pkl fix.docx

77
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka diperlukan juga sumber daya manusia yang mampu untuk mengimbangi hal tersebut. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat mempengaruhi pertumbuhan pembangunan dan industri yang merupakan salah satu factor penentu bagi kemajuan bangsa. Karena dengan majunya suatu bangsa, maka kesejahteraan rakyat akan dapat dirasakan secara merata baik dari kalangan atas, menengah, sampai golongan rendah. Dengan melihat hal tersebut, khususnya dibidang perindustrian maka sangat diperlukan tenaga-tenaga yang terampil yang mampu bekerja dengan baik dan professional yang mampu bersaing dengan lainnya. Sehingga dari itulah diperlukan praktek kerja lapangan yang mana nantinya diharapkan dapat menjadi acuan bagi mahasiswa untuk terjun langsung kelingkungan kerja yang nyata, sehingga mahasiswa dapat mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi. Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah mata kuliah khusus yang diwajibkan kepada setiap mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara terbimbing pada unit kerja tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Dalam pelaksanaannya telah ditekankan pada analisa terhadap kenyataan yang ada di sektor-sektor produksi 1

Upload: aditya

Post on 03-Dec-2015

309 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: pkl fix.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semakin berkembangnya ilmu pengetahuan maka diperlukan juga sumber

daya manusia yang mampu untuk mengimbangi hal tersebut. Perkembangan ilmu

pengetahuan sangat mempengaruhi pertumbuhan pembangunan dan industri yang

merupakan salah satu factor penentu bagi kemajuan bangsa. Karena dengan

majunya suatu bangsa, maka kesejahteraan rakyat akan dapat dirasakan secara

merata baik dari kalangan atas, menengah, sampai golongan rendah.

Dengan melihat hal tersebut, khususnya dibidang perindustrian maka sangat

diperlukan tenaga-tenaga yang terampil yang mampu bekerja dengan baik dan

professional yang mampu bersaing dengan lainnya. Sehingga dari itulah

diperlukan praktek kerja lapangan yang mana nantinya diharapkan dapat menjadi

acuan bagi mahasiswa untuk terjun langsung kelingkungan kerja yang nyata,

sehingga mahasiswa dapat mengamalkan Tri Darma Perguruan Tinggi.

Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah mata kuliah khusus yang diwajibkan

kepada setiap mahasiswa dengan melakukan praktek kerja secara terbimbing pada

unit kerja tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Dalam pelaksanaannya telah

ditekankan pada analisa terhadap kenyataan yang ada di sektor-sektor produksi

(organisasi perusahaan, penanganan bahan baku, proses pengolahan dan produksi,

pengendalian mutu, kesehatan, sanitasi dan aspek pemasaran).

Universitas Bengkulu sebagai institusi pendidikan berkewajiban

menghasilkan sarjana-sarjana yang profesional dan berwawasan luas yang

memiliki kemampuan skill dan manajerial, dituntut untuk mengakomodir

kebutuhan ilmu dan teknologi yang terus berkembang. Disamping perkuliahan

yang bersifat mempelajari teori, mahasiswa perlu melakukan praktek kerja

lapangan sesuai dengan ilmu yang dipelajari diperkuliahan yang bertujuan untuk

mendapatkan gambaran yang lebih komprehensif mengenai kenyataan yang ada di

lapangan pekerjaan. Adapun Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan merupakan

salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa Kimia FMIPA

Univertitas Bengkulu sebagai salah satu syarat dalam mancapai program sarjana

(S1). Secara umum, kerja praktek ini diharapkan dapat menciptakan seorang

1

Page 2: pkl fix.docx

mahasiswa yang berkualitas, memiliki skill kerja yang baik dan dapat mengurangi

tingkat pengangguran. Sebagai manusia yang berstatus Warga Negara Indonesia,

kita dituntut untuk memiliki keahlian dan keterampilan dalam bekerja.

Dalam pelaksanaannya Praktek Kerja Lapangan ini dilakukan disesuatu

lembaga tertentu, dapat berupa Perusahaan Terbatas (PT) ataupun balai-balai

pengujian milik pemerintah maupun swasta, seperti Praktek Kerja Lapangan yang

dilakukan di Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Provinsi

Bengkulu yang berada dibawah naungan Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bengkulu.

1.2 Tujuan Praktek Kerja Lapangan

1.1.1 Tujuan Umum

Adapun tujuan dari Praktek Kerja Lapangan ini adalah :

1 Memberikan pengalaman kerja kepada mahasiswa sebelum memasuki

dunia kerja yang dapat membuktikan dengan surat keterangan kerja

(referensi).

2 Menambah pengetahuan mahasiswa dalam hal instrument kimia dan

bahan-bahan kimia yang selama ini belum tahu, terutama dalam hal

kesempatan praktek yang diberikan oleh lembaga penelitian dan

perusaan industri.

3 Mengembangkan potensi pribadi mahasiswa secara optimal.

4 Memperoleh pengalaman dalam menerapkan konsep dan keterampilan

manajerial pada dunia kerja nyata seperti hubungan atasan-bawahan,

hubungan sesama kolegan, bekerja dalam tim, pemecahan masalah,

penerapan lapangan yang terkadang tidak sesuai dengan teori akademik

dan lain-lain.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa mengetahui nama-nama alat dan dapat mengoperasikan

alat-alat yang ada di laboraturium untuk menganalisa sampel.

2. Mahasiswa mengetahui apa dan bagaimana fungsi dan Balai Pembinaan

dan Penawasaan Mutu Barang Provinsi Bengkulu.

2

Page 3: pkl fix.docx

3. Mahasiswa mengetahui proses standarisasi mutu produk-produk

perkebunan yang ada di Provinsi Bengkulu.

1.3 Waktu Kegiatan PKL

Kegiatan Praktek Kerja Lapangan ini dilaksanakan selama 1 bulan, di

Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Provinsi

Bengkulu mulai tanggal 12 Januari sampai dengan 12 Februari 2015.

1.4 Ruang Lingkup PKL

Ruang lingkup Praktek Kerja Lapangan yang dilakukan meliputi :

Analisa kadar Nitogen SIR 10 dan SIR 20

Penetuan kadar nitrogen SIR 10 dan SIR 20

Penentuan hasil uji banding kadar nitrogen SIR 10 dan SIR 20

antar beberapa sampel dengan menggunakan metode analisa

data dan keadaan kelompok yaitu untuk menentukan nilai rata-

rata hitung, simpangan baku dan batas atas serta batas bawah.

1.5 Pengawasan Mutu Barang Eksportir

Proses Pelaksanaan Sertifikasi Mutu

Eksportir yang telah mampu melakukan kegiatan eksport tanpa perlu

lagi pembinaan, diwajibkan menerbitkan dua dukomen berdasarkan hasil

pengujiannya sendiri, yakni Surat Pernyataan Mutu (SPM) dan Sertifikat

Mutu (SM). SPM digunakan untuk lampiran PEB yang merupakan

dokumen eksport untuk disampaikan pada bank devisa dan sebagainya

didalam negeri, sedangkan SM digunakan untuk keperluan perdagangan

internasional yang wajib dimiliki oleh eksporter.

Eksportir yang masih perlu pembinaan, diwajibkan untuk

menertibkan SPM atas dasar hasil pengujiannya sendiri maupun kerja

sama dengan pihak lain. SPM tersebut digunakan sebagai dokumen

eksport lampiran PEB seperti tersebut diatas oleh badan pengambilan

contoh yang ditunjuk. Kegiatan pengambilan contoh tersebut dituangkan

dalam laporan pengambilan contoh (LPC).

3

Page 4: pkl fix.docx

EKSPORTIR

LAPORAN HASIL ANALISA TIDAK MEMENUHI SNI

BADAN PENGAMBILAN CONTOH

PAMBELI

LABORATORIUM PENGUJI MUTU YANG TELAH TERAKREDITASI OLEH “KAN”

SERTIFIKAT MUTU

PETUGAS PENGAMBILAN CONTOH

BARANG SUDAH BISA DIKAPALKAN BANK DEVISA

Contoh yang diambil beserta LPC disampaikan oleh badan

pengambilan contoh pada laboratorium penguji mutu yang ditunjuk sesuai

dengan permintaan eksportir untuk keperluan pengkajian kembali SPM

dan penerbitan SM, bila memenuhi persyaratan untuk keperluan

perdagangan. Bila hasil pengujian ini tidak memenuhi persyaratan,

diterbitkan laporan hasil analisa. Laporan hasil analisa digunakan sebagai

dasar untuk memberikan sanksi kepada eksportir yang bersangkutan. Jadi

kepada eksportir yang masih perlu pembinaan ada kewajiban untuk

pengujian contoh kepada laboratorium pengujian mutu yang ditunjuk

(BPPMB).

Prosedur Sertifikasi Mutu Komoditi Ekspor

Keputusan Mentri Perdagangan RI

Nomor : 22/kp/II/95

Berlaku : Februari 1996

4

Page 5: pkl fix.docx

1.6 Sistematika Penulisan

Penulisan laporan Praktek Kerja Lapangan ini dibagi dalam beberapa

bab yaitu :

BAB I PENDAHULUAN

Menjelaskan latar belakang dan tujuan dari Praktek Kerja Lapangan,

ruang lingkup praktek kerja lapangan serta sistematika penulisan.

BAB II DATA BPPMB

Menginformasikan tentang profil Balai Pembinaan dan Pengawasan

Mutu Barang Dinas Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bengkulu diantaranya adalah menginformasikan

sejarah dalam perkembangannya sejak dari LP3MB, BPSMB dan BPPMB,

dan tugas-tugas pokok BPPMB sampai kegiatan-kegiatan yang dilakukan

oleh masing-masing staf, struktur organisasi, perangkat pendukung beserta

sumber daya manusia yang ada.

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

SIR (Standard Indonesian Rubber)

Menguraikan tinjauan pustaka serta materi pendukung yang di peroleh

dari buku – buku pustaka yang digunakan sebagai tambahan pengetahuan

dari lingkup praktek kerja lapangan yang telah dilakukan, menjelaskan

sistematika analisa mulai dari alat serta bahan analisa sampai pelaksanaan

percobaan dan hasil.

BAB IV PELAKSANAAN ANALISA

Menguraikan tentang sistematika atau metode atau cara kerja yang

dilakukan juga memberikan informasi tentang alat-alat dan bahan-bahan

yang digunakan. Juga diberikan tentang perhitungan yang dilakukan dalam

mendapatkan hasil percobaan.

5

Page 6: pkl fix.docx

BAB V PEMBAHASAN

Menguraikan pembahasan dari keseluruhan pelaksanaan analisa yang

dilakukan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan kesimpulan terhadap semua pelaksanaan yang telah

dilakukan selama Praktek Kerja Lapangan serta saran-saran terhadap

perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan manajemen Dinas Koperasi,

UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu.

6

Page 7: pkl fix.docx

BAB II

INSTITUSI BALAI PEMBINAAN DAN PENGAWASAN MUTU BARANG

(BPPMB) PROVINSI BENGKULU

2.1 Sejarah BPPMB Provinsi Bengkulu

Dalam rangka pengawasan mutu produk eksport pada tahun 1984 didirikan

Laboratorium Pembantuan Pusat Pengujian Mutu Barang (LP3MB) yang

bertempat dijalan S.Parman N0.21 Padang Jati Bengkulu.

Sesuai dengan surat Keputusan Mentri Perdagangan Nomor 02/KP/I/1993

tanggal 7 januari 1993 tentang organisasi dan tata kerja BPSMB Departemen

Perdagangan, Balai Pengujian dan Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) yang

diresmikan pada tanggal 4 Agustus 1993 oleh Sekretaris Jendral Departemen

Perdagangan yaitu Bapak Bakir Hasan.

Setelah Berlakunya otonomi daerah (OTODA),Balai Pengujian dan

Sertifikasi Mutu Barang (BPSMB) berubah namanya menjadi Balai Pembinaan

dan Pengawasaan Mutu Barang sesuai dengan surat Keputusan Gubernur

Bengkulu Nomor 167 Tahun 2001 yang merupakan salah satu Unit Pelaksana

Teknis (UPT) dari Dinas Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Bengkulu dan saat ini BPPMB Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan

Perdagangan Provinsi Bengkulu telah terakreditasi oleh komite Akreditasi

Nasional Standarisasi Nasional (KAN-BSN) dengan Nomor Sertifikasi LP-06-

IDN. Sejalan dengan perubahan status dan adanya perkembangan serta penerapan

sistem mutu maka sejak menjadi BPPMB dimulailah penerapan SNI-19-17025-

2000 atau ISO/IEC/17025:1999.

Dalam perkembangan sejak dari LP3MB, BPSMB, dan BPPMB telah

dipimpin oleh beberapa pejabat yaitu:

1. Drs.Syahrial Syamsu (11 september 1993 s/d 4 juli 1995)

2. Drs.Marsal Mansyur (5 juli 1995 s/d september 2001)

3. H.Firdaus Rosid,SE (15 september 2001 s/d 24 februari 2004)

7

Page 8: pkl fix.docx

4. Drs Abd. Rifai Rauf (25 februari 2004 s/d November 2008)

5. Ir.Tabri Dahlan “PLT” (November 2008 s/d Februari 2009)

6. Yanuar Agus, SH (Februari 2009 s/d November 2009)

7. Drs.Ali Musramin (November 2009 s/d Juni 2010)

8. Ir.Tabri Dahlan (Juni 2010 s/d sekarang)

Untuk mengimplemantsikan tugas dan fungsi yang dibebankan, BPPMB

dilengkapi dengan satuan, fungsional, gedung, laboratorium permanen dan

perpustakan. Adapun tugas pokok dan fungsi BPPMB adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pembinaan dan pengawasan mutu barang.

2. Melakukan pengujian dan sertifikasi komoditi ekspor yang wajib diawasi

mutunya (sesuai sk Menperindag Nomor 164/MPP/Kep.6.1996 tanggal 1

juni 1996 tentang pengawasan mutu secara wajib untuk produk ekspor

tertentu).

3. Memberikan pelayanan jasa teknis yang meliputi :

Pengujian mutu barang dalam rangka sertifikasi penggunaan tanda

SNI/non sertifikat

Pengambilan contoh

Konsultasi teknis dan Pelatihan pengujian mutu barang

Adapun Visi dan Misi dari Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang

(BPPMB) adalah sebagai berikut :

VISI

Menjadikan Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB)

laboratorium yang profesional, diakui secara Nasional dan Internasional

sebagai laboratorium penguji mutu barang.

MISI

Menerapkan ISO 17025-2008

Mewujudkan pengawasan Standarisasi

Mensinkronisasikan hasil uji anrata laboratorium

8

Page 9: pkl fix.docx

2.2 Struktur Organisasi

9

Pejabat Fungsional

1. Hulman LT2. Sri Mardayenti, SP3. Elfira, B.sc4. Imran

Sub. Bagian Tata UsahaAgusman Ardin, S.E

Staf1. H. Kelana Ria Duka, M. SE2. Lukmansyah, S.Sos3. Sayuti, SE4. Jimmy Candra5. Yani Hartini6. Mardi Wardana

Seksi Jaminan Mutu

Hersan Hendri, SE

Staf

1. Riskan Efendi, SE2. Yan Efendi, S.sos3. Abu Nawas

Seksi PengujianIr. Herma Dewi

Staf

1. Hj. Prima Widya Putrini, ST2. Iwan Setiawan, ST3. Happy Oktarila, SP4. Litania

Kepala BPPMB ProvinsiIr. Tabri Dahlan

Page 10: pkl fix.docx

2.3 Sarana dan Prasarana

Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Dinas Koperasi,

UKM Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Bengkulu dalam upaya

melaksanakan tugas dan fungsinya, dilengkapi dengan berbagai sarana

pendukung. Sarana pendukung tersebut dapat dikelompokkan menjadi

bangunan/gedung, mesin, peralatan, bahan-bahan kimia serta sumber daya

manusia terlatih dan perpustakan yang mendukung.

2.3.1 Alamat

Jalan Mangga V Lingkar timur Bengkulu

Telepon (0736) 20189

Fax email (0736) 24002

2.3.2 Fisik Bangunan

Luas Bangunan : 1.000 m2

Luas Tanah : 3.075

Listrik : 33.000 Watt

Air : PAM dan Sumur

Sarana bangunan yang dimiliki meliputi : Kantor, Laboratorium,

Perpustakan, Mushola, dan Peralatan Olahraga.

2.3.3 Peralatan Laboratorium

Yang dimiliki Balai Pembinaan Dan Pengawasan Mutu Barang

(BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Bengkulu adalah :

Tabel 1 : Peralatan laboratorium BPPMB

Lab Mill Destilasi Nitrogen

Plastimeter MK II Kjedahl digestion aparatus

Plastimeter MK III Wallace Punch

Muffel Furnace Magnetic Stirrer

Oven PRI Gilingan Kopi

Over Dirt Cerra Tester

10

Page 11: pkl fix.docx

Oven MV Alat Uji AAS

Box Infra red Compresor Delta sonic

Neraca Analitis Mononey Viscometer

Water bath Bunsen Electrik

Ph Meter Ayakan Berbagai Ukuran

Elektromantle Automatis Viltage

Gelas Kimia Tabung Reaksi

Spektrofotometer Auto Clave

Flame Fotometer Centrifuge

Pipet Tetes Pipet Volummetri

Erlenmeyer Sudip, Batang Pengaduk

Buret Corong

2.3.4 Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia yang dimiliki Balai Pembinaan Dan

Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian

dan Perdagangan Provinsi Bengkulu saat ini berjumlah 18 orang yang

telah diklasifikasi menurut bidang kerja.

Adapun komposisi sumber daya manusia menurut klasifikasi bidang

kerja adalah sebagai berikut :

Tabel 2 : Komposisi SDM menurut klasifikasi bidang kerja

\

No UNIT JUMLAH

1 Kepala Balai 1 Orang

2 Sub. Bagian Tata Usaha 6 Orang

3 Seksi pengujian 5 Orang

4 Seksi Jaminan Mutu 4 Orang

5 Kelompok fungsional 4 Orang

Jumlah 20 Orang

11

Page 12: pkl fix.docx

Sampai dengan saat ini Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu

Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan

Provinsi Bengkulu telah melakukan pengujian beberapa komoditi

diantaranya :

SIR (Standard Indonesian Rubber)

Karet Konvesional

CPO ( Crude Palm Oil)

Pupuk

Kopi

Kakau

2.4 Ringkasan Kegiatan Staf BPPMB

2.4.1 Kepala BPPMB

Kepala Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang Propinsi

Bengkulu mempunyai tugas melaksanakan pembinaan dan pengawasan mutu

barang, pelaksanaan ketatausahaan, administrasi keuangan dan kepegawaian,

pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan.

Kepala Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan program kegiatan

b. Pelaksanaan pembinaan, ketatusahan, administrasi keuangan dan

kepegawaian

c. Pelaksanaan pembinaan kepegawaian

d. Pelaksanaan pelayanan pembinaan dan pengawasan mutu barang

e. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan

f. Pelaksanaan penyusunan / penyampaian laporan hasil kegiatan.

2.4.2 Kepala Sub Bagian Tata Usaha

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan

urusan ketatausahaan, administrasi keuangan dan kepegawaian, urusan

rumah tangga dan perlengkapan serta menghimpun data guna penyusunan /

penyampaian laporan kegiatan

12

Page 13: pkl fix.docx

Kepala Sub Bagian Tata Usaha mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penyusunan program kerja

b. Pelaksanaan ketatausahaan, administrasi keuangan dan kepegawaian

c. Pelaksanaan urusan rumah tangga dan perlengkapan

d. Pelaksanaan penghimpunan data, penyusunan / penyampaian laporan

hasil kegiatan

2.4.3 Kepala Seksi Jaminan Mutu

Kepala Seksi Jaminan Mutu mempunyai tugas melaksanakan

jaminan mutu barang sesuai hasil uji mutu, menerapkan system mutu sesuai

dengan standar nasional serta melaksanakan pembinaan kegiatan standarisasi.

Kepala Seksi Jaminan Mutu mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan program kerja

b. Pelaksanaan pengelolaan, pengawasan serta penerapan system mutu

c. Pelaksanaan penyiapan dan pemeliharaan dokumentasi system mutu

d. Pelaksanaan penyiapan dan audit internal dan audit eksternal

e. Pelaksanaan penyusunan / penyampaian laporan hasil kegiatan

2.4.4 Kepala Seksi Pengujian

Kepala Seksi Pengujian mempunyai tugas melaksanakan pelayanan

pengujian mutu barang.

Kepala Seksi Pengujian mempunyai fungsi :

a. Pelaksanaan penerimaan contoh uji, penyiapan pendistribusian dan

pengujian mutu barang

b. Pelaksanaan koordinasi tenaga teknis pengujian

c. Pelaksanaan penyusunan program kerja, serta penyusunan rencana

pengadaan alat laboratorium, bahan kimia / pembantu

d. Pelaksanaan penyiapan pengembangan laboratorium pengujian mutu

barang

e. Pelaksanaan penyusunan / penyampaian hasil pelaksanaan pengujian

mutu barang

13

Page 14: pkl fix.docx

2.4.5 Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan

sebagian tugas Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang Propinsi

Bengkulu sesuai dengan keahlian dan kebutuhan.

2.5 Kegiatan-kegiatan di BPPMB provinsi Bengkulu

Sesuai dengan keputusan menteri perdagangan No.872/kp/VII/85

Tanggal 5 juli 1985 tentang pengawasan mutu barang eksport, maka Balai

Pengujian dan sertifikasi barang melaksanakan kegiatan pengawasan mutu

barang yang baik sejak penanganan bahan olah sampai menjadi barang

dagangan siap eksport.

Petunjuk pelaksanaa dari kegiatan tersebut adalah keputusan direktorat

jendral perdagangan luar negeri No.56/Deplu/kp/185/1985, tanggal 5

Oktober 1985 jenis mutu dagangan untu eksport yang diterapkan

pengawasan mutunya dan ditambah dengan beberapa surat keputusan

lainnya. Sehingga menjadi 47 jenis komoditi, maka balai pengujian dan

sertifikasi mutu barang Bengkulu mendapat wewenang kegiatan sebanyak

15 jenis komoditi eksport yang di uji mutunya.

Jenis komoditi yang di uji di Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu

Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan

Propinsi Bengkulu untuk keperluan mensinkronasi hasil uji antara

laboratorium yaitu :

SIR (Standart Indonesian Rubber)

Karet Konvesional

Kopi

Kakao

Jenis komoditi yang di uji di Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu

Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM Perindustrian dan Perdagangan

Propinsi Bengkulu yang telah di tetapkan standart mutunya yang non

SM/tidak menerbitkan sertifikasi mutunya adalah :

Maulding/kayu

Minyak nilam

14

Page 15: pkl fix.docx

Minyak kelapa

Cassia indonesia

Jahe

15

Page 16: pkl fix.docx

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Karet

3.1.1 Definisi Karet

Karet alam berasal dari pohon Para (Hevea brasiliensis). Struktur botani

tanaman karet ialah tersusun sebagai berikut :

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiasiliensis

Pada dasarnya karet tidak hanya dapat diperoleh dari pohon Para (Hevea

brasiliensis) namun oleh karena pohon Para merupakan tanaman yang paling

banyak ditanam khususnya ditanam di kawasan Asia Tenggara yang notabene

merupakan kawasan penghasil karet alam terbesar dunia maka pohon Para identik

dengan Pohon Karet. Selain pohon Para , ada juga pohon – pohon jenis lainya

yang dapat menghasilkan lateks.

Pada tahun 1493 Michele de Cuneo melakukan pelayaran ekspedisi ke

benua Amerika yang dahulu dikenal sebagai “Benua Baru”.Dalam perjalanan ini

ditemukan sejenis pohon yang mengandung getah.Pohon-pohon itu hidup secara

liar di hutan-hutan pedalaman Amerika yang lebat. Orang-orang Amerika asli

mengambil getah dari tanaman tersebut dengan cara menebangnya. Getah yang

didapat kemudian dijadikan bola yang dapat dipantul-pantulkan.Bola ini disukai

penduduk asli sebagai alat permainan. Penduduk Indian Amerika juga membuat

alas kaki dan tempat air dari getah tersebut.

16

Page 17: pkl fix.docx

Delapan belas tahun kemudian para pendatang dari Eropa

mempublikasikan penemuan Michele de Cuneo.Saat publikasi bersamaan dengan

diperkenalkannya permainan bola yang dipantulkan yang merupakan permainan

tradisional bangsa Indian Aztec.Permainan ini selanjutnya berkembang menjadi

permainan tenis seperti yang dikenal sekarang.

Pada tahun 1601 karet ditulis tersendiri dalam sebuah buku oleh Antonio

Herrera.Kemudian, Tim Perancis dari Academic Rovale de Sciences melakukan

ekspedisi pertama ke daerah Amerika Selatan yang diketahui memiliki banyak

karet liar. Tim yang terdiri dari Charles Martie de la Condomine, Pierre Bouguer,

dan Luis Goden ini melakukan penelitiannya pada tahun 1735.

Ekspedisi pertama kemudian diikuti ekspedisi berikutnya menuju ke Artic

Circle.Kedua ekspedisi tersebut bertujuan untuk mengetahui mengapa karet dapat

berbentuk bulat sebab pengenalan karet pertama kali memang dalam bentuk bola.

Untuk itu, tim tersebut harus menelusuri daerah asalnya sehingga dapat

mengetahui hal yang sesungguhnya tentang karet.

Walaupun sudah dilakukan dua kali ekspedisi, tetapi hanya ekspedisi Peru

yang banyak memberi tambahan pengetahuan mengenai karet.Mereka berhasil

menjumpai tanaman karet yang bisa diambil getahnya tanpa harus menebang

pohonnya terlebih dahulu seperti yang biasa dilakukan sebelumnya.Cara baru

yang ditemukan adalah dengan melukai kulit batang tanaman. Hasil ekspedisi

peru dituangkan dalam bentuk buku oleh Freshnau pada tahun 1749 dengan

menyebut nama hevea dan dilengkapi gambar tanaman tersebut.

Sifat kimia dan fisika karet pun semakin dipahami,sehingga

penggunaannya semakin massal dan mulai masuk ke industrial. Furcroy pada

tahun 1791 menemukan cara mengangkut lateks, kemudian duet Cought dan Joule

pada tahun 1803-1853 menemukan sifat ketahanan terhadap panas. Hancock pada

tahun 1819 menemukan sifat kekenyalan karet dan Faraday menemukan sifat

tidak meneruskan arus listrik pada benda ini.

Tidak hanya sifat fisika dan kimianya, botani tanaman ini pun semakin

dipahami.Tahun 1825 terbitlah buku pertama tentang tanaman karet yang untuk

pertama kalinya pula disebutkan namailmiahnya, yaitu Hevea brasiliensis karena

tanaman tersebut berasal dari Brasil, tepatnya di wilayah Amazon.

17

Page 18: pkl fix.docx

Sejak tahun 1839 karet menjadi primadona perkebunan negara-negara

tropis. Pada sekitar tahun itu pula Charles Goodyear menemukan vulkanisasi karet

dengan cara mencampurkannya dengan belerang dan memanaskan pada suhu 120-

1300 C. Alexander Parkes juga mengembangkan cara vulkanisasi ini. Penemuan

tentang vulkanisasi memberi inspirasi Dunlop pada tahun 1888 untuk membuat

ban mobil yang selanjutnya dikembangkan oleh Goldrich.

Eduard Michelin adalah yang menemukan cara membuat ban angin, yaitu

ban berongga yang di dalamnya berisi angin, pengisian angin dilakukan dengan

cara dipompa, sehingga mobil lebih nyaman dikendarai. Thomas Hancokc pada

tahun 1875 mendirikan pabrik yang khusus bergerak dalam bidang pengolahan

karet yang merupakan pabrik pertama dalam bidang itu.

Pada tahun 1860 dimulailah pengembangan karet di daratan Asia. Pada

tahun tersebut Markham diutus oleh The Royal Botanic Garden, London, pergi ke

Amerika selatan untuk mengumpulkan biji-biji karet yang akan dikembangkan di

Asia. Selain Markham, lembaga tersebut juga mengutus HA Wickham untuk

mengumpulkan biji- biji karet dari Brasil.

Biji-biji karet yang dikumpulkan oleh kedua orang tersebut selanjutnya

disemaikan di India dan Sri Lanka.Dalam perkembangannya, biji-biji karet juga

disemaikan di Malaysia, Singapura dan Indonesia yang ketika itu masih bernama

Hindia Belanda.Setelah biji-biji tersebut tumbuh besar dan berproduksi,

dimulailah pembukaan kebun-kebun karet secara besar-besaran di Asia.

Perusahan yang merupakan perintis pembukaan perkebunan karet secara

besar-besaran di Asia adalah The North Borneo Trading Company pada tahun

1898.Perusahan inilah yang menyediakan dan mendistribusikan biji-biji karet ke

beberapa negara di Asia Tenggara.

Tahun 1864 untuk pertama kalinya tanaman karet diperkenalkan di

Indonesia yang pada waktu itu masih menjadi jajahan belanda.Mula-mula karet

ditanam di Kebun Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.Dari tanaman koleksi

karet selanjutnya dikembangkan ke beberapa daerah sebagai tanaman perkebunan

komersial.

Sejarah karet di Indonesia pernah mencapai puncaknya pada periode

sebelum Perang Dunia II hingga tahun 1956.Pada masa itu Indonesia menjadi

18

Page 19: pkl fix.docx

negara penghasil karet alam terbesar di dunia.Komoditi ini pernah begitu

diandalkan sebagai penopang perekonomian negara.

Karet merupakan politerpena yang disintesis secara alami melalui

polimerisasi enzimatik isopentilpirofosfat. Unit ulangnya adalah sama

sebagaimana 1,4-poliisoprena. Dimana isoprena merupakan produk degradasi

utama karet.

Bentuk utama dari karet alam, yang terdiri dari 97% cis-1,4-isoprena,

dikenal sebagai Hevea Rubber. Hampir semua karet alam diperoleh sebagai lateks

yang terdiri dari 32-35% karet dan sekitar 5% senyawa lain, termasuk asam

lemak, gula, protein, sterol ester dan garam. Lateks biasa dikonversikan ke karet

busa dengan aerasi mekanik yang diikuti oleh vulkanisasi (Malcom,P.S., 2001).

Karet mentah merupakan hydrocarbon. Pada tahun1826 seorang Ilmuwan

Inggris bernama Michael Faraday (1791-1867) menganalisa karet alam dan

menemukan rumus empiris karet alam yaitu C5H8, dan mengandung 2% sampai 4

% protein dan 1% sampai 4 % material terlarut aseton (resin, asam lemak, dan

sterol). Pada tahun 1860 seorang Kimiawan Inggris Charles Hanson Greville

Williams (1829-1910) menegaskan kembali hasil analisis Faraday dan pada tahun

1862 menyuling karet alam untuk memperoleh monomer –nya yang disebut

isoprene. Dia menentukan kadar uap isoprene dan rumus molekulnya, dan dia

juga menunjukkan bahwa itu yang mempolymerisasi produk karet. Pengamatan

yang mengarahkan bahwa karet merupakan polimer linear dari isoprene

diungkapkan oleh seorang Kimiawan asal Inggris Shrowder Pickles (1878-1962)

pada tahun 1910.

3.1.2 Jenis-Jenis Karet

Secara umum karet dibedakan atas karet alam dan kater sintetik.Karet

alam merupakan karet yang berasal dari alam,yakni terbuat dari getah tanaman

karet, baik spesies Ficus elatica maupun hevea brasiliensis.Ada beberapa jenis

karet alam yang dikenal, diantaranya merupakan bahan olahan.Bahan olahan ada

yang setengah jadi atau sudah jadi.Ada juga karet yang diolah kembali

berdasarkan bahan karet yang sudah jadi.

19

Page 20: pkl fix.docx

3.1.3 Karet Alam

Jenis – jenis karet alam yang dikenal luas adalah :

1. Bahan olah karet (latek kebun, sheet angin, slab tipis, dan lump segar)

Bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang

diperoleh dari pohon karet Haeva brasiliensis. Bahan olahan karet menurut

pengolahannya dibagi menjadi empat macam, yaitu :

a. Lateks Kebun

Lateks kebun adalah cairan getah yang didapat dari sadap pohon karet.

Cairan getah ini belum mengalami penggumpalan baik itu dengan tambahan

ataupun tanpa bahan pemantap (zat antikoagulan).

b. Sheet Angin

Sheet angin adalah bahan olah karet yang dibuat dari lateks yang sudah

disaring dan digumpalkan dengan asam formiat, berupa sheet yang sudah

digiling tetapi belum jadi.

c. Slab Tipis

Slab tipis adalah bahan olah karet yang terbuat dari lateks yang sudah

digumpalkan dengan asam formiat dalam bak penampung.

d. Lump Segar

Lump segar adalah bahan olah karet yang berasal dari lateks kebun yang

dikoagulasi dengan asam formiat di dalam mangkok (cup).

2. Karet konvensional (ribbed smoked sheet, white crepes dan pale crepe, estate

brown crepe, compo crepe thin brown crepe remills, thick blacket ambers, flat

bark crepe, pure smoked blanket crepe, dan off crepe)

Ada beberapa macam karet olahan yang tergolong karet alam konvensional.

Jenis itu pada dasarnya hanya terdiri dari golongan karet sheet dan crepe Menurut

buku Green book yang dikeluarkan oleh International Rubber Quality and Packin

Conferencei (IRQPC), karet alam konvensional dimasukkan kedalam beberapa

golongan mutu. Jenis – jenis karet alam olahan yang tergolong konvensional

menurut Green Book adalah sebagai berikut :

a. Ribbed smoked sheet

b. White crepe dan pale crepe

20

Page 21: pkl fix.docx

c. Estate brown crepe

d. Compo crepe

e. Thin brown crepe remills

f. Thick blanket crepes ambers

g. Flat bark crepe

h. Pure smoked blanket crepe

i. Off crepe

3. Lateks pekat

Lateks pekat adalah jenis karet yang berbentuk cairan pekat, tidak

berbentuk lembaran atau padatan lainnya. Lateks pekat yang dijual dipasaran ada

yang dibuatmelalui proses pendadihan atau creamed latex dan melalui proses

pemusingan ataucetruged latex. Biasanya lateks pekat banyak digunakan untuk

pembuatan bahan - bahan karet yang tipis dan bermutu tinggi.

4. Karet bongkah atau block rubber

Karet bongkah adalah karet remah yang relah dikeringkan dan dikilang

menjadi bandela – bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet bongkah

ada yang berwarna muda dan setiap kelasnya mempunyai kode warna tersendiri.

5. Karet spesifikasi teknis atau crumb rubber

Karet spesifikasi teknis adalah karet alam yang dibuat khusus sehingga

terjamin mutu teknisnya. Penetapan mutu juga didasarkan pada sifat – sifat teknis.

Persaingan karet alam dengan karet sintetis merupakan penyebab timbulnya

karetspesifikasi teknis. Karet sintesis yang permintaannya cenderung meningkat

memiliki jaminan mutu dalam setiap bandelanya. Keterangan sifat teknis serta

keistimewaan tiap jenis mutu karet sintesis disertakan pula. Hal ini diterapkan

juga pada karet spesifikasi teknis. Karet ini dikemas dalam bongkahan kecil, berat

dan ukurannya seragam, ada sertifikat uji coba laboratorium dan ditutup dengan

lembaran plastik polietilen.

6. Karet siap olah (tdyre rubber)

Tdyre rubber adalah bentuk lain dari karet alam yang dihasilkan sebagai

barangsetengah jadi sehingga bisa langsung dipakai oleh konsumen, baik untuk

pembuatan ban atau barang yang menggunakan bahan baku karet alam lainnya.

21

Page 22: pkl fix.docx

Tdyre rubber sudah dibuat di Malaysia sejak tahun 1972. Pembuatannya

dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing karet alam terhadap karet sintesis.

Tdyre rubber juga memiliki kelebihan, yaitu daya campur yang baik sehingga

mudah digabung dengan karet sintesis.

7. Karet reklim (rechlaimed rubber)

Karet reklim adalah karet yang diolah kembali dari barang – barang

karetbekas, terutama ban – ban mobil bekas dan bekas ban – ban berjalan.

Karenanya,boleh dibilang karet reklim adalah suatu hasil pengolahan scrab yang

sudah divulkanisir. Alexander Parkes adalah orang yang pertama kali

mengusahakan jenis karet ini pada tahun 1846. Sampai sekarang ternyata karet

reklim tetap dibutuhkan, bahkan dalam jumlah yang besar. Biasanya karet reklim

banyak digunakan sebagai bahan campuran sebab bersifat mudah mengambil

bentuk dalam acuan serta daya lekat yang dimilikinya juga baik. Produk yang

dihasilkan juga lebih kukuh dan tahan lama dipakai. Kelemahan karet reklim

adalah kurang kenyal dan kurang tahan gesekan sesuai dengan sifatnya sebagai

karet bekas pakai. Oleh karena itu karet reklim kurang baik digunakan untuk

membuat ban.

3.1.4 Karet Sintetis

Karet sintetis sebagian besar dibuat dengan mengandalkan bahan baku

minyakbumi. Pengembangan karet sintetis secara besar – besaran dilakukan

sejak zamanPerang Dunia II. Negara – negara industri maju merupakan pelopor

berkmbangnyajenis – jenis karet sintetis. Sekarang banyak karet sintetis yang

dikenal. Biasanya tiap jenis memiliki sifat tersendiri yang khas. Ada jenis yang

tahan terhadap panas atau suhu tinggi, minyak, pengaruh udara dan bahkan ada

yang kedap gas. Berdasarkan tujuan pemanfaatannya, ada 2 macam karet yang

dikenal, yaitu :

1. Karet sintetis yang digunakan secara umum

Karet sintetis ini dapat digunakan untuk berbagai keperluan. Bahkan, banyak

fungsi karet alam yang dapat digantikannya. Jenis – jenis karet sintetis untuk

kegunaan umum diantaranya sebagai berikut :

22

Page 23: pkl fix.docx

a. SBR (Stirena Butadiena Rubber)

Jenis SBR merupakan karet sintetis yang paling banyak diproduksi dan

digunakan. Jenis ini memiliki ketahanan kikis yang baik dan kalor atau panas

yang ditimbulkan juga rendah. Namun, SBR yang tidak diberi tambahan bahan

penguat memiliki kekuatan yang lebih rendah dibanding vulkanisat karet alam.

b. BR (Butadiena rubber) atau Polybutadiena Rubber

Dibandingkan dengan SBR, karet jenis BR lebih lemah, daya lekat lebih

rendah dan pengolahannya juga tergolong sulit. Karet ini jarang digunkan

tersendiri. Untuk membuat suatu barang biasanya BR dicampur dengan karet

alam atau SBR.

c. IR (Isoprene Rubber) atau polyisoprene rubber

Jenis karet ini mirip dengan karet alam karena sama – sama merupakan

polimer isoprene. Dapat dikatakan, banyak sifat IR yang mirip sekali dengan

karet alam, walupun tidak secara keseluruhan. Jenis IR memiliki kelebihan lain

dibanding karet alam, yaitu lebih murni dalam bahan dan viskositasnya lebih

mantap.

2. Karet sintetis yang digunakan untuk keperluan khusus

Jenis ini digunakan untuk keperluan khusus karena memiliki sifat khusus

yangtidak dipunyai karet sintetis untuk kegunaan umum. Sifat yang sekaligus

mejadikelbihannya ini adalah tahan terhadap minyak, oksidasi, panas atau suhu

tinggi serta kedap terhadap gas. Beberapa jenis karet sintetsi untuk kegunaan

khusus yang banyak dibutuhkan diantaranya sebagai berikut :

a. IIR (Isobutene Isoprene Rubber)

IIR sering disebut butyl rubber dan hanya mempunyai sedikit ikatan

rangkap sehingga membuatnya tahan terhadap pengaruh oksigen dan ozon. IIR

juga terkenal karena kedap gas. Dalam proses vulkanisasinya, jenis IIR lambat

matang sehingga memerlukan bahan pemercepat dan belerang. Akibat jeleknya,

IIR tidak baik dicampur dengan karet alam atau karet sintetis lainnya bila akan

diolah menjadi suatu barang. Sekarang telah dikembangkan IIR jenis bromtimol

biru dan klorobutil yang cepat matang pada proses vulkanisasinya.

b. NBR (Nytril Butadiene Rubber) atau acylonytrile butadiene rubber

23

Page 24: pkl fix.docx

NBR adalah karet sintetis untuk kegunaan khusus yang paling banyak

dibutuhkan. Sifatnya yang sangat baik adalah tahan terhadap minyak. Sekalipun

didalam minyak, karet ini tidak mengembang. Sifat ini disebabkan oleh adanya

kandungan akrilonitril didalamnya. Senakin besar akrilonitril yang dimiliki,

maka daya tahan terhadap minyak, lemak dan bensin semakin tinggi, tetapi

elastisitasnya semakin berkurang.

c. CR (Chloroprene Rubber)

CR memiliki ketahanan terhadap minyak, tetapi dibanding dengan NBR

ketahanannya masih kurang. CR juga memiliki daya tahan terhadap pengaruh

terhadap panas atau nyala api. Pembuatan karet sintetis CR tidak divulkanisasi

dengan belerang melainkan menggunakan magnesium oksida, seng oksida

danbahan pemercepat tertentu. Minyak bahan pelunak ditambahkan kedalam CR

untuk proses pengilahan yang baik.

d. EPR (Ethylene Propylene Rubber)

Keunggulan yang dimiliki EPR adalah ketahanannya terhadap sinar

matahari, ozon serta pengaruh unsur cuaca lainnya. Sedangkan kelemahannya

pada daya lekat yang rendah.

3.1.5 Sifat-Sifat Karet

Sifat – sifat karet alam yaitu warnanya agak kecoklat-coklatan, tembus

cahaya atau setengah tembus cahaya, dengan berat jenis 0,91-093. Sifat

mekaniknya tergantung pada derajat vulkanisasi, sehingga dapat dihasilkan

banyak jenis sampai jenis yang kaku seperti ebonite. Temperatur penggunaan

yang paling tinggi sekitar 99oC, melunak pada 130oC dan terurai sekitar 200oC.

Sifat isolasi listriknya berbeda karena pencampuran dengan aditif. Namun

demikian, karakteristik listrik pada frekuensi tinggi, jelek. Sifat kimianya jelek

terhadap ketahanan minyak dan ketahanan pelarut. Zat tersebut dapat larut dalam

hidrokarbon, ester asam asetat, dan sebagainya. Karet yang kenyal agar mudah

didegradasi oleh sinar UV dan ozon. Kelebihan karet alam sebagai berikut:

a. Daya elastisnya atau daya lentiongnya sempurna.

b. Sangat plastis, sehingga mudah diolah.

c. Tidak mudah panas.

24

Page 25: pkl fix.docx

d. Tidak mudah rusak.

Disamping itu sifat karet juga dipengaruhi oleh beberapa

faktor,diantaranya:

a. Pengaruh komponen bukan karet (non-rubber)

Kandungan bukan lateks yang terdiri dari air dan senyawa –

senyawa protein, lipida, karbohidrat, serta ion-ion anorganik mempengaruhi

sifat karet. Komponen senyawa-senyawa protein dan lipida selain berguna

menyelubungi partikel karet (memantapkan lateks), juga berfungsi sebagai

antioksi dan alamiah dan bahan pencepat (accelerator) dalam proses

pembuatan barang jadi karet. Oleh karet itu dalam penanganan bahan olah

(lateks kebun atau koagulum) dan dan pengolahan karet ekspor (lateks

pekat, RSS atau SIR) komponen non karet protein dan lipid harus dijaga

sebaik mungkin. Hilangnya protein dan lipid dapat terjadi akibat pencucian

yang terlalu berat atau akibat terjadinya pembusukan yang terlalu lama,

sehingga habis dimakana mikroba. Menjaga kandungan protein dan lipida

dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan peralatan serta pengawetan

serta mencegah terjadinya proses pencucian yang terlalu berat sewaktu

pengolahan. Karet yang telah habis kandungan protein dan lipidanya akan

mudah dioksidasi oleh udaramengakibatkan sifat elastisitas dan PRI nya

menjadi rendah.Kandungan ion-ion anorganik (Ca, Mg, Fe,Cu, dll)

berkorelasi dengan kadar abu didalam analisa karet. Semakin tinggi

konsentrasi ion logam semakin tinggi kadar abu. Kadar abu karet

diharapkan rendah, karena umumnya sifat logam dapat mempercepat

terjadinya proses oksidasi karet. Dalam penanganan bahan oleh karet

kotoran dari luar seperti pasir, tanah, dan lain-lain harus dihindarkan.

b. Pengaruh struktur kimia karet

Karet alam adalah suatu polimer dari isoprene dengan nama kimia cis

1,4poliisopren. Rumus umum moinomer karet alam adalah (C5H8)n. n

adalahderajat polimerisasi yaitu bilangan menunjukkan jumlah monomer di

dalamrantai polimer. Nilai n dalam karet alam berkisar antara 3000 –

15.000.

25

Page 26: pkl fix.docx

3.1.6 Penggunaan Karet

Karet alam banyak digunakan dalam industri-industri barang. Umumnya

alat-alat yang dibuat dari karet alam sangat berguna bagi kehidupan sehari-hari

maupun dalam industri seperti mesin-mesin pengerak. Barang yang dapat dibuat

dari karet alam antara lain ban mobil, tetapi juga ditemukan dalam sekelompok

produk-produk komersial termasuk sol sepatu, segel karet, insulasi listrik, sabuk

penggerak mesin besar dan mesin kecil, pipa karet, kabel, isolator, bahan-bahan

pembungkus logam, aksesoris olah raga dan lain-lain (Tim penulis, 1992).

3.1.7 Komponen Karet

Lateks adalah getah kental, seringkali mirip susu, yang dihasilkan banyak

tumbuhan dan membeku ketika terkena udara bebas. Selain tumbuhan, beberapa

hifa jamur juga diketahui menghasilkan cairan kental mirip lateks.Pada tumbuhan,

lateks diproduksi oleh sel-sel yang membentuk suatu pembuluh tersendiri, disebut

pembuluh lateks.Sel-sel ini berada di sekitar pembuluh tapis (floem) dan memiliki

inti banyak dan memproduksi butiran-butiran kecil lateks di bagian sitoplasma.

Apabila jaringan pembuluh sel ini terbuka, misalnya karena keratan, akan terjadi

proses pelepasan butiran-butiran ini ke pembuluh dan keluar sebagai getah kental.

Lateks terdiri atas partikel karet dan bahan bukan karet (non-rubber) yang

terdispersi di dalam air.Lateks juga merupakan suatu larutan koloid dengan

partikel karet dan bukan karet yang tersuspensi di dalam suatu media yang

mengandung berbagai macam zat.Di dalam lateks mengandung 25-40% bahan

karet mentah (crude rubber) dan 60-75% serum yang terdiri dari air dan zat yang

terlarut. Bahan karet mentah mengandung 90-95% karet murni, 2-3% protein, 1-

2% asam lemak, 0.2% gula, 0.5% jenis garam dari Na, K, Mg, Cn, Cu,Mn dan Fe.

Partikel karet tersuspensi atau tersebar secara merata dalam serum lateks dengan

ukuran 0.04-3.00 mikron dengan bentuk partikel bulat sampai lonjong.

26

Page 27: pkl fix.docx

Lateks merupakan emulsi kompleks yang mengandung protein, alkaloid,

pati, gula,(poli)terpena, minyak, tanin, resin, dan gom. Pada banyak tumbuhan

lateks biasanya berwarna putih, namun ada juga yang berwarna kuning, jingga,

atau merah.Susunan bahan lateks dapat dibagi menjadi dua komponen.Komponen

pertama adalah bagian yang mendispersikan atau memancarkan bahan-bahan yang

terkandung secara meratayang disebut serum.Bahan-bahan bukan karet yang

terlarut dalam air, seperti protein, garam-garam mineral, enzim dan lainnya

termasuk ke dalam serum.Komponen kedua adalah bagian yang didispersikan,

terdiri dari butir-butir karet yang dikelilingi lapisan tipis protein.Bahan bukan

karet yang jumlahnya relatif kecil ternyata mempunyai peran penting dalam

mengendalikan kestabilan sifat lateks dan karetnya.Lateks merupakan suspensi

koloidal dari air dan bahan-bahan kimia yang terkandung di dalamnya.Bagian-

bagian yang terkandung tersebut tidak larut sempurna, melainkan terpencar secara

homogen atau merata di dalam air.Partikel karet di dalam lateks terletak tidak

saling berdekatan, melainkan saling menjauh karena masing-masing partikel

memiliki muatan listrik.Gaya tolak menolak muatan listrik ini menimbulkan gerak

brown.Di dalam lateks, isoprene diselimuti oleh lapisan protein sehingga partikel

karet bermuatan listrik.

27

Page 28: pkl fix.docx

3.2 Karet Alam SIR 20

Standar mutu karet bongkah Indonesia tercantum dalam Standar Indonesia

Rubber (SIR). SIR adalah Karet bongkah (karet remah) yang telah dikeringkan

dan dikilang menjadi bandela-bandela dengan ukuran yang telah ditentukan. Karet

alam SIR-20 berasal dari koagulum (lateks yang sudah digumpalkan) atau hasil

olahan seperti lum,sit angin, getah keeping sisa, yang diperoleh dari perkebunan

rakyat dengan asal bahan baku yang sama dengan koagulum.Prinsip tahapan

proses pengolahan karet alam SIR-20 yaitu :

a. Sortasi bahan baku

b. Pembersihan dan pencampuran makro

c. Peremahan

d. Pengeringan

e. Pengempaan bandela

f. Pengemasan

Perbedaan SIR 5, SIR 10, dan SIR 20 adalah pada standar spesifikasi mutu

kadar kotoran, kadar abu dan kadar zat menguap yang sesuai dengan Standar

Indonesia Rubber. Langkah proses pengolahan karet alam SIR 20 bahan baku

koagulum (lum mangkok, sleb, sit angin, getah sisa). Disortasi dan dilakukan

pembersihan, pengeringan gantung selama 10 hari sampai 20 hari, peremahan,

pengeringan, pengempaan bandela, (setiap bandela 33 Kg atau 35 Kg),

pengemasan dan karet alam SIR-20 siap untuk diekspor (Ompusunngu, 1987).

Karet alam SIR-20 mempunyai spesifikasi berdasarkan Standar Indonesia

Rubber (SIR) sebagai berikut.

Tabel 3: Standar Indonesia Rubber

Spesifikasi Karet Alam SIR-20

Kadar kotoran maksimum 0,20 %

Kadar abu maksimum 1,0 %

Kadar zat atsiri maksimum 1,0 %

PRI minimum 40

Plastisitas-Po minimum 30

Kode warna Merah

28

Page 29: pkl fix.docx

3.2.1 Bahan Baku SIR 10/SIR 20

SIR 10 dan SIR 20 adalah produk yang berasal dari koagulum lapangan

hasil dari penggumpalan lateks Hevea brasiliensis, yang diolah dengan teknik

mekanis dan dikeringkan dengan alat pengering teknis serta mutu memenuhi

spesifikasi teknis dan konsisten.

Bahan baku untuk SIR 10 ialah cup lump (lum mangkok), diperoleh dari

tetesan akhir latek setelah penyadapan dan tertinggal untuk dikumpulkan pada

hari berikutnya.Cup lump terjadi karena peristiwa autokoagulasi (menggumpal

karena peristiwa alamiah). Untuk memperoleh SIR 10 ini bahan pembantu

obat-obatan yang dilapangan tidak ada, sebab cup lump menggumpal secara

alamiah.

Tiap jenis karet remah mempunyai standar tertentu. Klasifikasi kualitas

dlaksanakan menurut cara-cara baru dengan penggolongan berdasarkan cirri-

ciri teknis. Yang menjadi dasar dalam spesifikasi teknis adalah kadar beberapa

zat dan unsur tertentu yang terdapat dalam karet, yang berpengaruh terhadap

sifat-sifat akhir produk yang dibuat dari karet.

3.3 SNI Karet

3.3.1 Istilah Dan Definisi

Kadar abu : Kandungan abu di dalam kaert,berupa senyawa

oksida,karbonat dan fosfat dari

kalium,magnesium,kalsium,natrium,dan beberapa unsur lain yang

tersisa dari pembakaran dari karet pada suhu 5500 C.

Kadar gel : Kandungan gel.yang merupakan bagian karet yangtidak

larut di dalam pelarut toluena setelah melalui proses pelarutan selama

16 jam – 20 jam pda 270 C dalam kondisi gelap.

Kadar kotoran : Kadar benda asing yang tidak larut dalam terpentin

dan tidak lolos saringan 325 mesh.

Kadar nitrogen : Kandungan nitrogen di dalam karet terutama berasal

dari protein, yang dapat digunakan sebagai petunjuk besarnya kadar

protein.

29

Page 30: pkl fix.docx

Kadar zat menguap : Kadar bahan-bahan yang mudah menguap pada

suhu 1000 C, yang biasanya terdiri dari air dan zat organik yang mudah

menguap.

Karet alam viskositas mantap ( CV/VK rubber ) : Karet alam yang

viskositasnya dikendalikan melalui penambahan bahan kimmia

pemantap viskositas sebelum atau sesudah pengeringan,ditanyakan

dalam viskositas mooney.

Karet lembaran ( sheet rubber ) : Karet alam yang diperoleh dari lateks

kebun yang telah digumpalkan dan ditipiskan melalui penggilingan.

Karet spesifikasi teknis : Karet alam yang diperoleh dari pengolahan

lateks,koagulum karet atau bahn olah karet yang berasal dari getah

pohon Hevea brasiliensis secara mekanis dengan atau tanpa bahan

kimia, berbentuk karet remah ( crumb rubber ) atau karet bongkah

(block rubber) yang mutunya ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis.

Koagulum lapangan : Koagulum karet alam yang diperoleh dari

penggumpalan lateks kebun dengan bahan penggumpal atau

menggumpal secara alami di dalam mengkuk atau wadah lain yang

dilakukan di kebun.

Koagulum segar : Koagulum karet alam yang diperoleh dari

penggumpalan lateks kebun dengan bahan penggumpal di dalam bak

penggumpalan ynag dilakukan yang dilakukan di dalam pabrik.

Lateks kebun : Getah segar yang diperoleh dari pohon keret Havea

brasiliensis.

Plastisitas awal : Nilai plastisitas awal karet yang diukur dengan alat

plastimeter Wallace.

Plasticity retention index ( PRI ) : Indeks nilai plastisitas sesudah dan

sebelum pengusangan pada suhu 1400 selama 30 menit, yang

menyatakan ketahanan karet alam mentah terhadap oksidasi pada suhu

tinggi.

Standard Indonesian Rubber : Karet alam spesifikasi teknis produksi

Indonesia dengan parameter mutu berpedoman standar Internasional

(ISO).

30

Page 31: pkl fix.docx

Viskositas Mooney : Nilai viskositas karet yang diukur dengan alat

viskometer Mooney menggunakan rotor ukuran L pada suhu 1000 C.

3.3.2 Penggolongan SIR

SIR digolongkan dalam 9 jenis mutu, yaitu :

SIR 3 CV (constant viscosity)

SIR 3 L (light)

SIR 3 WF (whole field)

SIR LoV (Low viscosity)

SIR 5

SIR 10

SIR 10 CV/VK (constant viscosity)

SIR 20

SIR 20 CV/VK (constant viscosity

3.3.3 Syarat Mutu

Persyaratan mutuTable 4: persyaratan mutu

NO.JENIS UJI/KARAKTE

RISTIK

JENIS MUTU

SPESIFIKASI

Metode Uji

SIR 3CV

SIR 3L

SIR 3WF

SIR LoV

SIR 5 SIR 10SIR 10 CV/VK

SIR 20SIR 20 CV/VK

Bahan Olah

Satuan

Lateks Kebun

Karet lembaran dan/atau

koagulum segar

Koagulum lapangan

1

Kadar

kotoran

(b/b), maks.

% 0.02 0,02 0,02 0,02 0,04 0,08 0,08 0,16 0,16 ISO 249

2Kadar abu

(b/b), maks.% 0,50 0,50 0,50 0,50 0,50 0,75 0,75 1,0 1,0 ISO 247

3Kadar zat menguap (b/b), maks

% 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 0,80 ISO 248

4 PRI, min % 60 75 75 -- 70 50 50 40 40 ISO 2930

5 P0, min % -- 30 30 -- 30 30 -- 30 -- ISO 1795

6

Kadar

nitrogen

(b/b), maks.

% 0,60 0,60 0,60 0,30 0,60 0,60 0,60 0,60 0,60 ISO 1656

31

Page 32: pkl fix.docx

7Viskositas Mooney ML (1+4) 100oC

_ *) -- --(55±1

0)-- -- 60+7

-5** -- 60+7-5** ISO 289- 1

8Warna Lovibon, maks.

indeks -- 6 -- -- -- -- -- -- -- ISO 4660

9Kadar gel,

maks.% -- -- -- 4 -- -- -- -- -- Lampiran B

Keterangan :*) Tanda pengenalTingkat Rentang viskositas mooney

CV-50 45-55CV-60 56-65CV-70 66-75

**) Apabila tidak termasuk dalam spesifikasi; rentang ditentukan berdasarkan kesepakatan produsen dan konsumen

3.4 Cara Pengambilan Contoh

a. Petugas Pengambilan Contoh (PPC)

Petugas Pengambilan Contoh adalah petugas dari labororium yang sudah

diakui dan teregistrasi pada lembaga Sertifiksi pada Lembaga Sertifikasi

Personil. Petugas Pengambilan Contoh (PPC) tersebut dapat dari

laborotorium pabrik atau laborotorium independen yang diakui.

b. Cara Pengambilan Contoh

Pengambilan Contoh dilakukan terhadap bandela SIR yang keluar dari

mesin kempa ( bale press ) sebelum bandela tersebut dibungkus plastic

polietilen dengan interval maksimum 9 bandela dan disesuaikan dengan

jumlah bandela didalam setiap pallet. Misalnya dapat dilakukan terhadap

bandela nomor 2, 11, 20, dan seterusnya atau bandela nomor 5, 14, 23 daan

seterusnya atau yang lazim dilakukan adalah bandela nomor 9, 18, 27 dan

seterusnya.

c. Cara Pemotongan dan Penanganan Contoh

- Letakan bandela terpilih diatas meja yang bersih dengan posisi

mendatar dan sisi terpendek kearah vertical.

- Potongan salah satu sudut bandela dengan ukuran kira – kira 5

cm x 5 cm x tebal bandela kearah sisi vertical.

32

Page 33: pkl fix.docx

- Potongan lainya diambil dengan cara yang sama pada sudut

yang berlawanan arah diagonal.

- Untuk jelasnya lihat gambar berikut :

- Berat satu potongan contoh ( A atau B ) adalah 150 sampai 200

gram.

- Satukan kedua contoh tersebut kemudian dimasukan kedalam

kantong plastic.

- Setelah diberi label contoh yang menerangkan / bandela dan

keterangan tambahan lain bila diperlukan, kemudian kantong

plastic yang berisi contoh ditutup selanjutnya dikirim ke

laboratorium untuk diuji.

Catatan :

Saat dalam praktek, digunakan beberapa ukuran kemasan / pallet.

Ukuran kemasan / pallet tersebut didasarkan pada jumlah bandela

yang dapat ditampung didalamnya.

Jenis ukuran kemasan / pallet yang lazim digunakan untuk

pengemasan SIR yaitu sebagai berikut :

- Untuk Kemasan / Pallet Standar: 3 contoh

33

Page 34: pkl fix.docx

- Untuk Kemasan / pallet Jumbo: 4 contoh

- Untuk Kemasan / Pallet Super Jumbo: 5 contoh

- Untuk Kemasan / Pallet lain sesuai permintaan pembeli: 1 contoh

untuk setiap 9 bandela

- Untuk Kemasan / Container: 1 contoh untuk setiap 9 bandela

d. Cara uji

1. Penyeragaman Contoh

2. Kadar abu

Kandungan abu di dalam kaert,berupa senyawa oksida,karbonat

dan fosfat dari kalium,magnesium,kalsium,natrium,dan beberapa

unsur lain yang tersisa dari pembakaran dari karet pada suhu 5500

C.

3. Kadar gel

Kandungan gel.yang merupakan bagian karet yangtidak larut di

dalam pelarut toluena setelah melalui proses pelarutan selama 16

jam – 20 jam pda 270 C dalam kondisi gelap

4. Kadar kotoran

Kadar benda asing yang tidak larut dalam terpentin dan tidak lolos

saringan 325 mesh

5. Kadar nitrogen

Kandungan nitrogen di dalam karet terutama berasal dari protein,

yang dapat digunakan sebagai petunjuk besarnya kadar protein

6. Kadar zat menguap

Kadar bahan-bahan yang mudah menguap pada suhu 1000 C , yang

biasanya terdiri dari air dan zat organik yang mudah menguap

7. Karet alam viskositas mantap ( CV/VK rubber )

Karet alam yang viskositasnya dikendalikan melalui penambahan

bahan kimmia pemantap viskositas sebelum atau sesudah

pengeringan,ditanyakan dalam viskositas mooney

8. Karet lembaran ( sheet rubber )

Karet alam yang diperoleh dari lateks kebun yang telah

digumpalkan dan ditipiskan melalui penggilingan

34

Page 35: pkl fix.docx

9. Karet spesifikasi teknis

Karet alam yang diperoleh dari pengolahan lateks,koagulum karet

atau bahn olah karet yang berasal dari getah pohon Hevea

brasiliensis secara mekanis dengan atau tanpa bahan kimia,

berbentuk karet remah ( crumb rubber ) atau karet bongkah ( block

rubber ) yang mutunya ditetapkan berdasarkan spesifikasi teknis

10. Koagulum lapangan

Koagulum karet alam yang diperoleh dari penggumpalan lateks

kebun dengan bahan penggumpal atau menggumpal secara alami di

dalam mangkuk atau wadah lain yang dilakukan di kebun

11. Koagulum segar

Koagulum karet alam yang diperoleh dari penggumpalan lateks

kebun dengan bahan penggumpal di dalam bak penggumpalan

ynag dilakukan yang dilakukan di dalam pabrik

12. Lateks kebun

Getah segar yang diperoleh dari pohon keret Havea brasiliensis

13. Plastisitas awal

Nilai plastisitas awal karet yang diukur dengan alat plastimeter

wallace

14. Plasticity retention index ( PRI )

Indeks nilai plastisitas sesudah dan sebelum pengusangan pada

suhu 1400 selama 30 menit, yang menyatakan ketahanan karet alam

mentah terhadap oksidasi pada suhu tinggi

15. Standard Indonesian Rubber

Karet alam spesifikasi teknis produksi Indonesia dengan parameter

mutu berpedoman standar Internasional (ISO )

16. Viskositas Mooney

Nilai viskositas karet yang diukur dengan alat viskometer Mooney

menggunakan rotor ukuran L pada suhu 1000 C

35

Page 36: pkl fix.docx

3.5 Metode Kjehdahl dalam Uji Kadar Nitrogen

Peneraan jumlah protein dilakukan dengan menentukan jumlah nitrogen

yang dikandung oleh suatu bahan. N total bahan diukur dengan menggunakan

metode mikro-Kjedahl. Prinsip dari metode ini adalah oksidasi senyawa organik

oleh asam sulfat untuk membentuk CO2 dan H2O serta pelepasan nitrogen dalam

bentuk ammonia yaitu penentuan protein berdasarkan jumlah N. Penentuan

protein seharusnya hanya nitrogen yang berasal dari protein saja yang ditentukan.

Akan tetapi teknik ini sulit sekali dilakukan mengingat kandungan senyawa N lain

selain protein dalam bahan juga terikut dalam analisis ini. Jumlah senyawa N ini

biasanya sangat kecil yang meliputi urea, asam nukleat, ammonia, nitrat, nitrit,

asam amino, amida, purin, dan pirimidin. Oleh karena itu penentuan jumlah N

total ini tetap dilakukan untuk mewakili jumlah protein yang ada. Kadar protein

yang ditentukan dengan cara ini biasa disebut sebagai protein kasar/crude protein.

Analisa protein cara kjeldahl pada dasarnya dibagi menjadi tiga tahapan yaitu

proses destruksi, destilasi dan titrasi (Sudarmadji 1996).

Sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan katalisator

yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan

dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk disuling oleh uap secara kuantitatif ke

dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi. Metode ini cocok digunakan

secara semimikro, sebab hanya memerlukan jumlah sampel dan pereaksi yang

sedikit dan waktu analisa yang pendek (Anonim 2012).

Metode ini terdiri dari memanaskan substansi dengan asam sulfat , yang

menguraikan zat organik oleh oksidasi untuk membebaskan nitrogen berkurang

sebagai amonium sulfat . Dalam langkah ini kalium sulfat ditambahkan untuk

meningkatkan titik didih dari medium (dari 337 ° F sampai 373 ° F / 169 ° C

sampai 189 ° C). Kimia dekomposisi sampel selesai ketika media awalnya

memiliki warna sangat gelap menjadi jelas dan tidak berwarna.

Larutan tersebut kemudian disuling dengan sejumlah kecil natrium

hidroksida, yang mengubah garam amonium ke amonia . Jumlah yang hadir

amonia, dan dengan demikian jumlah yang hadir nitrogen dalam sampel,

ditentukan kembali oleh titrasi . Akhir kondensor dicelupkan ke dalam larutan

36

Page 37: pkl fix.docx

asam borat . Amonia bereaksi dengan asam dan sisa asam ini kemudian dititrasi

dengan natrium karbonat solusi dengan cara jingga metil indikator pH .

Degradasi: Contoh + H 2 SO 4 → (NH 4) 2 SO 4 (aq) + CO 2 (g) + SO 2 (g) H 2 + O

(g)

Pembebasan amonia: (NH 4) 2 SO 4 (aq) + 2NaOH → Na 2 SO 4 (aq) + 2H 2 O (l)

2NH 3 (g) +

Menangkap amonia: B (OH) 3 + H 2 O + NH 3 → NH 4 + + B (OH) 4 -

Titrasi kembali: B (OH) 3 + H 2 O + Na 2 CO 3 → NaHCO3 (aq) + NAB (OH) 4

(aq) + CO 2 (g) + H 2 O

Dalam prakteknya, analisis ini sebagian besar otomatis; spesifik katalis ( merkuri

oksida atau tembaga sulfat ) mempercepat dekomposisi.

Prinsip metode analisis Kjedahl adalah sebagai berikut: mula-mula bahan

didestruksi dengan asam sulfat pekat menggunakan katalis selenium oksiklorida

atau butiran Zn sehingga akan menghasilkan amonium sulfat. Setelah pembebasan

dengan alkali kuat, amonia yang terbentuk ditampung, kemudian disuling oleh

uap secara kuantitatif ke dalam larutan penyerap dan ditetapkan secara titrasi

dengan bantuan indikator. Metode Kjedahl pada umumnya dapat dibedakan atas

dua cara, yaitu cara makro dan semimikro. Cara makro Kjedahl digunakan untuk

contoh yang sukar dihomogenisasi dan besar contoh 1-3 g, sedangkan semimikro

Kjedahl dirancang untuk contoh ukuran kecil yaitu kurang dari 300 mg dari bahan

yang homogen. Cara analisis tersebut akan berhasil baik dengan asumsi nitrogen

dalam bentuk ikatan N-N dan N-O dalam sampel tidak terdapat dalam jumlah

yang besar. Kekurangan cara analisis ini ialah bahwa purina, pirimidina, vitamin-

vitamin, asam amino besar, kreatina, dan kreatinina ikut teranalisis dan terukur

sebagai nitrogen protein. Walaupun demikian, cara ini kini masih digunakan dan

dianggap cukup teliti untuk pengukuran kadar protein dalam bahan makanan

(Anonim 2012).

3.6 Ketentuan Standar Indonesia Rubber (SIR)

37

Page 38: pkl fix.docx

Ketentuan tentang SIR pada mulanya didasarkan di Jakarta, dimana Mentri

Perindustrian dan Perdagangan dengan SK-nya No. 143/KP/V/69 yang berlaku

mulai 18 Juni 1969 secara efektif pada tanggal 1 Januari 1970 telah menetapkan

ketentua – ketentuan SIR sebagai berikut :

1. Standard Indonesia Rubber (SIR) adalah karet alam yang dikeluarkan dari

daerah – daerah yang termasuk dalam lingkungan Negara Republik

Indonesia.

2. Standard Indonesia Rubber (SIR) yang diperdagangan dalam bentuk

bongkahan – bongkahan yang telah dibungkus dengan plastic polyetilen,

tebal 0,03 mm, dengan titik pelunakana kurang dari 180oC, berat jenis 0,92

dan bebas dari segala macam bentuk pelapis (Coating). Pengepakan

selanjutnya dapt dilakukan dalam kantung kertas/kraft 4 ply atau dalam

bentuk pallet seberat ⅟2 ton atau 1 ton.

3. Mutu untuk SIR ditetapkna berdasarkan spesifikasi teknis, berbeda dengan

cara visual yang konvensional sebagaiman tercantum dalam “Internatinal

Standard Of Quality And Packing For Natural Rubber (The Green Book)”

4. Standard Indonesia Rubber terdiri dari atas empat jenis mutu dengan

spesifikasi teknis SIR 5, SIR 10, dan SIR 20. Semuya jenis karet yang

dperdagangkan dalam bentuk SIR harus disertai dengan penetapan nilai

Plasticity Retention Index (PRI) dengan menggunakan tanda huruf :

“H” untuk PRI lebih besar atau sam dengan 80

“M” untuk PRI antara 60 – 79

“S” untuk PRI antara 30 – 59

Karet yang mempunyai nilai PRI lebih rendah dari 30 tidak diperkenankan

dimasukan dalam SIR.

5. Warba karet tidak menjadi bagian dalam spesifikasi teknis.

6. Setiap produsen dari SIR dengan mutu apapun diwajibkan untuk

mendaftarkan pada Departemen Perdagangan. Oleh Departemen

Perdagangan akan diberikan Tanda Pengenal Produsen kepada setiap

produsen karet bongkah, untuk setiap pabrik yang diusahakannya.

7. Setiap mutu SIR diwajibkaan untuk menyerahkan contoh – cobtoh hasil

produksi kepada Balai Penelitian Perkebunan Medan, sesuai dengan

38

Page 39: pkl fix.docx

ketentuan – ketentuan yang ditetapkan oleh kedua balai tersebut, untuk

mendapatkan Surat Penetapan Jenis Mutu Produksi.

8. Setiap Eksport karet SIR wajib disertai dengan sertifikat kualitas yang

dikeluarkan / disahkan oleh Badan Lembaga Penelitian Perindustrian.

9. Setiap pembungkusan bongkah dari SIR harus diberi tandaa dengan

lambing SIR dan menurut ketentuan – ketentuan yang diberikan oleh

Depertemen Perdagangan.

10. Eksport dari karet bongkah yang tidak memenuhi syarat – syarat SIR diatas,

akan dilarang

39

Page 40: pkl fix.docx

BAB IV

PELAKSAAN ANALISA

4.1 KARET ALAM SIR 20

4.1.1 Ruang Lingkup Pengujian

Penentuan kadar nitrogen pada SIR 20 dari beberapa sampel.

Penentuan hasil uji banding kadar nitrogen antar kode smpel.

4.1.2 Pengambilan Contoh SIR

Contoh karet olahan (SIR) diambil dari berbagai perusahaan yang

ada di Provinsi Bengkulu dan sekitarnya.

4.1.3 Penentuan Kadar Nitrogen

4.1.3.1 Alat dan Bahan

Bahan yang digunakan :

1. Asam sulfat pekat : p.a. (b.j = 1,84)

2. Asam sulfat pekat 0,01 N : Distandarisasi dengan natrium

karbonat p.a

3. Larutan natrium hidroksida : (67% W/V)

4. Campuran Katalis : Campur dengan baik :

15 bagian anhidrida kalsium

sulfat

2 bagian tembaga sulfat

pentahidrat

1 bagian serbuk selenium

5. Larutan Indikator (0,15% W/V) : Larutan 0,1 gr merah metil

dan 0,05 gr biru metilen didalam 100 ml etil alkohol 96 %.

6. Larutan asam borak : Larutkan 40 gr asam borak

dengan air suling, jika perlu dipanaskan. Tambahkan air

suling hingga 2 liter.

Peralatan yang digunakan :

a) Erlemeyer 100 ml

b) Gelas ukur 25 ml

40

Page 41: pkl fix.docx

c) Penangas air atau pemanas dengan pengatur suhu

d) Neraca analitik dengan ketelitian 0,1 mg

e) Desikator

f) Alat destruksi Mikro Kjeldahl

g) Alat destilasi (Markham)

h) Labu Mikro Kjeldahl

i) Mikro Buret: Kapasitas 10 ml dengan Skala 0,01 ml

4.1.3.2 Prosedur Kerja

1. Sampel SIR ditimbang dengan teliti kira-kira 0,1 gram contoh

karet yang telah diseragamkan, masukkan dalam labu mikro

kjeldahl, tambahkan kira-kira 0,65 campuran katalis dan 3-5 ml

asam sulfat pekat.

2. Didihkan perlahan-lahan sampai timbul warna hijau (atau tidak

berwarna) dan tidak terdapat bintik-bintik kuning. Biasanya

memerlukan waktu satu jam.

3. Dinginkan dan encerkan dengan air suling 10 ml.

4. Pindahkan larutan diatas kedalam alat destilasi dan bilas dua atau

tiga kali dengan 3ml air suling. Alat destilasi sebelumnya telah

dialiri uap selama 30 menit.

5. Masukkan 10 ml asam borak dan 2 atau 3 tetes indikator kedalam

labu penampung 100 ml.

6. Letakkan labu tersebut sedemikian rupa sehingga ujung

kondensor tercelup wadah permukaan larutan asam borak.

7. Tambahkan 10 ml larutan natrium hidroksida 67 % kedalam alat

destilasi, bilas dengan 5 ml air suling.

8. Alirkan uap melewati alat destilasi selama 5 menit. Mulai saat itu

destilat mulai keluar.

9. Turunkan labu penampung sehingga kondensor tepat diatas

larutan dan destilasi dilanjutkan beberapa menit lagi. Bilas ujung

kondensor dengan air suling.

41

Page 42: pkl fix.docx

10. Destilat segera dititrasi dengan larutan standar asam sulfat 0,01 N

menggunakan mikroburet 10 ml, titik akhir titrasi ditandai

gengan perubahan warna dari hijau menjadi ungu muda.

11. Untuk membuat blanko lakukan cara yang sama dengan semua

pereaksi tanpa contoh karet.lemak bebas.

4.2 Hasil Pengujian

Tabel 7: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S1.2012.12.20

No.

Contoh

Berat

Contoh

(gr)

Normalita

s H2SO4

(N)

Volume

H2SO4 untuk

titrasi V1

(ml)

Volume H2SO4

untuk titrasi

Blanko V2

(ml)

Kadar

Nitrogen

(%)

Ket.

64 A 0,1000 0,0201 1,98 0,45 0,43

64 B 0,1001 0,0201 1,57 0,45 0,31

64 C 0,1005 0,0201 2,19 0,45 0,48

64 D 0,1001 0,0201 2,45 0,45 0,56

Tabel 8: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S2.2012.12.20

No.

Contoh

Berat

Contoh

(gr)

Normalita

s H2SO4

(N)

Volume

H2SO4 untuk

titrasi V1

(ml)

Volume H2SO4

untuk titrasi

Blanko V2

(ml)

Kadar

Nitrogen

(%)

Ket.

65 A 0,1004 0,0201 2,14 0,45 0,47

65 B 0,1002 0,0201 2,11 0,45 0,46

65 C 0,1004 0,0201 2,17 0,45 0,48

65 D 0,1004 0,0201 2,20 0,45 0,49

Tabel 9: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S3.2012.12.20

No.

Contoh

Berat

Contoh

(gr)

Normalita

s H2SO4

(N)

Volume

H2SO4 untuk

titrasi V1

(ml)

Volume H2SO4

untuk titrasi

Blanko V2

(ml)

Kadar

Nitrogen

(%)

Ket.

66 A 0,1002 0,0201 2,38 0,45 0,540

42

Page 43: pkl fix.docx

Tabel 10: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S4.2012.12.20

No.

Contoh

Berat

Contoh

(gr)

Normalita

s H2SO4

(N)

Volume

H2SO4 untuk

titrasi V1

(ml)

Volume H2SO4

untuk titrasi

Blanko V2

(ml)

Kadar

Nitrogen

(%)

Ket.

66 B 0,1009 0,0201 2,66 0,45 0,610

Tabel 11: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S5.2012.12.20

No.

Contoh

Berat

Contoh

(gr)

Normalita

s H2SO4

(N)

Volume

H2SO4 untuk

titrasi V1

(ml)

Volume H2SO4

untuk titrasi

Blanko V2

(ml)

Kadar

Nitrogen

(%)

Ket.

67 A 0,1009 0,0201 2,69 0,45 0,62

67 B 0,1005 0,0201 2,40 0,45 0,54

67 C 0,1008 0,0201 2,68 0,45 0,62

67 D 0,1003 0,0201 2,78 0,45 0,65

Tabel 12: Hasil Uji Kadar Nitrogen Kode sampel S6.2012.12.20

No.

Contoh

Berat

Contoh

(gr)

Normalita

s H2SO4

(N)

Volume

H2SO4 untuk

titrasi V1

(ml)

Volume H2SO4

untuk titrasi

Blanko V2

(ml)

Kadar

Nitrogen

(%)

Ket.

70 A 0,1007 0,0201 1,98 0,45 0,43

70 B 0,1008 0,0201 1,90 0,45 0,40

70 C 0,1005 0,0201 2,30 0,45 0,52

70 D 0,1004 0,0201 2,28 0,45 0,51

70 E 0,1003 0,0201 2,10 0,45 0,46

70 F 0,1004 0,0201 2,16 0,45 0,48

70 G 0,1000 0,0201 2,22 0,45 0,49

70 H 0,1007 0,0201 2,00 0,45 0,43

70 I 0,1000 0,0201 1,81 0,45 0,38

70 J 0,1004 0,0201 2,10 0,45 0,46

43

Page 44: pkl fix.docx

70 K 0,1006 0,0201 1,92 0,45 0,41

70 L 0,1007 0,0201 1,82 0,45 0,38

4.3 Perhitungan Kadar Nitrogen

Dalam penentuan kadar itrogen diperlukan perhitungan diperlukan

rumus berikut agar sesuai SNI.

Kadar Nitrogen : (V1-V2) N x 0,0140 x 100%

W

Keterangan :

V1 : Volume H2SO4 untuk titrasi larutan berisi contoh

V2 : Volume H2SO4 untuk titrasi larutan blanko

N : Normalitas H2SO4

W : Bobot contoh (gram)

1. Kode sampel S1.2012.12.20

Nomer contoh 64 A:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(1.98-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1000x 100% = 0.43 %

Nomer contoh 64 B:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(1.57-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1001x 100% = 0.31 %

Nomer contoh 64 C:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.19-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1005

x 100% = 0.48 %

Nomer contoh 64 D:

44

Page 45: pkl fix.docx

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.45-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1001

x 100% = 0.56 %

2. Kode sampel S2.2012.12.20

Nomer contoh 65 A:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(2.14-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1004x 100% = 0.47 %

Nomer contoh 65 B:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(2.11-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1002x 100% = 0.46 %

Nomer contoh 65 C:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.17-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1004

x 100% = 0.48 %

Nomer contoh 65 D:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.20-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1004

x 100% = 0.49 %

3. Kode sampel S3.2012.12.20

45

Page 46: pkl fix.docx

Nomer contoh 66A :

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(2.38-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1002x 100% = 0.54 %

4. Kode sampel S4.2012.12.20

Nomer contoh 66B :

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(2.66-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1009x 100% = 0.61 %

5. Kode sampel S5.2012.12.20

Nomer contoh 67 A:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(2.69-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1009x 100% = 0.62 %

Nomer contoh 67 B:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(2.40-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1005x 100% = 0.54 %

Nomer contoh 67 C:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.68-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1008

x 100% = 0.62 %

Nomer contoh 67 D:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014 x 100%

46

Page 47: pkl fix.docx

W

= (2.78-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1003

x 100% = 0.65 %

6. Kode sampel S6.2012.12.20

Nomer contoh 70 A:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(1.98-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1007x 100% = 0.43 %

Nomer contoh 70 B:

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

=(1.90-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1008x 100% = 0.40 %

Nomer contoh 70 C:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.30-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1005

x 100% = 0.52 %

Nomer contoh 70 D:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.28-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1004

x 100% = 0.51 %

Nomer contoh 70 E:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.10-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1003

x 100% = 0.46 %

47

Page 48: pkl fix.docx

Nomer contoh 70 F

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.16-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1004

x 100% = 0.48 %

Nomer contoh 70 G:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.22-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1000

x 100% = 0.49 %

Nomer contoh 70 H:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.20-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1007

x 100% = 0.43 %

Nomer contoh 70 I:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (1.81-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1000

x 100% = 0.38 %

Nomer contoh 70 J:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (2.10-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1004

x 100% = 0.46 %

Nomer contoh 70 K:

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (1.92-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1006

x 100% = 0.41 %

Nomer contoh 70 L:

48

Page 49: pkl fix.docx

Kadar Nitrogen = (V1-V2) N x 0,014

W

x 100%

= (1.82-0.45) 0.0201 x 0,014

0.1007

x 100% = 0.38%

BAB V

PEMBAHASAN

49

Page 50: pkl fix.docx

Pada analisa Penentuan Kadar Nitrogen, sampel karet SIR 20 yang

digunakan berasal dari beberapa perusahaan yang ada di Provinsi Bengkulu. Pada

dasarnya Perusahaan yang ingin diuji sampel produknya mereka sudah

mengujinya terlebih dahulu di laboratorium masing-masing perusahaan, akan

tetapi untuk kualitas Eksport perlu sertifikat dari Balai Pembinaan dan

Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) setempat, oleh karena itu perusahaan-

perusahan tersebut Chek up hasil uji mereka di Balai pengujian ini. Sebelum

dilakukan analisa alat serta bahan sudah disiapkan dan sudah distandarisasikan.

Kemudian dilakukan analisa sampel yaitu kadar nitrogen SIR 20 yang terdapat

dari beberapa perusahan yang ada di provinsi Bengkulu dan didapatkan hasil

dengan nilai kadar nitrogen yang diperoleh dari beberapa perusahaan tersebut

memenuhi nilai standar yang ditetapkan oleh SNI, yaitu untuk standar SNI kadar

nitrogen 0.6 %. Dari uji semua sampel yang masuk didapatkan nilai kadar

nitrogen terendah pada sampel nomer 64 B pada kode sampel S1.2012.12.20 yaitu

0,31 %, sedangkan kadar nitrogen tertinggi ditujukkan pada nomer sampel 66 B

dan 67 A yaitu 0,6 % walaupun demikian nilai kadar nitrogen tersebut dapat

dikatakan bahwa SIR 20 tersebut siap digunakan untuk keperluan ekspor atau

dijual dipasaran karena SIR tersebut memenuhi SNI SIR (StandardIndonesian

Rubber) sehingga dapat menembus pasar local pasar global untuk keperluan

ekspor.

Beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya nilai kadar nitrogen pada

kedua sampel yang melebihi Standard Indonesian Rubber (SIR) bisa juga

dipengaruhi oleh beberapa alat atau cara kerja perusahaan tersebut tidak sesuai

dengan Standard Nasional Indonesia (SNI). Dan lagi masih banyak faktor yang

menggunakan alat manual, sehingga hasilnya tidak begitu akurat. Selain itu

kalibrasi alat juga harus sesuai dengan sandar SNI sehingga hasil analisa yang

diperoleh benar-benar mendekati sempurna atau yang diinginkan.

BAB VI

PENUTUP

50

Page 51: pkl fix.docx

8.1 Kesimpulan

Dari analisa yang dilakukan untuk mengetahui kadar Nitrogen dari

beberapa sampel yang dianalisa dengan standar SNI yang ada dapat

dijabarkan sebagai berikut :

1. Pada analisa ini untuk menentukan kadar Nitrogen dengan

menggunakan persamaaan berikut :

Kadar Nitrogen =(V1-V2) N x 0,014

Wx 100%

2. Pada analisa uji banding didapat nilai kadar nitrogen untuk SIR 20

yang telah diuji memenuhi SNI.

3. Sampel yang dibawah standar SNI tidak layak untuk dipasarkan

secara luas apalagi untuk di ekspor.

8.2 Saran

Analisa sebaiknya dilakukan sesuai prosedur analisa dan dilaporkan

hasil yang didapat sesuai dengan data sebenarnya.

Analisa standar mutu hendaknya dilakukan secara berkala sehingga

mutu dari komoditi tersebut sesuai dengan Standar Nasional

Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

51

Page 52: pkl fix.docx

Anonim, 2012, Penentuan Kadar Nitrogen dengan Metode kjedhal,

http://en.wikipedia.org/wiki/Kjeldahl_method.

Badan Standarisasi Nasional.2006. Standar Indonesia Rubber (SIR).SNI 06-

1903-2000 ; Jakarta

Balai Pembinaan dan Pengawasan Mutu Barang (BPPMB) Dinas Koperasi, UKM,

Perindustrian dan Perdagangan provinsi Bengkulu. 2005 . Profil

BPPMB.BPPMB ; Bengkulu.

Malcolm, P.S., 2001. Polymer Chemistry : An Introduction, diindonesiakan oleh

Nugroho,Widagdo Sri. 2004. Potensi Bahaya Pengemas Makanan Asal

Hewan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

M. Ompusunngu Bsc, 1987,“ Pengolahan Lateks Pekat”, Balai Penelitian

Perkebuanan Sungai Putih, halaman 1 – 17.

Tim Penulis PS, 1992,“ Karet”, Penerbit Swadaya‖, halaman 328 – 332

Sudarmadji S, Haryono, Suhardi. 1996. Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty.

52