jumantik fix.docx

54
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus. Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi, disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan spontan (WHO, 2010) Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun 1953-1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian besar negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO, 2010). Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar orang memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama tinggal di daerah perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan di Rumah Sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap tahunnya (WHO, 2010). Berdasarkan Laporan Program DBD Tahun 2012, Seksi Pemberantasan Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, kabupaten Lamongan terdapat 312 kasus demam berdarah dan 2 1

Upload: anonymous-u1fobgqd

Post on 12-Jul-2016

127 views

Category:

Documents


24 download

TRANSCRIPT

Page 1: jumantik fix.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit epidemik akut yang

disebabkan oleh virus yang ditransmisikan oleh Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

Penderita yang terinfeksi akan memiliki gejala berupa demam ringan sampai tinggi,

disertai dengan sakit kepala, nyeri pada mata, otot dan persendian, hingga perdarahan

spontan (WHO, 2010)

Penyakit endemik ini pertama kali didata dan dilaporkan terjadi pada tahun 1953-

1954 di Filipina. Sejak itu, penyebaran DBD dengan cepat terjadi ke sebagian besar

negara-negara Asia Tenggara, termasuk di Indonesia (WHO, 2010).

Insidensi demam berdarah dengue meningkat secara dramatis di seluruh dunia

dalam beberapa dekade ini. Diperkirakan, saat ini di seluruh dunia sekitar 2,5 milyar

orang memiliki resiko terkena demam dengue. Mereka terutama tinggal di daerah

perkotaan negara-negara tropis dan subtropis. Diperkirakan saat ini sekitar 50 juta kasus

demam dengue ditemukan setiap tahun, dengan 500.000 kasus memerlukan penanganan

di Rumah Sakit. Dari kasus di atas, sekitar 25.000 jumlah kematian terjadi setiap

tahunnya (WHO, 2010).

Berdasarkan Laporan Program DBD Tahun 2012, Seksi Pemberantasan Penyakit

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, kabupaten Lamongan terdapat 312 kasus demam

berdarah dan 2 diantaranya meninggal dunia akibat penyakit tersebut dengan CFR sebesar

0,64 % yang tersebar di 27 kecamatan dan 33 puskesmas.

DBD masih menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat kecamatan Mantup.

Penemuan penderita DBD di wilayah puskesmas Mantup pada periode tahun 2013

ditemukan sebanyak 18 penderita yang tersebar dalam 12 desa dan dari kasus DBD yang

dirawat inap 100% pasien hidup. Namun pada awal 2015 dimana terjadi endemik DBD di

kecamatan Mantup , ditemukan 1 kasus meninggal dunia dengan sindroma syok demam

berdarah di dusun Sukorame, kecamatan Mantup Lamongan.

Jika pada awal masuknya DBD ke Indonesia angka kematian yang ditimbulkan

sangat tinggi, namun dengan berbagai kegiatan pengendalian yang telah dilakukan, angka

kematian tersebut dapat ditekan hingga dibawah 1% sejak tahun 2009. Situasi ini

diharapkan tetap dapat dipertahankan pada tahun tahun mendatang dengan

mengoptimalkan segala daya dan upaya pengendalian DBD.

1

Page 2: jumantik fix.docx

Aplikasi dalam pemberdayaan sumber daya untuk pengendalian DBD yaitu

dengan pembentukan Juru Pemantau Jentik atau Jumantik yang anggotanya adalah para

kader dari masyarakat. Pemberantasan sarang nyamuk (PSN) merupakan cara

pengendalian vektor sebagai salah satu upaya yang dilakukan untuk mencegah terjadinya

penularan penyakit DBD mengingat obat untuk membunuh virus dengue hingga saat ini

belum ditemukan dan vaksin untuk mencegah penularan DBD masih dalam tahap uji

coba. Kampanye PSN sudah digalakkan pemerintah dengan semboyan 3M yaitu

menguras tempat penampungan air secara teratur, menutup tempat – tempat

penampungan air dan mengubur barang – barang bekas yang dapat menjadi sarang

nyamuk (Depkes RI,tt).

Untuk menjadi jumantik, pihak puskesmas, bidan desa dan dokter internship

melatih mereka untuk menjaga kebersihan dan lingkungan sekitar dan melakukan

pemantauan jentik nyamuk secara sukarela di wilayah sekitarnya serta melakukan

pelaporan ke bidan desa dan puskesmas secara rutin dan berkesinambungan. Sehingga

diharapkan mereka bias mengetahui adanya jentik – jentik di lingkungan sekitarnya dan

menggugah perilaku hidup sehat masyarakat di sekitarnya.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka pada laporan ini akan dikaji

mengenai perkembangan jumantik di dusun Sukorame, Kecamatan Mantup, Lamongan.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Mengapa masyarakat dusun Sukorame, kecamatan Mantup Lamongan berpotensi

menjadi Jumantik ?

1.2.2 Bagaimana cara mengelola masyarakat di dusun Sukorame, kecamatan Mantup

Lamongan untuk menjadi Jumantik ?

1.2.3 Bagaimana peran kader selaku Jumantik di dusun Sukorame, kecamatan Mantup

Lamongan ?

1.2.4 Bagaimana hasil yang sudah diperoled dari pengembangan Jumantik di dusun

Sukorame, kecamatan Mantup, Lamongan ?

1.2.5 Apakah kendala yang dihadapi dalam pengembangan kader Jumantik di dusun

Sukorame, Kecamatan Mantup, Lamongan?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

2

Page 3: jumantik fix.docx

Melalui Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk menurunkan populasi nyamuk

penular DBD serta jentiknya dengan meningkatkan peran serta masyarakat dalam

pemberantasan sarang nyamuk dengan gerakan 3M plus.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk di

wilayah Kecamatan Mantup

2. Meningkatkan pengetahuan dan menggugah masyarakat untuk memperhatikan

tempat – tempat yang berpotensi untuk perkembangbiakan nyamuk penular DBD

3. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan

terus menerus sebagai indicator keberhasilan PSN DBD oleh masyarakat.

3

Page 4: jumantik fix.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Demam Dengue

2.1.1 Definisi

Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit di daerah tropis yang di

sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (betina). Ditandai

dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu,

gelisah, dan nyeri ulu hati.

1. Probable

- Demam tinggi mendadak

- Ditambah 2 atau lebih gejala penyerta :

o Nyeri kepala

o Nyeri belakang bola mata

o Nyeri otot dan tulang

o Ruam kulit

o Manifestasi perdarahan

o Leucopenia

o Uji HI > 1280 atau IgM/IgG positif

o Didaerah tempat tinggal ada kasus konfirmasi

2. Confirmed / diagnosis pasti

Kasus yang telah dikonfirmasi dengan criteria laboratories sebagai berikut :

- Isolasi virus dengue dari serum atau sampel otopsi

- Peningkatan titer antibody 4 kali pada pasangan serum akut dan konvalesen

- Positif antigen virus dengue pada pemeriksaan otopsi jaringan, serum atau cairan

serebrospinal dengan metode immunochemistry, immunofluoressence atau ELISA

- Pemeriksaan Polymerase Chain Reaction (PCR) positif

3. Reportable

Setiap kasus DD baik yang probable atau confirmed harus dilaporkan ke Dinas

Kesehatan

Definisi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)

1. Klinis

4

Page 5: jumantik fix.docx

Gejala klinis berikut harus ada yaitu:

a) Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus

selama 2-7 hari

b) terdapat manifestasi perdarahan ditandai dengan:

uji tourniquet positif

petekie, ekimosis, purpura

perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

hematemesis dan atau melena

c) pembesaran hati

d) syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki

dan tangan dingin, kulit lembab dan pasien nampak gelisah

2. laboratorium

a. trombositopenia (100.000/µl atau kurang)

b. adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler, dengan

manifestasi hemokonsentrasi sebagai berikut:

peningkatan hematokrit ≥ 20%

penurunan hematokrit ≥ 20% dari nilai standar, setelah dilakukannya penggantian

volume plasma.

2.1.2 Etiologi

Demam dengue dan demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue, yang

termasuk dalam genus Flavivirus, keluarga Flaviviridae. Flavivirus merupakan virus dengan

diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.

Terdapat 4 serotipe virus tipe yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4 yang

semuanya dapat menyebabkan demam dengue atau demam berdarah dengue keempat

serotype ditemukan di Indonesia dengan DEN-3 merupakan serotype terbanyak. Terdapat

reaksi silang antara serotype dengue dengan Flavivirus lain seperti Yellow fever, Japanese

encephalitis dan West Nile virus .

2.1.3 Patogenesis dan Patofisiologi

5

Page 6: jumantik fix.docx

DBD terjadi pada sebagian kecil pasien demam berdarah. Meskipun DBD dapat

terjadi pada pasien yang mengalami infeksi virus dengue untuk pertama kalinya, sebagian

besar kasus DBD terjadi pada pasien dengan infeksi sekunder. Hubungan antara terjadinya

DHF / DSS dan dengue sekunder merupakan infeksi yang berimplikasi pada sistem

kekebalan tubuh dalam patogenesis DBD, baik imunitas bawaan seperti sistem komplemen

dan sel NK serta imunitas adaptif termasuk humoral dan cell mediated kekebalan yang

terlibat dalam process. Peningkatan aktivasi kekebalan, khususnya selama infeksi sekunder,

menyebabkan respon sitokin yang berlebihan dapat mengakibatkan perubahan vaskular

permeabilitas. Selain itu, produk virus seperti NS1 mungkin memainkan peran dalam

mengatur pelengkap aktifasi dan permeabilitas vaskular.

Ciri dari DBD adalah permeabilitas pembuluh darah meningkat sehingga

menyebabkan kebocoran plasma, berkurangnya volume intravaskular, dan shock pada kasus

yang berat. Kebocoran ini unik karena ada kebocoran selektif plasma dalam rongga pleura

dan peritoneal dan periode kebocoran pendek (24-48 jam). Pemulihan syok yang cepat tanpa

gejala sisa dan tidak adanya peradangan pada pleura dan peritoneum menunjukkan perubahan

fungsional dalam integritas vaskular dari pada kerusakan struktural dari endotelium sebagai

mekanisme yang mendasari. Berbagai sitokin dengan permeabilitas meningkatkan efek yang

telah terlibat dalam patogenesis dari DHF. Namun, kepentingan relatif sitokin tersebut pada

DBD masih belum diketahui. Studi telah menunjukkan bahwa pola respon sitokin mungkin

berhubungan dengan pola persilangan T-sel-dengue yang dikenali. T-sel reaktif tampaknya

defisit fungsional dalam aktifitas sitolitiknya mengungkapkan peningkatan produksi sitokin

termasuk TNF-a, IFN-g dan chemokines.

TNF-a telah terlibat dalam beberapa manifestasi parah termasuk perdarahan dalam

beberapa hewan coba. Peningkatan permeabilitas pembuluh darah juga dapat dimediasi oleh

aktivasi sistem komplemen. Peningkatan kadar fragmen komplemen telah didokumentasikan

dalam DBD. Beberapa fragmen komplemen seperti C3a dan C5a diketahui memiliki efek

permeabilitas yang terkait. Dalam studi terbaru, para NS1 antigen virus dengue telah terbukti

dapat mengatur komplemen aktivasi dan mungkin memainkan peran dalam patogenesis

DBD.

Tingginya tingkat viral load pada pasien DBD dibandingkan dengan pasien DF telah

ditunjukkan dalam banyak penelitian. Tingkat protein virus, NS1, juga lebih tinggi pada

pasien DBD. Derajat viral load berkorelasi dengan keparahan penyakit, seperti efusi pleura

6

Page 7: jumantik fix.docx

dan trombositopenia, menunjukkan bahwa beban virus dapat menjadi penentu utama

keparahan penyakit.

2.1.4 Diagnosis

Diagnosis kerja DBD meliputi dua kriteria klinis pertama (demam dan manifestasi

perdarahan) ditambah satu dari kriteria laboratorium (atau hanya peningkatan hematokrit).

Sedangkan, diagnosis confirm DBD meliputi identifikasi virus (isolasi virus, RT-PCR,

deteksi antigen) dan, atau peningkatan titer antibody 4 kali pada pasangan serum akut dan

konvalesen.

2.1.5 Terapi

Pada dasarnya terapi DBD adalah bersifat suportif dan simtomatis. Penatalaksanaan

ditujukan untuk mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma dan memberikan

terapi substitusi komponen darah bilamana diperlukan. Dalam pemberian terapi cairan, hal

terpenting yang perlu dilakukan adalah pemantauan, baik secara klinis maupun laboratoris.

Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia pada umumnya terjadi

antara hari ke 4 hingga 6 sejak demam berlangsung. Pada hari ke-7 proses kebocoran plasma

akan berkurang dan cairan akan kembali dari ruang interstitial ke intravaskular. Terapi cairan

pada kondisi tersebut secara bertahap dikurangi.

Selain pemantauan untuk menilai apakah pemberian cairan sudah cukup atau kurang,

pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura

ataupun asites yang masif perlu selalu diwaspadai.

Terapi nonfarmakologis yang diberikan meliputi tirah baring (pada trombositopenia

yang berat) dan pemberian makanan dengan kandungan gizi yang cukup, lunak dan tidak

mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna.

Sebagai terapi simptomatis, dapat diberikan antipiretik berupa parasetamol, serta obat

simptomatis untuk mengatasi keluhan dispepsia. Pemberian aspirin ataupun obat

antiinflamasi nonsteroid sebaiknya dihindari karena berisiko terjadinya perdarahan pada

saluran cerna bagaian atas (lambung/duodenum). Protokol pemberian cairan sebagai

komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5 protokol, mengacu pada

protokol WHO.

7

Page 8: jumantik fix.docx

Protokol ini terbagi dalam 5 kategori,sebagai berikut:

1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok

2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat

8

Page 9: jumantik fix.docx

3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit >20%

9

Page 10: jumantik fix.docx

4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa

10

Page 11: jumantik fix.docx

5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa

11

Page 12: jumantik fix.docx

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan dalam terapi cairan khususnya pada

penatalaksanaan demam berdarah dengue pertama adalah jenis cairan dan kedua adalah

jumlah serta kecepatan cairan yang akan diberikan. Karena tujuan terapi cairan adalah untuk

mengganti kehilangan cairan di ruang intravaskular, pada dasarnya baik kristaloid ( ringer

laktat, ringer asetat, cairan salin ) maupun koloid dapat diberikan. WHO menganjurkan

terapi kristaloid sebagai cairan standar pada terapi DBD karena dibandingkan dengan koloid,

kristaloid lebih mudah didapat dan lebih murah. Jenis cairan yang ideal yang sebenarnya

dibutuhkan dalam penatalaksanaan antara lain memiliki sifat bertahan lama di intravaskular,

aman dan relatif mudah diekskresi, tidak mengganggu sistem koagulasi tubuh, dan memiliki

efek alergi yang minimal.

Secara umum, penggunaan kristaloid dalam tatalaksana DBD aman dan efektif.

Beberapa efek samping yang dilaporkan terkait dengan penggunaan kristaloid adalah edema,

asidosis laktat, instabilitas hemodinamik dan hemokonsentrasi. Kristaloid memiliki waktu

bertahan yang singkat di dalam pembuluh darah.

Pemberian larutan RL secara bolus (20 ml/kg BB) akan menyebabkan efek

penambahan volume vaskular hanya dalam waktu yang singkat sebelum didistribusikan ke

seluruh kompartemen interstisial (ekstravaskular) dengan perbandingan 1:3, sehingga dari 20

ml bolus tersebut dalam waktu satu jam hanya 5 ml yang tetap berada dalam ruang

intravaskular dan 15 ml masuk ke dalam ruang interstisial. Namun demikian, dalam

aplikasinya terdapat beberapa keuntungan penggunaan kristaloid antara lain mudah tersedia

dengan harga terjangkau, komposisi yang menyerupai komposisi plasma, mudah disimpan

dalam temperatur ruang, dan bebasdari kemungkinan reaksianafilaktik.

Dibandingkan cairan kristaloid, cairan koloid memiliki beberapa keunggulan yaitu:

pada jumlah volume yang sama akan didapatkan ekspansi volume plasma (intravaskular)

yang lebih besar dan bertahan untuk waktu lebih lama di ruang intravaskular. Dengan

kelebihan ini, diharapkan koloid memberikan oksigenasi jaringan lebih baik dan

hemodinamik terjaga lebih stabil.

Beberapa kekurangan yang mungkin didapatkan dengan penggunaan koloid yakni

risiko anafilaksis, koagulopati, dan biaya yang lebih besar. Namun beberapa jenis koloid

terbukti memiliki efek samping koagulopati dan alergi yang rendah (contoh: hetastarch).

Penelitian cairan koloid dibandingkan kristaloid pada sindrom renjatan dengue (DSS)

pada pasien anak dengan parameter stabilisasi hemodinamik pada 1 jam pertama renjatan,

memberikan hasil sebanding pada kedua jenis cairan. Sebuah penelitian lain yang menilai

12

Page 13: jumantik fix.docx

efektivitas dan keamanan penggunaan koloid pada penderita dewasa dengan DBD derajat 1

dan 2 di Indonesia telah selesai dilakukan, dan dalam proses publikasi.

Jumlah cairan yang diberikan sangat bergantung dari banyaknya kebocoran plasma

yang terjadi serta seberapa jauh proses tersebut masih akan berlangsung. Pada kondisi DBD

derajat 1 dan 2, cairan diberikan untuk kebutuhan rumatan (maintenance) dan untuk

mengganti cairan akibat kebocoran plasma. Secara praktis, kebutuhan rumatan pada pasien

dewasa dengan berat badan 50 kg, adalah sebanyak kurang lebih 2000 ml/24 jam; sedangkan

pada kebocoran plasma yang terjadi seba-nyak 2,5-5% dari berat badan sebanyak 1500-3000

ml/24 jam. Jadi secara rata-rata kebutuhan cairan pada DBD dengan hemodinamik yang

stabil adalah antara 3000-5000 ml/24 jam. Namun demikian, pemantauan kadar hematokrit

perlu dilakukan untuk menilai apakah hemokonsentrasi masih berlangsung dan apakah

jumlah cairan awal yang diberikan sudah cukup atau masih perlu ditambah.

Pemantauan lain yang perlu dilakukan adalah kondisi klinis pasien, stabilitas

hemodinamik serta diuresis. Pada DBD dengan kondisi hemodinamik tidak stabil (derajat 3

dan 4) cairan diberikan secara bolus atau tetesan cepat antara 6-10 mg/kg berat badan, dan

setelah hemodinamik stabil secara bertahap kecepatan cairan dikurangi hingga kondisi benar-

benar stabil. Pada kondisi di mana terapi cairan telah diberikan secara adekuat, namun

kondisi hemodinamik belum stabil, pemeriksaan kadar hemoglobin dan hematokrit perlu

dilakukan untuk menilai kemungkinan terjadinya perdarahan internal.

2.2 Tindakan Pencegahan yang Dilakukan Kepada Masyarakat

2.2.1    Penyuluhan

Penyuluhan dilakukan dengan maksud untuk menyampaikan informasi dan

pengetahuan kepada masyarakat tentang penyakit DBD, bagaimana cara mencegah dan

memberantas penyakit demam berdarah yang lebih efektif, yaitu melalui pemberantasan

sarang nyamuk demam berdarah (PSN-DBD) dengan 4 M-Plus.

Manfaat dari kegiatan penyuluhan adalah menambah pengetahuan masyarakat yang

pada akhirnya mau dan mampu secara bersama sama dan terus menerus berperan aktif 

melakukan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) dengan 4 M-plus.

2.2.2 Pemantauan Jentik Berkala

13

Page 14: jumantik fix.docx

Pemantauan jentik berkala kegiatan untuk melihat situasi kepadatan jentik pada

tempat penampungan air di rumah/bangunan milik masyarakat maupun tempat tempat umum

oleh kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik) dusun Sukorame Kecamatan Mantup, sehingga

dapat meningkatkan kewaspadaan dini agar masyarakat terhindar dari penularan penyakit

Demam Berdarah Dengue.

Jumantik merupakan kader yang berasal dari masyarakat dan bertugas melakukan

pemantauan & pemeriksaan jentik tempat-tempat penampungan air di lingkungan

masyarakat  secara berkala dan terus-menerus, memberikan penyuluhan serta menggerakkan

masyarakat dalam melaksanakan pemberantasan sarang nyamuk DBD.

Manfaat jumantik adalah memantau dan memberantas jentik-jentik nyamuk demam

berdarah yang ada dilingkungan masyarakat serta memotivasi dan menggerakkan masyarakat

untuk berperan serta dalam melakukan PSN-DBD, sehingga diharapkan  populasi jentik

nyamuk demam berdarah yang ada di lingkungan  masyarakat menjadi berkurang.

2.2.3 Pemberantasan Sarang Nyamuk ( PSN )

Kegiatan dimaksud adalah pelaksanaan pemberantasan sarang nyamuk ( PSN ) secara

bersama sama pada waktu yang bersamaan ( serentak ) oleh semua lapisan masyarakat baik

pemerintah maupun swasta. Sehingga kegiatan ini dapat memotivasi dan menggerakkan

masyarakat untuk berperan serta dalam melakukan   PSN-DBD secara mandiri dan

berkesinambungan.

2.2.4 Larvasidasi Selektif

Larvasidasi dilakukan pada tempat penampungan air yang susah dikuras/dibersihkan

dan 20 rumah penyelidikan epidemiologi.

Manfaat kegiatan Larvasidasi adalah memberantas jentik-jentik nyamuk demam

berdarah dengan menggunakan bubuk abate terutama di daerah yg banyak menampung

air/susah air dan pada penampungan air terbuka yang susah dikuras/dibersihkan.

2.2.5 Fogging dengan Insektisida

14

Page 15: jumantik fix.docx

Pengasapan dilakukan sesuai dengan kesimpulan analisis dari kegiatan penyelidikan

epidemiologi penyakit DBD di tempat tinggal penderita dan lingkungan sekitarnya.

Pengasapan    ( fogging ) dilakukan oleh petugas puskesmas bekerjasama dengan pejabat

lingkungan dusun Sukorame Kecamatan Mantup. Petugas penyemprot adalah petugas harian

lepas yang terlatih didampingi petugas puskesmas dan dokter intership

Persyaratan Fogging dengan insektisida :

–          Adanya penderita positif DBD berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan

laporan (SO) dari Rumah Sakit/Klinik/BP/Puskesmas.

–          Didukung hasil penyelidikan epidemiologi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan

yang telah terlatih dengan ditemukannya penderita demam tanpa sebab minimal 3 orang dan

atau tersangka penderita DBD serta ditemukan positif jentik Aedes  (≥ 5 % ) dari

rumah/bangunan disekitar rumah penderita.

Kegiatan fogging focus ini bertujuan memutus rantai penularan dengan membunuh

nyamuk dewasa yang sudah mengandung virus dengue dengan radius ± 100 M dari rumah

penderita. Tetapi kegiatan fogging ini bukan merupakan solusi utama untuk pencegahan DBD

selain itu fogging tersebut harus dilakukan oleh tenaga khusus dan terampil karena obat

(insektisida) yang digunakan mempunyai efek samping berbahaya bagi lingkungan dan orang

yang melaksanakannya serta terjadinya resistensi terhadap nyamuk itu sendiri.

Menginggat Untuk pencegahan yang paling efektif dapat dilakukan dengan

memberantas tempat berkembang biak nyamuk demam berdarah dengue dengan berperilaku

hidup bersih dan sehat di keluarga dan dilingkungan tempat tinggal yaitu dengan cara antara

lain :

1. Membersihkan lingkungan dan rumah masing-masing setiap hari, terutama tempat

penampungan air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk demam berdarah dengue seperti

bak mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga, dispenser, tempat minum burung dan lain-lain.

2. Melaksanakan kerja bakti secara teratur (satu minggu sekali) dilingkungan masing-masing.

3. Melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 4 M PLUS :

MENGURAS :  Menguras dan menyikat dinding tempat penampungan

air seperti : bak mandi dan drum.

15

Page 16: jumantik fix.docx

MENUTUP  : Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

seperti : drum,  tempayan dan lain-lain.

MENGUBUR : Mengubur atau menimbun barang-barang bekas serta

mengumpulkan barang-barang bekas yang dapat menampung air dan

dibuang ke tempat pembuangan sementara (TPS).

PLUS CARA LAIN : Mengganti air vas bunga seminggu sekali,

mengeringkan air di alas pot bunga, memperbaiki saluran air dan talang

air yang tidak lancar/rusak serta memasang kawat kasa atau

menggunakan obat anti nyamuk serta menggunakan kelambu untuk

menghindari dari gigitan nyamuk.

MEMANTAU :  Memantau dan memeriksa tempat-tempat penampungan

air sebagai tempat berkembangbiak nyamuk aedes aegpty  seperti bak

mandi, drum, ban bekas, alas pot bunga, dispenser, tempat minum burung

dan lain-lain.

2.3 Materi Penyuluhan Kader Jumantik

A. DAMPAK DBD

1. Dampak Sosial

o Kepanikan dalam keluarga

o Kematian anggota keluarga

o Berkurangnya usia harapan hidup

2. Dampak Ekonomi

o Dampak langsung

o Dampak tidak langsung

B. Pengertian Penyakit DBD (demam berdarah dengue)

Demam Berdarah Dengue adalah salah satu penyakit di daerah tropis yang di

sebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti (betina).

Ditandai dengan demam mendadak 2 sampai 7 hari tanpa penyebab yang jelas,

lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda perdarahan di kulit berupa bintik-

bintik merah, lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura), kadang-kadang terjadi

perdarahan di hidung (mimisan), berak darah, muntah bercampur darah, kesadaran

menurun atau shock.

16

Page 17: jumantik fix.docx

Nyamuk ini adalah nyamuk rumah yang menggigit pada siang hari, gigitan

nyamuk itu sendiri lebih dari satu kali. Demam Berdarah hanya ditularkan melalui

nyamuk Aedes aegypti (betina) yang berkembang biak di dalam air jernih di sekitar

rumah, bukan di got / comberan yang berair kotor. Protein yang terkandung di dalam

darah diperlukan oleh nyamuk betina untuk perkembangbiakan (produksi) telurnya.

C. Siklus Penularan DBD:

Dalam Tubuh Nyamuk:

o Berkembangbiak ke seluruh tubuh termasuk ke kelenjar liur

o Bila menggigit orang lain akan dipindahkan virus dengue tersebut bersama air

liur nyamuk

o Bila menggigit orang yang tidak memiliki kekebalan (umumnya anak-anak)

akan menjadi penderita DBD

o Nyamuk yang infeksius tersebut, seumur hidupnya akan menjadi sumber

penularan

o Dalam darah manusia, virus dengue akan mati dengan sendirinya dalam

waktu < 1 minggu

D. CARA PENULARAN

o Hanya oleh nyamuk A. Aegypti Betina

o Sumber Virus dengue:

o Penderita DBD

o Tidak Sakit DBD ( tapi dalam darahnya terdapat virus dengue)

Orang yang tidak sakit ini kemungkinan tinggi menular melalui nyamuk

A. aegypti

E. Tanda-tanda Penyakit Demam Berdarah

Gejala Penyakit DBD:

o Panas 2-7 hari

o Bintik Perdarahan : Untuk membedakan dengan bintik yang lainnya, kulit

diregangkan, apabila merah itu hilang bukan tanda demam berdarah

Gejala Tambahan :

17

Page 18: jumantik fix.docx

o Nyeri Ulu hati

o Ujung-ujung jari pucat

Gejala Lanjutan :

o Perdarahan spontan

F. Pertolongan Pertama Pada Demam Berdarah

o Penanganan Pertama:

1. Beri Minum sebanyak-banyaknya bisa teh, susu dan lainnya, sebaiknya oralit.

2. Kompres untuk menurunkan panasnya

o Pertolongan Selanjutnya:

1. Beri Obat penurun panas

2. Bawa ke sarana kesehatan terdekat

Jika penderita masih panas dengan sebab yang tidak jelas setelah/belum pernah

diobati( hari ke-3 panas saat ini)

WASPADA akan Demam Berdarah. Meliputi :

1. Mintalah pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikannya(LAB,dll)

2. Carilah keterangan apakah ada penderita demam berdarah di sekitar atau

penderita demam yang tidak jelas lainnya.

3. Waspadai terjadinya tiba-tiba pucat, lemas dan dingin atau perdarahan spontan

selama panas belum jelas sebabnya.

Pemeriksaan sederhana yang dapat dilakukan atau diminta untuk mendukung

dugaab ke arah DBD

1. Torniquet selama 5 menit untuk melihat adanya bintik perdarahan kulit

2. Cek trombosit (normal 150.000-400.000)

Bila hasil mendukung segera rujuk ke sarana kesehatan yang memiliki sarana

lebih lengkap dengan adanya transfusi darah.

G. Pencegahan Penularan Penyakit Demam Berdarah

a. Cara Fisik

18

Page 19: jumantik fix.docx

Melalui PSN (pemberantasan sarang nyamuk) dilakukan dengan tiga cara

yang disebut dengan 3M yaitu :

1. Menguras tempat-tempat penampungan air sekurang-kurangnya seminggu

sekali

2. Menutup rapat-rapat tempat penampungan air

3. Menguburkan, mengumpulkan, memanfaatkan atau menyingkirkan barang-

barang bekas yang dapat menampung air hujan seperti kaleng bekas, plastik

bekas dan lainnya.

Selain itu ditambah dengan cara lainnya yang dikenal dengan 3 M Plus seperti :

Ganti vas bunga, minuman burung dan tempat-tempat lainnya seminggu sekali

Perbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar

Tutup lubang pada potongan bambu, pohon dan lainnya

Bersihkan/keringkan tempat-tempat yang dapat menampung air seperti

pelepah pisang atau tanaman lainnya yang dapat menampung air hujan

Lakukan Larvasidasi yaitu membubuhkan bubuk pembunuh jentik (Abate 1 G,

Altosid 1,3 G dan Sumilarv 0,5 G) ditempat yang sulit dikuras.

Pelihara ikan pemakan jentik

Pasang kawat kasa di rumah

Pencahayaan dan ventilasi memadai

Jangan biasakan menggantung pakaian dalam rumah

Tidur menggunakan kelambu

Gunakan obat nyamuk untuk menegah gigitan nyamuk

19

Page 20: jumantik fix.docx

b. Cara Kimia

o Larvasidasi

Adalah menaburkan bubuk pembunuh jentik kedalam tempat penampungan

air. Bila menggunakan abate disebut Abatisasi. Adapun beberapa larvasida yakni :

Menggunakan bubuk Abate 1 G (bahan aktif : Temephos 1%)

Bubuk abate 1G berwarna kecoklatan, terbuat dari pasir yang dilapisi dengan

zat kimia yang dapat membunuh jentik nyamuk. Dalam takaran yang dianjurkan aan

bagi manusia dan tidak menimbulkan keracunan. Jika dimasukan ke air maka sedikit

demi sedikit zat kimia itu akan terlarut merata dan membunuh semua jentik nyamuk

yang ada dalam tempat penampungan air. Diantaranya ada yang menempel pada

dinding tempat penampungan air dan bertahan sampai 3 bulan. Oleh sebab itu

penaburan abate perlu diulang setiap 3 bulan. Takaran yang digunakan yakni untuk

100 liter air cukup dengan 10 gr bubuk abate 1 G.

o Fogging (pengasapan)

Nyamuk Ae. aegypti dapat diberantas dengan fogging (pengasapan) racun

serangga, termasuk racun serangga yang digunakan sehari-hari di rumah tangga.

Melakukan pengasapan saja tidak cukup, karena dengan pengasapan itu yang mati

hanya nyamuk dewasanya saja.

Selama jentik tidak dibasmi, setiap hari akan mucul nyamuk yang baru

menetas dari tempat perkembangbiakannya. Disamping itu biaya yang dikeluarkan

untuk melakukan fogging juga cukup besar. Karena itu cara yang tepat memberantas

jentiknya yang dikenal dengan istilah PSN DBD (Pemberansan Sarang Nyamuk

Demam Berdarah Dengue).

o Cara Biologis

Dengan memelihara ikan pemakan jentik yang diletakan pada kolam atau

genangan air yang sulit dikuras, seperti ikan kepala timah, cupang dan lainya.

Menanam tanaman pengusir nyamuk seperti Lili gundi

20

Page 21: jumantik fix.docx

Tempat yang potensial:

FASE – FASE KEHIDUPAN NYAMUK A. AEGYPTI

Sebelum kita memantau jentik sebaiknya mengetahui fase-fase kehidupan nyamuk A.

Aegypti.

Tempat bertelur nyamuk Aedes aegypti adalah kontainer air buatan yang berada di

lingkungan perumahan yang banyak ditemukan di dalam rumah dan sekitar lingkungan

perkotaan seperti botol minuman, alas pot bunga, vas bunga, bak mandi, talang air. Selain itu

juga sering ditemukan di lubang pohon, tempurung kelapa dan lainnya.

Ae. aegypti mengalami metamorfosis sempurna yaitu telur-larva-pupa/kepompong-

dewasa. Perkembangan Ae. aegypti dari telur sampai menjadi nyamuk dewasa memakan

waktu sekurang-kurangnya sembilan hari. Telur akan menetas menjadi larva dalam waktu 1-2

hari. Selanjutnya, larva berubah menjadi pupa dalam waktu 5 -15 hari. Stadium pupa

biasanya berlangsung dua hari, lalu keluarlah nyamuk dewasa yang siap mengisap darah dan

menularkan DBD. Umur nyamuk dewasa umumnya 2-3 minggu saja

21

Page 22: jumantik fix.docx

a. Telur

Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari tempat seperti genangan air atau daun

pepohonan yang lembab. Nyamuk betina meletakan telurnya didinding tempat

penampuangan air atau barang-barang yang memungkinkan tergenang di bawah permukaan

air. Telur akan diletakan berpencar (pada nyamuk Aedes oder Anopheles) atau dijejerkan

dalam satu baris (contoh nyamuk Culex) yang bisa mencapai 100-300 telur.

Telur berwarna hitam dengan ukuran 0,8 mm, berbentuk oval yang mengapung satu

persatu pada permukaan air yang jernih, atau menempel pada dinding tempat penampungan

air. Pada umumnya telur akan menetas menjadi jentik dala waktu 2 hari setelah terendam

air. Stadium jentik umumnya berlangsung 6-8 hari, dan stadium kepompong berlangsung

antara 2-4 hari. Perkembangan dari telur menjadi nyamuk dewasa selama 9-10 hari.

telur nyamuk

22

Page 23: jumantik fix.docx

b. Larva (jentik)

Larva adalah mahluk yang hidup di air, meskipun demikian untuk bernafas larva

harus menghirup udara secara langsung. Untuk itu, bagian belakang tubuhnya dilengkapi

dengan semacam pipa panjang hingga menembus permukaan air. Ukuran larva umumnya 0,5

sampai 1 cm, gerakannya berulang-ulang dari bawah keatas permukaan air untuk bernafas

kemudian turun kebawah dan seterusnya serta pada waktu istirahat posisinya hampir tegak

lurus dengan permukaan air.

Ciri khas dari larva Aedes aegypti adalah adanya corong udara pada segmen terakhir,

pada corong udara terdapat pecten dan sepasang rambut serta jumbae akan dijumpai pada

corong udara. Pertumbuhan dan perkembangan larva dipengaruhi oleh beberapa faktor

diantaranya yang penting adalah temperatur, cukup atau tidaknya bahan makanan dan ada

tidaknya binatang lain yang merupakan predator.

larva kepalanya dibawah air

23

Page 24: jumantik fix.docx

bagian belakang larva yang menyerupai pipa

Mikro organisme merupakan makanan larva. Dengan mengerakan mulutnya yang

menyerupai sikat, air dapat dibuat berpusar, sehingga mikro organisme dapat masuk ke dalam

mulutnya. Pada waktu bahaya, larva dapat menyelam dan berenang di dalam air. Stadium

larva tergantung dari jenis nyamuk, temperatur air dan makanan yang didapatkan. Biasanya

4-6 hari.

c. Pupa

Pupa tidak lagi mensuplai makanan ke dalam tubuhnya (fase istirahat). Pada stadium

ini, pupa bernafas pada permukaan air dengan menggunakan dua tanduk kecil yang berada

pada prothorax. Pupa juga sewaktu bahaya dapat menyelam di dalam air. Stadium ini

umumnya berlangsung hingga 5-10 hari, setelah itu akan keluar dari kepompongnya menjadi

nyamuk.

24

Page 25: jumantik fix.docx

Pupa Aedes aegypti

d. Nyamuk Dewasa

Setelah lahir (keluar dari kepompong), nyamuk istirahat untuk sementara waktu.

Beberapa saat setelah itu sayap meregang menjadi kaku, sehingga nyamuk mampu terbang

mencari mangsa atau darah.

Nyamuk Aedes aegypti jantan mengisap dairan tumbuhan atau sari bunga untuk

keperluan hidupnya, sedangkan yang betina mengisap darah. Nyamuk betina ini lebih

menyukai darah manusia dari pada binatang (bersifat antropofilik). Darah (proteinnya)

diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk jantan, dapat

menetas. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan perkembangan telur mulai nyamuk

mengisap darah sampa telur dikeluarkan biasanya antara 3-4 hari. (satu siklus gonotropik).

Usia nyamuk Ae. agypti biasanya 2-4 minggu.

Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktifitas mengigit

biasanya mulai pagi sampai sore hari, dengan 2 puncak aktifitas antara pkll 09.00-10.00 dan

16.00-17.00. nyamuk Aedes aegypti mempunyai kebiasaan mengisap darah berulang kali

dalam satu siklus gonotropik, untuk memenuhi lambungnya dengan darah. Dengan demikian

nyamuk ini sangat efektif sebagai penular penyakit.

Setelah mengisap darah, nyamuk ini hinggap (beristirahat) di dalam atau kadang-

kadang di luar rumah berdekatan dengan tempat perkembangbiakannya. Biasanya di tempat

yang agak gelap dan lembab. Di tempat-tempat ini nyamuk menunggu proses pematangan

telurnya.

25

Page 26: jumantik fix.docx

Terdapat 3 faktor yang berperan dalam penularan infeksi virus dengue yakni manusia,

virus dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Seseorang yang dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan sumber penularan

DBD. Bila penderita DBD digigit nyamuk penular, maka virus dalam darah akan ikut terisap

masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di

berbagai jaringan tubuh nyamuk termasuk didalam kelenjar liurnya. Kira-kira satu minggu

setelah mengisap darah penderita nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain

(masa inkubasi ekstrinsik).

Virus ini tetap berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya, oleh karena itu

nyamuk Aedes aegypti yang telah mengisap virus dengue menjadi penular infektif sepanjang

hidupnya. Penularan ini terjadi karena setiap kali nyamuk menggigit, sebelum menghisap

darah akan mengeluarkan air liur malalui saluran tusuknya (proboscis), agar darah yang

diisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus dengue dipindahkan dari nyamuk ke

orang lain.

Dalam mencari sasaran (korban), nyamuk menggunakan indera penciumannya

(Chemical sensors) yang sangat tajam, yang dapat membaui sasarannya dari jarak 40 m.

Cahaya terang sebaliknya dapat membingungkan nyamuk, sehingga gangguan nyamuk dapat

berkurang bila terdapat cahaya. Begitu lampu dimatikan mulailah nyamuk mencari

sasarannya, terutama yang baunya paling mengundang. Tubuh manusia memancarkan

sebanyak 300-400 beragam zat bau-bauan. Nyamuk akan tertarik oleh bau-bauan seperti CO2

(karbondioksida), keringat (karena kandungan lactic acid) dan bakteri yang terdapat pada

26

Page 27: jumantik fix.docx

kulit. Selain itu temperatur tubuh dan kelembaban kulit mempengaruhi pula daya ketertarikan

nyamuk.

Nyamuk juga dilengkapi dengan sensor penerima panas (Heat sensors) yang sangat

sensitif. Ketika sudah dekat dengan sasarannya, nyamuk diperkirakan berorientasi dengan

temperatur yang dikeluarkan tubuh, sehingga dapat dengan mudah menemukan sasarannya

dalam kegelapan. Indera yang terakhir adalah mata (Visual sensors), yang dapat membedakan

gerakan, terang dan gelap. Orang yang mengenakan pakaian yang kontras (berbeda) dengan

lingkungannya dapat menjadi sasaran hisapan nyamuk.

Belalai tidak lain adalah perpanjangan dari mulut nyamuk , dikenal dengan nama

proboscis.

Ujung Proboscis terdiri dari enam bagian:

- dua pipa (labrum), satu untuk menghisap darah dan satunya lagi untuk memasukan cairan

ke dalam jaringan kulit yang dikelilingi oleh

- dua gergaji (stylet)

- dua pisau yang ujungnya tajam (stylet)

Kesemuanya diselimuti oleh organ yang disebut labium (semacam sarung senjata).

Nyamuk jantan bentuk proboscisnya tidak dikonstruksi untuk memotong daging. Nyamuk

jantan hanya hidup dari sari buahan dan sari bunga.

Cara nyamuk menghisap darah

1.

27

Page 28: jumantik fix.docx

Nyamuk hinggap dengan ke enam kakinya di atas permukaan kulit.

Lalu belalai akan didekatkan ke permukaan kulit.

2.

Begitu labium (sarung senjata) ditarik, pisau tajam diujung belalai akan melakukan

gerakan maju dan mundur seperti gergaji, untuk memotong permukaan kulit.

Lapisan kulit yang paling luar, yang harus dipotong (dibuka) nyamuk dikenal dengan nama

epidermis. Epidermis berfungsi untuk melindungi kulit dari pengaruh luar (lingkungan),

pada lapisan ini tidak terdapat pembuluh darah.

28

Page 29: jumantik fix.docx

Begitu terjadi luka, pembuluh darah akan menyempit dan darah akan membentuk

gumpalan yang menutupi luka. Selanjutnya terjadi proses pembekuan darah (dikenal dengan

istilah Hemostasis). Proses ini penting untuk mencegah terjadinya luka pendarahan yang

banyak, yang dapat mengakibatkan kekurangan darah.

Untuk mencegah hal tersebut (pembekuan darah), maka salah satu pipa jarum

(labrum) yang terdapat pada belalai akan mengeluarkan semacam cairan yang mengandung

anticoagulants (anti beku), yang berasal dari dalam perutnya. Selanjutnya belalai akan terus

masuk ke lapisan yang lebih dalam, yaitu lapisan dermis. Di lapisan kulit inilah terdapat

pembuluh darah yang dibutuhkan nyamuk, pembuluh darah kapiler.

Maka untuk dapat menghisap darah, nyamuk betina harus mencari (memancing)

terlebih dahulu dimana letak pembuluh darah kapilar dengan belalainya. Di lapisan ini belalai

terus mencari (memancing) pembuluh darah kapiler dengan interval waktu 10 detik sampai

pembuluh kapiler ditemukan.

29

Page 30: jumantik fix.docx

SOURCE: National Institute of Allergy and Infectious Diseases | GRAPHIC: By Brenna

Maloney and Patterson Clark, The Washington Post - May 01, 2007

Begitu ditemukan, maka darah akan segera dihisap.

30

Page 31: jumantik fix.docx

Rata-ratanya dibutuhkan waktu 50 detik untuk memasukan belalai ke dalam kulit

manusia, tanpa ada gangguan, nyamuk akan menghisap darah selama kira-kira 2,5 menit

(2,8 mg darah). Tubuh manusia mengandung 5-6 liter darah!

Selanjutnya nyamuk akan mencari makan dan berpasangan dan fase di atas akan terulang.

31

Page 32: jumantik fix.docx

BAB III

METODE

3.1 Metode Pelaksanaan

Tahap pengenalan medan menggunakan pendekatan survei, yaitu pengumpulan

data pada puskesmas dengan metode pengumpulan data secara observasional, yang

menurut waktu pengumpulan datanya bersifat cross sectional, sedangkan menurut analisis

data yang digunakan adalah statistik deskriptif.

Tahap diagnosis intervensi dilakukan melalui suatu survei epidemiologi jentik

nyamuk di 20 rumah sekitar penderita DBD yang meninggal dan dan diskusi dengan

kader dan perangkat desa untuk menganalisis hasil dari pengenalan medan dan

mengidentifikasi prioritas masalah yang perlu ditangani dalam masyarakat untuk :

1. merumuskan diagnosis intervensi

2. mengidentifikasi solusi atau model pemecahan masalahnya, berbentuk program

kesehatan

3. mengidentifikasi sumberdaya setempat dan peran serta masyarakatnya

4. mengambil keputusan untuk memilih program atau model atau solusi yang akan

dikerjakan dalam tahap Terapi Intervensi.

Tahap terapi intervensi dilakukan dengan menggunakan pendekatan program

pembentukan Jumantik, yaitu mempersiapkan serta melaksanakan program atau model

atau solusi yang terpilih bersama dengan partisipasi masyarakat dengan memanfaatkan

sumberdaya setempat.

3.2 Lokasi

Kegiatan Mini Project dilaksanakan di dusun Sukorame, Kecamatan Mantup,

Kabupaten Lamongan.

3.3 Waktu

Kegiatan Mini Project dilakukan selama 4 bulan yaitu bulan Februari 2015 – Mei

2015.

Survei yang dilakukan dalam tahap pengenalan medan menggunakan metode

wawancara pada pemegang program demam berdarah, Kecamatan Mantup, Kabupaten

Lamongan.

32

Page 33: jumantik fix.docx

Tahapan diagnosis intervensi mini project dilakukan melalui suatu survei

epidemiologi jentik nyamuk di 20 rumah sekitar penderita DBD yang meninggal dan dan

diskusi dengan kader dan perangkat desa untuk menganalisis hasil dari pengenalan medan

dan mengidentifikasi prioritas masalah yang perlu ditangani dalam masyarakat.

Terapi intervensi mini project adalah intervensi secara langsung dengan

penyuluhan tentang pengetahuan dasar mengenai DBD yang diharapkan mampu

meningkatkan pengetahuan dan kewaspadaan warga desa. Terapi intervensi berikutnya

meliputi pelatihan dan pelantikan kader Juru Pemantau Jentik di Dusun Sukorame

Kecamatan Mantup, Lamongan.

Pemantauan hasil dari intervensi mini project yang dilakukan dengan memantau

hasil pencatatan jumlah jentik di Dusun Sukorame Kecamatan Mantup Lamongan dan

mendiskusikan dengan kader serta perangkat desa kesulitan yang dihadapi sebagai

Jumantik.

33

Page 34: jumantik fix.docx

BAB IV

HASIL KEGIATAN

4.1 Profil Komunitas Umum

4.1.1 Profil Puskesmas Mantup

TABEL 4.1 Profil Puskesmas MantupLUAS WILAYAH, JUMLAH DESA, JUMLAH PENDUDUK, JUMLAH RUMAH TANGGA,

DAN KEPADATAN PENDUDUK MENURUT DESAPUSKESMAS MANTUP TAHUN 2013

    LUAS JUMLAH JUMLAH RATA-RATA KEPADATA

NNO D E S A WILAYA

HPENDUDU

K RUMAH JIWA/RUMAH PENDUDUK

    (km2)   TANGGA (KK) TANGGA /km2

1 MANTUP 1515 6.107

1.840 3,30 4,03

2 SUMBERBENDO 535 1.683

597 2,80 3,15

3 TUNGGUNJAGIR 1443 4.695

1.596 2,90 3,25

4 SUKOBENDU 1234 5.964

1.926 3,00 4,83

5 TUGU 433 1.960

641 3,00 4,53

6 KEDUKBEMBEM 479 1.815

598 3,00 3,79

7 SUMBERDADI 545 3.626

1.251 2,80 6,65

8 KEDUNGSOKO 696 3.018

1.002 3,00 4,34

9 SIDOMULYO 311 1.997

729 3,70 6,42

10 SUKOSARI 391 2.211

852 2,50 5,65

11 SUMBERAGUNG 337 1.684

595 2,80 5,00

12 SUMBERKEREP 345 2.200

814 2,70 6,38

13 PELABUHANREJO 398

2.460 874 2,80 6,18

14 MOJOSARI 391 2.227

891 2,40 5,70

15 RUMPUK 259 1.811

602 3,00 6,99

JUMLAH 9312 43458 14808 2,93 4,67

34

Page 35: jumantik fix.docx

4.1.2 Data Geografis Dusun Sukorame

Batas wilayah kerja dusun Sukorame terdiri dari

Barat : Dusun Kedungrawe

Timur : Dusun Maip

Selatan : Dusun Babatan, Desa Sumberdadi

Utara : Dusun Maip

4.1.3 Data Demografik Dusun Sukorame

Jumlah penduduk : 766 orang

Laki : 379 orang

Perempuan : 387 orang

KK : 200 KK

Gakin : 133 KK

4.1.4 Sumber Daya dan Sarana Pelayanan Kesehatan

Bidan : 1 orang

Perawat : 1 orang

Posyandu Balita : 1 buah

Posyandu Lansia : 1 buah

Polindes : 1 buah

4.2 Hasil Kegiatan Pembentukan Kader JUMANTIK

Kegiatan pembentukan kader JUMANTIK yang dilakukan oleh peneliti dilakukan dalam

empat kali kegiatan. Kegiatan yang pertama adalah pelatihan para calon kader JUMANTIK,

kegiatan kedua adalah pelantikan kader JUMANTIK dan penyuluhan masyarakat dusun

Sukorame, kegiatan ketiga adalah praktek lapangan untuk para kader JUMANTIK, kegiatan

terakhir adalah analisis hasil pemantauan yang dilakukan oleh para kader pada bulan Maret

sampai dengan bulan Mei. Berikut ini disajikan ringkasan kegiatan pembentukan kader

JUMANTIK beserta hasil dan kendala yang didapatkan.

Kegiatan 1

Acara : Pelatihan calon Kader JUMANTIK

Lokasi : Rumah Kepala dusun Sukorame

Tanggal : 10 Maret 2015

35

Page 36: jumantik fix.docx

Jumlah peserta : 6 orang

Proses : Peserta adalah para kader yang ditunjuk oleh bidan dusun Sukorame

yang sebelumnya aktif dalam berbagai kegiatan desa. Para peserta tersebut dikumpulkan di

rumah kepala dusun untuk menjalani pelatihan berupa materi tentang demam berdarah dan

pencegahannya, cara mengamati jentik.

Kegiatan 2

Acara : Pelantikan Kader JUMANTIK dan Penyuluhan Masyarakat dusun

Sukorame

Lokasi : Rumah Kepala dusun Sukorame

Tanggal : 13Maret 2015

Jumlah peserta : 200orang

Proses : Peserta adalah para kader JUMANTIK yang telah mendapatkan

pelatihan dan ibu-ibu pengajian dusun Sukorame. Pelantikan Kader JUMANTIK dilakukan

dengan penyematan pin JUMANTIK di depan masyarakat, serta memperkenalkan para kader

kepada masyarakat dusun sukorame. Penyuluhan kepada masyarakat dilakukan setelah

pengajian berupa materi tentang demam berdarah.

Kegiatan 3

Acara : Praktek Lapangan untuk para kader JUMANTIK

Lokasi : Dusun Sukorame

Tanggal : 17 Maret 2015

Jumlah peserta : 1 kader JUMANTIK, 20 rumah

Proses : Peserta adalah salah satu kader JUMANTIK yang dipilih secara

random. Sebanyak 20 rumah diperiksa dengan supervisi dokter internsip atau tenaga

kesehatan. Setiap rumah yang diperiksa meliputi kamar mandi, bak penampungan air minum,

tempat pembuangan sampah, tempat genangan air, dan tempat penampungan air lain.

Diperiksa oleh kader JUMANTIK dan diikuti pemasangan kartu meter jentik didepan pintu

rumah.

Kegiatan 4

Acara : Analisis Hasil Pemantauan oleh para kader JUMANTIK

Lokasi : dusun Sukorame

Tanggal : 10 Mei 2015

36

Page 37: jumantik fix.docx

Jumlah peserta : 1 orang kader JUMANTIK, 10 rumah

Proses : Peserta adalah salah satu kader JUMANTIK dusun Sukorame. 10

rumah meliputi rumah dari hasil pemeriksaan bulan Mei, 5 rumah dengan hasil negatif dan 5

rumah dengan hasil positif. Melakukan crosscheck hasil pemeriksaan oleh kader

JUMANTIK.

Nama Kader Bulan Hasil Pemeriksaan Jentik Total

Positif Negatif

Bu Khayatun Maret 8 16 24

April 5 19 24

Mei 9 15 24

Bu Zuliana Maret 17 25 42

April 20 22 42

Mei 14 28 42

Bu Aspiah Maret 10 13 23

April 7 16 23

Mei 6 17 23

Bu Juwariyah Maret 27 22 49

April 10 39 49

Mei 7 42 49

Bu Sapiatun Maret 15 29 44

April 11 33 44

Mei 8 36 44

Bu Sutrani Maret 4 14 18

April 2 16 18

Mei 4 14 18

Total Maret 81 119 200

April 55 145 200

Mei 48 152 200

Tabel 4.2 Hasil Pemeriksaan Jentik

37

Page 38: jumantik fix.docx

4.3 Evaluasi

1) Angka Bebas Jentik (ABJ)

Maret : ABJ=119200

x100 %=59,50 %

April : ABJ=145200

x100 %=72,50 %

Mei : ABJ=152200

x100 %=76 %

2) House Index (HI)

Maret : HI= 81200

x100 %=40,50 %

April : HI= 55200

x100 %=27,50 %

Mei : HI= 48200

x100 %=24 %

Maret April Mei0

20

40

60

80

100

120

140

160

negatifpositif

Grafik 4.1 Hasil Pemeriksaan Jentik

38

Page 39: jumantik fix.docx

BAB V

DISKUSI

5.1 Analisis Hasil Intervensi

Sebelum diberikan intervensi berupa pembentukan kader jumantik, dusun

Sukorame ditemukan kasus positif DB sebanyak .... pasien, dan kasus kematian akibat

DB pula. Dengan kepadatan jentik pada saat penyelidikan epidemiologi pada bulan

Februari adalah sebesar 95% dari total 20 rumah di sekitar rumah pasien positif DB yang

berarti angka bebas jentik hanya sebesar 5%. Setelah dilakukan intervensi berupa

pelatihan kader jumantik dan pemantauan jentik dilakukan pada bulan Maret didapatkan

peningkatan angka bebas jentik yang signifikan menjadi 60% dari total 200 rumah yang

diperiksa dinyatakan bebas jentik nyamuk. Dan angka bebas jentik ini semakin

menunjukkan peningkatan yaitu pada bulan April menjadi 72,5% dan bulan Mei menjadi

85% dari total 200 rumah yang diperiksa dinyatakan bebas jentik nyamuk.

Peningkatan angka bebas jentik di atas menunjukkan bahwa dibentuknya kader

jumantik dan aktivitas pemantauan jentik yang berkala sangat efektif sebagai usaha

optimalisasi usaha PSN yang dilakukan oleh Puskesmas Mantup.

5.2 KegiatanEvaluasi

Evaluasiterhadapcapaian keberhasilan kader jumantik dalam usaha meningkatkan

angka bebas jentik dilakukan secara berkala, yaitu dengan cara pengisian buku kendali

cakupan bebas jentik masyarakat yang dilaporkan tiap bulannya kepada petugas

kesehatan desa, dan tiap triwulan nya akan dievaluasi oleh penanggungjawab program

DB Puskesmas.Setelah terbentuk kader jumantik dan berjalan kegiatan pemantauan rutin

jentik secara berkala, diharapkan nantinya akan tercapai angka bebas jentik 100%

tentunya pihak puskesmas dan warga desa harus terus bekerjasama dalam melanjutkan

dan memonitoring program pemantauan jentik ini, serta menggalakkan kegiatan

penanggulangan demam berdarah yang lain termasuk dalam penanganan penderita serta

pencegahan, penemuan kasus baru maupun pengobatan.

39

Page 40: jumantik fix.docx

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Mini Project ini berhasil dilaksanakan dengan baik sesuai dengan tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, dimana angka bebas jentik dapat terus

meningkat dan partisipasi aktif masyarakat dalam kebersihan lingkungan.Tidak kami

temukan kendala yang berarti sejak persiapan hingga pelaksanaan kegiatan, hal ini tidak

lepas dari bantuan dan dukungan dari pihak Puskesmas Mantup.

6.2 Saran

Untuk mencapai angka bebas jentik 100% tentunya pihak puskesmas dan warga

desa harus terus bekerjasama dalam melanjutkan dan memonitoring program pemantauan

jentik ini, serta menggalakkan kegiatan penanggulangan demam berdarah yang lain

termasuk dalam penanganan penderita serta pencegahan, penemuan kasus baru maupun

pengobatan. Penyuluhan kesehatan semacam ini hendaknya diadakandilaksanakan secara

berkala dan berkesinambungan dalam upaya mewujudkan keluarga yang sehat dan

sejahtera.

40

Page 41: jumantik fix.docx

DAFTAR PUSTAKA

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur

Tahun 2012.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan RI. 2007. Modul Pelatihan Bagi Pengelola Program Pengendalian Penyakit

Demam Berdarah Dengue Di Indonesia.

Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen

Kesehatan RI. 2014. Petunjuk Teknis Jumantik – PSN Anak Sekolah.

WHO. 1997. Vector Control – Methods for use by Individuals and communities.

EGC. Jakarta

WHO. 1999. Demam Berdarah Dengue : diagnosis, pengobatan dan pencegahan,

EGC. Jakarta

Widodo. 2012. Diagnosis dan Terapi cairan pada Demam Berdarah Dengue. Di akses

20 Maret 2015. http://widodo-sarono.blogspot.com/2010/12/diagnosis-dan-terapi-cairan-

pada-demam_22.html

41