatkan

kirgi secara pasif dan bertahap dengan ukuran sepanjang

panjang kerja hingga akhirnya diperoleh kirgi terbesar

sepanjang panjang kerja yang ujungnya sudah terasa mentok.

Prosedur setelah menentukan MAF adalah pembersihan dan

pembentukan secara step-back.

IV. Preparasi Apeks

Preparasi apeks dilakukan agar terciptanya konstriksi apeks

dengan

tujuan

membantu

Page 12: Logbook SK 9 Fix.docx

agar instrumen, material, dan zat kimia tetap bekerja di lingkungan

saluran akar dan tidak melewatinya dan juga untuk mempertahankan

suatu batasan ketika kondensasi guta perca. Variasi preparasi apeks,

yaitu (1) Apical stop, yaitu adanya barier pada ujung preparasi, (2)

Apical seat, yaitu tidak ada barier sempurna tetapi ada konstriksi, (3)

apeks terbuka, yaitu preparasi apeks menyerupai silinder terbuka.

Merupakan langkah seteelah akses lurus selesai dan MAF ditentukan.

Untuk menjaga saluran akar tetap kecil dan memberikan debridemen yang

baik, dilakukan pelebaran 1-2 mm dari apeks dengan gerakan reaming,

umumnya sampai satu atau dua nomor lebih besar dari MAF. Pada saat

melakukan langkah ini, dianjurkan bekerja secara hati-hati karena dapat

membentuk ledge atau perforasi. Saluran akar dengan kelengkungan yang

tinggi dianjurkan menggunakan file yang tidak lebih dari no. 20.

Tapered

Setelah preparasi apeks, penirusan saluran akar (berbeentuk corong ke arah

korona) sisanya dilakukan dengan memendekkan panjang kerja 0,5mm setiap

kali mengganti file dengan file yang lebih besar dan dengan melakukan filing

perifer (atau teknik step-back)

Rekapitulasi

Setiap selesai menggunakan file step-back, lakukan rekapitulasi dengan

kembali ke panjang MAF. Instrumen dirotasikan dengan hati-hati guna

mengeluarkan debris tetapi tidak melebarkan saluran akar di apeks.

Irigasi

Paling sedikit gunakan 2 ml irigan di antara dua pemakaian file setelah

rekapitulasi.

Ukuran Preparasi

Page 13: Logbook SK 9 Fix.docx

Instrumentasi step-back biasanya harus sampai paling sedikit file no. 70. Ini

akan memberikan cukup debridement bagi sebagian besar saluran akar di

samping bentuk tapered yang memadai sehingga instrumen penguak dapat

masuk dengan cukup dalam. Suatu step-back yang lebih besar diperlukan bagi

saluran akar yang lebih besar.

Teknik Ekstirpasi Pulpa, Cleaning, dan Shaping

Preparasi saluran akar meliputi tahapan pembuangan jaringan

pulpa vital atau ekstirpasi dan pembersihan serta pembentukan saluran

akar.

Ekstirpasi Pulpa (Bulk Removal)

Ekstirpasi merupakan pembuangan jaringan pulpa vital

menggunakan barbed broach yang sudah diukur dan diseusikan

dengan working length gigi. Pembersihan dan pembuangan pulpa

vital dan jaringan nekrotik di daerah akar disebut juga

debridement. Ekstirpasi dilakukan selama akses untuk

mempermudah visibilitas dan paling baik dilakukan saat kamar

pulpa dibuka dan saluran akar telah ditemukan.

Pertama-tama, jarum ektirpasi harus sesuai dengan dimensi

saluran akarnya yang dapat dilihat dari radiograf. Ukurannya tidak

terlalu pas karena ditakutkan menempel pada dinding preparasi.

Pemakaian jarum ekstirpasi harus hati-hati karena jarum ini rapuh

sehingga mudah patah di dalam saluran akar. Selanjutnya, jarum

ektirpasi ditusukkan ke dalam pulpa sampai sedikit lebih pendek

dari panjang kerja. Gagang jarum diputar beberapa kali lalu tarik.

Seharusnya gerakan ini akan menyebabkan jaringan pulpa

tersangkut pada jarum. Jika tidak tersangkut, bisa menggunakan

jarum dengan ukuran yang lebih besar.

Standrardized Preparation

Teknik ini teknik sederhana dengan tetap mengacu prinsip

Cleaning dan Shaping, dengan menggunakan jarum ekstirpasi

diawal, dilanjutkan dengan jarum reamer, dan kemudian dilakukan

dengan file.

Page 14: Logbook SK 9 Fix.docx

Inti dari teknik ini, mengeluarkan jaringan di saluran akar,

debridement, melebarkan saluran akar, dan menghaluskan dinding,

bentuk saluran yg didapat lebih membulat. Hasil yang diinginkan

adalah terciptanya preparasi yang memiliki ukuran, bentuk, dan

ketirusan yang sama dnegan insturmen standar.

Flaring Preparation

Merupakan tapered preparation menggunakan step-back atau

crown down technique. Teknik step-back dapat menghasilkan

preparasi taper yang gradual dari apikal ke koronal. Teknik crown-

down juga menghasilkan preparasi yang tapered.

Objektif dari teknik ini adalah untuk menjaga agar perparasi

daerah apeks tetap kecil dan praktis tetapi debridement sempurna

dan dengan ketirusan yang makin melebar dari apeks hingga

korona. Posisi foramen juga harus sedekat mungkin dengan posisi

awal. Dengan flaring technique, operator dapat membuang lapisan

dentin dari dinding kanal.

Page 15: Logbook SK 9 Fix.docx

Metode:

1. Menyesuaikan panjang kanal dengan file kecil dan

jajagi

2. Membuang dentin koronal utuk memfasilitasi

penempatan file besar pada bagian apikal dan tengah.

Tahap ini menggunakan bur Gates-glidden, orifice

openers, atau hand files.

3. Tentukan ukuran file yang sesuai dengan ukuran

sebagiann besar ruang saluran akar apeks. File ini

disebur “Master Apical File” atau MAF.

4. Lebarkan ruang saluran akar apeks dan tengah

dengan teknik step-back atau crown-down untuk

cleaning dan shaping

Strategi Preparasi Kanal

Perawatan endodonik dapat dipermudah

dengan membagi seluruh prosedur menjadi

beberapa tahapan singkat. Mayoritas gigi

berukuran panjang 19-25 mm dengan ukuran

mahkota sekitar 10 mm dan ukuran akar 9-15

mm. Dengan membagi wilayah kerja akar

menjadi koronal, tengah, dan sepertiga apikal,

maka akan mendapatkan masing-masing

bagian 3-5 mm wilayah kerja.

Instrumen Preparasi Saluran Akar :

1. Jarum miller (smooth broach) : untuk menjajaki saluran akar & melepaskan

jaringan pulpa dari dinding saluran akar.

2. Jarum ekstirpasi : untuk mengangkat jaringan pulpa dari saluran akar

3. Jarum reamer : untuk melebarkan dinding saluran akar (sekarang jarang

diguna-kan)

4. File type-K : untuk menghaluskan dinding saluran akar & melebarkan saluran

akar yang sempit.

5. File type-H (Hedstrom file) : untuk melebarkan saluran akar dengan cepat,

namun meninggalkan dinding yang kasar. rapuh, mudah patah.

Page 16: Logbook SK 9 Fix.docx

6. Gates Glidden Drill : untuk membuka orifis & membentuk corong sampai 1/3

apeks

Gerakan Instrumen

Reaming, yaitu gerakan memutar searah jarum jam yang digunakan dengan

instrumen berujung tajam untuk perbesaran saluran akar.

Filing, yaitu gerakan push-pull menggunakan insturmen dan digunakan unruk

preparasi kanal. Biasanya gerakan ini yang menghasilkan error saat preparasi

karena dapat menyebabkan perforasi.

Sirkumferensial Filing, yaitu teknik insersi file dengan perputaran seperempat

lingkaran searah jarum jam dan diberikan tekanan lalu ditarik. Hal ini dapat

menyebabkan perbesaran kanal.

Watch winding, yaitu teknik gerakan back and forth yang repatitif dari

instrumen endodontik. Sudut rotasinya antara 30–60o. Teknik ini efisien

digunakan pada k-type instrments dan berguna pada saat preparasi biomekanik

kanal. Teknik ini tidak agresif sehingga mengurangi risiko error saat preparasi.

Teknik Preparasi Saluran Akar

1. Step Back Technique

Step-back technique atau serial root canal preparation

merupakan teknik preparasi dengan mempertahankan ukuran foramen

apikal yang kecil pada posisi normal dan menghasilkan bentuk tapered

ke arah koronal. Step-back technique ini mengurangi risiko error dan

meningkatkan debridement. Teknik ini terbagi menjadi dua tahap,

yaitu phase I yang meliputi preparasi apical constriction dan phase II

yang meliputi preparasi remaining canal.

Fase I

1) Inisasi preparasi access cavity dan tentukan lokasi orifice

Page 17: Logbook SK 9 Fix.docx

2) Tentukan panjang kerja dari gigi menggunakan pathfinder

3) Insersikan instrumen pertama ke kanal dengan watch winding

motion (gerakannya memutar searah jarum jam dan sebaliknya

dengan pemberian apical preassure yang minimal)

4) Irigasi kanal

5) Lubrikasikan instrumen pada daerah apikal agar dapat membantu

instrumen mengemulsikan jaringan pulpa yang tidak dapat

dibersihkan menggunakan irrigan

6) Gunakan file dengan ukuran yang lebih besar pada panjang kerja,

lalu irigasi

7) Lakukan rekapitulasi pada kanal dengan instrumen nomor kecil

yang sudah digunakan sebelumnya

8) Ulangi prosedur hingga K-file 25 mencapai panjang kerja.

Fase II

1) Gunakan file

dengan ukuran panjang 1 mm lebih pendek dari panjang kerja.

Insersi dengan gerakan watch winding lalu lepaskan setelah

melakukan gerakan circumferential filing, irigasi, dan rekapitulasi.

2) Ulangi prosedur menggnakan file lebih besar dnegan inkremen 1

mm dari panjang file sebelumnya.

3) Area mid canal dan koronal dipreparasi dan dibentuk dengan file

dengan nomor yang lebih besar

4) Rapikan preparasi menggunakan master apical file dengan gerakan

push-pull untuk menghasilkan dinding preparasi yang halus

Page 18: Logbook SK 9 Fix.docx

Variasi Step Back Technique

Perbesaran

bagian koronal saluran

akan dapat dilakukan

dengan Gates-Glidden

drills

Gates- Glidden drills

untuk preparasi bagian

mid root

Menggunakan headstorm files agar preparasi berbentuk flare

2. Step Down Technique

Perbedaannya dengan teknik step-back adalah teknik step down

mempreparasi kanal dari bagian mahkota menuju bagian apikal.

Teknik ini dikatakan dapat membetuk kanal yang lebih membulat

dibandingkan dengan teknik step-back.

Teknik

1) Langkah pertama adalah access cavity preparation tanpa obstruksi

pulp chamber. Tentukan letak orifice menggunakan sonde.

2) Isi access cavity dengan irrigan. Bentuk flare pada bagian sepertiga

koronal menggunakan Gates-Glidden drills atau Nickle-titanium

rotary instruments.

3) Gates-glidden drills dapat digunakan untuk scouting orifice setelah

digunakan file no. 10 atau no. 15. Teknik ini menggunakan Gates-

glidden drill berukuran besar dahulu lalu dilanjutkan dengan yang

lebih kecil diameternya untuk memberikan flare koronal.

4) Lakukan irigasi dengan sodium hypoclorite dan rekapitulasi

dengan file yang lebih kecil (no.10) untuk menghindari terjdainya

penyumbatan

5) Setelah melakukan enlargement koronal dan mid root

Teknik Klinis dan Tujuan

1) Preparasi Akses

Page 19: Logbook SK 9 Fix.docx

Menggunakan bur berukuran sesuai dengan handpiece high speed dan lakukan

penetrasi ke kamar pulpa dan buka atapnya. Setelah orifice ditemukan, buatlah

akses kavitas berbentuk corong pada orifice menggunakan tapered diamond

bur. Tentukan panjang kerja dengan radiograf kemudian letakkan kirgi no. 15

sepanjang panjang kerja perkiraan tersebut.

2) Instrumentasi Manual Step-back Pasif

Basahi kamar pulpa dengan larutan NaOCl lalu masukkan file no. 10 atau no.

15 sampai apeks radiografik dengan putaran seperempat dengan tekanan

tingan dan gerakan menarik dan mendorong. Masukan file no. 20, 25, 30, 35,

dan 40 dengan gerakan yang sama. Lakukan irigasi lagi dengan NaOCl.

3) Pemakaian GGd ssecara Pasif

Masukkan GGd no. 2 ke dalam saluran akar yang sedikit berbentuk corong

sampai sejauh instrumen terasa sesak. Tarik kembali sejauh 1-1,5 mm dan

nyalakan handpiece dengan kecepatan rendah dengan gerakan ke atas dan ke

bawah dengan tekanan ringan. Bentuklah saluran akar seperti corong dengan

GGd no. 3. Saluran akar harus selalu diirigasi dengan NaOCl setiap pergantian

alat.

4) Pemakaian Rimer Peeso Pasif

Rimer peeso no.2 diletakkan dalam saluran akar sampai terasa mamoat lalu

tarik 1-1,5 mm dan nyalakan handpiece dengan kecepatan rendah.

5) Konfirmasi Panjang Kerja

6) Preparasi Apeks

Setelah membentuk bentuk corong, masukkan file no. 20 sampai panjang kerja

tanpa hambatan. Preparasi saluran akar dengan file yang makin besar dan

dikurangi 1 mm secara inkremental.

7) Apical Clearing

Apical clearing hanya dilakukan pada preparasi apical stop. Terdiri dari dua

tahap, yaitu (1) Pelebaran akhir, dilakukan setelah preparasi saluran akar

selesai dan memenuhi kriteria cleaning and shaping yang adekuat.

Page 20: Logbook SK 9 Fix.docx

Menggunakan insturmen tiga smapai empat nomor lebih besar dari MAF

dengan gerakan reaming searah jarum jam dalam saluran akar yang penuh

dengan irigan, (2) Perimeran Kering, yaitu pembuangan serpihan dentin ke

arah apeks yang dilakukan setelah pelebaran akhir, irigasi, dan pengeringan

dengan paper points

PEDIATRIC ENDODONTIC

Canal Preparation

1. Working length ditentukan dengan mengukur radiograf yang diambil dengan

teknik bitewing parallel.

2. Lakukan anastesi lokal

3. Aplikasikan rubber dam

4. Working length detentukan dengan file endodontik pada kanal akar dari

radiograf

5. Untuk menghindari overestention di formaen apikal, direkomendasikan untuk

memendekkan working length sepanjang 2-3 mm dari pengukuran radiografis.

6. Saluran akar dibentuk dengan hati-hati. Karena dinding akar yang tipis pada

gigi sulung, tidak dianjurkan menggunakan sonic dan ultrasonic celaning

devices, bur Gates-glidden atau bur peeso karena dapat rentan mengakibatkan

perforasi.

7. Penggunaan isnturmen nikel-titanium lebih dianjurkan untuk membentuk

saluran akar dibandningkan dengan penggunaan bahan stainless steel. Hand

atau rotary techniques lebih ideal untuk gigi sulung. Pada penggunaan

instrmen SS, harus dilakukan precurve terlebih dahulu.

8. Untuk prosedure celaning and shaping, harus berhati-hati agar tidak terjadi

perforasi . kanal diperbesar beberapa ukuran dari ukuran file pertama yang pas

dnegan saluran akar dengan file minimum 30-35.