logbook sk 9 fix.docx
TRANSCRIPT
PENYAKIT PADA PULPASumber: Cohen’s Pathway of The Pulp, 10th Ed.
1. Pulpa normal
Gigi dengan pulpa normal tidak menunjukkan adanya simptom/gejala spontan
tertentu. Pulpa yang normal akan merespon terhadap uji vitalitas pulpa, dan simptom
yang dihasilkan dari pengujian tersebut adalah ringan (tidak menyebabkan sakit yang
berkepanjangan). Secara radiografis, akan tampak derajat kalsifikasi pulpa namun
tidak ada tanda-tanda resorpsi, karies, atau terpaparnya pulpa. Perawatan endodontik
tidak diperlukan/diindikasikan pada gigi dengan pulpa normal.
2. Pulpitis Reversibel
Saat pulpa di dalam gigi teriritasi dan menyebabkan rasa sakit yang tidak
nyaman pada pasien jika ada stimulus, namun akan pulih setelah terjadi iritasi disebut
reversible pulpitis. Faktor-faktor penyebab pulpitis reversibel adalah karies, dentin
yang terekspos, restorasi defektif, dan lain-lain.
Pulpitis reversibel bersifat asimptomatik, namun jika terdapat stimulus,
simptom akan terjadi dengan pola tertentu. Jika terdapat stimulus seperti cairan yang
panas maupun dingin ataupun udara akan terjadi sakit yang sementara. Jika stimulus
dihilangkan, yang normalnya tidak akan menyebabkan rasa sakit maupun
ketidaknyamanan, pada kasus pulpitis reversibel akan menyebabkan rasa sakit yang
hanya sebentar.
Penanganan dari pulpitis reversibel adalah dengan menghilangkan iritan dan
juga menutup dentin yang terekspos atau pulpa yang masih vital sehingga akan terjadi
pengembalian jaringan pulpa yang terinflamasi menjadi semula. Tetapi jika iritasi
pulpa berlanjut atau intensitas dari iritasi meningkat dapat menyebabkan
perkembangan pulpitis menjadi pulpitis irreversibel atau bahkan nekrosis pulpa.
3. Pulpitis Irreversibel
Pulpitis irreversibel terjadi jika inflamasi telah meluas dan berprogres dan
membutuhkan penghilangan jaringan yang terinfeksi. Menurut ABE, pulpitis
irreversibel dapat dibagi menjadi dua, yakni pulpitis irreversibel simptomatik dan
asimptomatik.
a. Pulpitis irreversibel simptomatik
Gigi yang mengalami pulpitis irreversibel simptomatik akan menunjukkan
tanda-tanda seperti sakit yang intermitten dan spontan. Saat gigi terpapar oleh
perubahan temperatur yang drastis (terutama stimulus dingin) akan menyebabkan rasa
sakit yang meningkat dan lama walaupun stimulus suhu tersebut telah dihilangkan.
Rasa sakit yang ditimbulkan dapat terasa tajam maupun tidak tajam, lokal, berdifusi,
atau referred.
Dalam gambaran radiografis pulpitis irreversibel, akan terlihat penebalan
ligamen periodontal. Restorasi yang dalam, karies, terpaparnya pulpa, atau gangguan
langsung atau tidak langsung lainnya mungkin terlihat dalam gambaran radiografis
ataupun secara klinis. Jika pulpitis irreversibel tidak ditangani secara cepat, pulpa
akan mengalami nekrosis.
b. Pulpitis irreversibel asimptomatik
Pada keadaan tertentu, karies yang dalam tidak akan menghasilkan
gejala/simptom tertentu, walaupun saat dilihat secara klinis maupun radiografis karies
telah mencapai pulpa. Jika tidak ditangani atau diobati, gigi tersebut dapat
menimbulkan simptom dan menjadi nekrosis. Jika terjadi kasus pulpitis irreversibel
asimptomatik, perawatan endodontik harus segera dilakukan agar tidak terjadi
simptom/gejala lanjutan yang dapat menyebabkan sakit yang parah dan mengganggu
kenyamanan pasien.
4. Pulpitis hiperplastika
Pulpitis hiperplastika disebut juga polip pulpa yaitu suatu inflamasi pulpa
produktif yang disebabkan oleh suatu pembukaan karies luas yang kadang-kadang
tertutup oleh epitelium dan disebabkan karena iritasi tingkat rendah yang berlangsung
lama. Penyebab terjadinya pulpitis hiperplastika adalah terbukanya pulpa karena
karies yang lambat dan progresif merupakan penyebab utamanya. Diperlukan suatu
kavitas besar yang terbuka, pulpa muda yang resisten, dan stimulus tingkat rendah
yang kronis. Pulpitis hiperplastika tidak mempunyai gejala kecuali saat mastikasi, bila
tekanan bolus makanan menyebabkan rasa sakit yang tidak menyenangkan.
Gangguan ini umumnya hanya terlihat pada gigi anak-anak dan orang muda.
Penampilan jaringan pulpa secara klinis adalah khas :
1. Suatu massa pulpa yang kemerah-merahan dan seperti daging mengisi sebagan
besar kamar pulpa/ kavitas/ bahakan meluas melewati perbatasan gigi.
2. Terlihat seperti ada benjolan jaringan ikat kol yang berwarna kemerah-
merahan mengisi kavitas hanya di permukaan oklusal yang besar.
5. Nekrosis pulpa
Nekrosis pulpa menandakan bahwa pulpa telah menjadi nonvital. Aliran darah
ke pulpa sudah tidak ada dan saraf pulpa sudah tidak berfungsi kembali. Setelah pulpa
menjadi nekrotik seluruhnya, gigi biasanya menjadi asimptomatik hingga satu waktu
dimana timbulnya simptom kembali disebabkan oleh perluasan penyakit ke jaringan
periradikular. Dengan adanya nekrosis pulpa, gigi tidak akan merespon terhadap test
elektrik pulpa maupun stimulus dingin. Tetapi, gigi akan merespons terhadap stimulus
panas jika panas diberikan dalam jangka waktu yang agak lama. Respons ini diduga
berkaitan dengan sisa-sisa cairan atau gas di dalam kanal pulpa yang meluas ke
jaringan periapikal.
Nekrosis pulpa dapat terjadi sebagian ataupun seluruhnya dan mungkin tidak
melibatkan seluruh kanal pulpa di dalam gigi yang memiliki lebih dari satu akar.
Dengan alasan ini, gigi dapat memunculkan simptom yang membingungkan karena
terdapat kemungkinan satu akar tidak menimbulkan respons tetapi akar yang lainnya
memberikan respons vital. Gigi juga dapat menunjukkan simptom yang mirip dengan
pulpitis irreversibel.
Setelah pulpa menjadi nekrotik, pertumbuhan bakteri dapat menjadi
berkelanjutan di dalam kanal pulpa. Saat infeksi (toksin bakteri dan infeksi) meluas
hingga ligamen periodontal, gigi akan menjadi simptomatik terhadap perkusi atau
menunjukkan sakit yang spontan. Perubahan dalam gambaran radiografik dapat
terlihat, dengan rentang dari penebalan ligamen periodontal hingga lesi radiolusens
pada periapikal.
PERAWATAN PULPA VITALSumber: Torabinejad
Perawatan pulpa vital merupakan hal yang penting dalam mempertahankan
struktur gigi. Jika terdapat lesi karies yang dalam namun belum mencapai pulpa, dapat
dilakukan pulp capping indirek yang merupakan prosedur untuk menghindari
terpaparnya pulpa secara tidak sengaja selama proses penghilangan jaringan karies.
Metode yang lainya adalah dengan menghilangkan seluruh jaringan karies. Jika pulpa
terekspos karena penghilangan jaringan karies tersebut, jaringan pulpa yang terekspos
tersebut dilaisi dengan liner yang biokompatibel dengan teknik yang disebut pulp
capping direk. Prosedur lainnya adalah dengan melakukan bedah pengambilan
jaringan pulpa yang terinflamasi (pulpotomi atau pulpektomi), dan jaringan yang
tersisa diberikan dressing/pelapis yang diharapkan akan membantu proses
penyembuhan pulpa.
Penghilangan Jaringan KariesKaries merupakan destruksi gigi secara progresif dan lokal yang paling banyak
menyebabkan penyakit pada pulpa. Produk dari metabolisme bakteri seperti asam
organik dan enzim proteolitik dapat menyebabkan kerusakan dari struktur enamel dan
dentin. Metabolit bakteria yang berdifusi dari lesi menuju pulpa dapat memicu
respons imun dan reaksi inflamasi. Terlebih jika karies dentin telah meluas dapat
mengenai pulpa dan terjadi invasi bakteri dalam pulpa.
Untuk membuang jaringan karies tersebut disarankan untuk menggunakan
instrumen rotary. Instrumen tangan (hand instrument) tidak disarankan untuk
digunakan karena dapat menyebabkan risiko terpaparnya pulpa secara mekanik.
Pengangkatan jaringan karies ini dapat dilakukan dengan menggunakan bur bulat
yang besar dan tajam dengan kecepatan lambat untuk menghilangkan lapisan terakhir
dari dentin yang lunak (terkena karies).
Capping Pulpa VitalStep-Wise Excavation of Caries
Teknik ini merupakan teknik yang digunakan untuk membuang jaringan karies
secara inkremental dalam 2-3 kali pertemuan dalam beberapa bulan ataupun setahun.
Setiap pertemuan jaringan karies dibuang, setelah itu diberikan basis semen ionomer
yang dapat membantu mineralisasi, dan yang terakhir dengan sealing restorasi
sementara.
Kontraindikasi dari teknik ini adalah jika terdapat tanda-tanda dari pulpitis
irreversibel karena pulpitis irreversibel sudah mencapai pulpa dan bakteri sudah
menginvasi pulpa sehingga pulpa menjadi rusak.
Pulp Capping Indirek
Teknik pulp capping indirek adalah tidak membuang seluruh lesi karies yang
belum mencapai pulpa untuk menghindari tereksposnya pulpa. Indikasi teknik ini
adalah lesi dalam dan tanpa gejala yang secara radiografis sangat dekat dengan pulpa
namun belum mencapai pulpa, pulpa yang masih vital, dan pada pasien dengan
pulpitis reversibel/karies dentin dalam yang belum mencapai pulpa. Sedangkan
kontraindikasinya adalah gejala-gejala yang menandakan adanya pulpitis irreversibel,
gigi yang peka terhadap perkusi, terdapat fistula, resorpsi akar eksterna/interna,
radiolusensi pada periapeks atau antara akar, dan juga kalsifikasi pada jaringan pulpa.
Teknik pulp capping indirek dilakukan pertama dengan pelapisan jaringan
affected dentin dengan kalsium hidroksida (pulp dressing/liner) yang bekerja sebagai
antibakteri dan akan mendisinfeksi pulpa superfisial.
Setelah dilapisi kalsium hidroksida, jaringan karies dilapisi dengan zinc oxide
eugenol yang merupakan bahan antibakteri serta dapat berguna dalam pengontrol rasa
sakit. Kandungan eugenol dari ZOE dapat digunakan sebagai pengontrol rasa sakit di
mana eugenol dapat memblokir transmisi dari impuls syaraf. ZOE juga dapat
memberikan marginal seal yang baik sehingga mencegah microleakage, yang dapat
mengurangi hipersensitivitas. Sebagai restorasi sementara ZOE baik karena efek
antimikrobial yang dihasilkannya.
Pulp Capping Direk
Terdapat dua indikasi dari tindakan pulp capping direk, yakni tereksposnya
pulpa akibat ketidaksengajaan saat proses preparasi dan juga terpaparnya pulpa akibat
karies. Saat pulpa terekspos akibat kesalahan mekanik saat preparasi, pulpa akan
mengalami hemorhagik/perdarahan. Setelah perdarahan dikontrol/selesai, pulpa yang
terekspos harus dilakukan capping menggunakan kalsium hidroksida atau mineral
trioxide aggregat (MTA) yang dilapisi dengan GIC di atasnya, setelah itu baru
diaplikasikan tumpatan permanen dengan marginal seal yang baik sehingga tidak
terjadi karies sekunder.
Pulpotomi
Pulpotomi merupakan penghilangan jaringan pulpa bagian korona (baik
sebagian maupun seluruhnya). Di atas pulpa yang dipotong diletakkan material yang
dapat merangsang terbentuknya jaringan keras gigi untuk melindungi pulpa di bagian
bawahnya. Tujuan dari pulpotomi sendiri adalah memberikan kesempatan pada
jaringan pulpa untuk melanjutkan pertumbuhan akar.
Berdasarkan bahan yang digunakan, pulpotomi dapat dibagi menjadi dua,
yakni:
1. Pulpotomi Ca(OH)2
Kalsium hidroksida memiliki biokompatibilitas tinggi dan antimikroba. Selain
itu pH dari 11-12,6 yang dapat menyebabkan mikroorganisme tidak berkembang yang
akan mengubah lingkungan pulpa yang asam karena bakteri menjadi basa. Kalsium
hidroksida juga akan merangsang sel mesenkim yang belum berdifirensiasi di bawah
lapisan jaringan nekrotik untuk berproliferasi dan diferensiasi menjadi odontoblas
yang akan memproduksi dentin reparatif untuk membentuk dentinal bridge yang akan
melindungi pulpa.
Indikasi gigi dewasa muda, kegagalan perawatan pulp capping, pulpa
terbuka karena terbentuk trauma dengan besar 2 mm atau lebih dan
lamanya lebih dari 6 jam, gigi dengan pulpitis ringan, gigi yang terbuka
dengan karies, keadaan umum pasien baik
Kontraindikasi gigi yang sensitif terhadap dingin atau panas, gejala
pulpitis lanjut (pulpitis ireversibel), peka terhadap perkusi dan palpasi,
perubahan gambar radiografik daerah periapeks, ruang pulpa sempit
2. Pulpotomi Formokresol
Perawatan ini memiliki kelemahan yakni jika formokresol berkontak dengan
jaringan pulpa dapat menyebabkan nekrosis dan fiksasi jaringan, sel, dan
mikroorganisme.
Indikasi perawatan pulpotomi gigi sulung yang terdapat inflamasi,
perawatan sementara pada gigi dewasa muda dengan diagnosis pulpitis
lanjut akut dan kronik dimana peradangan sudah mencapai saluran akar,
kegagalan perawatan pulpotomi Ca(OH)2, dan gigi posterior untuk
perawatan pulpa
Berdasarkan banyaknya jaringan yang diambil, pulpotomi dapat dibagi
menjadi dua, yakni:
1. Pulpotomi parsial mengambil hanya sebagian korona pulpa (jaringan yang
terinfeksi saja)
Teknik:
Anestesi pasien, lalu gunakan rubber dam dan disinfeksi superfisial
Preparasi akses sedalam 1-2 mm ke dalam kamar pulpa menggunakan
bur intan bulat high speed dengan air
Jika perdarahan banyak pulpa diamputasi lebih sampai perdarahan
menjadi normal/biasa
Kelebihan darah dari perdarahan dihilangkan secara hati-hati dengan
memberikan saline steril dan areanya dikeringkan dengan cotton pellet
steril
Untuk membersihkan luka pada kama pulpa dapat diberikan sodium
hipoklorit (NaOCl) 5%/bleach dapat membantu mengangkat
koagulum darah, menghilangkan sel pulpa yang rusak, debris, atau
kepingan dentin dan dapat mengontrol perdarahan dengan minimal
damage terhadap pulpa yang sehat
Tumpatkan hard-set kalsium hidroksida untuk memicu pembentukan
dentin reparatif. Setelah itu ditumpat dengan bacteria-tight seal seperti
zinc oxide eugenol atau GIC
Tumpat dengan resin komposit dengan proses etsa, bonding dan
penumpatan
2. Full pulpotomy mengambil seluruh bagian korona pulpa hingga ke orifis.
Prosesnya sama dengan partial pulpotomy namun perbedaannya hanya di
banyaknya jaringan yang diangkat.
Pulpektomi
Pulpektomi merupakan pengangkatan/penghilangan seluruh jaringan pulpa
hingga foramen apikal. Indikasi dari pulpektomi adalah komplikasi fraktur mahkota
dari gigi permanen jika gigi tersebut tidak mampu untuk dilakukan terapi pulpa vital.
Kontraindikasinya adalah jika kelainan sudah mencapai periapikal, terlihat
kegoyangan gigi patologik, resorpsi akar gigi sulung yang sudah luas, resorpsi interna
dan telah terjadi perforasi bifurkasi, kesehatan umum yang kurang baik, dan jika
proses infeksi sudah mengenai gigi tetap di bawahnya.
Preparasi Saluran Akar Perawatan endodonti mencakup tiga tangkah, yaitu pembersihan dan
pembentukan (cleaning and shaping) saluran akar, disinfeksi, dan obturasi.
Langkah cleaning dan shaping merupakan langkah awal yang sangat penting
dalam menentukan kesuksesan perawatan. Menurut Schilder, saluran akar
harus melalui langkah cleaning dan shaping; cleaning untuk membersihkan
sisa jaringan dan mesnterilkan saluran akar dan shaping untuk membentuk
saluran akar bagi bahan pengisinya sehingga ruang pulpa terisi secara
hermetis.
Prinsip:
Bentuk preparasi saluran akar yang tapered sehingga menyempit di
apikal (continuously tapering preparation)
Mempertahankan anatomi asli gigi
Mempertahankan posisi foramen apikal. Walaupun foramen apikal
akan diperbesar, tetapi tidak boleh merubah posisi foramen
Ukuran foramen apikal sekecil mungkin, tetapi harus tetap praktis
(foramen as small as is practical)
Prinsip Preparasi Saluran Akar :
1. Pembersihan Kavitas
Pembersihan saluran akar merupakan lanjutan dari pemberishan kavitas
di kamar pulpa. Irigasi sangat membantu dalam pembersihan saluran
akar dari debris dan jaringan nekrotik. Oleh karena itu, irigasi harus
selalu dilakukan sebelum, setiap, dan sesudah pergantian alat.
2. Bentuk Retensi
Daerah 1/3 apeks sepanjang 2-5 mm dari konstriksi apikal harus
dipertahankan bentuknya seperti file utama, agar kon utama dapat
mengisi seluruh daerah ini dengan rapat, sehingga akan diperoleh
pengisian yang hermetis. Kehermetisan ini dapat diketahui dengan
adanya retensi pada kon utama saat ditarik (tug back).
3. Bentuk Resisten
Penyempitan anatomis di apeks yang disebut konstriksi apikal harus
dipertahankan untuk menahan agar bahan pengisi (guttap point) tidak
terdorong ke daerah periapeks (ada apical stop).
Prinsip Dasar Instrumentasi Kanal
1. Akses menuju orifice kanal berupa garis lurus dengan membuang dentin
overhang.
2. File digunakan pada kanal dengan irrigants karena file harus dalam keadaan
basah saat pemakaian
3. Preparasi kanal harus mempertahankan bentuk asli saluran akar
4. Eksplorasi orifice harus menggunakan file berukuran kecil
5. Perbesaran kanal dilakukan menggunakan instrumen dengan nomor yang
berurutan
6. Semua instrumen disimpan pada batas kanal untuk menghindari kecelakaa
kerja
7. Tiap penggunaan dan penyimpanan file harus dubersihkan dan diperiksa
8. Insturmen dengan ukuran yang lebih kecil lebih sering digunakan
9. Jangan overpreparasi dan perbesaran kanal yang terlalu agresif
10. Tidak perlu membuat apical stop jika foramen apikal sudah berukuran besar
11. Jangan pernah memaksakan insturmen masuk ke kanal
I. Cleaning
Pada tahap cleaning, yang dilakukan adalah debridement atau
menghilangkan iritan yang tersisa atau berpotensi dari sistem saluran
akar. Iritan yang dimaksud mencakup bakteri, byproduct bakteri,
jaringan nekrotik, debris organik, jaringan vital, byproduct saliva,
hemoragik, dan kontaminasi lainnya.
Prinsip debridement adalah instrumen berkontak dan meratakan
dinding saluran akar agar debris dapat lepas dar dinding-dindingnya.
Agar pembersihan lebih efektif, digunakan irrigants yang terbuat dari
larutan kimiawi untuk membersihkan iritan dari area yang tidak dapat
dijangkau oleh instrmen. Irrigants akan melarutkan iritan dan
membersihkan saluran akar.
II. Shaping
Shaping merupakan pembentukan saluran akar seshingga dapat
diisi secara optimal dan saat pengisian kedap dari zat apapun
(hermetik). Prinsipnya adalah membentuk saluran akar yang
mengkerucut dari apikal ke koronal dan membentuk foramen apikal
sekecil mungkin tapi sepraktis mungkin tanpa merubah posisi foramen.
Kendala terbesarnya adalah sulitnya membantuk lengkung
saluran akar dengan sempurna dikarenakan instrumen yang digunakan
kurang fleksibel untuk mengikuti lengkung saluran sehingga sering
memotong bagian di luar lengkungan saluran akar. Untuk
menanggulangi masalah ini, dilakukan berbagai upaya, seperti
pelebaran saluran akar (enlargement) dan bentuk kerucut (taper).
Pelebaran, yaitu pelebaran yang cukup agar dapat
melakukan debridemen yang baik dan dapat manipulasi
dan engendalikan instrumen serta material obturasi
dengan baik tanpa melemahkan gigi ataupun
meningkatkan risiko kesalahan prosedur.
Ketirusan, yaitu bentuk saluran akar yang tirus (tapered)
sehingga instrumen penguak dan pemampat gutaperca
dapat berpenetrasi cukup dalam. Ketirusan harus cukup
dalam ke dalam saluran akar atau 0-1 mm dari apical
stop.
III. Pentuan Master Apical File (MAF)
Master Apical File adalah kirgi terbesar yang bisa pas pada
ujung panjang kerjanya. MAF ditentukan dengan menempatkan
kirgi secara pasif dan bertahap dengan ukuran sepanjang
panjang kerja hingga akhirnya diperoleh kirgi terbesar
sepanjang panjang kerja yang ujungnya sudah terasa mentok.
Prosedur setelah menentukan MAF adalah pembersihan dan
pembentukan secara step-back.
IV. Preparasi Apeks
Preparasi apeks dilakukan agar terciptanya konstriksi apeks
dengan
tujuan
membantu
agar instrumen, material, dan zat kimia tetap bekerja di lingkungan
saluran akar dan tidak melewatinya dan juga untuk mempertahankan
suatu batasan ketika kondensasi guta perca. Variasi preparasi apeks,
yaitu (1) Apical stop, yaitu adanya barier pada ujung preparasi, (2)
Apical seat, yaitu tidak ada barier sempurna tetapi ada konstriksi, (3)
apeks terbuka, yaitu preparasi apeks menyerupai silinder terbuka.
Merupakan langkah seteelah akses lurus selesai dan MAF ditentukan.
Untuk menjaga saluran akar tetap kecil dan memberikan debridemen yang
baik, dilakukan pelebaran 1-2 mm dari apeks dengan gerakan reaming,
umumnya sampai satu atau dua nomor lebih besar dari MAF. Pada saat
melakukan langkah ini, dianjurkan bekerja secara hati-hati karena dapat
membentuk ledge atau perforasi. Saluran akar dengan kelengkungan yang
tinggi dianjurkan menggunakan file yang tidak lebih dari no. 20.
Tapered
Setelah preparasi apeks, penirusan saluran akar (berbeentuk corong ke arah
korona) sisanya dilakukan dengan memendekkan panjang kerja 0,5mm setiap
kali mengganti file dengan file yang lebih besar dan dengan melakukan filing
perifer (atau teknik step-back)
Rekapitulasi
Setiap selesai menggunakan file step-back, lakukan rekapitulasi dengan
kembali ke panjang MAF. Instrumen dirotasikan dengan hati-hati guna
mengeluarkan debris tetapi tidak melebarkan saluran akar di apeks.
Irigasi
Paling sedikit gunakan 2 ml irigan di antara dua pemakaian file setelah
rekapitulasi.
Ukuran Preparasi
Instrumentasi step-back biasanya harus sampai paling sedikit file no. 70. Ini
akan memberikan cukup debridement bagi sebagian besar saluran akar di
samping bentuk tapered yang memadai sehingga instrumen penguak dapat
masuk dengan cukup dalam. Suatu step-back yang lebih besar diperlukan bagi
saluran akar yang lebih besar.
Teknik Ekstirpasi Pulpa, Cleaning, dan Shaping
Preparasi saluran akar meliputi tahapan pembuangan jaringan
pulpa vital atau ekstirpasi dan pembersihan serta pembentukan saluran
akar.
Ekstirpasi Pulpa (Bulk Removal)
Ekstirpasi merupakan pembuangan jaringan pulpa vital
menggunakan barbed broach yang sudah diukur dan diseusikan
dengan working length gigi. Pembersihan dan pembuangan pulpa
vital dan jaringan nekrotik di daerah akar disebut juga
debridement. Ekstirpasi dilakukan selama akses untuk
mempermudah visibilitas dan paling baik dilakukan saat kamar
pulpa dibuka dan saluran akar telah ditemukan.
Pertama-tama, jarum ektirpasi harus sesuai dengan dimensi
saluran akarnya yang dapat dilihat dari radiograf. Ukurannya tidak
terlalu pas karena ditakutkan menempel pada dinding preparasi.
Pemakaian jarum ekstirpasi harus hati-hati karena jarum ini rapuh
sehingga mudah patah di dalam saluran akar. Selanjutnya, jarum
ektirpasi ditusukkan ke dalam pulpa sampai sedikit lebih pendek
dari panjang kerja. Gagang jarum diputar beberapa kali lalu tarik.
Seharusnya gerakan ini akan menyebabkan jaringan pulpa
tersangkut pada jarum. Jika tidak tersangkut, bisa menggunakan
jarum dengan ukuran yang lebih besar.
Standrardized Preparation
Teknik ini teknik sederhana dengan tetap mengacu prinsip
Cleaning dan Shaping, dengan menggunakan jarum ekstirpasi
diawal, dilanjutkan dengan jarum reamer, dan kemudian dilakukan
dengan file.
Inti dari teknik ini, mengeluarkan jaringan di saluran akar,
debridement, melebarkan saluran akar, dan menghaluskan dinding,
bentuk saluran yg didapat lebih membulat. Hasil yang diinginkan
adalah terciptanya preparasi yang memiliki ukuran, bentuk, dan
ketirusan yang sama dnegan insturmen standar.
Flaring Preparation
Merupakan tapered preparation menggunakan step-back atau
crown down technique. Teknik step-back dapat menghasilkan
preparasi taper yang gradual dari apikal ke koronal. Teknik crown-
down juga menghasilkan preparasi yang tapered.
Objektif dari teknik ini adalah untuk menjaga agar perparasi
daerah apeks tetap kecil dan praktis tetapi debridement sempurna
dan dengan ketirusan yang makin melebar dari apeks hingga
korona. Posisi foramen juga harus sedekat mungkin dengan posisi
awal. Dengan flaring technique, operator dapat membuang lapisan
dentin dari dinding kanal.
Metode:
1. Menyesuaikan panjang kanal dengan file kecil dan
jajagi
2. Membuang dentin koronal utuk memfasilitasi
penempatan file besar pada bagian apikal dan tengah.
Tahap ini menggunakan bur Gates-glidden, orifice
openers, atau hand files.
3. Tentukan ukuran file yang sesuai dengan ukuran
sebagiann besar ruang saluran akar apeks. File ini
disebur “Master Apical File” atau MAF.
4. Lebarkan ruang saluran akar apeks dan tengah
dengan teknik step-back atau crown-down untuk
cleaning dan shaping
Strategi Preparasi Kanal
Perawatan endodonik dapat dipermudah
dengan membagi seluruh prosedur menjadi
beberapa tahapan singkat. Mayoritas gigi
berukuran panjang 19-25 mm dengan ukuran
mahkota sekitar 10 mm dan ukuran akar 9-15
mm. Dengan membagi wilayah kerja akar
menjadi koronal, tengah, dan sepertiga apikal,
maka akan mendapatkan masing-masing
bagian 3-5 mm wilayah kerja.
Instrumen Preparasi Saluran Akar :
1. Jarum miller (smooth broach) : untuk menjajaki saluran akar & melepaskan
jaringan pulpa dari dinding saluran akar.
2. Jarum ekstirpasi : untuk mengangkat jaringan pulpa dari saluran akar
3. Jarum reamer : untuk melebarkan dinding saluran akar (sekarang jarang
diguna-kan)
4. File type-K : untuk menghaluskan dinding saluran akar & melebarkan saluran
akar yang sempit.
5. File type-H (Hedstrom file) : untuk melebarkan saluran akar dengan cepat,
namun meninggalkan dinding yang kasar. rapuh, mudah patah.
6. Gates Glidden Drill : untuk membuka orifis & membentuk corong sampai 1/3
apeks
Gerakan Instrumen
Reaming, yaitu gerakan memutar searah jarum jam yang digunakan dengan
instrumen berujung tajam untuk perbesaran saluran akar.
Filing, yaitu gerakan push-pull menggunakan insturmen dan digunakan unruk
preparasi kanal. Biasanya gerakan ini yang menghasilkan error saat preparasi
karena dapat menyebabkan perforasi.
Sirkumferensial Filing, yaitu teknik insersi file dengan perputaran seperempat
lingkaran searah jarum jam dan diberikan tekanan lalu ditarik. Hal ini dapat
menyebabkan perbesaran kanal.
Watch winding, yaitu teknik gerakan back and forth yang repatitif dari
instrumen endodontik. Sudut rotasinya antara 30–60o. Teknik ini efisien
digunakan pada k-type instrments dan berguna pada saat preparasi biomekanik
kanal. Teknik ini tidak agresif sehingga mengurangi risiko error saat preparasi.
Teknik Preparasi Saluran Akar
1. Step Back Technique
Step-back technique atau serial root canal preparation
merupakan teknik preparasi dengan mempertahankan ukuran foramen
apikal yang kecil pada posisi normal dan menghasilkan bentuk tapered
ke arah koronal. Step-back technique ini mengurangi risiko error dan
meningkatkan debridement. Teknik ini terbagi menjadi dua tahap,
yaitu phase I yang meliputi preparasi apical constriction dan phase II
yang meliputi preparasi remaining canal.
Fase I
1) Inisasi preparasi access cavity dan tentukan lokasi orifice
2) Tentukan panjang kerja dari gigi menggunakan pathfinder
3) Insersikan instrumen pertama ke kanal dengan watch winding
motion (gerakannya memutar searah jarum jam dan sebaliknya
dengan pemberian apical preassure yang minimal)
4) Irigasi kanal
5) Lubrikasikan instrumen pada daerah apikal agar dapat membantu
instrumen mengemulsikan jaringan pulpa yang tidak dapat
dibersihkan menggunakan irrigan
6) Gunakan file dengan ukuran yang lebih besar pada panjang kerja,
lalu irigasi
7) Lakukan rekapitulasi pada kanal dengan instrumen nomor kecil
yang sudah digunakan sebelumnya
8) Ulangi prosedur hingga K-file 25 mencapai panjang kerja.
Fase II
1) Gunakan file
dengan ukuran panjang 1 mm lebih pendek dari panjang kerja.
Insersi dengan gerakan watch winding lalu lepaskan setelah
melakukan gerakan circumferential filing, irigasi, dan rekapitulasi.
2) Ulangi prosedur menggnakan file lebih besar dnegan inkremen 1
mm dari panjang file sebelumnya.
3) Area mid canal dan koronal dipreparasi dan dibentuk dengan file
dengan nomor yang lebih besar
4) Rapikan preparasi menggunakan master apical file dengan gerakan
push-pull untuk menghasilkan dinding preparasi yang halus
Variasi Step Back Technique
Perbesaran
bagian koronal saluran
akan dapat dilakukan
dengan Gates-Glidden
drills
Gates- Glidden drills
untuk preparasi bagian
mid root
Menggunakan headstorm files agar preparasi berbentuk flare
2. Step Down Technique
Perbedaannya dengan teknik step-back adalah teknik step down
mempreparasi kanal dari bagian mahkota menuju bagian apikal.
Teknik ini dikatakan dapat membetuk kanal yang lebih membulat
dibandingkan dengan teknik step-back.
Teknik
1) Langkah pertama adalah access cavity preparation tanpa obstruksi
pulp chamber. Tentukan letak orifice menggunakan sonde.
2) Isi access cavity dengan irrigan. Bentuk flare pada bagian sepertiga
koronal menggunakan Gates-Glidden drills atau Nickle-titanium
rotary instruments.
3) Gates-glidden drills dapat digunakan untuk scouting orifice setelah
digunakan file no. 10 atau no. 15. Teknik ini menggunakan Gates-
glidden drill berukuran besar dahulu lalu dilanjutkan dengan yang
lebih kecil diameternya untuk memberikan flare koronal.
4) Lakukan irigasi dengan sodium hypoclorite dan rekapitulasi
dengan file yang lebih kecil (no.10) untuk menghindari terjdainya
penyumbatan
5) Setelah melakukan enlargement koronal dan mid root
Teknik Klinis dan Tujuan
1) Preparasi Akses
Menggunakan bur berukuran sesuai dengan handpiece high speed dan lakukan
penetrasi ke kamar pulpa dan buka atapnya. Setelah orifice ditemukan, buatlah
akses kavitas berbentuk corong pada orifice menggunakan tapered diamond
bur. Tentukan panjang kerja dengan radiograf kemudian letakkan kirgi no. 15
sepanjang panjang kerja perkiraan tersebut.
2) Instrumentasi Manual Step-back Pasif
Basahi kamar pulpa dengan larutan NaOCl lalu masukkan file no. 10 atau no.
15 sampai apeks radiografik dengan putaran seperempat dengan tekanan
tingan dan gerakan menarik dan mendorong. Masukan file no. 20, 25, 30, 35,
dan 40 dengan gerakan yang sama. Lakukan irigasi lagi dengan NaOCl.
3) Pemakaian GGd ssecara Pasif
Masukkan GGd no. 2 ke dalam saluran akar yang sedikit berbentuk corong
sampai sejauh instrumen terasa sesak. Tarik kembali sejauh 1-1,5 mm dan
nyalakan handpiece dengan kecepatan rendah dengan gerakan ke atas dan ke
bawah dengan tekanan ringan. Bentuklah saluran akar seperti corong dengan
GGd no. 3. Saluran akar harus selalu diirigasi dengan NaOCl setiap pergantian
alat.
4) Pemakaian Rimer Peeso Pasif
Rimer peeso no.2 diletakkan dalam saluran akar sampai terasa mamoat lalu
tarik 1-1,5 mm dan nyalakan handpiece dengan kecepatan rendah.
5) Konfirmasi Panjang Kerja
6) Preparasi Apeks
Setelah membentuk bentuk corong, masukkan file no. 20 sampai panjang kerja
tanpa hambatan. Preparasi saluran akar dengan file yang makin besar dan
dikurangi 1 mm secara inkremental.
7) Apical Clearing
Apical clearing hanya dilakukan pada preparasi apical stop. Terdiri dari dua
tahap, yaitu (1) Pelebaran akhir, dilakukan setelah preparasi saluran akar
selesai dan memenuhi kriteria cleaning and shaping yang adekuat.
Menggunakan insturmen tiga smapai empat nomor lebih besar dari MAF
dengan gerakan reaming searah jarum jam dalam saluran akar yang penuh
dengan irigan, (2) Perimeran Kering, yaitu pembuangan serpihan dentin ke
arah apeks yang dilakukan setelah pelebaran akhir, irigasi, dan pengeringan
dengan paper points
PEDIATRIC ENDODONTIC
Canal Preparation
1. Working length ditentukan dengan mengukur radiograf yang diambil dengan
teknik bitewing parallel.
2. Lakukan anastesi lokal
3. Aplikasikan rubber dam
4. Working length detentukan dengan file endodontik pada kanal akar dari
radiograf
5. Untuk menghindari overestention di formaen apikal, direkomendasikan untuk
memendekkan working length sepanjang 2-3 mm dari pengukuran radiografis.
6. Saluran akar dibentuk dengan hati-hati. Karena dinding akar yang tipis pada
gigi sulung, tidak dianjurkan menggunakan sonic dan ultrasonic celaning
devices, bur Gates-glidden atau bur peeso karena dapat rentan mengakibatkan
perforasi.
7. Penggunaan isnturmen nikel-titanium lebih dianjurkan untuk membentuk
saluran akar dibandningkan dengan penggunaan bahan stainless steel. Hand
atau rotary techniques lebih ideal untuk gigi sulung. Pada penggunaan
instrmen SS, harus dilakukan precurve terlebih dahulu.
8. Untuk prosedure celaning and shaping, harus berhati-hati agar tidak terjadi
perforasi . kanal diperbesar beberapa ukuran dari ukuran file pertama yang pas
dnegan saluran akar dengan file minimum 30-35.