jhon fix.docx
TRANSCRIPT
A. JUDUL : PENINGKATAN HASIL BERHITUNG PERMULAAN DENGAN
MENGGUNAKAN STRATEGI BERMAIN STICK ANGKA PADA ANAK
KELOMPOK B2 DI TK KRISTEN SOTERIA KUPANG.
B. LATAR BELAKANG
Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus di kembangkan.
Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa.
Setiap anak dilahirkan dengan kemampuan tertentu, rasa keingintahuan, egosentris,
merupakan makluk sosial, kaya dengan fantasi, memiliki daya perhatian yang pendek
dan merupakan masa yang paling potensial untuk belajar spontanitas, vitalitas,
fleksibilitas, mereka selalu aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang
dilihat, didengar, dan dirasakan. Mereka seolah-olah tidak pernah berhenti
bereksplorasi dalam belajar, karena kemampuan anak berbeda-beda.
Kebutuhan dan kemampuan anak akan terpenuhi dan akan berkembang sesuai
tahap pertumbuhan dan perkembangannya, jika anak diikut sertakan dalam
pendidikan anak usia dini. Pendidikan anak usia dini (PAUD) itu sendiri merupakan
pilar penting yang akan mempengaruhi perkembangan anak sampai dewasa. Menurut
Hasan dalam Wiyani (2013) mengungkapkan bahwa pendidikan anak usia dini adalah
jenjang pendidikan dasar yang merupakan satu upaya pembinaaan yang ditunjukan
bagi anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian
rangsangan pendidikan guna membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani
serta rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Dalam perkembangan pendidikan bagi anak usia dini ini diselenggarakan pada
jalur pendidikan formal, nonformal dan informal. Mengembangkan kemampuan dasar
anak, kegiatan yang dipersiapkan guru yaitu untuk meningkatkan kemampuan dan
kreativitas sesuai dengan tahap perkembangan anak. Perkembangan kemampuan
dasar ini salah satunya yaitu meliputi pembelajran matematika melatih anak berpikir
logis dan sistematis sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung
sehingga pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung
pada jejang selanjutnya lebih kompleks.
Pembelajaran berhitung pada jejang selanjutnya yang lebih kompleks meliputi
kegiatan berhitung angka-angka yang berkaitan dengan penjumlahan dan
1
pengurangan bagi anak usia dini diawali dengan kegiatan menghitung benda-benda
atau pengalaman peristiwa kongkrit yag dialami anak melalui pengamatan terhadap
alam sekitar yang melalui tingkat kesukarannya misalnya dari kongkrit ke abstrak,
pada masa ini kemampuan anak dalam menghitung angka kemampuannya berbeda-
beda.
Kemampuan berhitung merupakan kemampuan yang penting bagi manusia, maka
kemampuan ini perlu diajarkan sedini mungkin, dengan berbagai media dan metode
yang tepat dalam pembelajaran membuat anak merasa tertarik dan nyaman
melakukannya. Menurut Renerw dalam Susanto (2011) mengatakan bahwa Metode
yang perlu diterapkan dalam mengembangkan kemampuan berhitung pada anak
dilkukan dengan permainan-permainan yang menyenangkan, suasana belajar yang
menggembirakan dan bagaimana anak tertarik untuk belajar.
Metode pembelajaranyang digunakan di taman kanak-kanak sangat banyak
jenisnya, namun tidak semua metode pembelajaran cocok bagi program kegiatan anak
di TK. Misalnya metode ceramah, kurang tepat digunakan di TK karena metode ini
menuntut anak memusatkan perhatiannya dalam waktu yang lama, pada hal rentang
waktu perhatian anak usia dini relatif singkat. Oleh karena itu guru dalam
menggunakan strategi pembelajaran haruslah disesuikan dengan karakteristik anak
TK yang tidak terlepas dari kegiatan bermain, salah satu strategi yang dapat
digunakan oleh guru adalah strategi bermain stick angka.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, kenyataan menunjukkan bahwa
pembelajaran di TK Kristen Soteria Kupang seringkali kurang menarik bagi anak.
Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh
guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang sangat
minim. Dalam pembelajaran menghitung angka permulaan sering dilakukan di area
matematika kegiatannya dengan menggunakan media kartu angka, puzzle, dan jari
tangan. Media yang diterapkan oleh guru tersebut masih kurang variasi, sehingga
tidak berkembangnya kemampuan berhitung permulaan dan membuat anak menjadi
bosan dan jenuh. Oleh sebab itu, guru harus mempunyai strategi pembelajaran yang
menarik, agar membantu anak dalam proses pembelajaran berhitung, yaitu guru
menerapkan permainan stick angka.
2
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Peningkatan
Hasil Berhitung Permulaan Dengan Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka
pada anak kelompok B2 di TK Kristen SoteriaKupang”
C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah yang diteliti adalah:
“Bagaimana menggunakan strategi bermain stick angka dapat meningkatkan
kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B2 di TK kristen soteria
kupang ?
D. PEMECAHAN MASALAH
Masih rendahnya kemampuan berhitung permulaan pada anak kelompok B2 Tk
Soteria, sehingga guru harus mempunyai strategi pembelajaran yang menarik dengan
menggunakan permainan stick angka.
E. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan
berhitung permulaan dengan menggunakan permainan stick angka pada anak
kelompok B2 di Tk Soteria Kupang.
2. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :
a. Manfaat teoritis
1) Sebagai informasi ilmiah bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya dalam pendidikan anak usia dini
b. Manfaat praktis
1) Bagi guru
Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan
menggunakan stick angka
2) Bagi sekolah
Sekolah dapat mengembangkan model-model pembelajaran yang
kreatif, efektif dan efisien.
3
F. KAJIAN PUSTAKA
1. KEMAMPUAN BERHITUNG PERMULAAN
a. Pengertian berhitung permulaan
Pengertian kemampuan berhitung permulaan menurut Susanto(2011:98)
adalah kemampuan yang dimiliki setiap anak untuk mengembangkan
kemampuannya, karakteristik perkambangannya dimulai dari lingkungan yang
terdekat dengan dirinya, sejalan dengan perkembangan kemampuannya anak
dapat meningkat ke tahap pengertian mengenai jumlah, yang berhubungan
dengan penjumlahan dan pengurangan.
Sedangkan Sriningsih,N (2008:63) mengungkapkan bahwa kegiatan
berhitung untuk anak usia dini disebut juga sebagai kegiatan menyebutkan
urutan bilangan atau membilang buta. Anak menyebutkan urutan bilangan
tanpa menghubungkan dengan benda-benda konkret. Pada usia 4 tahu mereka
dapat menyebutkan urutan bilangan sampai 10. Sedangkan usia 5-6 tahun
dapat menyebutkan bilangan sampai seratus.
Dari pengertian berhitung diatas dapat disimpulkan bahwa berhitung
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak dalam hal matematika
seperti kegiatan mengurutkan bilangan atau membilang dan mengenai jumlah
untuk menumbuh kembangkan ketrampilan yang sangat diperlukan dalam
kehidupan sehari-hari, yang merupakan jumlah dasar bagi pengembangan
kemampuan matematika maupun kesiapan untuk mengikuti pendidikan dasar
bagi anak.
b. Tujuan pembelajaran berhitung
Depdiknas (2000:2) menjelaskan tujuan dari pembelajaran berhitung di
Taman Kanak-Kanak, yaitu secara umum berhitung permulaan di Taman Kanak-
kanak adalah untuk mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga
pada saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada
jenjang selanjutnya yang lebih kompleks. Sedangkan secara khusus dapat
berpikir logis dan sistematis sejak dini melalui pengamatan terhadap benda-
benda konkrit gambar-gambar atau angka-angka yang terdapat di sekitar, anak
dapat menyesuaikan dan melibatkan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang
4
dalam kesehariannya memerlukan kemampuan berhitung, ketelitian, konsentrasi,
abstraksi dan daya apresiasi yang lebih tinggi, memiliki pemahaman konsep ruang
dan waktu serta dapat memperkirakan kemungkinan urutan sesuai peristiwa yang
terjadi di sekitarnya, dan memiliki kreatifitas dan imajinasi dalam menciptakan
sesuatu secara spontan.
Menurut Piaget (dalam Suyanto S, 2005:161) menyatakan bahwa:
“Tujuan pembelajaran matematika untuk anak usia dini sebagai logico-
mathematical learning atau belajar berpikir logis dan matematis dengan
cara yang menyenangkan dan tidak rumit. Jadi tujuannya bukan agar anak
dapat menghitung sampai seratus atau seribu, tetapi memahami bahasa
matematis dan penggunaannya untuk berpikir.”
Jadi dapat disimpulkan tujuan dari pembelajaran berhitung di Taman
Kanak- Kanak, yaitu untuk melatih anak berpikir logis dan sistematis
sejak dini dan mengenalkan dasar-dasar pembelajaran berhitung sehingga pada
saatnya nanti anak akan lebih siap mengikuti pembelajaran berhitung pada
jenjang selanjutnya yang lebih kompleks.
c. Prinsip-prinsip berhitung
Menurut Depdiknas (2000:8) mengemukakan prinsip-prinsip dalam menerapkan
permainan berhitung di Taman kanak-kanak yaitu, permainan berhitung diberikan
secara bertahap, diawali dengan menghitung benda-benda atau pengalaman peristiwa
konkrit yang dialami melalui pengamatan terhadap alam sekitar dan melalui
tingkat kesukarannya, misalnya dari konkrit ke abstrak, mudah ke sukar, dan dari
sederhana ke yang lebih kompleks. Permainan berhitung akan berhasil jika anak diberi
kesempatan berpartisipasi dan dirangsang untuk menyelesaikan masalah-masalahnya
sendiri, Permainan behitung membutuhkan suasana menyenangkan dan memberikan
rasa aman serta kebebasan bagi anak. Untuk itu diperlukan alat peraga/media yang
sesuai dengan benda sebenarnya (tiruan), menarik dan bervariasi, mudah digunakan dan
tidak membahayakan. Selain itu bahasa yang digunakan didalam pengenalan konsep
berhitung seyogyanya bahasa yang sederhana dan jika memungkinkan mengambil
contoh yang terdapat di lingkungan sekitar.
5
Lebih lanjut Yew (dalam Susanto, 2011:103) mengungkapkan beberapa
prinsip dalam mengajarkan berhitung pada anak, diantaranya membuat
pelajaran yang menyenangkan, mengajak anak terlibat secara langsung, membangun
keinginan dan kepercayaan diri dalam menyesuaikan berhitung, hargai kesalahan anak
dan jangan menghukumnya, fokus pada apa yang anak capai. Pelajaran yang
mengasyikan dengan melakukan aktivitas yang menghubungkan kegiatan berhitung
dengan kehidupan sehari- hari.
Dari prinsip-prinsip berhitung diatas, dapat disimpulkan prinsip-prinsip
berhitung untuk anak usia dini yaitu pembelajaran secara langsung yang dilakukan oleh
anak didik melalui bermain atau permainan yang diberikan secara bertahap,
menyenangkan bagi anak didik dan tidak memaksakan kehendak guru dimana anak
diberi kebebasan untuk berpartisipasi atau terlibat langsung menyelesaikan masalah-
masalahnya.
d. Manfaat pengenalan berhitung
Kecerdasaan matematika mencangkup kemampuan untuk menggunakan
angka dan perhitungan, pola dan logika, dan pola pikir ilmiah. Secara umum permainan
matematika bertujuan mengetahui dasar-dasar pembelajaran berhitung sejak usia dini
sehingga anak-anak akan siap , mengikuti pembelajaran matematika pada jenjang
berikutnya disekolah dasar.
Menurut Suyanto, S (2005:57) manfaat utama pengenalan matematika, termasuk
didalamnya kegiatan berhitung ialah mengembangkan aspek perkembangan dan
kecerdasan anak dengan menstimulasi otak untuk berpikir logis dan matematis.
Permainan matematika menurut Siswanto (2008:44) mempunyai manfaat bagi anak-
anak, dimana melalui berbagai pengamatan terhadap benda disekelilingnya dapat
berfikir secara sistematis dan logis, dapat beradaptasi dan menyesuiakan dengan
lingkungannya yang dalam keseharian memerlukan kepandaian berhitung. Memiliki
apresiasi, konsentrasi serta ketelitian yang tinggi. Mengetahui konsep ruang dan waktu.
Mampu memperkirakan urutan sesuatu. Terlatih, menciptakan sesuatu secara spontan
sehingga memiliki kreativitas dan imajinasi yang tinggi. Anak-anak yang cerdas
matemati-logika anak dengan memberi materi-materi konkrit yang dapat dijadikan
bahan percobaan. Kecerdasaan matematika –logika juga dapat ditumbuhkan melalui
6
interaksi positif yang mampu memuaskan rasa ingin tahu anak. Oleh karena itu, guru
harus dapat menjawab pertanyaan anak dan member penjelasan logis, selain itu guru
perlu memberikan permainan-permainan yang memotivasi logika anak.
Menurut sujiono (2008:11.5) permainan matematika yang diberikan pada
anak usia dini pada kegiatan belajar di TK bermanfaat antara lain, pertama
membelajarkan anak berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan
menyenangkan. Kedua, menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga,
membantu anak belajar secara alami melalui kegiatan bermain.
Permainan matematika yang diberikan pada anak usia dini pada kegiatan
belajar di Taman Kanak-kanak bermanfaat antara lain, pertama membelajarkan anak
berdasarkan konsep matematika yang benar, menarik dan menyenangkan. Kedua,
menghindari ketakutan terhadap matematika sejak awal. Ketiga, membantu anak belajar
secara alami melalui kegiatan bermain.
e. Faktor yang mempengaruhi Kemampuan Berhitung Pada Anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak
sudah menunjukan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru
di TK harus tanggap untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga
kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju
perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia TK adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di
jalur matematika, karena usia TK sangat peka terhadap rangsangan yang di terima dari
lingkungan. Contohnya: Ketika guru menjelaskan konsep satu dengan
menggunakan benda ( satu buah apei ), anak-anak dapat menyebutkan benda lain yang
memiliki konsep sama, sekaligus mengenalkan bentuktu lambang dari angka satu itu.
Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat
stimulaai/rangsangan/motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya. Apabila
kegiatan berhitung diberikan melalui berbagai macam permainan tentunya akan lebih
efektif karena bermain merupakan wahana belajar dan bekerja bagi anak. Di yakini
bahwa anak akan lebih berhasil mempelajari sesuatu apabila yang ia pelajari sesuai
dengan minat, kebutuhan, dan kemampuannya. (Murdjito, 2007)
7
2. PERMAINAN
a. Pengertian bermain
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang
tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan
orang lain, yang harus diperhatikan orang tua, bermain haruslah suatu
aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada anak untuk
perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang
perkembangan aspek tertentu.
Bermain merupakan suatu aktivitas yang langsung, spontan di mana
seorang anak berinteraksi dengan orang lain, benda-benda di sekitarnya,
dilakukan dengan senang (gembira), atas inisiatif sendiri, menggunakan
daya khayal, panca indra, dan seluruh anggota tubuhnya (Gunarti, 2008:
18).
Menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati:2011),
bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain, kecuali yang
ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan
dalam realitas luar.
Parten, dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang
kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain diharapkan
dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak, siswa dan peserta
didik dalambereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan,
berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain
dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta
lingkungan sekitar.
Menurut N. Murdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang
dilakukan harus berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan
kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan
bagaimana melakukannya.
Berdasarkan pendapat para ahli diatas maka dapat disimpulkan
pengertian bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan
suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan
8
demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang
hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa untuk mempelajarinya.
b. Tujuan permainan
Menurut Chayatie (2010: 15) tujuan dari permainan antara lain:
a. Membangun kerja sama tim
Latihan ini di gunakan untuk memperbaiki hubungan masing-
masing individu dan sekelompok di dalam suatu kelompok.
b. Kemampuan fasilitator atau presentasi
Keterampilan memfasilitasi ditujukan kepada orang yang perlu
mengembangkan atau memperbaiki kemampuan mereka berbicara
dimuka umum atau presentasi
c. Pembelajaran
Latihan ini dirancang bagi para peserta agar dapat melihat sikap
atau gaya belajar mana yang memerlukan perbaikan.
d. Persepsi
Latihan persepsi umumnya menyenangkan bagi setiap orang yang
menggunakannya.
e. Latihan pembangkit semangat
Latihan ini dapat digunakan kapan saja jika anda melihat peserta
sudah mulai kehilangan minatnya atau mengantuk.
f. Icebreaker
Memberi peluang kepada peserta untuk memperkenalkan diri satu
sama lain dan menuntun mereka ke pokok permasalahan.
g. Evaluasi
Sebagian besar latihan evaluasi ditujukan kepada para peserta
untuk mengevaluasi diri sendiri atau program
c. Jenis-jenis permainan
Usia dini merupakan tahap perkembangan dimana periode
pertumbuhan otak anak tersebut masih dalam masa subur. Sebagai
orang tua dan guru tentunya harus tahu permainan yang cocok untuk anak
usia dini, sehingga dapat merangsang perkembangan sel otak anak -
anak. Anak yang cerdas merupakan anak aktif yang memiliki kemampuan
keseimbangan antara intelegensi (IQ), kecerdasan emosi (EQ), dan
kecerdasan spiritual (SQ). Banyak sekali jenis permainan yang dapat di
9
mainkan oleh anak-anak. Baik itu permainan yang di mainkan secara
individual maupun secara berkelompok. Permainan tersebut terus
berkembang dan tersebar di seluruh wilayah. Menurut Yulianty (2008: 9)
Secara umum, jenis permainan anak dapat di kategorikan ke dalam 3
kelompok, yaitu sebagai berikut:
1) Permainan aktif, yaitu permainan yang biasanya melibatkan
lebih dari satu orang anak. Permainan aktif biasanya berupa
olahraga yang bermanfaat untuk mengolah kemampuan
kinestetik pada anak. Selain itu, permainan aktif biasanya
memotifasi anak untuk belajar meraih prestasi, serta belajar
bertahan dalam persaingan. Bentuk permainan ini secara tidak
langsung juga melatih aspek kognitif pada anak untuk belajar
mengatur dan menentukan strategi dalam meraih kemenangan,
serta mengasah aspek efektif anak untuk bersikap sportif dan
belajar menerima kekalahan. Salah satu contoh permainan aktif
adalah permaian geometri, permainan menyusun dan mencocokan
bentuk, pola dan ukuran sesuai dengan warnanya.
2) Permainan Pasif, yaitu permainan yang bersifat mekanis
dan biasanya dilakukan tanpa teman yang nyata. Salah satu
permainan pasif yaitu permainan elektronik seperti I playstation.
Jenis permainan ini memiliki sisi positif dan negatif. Positfinya
ialah anak bisa memiliki keterampilan tertentu, sehingga
bermanfaat untuk kehidupannya nanti. Permainan di komputer
biasanya membutuhkan keterampilan dan strategi yang tepat agar
bisa memenangkan permainan. Namun, secara fisik permainan
ini dapat menghambat perkembangan kinestik pada anak-anak
karena permainan ini sedikit sekali menggunakan seluruh anggota
tubuh. Anak-anak cenderung hanya menggunakan tangan.
Kegiatan bermain seperti ini membuat anak tidak banyak bergerak
sehingga tubuhnya pun tidk terlatih dengan baik. Selain itu
secara mental dan psikologis pun, anak cenderung menjadi
egois, selalu ingin berkuasa dan memegang kendali. Hal ini
10
dikarenakan lawan bermainnya adalah benda mati sehingga
anak tidak memiliki kesempatan untuk belajar bertenggang rasa.
3) Permainan fantasi atau pemainan imajinasi yang diciptakan
sendiri oleh anak dalam dunianya. Anjang-anjangan merupakan
salah satu permainan fantasi. Seringkali melalui anjang-anjangan,
anak-anak terutama anak-anak perempuan dapat mengembangkan
daya imajinasinya sehingga anak-anak dapat memainkan berbgai
macam karakter yang dia ciptakan berdasarkan karakter yang dia
temukan dalam kehidupannya sehari-hari.
Berdasarkan beberapa jenis permainan yang dapat dapat
memacu daya pikir dan daya kreativitas anak. Permainan ini
mengandung nilai pembelajaran yang dapat mengoptimalkan
keseluruhan tahap perkembangan yang dimiliki anak.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan
Faktor-faktor yang mempengaruhi permainan adalah :
1) Kesehatan
Semakin sehat anak, semakin banyak energinya untuk
bermain aktif (seperti permainan dan olahraga). Dengan
demikian anak yang kekurangan tenaga akan lebih menyukai
hiburan saja.
2) Perkembangan motorik
Permainan anak pada setiap usia melibatkan koordinasi motorik.
Pengendalian motorik yang baik memungkinkan anak terlibat
dalam permainan aktif.
3) Inteligensi
Pada setiap usia, anak yang pandai lebih aktif ketimbang
anak yang kurang pandai, dan permainan mereka lebih
menunjukkan kecerdikan. Anak yang pandai menunjukkan
keseimbangan perhatian bermain yang lebih besar, termasuk upaya
menyeimbangkan faktor fisik dan intelektual yang nyata.
4) Jenis kelamin
Pada masa awal kanak-kanak, anak laki-laki menunjukkan
perhatian pada berbagai jenis permainan yang lebih banyak
11
ketimbang anak perempuan. Tetapi, terjadi sebaliknya pada
masa akhir kanak-kanak.
5) Lingkungan
Anak dari lingkungan yang buruk, kurang bermain ketimbang anak
lainnya, karena kesehatan yang buruk, kurang waktu, peralatan,
dan ruang. Anak yang berasal dari lingkungan desa kurang bermain
ketimbang mereka yang berasal dari lingkungan kota. Hal ini
karena kurangnya teman bermain serta kurangnya peralatan dan
waktu bebas.
6) Status sosial ekonomi
Anak dari kelompok sosial ekonomi yang tinggi lebih menyukai
kegiatan yang mahal, seperti lomba atletik, bermain sepatu roda.
Sedangkan mereka yang berasal dari kalangan bawah terlihat
dalam kegiatan yang tidak mahal, seperti bermain bola dan
kelerng.
3. HUBUNGAN BERMAIN STICK ANGKA DENGAN KEMAMPUAN
BERHITUNG PERMULAAN ANAK.
Anak memliki karakteristik tersendiri dari orang dewasa, mereka selalu
aktif, dinamis, antusias, dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar,
dan dirasakan. Selanjutnya Montessori mengatakan bahwa usia keemasan
merupakan masa dimana anak mulai peka untuk menerima berbagai stimulasi
dan berbagai upaya pendidikan dari lingkungannya, baik di sengaja maupun
tidak di sengaja.
Dengan adanya stimulasi dan berbagai upaya pendidikan yang
diberikan kepada anak maka perkembangannya dalam berbagai aspek
perkembangannya dapat berkembang, seperti perkembangan kognitif yang
berhubungan dengan perkembangan matematika anak. Perkembangan
matematika ini berhubungan dengan kemampuan yang diarahkan untuk
kemampuan berhitung permulaan.
Kemampuan berhitung ini perlu diajarkan sejak dini, dengan berbagai
media dan metode yang tepat, sehingga dapat membangkitkan minat dan
semangat belajar berhitung permulaan anak. Metode yang dapat digunakan di
12
TK dalam mengembangkan kemampuan anak ini dapat digunakan melalui
permainan stick angka.
Stick angka dalam kamus bahasa inggris indonesia, stick diartikan
sebagai kata benda yang berarti tongkat, batang, atau potongan sedangkan
angka adalah simbol untuk hitungan dengan simbol pokok yaitu 0, 1, 2, 3, 4, 5,
6, 7, 8, dan 9
4. KERANGKA BERPIKIR
Pada kondisi awal penelitian, kemampuan berhitung permulaan anak
kelompok B2 Tk Kristen Soteria kurang berkembang, karena peneliti belum
melakukan pembelajaran berhitung dengan bermain menggunakan stick angka
yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi masalah tersebut dengan
melakukan kegiatan penelitian tindakan kelas (PTK), pada siklus I dengan
melakukan perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi, ternyata hasil
belajar belum optimal. Pada siklus II langkah-langkahnya sama dengan siklus
I. Pada kondisi akhir diharapkan melalui kegiatan bermain stick angka hasil
belajar anak meningkat, kemampuan berhitung permulaan meningkat dan
penelitian ini berhasil. Maka dapat dilihat dengan bagan kerangka berpikir
sebagai berikut :
13
Kondisi awal
Guru : belum menggunakan strategi bermain yang kreatif
Siswa : kemampuan berhitung angka 1-10 belum maksimal
Siklus I : kemampuan berhitung angka belum sesuai dengan urutan yang benar
Siklus II : anak sudah mampu menghitung sesuai dengan urutan yang benar
Menerapkan cara bermain stick angka yang tepat
Peningkatan berhitung permulaan dengan bermain stick angka dinyatakn berhasil
Tindakan
Kondisi akhir
Berdasarkan bagan kerangka berpikir diatas penelitian tindakan kelas
ini (PTK) peneliti berasumsi melalui bermain menggunakan stick angka
kemampuan berhitung permulaan kelompok B2 Tk Soteria Kupang akam
berhasil.
5. HIPOTESIS TINDAKAN
Jika dalam pembelajaran guru menerapkan dengan bermain
menggunakan stick angka maka dapat meningkatkan kemampuan berhitung
permulaan kelompok B2 Tk Soteria Kupang.
G. METODE PENELITIAN
1. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan
Kelas.Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di
dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr siswa menjadi meningkat.
2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
a. Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Tk Kristen Soteria Kupang
b. Waktu penelitian
Penelitian ini dilaksanakan selama 2 bulan terhitung mulai dari bulan
3. SUBJEK PENELITIAN
Penelitian ini di lakukan pada siswa kelompok B TK Kristen Soteria
kupang yang terdiri dari 14 siswa, yang mana terdiri dari dari laki-laki 6
orang dan perempuan 8 orang.
4. PROSEDUR PENELITIAN
Penelitian tindakan kelas berlangsung dua siklus dan memiliki empat (4)
langkah, yaitu :
a. Perencanaan
Perencanaan yaitu menyusun perencanaan pembelajaran, menyusun
instrument observasi dan menentukan jadwal pelaksanaan. Sehari
sebelum pembelajaran guru harus melalukan persiapan diantaranya
harus menulis RKH dan mempersiapkan stick angka yang akan
dibutuhkan.
b. Pelaksanaan tindakan
14
Melaksanakan kgiatan sesuai rencana pembelajaran, melakukan
pengelolaan dan penggendalian. Tahapan ini merupakan tahap
kegiatan guru melaksanakan atau mengelola kegiatan pembelajaran.
Tahapan ini dapat dibagi menjadi 3 kegiatan yaitu : kegiatan
pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup.
c. Observasi
Mengamati aktifitas guru dan dampak tindakan
d. Refleksi
Refleksi yaitu menilai, menganalisis serta membut simpulan
perbaikan/hasil. Peneliti melakukan refleksi dan analisis serta
membuat kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran.
5. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
a. Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara
pengamatan langsung terhadap sikap perilaku guru dan anak.
Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan
untuk mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung )
secara kompleks yang dimiliki anak.
b. Penugasan atau pemberian tugas
Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat
hasil kerja anak. Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok
atau individu. Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil
kerja anak selama dalam mengikuti proses belajar mengajar atau
menerima materi.
c. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu berupa dokumen-dokumen baik berupa dokumen
primer maupun skunder yang menunjang proses pembelajaran.
6. ANALISIS DATA
Analisis data diartikan sebagai upaya mengolah data menjadi informasi,
sehingga sifat-sifat atau karateristik data tersebut dapat dengan mudah
dipahami dan bermanfaat.
7. INDIKATOR/KRITERIA KEBERHASILAN
Kegiatan pembelajaran stick angka pada anak usia dini termasuk
dalam aspek kognitif. Menurut Mulyasa (2002: 99) keberhasilan kelas untuk
15
aspek kognitif dapat dilihat dari hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai
65% secara individu dan 85% secara klasikal.
16