lapter nanda
TRANSCRIPT
TUGAS LAPORAN
LAPANGAN TERBANG
Dikerjakan oleh :
NANDA PRATAMA
G1B010044
PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BENGKULU
BENGKULU
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, karena atas berkat rahmat
dan hidayah-NYA lah penulis dapat menyelesaikan Makalah Lapangan Terbang
ini dengan baik.
Penulis mengucapkan terima kasih banyak kepada Dosen Pembimbing
Lapangan Terbang yang telah memberikan arahan dan bimbingan kepada
penulis, serta teman-teman yang selalu mendukung hingga tugas ini dapat
diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan dalam penulisan tugas ini. Penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca yang sifatnya membangun demi memperbaiki bahkan
menyempurnakan kembali dimasa yang akan datang.
Bengkulu, April 2012
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………………………………………………..3
BAB. I PENDAHULUAN……………………………………………………………………………..4
A. Latar Belakang…………………………….………………………………………………….4 B. Permasalahan……………………………….………………………………………………..4C. Tujuan dan Manfaat Penulisan …….…………..…………………………………….4D. Metode Pengumpulan Data…………………………………………………………….4E. Sistematika Penulisan…………………….……………………………………………….5
BAB. II TINJAUAN PUSTAKA……………………….……………………………………………..6
A. Teori Singkat Tentang Bandara…….….………………………………………………6B. Fasilitas Bandara…………………………..…..…………………………………………….7
BAB. III PEMBAHASAN……………………………………………………………………………..10
A. Penyebab Kecelakaan Pesawat……………………………………………………...10B. Pengaruh Drainase Yang Baik Bagi Bandara………………………………...….11C. Persyaratan Teknis landasan Pacu.………………………………………..….…..14
BAB. IV PENUTUP……………………………………………………………………………………..17
A. KESIMPULAN………………………………………………………………………..………….17
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….………..….18
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Telah sering kita lihat di berbagai media baik elektronik maupun media
berupa Koran-koran yang memuat tentang berita kecelakaan pesawat terbang,
kita sadari atau tidak transportasi udara yang satu ini sering menjadi jalan maut
yang mudah merenggut nyawa.
Dilator belakangi dari banyak nya kecelakaan yang terjadi oleh pesawat
terbang, inilah yang mendorong saya untuk membuat makalah ini. Dengan
tujuan agar kita setidak nya tahu akan penyebab terjadi nya kecelakaan tersebut.
B. PERMASALAHAN
1. Apa saja penyebab kecelakaan pesawat terbang?
2. Pengaruh drainase yang baik di lapangan terbang?
3. Apa saja persayaratan teknis landasan pacu?
C. TUJUAN DAN MANFAAT PENULISAN
1. Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadi nya kecelakaan pesawat terbang
dan memberikan pemahaman yang baik bagi masyarakat agar tidak mudah di
bohongi oleh isu-isu yang di buat oleh orang tidak bertanggung jawab.
2. Untuk mengetahui pengaruh drainase yang baik bagi lapangan terbang.
D. METODE PENULISAN
Untuk mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam rangka
penyusunan maklah ini penulis telah mengunakan metode penelitian
kepustakaan (library research), yaitu dengan mempelajari sumber-sumber
4
tertulis, seperti buku-buku yang membahas masalah mengenai lapangan
terbang, artikel-artikel, dan berbagai sumber lainnya.Untuk pengolahan bahan-
bahan tersebut telah digunakan metode-metode:
1. Metode deduktif, yaitu metode yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
umum kemudian dari hal-hal yang bersifat umum ini ditarik kesimpulan yang
khusus.
2. Metode induktif, yaitu metode yang bertitik tolak dari hal-hal yang bersifat
khusus kemudian dari hal-hal yang bersifat khusus ini ditarik kesimpulan
yang umum.
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Makalah ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan mmasalah, tujuan penuliasan, metode pengumpulan data, sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pada bagian ini dikemukakan teori-teori yang berkaitan dengan pengertian dan pejelasan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Bab III Pembahasan
Pada bagian ini merupakan pembahasan yang terdiri dari permasalahan masalah berdasarkan teori yang digunakan.
Bab IV Penutup
Pada bab terakhir ini memuat kesimpulan.
Daftar Pustaka
Pada bagian ini berisi referensi dari berbagai media yang digunakan untuk membuat makalah ini.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TEORI SINGKAT TENTANG BANDARA
Bandar udara (disingkat: bandara) atau pelabuhan udara merupakan sebuah fasilitas tempat pesawat terbang dapat lepas landas dan mendarat. Bandar udara yang paling sederhana minimal memiliki sebuah landas pacu namun bandara-bandara besar biasanya dilengkapi berbagai fasilitas lain, baik untuk operator layanan penerbangan maupun bagi penggunanya.
Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization): Bandar udara adalah area tertentu di daratan atau perairan (termasuk bangunan, instalasi dan peralatan) yang diperuntukkan baik secara keseluruhan atau sebagian untuk kedatangan, keberangkatan dan pergerakan pesawat.
Sedangkan definisi bandar udara menurut PT (persero) Angkasa Pura adalah "lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara untuk masyarakat"
B. FASILITAS YANG HARUS DISEDIAKAN OLEH BANDARA
Sisi Udara (Air Side)
landas pacu yang mutlak diperlukan pesawat. Panjangnya landas pacu
biasanya tergantung dari besarnya pesawat yang dilayani. Untuk bandar udara
perintis yang melayani pesawat kecil, landasan cukup dari rumput ataupun
tanah diperkeras (stabilisasi). Panjang landasan perintis umumnya 1.200
meter dengan lebar 20 meter, misal melayani Twin Otter, Cessna, dll. pesawat
kecil berbaling-baling dua (umumnya cukup 600-800 meter saja). Sedangkan
untuk bandar udara yang agak ramai dipakai konstruksi aspal, dengan panjang
1.800 meter dan lebar 30 meter. Pesawat yang dilayani adalah jenis turbo-
prop atau jet kecil seperti Fokker-27, Tetuko 234, Fokker-28, dlsb. Pada bandar
udara yang ramai, umumnya dengan konstruksi beton dengan panjang 3.600
meter dan lebar 45-60 meter. Pesawat yang dilayani adalah jet sedang seperti
6
Fokker-100, DC-10, B-747, Hercules, dlsb. Bandar udara international terdapat
lebih dari satu landasan untuk antisipasi ramainya lalu lintas.
Apron adalah tempat parkir pesawat yang dekat dengan bangunan terminal,
sedangkan taxiway menghubungkan apron dan run-way. Konstruksi apron
umumnya beton bertulang, karena memikul beban besar yang statis dari
pesawat.Tahukah anda siapa yang berperan penting dalam penentuan tempat
parkir pesawat udara di bandar udara, kemudian yang mengawasi semua
pergerakan kendaraan di apron ? jawaban nya adalah unit Apron Movement
Control (AMC), Berikut sedikit penjelasan mengenai Unit AMC di Bandar
Udara.
Dalam pengertian luas apron movement control (AMC) adalah
ditujukan untuk pengawasan atas semua pergerakan lalu lintas diarea apron
yang terdiri dari lalu lintas udara, kendaraan dan personil yang berada
dibandara, pengawasan dalam terminologi disini memberikan arti tindak
langkah yang diperlukan untuk mecegah terjadinya dalam hal ini kasus
tabrakan diantara ketiga unsur pembentuk lalu lintas apron, dimana mereka
melakukan kegiatan bersama. Di samping itu pengawasan juga dimaksud agar
pengaturan lalu lintas dapat berlangsur dengan lancar.
Unit Apron Movement Control (AMC) sendiri berada di bawah
naungan Dinas Operasi Bandara dan kepalai oleh Assistan Manager Sisi
Udara.
System operasi apron movement control (AMC) mencakup pemberian
petunjuk serta pengawasan terhadap semua kendaraan dan personil yang
karena fungsi mereka harus memang memerlukan beroperasi di daerah
pergerakan pesawat udara. Disamping itu mencakup juga pemberian bantuan
pesawat udara yang menuju lokasi pemarkiran yang telah ditetapkan. Dapat
ditambahkan bahwa dalam operasi AMC ikut serta mencegah kemungkinan
masuknya kendaraan yang tidak diwenangkan/ tidak berhati-hati disisi udara.
7
Penyelengara sistem AMC dilakukan dengan memperhatikan faktor
keserasian dan keterpaduan operasiaonal antar unit-unit yang terlibat dalam
pengaturan lalu lintas pesawat udara di apron. Terutama dengan operasi lalu
lintas terminal.
Unit AMC memiliki tugas sebagai penanggung jawab kegiatan pelayanan
operasi penerbangan, pengelolaan apron dan semua orang yang
berkepentingan di daerah sisi udara (air side). Dalam Managemen Operasi Sisi
Udara (AMC) melakukan kordinasi dalam pelayanan yang terdiri dari
pengaturan parkir pesawat udara, Docking dan De-Docking, VDGS dan AVDGS,
Push Back dan Start Engine, marshalling, follow me car, pengawasan
kendaraan di sisi udara, penerbitan ijin kendaraan operasional dan GSE,
penerbitan TIM apron, kebersihan apron, penanganan tumpahan bahan bakar
(Fuel spillage).
Dalam pelaksanaan tugasnya, unit AMC berfungsi sebagai unit
pelayanan dan pengawasan di sisi udara (air side) yang meliputi :
a. Fungsi pelayanan operasional meliputi :
1. Pelayanan operasional Aviobridge.
2. Pelayanan marshalling bagi pesawat yang membutuhkan.
3. Pemberian pelayanan pencatatan data penerbangan untuk kebutuhan
CIS (Central Information System).
4. Pelayanan BCB (baggage Conveyor Belt).
5.Pengkoordinasian tugas-tugas untuk pelayanan operasional berbagai unit
sewaktu-waktu diperlukan serta pemeliharaan Apron dan instalasinya.
b. Fungsi pengawasan meliputi :
1.Penerbitan Tanda Ijin Mengemudi (TIM) kendaraan kepada pengemudi
yang berhak, dan pemeriksaan sewaktu-waktu dilapangan.
2. Pemberian tanda stiker / logo bagi kendaraan operasional yang berhak,
dan pemeriksaan sewaktu-waktu dilapangan.
8
3. Pengawasan atas jalannya lalu-lintas kendaraan dan personil di sisi udara
(air side).
4. Inspeksi atas semua instalasi dan peralatan yang merupakan bagian dari
fasilitas di apron.
Untuk keamanan dan pengaturan, terdapat Air Traffic Controller, berupa
menara khusus pemantau yang dilengkapi radio control dan radar.
Karena dalam bandar udara sering terjadi kecelakaan, maka diseduiakan unit
penanggulangan kecelakaan (air rescue service) berupa peleton penolong dan
pemadan kebakaran, mobil pemadam kebakaran, tabung pemadam
kebakaran, ambulance, dll. peralatan penolong dan pemadam kebakaran.
Juga ada fuel service untuk mengisi bahan bakar avtur.
Sisi Darat (Land Side)
Terminal bandar udara atau concourse adalah pusat urusan penumpang yang
datang atau pergi. Di dalamnya terdapat pemindai bagasi sinar X, counter
check-in, (CIQ, Custom - Inmigration - Quarantine) untuk bandar udara
internasional, dan ruang tunggu (boarding lounge) serta berbagai fasilitas
untuk kenyamanan penumpang. Di bandar udara besar, penumpang masuk ke
pesawat melalui garbarata atau avio bridge. Di bandar udara kecil,
penumpang naik ke pesawat melalui tangga (pax step) yang bisa dipindah-
pindah.
Curb, adalah tempat penumpang naik-turun dari kendaraan darat ke dalam
bangunan terminal.
Parkir kendaraan, untuk parkir para penumpang dan pengantar/penjemput,
termasuk taksi.
9
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENYEBAB KECELAKAAN PESAWAT
Kemungkinan terjadinya insiden / kecelakaan di movement area semakin meningkat dengan semakin kompleksnya desain suatu bandar udara. Dapat juga disebabkan oleh tidak laik-nya desain bandar udara yang ada terkait pelayanan yang melebihi kapasitas maksimum atau tidak memenuhi standar yang telah ditentukan.
Berdasarkan ICAO Doc 9870 Manual on the Prevention of Runway Incursions, pada umumnya beberapa faktor yang menjadi penyebab insiden/kecelakaan terkait desain bandar udara antara lain:
1. kompleksitas layout bandar udara termasuk jalan dan taxiway yang terhubung dengan runway
2. untuk bandar udara yang memiliki runway paralel, jarak pisah antar runway tersebut tidak mencukupi,
3. taxiway yang berada di ujung-ujung runway tidak mampu memberikan layanan yang cukup smooth terhadap pesawat udara yang akan lepas landas untuk berada pada posisi yang benar pada ujung runway. Hal ini kemungkinan besar disebabkan desain taxiway beserta fillet-nya yang tidak memenuhi standar.
tidak terdapatnya perimeter end-loop pada taxiway untuk mencegah terjadinya
perpotongan terhadap runway.
B. PENGARUH DRAINASE BAGI LAPANGAN TERBANG
Sebagai mana telah kita ketahui bahwa 90% pesawat mengalami
kecelakaan di darat bukan di udara, ini lah yang seharusnya jadi perhatian
penting bagi kita. Di pembahasan diatass diketahui pula bahwa kecelakaan
pesawat terjadi karena berbagai factor salah satu nya ialah perencanaan bandara
yang buruk.
10
faktor dari sejumlah faktor lainnya yaitu, masalah drainase lapangan
terbang yang buruk sehingga ada genangan air di landasan pacu. Lalu, bagaimana
drainase lapangan terbang yang baik ?
Bahasan kita kali ini hanya menyorot lapangan terbang yang landasan
pacunya berupa beton yang biasa didarati pesawat jenis Boeing bukan landasan
pacu berupa rumput, seperti beberapa lapangan terbang di beberapa daerah di
Pegunungan Tengah Papua yang didarati pesawat jenis Twin Otter, Pilatus atau
Cessna.
11
Drainase lapangan terbang intinya difokuskan pada draibase area runway
dan shoulder, karena runway dan shoulder merupakan area yang sulit diresapi,
maka analisis kapasistas/debit hujan mempergunakan formula drainase muka
tanah atau surface drainage. Kemiringan keadaan melintang untuk runway
umumnya lebih kecil atau sama dengan 1,50 %, kemiringan shoulder ditentukan
antara 2,50 % sampai 5 %.
Selanjutnya, kemiringan kearah memanjang ditentukan sebesar lebih
kecil atau sama dengan 0,10 %, angka-angka tersebut merupakan standar atau
ketentuan yang ditetapkan FAA (Federal Aviation Administration) Amerika
Serikat. Genangan air di permukaan runway maksimum 14 cm, dan harus segera
dialirkan. Di sekeliling pelabuhan udara terutama di sekeliling runway dan
shoulder, harus ada saluran terbuka untuk drainase mengalirkan air (interception
ditch) dari sisi luar lapangan terbang.
Kira-kira seperti itu, syarat-syarat mutlak drainase lapangan terbang yang
harus dimilki suatu bandara, ini dimaksudkan agar hal-hal yang tidak diinginkan
seperti kecelakaan pesawat akibat tergelincir di runway bisa diminimalisir,
sehingga kenyamanan dan keamanan pengguna dan pemakai jasa transportasi
udara dapat terpenuhi.
1. Fungsi Drainase Permukaan
Intersepsi dan mengalirkan air permukaan dan air tanah yang berasal
dari lokasi di sekitar lapangan terbang.
Membuang air permukaan dari lapangan terbang
Membuang air bawah tanah dari lapangan terbang
2. Drainase Permukaan
Berfungsi untuk menangani air permukaan di sekitar lapangan
terbang, khususnya yang berasal dari hujan.
12
Langkah perencanaan :
a. menentukan debit rencana (berupa aliran permukaan/runoff)
b. menentukan layout drainase permukaan.
3. Layout Drainase Permukaan
• Penentuan layout sistem drainase permukaan didesain berdasarkan hasil
akhir peta kontur landasan pacu (runway), landasan taksi (taxiway), dan
apron.
• Layout harus dapat menghindari gerusan dan pengendapan saluran.
• Jika digunakan saluran bulat maka diameter minimumnya tidak boleh
kurang dari 12 inchi (30 cm).
• Jarak antar inlet (lubang pemasukan) ke arah memanjang berkisar antara
60 – 120 m sedangkan jauhnya tidak lebih dari 75 ft (22,5 m) dari tepi
perkerasan.
• Inlet pada apron diletakkan pada perkerasan.
Contoh bagian dari layout drainase lapangan terbang
4. Drainase Permukaan Bawah
Berfungsi :
1. membuang air dari base course
13
Taxiway
Runway
Outlet
2. membuang air dari subgrade di bawah permukaan
3. menerima, mengumpulkan, dan membuang air dari mata air atau
lapisan tembus air.
Untuk saluran bawah tanah dapat dipakai pipa berlubang dengan bahan
pipa terbuat dari metal, beton, PVC,dll. Lubang-lubang biasanya meliputi
sepertiga dari keliling pipa. Berdasarkan pengalaman, pipa dengan diameter 6 in
(15 cm) sudah cukup untuk mengalirkan air.
Detail potongan melintang drainase bawah permukaan lapangan terbang
C. PERSYARATAN TEKNIS LANDASAN PACU
Fasilitas Landas Pacu (Runway). Fasilitas ini adalah faslitas yang berupa suatu perkerasan yang disiapkan untuk pesawat melakukan kegiatan pendaratan dan tinggal landas. Elemen dasar runway meliputi perkerasan yang secara structural cukup untuk mendukung beban pesawat yang dilayaninya, bahu runway, runway strip, landas pacu buangan panas mesin (blast pad), runway end safety area (RESA) stopway, clearway.
Kelengkapan data yang merupakan aspek penilaian meliputi Runway designation / number / azimuth yang merupakan nomer atau angka yang menunjukkan penomoran landas pacu dan arah kemiringan landas pacu tersebut. Data ini merupakan data yang telah ditetapkan sejak awal perencanaan
14
Pipa 6”
18”
6”
Muka air tanah setelah drainase
Material filter dipadatkan
Subgrade
Base course drainage
PerkerasanTurf
dan pembangunan bandar udara. Bagian berikutnya adalah dimensi landas pacu yang meliputi panjang dan lebar landas pacu.
Panjang landas pacu dipengaruhi oleh pesawat kritis yang dilayani, temperatur udara sekitar, ketinggian lokasi, kelembaban bandar udara, kemiringan landas pacu, dan karakteristik permukaan landas pacu. Fasilitas Landas Pacu ini mempunyai beberapa bagian yang masing-masingnya mempunyai persyaratan tersendiri.
1). Runway Shoulder/ bahu landas pacu adalah area pembatas pada akhir tepi perkerasan runway yang dipersiapkan menahan erosi hembusan jet dan menampung peralatan untuk pemeliharaan dan keadaan darurat serta untuk penyediaan daerah peralihan antara bagian perkerasan dan runway strip.
2). Overrun mempunyai bagian meliputi clearway dan stopway. Clearway adalah suatu daerah tertentu pada akhir landas pacu tinggal landas yang terdapat di permukaan tanah maupun permukaan air dibawah pengaturan operator bandar udara, yang dipilih dan diseleksi sebagai daerah yang aman bagi pesawat saat mencapai ketinggian tertentu yang merupakan daerah bebas yang disediakan terbuka diluar blast pad dan untuk melindungi pesawat saat melakukan manuver pendaratan maupun lepas landas. Stopway adalah suatu area tertentu yang berbentuk segiempat yang ada di permukaan tanah terletak di akhir landas pacu bagian tinggal landas yang dipersiapkan sebagai tempat berhenti pesawat saat terjadi pembatalan kegiatan tinggal landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).
3). Turning area adalah bagian dari landas pacu yang digunakan untuk lokasi pesawat melakukan gerakan memutar baik untuk membalik arah pesawat,maupun gerakan pesawat saat akan parkir di apron. Standar besaran turning area tergantung pada ukuran pesawat yang dilayaninya.
4). Longitudinal slope adalah kemiringan memanjang yang didapatkan dari hasil pembagian antara ketinggian maksimum dan minimum garis tengah sepanjang landas pacu. Dengan alasan ekonomi, dimungkinkan adanya beberapa perubahan kemiringan di sepanjang landas pacu dengan jumlah dan ukuran yang dibatasi oleh ketentuan tertentu.
5). Transverse Slope adalah kemiringan melintang landas pacu yang harus dapat membebaskan landas pacu tersebut dari genangan air.
6). Jenis perkerasan landas pacu terdiri dari dua jenis yaitu perkerasan lentur (flexible) dan perkerasan kaku (rigid).
15
7). Kondisi permukaan landas pacu juga merupakan bagian penting dari landas pacu yang meliputi kerataan, daya tahan terhadap gesekan (skid resistance) dan nilai PCI. Kekuatan landas pacu juga tergantung pada jenis pesawat, frekwensi penerbangan dan lalu lintas yang dilayani.
8). Kekuatan perkerasan landas pacu adalah kemampuan landas pacu dalam mendukung beban pesawat saat melakukan kegiatan pendaratan, tinggal landas maupun gerakan manuver saat parkir atau menuju taxiway. Perhitungannya mempertimbangkan karakteristik pesawat terbesar yang dilayani, lalu lintas penerbangan, jenis perkerasan, dan lainnya.
9). Runway strip adalah luasan bidang tanah yang menjadi daerah landas pacu yang penentuannya tergantung pada panjang landas pacu dan jenis instrumen pendaratan (precission aproach) yang dilayani.
10). Holding bay adalah area tertentu dimana pesawat dapat melakukan penantian, atau menyalip untuk mendapatkan efisiensi gerakan permukaan pesawat.
11). RESA (Runway End Safety Area). RESA adalah suatu daerah simetris yang merupakan perpanjangan dari garis tengah landas pacu dan membatasi bagian ujung runway strip yang ditujukan untuk mengurangi resiko kerusakan pesawat yang sedang menjauhi atau mendekati landas pacu saat melakukan kegiatan pendaratan maupun lepas landas. Aspek yang diperhatikan dalam penilaian kelayakan operasional meliputi dimension (panjang dan lebar), kemiringan memanjang (Longitudinal slope), kemiringan melintang (Transverse Slope), jenis perkerasan (Surface Type), dan kekuatan (Strength).
12). Marka landas pacu yang meliputi Runway designation marking, Threshold marking, Runway centre line markin, Runway side stripe marking, Aiming point marking, Touchdown zone marking, dan Exit guidance line marking.
Tiap-tiap bagian mempunyai persyaratan teknis tertentu agar dapat memberikan
kinerja operasional yang handal
16
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN.
Banyak nya kecelakaan pesawat terbang yang terjadi ternyata terjadi karena berbagai factor, factor yang paling sering terjadi ialah perencanaan lapangan terbang yang buruk sehingga salah satu dampak nya ialah landasan tergenang air.
Genangan air pada landasan pacu, ialah factor yang paling sering menjadi penyebab utama kecelakaan, mengapa demikian, Indonesia adalah Negara tropis dan mau tak mau pasti akan sering hujan dan genangan air inilah yang menyebabkan pesawat tergelincir.
Jadi, drainase yang baik bagi bandara khusus nya di daerah landasan pacu sangat penting fungsi, selain mengurangi genangan air juga banyak kegunaan lain nya.
17
DAFTAR PUSTAKA
file:///H:/faktorfaktor-penyebab-kecelakaan-pesawat-terbang.htm
www. Google. Com
http://www.suarapembaruan.com/News/2007/04/24/Editor/edit03.htm
18