lapter asidi.docx

26
PERCOBAAN III ASIDIMETRI - ALKALIMETRI I. TUJUAN PERCOBAAN I.1. Mahasiswa dapat membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis kuantitatif I.2. Mahasiswa dapat melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar skunder sebelum analisis I.3. Menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel- sampel produk pangan I.4. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel cuka perdagangan I.5. Menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang mengandung campuran karbonat dalam natrium hidroksida I.6. Dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran I. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asidimetri- Alkalimetri Titrasi asam basa sering disebut asidimetri- alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri sebaiknya diartikan secara umum saja, yakni titrasi yang menyangkut reaksi-reaksi asam dengan basa. Secara tersirat diartikan di atas, bahwa asidimetri-alkalimetri menyangkut reaksi dengan asam dan atau dengan basa. Diantaranya : 1. asam kuat – basa kuat

Upload: nanajewel

Post on 16-Feb-2016

241 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

laporan asidi

TRANSCRIPT

Page 1: lapter asidi.docx

PERCOBAAN III

ASIDIMETRI - ALKALIMETRI

I. TUJUAN PERCOBAAN

I.1. Mahasiswa dapat membuat larutan standar HCl dari HCl pekat dan larutan standar

NaOH serta pengenceran larutan dan menerapkan larutan standar dalam analisis

kuantitatif

I.2. Mahasiswa dapat melakukan prosedur standarisasi larutan-larutan standar skunder

sebelum analisis

I.3. Menentukan kadar natrium karbonat dalam sampel-sampel produk pangan

I.4. Menentukan kadar asam asetat dalam sampel asam asetat glasial maupun sampel cuka

perdagangan

I.5. Menentukan komposisi produk pangan atau sampel buatan yang mengandung

campuran karbonat dalam natrium hidroksida

I.6. Dapat menentukan pilihan indikator dalam analisis campuran

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asidimetri- Alkalimetri

Titrasi asam basa sering disebut asidimetri-alkalimetri. Asidimetri dan alkalimetri

sebaiknya diartikan secara umum saja, yakni titrasi yang menyangkut reaksi-reaksi

asam dengan basa. Secara tersirat diartikan di atas, bahwa asidimetri-alkalimetri

menyangkut reaksi dengan asam dan atau dengan basa. Diantaranya :

1. asam kuat – basa kuat

2. asam lemah – basa kuat

3. asam kuat – basa lemah

4. asam kuat – garam dan asam lemah

5. basa kuat – garam dan basa lemah

dalam titrasi asidi alkalimetri, perubahan terpenting yang mendasari penentuan titik

akhir dan cara perhitungan ialah perubahan pH titrat

1. Asam dengan basa (reaksi penetralan), agar kuantitatif maka asam dan atau basa

yang bersangkutan harus kuat.

2. Asam dengan garam (reksi pembentukan asam lemah), agar kuantitatif, asam

harus kuat dan garam itu harus terbentuk dari asam lemah sekali.

Page 2: lapter asidi.docx

3. Basa dengan garam, agar kuantitatif basa harus kuat dan garam harus terbentuk

dari basa lemah sekali, jadi berdasar pembentukan basa lemah tersebut.

(Harjadi, 1993)

2.2 Teori Asam Basa

2.2.1. Teori Archenius

Dalam teorinya tentang penguraian (disosiasi) elektrolit, Svante Archenius

(1884) mengajukan bahwa elektrolit yang dilarutkan di dalam air terurai

menjadi ion-ion. Elektrolit yang kuat terurai sempurna, elektrolit yang lemah

terurai hanya sebagian. Suatu jenis zat yang jika terurai menghasilkan ion

hidrogen (H+) disebut asam, misalnya HCl

HCl (aq) H+ (aq) + Cl- (aq)

Basa jika terurai akan menghasilkan ion hidroksida (OH-)

NaOH (aq) Na+ (aq) + OH- (aq)

Reaksi antara asan dan basa, yaitu reaksi netralisasi, dapat ditunjukkan oleh

salah satu dari tiga cara sbb:

Persamaan reaksi lengkap: HCl + NaOH NaCl + H2

Persamaan reaksi ion : H+ + Cl- + Na+ + OH- Na+ + Cl- + H2O

Persamaan reaksi ion bersih: H+ + OH- H2O

(Petrucci, 1992)

2.2.2. Teori Bronsted

Dalam pengertian Bronsted, asam adalah segala zat yang dapat

memberikan proton, dan basa adalah segala zat yang dapat menerima proton.

Ion hidroksida, pastinya adalah suatu akseptor proton dan karena itu merupakan

basa Bronsted, tetapi ion itu tidak unik, ion tersebut adalah satu dari banyak

spesies yang dapat mempertunjukkan perilaku dasar. Ketika suatu asam

menghasilkan proton, spesies yang kekurangan harus memiliki sedikit afinitas

proton, sehingga merupakan suatu basa. Jadi, dalam perlakuan Bronsted kita

menemui pasangan asam basa konjugat.

HB H+ + B

Asam basa

Sebagai unsur yang bermuatan positif, proton memiliki suatu kerapatan

muatan yang membuat keberadaannya yang bebas dalam larutan sangat tidak

mungkin. Jadi, untuk mengubah HB menjadi B, suatu akseptor proton harus ada.

Page 3: lapter asidi.docx

Seringkali, seperti dalam penguraian asam asetat dalam air, basa ini bisa jadi

adalah pelarut itu sendiri;

HOAc H+ + OAc-

H2O + H+ H3O+

HOAc + H2O H3O+ + OAc-

Asam 1 basa 2 asam 2 basa 1

(Underwood, 1998)

2.2.3. Teori Lewis

Pada tahun 1923, Gilbert N. Lewis mempublikasikan definisi asam

basa berdasarkan teori ikatan kimia. Dalam pengertian lewis, asam merupakan

senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas, sedangkan basa

merupakan senyawa yang dapat memberikan pasangan elektron bebas. Dengan

kata lain, setiap zat yang mempunyai pasangan elektron bebas untuk

disumbangkan pada zat lainnya dapat bertindak sebagai basa dalam reaksi

asam basa, begitu pula sebaliknya setiap zat yang dapat menerima pasangan

elektron bebas dapat bertindak sebagai asam.

Sebagai contoh, pada reaksi antara NH3 dengan BF3, senyawa NH3 memiliki

sepasang elektron bebas yang dapat disumbangkan pada senyawa BF3, dengan

demikian NH3 merupakan basa Lewis dan BF3 merupakan asam Lewis.

(Petrucci, 1985)

2.3 Titrasi

Analisis volumetri adalah salah satu analisis kuantitatif yang didasarkan pada

pengukuran volume dari larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara pasti

(larutan standart). Salah satu larutan yang mengandung pereaksi ditempatkan pada

erlenmeyer (titrat). Dalam proses ini, perlahan-lahan titran ditambahkan ke dalam

Page 4: lapter asidi.docx

larutan sampai titran dan titrat bereaksi secara sempurna secara stoikiometri. Titrasi

harus diberhentikan bila dekat dengan titik ekuivalen yang disebut titik akhir titrasi

yang ditandai dengan perubahan warna indikator.

(Rivai, 1995 )

2.4 Syarat Titrasi

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus

diperhatikan, antara lain :

1. Reaksi harus berlangsung sempurna, secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi

samping.

2. Reaksi harus berlangsung cepat dan reversibel.

Bila tidak cepat, titarsi akan memakan waktu terlalu banyak apalagi menjelang

titik akhir reaksi. Bila reaksi tidak reversibel, penentuan akhir titrasi tidak tegas.

3. Reaksi harus kuantitatif

4. Harus ada penunjuk akhir reaksi (indikator), baik langsung atau tidak langsung

Penunjuk itu dapat : Timbul dari reaksi titrasi itu sendiri, misalnya titrasi

campuran asam oksalat + asam sulfat oleh KMnO4 dimana selama titrasi belum

selesai titrat tidak berwarna, tetapi setelah akhir titrasi tercapai, larutan menjadi

berwarna karena kelebihan setetes saja dari titran menyebabakan warna menjadi

jelas. Berasal dari luar. Dapat berupa suatu zat atau suatu alat yang dimasukkan

kedalam titrat. Zat itu disebut „indikator“ dan menunjukan akhir titrasi, karena

menyebabkan perubahan warna titrat atau menimbulkan perubahan kekeruhan

dalam titrat (larutan jernih menjadi keruh atau sebaliknya)

5. Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas

perubahannya).

(Rivai, 1995)

2.5 Kurva Titrasi Asam Basa

Kurva titrasi dibuat dengan menghitung pH campuran reaksi pada beberapa

titik yang berbeda selama perubahan larutan basanya. Bentuk kurva titrasi

tergantung pada kekuatan asam dan basa yang direaksikan.

2.5.1 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Kuat

Page 5: lapter asidi.docx

Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NaOH 0,1 M, reaksi yang terjadi sebagai

berikut :

HCl(aq) + NaOH(aq) ---->NaCl(aq) + H2O(aq)

Kurva asam kuat dengan basa kuat dapat dilihat pada gambar diatas. pH

sebelum NaOH =1. Setelah penambahan 10 ml NaOH pH menjadi 1,37. Penambahan

25 ml NaOH pH = 7, karena terjadi titik ekuivalen yang menyebabkan larutan garam

NaCl bersifat netral. Penambahan 26 ml NaOH berubah drastis menjadi 11,29. Garam

NaCl yang terbentuk dari asam kuat dan basa kuat yang merupakan elektrolit kuat

tidak akan terhidrolisis, karena larutannya bersifat netral (pH=7).

Contoh :

NaCl(aq) ----> Na+(aq) + Cl-

(aq)

Na+(aq)

 + H2O(l) ---->

Cl- (aq) + H2O(l)---->

2.5.2 Titrasi Asam Kuat dengan Basa Lemah

Reaksi antara 25 ml HCl 0,1 M dengan NH3 0,1 M (Kb = 10-5).

Reaksinya sebagai berikut :

HCl(aq) + NH3(aq) ---->NH4Cl(aq)

Page 6: lapter asidi.docx

Sebelum penambahan NH3, pH =1, setelah penambahan 10 ml NH3, pH =1,37,

penambahan 25 ml NH3, pH=5,15 yang merupakan titik ekuivalen. Penambahan 26

ml NH3, pH berubah sedikit, yaitu 6,1. Penambahan sedikit basa maka pH garam

hampir tidak berubah, sehingga merupakan larutan penyangga. Titik ekuivalen terjadi

pada pH<7, > karena garam yang terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang

bersifat asam.

NH4Cl(aq) ---> NH4(aq) + Cl-

NH4+

(aq) + H2O(l) ---> NH4OH(aq) + H+(aq)

Cl-(aq) + H2O(l) --->

2.5.3 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Kuat

Reaksi antara 25 ml HC2H3O2 0,1 M (Ka= 1,74.10-5) dengan NaOH 0,1 M.

Reaksi : HC2H3O2(aq) +NaOH(aq) ---> C2H3O2Na(aq) + H2O(l)

Page 7: lapter asidi.docx

Penambahan 10 ml NaOH pH berubah menjadi 4,58, penambahan 25 ml terjadi titik

ekuivalen. Pada pH = 8,72. Penambahan 26 ml NaOH pH =10,29. Pada grafik diatas,

penambahan sedikit basa, maka pH akan naik sedikit, sehingga termasuk larutan

penyangga. Titik ekuivalen diperoleh pada pH >7. Hal itu disebabkan garam yang

terbentuk mengalami hidrolisis sebagian yang bersifat basa.

C2H3O2Na(aq) ---> CH3COO-(aq) + Na+

(aq)

C2H3O2(aq) + H2O(l) ---> C2H3O2H(aq) + OH-(aq)

Na+(aq) + H2O(l)

 --->

2.5.4 Titrasi Asam Lemah dengan Basa Lemah

Contoh yang biasa untuk kurva titrasi asam lemah dan basa lemah adalah asam

etanoat danamonia

CH3COOH(aq) + NH3(aq) ---> CH3COONH4(aq)

Hal ini juga terjadi karena keduanya bersifat lemah - pada kasus tersebut, titik

ekivalen kira-kira terletak pada pH 7.

(Rivai, 1995)

2.6 Penentuan Titik Akhir

Biasanya dua jenis indikator di gunakan untuk menentukan titik akhir. Indikator

tersebut adalah indikator eksternal maupun indikator internal. Biasanya indikator

Page 8: lapter asidi.docx

eksternal di gunakan dalam uji bercak. Contohnya K2Fe(CN)6 untuk Zn. Indikator

eksternal dapat digantikan oleh indikator redoks internal. Indikator dari jenis ini harus

menghasilkan perubahan potensial oksidasi di sekitar titik ekivalen reaksi redoks. Yang

terbaik adalah indikator 1,10-fenantrolin, indikator ini mempunyai potensial oksidasi

pada harga antara potensial larutan yang di titrasi dan penitrannya sehingga memberikan

titik akhir yang yang jelas.

(Harjadi, 1993)

2.7 Titik akhir titrasi dan titik akhir ekivalen titrasi

a.Titik akhir titrasi

Titik pada saat indikator berubah warna. Perubahan warna akan terjadi apabila zat

yang dititrasi sudah mencapai PH yang sesuai atau tertentu.

b.Titik akhir ekivalen titrasi

Titik pada saat terjadi reaksi sempurna atau titik pada saat ditambahkan kuantitas

asam atau basa yang ekivalen.

(Daintith, 1994)

2.8 Indikator Asam- Basa

Asam atau basa organik yang mempunyai satu waktu jika konsentrasi hidrogen lebih

tinggi dari pada suatu harga tertentu oleh suatu warna lain jika konsentrasi itu lebih

rendah. Akan digunakan rumus umum HIn untuk indikator asam lemah untuk

menggambarkan tipe reaksi yang terlibat. Kesetimbangan untuk pengionnya dinyatakan

sebagai :

HIn H+ + In-

(Keenan, 1990)

2.9 Jenis-Jenis Indikator

a. Phenolphtalein (PP)

Phenolphtalein adalah indikator dari golongan ftalein yang banyak di gunakan dalam

pelaksanaan pemeriksaan kimia. Phenolphtalein adalah senyawa hablur putih yang

mempunyai kerangka. Indikator ini sukar larut dalam air tapi dapat bereaksi dengan air

sehingga cincinya terbuka dan membentuk asam yang berwarna. Trayek pH 8,0 – 9,6.

Page 9: lapter asidi.docx

Struktur phenolphtalein adalah :

(Harjadi, 1993)

b.Metil Orange

Adalah indikator asam basa dari golongan zat warna diazo, indikator ini

merupakan asam berbasa satu, netral secara kelistrikan tetapi mempunyai mutan

positif dan negatif karena itu jingga metil adalah zwitter ion. Trayek pH 3,1 – 4,4.

(Harjadi, 1993)

2.10 Larutan Standar

Larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya telah diketahui secara teliti.

Larutan standart disebut juga larutan baku. Larutan standart ditambahkan melalui buret.

Dalam titrasi sering digunakan larutan asam karena lebih mudah diawetkan dari pada

larutan basa. Dalam memilih larutan asam sebagai larutan standart, faktor – faktor yang

harus diperhatikan adalah :

1. asam harus kuat terdissosiasi tinggi

2. asam tidak boleh mudah menguap

3. larutan asam harus stabil

4. garam dan asamnya harus kuat

5. asam bukan oksidator yang kuat untuk merusak senyawa organik.

( Underwood, 1998 )

Page 10: lapter asidi.docx

2.11 Pengenceran

Proses pengenceran ialah mencampurkan larutan pekat ( konsentrasi tinggi ) dengan

cara menambah pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.

V1. N1 = V2. N2

Keterangan : V1 : volume awal

N1 : volume akhir

V2 : normalitas awal

N2 : normalitas akhir

Jika larutan dengan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang – kadang

sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama terjadi pada asam sulfat. Panas ini dapat

dihilangkan dengan aman, asam sulfat harus dimusnahkan dulu dalam air dan tidak

boleh sebaliknya.

( Rivai, 1995 )

2.11 Normalitas

Normalitas yang bernotasi (N) merupakan satuan konsentrasi yang sudah

memperhitungkan kation atau anion yang dikandung sebuah larutan. Normalitas

didefinisikan banyaknya zat dalam gram ekivalen dalam satu liter larutan. Secara

sederhana gram ekivalen adalah jumlah gram zat untuk mendapat satu muatan.

Normalitas menyatakan jumlah mol ekivalen zat terlarut dalam 1 liter larutan. Untuk

asam, 1 mol ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion H+.  Untuk basa, 1 mol

ekivalennya sebanding dengan 1 mol ion OH-. Antara Normalitas dan Molaritas terdapat

hubungan :

N = M x valensi

(Rivai,1995)

2.13 Klasifikasi indikator asam – basa

Indikator asam-basa dapat berubah warna apabila PH lingkungannya berubah.

Warna dalam keadaan asam biasanya dinamakan warna asam dari indikator (kuning

untuk PP) sedangkan warna yang di tunjukan dalam keadaan basa disebut warna basa.

Diluar trayek PH, indikator hanya menampakan warna asam atau warna basa tanpa

tergantung dari PH sesungguhnya.

Tabel range Indikator asam-basa

Page 11: lapter asidi.docx

No Nama Pki Jenis Trayek PH Warna

Asam Basa

1

2

3

4

5

6

7

8

Asam pikrat

Metil kuning

Metil jingga

Metil merah

Lakmus

Merah fenol

Fenolftalein

Timolftalein

2,3

3,2

3,4

5,0

8,0

A

B

B

B

A

A

A

0,1 – 0,8

2,9 – 4,0

3,1 – 4,4

4,2 – 6,3

4,5 – 8,3

6,4 – 8,0

8,2 – 10,0

9,3 – 10,5

Tak berwarna

Merah

Merah

Merah

Merah

Kuning

Tak berwarna

Tak berwarna

Kuning

Kuning

Jingga

Kuning

Biru

Merah

merah

Biru

(Harjadi, 1993)

2.14 Analisa Bahan

2.14.1 HCl

Sifat Kimia : Senyawa hidrogen dan khlorin, bersifat korosif, , dapat

mengiritasi kulit, reaktif, dan merupakan asam kuat.

Sifat Fisik : titik leleh -140C dan titik didih -850C

(Daintih, 1994)

2.14.2 NaOH

Sifat Kimia : Kristal berwarna putih, menyerap air dan CO2 dari udara, larut

dalam air, alkohol.

Sifat Fisik : titik didih 19390C dan titik leleh 3180C.

(Daintith,1994)

2.14.3 Na2CO3

Sifat Kimia : Digunakan untuk standar primer, agak higrokopis, dapat dititrasi

dengan indikator PP, merupakan soda pembersih, larut dalam

air.

Sifat Fisik : Berbentuk bubuk putih.

(Underwood,1998)

2.14.4 Boraks

Page 12: lapter asidi.docx

Sifat Kimia : Natrium tetraborat dekahidrat, untuk pekerjaan yang sangat teliti,

kristalnya dikristal ulang, dua kali dari larutan air kemudian

dikeringkan dalam desikator dengan dengan kelembaban relatif

70% atau diatas larutan jenuh. Untuk titik akhir yang baik dapat

di pakai larutan asam borat di tambah NaCl sebagai pembanding

warna dengan volume, konsentrasi serta jumlah indikator seperti

yang di peroleh dalam standarisasi.

Sifat Fisik : NaBaO7.10H2O BM=381,4 gram / mol ,

(Daintith,1994)

2.14.5 Indikator Metil orange

Sifat Kimia : (CH3)2 NC6 H$NN C6H4COOH, asam paradimetilaminoazbenzena

karbooksilat, larutan 0,02% dalam etanol 60%,

digunakan sebagai indikator.

Sifat Fisik : pH 4,4 (Merah) hingga 6,0 (kuning), berwarna orange.

(Daintith,1994)

2.14.6 Indikator Phenolftalein

Sifat Kimia : Senyawa hablur putih, sukar larut dalam air, tetapi dapat

berinteraksi dengan air, larut dalam alkohol.

Sifat Fisik : Titik leleh :2610C, trayek pH:8,0-9,8, perubahan warna dari tak

berwarna menjadi merah.

(Daintith,1994)

2.14.7 Asam oksalat kristal

Sifat Kimia : Sangat stabil dalam keadaan atmosfer biasa, harus dititrasi

sebagai asam berbasa dua dengan indikator Fenolftalein

atau biru timol berdasar reaksi :

2NaOH + (COOH)2 (COONa)2 + 2H2O

Sifat Fisik : (COOH)2.2H2O BM 126 gram / mol, densitas 1,90 g cm-3 .

(Daintith, 1994)

2.14.8 NaHCO3

Page 13: lapter asidi.docx

Sifat Kimia : Larut dalam air dan sedikit larut dalam etanol, serbuk kuning

pemadam api dikenal sebagai soda kue.

Sifat Fisik : Padatan kristal putih, 84.01 gram / mol , densitas 2.159 gram / ml .

(Daintith, 1994)

2.14.9 Aquades

Sifat Kimia : Senyawa dengan formula H2O, berbentuk cair, tidak berwarna,

tidak berbau, tidak berbasa, bersifat polar, dan merupakan pelarut

universal.

Sifat Fisik : Titik leleh 00C, titik didih 100oC, densitas 1 g/ml

(Daintith,1994)

III METODE PERCOBAAN

3.1 Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

1. Neraca listrik 6. Pipet ukur

2. Labu takar 250 ml 7. Gelas arloji

3. Buret 8. Gelas beker

4. Erlenmeyer 9. Gelas ukur

5. Pipet tetes

3.1.2 Bahan

1. Na2B4O7 6. Indikator metil orange

2. HCl pekat 7. Indikator PP

3. Kristal H2C2O4 8. Sampel soda

4. Akuades 9. CH3COOH

5. Na2CO3

3.2 Skema kerja

3.2.1 Standarisasi HCl dengan Boraks

Penambahan 50 ml aquadest

0,3 g natrium tetraborat murni

Erlenmeyer

Page 14: lapter asidi.docx

Penambahan 2 tetes indikator M.O

Penitrasian dengan HCl

Pencatatan volume HCl

Pengulangan penitrasian hingga 2 x

3.2.2 Standarisasi NaOH dengan HCl Nx

Penambahan 2 tetes metil orange

Penitrasian dengan HCl Nx

Pencatatan volume HCl Nx

3.2.3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O4

Penambahan 50 ml aquadest

Penambahan 2 tetes PP

Penitrasian dengan NaOH

Pencatatan volume NaOH

3.2.4 Menentukan Na2CO3 dalam soda

Penambahan aquadest sampai tanda batas

Pengocokan hingga homogen

Penambahan 2 tetes M.O

Hasil

25 mL Larutan NaOH

Erlenmeyer

Hasil

Larutan berwarna orange

Erlenmeyer

Larutan berwarna kuning

Erlenmeyer

0,18 g H2C2O4

Erlenmeyer

Hasil

Larutan berwarna bening

Erlenmeyer

2 g Soda

Labu ukur 250 ml

25 ml larutan Soda

Erlenmeyer

Page 15: lapter asidi.docx

Penitrasian dengan HCl 0,1 N

Pencatatan volume HCl 0,1 N

3.2.5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3

Penambahan 2 tetes PP

Pengenceran dengan aquadest

Penitrasian dengan HCl

Pencatatan volume HCl

Penambahan 2 tetes M.O

Penitrasian dengan HCl

Pencatatan volume HCl

3.2.6 Menentukan campuran Na2CO3 dan NaHCO3

Penetesan dengan indicator PP 2 tetes

Penitrasian dengan HCl

Pencatatan volume HCl

Penambahan 2 tetes indicator MO

Hasil

25 ml larutan campuran

Erlenmeyer

Larutan berwarna merah muda

Erlenmeyer

Larutan berwarna bening

Erlenmeyer

Larutan berwarna orange

Erlenmeyer

Hasil

25 ml larutan campuran

Erlenmeyer

Larutan berwarna merah muda

Erlenmeyer

Larutan berwarna jernih

Erlenmeyer

Larutan berwarna merah

Erlenmeyer

Page 16: lapter asidi.docx

Penitrasian dengan HCl

Pencatatan volume

IV. DATA PENGAMATAN

No Perlakuan Hasil

1 Standarisasi HCl dengan

Boraks(NaBaO7.10H2O)

- Natrium tetraborat murni dan larutkan dalam

aquadest

- Penambahan beberapa tetes indikator metil

merah (metil orange)

Larutan setelah ditambah

metil orange menjadi

berwarna orange setelah

dititrasi larutan berwarna

orange kemerahan.

V1 HCl = 15 ml

Hasil

Page 17: lapter asidi.docx

- Penitrasian dengan HCl

- Perhitungan konsentrasi HCl dan berat garam

- Perhitungan volume titrasi

V2 HCl = 15,4 ml

2 Standarisasi NaOH dengan HCl Nx

- Pengenceran NaOH sampai 50 ml

- Penambahan 2 tetes indicator metil orange

- Penitrasian dengan HCl Nx

- Perhitungan volume

Larutan setelah ditambah

metil orange menjadi

berwarna orange, setelah

dititrasi berwarna orange

kemerahan

V1 HCl = 21,1 ml

V2 HCl = 20,3 ml

3 Standarisasi NaOH dengan H2C2O3

- Natrium oksalat dilarutkan dalam aquadest

- Penambahan 2 tetes indicator PP

- Penitrasian dengan NaOH

- Perhitungan volume

Larutan setelah ditambah

PP tetap bening setelah

dititrasi berwarna merah

muda.

V1 NaOH = 30,5 ml

V2 NaOH = 36,8 ml

4 Menentukan Na2CO3 dalam soda

- 3,5 g soda, dilarukan dalam aquadest

- Penambahan 2 tetes metil orange

- Penitrasian dengan HCl 0,1 N

Larutan setelah ditambah

metil orange menjadi

berwarna orange setelah

dititrasi menjadi orange

kemerahan.

V1 HCl = 19,5 ml

V2 HCl = 20,9 ml

5 Menentukan campuran NaOH + Na2CO3

- Penambahan 2 tetes indicator PP pada

campuran

- Penitrasian dengan HCl sampai PP hilang

- Penambahan indicator MO 2 tetes

- Penitrasian dengan HCl 0,1 N

Larutan ditambah PP

menjadi warna merah muda

kemudian dititrasi sampai

warna hilang. Lalu

ditambah MO warna

menjadi orange dititrasi

berubah menjadi warna

orange kemerahan

Ditambah PP

V HCl = 11,4 ml

Page 18: lapter asidi.docx

Ditambah MO

V HCl = 3,5 ml

6 Menentukan campuran Na2CO3 + NaHCO3

- Titik ekivalen I dengan indicator PP 25 ml

larutan campuran lalu ditambahkan indicator

PP

- Penitrasian dengan HCl 0,1 N sampai warna

merah dari PP hampir hilang

- Penambahan indicator MO 2 tetes

- Penitrasian dengan HCl 0,1 N

- Pencatatan volume

Larutan ditambah indicator

PP menjadi merah muda

kemudian dititrasi sampai

warna hilang, lalu dtetesi

MO menjadi warna orange

dititrasi berubah menjadi

warna orange kemerahan.

Ditambah PP

V HCl = 3,6 ml

Ditambah MO

V HCl = 7,5 ml

V. HIPOTESA

Percobaan asidi-alkalimetri ini bertujuan untuk menentukan konsentrasi yang tepat

dari larutan standar, menentukan jumlah Na2CO3 dalam sampel, menentukan jumlah

campuran NaOH dan Na2CO3 dalam larutan dan untuk menentukan indikator yang tepat.

Pada percobaan ini metode yang digunakan adalah metode titrasi. Prinsip yang dilakukan

adalah standarisasi larutan-larutan standar skunder dengan menggunakan beberapa

indikator dan reaksi asam basa. Penambahan PP memberi warna merah muda dengan

basa. Titik ekivalen dan titik akhir diketahui dari perubahan warnanya. Indikator metil

orange memberikan warna merah kekuningan (orange) pada saat titrasi.