li sken 2 imun

25
RAZWA MAGHVIRA (1102012232) LI.1. Mampu memahami reaksi hipersensitivitas 1.1 Definisi 1.2 klasifikasi LI.2. Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe I 2.1 Definisi 2.2 mekanisme kerja 2.3 manifestasi LI.3. Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe II 3.1 Definisi 3.2 Mekanisme Kerja 3.3 manifestasi LI.4. Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe III 4.1 Definisi 4.2 Mekanisme Kerja 4.3 manifestasi LI.5. Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe IV 5.1 Definisi 5.2 Mekanisme Kerja 5.3 manifestasi LI.6. Mampu memahami peranan anti histamin dan kortikosteroid 6.1 definisi 1

Upload: razwa-maghvira

Post on 24-Nov-2015

80 views

Category:

Documents


6 download

DESCRIPTION

mpt

TRANSCRIPT

RAZWA MAGHVIRA (1102012232)LI.1.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas1.1Definisi1.2klasifikasiLI.2.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe I2.1Definisi2.2mekanisme kerja2.3manifestasiLI.3.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe II3.1Definisi3.2Mekanisme Kerja3.3manifestasiLI.4.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe III4.1Definisi4.2Mekanisme Kerja4.3manifestasiLI.5.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe IV5.1Definisi5.2Mekanisme Kerja5.3manifestasiLI.6.Mampu memahami peranan anti histamin dan kortikosteroid6.1definisi6.2Farmakokinetik dan Farmakodinamik6.3indikasi dan kontraindikasi6.4efek sampingLI.7.Mampu menjelaskan penggunaan obat dalam agama islamLI.1.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas1.1 DefinisiHipersensitivitas adalah peningkatan reaktivitas atau sensitivitas terhadap antigen yang pernah dipajankan atau dikenal sebelumnya. (Buku imunologi)Atau respon imun ayng berlebihan dan yang tidak diinginkan karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan tubuh. (Buku IPD)1.2 klasifikasia.Menurut waktu timbulnya reaksi-Reaksi cepat (hitungan detik)Reaksi cepat terjadi dalam hitungan detik, menghilang dalam 2 jam. Ikatan silang antara alergen dan IgE pada permukaan sel mast menginduksi penglepasan mediator vasoaktif. Manifestasi reaksi cepat berupa anafilaksis sistemik atau anafilaksis berat. -Reaksi intermediet (terjadi setelah beberapa jam terpajan)Reaksi intermediet terjadi setelah beberapa jam dan menghilang dalam 24 jam. Reaksi intermediet diawali oleh IgG dan kerusakan jaringan pejamu yang disebabkan oleh sel neutrofil atau sel NK. Manifestasi reaksi intermediet berupa : Reaksi transfusi darah (eritroblastosis, fetalis, dan anemia hemolitik autoimun). Reaksi Arthus lokal dan reaksi sistemik (serum sickness, vaskulitis nekrotis, glomerulonefritis, artritis reumatoid dan LES).-Reaksi lambatReaksi lambat terlihat sekitar 48 jam setalah terjadi pajanan dengan antigen yang terjadi oleh aktivasi oleh sel Th. Pada DTH, sitokin yang dilepas sel T mengaktifkan sel efektor makrofag yang menimbulkan kerusakan jaringan. Contoh reaksi lambat adalah dermatitis kontak, reaksi M. Tuberkulosis dan reaksi penolakan tandur. b.Menurut Gell dan Coombs-Reaksi hipersensitivitas tipe I atau reaksi cepat atau reaksi alergi.-Reaksi hipersensitivitas tipe II atau reaksi sitotoksik.-Reaksi hipersensitivitas tipe III atau reaksi kompleks imun.-Reaksi hipersensitivitas tipe IV atau reaksi lambat.

Tabel 1. Klasifikasi Gell dan Coombs yang telah dimodifikasi (buku imun)Tipe/mekanisme GejalaContoh

I / IgEAnafilaksis, urtikaria, angioedema, mengi, hipotensi, nausea, muntah, sakit abdomen, diarePenisilin dan -laktam lainnya, enzim, antiserum, protamin, heparin antibodi monoklonal, ekstrak alergen, insulin

II / sitotoksik (IgG dan IgM)Agranulositosis

Anemia hemolitik

TrombositopeniaMetamizol, fenotiazin

Penisilin, sefalosporin, -laktam, kinidin, metildopa

Karbamazepin, fenotiazin, tiourasil, sulfonamid, antikonvulsan, kinin, kinidin, parasetol, sulfonamid, propil, tiourasil, preparat emas

III / kompleks imun (IgG dan IgM)Panas, urtikaria, atralgia, limfadenopati

Serum sickness-laktam, sulfonamid, fenotiazin, streptomisin

serum xenogenik, penisilin, globulin anti-timosit

IV / hipersensitivitas selularEksim (juga sistemik) eritema, lepuh, pruritus

Fotoalergi

Fixed drug eruption

Lesi makulopapularPenisilin, anestetik lokal, antihistamin topikal, neomisin, pengawet, eksipien (lanolin, paraben), desinfekstan

Salislanilid (halogeneted), asam nalidilik

Barbiturat, kinin

Penisilin, emas, barbiturat, -blocker

V / reaksi granulomaGranulomaEkstrak alergen, kolagen larut

VI / hipersensitivitas stimulasi(LE yang diinduksi obat?)Resistensi insulinHidralazin, prokainamidAntibodi terhadap insulin (IgG)

LI.2.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe I2.1DefinisiReaksi tipe ini dimediasi oleh antibody IgE yang ditujukan pada antigen spesifik (allergen). Sintesis antibody IgE memerlukan induksi sel T herlper CD4+ tipe Th2; tipe ini menghasilkan lebih dari satu sitokin yang memberikan kontribusi pada berbagai aspek respon hipersensitivitas.Reaksi hipersensitifitas tipe 1 adalah suatu reaksi yang terjadi secara cepat atau reaksi anafilaksis atau reaksi alergi mengikuti kombinasi suatu antigen dengan antibodi yang terlebih dahulu diikat pada permukaan sel basofilia (sel mast) dan basofil.2.2mekanisme kerjaPada tipe 1 terdapat beberapa fase, yaitu :

a.Fase sensitasi yaitu waktu yang dibutuhkan untuk membentuk IgE sampai diikat silang oleh reseptor spesifik pada permukaan sek mast/basofil.b.Fase aktivasi yaitu waktu yang diperlukan antara pajanan ulang dengan antigen yang spesifik dan sel mast/basofil melepas isinya yang berisikan granul yang menimbulkan reaksi. Hal ini terjadi oleh ikatan silang antara antigen dan IgE.c.Fase efektor yaitu waktu yang terjadi respon yang kompleks (anafilaksisi) sebagai efek mediator-mediator yang dilepas sel mast/basofil dengan aktivasi farmakologik.

Antigen menginduksi sel B untuk membentuk antibodi IgE dengan bantuan sel Th yang mengikat erat dengan bagian Fc-nya pada sel mast dan basofil. Beberapa minggu kemudian, apabila tubuh terpajan ulang dengan antigen yang sama, maka antigen akan diikat oleh IgE yang sudah ada pada permukaan sel mast dan basofil. Akibat ikatan antigen-IgE, sel mast dan basofil mengalami degranulasi dan melepas mediator dalam waktu beberapa menit yang preformed antara lain histamin yang menimbulkan gejala reaksi hipersensitivitas tipe I. (buku imun)2.3manifestasiManifestasi khas : anafilaksis sistemik, dan local seperti rhinitis, asma, urtikaria, alergi makanan dan ekzem. (buku imun)Jenis alergiAlergen umumgambaran

AnafilaksisObat, serum, kacang kacanganEdema dengan peningkatan permeabilitas vascular, berkembang menjadi oklusi trakea, kolaps sirkulasi dan kemungkinan meninggal

Urtikaria akutSengatan seranggaBentol dan merah di daerah sengatan sengatan serangga dapat pula menimbulkan reaksi tipe 4

Rhinitis alergi Polen (hay fever), tungau debu rumah (rhinitis perennial)Edema dan iritasi mukosa nassal

AsmaPolen, tungau debu rumahKontriksi bronkial, peningkatan produksi mucus, inflamasi saluran nafas

MakananKerang, susu, telur, ikan, bahan dari gandumUrtikaria yang gatal dan potensial menjadi anafilaksis

Ekzem atopiPolen, tungau debu rumah, beberapa makananInflamasi pada kulit yang terasa gatal, biasanya merah da nada kalanya vesikular

LI.3.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe II3.1DefinisiHipersensitivitas 2 terjadi sewaktu IgGatau IgM menyerang antigen antigen jaringan. Reaksi tipe 2 terjadi akibat hilangnya toleransi diri dan dianggap satu reaksiautoimun. Sel sel sasaran bisanya dihancurkan.Pada reaksi ini, pengikatan antibody antigen menyebabkan pengaktifan komplemen, degranulasi sel mast, edema interstisial, kerusakan jaringan dan lisis sel. Reaksi tie ini menyebabkan fagositosis sel sel penjamu oleh makrofag.Contoh penyakit autoimun tipe 2 adalah penyakit grave yag ditandai oleh terjadinya pembentukan antibody terhadap kelenjar tiroid; anemia hemolitik autoimun (ketika antibody dibentuk beberapa sel darah merah; reaksi transfuse yang melibatkan pembentukan antibody terhadap sel darah donor;dan purpura trombositopenik autoimun yaitu terjadi pembentukan antbodi terhadap trombosit; pada lupus eritematosus sistemik (LES) juga mengalami reaksi tipe 2. (bukusaku patofisiology corwin; Elizabeth J. corwin, hal 162)a. Disebut juga reaksi sitolitik/ sitotoksik, karena dibentuk ab jenis IgG/ IgM terhadap antigen yang merupakan bagian sel pejamub. Istilah sitolitik lebih tepat, karena reaksi yang terjadi disebabkan lisis bukan efek toksikc. Terjadinya reaksi hipersensitivitas tipe 2 sangat berkaitan dengan adanya suatu proses penanggulangan munculnya sel klon baru. Adanya sel klon baru dapat ditemukan pada3.2Mekanisme KerjaAntibody berikatan dengan antigen yang merupakan bagian dari sel dan jaringan . tubuh terjaid pengaktifan komplemen atau fagositosis sel sasaran dan mungkin sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yang dipenden antibody. (patofisiology, prie and Wilson, hal 103)Ag masuk tubuh menempel pada sel tertentu merangsang terbentuknya Ig G atau Ig M mengaktifkan komplemen menimbulkan lisisReaksi diawali oleh reaksi antara ab dan determinan antigen yang merupakan bagian dari membran sel tergantung apakah komplemen/ molekul asesori dan metabolisme sel dilibatkan. Mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe 2 ini memiliki 2 jalur, yaitu :a. Melalui jalur ADCC (antibody dependent cell cytotoxicity)b. Melalui jakur aktifitas kompleks

3.3manifestasiManifestasi khas : reaksi transfuse, eritroblastosis fetalis, anemia hemolitik autoimun.1. Reaksi transfusia. Sejumlah besar protein dan glikoprotein pada membran SDM disandi oleh berbagai gen.b. Individu golongan darah A mendapat transfusi golongan B terjadi reaksi transfusi, karena anti B isohemaglutinin berikatan dengan sel darah B yagn menimbulka kerusakan darah direk oleh hemolisis masif intravaskular+ Reaksi dapat cepat/ lambat- Reaksi cepat: Disebabkan oleh inkompatibilitas golongan darah ABO yang dipacu oleh IgM. Dalam beberapa jam hemoglobin bebas dapat ditemukan dalam plasma dan disaring melalui ginjal dan menimbulkan hemaglobinuria. Beberapa hemaglobin diubah menjadi bilirubin yang pada kadar tinggi bersifat toksik. Gejala khas:Demam, menggigil, nausea, bekuan dalam pembuluh darah, nyeri pinggang bawah, dan hemoglobinuria. Reaksi lambat: Terjadi pada orang yang mendapat transfusi berulang dengan darah yang kompatibel ABO namun inkompatibel dengan golongan darah yang lain. Terjadi 2-6 hari setelah transfusi. Darah yagn ditransfusikan memacu pembentukan IgG terhadap berbagai antigen membran golongan darah, tersering adalah golongan resus, Kidd, Kell, dan Duffy

2. Penyakit hemolitik pda bayi baru lahirDitimbulkan oleh inkompatibilitas Rh dalam kehamilan, yaitu pada ibu dengan golongan darah rhesus dn janin dengan rhesus (+).3. Anemia hemolitika. Antibiotika tertentu seperti penisilin, sefalosporin, dan streptomisin dapat diabsorbsi non spesifik pada protein membran SDM yang membentuk kompleks serupa kompleks molekul hapten pembawab. Pada beberapa penderita, kompleks membentuk ab yang selanjutnya mengikat obat pada SDM dan dengan bantuan komplemen menimbulkan lisis dengan dan anemia progresif.LI.4.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe III (auto komplkes imun)4.1 DefinisiReaksi tipe 3 ini mengaktifkan komplemen dan degranulasi sel mast sehingga terjadi kerusakan jaringan atau kapiler di tempat terjadinya reaksi tersebut. Neutrophil tertarik ke daerah tersebut dan mulai memfagositosis sel sel yang rusak sehingga terjadi pelepsan enzim enzim sel serta penimbunan sisa sel. Hal ini menyebabkan siklus peradangan berlanjut.4.2 Mekanisme KerjaDalam keadaan normal, kompleks imun yang terbentuk akan diikat dan diangkut oleh eritrosit ke hati, limpa dan paru untuk dimusnahkan oleh sel fagosit dan PMN. Kompleks imun yang besar akan mudah untuk di musnahkan oleh makrofag hati. Namun, yang menjadi masalah pada reaksi hipersensitivitas tipe III adalah kompleks imun kecil yang tidak bisa atau sulit dimusnahkan yang kemudian mengendap di pembuluh darah atau jaringan.

1. Komleks Imun Mengendap di Dinding Pembuluh DarahMakrofag yang diaktifkan kadang belum dapat menyingkirkan kompleks imun sehingga makrofag dirangsang terus menerus untuk melepas berbagai bahan yang dapat merusak jaringan. Kompleks yang terjadi dapat menimbulkan:Agregasi trombositAktivasi makrofagPerubahan permeabilitas vaskulerAktivasi sel mastProduksi dan pelepasan mediator inflamasiPelepasan bahan kemotaksis- influx neutrophil

2.Kompleks Imun Mengendap di JaringanHal yang memungkinkan kompleks imun mengendap di jaringan adalah ukuran kompleks imun yang kecil dan permeabilitas vaskuler yang meningkat. Hal tersebut terjadi karena histamin yang dilepas oleh sel mast.4.3manifestasiManifestasi khas : reaksi local seperti arthus dan sistemik seperti serum sickness yang terjadi sesudah pemberian pengobatan terhadap penyakit infeksi kronis (sifilis, tripanosomiasis, dan brucellosis), vaskulitis dengan nekrosis, glomerulonephritis, AR (Artritis Reumatoid), dan LES (Lupus Eritematosus sistemik)LI.5.Mampu memahami reaksi hipersensitivitas tipe IV5.1 DefinisiPerubahan patologis pasca interaksi antigen dengan limfosit T yang berasal dari thymus, tersensitisasi secara spesifik. Dasar terjadinya jejas jaringan pada reaksi imun seluler klasik belum seluruhnya dimengerti, tetapi jelas makrofagdan sel sel sitotoksik memainkan peran utama. Alergi kontak (racun tanaman) merupakan prototip penyakit alergi yang diperantarai hipersensitivitas tipe lambat. Merupakan hipersensitivitas tipe lambat yang dikontrol sebagian besar oleh reaktivitas sel T terhadap antigen. Reaksi hipersensitivitas tipe IV telah dibagi menjadi : Delayed Type Hypersensitivity Tipe IVMerupakan hipersensitivitas granulomatosis, terjadi pada bahan yang tidak dapat disingkirkan dari rongga tubuh seperti talkum dalam rongga peritoneum dan kolagen sapi dari bawah kulit. -T Cell Mediated CytolysisKerusakan jaringan terjadi melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran. 5.2 Mekanisme KerjaDelayed Type Hypersensitivity Tipe IV :a. Fase sensitasiMembutuhkan waktu 1-2 minggu setelah kontak primer dengan antigen. Th diaktifkan oleh APC melalui MHC-II. Berbagai APC (sel Langerhans/SD pada kulit dan makrofag) menangkap antigen dan membawanya ke kelenjar limfoid regional untuk dipresentasikan ke sel T sehingga terjadi proliferasi sel Th1 (umumnya). b.Fase efektorPajanan ulang dapat menginduksi sel efektor sehingga mengaktifkan sel Th1 dan melepas sitokin yang menyebabkan :-Aktifnya sistem kemotaksis dengan adanya zat kemokin (makrofag dan sel inflamasi). Gejala biasanya muncul nampak 24 jam setelah kontak kedua.-Menginduksi monosit menempel pada endotel vaskular, bermigrasi ke jaringan sekitar.-Mengaktifkan makrofag yang berperan sebagai APC, sel efektor, dan menginduksi sel Th1 untuk reaksi inflamasi dan menekan sel Th2.Mekanisme kedua reaksi adalah sama, perbedaannya terletak pada sel T yang teraktivasi. Pada Delayed Type Hypersensitivity Tipe IV, sel Th1 yang teraktivasi dan pada T Cell Mediated Cytolysis, sel Tc/CTL/ CD8+ yang teraktivasi.Contoh mekanisme reaksi hipersensitivitas tipe IV :Reaksi pada infeksi parasit dan bakteri intrasela.DTH mengaktifkan influks makrofag pada infeksi yang tidak dapat ditemukan oleh antibodi.b.Makrofag melepaskan enzim litik yang menyebabkan kerusakan jaringan.c.Bila enzim litik terus diproduksi dapat mengakibatkan reaksi granulomatosis yang akan menyebabkan nekrosis pada jaringan yang dapat mengenai jaringan pembuluh darah.Respon pada infeksi M. tuberkulosisa.Bakteri mengaktifkan respon DTH yang selanjutnya mengaktifkan makrofag yang merangsang isolasi kuman dalam lesi granuloma (tuberkulin)b.Tuberkulin akan melepaskan enzim litik yang akan merusak jaringan paru-paru dan menimbulkan nekrosis jaringan.Granuloma terbentuk pada :a.TBb.Leprac.Skistosomiasisd.Lesmaniasise.Sarkoidasis

5.3 manifestasiManifestasi khas : dermatitis kontak, lesi tuberculosis, penolakan tandur. Namun ada manifestasi klinis yang terjadi pada reaki tipe IV yaitu:a. dermatitis kontakadalah penyakit CD4+ yang dapat terjadi akibat kontak dengan bahan yang tidak berbahaya, merupakan contoh reaksi DTH. Kontak dengan bahan seperti formaldehid, nikel, terpenting dan berbagai bahan aktif dalam cat rambut yang menimbulkan dermatitis kontak terjadi melalui sel Th1.b. Hipersensitivitas tuberculinAdalah bentuk alergi bacterial spesifik terhadap produk filtrate biakan M. tuberculosis yang bila disuntikan kekulit akan menimbulkan reaksi hipersensitivitas lambat. Yang berperan dalam reaksi ini adalah sel limfosit CD4+ T.c. Reaksi jones mote Adalah reaksi hipersensitivitas IV terhadap antigen protein yang berhubungan dengan infiltrasi basophil mencolok di kulit bawah dermis. Reaksi ini juga disebut hipersensitivitas basophil kutan. Reaksi ini lemah dan tampak beberapa hari setelah pajanan dengan protein dalam jumlah kecil. Tidak trjadi nekrosis dan reaksi dapat diinduksi dengan suntikan antigen larut seperti ovalbumin dengan ajuvan freund.d. T cell mediated Cytolysis (penyakit CD8+)Kerusakan melalui sel CD8+/CTL/Tc yang langsung membunuh sel sasaran. Penyakitnya cenderung terbatas kepadabeberapa organ saja yang biasanya tidak sistemik. Sel CD8+ yang spesifik untuk antgen atau sel autologous dapat memunuh sel dengan langsung. Pada banyak penyakit autoimun yang terjadi melalui mekanisme selular biasanya ditemukan baik sel CD4+ maupun CD8+ spesifik untk self atigen dan kedua jenis sel tersebut dapat menimbulkan kerusakanLI.6.Mampu memahami peranan anti histamin dan kortikosteroid6.1 AntihistaminAda banyak golongan obat yang termaksud dalam antihistamin, yaitu antergan, neontergan, difenhidramin, dan tripelenamin yang efektif untuk mengobati edema, eritem, dan pruritus, dan yang baru ini ditemukan adalah burinamid, metiamid, dan simetidin untuk menghambat sekresi asam lambung akibat histamin. Ada 2 jenis antihistain, yaitu :-Antagonis reseptor H1 (AH1) FarmakodinamikAH1 menghambat efek histamin pada pembuluh darah, bronkus, bermacam otot polos, selain itu AH1 bermanfaat untuk mengobati reaksi hipersensitivitas atau keadaan lain yang disertai penglepasan histamin endogen berlebihan. FarmakokinetikEfek yang ditimbulkan dari antihistamin 15-30 menit setelah pemberian oral dan maksimal setelah 1-2 jam. Lama kerja AH1 umumnya 4-6 jam. Kadar tertinggi terdapat pada paru-paru sedangkan pada limpa, ginjal, otak, otot, dan kulit kadarnya lebih rendah. Tempat utama biotransformasi AH1 ialah hati. AH1 disekresi melalui urin setelah 24 jam, terutama dalam bentuk metabolitnya. IndikasiAH1 berguna untuk pengobatan simtomatik berbagai penyakit aergi dan mencegah atau mengobati mabuk perjalanan. Efek sampingEfek samping yang paling sering adalah sedasi. Efek samping yang berhubungan dengan AH1 adalah vertigo, tinitus, lelah, penat, inkoordinasi, penglihatan kabur, diplopia, euforia, gelisah, insomnia, tremor, nafsu makan berkurang, mual, muntah, keluhan pada epigastrium, konstipasi atau diare,mulut kering, disuria, palpitasi, hipotensi, sakit kepala, rasa berat, dan lemah pada tangan.-Antagonis reseptor H2 (AH2) Simetidin dan Ranitidin FarmakodinamikSimetadin dan ranitidin menghambat reseptor H2 secara selektif dan reversible. Kerjanya menghambat sekresi asam lambung. Simetadin dan ranitidin juga mengganggu volume dan kadar pepsin cairan lambung.FarmakokinetikAbsorpsi simetidin diperlambat oleh makan, sehingga simetidin diberikan bersama atau segera setelah makan dengan maksud untuk memperanjang efek pada periode pascamakan. Ranitidn mengalami metabolisme lintas pertama di hati dalam jumlah cukup besar setelah pemberian oral. Ranitidin dan metabolitnya diekskresi terutama melalui ginjal, sisanya melalui tinja. IndikasiEfektif untuk mengtasi gejala akut tukak duodenum dan mempercepat penyembuhannya. Selain itu, juga efektif untuk mengatasi gejala dan mempercepat penyembuhan tukak lambung. Dapat pula untuk gangguan refluks lambung-esofagus. Efek sampingEfek sampingnya rendah, yaitu penghambatan terhadap resptor H2, seperti nyeri kepala, pusing, malaise, mialgia, mual, diare, konstipasi, ruam, kulit, pruritus, kehilangan libido dan impoten.

Famotidin FarmakodinamikFamotidin merupakan AH2sehingga dapat menghambat sekresi asam lambung pada keadaan basal, malam, dan akibat distimulasi oleh pentagastrin. Famotidin 3 kali lebih poten daripada ramitidin dan 20 kali lebih poten daripada simetidin. FarmakokinetikFamotidin mencapai kadarpuncak di plasma kira kira dalam 2 jam setelah penggunaan secara oral, masa paruh eliminasi 3-8 jam. Metabolit utama adalah famotidin-S-oksida. Pada pasien gagal ginjal berat masa paruh eliminasi dapat melibihi20 jam. IndikasiEfektifitas pbat ini untuk tukak duodenum dan tukak lambung, refluks esofagitis, dan untuk pasiendengan sindrom Zollinger-Ellison. Efek sampingEfek samping ringan dan jarang terjadi, seperti sakit kepala, pusing, konstipasi dan diare, dan tidak menimbulkan efek antiandrogenik.

Nizatidin FarmakodinamikPotensi nizatin daam menghambat sekresi asam lambung. FarmakokinetikKadar puncak dalam serum setelah pemberian oral dicapai dalam 1 jam, masa paruh plasma sekitar 1,5 jam dan lama kerja sampai dengn 10 jam, disekresi melalui ginjal. IndikasiEfektifitas untuk tukak duodenum diberikan satu atau dua kali sehari selama 8 minggu, tukak lambung, refluks esofagitis, sindrom Zollinger-Ellion. Efek sampingEfek samping ringan saluran cerna dapat terjadi, dan tidak memiliki efek antiandrogenik.6.2kortikosteroida. Mekanisme kerjaKortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif.b. Farmakodinamik-Kortikosteroid mempengaruhi metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak.selain itu juga mempengaruhi fungsi sistem kardiovaskular, ginjal, otot lurik, sistem saraf dan organ lain.-Dalam klinik umumnya kortikosteroid dibedakan menjadi dua golongan besar yaitu glukokortikoid dan mineralokortikoid. Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan glikogen hepar dan efek anti-inflamasi, sedangkan pengaruhnya pada keseimbangan air dan elektrolit kecil. Efek pada mineralokortikoid ialah terhadap keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya pada penyimpanan glikogen hepar sangat kecil.-Sediaan kortikosteroid dapat dibedakan menjadi 3 golongan berdasarkan massa kerjanya. Sediaan kerja singkat mempunyai masa paruh biologis kurang dari 12 jam. Sediaan kerja sedang mempunyai masa paruh biologis antara 12-36 jam. Sediaan kerja lama mempunyai masa paruh biologis lebih dari 36 jam.c. FarmakokinetikPerubahan struktur kimia sangat mempengaruhi kecepatan absorpsi, mulai kerja dan lama kerja karena juga mempengaruhi afinitas terhadap reseptor dan ikatan protein.Glukokortikoid dapat di absorpsi melalui kulit, sakus konjungtiva dan ruang sinovial. Penggunaan jangka panjang atau pada daerah kulit yang luas dapat menyebabkan efek sistematik, antara lain supresi korteks adrenal.d. IndikasiDari pengalaman klinis diajukan 6 prinsip yang harus diperhatikan sebelum obat ini digunakan :-Untuk tiap penyakit pada tiap pasien, dosis efektif harus ditetapkan dengan trial dan error dan harus di evaluasi dari waktu ke waktu sesuai dengan perubahan penyakit.-Suatu dosis tunggal besar kortikosteroid umumnya tidak berbahaya.-Penggunaan kortikosteroid untuk beberapa hari tanpa adanya kontraindikasi spesifik, tidak membahayakan kecuali dengan dosis sangat besar.-Bila pengobatan diperpanjang sampai 2 minggu atau lebih dari hingga dosis melebihi dosis substisusi, insidens efek samping dan efek letal potensial akan bertambah.-Kecuali untuk insufisiensi adrenal, penggunaan kortikosteroid bukan merupakan terapi kausal ataupun kuratif tetapi hanya bersifat paliatif karena efek anti-inflamasinya.-Penghentian pengobatan tiba-tiba pada terapi jangka panjang dengan dosis besar, mempunyai risiko insufisiensi adrenal yang hebat dan dapat mengancam jiwa pasien.e. KontraindikasiSebenarnya sampai sekarang tidak ada kontraindikasi absolut kortikosteroid. Pemberian dosis tunggal besar bila diperlukan selalu dapat dibenarkan, keadaan yang mungkin dapat merupakan kontraindikasi relatif dapat dilupakan, terutama pada keadaan yang mengancam jiwa pasien.Bila obat akan diberikan untuk beberapa hari atu beberapa minggu, kontraindikasi relatif yaitu diabetes melitustukak peptik/duodenum, infeksi berat, hipertensi atau gangguan sistem kardiovaskular lainnya.f. Efek samping-Efek samping dapat timbul karena peenghentian pemberian secara tiba-tiba atau pemberian terus-menerus terutama dengan dosis besar.-Pemberian kortikosteroid jangka lama yang dihentikan tiba-tiba dapat menimbulkan insifisiensi adrenalm akut dengan gejala demam, malgia, artralgia dan malaise.-Komplikasi yang timbul akibat pengobatan lama ialah gangguan cairan dan elektrolit , hiperglikemia dan glikosuria, mudah mendapat infeksi terutama tuberkulosis, pasien tukak peptik mungkin dapat mengalami pendarahan atau perforasi, osteoporosis dll.-Alkalosis hipokalemik jarang terjadi pada pasien dengan pengobatan derivat kortikosteroid sintetik.-Tukak peptik ialah komplikasi yang kadang-kadang terjadi pada pengobatan dengan kortikosteroid. Sebab itu bila bila ada kecurigaan dianjurkan untuk melaakukan pemeriksaan radiologik terhadap saluran cerna bagian atas sebelum obat diberikan.

LI.7.Mampu menjelaskan penggunaan obat dalam agama islamDalam sebuah riwayat dari Abu Hurairah dikisahkan bahwa seorang Anshar terluka di perang Uhud. Rasulullah pun memanggil dua orang dokter yang ada di kota Madinah, lalu bersabda, Obatilah dia.Dalam riwayat lain ada seorang sahabat bertanya,Wahai Rasulullah, apakah ada kebaikan dalam ilmu kedokteran? Rasullah menjawab, Ya,Begitu pula yang diriwayatkan dari Hilal bin Yasaf bahwa seorang lelaki menderita sakit di zaman Rasulullah. Mengetahui hal itu, beliau bersabda, Panggilkan dokter. Lalu Hilal bertanya, Wahai Rasulullah, apakah dokter bisa melakukan sesuatu untuknya? Ya, jawab beliau. (HR Ahmad dalam Musnad: V/371 dan Ibnu Abi Syaibah dalam Mushannaf: V/21)Hilal meriwayatkan bahwa Rasulullah mnjenguk orang sakit lalu bersabda, Panggilkan dokter! kemudian ada yang bertanya, Bahkan engkau mengatakan hal itu, wahai Rasulullah? Ya, jawab beliau.Berdasarkan pemaparan di atas, tampak jelas bagaimana Rasulullah menganjurkan kita untuk berobat dan berusaha menggunakan ilmu kedokteran yang diciptakan Allah untuk kita. Kita juga ditekankan agar tidak menyerah pada penyakit karena Rasulullah bersabda, Seorang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada mukmin yang lemah. (HR Muslim (34) dan Ahmad: II/380)Di antaranya yang ada di Musnad Ahmad. Hadits Ziyadah bin Alaqah dari Usamah bin Syuraik menuturkan,Aku berada bersama Nabi lalu datanglah sekelompok orang Badui dan bertanya,Wahai Rasulullah, apakah kita boleh berobat? Rasulullah menjawab, Ya, wahai hamba Allah, berobatlah. Sesungguhnya Allah tidak menciptakan penyakit kecuali Allah menciptakan obatnya, kecuali satu macam penyakit. Mereka bertanya,Apa itu? Rasulullah menjawab,Penyakit tua.(HR Ahmad dalam Musnad : IV/278, Tirmidzi dalam Sunan (2038))Nabi bersabda,Setiap penyakit pasti ada obatnya. Jika obat tepat pada penyakitnya maka ia akan sembuh dengan izin Allah. (HR Muslim: I/191)Abu Hurairah meriwayatkan secara marfu, Tidaklah Allah menurunkan panyakit kecuali menurunkan obatnya.(HR Bukhari: VII/158)Dari Ibnu Abbas, Nabi bersabda, Kesembuhan ada pada tiga hal, minum madu, pisau bekam, dan sengatan api. Aku melarang umatku menyengatkan api. (HR Bukhari dan Muslim) Al-Quran obat terbaik Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman. Dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang zalim selain kerugian. (Al-Isra:82)Dalam hal ini Rasulullah bersabda, Di dalam tubuh terdapat segumpal darah, jika ia baik maka seluruh tubuh akan menjadi baik.(HR Bukhari: I/153 (53) dalam Fathul Bari)

MafsadahAl-mafsadah, yaitu sesuatu yang banyak keburukkannya.

DAFTAR PUSTAKAAlvin, kliegman. 2002. Nelson Ilmu Kesehatan Anak. Ed. 15. EGC: JakartaBaratawidjaja, Karnen Garna, Iris Rengganis. 2010. Imunologi Dasar. Ed. 9. FKUI:Jakarta.Corwin Elizabeth J. bukusaku patofisiology corwin. hal 162Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. (2009). Farmakologi dan Terapi. Edisi V, Jakarta : Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUIWilson and Prie. Patofisiology. hal 103http://ners.unair.ac.id/materikuliah/IMUNOPATOLOGI.pdf (sabtu, 18 mei 2013; 20:18)http://thifalblog.wordpress.com/2011/02/11/agama-ini-dibangun-untuk-kebaikan-dan-maslahat-dalam-penetapan-syariatnya-dan-untuk-menolak-kerusakan/ (sabtu, 18 mei 2013; 20:45) ,

18