ome fix.docx

31
BAB I PENDAHULUAN Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME), dimana masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu, terdapat juga jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva. (1) Otitis media merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak-anak selain dari penyakit infeksi saluran nafas. Beberapa kasus otitis media akut dapat menyebabkan otitis media efusi (OME) yang persisten, yang merupakan salah satu penyebab utama penurunan pendengaran pada anak-anak, utamanya pada Negara berkembang, dan mencapai puncak insidensi pada usia 2 dan 5 tahun. (2) (3) Penyebab utama otitis media efusi (OME) belum jelas, namun beberapa data menunjukkan bahwa refluks 1

Upload: muthia-fydiah-jayanti

Post on 22-Jun-2015

79 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

Page 1: OME FIX.docx

BAB I

PENDAHULUAN

Otitis media ialah peradangan sebagian atau seluruh mukosa telinga

tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel-sel mastoid. Banyak ahli

membuat pembagian dan klasifikasi otitis media. Secara mudah, otitis media

terbagi atas otitis media supuratif dan otitis media non supuratif (=otitis media

serosa, otitis media sekretoria, otitis media musinosa, otitis media efusi/OME),

dimana masing-masing mempunyai bentuk akut dan kronis. Selain itu, terdapat

juga jenis otitis media spesifik, seperti otitis media tuberkulosa atau otitis media

sifilitika. Otitis media yang lain adalah otitis media adhesiva. (1)

Otitis media merupakan penyakit yang paling sering terjadi pada anak-

anak selain dari penyakit infeksi saluran nafas. Beberapa kasus otitis media akut

dapat menyebabkan otitis media efusi (OME) yang persisten, yang merupakan

salah satu penyebab utama penurunan pendengaran pada anak-anak, utamanya

pada Negara berkembang, dan mencapai puncak insidensi pada usia 2 dan 5

tahun. (2) (3)

Penyebab utama otitis media efusi (OME) belum jelas, namun beberapa

data menunjukkan bahwa refluks asam lambung menjadi kemungkinan penyebab

OME pada anak. Meskipun disfungsi tuba eustachia itu sendiri dapat

menyebabkan efusi telinga tengah, ada banyak bukti yang menunjukkan

kebanyakan kasus OME terjadi sebagai sekuel dari otitis media akut atau

setidaknya memiliki faktor etiologi yang sama. Penyebab spesifik dapat

diidentifikasi pada kebanyakan kasus otitis media pada orang dewasa, seperti

penyakit sinus paranasal, karsinoma nasofaring, dan sebagai sekuel post radiasi. .

OME dapat asimtomatik dan hanya dideteksi pada pemeriksaan skrining audiologi

rutin. Gejala OME yang paling sering adalah penurunan pendengaran. Gejala

lainnya berupa rasa tersumbat pada telinga. Gejala yang lebih jarang dapat berupa

nyeri telinga, tinnitus atau gangguan keseimbangan. (2)

1

Page 2: OME FIX.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI

Gbr 1. Anatomi telinga (4)

Telinga dibagi atas telinga luar, telinga tengah dan telinga dalam.

Telinga luar terdiri dari daun telinga sampai membran timpani. Daun telinga

terdiri dari tulang rawan elastin dan kulit. Liang telinga berbentuk huruf S,

dengan rangka tulang rawan pada sepertiga luar, sedangkan dua pertiga bagian

dalam rangkanya terdiri dari tulang. Panjangnya kira-kira 2 ½ - 3 cm. (1)

Telinga tengah berbentuk kubus dengan batas luar membran timpani;

batas depan tuba eustachia; batas bawah vena jugularis; batas belakang aditus

ad antrum, kanalis fasialis pars vertikalis; batas atas tegmen timpani; batas

dalam berturut-turut dari atas ke bawah kanalis semisirkularis horizontal,

kanalis fasialis, tingkap lonjong (oval window), tingkap bundar (round

window) dan promontorium. (1)

2

Page 3: OME FIX.docx

Gbr 2. Telinga tengah (5)

Membran timpani berbentuk bundar dan cekung bila dilihat dari arah

liang telinga dan terlihat oblik terhadap sumbu liang telinga. Bagian atas

disebut pars flaksida (membran Sharpnell), sedangkan bagian bawah pars

tensa (membran propria). Pars flaksida hanya berlapis dua, yaitu bagian luar

ialah lanjutan epitel kulit liang telinga dan bagian dalam dilapisi oleh sel

kubus bersilia, seperti epitel mukosa saluran napas. Pars tensa mempunyai

satu lapis lagi di tengah, yaitu lapisan yang terdiri dari serat kolagen dan

sedikit serat elastin yang berjalan secara radier di bagian luar dan sirkuler pada

bagian dalam. (1)

Bagian penonjolan bagian bawah maleus pada membran timpani

disebut sebagai umbo. Dari umbo bermula suatu reflex cahaya (cone of light)

ke arah bawah yaitu pada pukul 7 untuk membran timpani kiri dan pukul 5

untuk membran timpani kanan. Reflex cahaya ialah cahaya dari luar yang

dipantulkan oleh mebran timpani. (1)

Membran timpani dibagi dalam 4 kuadran, dengan menarik garis searah

dengan prosesus longus maleus dan garis yang tegak lurus pada garis itu di

3

Page 4: OME FIX.docx

umbo, sehingga didapatkan bagian atas-depan, atas-belakang, bawah-depan

serta bawah-belakang, untuk menyatakan letak perforasi membran timpani. Di

dalam telinga tengah terdapat tulang-tulang pendengaran yang tersusun dari

luar ke dalam, yaitu maleus, inkus dan stapes. (1)

Tulang pendengaran di dalam telinga tengah saling berhubungan.

Prosesus longus maleus melekat pada membran timpani, maleus melekat pada

inkus, dan inkus melekat pada stapes. Stapes terletak pada tingkap lonjong

yang berhubungan dengan koklea. Hubungan antar tulang-tulang pendengaran

merupakan persendian. (1)

Pada pars flaksida terdapat daerah yang disebut atik. Di tempat ini

terdapat aditus ad antrum, yaitu lubang yang menghubungkan telinga tengah

dengan antrum mastoid. Tuba eustachia termasuk dalam telinga tengah yang

menghubungkan daerah nasofaring dengan telinga tengah. (1)

Telinga dalam terdiri dari koklea yang berupa dua setengah lingkaran

dan vestibuler yang terdiri dari 3 buah kanalis semisirkularis. Ujung atau

puncak koklea disebut helikotrema, menghubungkan perilimfa skala timpani

dengan skala vestibuli. (1)

Gbr 3. Telinga dalam (5)

4

Page 5: OME FIX.docx

Kanalis semisirkularis saling berhubungan secara tidak lengkap dan

membentuk lingkaran yang tidak lengkap. Pada irisan melintang koklea

tampak skala vestibuli sebelah atas, skala timpani di sebelah bawah dan skala

media (duktus koklearis) diantaranya. Skala vestibuli dan skala timpani berisi

perilimfa, sedangkan skala media berisi endolimfa. Dasar skala vestibuli

disebut sebagai membran vestibuli (Reissner’s membrane) sedangkan dasar

skala media adalah membran basalis. Pada membran ini terletak organ corti.

(1)

B. DEFINISI

Otitis media efusi, disebut juga otitis media non supuratif, otitis media

serosa, otitis media musinosa, otitis media sekretoria atau otitis media mucoid

(glue ear). Otitis media efusi persisten merupakan keadaan dimana terdapat

efusi pada telinga tengah, yang bersifat serosa ataupun mukoid, dan persisten

dalam waktu 3 bulan atau lebih, dengan membran timpani yang utuh dan

tanpa tanda-tanda infeksi. Apabila efusi tersebut encer disebut otitis media

serosa dan apabila efusi tersebut kental seperti lem disebut otitis media

mukoid (glue ear). Pada dasarnya otitis media efusi dibagi menjadi dua, yaitu :

otitis media serosa akut dan otitis media serosa kronik. (1) (2)

Otitis media efusi akut adalah keadaan terbentuknya sekret di telinga

tengah secara tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan fungsi tuba. Keadaan

akut ini dapat disebabkan antara lain oleh : (1) sumbatan tuba, pada keadaan

tersebut terbentuk cairan di telinga tengah disebabkan oleh tersumbatnya tuba

secara tiba-tiba seperti pada barotraumas, (2) virus, terbentuknya cairan di

telinga tengah yang berhubungan dengan infeksi virus pada jalan napas atas,

(3) alergi, terbentuknya cairan di telinga tengah yang berhubungan dengan

keadaan alergi pada jalan napas atas, (4) idiopatik. (1)

Pada otitis media efusi kronik, sekret terbentuk secara bertahap tanpa

rasa nyeri dengan gejala-gejala pada telinga yang berlangsung lama. Sekret

pada OME kronik dapat kental seperti lem, maka disebut “glue ear”. Otitis

5

Page 6: OME FIX.docx

media efusi kronik lebih sering terjadi pada anak-anak, sedangkan OME akut

lebih sering terjadi pada orang dewasa. (1)

C. ETIOLOGI

Penyebab dari Otitis Media Efusi umumnya adalah obstruksi tuba

eustachia akibat edema mukosa karena infeksi (sinusitis, nasofaringitis) atau

alergi. Tekanan ekstrinsik pada bagian kartilago tuba esutachia akibat

hyperplasia kelenjar atau jaringan limfe, ataupun tumor. Malfungsi otot tuba

eustachia seperti pada anak dengan cleft-palate / bibir sumbing, ataupun

malformasi dari tuba itu sendiri seperti pada Down syndrome. (6)

Pada anak-anak nasofaringitis merupakan penyebab tersering OME.

Sedangkan pada orang dewasa, kondisi ini lebih jarang, dan adanya OME

persisten dapat disebabkan oleh tumor nasofaringeal yang menyumbat tuba

eustachia, atau neoplasma yang menekan atau menginfiltrasi saluran tuba

esutachia. (6)

D. FAKTOR PREDISPOSISI

Faktor lingkungan, umur, dan gangguan pada tuba eustachia dapat

merupakan factor predisposisi OME.

- Faktor lingkungan. Beberapa studi epidemiologis menunjukkan hubungan

yang erat dengan peningkatan prevalensi OME. Factor ini berupa, pemakaian

dot, makan sambil berbaring, alergi dengan lingkungan tertentu, status sosial

ekonomi yang rendah,

- Umur. Pada bayi, tuba eustachia lebih horizontal, seiring pertumbuhan

tuba esutachia membentuk sudut 45° dalam beberapa tahun. Selain itu ukuran

dan bentuk tuba eustachia saat bayi, masih kurang memadai untuk ventilasi

telinga tengah.

- Gangguan tuba eustachia. Gangguan pada pembukaan normal orifisium

tuba eustachia pada nasofaring juga dihubungkan dengan peningkatan

prevalensi otitis media efusi. Biasanya terjadi pada pasien dengan bibir

sumbing dan pada anak dengan Down syndrome serta kelainan lain pada

6

Page 7: OME FIX.docx

palatum. Selain itu, penurunan klirens mukosiliar serta peningkatan viskositas

mukus pada fibrosis kistik juga dihubungkan dengan peningkatan prevalensi

OME. (7)

E. EPIDEMIOLOGI

Di Amerika Serikat infeksi telinga tengah merupakan problem medis yang

paling sering pada bayi dan anak usia pra sekolah, dan merupakan diagnosis

primer tersering pada anak usia < 15 tahun. Pada skrining bayi hingga usia 5

tahun menunjukkan prevalensi OME sebesar 15-40%. Puncak insidensi OME

berkisar pada usia 2 dan 5 tahun, serta paling sering terjadi pada musim dingin.

(7) (8)

F. PATOGENESIS

OME dapat terjadi selama masa penyembuhan OMA saat inflamasi telah

mereda. Berkisar 45% anak yang menderita OMA mengalami OME persisten

setelah satu bulan, namun angka ini menurun menjadi 10% setelah 3 bulan. (7)

Dalam kondisi normal, mukosa telinga tengah mensekresi mukus secara

konstan, yang kemudian dialirkan oleh transport mukosiliar ke nasofarings

melalui tuba eustachia. Berbagai factor yang menyebabkan produksi mukus

berlebih, atau gangguan klirens mukus, ataupun keduanya dapat menyebabkan

otitis media efusi. (2)

Infeksi bakteri atau virus dapat menyebabkan peningkatan produksi dan

viskositas sekrersi mukosa telinga tengah. Infeksi juga menyebabkan inflamasi

dan edema mukosa yang dapat mengobstruksi tuba eustachia. Paralisis temporer

oleh eksotoksin bakteri juga mengganggu proses klirens efusi tersebut. (7)

Studi eksperimental membuktikan kegagalan membukanya tuba eustachia

sebagai penyebab efusi telinga tengah. Karena gas secara konstan diabsorbsi ke

dalam mikrosirkulasi mukosa telinga tengah, terjadi tekanan negatif pada celah

telinga tengah jika tuba eustahia terhambat. Tekanan negatif ini menyebabkan

transudasi cairan ke dalam telinga tengah. (2)

7

Page 8: OME FIX.docx

Pemaparan asap rokok juga dapat berkontribusi dalam disfungsi siliar pada

OME. Ada viskositas optimum mukus agar dapat terjadi transport mukosiliar

yang efektif. Bila mukus yang dibentuk di telinga tengah terlalu seros atau terlalu

mukoid, silia tidak mampu membersihkan dengan efisien. (2)

G. DIAGNOSIS

1. Anamnesis

Otitis media efusi dapat asimtomatis dan hanya terdeteksi melalui

pemeriksaan skrining audiologi rutin. OME biasanya memiliki gejala yang

tidak terlalu jelas. Gejala OME yang paling sering adalah penurunan

pendengaran. Meskipun anak yang lebih tua dapat mengeluhkan penurunan

pendengaran, namun pada kebanyakan kasus gejala tersebut ditemukan

oleh orang tua, perawat, ataupun guru dari anak tersebut. Orang tua

biasanya merasakan volume televisi yang terlalu besar ataupun anak duduk

dekat dengan televisi, atau anak tidak merespon saat dipanggil. Pada anak

yang lebih muda gejala dapat berupa keterlambatan atau gangguan

berbicara. Gejala lainnya berupa rasa penuh atau tersumbat pada telinga.

Gejala yang lebih jarang dapat berupa nyeri telinga, tinnitus atau gangguan

keseimbangan. (2) (7)

Gejala yang menonjol pada OME akut biasanya berupa pendengaran

berkurang. Selain itu pasien juga dapat mengeluh rasa tersumbat pada

telinga atau suara sendiri terdengar lebih nyaring atau berbeda pada telinga

yang sakit (diplacusis binauralis). Kadang-kadang terasa seperti ada cairan

yang bergerak dalam telinga pada saat posisi kepala berubah. Rasa sedikit

nyeri dalam telinga dapat terjadi pada saat awal tuba terganggu, yang

menyebabkan timbul tekanan negatif pada telinga tengah (misalnya pada

barotrauma), tetapi setelah secret terbentuk tekanan negative perlahan-lahan

hilang. Rasa nyeri dalam telinga tidak pernah ada bila penyebab timbulnya

secret adalah virus atau alergi. Tinnitus, vertigo atau pusing kadang-kadang

ada dalam bentuk yang ringan. Pada OME kronik, perasaan tuli lebih

menonjol, oleh karena adanya sekret kental atau glue ear. (1)

8

Page 9: OME FIX.docx

2. Pemeriksaan Fisis

Penemuan pada pemeriksaan otoskopi dapat bervariasi. Pada stadium

awal, dapat ditemukan cairan jernih dengan gelembung atau “air-fluid

level”. Seiring dengan bertambahnya volume dan kekentalan cairan, serta

hilangnya udara, membrane timpani dapat terlihat berwarna gelap, tebal

atau pucat. Efusi telinga serous dan mucous biasanya steril dan tidak

menyebabkan penebalan dan kemerahan difus seperti pada infeksi

bakterial akut. Kadang ditemukan membran timpani tetap berwarna terang,

dengan reflex cahaya yang baik. Pada otoskopi OME akut terlihat

membrane timpani retraksi. Kadang-kadang tampak gelembung udara atau

permukaan cairan dalam kavum timpani. Pada otoskopi OME kronik dapat

terlihat membran timpani utuh, retraksi, suram, kuning-kemerahan atau

keabu-abuan. (1) (9)

Penemuan yang lebih terpercaya adalah penurunan mobilitas

membrane timpani. Bila cairan kental dan tidak ada udara, dapat terlihat

pergerakan membrane timpani menurun atau tidak ada sama sekali.

Pneumatic otoscopy merupakan pemeriksaan yang digunakan untuk

menentukan mobilitas membrane timpani sebagai respons terhadap

perubahan tekanan. Pneumatik otoskopi memiliki sensitivitas dan

spesifitas yang tinggi dalam mendiagnosa OME. Pada pneumatic otoskopi,

lakukan penilaian terhadap warna, translusensi dan posisi membrane

timpani serta derajat mobilitas membrane timpani. Membran timpani

normal konveks, translusen dan intak. Penebalan membrane timpani

menyebabkan penurunan mobilitas. Bila membrane timpani tidak bergerak

dengan pemberian sedikit tekanan positif atau negative, maka

kemungkinan besar terdapat efusi pada telinga tengah. Kadang pada

pemberian tekanan dapat terlihat air-fluid level di belakang membrane

timpani, yang bernilai diagnostic pada efusi telinga tengah. (9) (10)

9

Page 10: OME FIX.docx

Gbr 4. Otoskopi Pneumatik Siegle (10)

Gbr 5. Pemeriksaan dengan menggunakan Otoskopi Pneumatik Siegle. (10)

Gbr 6. Telinga kanan. Membran timpani normal.

1 = pars flaccida; 2 = short process of the malleus; 3 = handle of the malleus; 4 = umbo;

5 = supratubal recess; 6 = tubal orifice; 7 = hypotympanic air cells; 8 = stapedius tendon;

c = chorda tympani; I = incus; P = promontory; o = oval window;

R = round window; T = tensor tympani; A = annulus. (6)

10

Page 11: OME FIX.docx

Gbr 7. Otitis media efusi dengan perubahan minimal pada membrane timpani. Membrane

timpani hanya terlihat sedikit berbeda, berwarna coklat dengan sedikit hiperemis.

Diagnosis dapat ditegakkan bila ditemukan penurunan mobilitas MT dan gangguan pada

pemeriksaan audiometri. (11)

Gbr 8. Otitis media serosa. Tampak gelembung udara pada bagian anterior malleus serta

pada kuadran posteroinferior. (6)

Gbr 9. OME dengan transudat yang kental memberikan warna kuning gelap pada

membrane timpani. Air fluid level dapat terlihat pada kuadran posterosuperior. Membrane

timpani tampak hiperemis difus. (6)

11

Page 12: OME FIX.docx

3. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan laboratorium jarang digunakan dalam pemeriksaan

dan diagnosis otitis media efusi (OME) kecuali diduga ada proses lain.

Anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah cukup sensitif dan spesifik untuk

memfasilitasi keakuratan diagnosis dan pengobatan penyakit. Kultur tidak

rutin dilakukan pada penyakit otitis media efusi. (7)

Pada kasus yang jarang, laju endap darah (LED) diperoleh untuk

menyingkirkan adanya destruksi/kerusakan tulang, atau complete blood

cell (CBC) dinilai untuk menyingkirkan adanya infeksi aktif. (7)

Pada otitis media akut studi histologis pada tulang temporal

tampak adanya dilatasi dan hiperplasia pembuluh darah, inflamasi dan

metaplasia dari mukosa, pembentukan kelenjar, edema, dan infiltrasi

dengan populasi sel mononuklear. Temuan yang sama mungkin ada, untuk

tingkat yang lebih rendah, pada otitis media dengan efusi. (7)

Pemeriksaan Radiologi

Foto polos mastoid pernah digunakan sebagai metode skrining

untuk otitis media dengan efusi (OME), tapi studi pencitraan ini sekarang

jarang digunakan, mengingat anamnesis dan pemeriksaan fisik sudah

cukup sensitif dalam membantu mendiagnosa penyakit. (7)

CT-scan

CT Scan sangat sensitif dan tidak diperlukan untuk mendiagnosis.

Namun, CT scan penting dalam upaya untuk menyingkirkan kemungkinan

komplikasi dari otitis media (misalnya, mastoiditis, trombosis sinus

sigmoid, erosi tulang dengan ekstensi intrakranial) atau lesi yang abnormal

(misalnya, cholesteatoma). CT Scan sangat penting dalam otitis media

dengan efusi unilateral ketika massa nasofaring atau tuba estachius harus

disingkirkan. (7)

MRI (Magnetic Resonane Imaging)

12

Page 13: OME FIX.docx

Magnetic resonance imaging (MRI) sangat berguna pada

pemeriksaan massa jaringan lunak yang mungkin berkontribusi terhadap

efusi telinga tengah (MEE) karena kemampuannya untuk menggambarkan

batas/tepi jaringan lunak dan membantu menentukan tingkat ekstensi

potensial intrakranial (sering membantu pada massa nasofaring). Selain

itu, MRI dan variannya erat terkait dari magnetic resonance venography

(MRV) dan magnetic resonance arteriography (MRA) menunjukkan

komplikasi seperti trombosis pada sinus intrakranial sangat baik. Namun,

ketika terjadi ekstensi intrakranial, baik invasi dari nasofaring atau tulang

temporal, CT scan membantu menentukan anatomi tulang secara spesifik

dan harus digunakan dalam hubungannya dengan MRI. (7)

Tympanometri

Timpanometri merupakan tes yang lebih akurat untuk

mendiagnosis otitis media efusi (OME). Hasil dari tes ini dapat membantu

memberitahukan jumlah dan ketebalan cairan. Tympanometri mungkin

yang paling berguna dari semua tes yang berhubungan dengan otitis media

efusi (OME). Tes ini menunjukkan tipe B terdapat pada 43% kasus otitis

media dengan efusi dan tipe C pada 47% kasus. (7) (8)

Tes ini sangat berguna pada anak-anak kecil yang kanalis acusticus

eksternalnya mungkin terlalu kecil atau kolaps untuk memungkinkan

visualisasi yang memadai dari membran timpani. Namun, pada mereka

yang berusia kurang dari 7 bulan, timpanometri tidak dapat dipercaya. (7)

Tes bahasa

Tes bahasa juga telah dianjurkan dalam pedoman praktek klinis

untuk anak-anak dengan gangguan pendengaran (nada murni rata-rata

lebih besar dari 20 dB HL evaluasi audiometri komprehensif). Pengujian

untuk keterlambatan bahasa adalah penting, karena komunikasi merupakan

bagian integral dari semua aspek fungsi manusia. Anak-anak dengan

keterlambatan bicara dan bahasa selama tahun-tahun prasekolah beresiko

untuk masalah komunikasi lanjutan dan penundaan di kemudian membaca

dan menulis. (7)

Tympanocintesis

13

Page 14: OME FIX.docx

Tympanocintesis melibatkan aspirasi efusi dari telinga tengah.

Tympanocentesis dapat berfungsi baik sebagai prosedur terapi dan

prosedur diagnostik. (7)

H. DIAGNOSIS BANDING

Diagnosis Banding (7)

Tumor nasofaring jinak

Karsinoma nasofaring

Otitis media akut

Hipertrofi adenoid

Defek kongenital pada tuba eustachia

Diskinesia silier

Defisiensi igG

I. PENATALAKSANAAN

Non-Operatif

Panduan klinis untuk penanganan non-operatif OME yaitu : (2) (7)

1. Dokumentasi lateralitas, durasi efusi dan keparahan gejala OME.

2. Bedakan anak dengan OME yang beresiko mengalami gangguan bicara,

bahasa atau belajar, pada anak yang beresiko perlu evaluasi pendengaran,

bahasa, dan bicara serta perlu intervensi.

3. Anak OME yang tidak beresiko ditangani dengan watchful waiting selama

3 bulan dari onset efusi (bila diketahui) atau dari saat terdiagnosa (jika

onset tidak diketahui).

4. Pemeriksaan pendengaran dilakukan bila OME menetap selama 3 bulan

atau lebih, atau kapan saja saat dicurigai adanya keterlambatan bicara,

gangguan belajar, atau penurunan pendengaran yang signifikan pada anak

dengan OME.

5. Anak dengan OME persisten yang tidak beresiko harus di periksa kembali

dalam interval 3-6 bulan hingga tidak lagi diurigai adanya efusi, penurunan

14

Page 15: OME FIX.docx

pendengaran yang signifikan, atau abnormalitas structural pada membrane

timpani atau telinga tengah.

Observasi

Kebanyakan pasien OME tidak membutuhkan penanganan khusus

terutama bila gangguan pendengaran bersifat ringan. Pada banyak pasien OME

dapat sembuh spontan. Periode watchful waiting selama 3 bulan dari onset (bila

diketahui) atau dari ditegakkannya diagnosis (jika onset tidak diketahui)

disarankan sebelum mempertimbangkan intervensi. Secara ideal penanganan

dini diberikan pada pasien yang tidak mengalami penyembuhan spontan.

Beberapa percobaan menunjukkan bahwa gangguan pendengaran bilateral > 30

dB sebagai factor yang memperlambat resolusi spontan. Intervensi dini harus

dipertimbangkan bila terdapat keterlambatan bicara atau perkembangan bahasa

atau bila OME terjadi pada hanya satu telinga yang mendengar. (2)

Medikamentosa

Pengobatan Otitis Media Efusi masih kontroversial dan sangat bervariasi

dalam prakteknya. Penggunaan obat termasuk antibiotik, steroid, dekongestan

dan antihistamin. Penggunaan antibiotik pada OME tampak efektif pada

beberapa pasien, namun hanya memiliki efek jangka pendek. Antibiotik yang

dapat diberikan seperti erythromycin, amoxicillin, trimetophrim-

sulfamethoxazole. (1) (7)

Penanganan operatif

Penanganan operatif OME adalah tube tympanostomy dan adenoidectomy.

Myringotomy dan aspirasi efusi telinga tengah tanpa insersi tube ventilasi

hanya memiliki manfaat jangka pendek dan tidak direkomendasikan. (2)

Indikasi penanganan operatif pada OME yaitu : (12)

1. Bila terdapat OME bilateral yang berlangsung selama 3 bulan atau lebih,

utamanya bila simtomatis;

2. OME unilateral selama 6 bulan atau lebih, utamanya jika simtomatis;

15

Page 16: OME FIX.docx

3. OME yang rekuren atau persisten pada anak yang beresiko tinggi, dengan

atau tanpa adanya simtom;

4. OME dengan kerusakan struktural pada membrane timpani atau telinga

tengah.

Myringotomy

Myringotomy dan aspirasi efusi. Jika OME disertai penurunan

pendengaran menetap selama lebih dari 3 bulan, seringkali dilakukan

myringotomy (dengan anastesi umum pada anak-anak) disertai aspirasi cairan.

Bila prosedur ini dilakukan tanpa pemasangan tube untuk menyamakan

tekanan, memberikan hasil yang kurang memuaskan dalam jangka-panjang.

Myringotomy dan aspirasi merupakan penanganan yang lebih cocok untuk

pasien dewasa. Keuntungan dari tindakan ini adalah pemulihan yang segera

pada pendengaran, gejala dan tekanan. Kerugian dari tindakan ini adalah insisi

biasanya sembuh dalam waktu 1 minggu, sedangkan masalah yang mendasari

yaitu disfungsi tuba membutuhkan waktu yang lebih lama untuk pulih (rata-rata

6 minggu); oleh karena itu rekurensi sering terjadi. Myringotomy dan aspirasi

berguna untuk pasien dengan derajat kehilangan pendengaran sedang sampai

berat. (7) (11)

Myringotomy dengan pemasangan tympanostomy tube

Indikasi pemasangan tympanostomy tube, yaitu : (13)

1. OME kronik, yang tidak berespon dengan obat, yang berlangsung selama 3

bulan pada OME bilateral, atau 6 bulan pada OME unilateral.

2. Otitis media akut yang rekuren, utamanya jika profilaksis antimicrobial

gagal.

3. OME rekuren dengan durasi setiap episode tidak mencukupi criteria kronik,

namun durasi kumulatif melebihi, seperti 6 bulan dalam 1 tahun terakhir.

4. Bila ditemukan atau dicurigai adanya komplikasi supuratif; insersi

tympanostomy tube pada saat tympanosintesis/myringotomy dapat

menambah waktu drainase dan aerasi telinga tengah dan mastoid.

16

Page 17: OME FIX.docx

5. Disfungsi tuba esutachia (walaupun tanpa adanya efusi telinga tengah) bila

pasien menunjukkan tanda dan gejala yang persisten/rekuren yang tidak

hilang dengan pengobatan.

6. Barotraumas, utamanya untuk mencegah episode rekurensi (missal, setelah

penerbangan pesawat, atau terapi hypobaric chamber)

Tujuan pemasangan tube tympanostomy adalah untuk membuat ventilasi

pada rongga telinga tengah untuk memperbaiki pendengaran. Ventilasi telinga

tengah jangka panjang juga dapat meredakan inflamasi kronik pada mukosa

telinga tengah. Komplikasi dapat berupa seperti myringosklerosis, otore

puurulen, dan perforasi residual setelah pemasangan. Ada dua jenis

tympanostomy tube : tube jangka pendek (ontoh, grommets), yang dapat

bertahan pada membrane timpani selama kurang lebih 12 bulan, dan tube

jangka panjang (contoh, T-tubes) dapat bertahan hingga beberapa tahun.

Insidensi perforasi residual pada penggunaan tube ventilasi jangka panjang

mengindikasikan pemasangan tube jangka panjang tidak diindikasikan pada

kasus yang tidak berkomplikasi. (2)

Gbr 10. Beberapa jenis ear tube. (14)

Gbr 11. Tanda panah menunjukkan insisi radial pada myringotomy dimana grommet

akan diinsersi. Insisi tidak dilakukan pada kuadran posterior/superior membran

untuk menghindari cedera pada incus dan stapes. (11)

17

Page 18: OME FIX.docx

Gbr 12. Insersi grommet; tube teflon yang sering digunakan untuk mencegah

rekurensi efusi telinga tengah. Trauma yang ditimbulkan mini-grommet pada

mebran timpani lebih minimal, namun ekstrusi lebih cepat. (11)

Gbr 13. Insersi Grommet. Insisi myringotomy pada bagian posterior membrane

timpani dapat merusak sendi inudostapedial atau round window, selain itu insersi

grommet pada bagian posterior dapat menimbulkan nekrosis akibat tekanan dalam

waktu yang lama. Myringotomy radial anterior atau inferior merupakan insisi yang

lebih aman. (11)

Tube grommet menyediakan ventilasi pada telinga tengah dan bertindak

sebagai tuba eustachia. Grommet biasanya lepas dari membrane timpani yang

telah intak secara spontan dalam jangka 6-18 bulan, dan biasanya didapatkan

bersama dengan serumen pada meatus. Dengan efusi telinga tengah yang

rekuren, mungkin dibutuhkan pemasangan ulang grommet. Jika fungsi normal

tuba eustahia tidak kembali dan OME berulang, dilakukan penggantian

grommet. (11)

Adenoidectomy

Adenoidectomy masih menjadi kontroversi dalam penanganan OME.

Adenoidectomy menghilangkan obstruksi nasal, memperbaiki tuba eustachia,

18

Page 19: OME FIX.docx

dan mengeliminasi potensi reservoir bakteri. Bukti menunjukkan bahwa

adenoidectomy efektif mengurangi morbiditas OME. Namun, karena resiko

potensial yang ditimbulkan adenoidectomy (perdarahan primer dan, insufisiensi

velofaringeal, namun jarang terjadi), banyak yang menggunakan

tympanostomy tube sebagai penanganan lini pertama dan mempertimbangkan

adenoidectomy bila pemasangan tympanostomy tube berulang pada OME

rekuren. (2)

J. PROGNOSIS

Umumnya, prognosis otitis media efusi adalah baik. Kebanyakan kasus

sembuh sendiri tanpa ada intervensi, dan banyak pula yang sembuh tanpa

terdiagnosa. Namun, 5% anak yang tidak ditangani seara operatif mengalami

OME yang persisten dalam setahun. Intervensi bedah meningkatkan klirens

dari efusi telinga tengah, namun manfaatnya terhadap perkembangan bicara

dan bahasaserta kualitas hidup masih kontroversial. (2)

Setelah ekstrusi tube spontan, 20-50% pasien mengalami rekurensi OME,

sehingga membutuhkan penggantian tube, dan pada kebanyakan kasus,

adenoidektomi simultan. (2)

Otitis media efusi biasanya akan sembuh dalam beberapa minggu atau

beberapa bulan. Pengobatan dapat mempercepat proses pemulihan. Masa

penyembuhan “glue ear” tidak secepat otitis media dengan efusi yang lebih

tipis (serosa). (8)

Otitis media efusi biasanya tidak mengancam jiwa. Kebanyakan anak tidak

mengalami efek jangka panjang berupa gangguan pendengaran ataupun

gangguan bicara, bahkan jika cairan masih ada dalam beberapa bulan. (8)

19

Page 20: OME FIX.docx

DAFTAR PUSTAKA

1. Soepardi, Efiaty A., et al., [ed.]. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Telinga, Hidung, Tenggorok, Kepala & Leher. edisi 6. Jakarta : FK-UI, 2007.

2. Lalwani, Anil K., [ed.]. Current Diagnosis & Treatment : Otolaryngology Head and Nek Surgery. 2nd edition. New York : McGraw-Hill.

3. Cummings, Charles W., et al., [ed.]. Cummings Otolaryngology Head and Neck Surgery. 4th edition. Pennsylvania : Mosby, 2005.

4. University of Maryland Medical Center. Ear Anatomy. [Online] 2005. http://www.umm.edu/patiented/articles/ear_anatomy_000155.htm.

5. Drake, Richard L., Vogl, Wayne and Mitchell, Adam W.M. Gray's Anatomy for Students. s.l. : Elsevier, 2007.

6. Sanna, Mario, Russo, Alessandra and Donato, Giuseppe De, [ed.]. Color Atlas of Otoscopy from Diagnosis to Surgery. New York : Thieme, 1999.

7. Trasher, Richard D. Medscape. Otitis Media with Effusion. [Online] October 2011. www.emedicine.medscape.com/article/858990-overview.

8. Zieve, David. Medline Plus. Otitis Media With Effusion. [Online] September 2012. www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/007010.htm.

9. Menner, Albert L. A Pocket Guide to the Ear. New York : Thieme, 2003.

10. Rennie, Catherine E. MedScape. Pneumatic otoscope examination. [Online] March 2012. http://emedicine.medscape.com/article/1348950-overview#showall.

11. Bull, Tony R. Color Atlas of ENT Diagnosis. 4th edition. New York : Thieme, 2003.

12. Rosenfeld, Richard M. and Bluestone, Charles D. Evidence-Based Otitis Media. 2nd edition. Pennsylvania : BC Decker Inc, 2003.

13. Pensak, Myles L. Controversies in Otolaryngology. New York : Thieme, 2001.

14. Reilly, Brian. MedScape. Ear Tube Insertion. [Online] March 2012. http://emedicine.medscape.com/article/1890757-overview#showall.

20