nanda dwi astri.pdf

18
Kajian Linguistik, Agustus 2014, 60-77 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USu, ISSN 1693-4660 Tahun ke-12, No 2 MAKNA NAMA ANAK MASY ARAKAT JAW A DI KECAMATAN BANDAR KHALIPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI Nanda Dwi Astri nandadwi_ [email protected] Nurlela, lrawaty Kahar FIB Universitas Sumatera Utara Abstrak Penelitian ini meneliti makna semiotik nama masyarakat jawa di Kecamatan Bandar Kholipah Kabupaten Serdang Bedagai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data primer dalam penelitian adalah hasil wawancara dengan in/orman, sedangkan data sekunder berupa nama masyarakat Jawa. Dalam pengumpulan data digunakan pencatatan data, penganalisisan data, dan penyimpulan. Pada pengkajian data menggunakan model analisis interaktif menurut Milles and Huberman. Basil penelitian menunjuklran bahwa makna semiotik nama anak masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Kholipah Kabupaten Serdang Bedagai lazimnya mengutarakan harapan orangtua. Ideolog; pemberian nama masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Kholipah Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan pada pemikiran tentang hari kelahiran, bulan kelahiran, neptu, nomor urut anak dalam keluarga, harapan atau cita-cita (Jrang lUa, peristiwa penting, -pewayangan, . agama, dan unsur atam. Fungsi malena semiotik nama masyarakat Jawa yaitu sebagai penanda identitas, sebagai penanda urutan yang ditunjukkan dengan pelekatan pemarkah urutan komponen penamaan, sebagai penanda historitas yang ditunjukkan dengan acuan peristiwa atau keadaan kelahiran orang itu, sebagai penanda jenis kelamin yang ditunjukkan dengan pelekatan nama atau komponen yang berasosiasi dengan jenis kelamin, sebagai penanda religiusitas atau ideologis. Tinjauan yang digunakan dalam penelitian in; menggunakan teori Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce, karena pandangannya tentang semiotik mampu mengungkapkan makna semiotik nama masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai secara jelas. Berkembang pesatnya era globalisasi saat ini, diharapkan akan ada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai makna nama masyarakat Jawa dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan berdasarkan sudut pandang ilmu linguistik yang berbeda lainnya pula. Kala kund: Semiotik, nama, masyarakat Jawa PENDAHULUAN Nama adalah sesuatu yang dipahami dan disebut oleh seseorang berupa kata, istilah, atau ungkapan yang dapat digunakan untuk rnengenali seseorang atau sesuatu dari yang lainnya (Hoffinann, 1993: 117). Oleh karena itu, satu nama hanya boleh mengacu pada seseorang satu individu saja, meskipun pada kenyataannya banyak ditemukan sebuah nama digunakan oleh banyak orang. Penulisan nama diwujudkan dengan huruf

Upload: dinhdiep

Post on 31-Dec-2016

259 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Agustus 2014, 60-77 Copyright ©2014, Program Studi Linguistik FIB USu, ISSN 1693-4660

Tahun ke-12, No 2

MAKNA NAMA ANAK MASY ARAKAT JAW A DI KECAMATAN BANDAR KHALIPAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Nanda Dwi Astri nandadwi _ [email protected]

Nurlela, lrawaty Kahar FIB Universitas Sumatera Utara

Abstrak

Penelitian ini meneliti makna semiotik nama masyarakat jawa di Kecamatan Bandar Kholipah Kabupaten Serdang Bedagai. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Data primer dalam penelitian adalah hasil wawancara dengan in/orman, sedangkan data sekunder berupa nama masyarakat Jawa. Dalam pengumpulan data digunakan pencatatan data, penganalisisan data, dan penyimpulan. Pada pengkajian data menggunakan model analisis interaktif menurut Milles and Huberman. Basil penelitian menunjuklran bahwa makna semiotik nama anak masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Kholipah Kabupaten Serdang Bedagai lazimnya mengutarakan harapan orangtua. Ideolog; pemberian nama masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Kholipah Kabupaten Serdang Bedagai berdasarkan pada pemikiran tentang hari kelahiran, bulan kelahiran, neptu, nomor urut anak dalam keluarga, harapan atau cita-cita (Jrang lUa, peristiwa penting, -pewayangan, . agama, dan unsur atam. Fungsi malena semiotik nama masyarakat Jawa yaitu sebagai penanda identitas, sebagai penanda urutan yang ditunjukkan dengan pelekatan pemarkah urutan komponen penamaan, sebagai penanda historitas yang ditunjukkan dengan acuan peristiwa atau keadaan kelahiran orang itu, sebagai penanda jenis kelamin yang ditunjukkan dengan pelekatan nama atau komponen yang berasosiasi dengan jenis kelamin, sebagai penanda religiusitas atau ideologis. Tinjauan yang digunakan dalam penelitian in; menggunakan teori Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce, karena pandangannya tentang semiotik mampu mengungkapkan makna semiotik nama masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai secara jelas. Berkembang pesatnya era globalisasi saat ini, diharapkan akan ada peneliti selanjutnya untuk melakukan penelitian mengenai makna nama masyarakat Jawa dengan cakupan wilayah yang lebih luas dan berdasarkan sudut pandang ilmu linguistik yang berbeda lainnya pula.

Kala kund: Semiotik, nama, masyarakat Jawa

PENDAHULUAN

Nama adalah sesuatu yang dipahami dan disebut oleh seseorang berupa kata, istilah, atau ungkapan yang dapat digunakan untuk rnengenali seseorang atau sesuatu dari yang lainnya (Hoffinann, 1993: 117). Oleh karena itu, satu nama hanya boleh mengacu pada seseorang satu individu saja, meskipun pada kenyataannya banyak ditemukan sebuah nama digunakan oleh banyak orang. Penulisan nama diwujudkan dengan huruf

Page 2: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

kapital sebagai bentuk penghonnatan bagi penyandangnya. Berdasarkan hal inilah, tampak bahwa adanya penggunaan nama terkait dengan masalah-masalah di luar aspek kebahasaan. Ternyata, nama orang di dalam lingkungan masyarakat tidak saja berhubungan dengan pengguna nama atau keluarganya saja, tetapi terkait dengan aspek lain, misalnya waktu, tempat, suasana atau peristiwa, status sosial, sejarah, dan tradisi.

Suku Jawa merupakan salah satu suku di Indonesia yang memiliki tradisi budaya tersendiri dalam pemberian nama anak sehingga begitu banyak bentuk dan makna nama. Keragaman ini dapat dianalisis untuk mengetahui kejatian bentuk yang mandiri dan utuh dari nama tersebut. Menurut Widodo (2010), penelitian tentang nama orang Jawa sebelumnya memandang dari satu paradigma tunggal saja. Nama dilihat sebagai bentuk ujaran yang telah jadi, sehingga dapat dipecah-pecah dan dipisah-pisahkan dalam peringkat [onologi, morfologi, maupun sintaksis. Penelitian yang telah dilakukan menghasilkan senarai nama orang Jawa yang terpilih dan terbaik saja. Itulah sebabnya Hofinann (1993), Cavallaro (2004), dan bahkan Uhlenbeck (1982) sekaJipun menyatakan bahwa k~ian tentang nama orang Jawa sangat sempit, kering, dan kurang diminati.

Nama orang Jawa berada dalam peringkat teras nonna, tradisi, ikatan semangat, mitos, spirit, dan selera budaya Jawa. Artinya, nama orang Jawa lahir sebagai pernyataan cara manusia meJakukan dialog dengan aJam semesta dan lingkungan sosiaJnya melalui bahasa, perilaku, dan ide-ide dari masa ke masa (Sutarja, 2000). Sumber nama orang Jawa berasaJ dari kehidupan nyata masyarakat Jawa. Pernyataan ini bersifat terbuka terhadap berbagai bentuk interferensi, pertukaran silang budaya yang mengarah pada bentuk-bentuk bam. Seperti kita ketahui orang Jawa pada umumnya menganggap bahwa hari kelahiran (weton) merupakan peristiwa penting yang tidak boleh dilupakan sepanjang hidup.

K~ian tentang makna dapat menarik perhatian karena interpretasi makna dapat berbeda-beda yang sangat bergantung pada konteks yang meneliti teks. Dalam konteks ini, teks dipahami sebagai sebuah bentuk bahhsa tennasuk nama-nama anak masyarakat Jawa yang menjadi fokus dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan pendekatan semiotik. Secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda ito sendiri didefenisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai sebagai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain (Wibowo, 2011: 5). Yang mula-mula mengemukakan bahwa tanda terjadi dari petanda dan penanda adalah Ferdinand De Saussure (Saragih, 2011: 13). Hubungan antara petanda (signified) dan penanda (signifier) tersebut tampak pada gambar 1.1 sebagai berikut:

Pemilihan Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdangbedagai sebagai objek penelitian makna nama anak masyarakat Jawa dikarenakan berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serdangbedagai jumlah masyarakat suku Jawa paling banyak dibandingkan suku lainnya yaitu 12.513 jiwa dari total penduduk 25.177 jiwa. Kecamatan Bandar Khalipah merupakan wilayah heterogen, yang terdiri dari beberapa suku yaitu (1) Batak Toba: 8.510 jiwa; (2) Jawa: 12.513 jiwa; (3) MeJayu: 2.665 jiwa; (4) Karo: 75 jiwa; (5) Simalungun: 1.072 jiwa; (6) Tapsel: 295 jiwa; (7) Nias: 28 jiwa; (8) Pakpak: 19 jiwa. Akan tetapi, dengan suku yang heterogen tersebut, masyarakat Jawa masih mempertahankan bahasa dan budaya Jawa dalam kehidupan sehari-hari. Hal

61

L-____________________________________________ ~ ________ ~~ ____ ~ __ ~ ____ ~ _______ .

Page 3: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

itu terbukti bahwa masyarakat Jawa di daerah ini masih menggunakan bahasa Jawa dalam kehidupan sehari-hari (Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai, 2013).

Berdasarkan hal tersebut, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (l) Makna semiotik apa yang terkandung dalam bentuk nama anak pada masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdangbedagai? (2) Bagaimanakah ideologi nama anak pada masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdangbedagai? Sesuai dengan masalah penelitian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah (I) Mendeskripsikan makna semiotik yang terkandung pada nama anak masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdangbedagai, dan (2) Mendeskripsikan ideologi penanda nama anak pada masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdangbedagai.

KERANGKA TEORI

I. Semiotika

Menurut Wibowo (2011: 5), secara etimologis, istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefenisikan sebagai suatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda pada awalnya dimaknai suatu hal yang menunjuk adanya hal lain. Contohnya: asap menandai api, sirine mobil yang keras meraung-raung menandai adanya kebakaran di sudut kota. Manusia dengan perantara tanda-tanda, dapat melakukan komunikasi dengan sesamanya. Banyak hal yang bisa dikomunikasikan di dunia ini.

Menurut Ferdinand de Saussure dalam Saragih (2011), semiologi adalah suatu ilmu yang mempel~ari tanda-tanda kehidupan dalam masyarakat bersifat dipahami. HaJ itu merupakan bagian dari psikologi sosiaJ atau berkaitan dengan psikologi umum. Semiologi akan menjelaskan unsur yang menyusun suatu tanda dan bagaimana hukum-hukumnya itu mengatumya.

Sebagai pedoman untuk menjawab masalah penelitian, teori yang relevan digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Teori Semiotika Ferdinand de Saussure dan Charles Sanders Peirce

Dua pakar semiotik utama yang relevan dalam penelitian ini adalah Ferdinand de Saussure yang berkebangsaan Swiss dan Charles Sanders Peirce yang berkebangsaan Amerika. Yang mula-mula mengemukakan bahwa tanda teJjadi dari petanda dan penanda adalah Ferdinand De Saussure (Saragih, 2011: 13). Hubungan antara petanda (signified) dan penanda (signifier):

Gambar 2.2 Hubungan penanda dan petanda

Konsep ini melihat bahwa makna muncul ketika ada hubungan yang bersifat asosiasi antara 'yang ditandai' (signified) dan 'yang menandai' (signifier). Tanda adaJah kesatuan dari suatu bentuk penanda (signifier) dengan sebuah ide atau petanda (signified).

62

Page 4: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

Dengan kata lain, penanda adalah "bunyi yang berrnakna" atau "coretan yang berrnakna". Iadi, penanda adalah aspek material dari bahasa yaitu apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi, petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens, 2001: 180). 8uatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan karena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya, suatu petanda tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda; petanda atau yang dtandakan itu terrnasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu faktor linguistik.

Pada prinsipnya, tanda yang terjadi dari petanda dan penanda, merupakan satu kesatuan, seperti koin atau uang logam yang terjadi dari bagian depan (head) dan bagian belakang (tail). Bagian depan sebagai petanda dan bagian belakang sebagai penanda. Berbeda dengan Saussure, Charles Sanders Peirce (dalam 8aragih, 2011: 13) menyatakan bahwa tanda terjadi dari tiga komponen, yakni:

a. Representamen, yaitu bentuk yang menyatakan tanda atau 'kenderaan tanda', setara dengan penanda (signifier),

b. Interpretant, yaitu makna yang didatangkan dari tanda itu atau 'makna' yang dibuat oleh seseorang; setara dengan signified, dan

c. Object, yaitu sesuatu yang berada di luar tanda yang merupakan acuan.

Jika ketiga unsur tanda itu digambarkan dan dihubungkan akan terbentuk segitiga semiotik berikut ini:

Gambar 2.1 Segitiga semiotik

Tidak ada hubungan antara representamen dan object yang dinyatakan dengan garis putus. Interaksi antara representamen, object, dan interpretant disebut Peirce sebagai semiosis (Saragih, 2011: 15). Teori dari Peirce seringkali disebut sebagai grand theory dalam semiotika. Hal ini lebih disebabkan karena gagasan Peirce bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari sistem penandaan. Peirce ingin mengidentiftkasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal (dalam Wibowo, 2011: 13).

Walaupun terdapat perbedaan dalam hal unsur yang membangun tanda dalam kajian semiotik, konvensi yang digunakan adalah tanda terjadi dari dua unsur saja, yaitu petanda dan penanda. Dengan kata lain, model yang dikemukakan de Saussure menjadi acuan utama dalam kajian semiotik. Contoh semiotik yang sederhana yang setiap hari dapat diJihat, terutama di kota, dalam semiotik lampu lalu Iintas, seperti berikut ini:

Petanda Penanda

'berhenti'

~ lampumerah

'waspada' lampu kuning

'jalan terus' lampu hijau

Gambar 2.4 8emiotik Lalulintas

63

Page 5: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

Dalam tabel tersebut petanda atau makna 'berhenti' direalisasikan, dinyatakan, dikodekan, atau direpresentasikan oleh penanda lampe merah. Tanda ...---., (panah lengkung) dalam tabel tersebut berarti 'dinyatakan oleh', 'dikodekan oleh', atau 'direpresentasikan oleh'. Selanjutnya petanda 'waspada' dan 'jalan terus' masing-masing direalisasikan oleh lampu kuning dan hijau (Saragih, 2011: 16).

2. Ideologi dalam Strata Semiotik

Menurut Saragih (2011: 233), dalam sistem semiotik bahasa, ideologi merupakan strata yang paling tinggi dan dengan demikian paling abstrak. Dalam pemakaian bahasa, ideologi bersifat laten dan oleh karen aitu diperIukan kajian kritis untuk menginterpretasikan wujud ideologi itu. Sejarah perkembangan suatu komunitas atau bangsa telah menguji dan 'memasak' suatu ideologi yang sesuai dan berterima unutk kelangsungan hidup komunitas atau bangsa itu. Akan tetapi karena ketelatenannya di dalam bahasa, ideologi hanya dapat dipahami jika satu aspek pemakaian bahasa dihubungkan dengan semua sistem yang terkait dengan bahasa dan konteks sosial pemakaian bahasa. Dengan kata lain, ideologi hanya diperoleh dengan menginterpretasikan hubungan satu aspek dengan sistem yang terdapat di dalam bahasa dan konteks sosial pemakaian bahasa secara keseluruhan yang terjadi di luar bahasa. Sebagaimana konsep ideologi tersebut, dapat dijelaskan bahwa pemberian nama anak masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai tidak terlepas dari ideologi Jawa yang terikat pada konteks budaya dan agama.

3. Bahasa dan Masyarakat Jawa

Seperti balnya masyarakat dibelahan bumilain, secara umummasyarakat Jawa bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kelas besar berdasarkan pada status sosial-ekonomi dan budaya, yakni: kelas tinggi, kelas menengah, dan kelas bawah. Menurut asumsi umum, perkiraan jumlah penduduk yang tergoJong dari kelas tinggi dan menengah di selurub Indonesia ada kurang lebib dua puluh persen dari total penduduk. Barangkali, asumsi tentang jumlah presentase itu bisa berlaku untuk total penduduk beretnik Jawa Menurut pertimbangan status yang lebih bersifat budaya daripada sosial-ekonomi, bisa dikatakan bahwa ke]as tinggi atau ke]ompok elite Jawa kebanyakan terdiri dari para aristokrat atau priyayi karena pertimbangan darah kebangsawanan. Kelas menengah kebanyakan terdiri dari ke]ompok professional, literati atau priyayi karena pertimbangan tingkat pendidikan formal dan kelompok pengusaba atau priyayi karena pertimbangan tingkat kesuksesan ekonomi. Sedangkan kelas bawah yang merupakan mayoritas merupakan kelompok masyarakat yang kurang berpendidikan dan lemah secara sosial­ekonomi sehingga disebut oleh Koentjaraningrat sebagai tiyang alit (orang kecil) atau sering dikatakan pula sebagai rakyat kebanyakan. (Purwoko, 2008: 8).

Berkaitan dengan soal penggunaan bahasa, banyak ahli berpendapat bahwa penutur ahli bahasa Jawa dapat berbicara dalam tiga varietas linguistik yang berbeda, yakni: krama, madya, dan ngoko. Ngoko digunakan untuk komunikasi akrab sehingga dianggap nonsantun atau sering pula dianggap kasar. Madya dianggap setengah santun, serta krama berupa varietas sangat santun atau halus (Purwoko, 2008: 10).

Sesuai dengan sudut pandang tradisional, penggunaan babasa Jawa bisa dikorelasikan, walaupun secara kasar, dengan kelas sosial-ekonomi para penutur aslinnya. Sesuai dengan basil observasi Kartomiharjo, bisa menyebutkan bahwa baik para penutur asli dan kelas tinggi dan kelas menengah bisa berbicara dalam varietas linguistik Jawa itu, sementara para penutur asli dari kelas bawah hanya bisa berbicara dua macam

64

Page 6: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

varietas secara lancar dan secara terbatas, bisa berbicara varietas krama. Dengan mempertimbangkan kenyataan ini, kedua macam penutur asli, baik dari kelas tinggi maupun kelas menengah tidak akan mempunyai kesulitan untuk menggunakan semua (tiga) macam varietas linguistik tersebut. Sementara itu para penutur dari kelas bawah akan mengalami sedikit kesulitan ketika harus berbicara dalam varietas krama, walaupun bukan berarti mereka tidak bisa menggunakannya sama sekali. Tentu saja sebagai penutur asli Jawa, mereka mampu memahami maksud dari varietas krama tersebut. Walaupun tidak pandai untuk mempergunakannya sesuai dengan kaidah konvensional. Maka mengingat kenyataan perlu membedakan dua macam kompetensi linguistik, yakni: kompetensi reseptif dan kompetensi produktif. Kompetensi produktif ini bisa diukur dengan tingkat ke1ancaran berbicara oleh penutur bahasa yang diamati. Menurut Windarti (2012: 344), contoh bentuk tingkatan bahasa Jawa (Unggah-ungguh):

Unggah-ungguh (Tingkatan Bahasa Jawa) Bahasa

Indonesia Ngoko Madya Krama

Ayah Bapak Rama Rama

adan Awak Badan Salira

Baju klambi Rasukan Rasukan

Bambu wuluh Welah We1ah

Banjir banjir Bena Bena

Bantal bantal Bantal Kajang

METODEPENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan cara membuat deskripsi yang sistematis dan akurat mengenai nama-nama masyarakat Jawa KBKKS. Metode deskriptif kualitatif yang dipilih karena penelitian yang dilakukan bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas ten tang objek yang diteliti secara alamiah (Djajasudarma, 1993: 8-9). Langkah selanjutnya adalah melakukan pengumpulan data dengan cara pencatatan, penerjemahan data, pengaturan data, penelaahan data, pengklasifikasian data, penganalisaan data, dan penyimpulan data. Metode penelitian kualitatif pada hakekatnya bertujuan untuk mencari makna-makna yang terkandung daJam suatu kegiatan.

Dalam penelitian ini, metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan makna­makna yang terdapat pada nama-nama anak masyarakat Jawa dan mengidentifikasi dasar pemikiran orangtua dalam pemberian nama tersebut di KBKKS. Data penelitian berupa nama masyarakat Jawa di KBKKS. Data diperoleh dari dua sumber. Sumber pertama yaitu informan. Informan yang dimaksud adalah masyarakat Jawa di KBKKS. Sumber data yang kedua adalah daftar nama masyarakat Jawa yang diperoleh dari kantor kecamatan setempat. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan cara pengamatan yaitu pencatatan data, penganalisisan data, dan penyimpulan (Moleong, 2006: 29). Nama masyarakat KBKKS dikumpuJkan meialui instansi pemerintahan setempat yaitu kantor Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai, sebagai data tambahan atau data sekunder untuk menganalisis data utama. Setelah itu, peneliti melakukan wawancara tentang rumusan masalah yang ada. Hasil wawancara tersebut menjadi data utama atau data primer. Teknik wawancara yang digunakan daJam penelitian ini adalah wawancara terstruktur dan mendalam. Teknik wawancara ini

65

Page 7: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

dilakukan dengan crum tanya jawab sambit bertatap muka antara peneliti dengan m~yarakat Jawa, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancrum.

Dalam penelitian kualitatif, anal isis data dilakukan sejak awaI penelitian dan selama proses penelitian dilaksanakan. Data diperoleh, kemudian dikumpulkan untuk diolah secara sistematis. Dimulai dari wawancara, obselV~i, mengedit, mengkl~ikasi, mereduksi, selanjutnya aktivitas penyajian data serta menyimpulkan data. Teknik anaJisis data dalam penelitian ini menggunakan model anal isis interaktif (Milles and Huberman, 1984: l5-2l), yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan.

TEMUAN & PEMBAHASAN a. Makna Semiotik Nama Masyarakat Jawa di Kecamatan Dandar Kbalipab

Kabupaten Serdang Dedagai.

Berdasarkan data nama-nama masyarakat Jawa di KBKKS dikelompokkan berd~arkan jenis kelamin maka dapat dianalisis berd~an teori semiotik Peirce sebagai berikut (dalam Saragih, 2011: 15, dalam Sobur, 2001: 97):

Interpretant

Representemen- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -0 Gambar 4.1 teori Charles Sanders Peirce

Berdasatkan teori yangteori Peirce terSebut, maka aplikasi penerapanteori dengan . data yang ada sebagai berikut:

1. K~mini (perempuan)

P~rumndmo-- ------------------ mmi

Gambar 4.2 Penerapan teori Peirce pada nama Kasmini

Nama Kasmini sebagai object diinterpretasi sebagai wanita yang lahir pada hari Kamis. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya kepercayaan orangtua pada p~rumn dino (hari) dalam sistem penanggalan Jawa.

2. Ponimen (Laki-laki)

Anak laki-laki lahir pada p~aran pon

Hari kelahiran p~aran Jawa- - - - - - - - - - - - - - - - - -Ponimen

Gambar 4.3 Penerapan teori Peirce pada nama Ponimen

66

Page 8: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

Nama Ponimen sebagai object diinterpretasi sebagai anak laki-Iaki yang lahir pada pasaran pon. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya kepercayaan orangtua pada pasaran dalam sistem penanggalan Jawa.

3. Jumain (Laki-laki)

Hari kelahiran pasaran dino- - - - - - - - - - - - - - - - - Jumain

Gambar 4.4 Penerapan toori Peirce pada nama Jumain

Nama Jumain sebagai object diinterpretasi sebagai anak laki-laki yang lahir pada hari Jumat Representement tersebut menerangkan bahwa adanya kepercayaan orangtua pada pasaran dino dalam sistem penanggalan Jaws.

4. Ponijem (Perempuan)

Anak perempuan lahir pada pasaran pon

Hari kelahiran pasa.'"8.U Jawa- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -Ponijem

Gambar 4.5 Penerapan toori Peirce pada nama Ponijem

Nama Ponijem sebagai object diinterpretasi sebagai wanita yang lahir pada pasaran pon Representement tersebut menerangkan bahwa adanya kepercayaan orangtua pada pasaran Jawa berdasarkan sistem penanggalan Jawa.

5. Waluyo (Laki-Iaki)

Anak laki-laki lahir p'ada hari Senin Legi

Neptu- - - - - - - - - - - - - - - - - - - Waluyo

Gambar 4.6 Penerapan toori Peirce pada nama Waluyo

67

Page 9: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

Nama Waluyo sebagai object diinterpretasi sebagai wanita yang lahir pada hari Senin Legi. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya kepercayaan masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah mengenai neptu.

6. Endang Dwi Putri (Perempuan)

seorang gadis pedepokan yang memiliki satu kakak

Nomor urut dalam keluarga- - - - - - - - - - - - - - - - - - - -Endang Dwi Putri

Gambar 4.7 Penerapan teori Peirce pada nama Endang Dwi Putri

Nama Endang Dwi Putri sebagai object diinterpretasi sebagai seorang gadis padepokan yang memiliki satu kakak Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah mengenai nomor urnt daJam keJuarga.

7. Maya Agustina (Perempuan)

tampan

---------------------Harapan orangtua agar si anak Maya Agustina

memiliki wajah rupawan

Gambar 4.8 Penerapan teori Peirce pada nama Maya Agustina

Nama Maya Agustina sebagai object diinterpretasi sebagai seorang putri yang memiliki wajah rupawan. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai barapan orangtua yang diaplikasikan meJalui nama agar anak tersebut memiliki wajah yang rupawan.

8. Sunamat (Laki-Laki)

Bagus + selamat

-----------------------Harapan agar menjadi anak bagus dan selamat Sunamat

Gambar 4.9 Penerapan teori Peirce pada nama Sunamat

68

Page 10: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dw; Astr;

Nama Sunamat sebagai object diinterpretasi sebagai seorang anak laki-Iaki yang baik dan dapat terhindar dari marabahaya Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anak tersebut dapat terhindar dari segala marababaya.

9. Yusnaria (perempuan)

Berharap agar anak tersebut selalu dalam keceriaan

'harapan orangtua'

Yusnaria

Gambar 4.10 Penerapan teori Peirce pada nama Yusnaria

Nama Yusnaria sebagai object diinterpretasi sebagai seorang putri yang anak perempuan yang senantiasa hidup dalam kesenangan. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya kelak ceria dan bahagia selalu.

10. Awaludin (Laki-Laki)

Awal= permulaan

Udin=

Harapan orangtua agar kelak menjadi pemimpin Awaludin

Gambar 4.11 Penerapan teori Peirce pada nama Awaludin

Nama Awaludin sebagai object diinterpretasi sebagai seorang pemimpin. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya kelak dapat menjadi pemimpin.

69

Page 11: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguisti/c, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

11. Adianto (Laki-Laki)

Harapan orangtua- - - - - - - - - - - - - - -Adianto

Gambar 4.12 Penerapan teori Peirce pada nama Adianto

Nama Adianto sebagai object diinterpretasi sebagai seorang lelaki yang terbaik Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya kelak dapat menjadi anak laki-Iaki tebaik.

12. Bambang Sunaryo (Laki-laki)

Harapan orangtua- - - -_- - - - - - ,. - - - - -Bambang Sunaryo

Gambar 4.13 Penerapan teori Peirce pada nama Bambang Sunaryo

Nama Bambang Sunaryo sebagai object diinterpretasi sebagai seorang kesatria yang memiliki budi pekerti baik Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya kelak dapat menjadi seorang anak laki-laki gagah, yang memiliki budi pekerti baik.

13. Suci Wardani (Perempuan)

Bersih + kasih sayang

Harapan orangtua- - - - - - - - - - - - - - -Suci Wardani

Gambar 4.14 Penerapan teori Peirce pada nama Suci Wardani

Nama Suci Wardani sebagai object diinterpretasi sebagai wan ita yang bersih dan penuh kasih sayang. Representement terse but menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai

70

Page 12: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya kelak dapat menjadi seorang wanita yang bersih dan memiliki rasa kasih sayang terhadap sesama.

14. Srineti (Perempuan)

Harapan orangtua- - - - - - - - - - - - -Srineti

Garnbar 4.15 Penerapan teori Peirce pada nama Srineti

Nama Srineti sebagai object diinterpretasi makrnur dan teliti. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anak harns teliti dalam menghadapi apapun yang ada berada di depan agar dapat hidup makrnur.

15. Sri Ambarwati (Perempuan)

Makrnur + wangi + cerdas

Harapan orangtua- - - - - - - - - - - - - - - -Sri Arnbarwati

Gambar 4.16 Penerapan teori Peirce pada data Sri Ambarwati

Nama Sri Ambarwati sebagai object diinterpretasi makrnur, wangi, dan cerdas. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya dapat hidup makrnur dan cerdas. Sedangkan makna kata harom di sini adalah agar nama anak tersebut tetap harnm di tengah masyarakat.

16. Panut (Laki-Iaki)

Dicontoh

Harapan orangtua- - - - - - - - - - - - - -Panut

Garnbar 4. I 7 Penerapan teori Peirce pada nama Panut

71

Page 13: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

Nama ParlUt sebagai object diinterpretasi sebagai laki-laki yang dicontoh. Representement tersebut menerangkan bahwa adanya ideologi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai mengenai harapan orangtua yang diaplikasikan melalui nama agar anaknya kelak dapat menjadi seseorang yang dapat dihormati atau dijadikan contoh dalam hikandup masyarakat luas.

b. Ideologi Nama Anak Masyarakat Jawa di Kecamatan Dandar Kbalipab Kabupaten Serdang Dedagai

Terkait dengan temuan penelitian yang tergambar oleh unsur teori Peirce yaitu ideologi yang terdapat pada interpretant dapat dijelaskan bahwa ideologi yang dipakai dalam pemberian nama bagi masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai antara lain adalah: hari kelahiran, nepro, nomor urut anak dalam keluarga, harapan atau cita-cita orang tua, menerangkan dalam suatu keadaanJperistiwa, pewayangan, dan agama.

1. Hari Kelahiran (Weton)

Masyarakat Jawa kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai menganggap bahwa hari kelahiran (weton) merupakan peristiwa penting yang tidak boJeh dilupakan separUang hidup. Menurut kepercayaan orang Jawa weton dianggap dapat menentukan nasib seseorang dalam segala haL Salah satu jalan untuk selalu mengingatnya, maka hari keJahiran itu dipakai sebagai dasar untuk memberi nama bayi yang bersangkutan.

Weton atau hari kelahiran terdiri dari dino (Senen, Seiasa, Rebo, Kemis, Jemuah, Setu, Ngahat) dan pasaran (Legi, Pahing, Pon, Wage, Kliwon). Oleh karena itu, nama­nama sebagian orang Jawa juga didasarkan pada dina .dan pasaran. Berikut anaJisis nama masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai yang menggunakan hari lahir:

1) Kasmini (perempuan)

Nama Kasmini berasal dari bahasa Jawa 'Kemis' yang berarti hari Kamis. Hal ini menandakan bahwa orang tersebut lahir pada hari Kamis. Hal itu diperkuat dengan adanya data yang diambil dari instansi pemerintahan setempat yang diketahui bahwa orang tersebut lahir pada tanggal 12 Oktober 1973. Berpedoman dari tanggal lahir tersebut maka perhitungan hari kelahirannya dapat dilakukan sebagai berikut:

T A HUN

1890 1918 1946 1974 2002

1891 1919 1947 1975 2003

1892 1920 1948 1976 2004

1893 1921 1949 1977 2005

1894 1922 1950 1978 2006

1895 1923 1951 1979 2007

1896 1924 1952 1980 2008

1897 1925 1953 1981 2009

Tabel4.l Tabel sistem penanggaJan Jawa

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt I Nov I De

255136140 ) 50

366240251 61

401462403) 13

622503514 ) 24

0336146250 35

144025036 46

25624025 1 ~ 6 1

40035136 2 ~ 02

72

Page 14: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

1898 1926 1954 1982 2010 5

1899 1927 1955 1983 2011 6

1900 1928 1956 1984 2012 0

1901 1929 1957 1985 2013 2

1902 1930 1958 1986 2014 3

1903 1931 1959 1987 2015 4

1904 1932 1960 1988 2016 5

1905 1933 1961 1989 2017 0

1906 1934 1962 1990 2018 1

1907 1935 1963 1991 2019 2

1908 1936 1964 1992 2020 3

1909 1937 1965 1993 2021 5

1910 1938 1966 1994 2022 6

1911 1939 1967 1995 2023 0

1912 1940 1968 1996 2024 1

1913 1941 1969 1997 2025 3

1914 1942 1970 1998 2026 4

1915 1943 1971 1999 2027 5

1916 1944 1972 2000 2028 0

1917 1945 1973 2001 2029 1

1

2

3

5

6

o 1

3

4

5

6

1

3

4

6

o 1

3

4

5

1

2

4

5

6

o 2

3

4

5

o 1

2

3

5

6

o 1

3

4

4

5

o 1

2

3

5

6

o 1

3

4

5

6

1

2

3

4

6

o

6

o 2

3

4

5

o 1

2

3

5

6

o 1

3

4

5

6

o 3

240

3 5 1

5 0 3

614

025

136

351

462

503

614

136

240

351

462

614

025

136

340

201

1 6 3

3 5

4 6

6 1

o 2

1 3

2 4

4

5

6

o 2

3

4

5

o 1

2 4

3 i 5 1 4~

T A HUN Jan Feb Mar A r Mei Jun Jul

1890 1918 1946 1974 2002 2 5 5 1 3 6 1 4 0

1891 1919 1947 1975 2003 3 6 6 2 4 0 2 5

1892 1920 1948 1976 2004 4 0 4 6 2 4 0 3

1893 1921 1949 1977 2005 6 2 2 5 0 3 5 1 4

1894 1922 1950 1978 2006 0 3 3 6146250

1895 1923 1951 1979 2007 4 4 o 2 5 0 3 6

1896 1924 1952 1980 2008 2 5 6 2 4 0 2 5

1897 1925 1953 1981 2009 4 0 0 3 5 3 6 2

1898 1926 1954 1982 2010 5 1 1 4 6 2 4 0 3

1899 1927 1955 1983 2011 6 2 2 5 0 3 5 1 4

1900 1928 1956 1984 2012 0 3 4 o 2 5 0 3 6

1901 1929 1957 1985 2013 2 5 5 3 6 4 0

1902 1930 1958 1986 2014 3 6 6 2 4 0 2 5

73

1 3

2 4

4

5 c 6 1

o 2

2 4

3 5

4 6

5 (]

o 2

1 3

2 4

3 5

5 o 6 1

o 2

1 3

3 5

2 o

5 0

6 1

3

2 4

3 5

4 6

6

o 2

3

2 4

4 6

5 0

6

j

Page 15: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguistik, Tahun Ke-12, No 2, Agustus 2014

1903 1931 1959 1987 2015 4 0 0 3 5 1 3 6 2 4 0 2

1904 1932 1960 1988 2016 5 1 2 5 0 3 5 1 4 « 2 4

1905 1933 1961 1989 2017 0 3 3 6 1 4 6 2 5 ( 3 5

1906 1934 1962 1990 2018 1 4 4 0 2 5 0 3 6 4 6

1907 1935 1963 1991 2019 2 5 5 1 3 6 1 4 0 5 0

1908 1936 1964 1992 2020 3 6 0 3 5 I 3 6 2 0 2

1909 1937 1965 1993 2021 5 1 1 4 6 2 4 0 3 1 3

1910 1938 1966 1994 2022 6 3 2 5 0 3 5 1 4 2 4

1911 1939 1967 1995 2023 0 4 3 6 1 4 6 2 5 3 5

1912 1940 1968 1996 2024 1 6 5 1 3 6 I 4 0 5 0

1913 1941 1969 1997 2025 3 0 6 2 4 0 2 5 1 6 1

1914 1942 1970 1998 2026 4 1 0 3 5 1 3 6 2 0 2

1915 1943 1971 1999 2027 5 3 1 4 6 3 4 0 3 f 1 3

1916 1944 1972 2000 2028 0 4 3 6 0 2 0 1 5 3 5

1917 1945 1973 2001 2029 1 5 4 0 3· 1 6 3 4~ 0 2 0

- .. Kasmini lahir pada tanggal 12 Oktober 1973. Perpotongan antara tahun 1973

dengan bulan Oktober pada tabel tersebut menunjukkan angka o. Kemudian tanggal 12 dijumlahkan dengan angka 0 menjadi 12.

Tabel4.2 Tabel sistem penanggalan Jawa

Hari Nilai

Minggu 1 ~ 15 22 29 36

Senin 2 ~ 16 23 30 37

Selasa 3 1~ 17 24 31

Rabu 4 11 18 25 32

Kamis 5 ~ 12 19 26 33

Jumat 6 13 20 27 34

Sabtu 7 14 21 28 35

Dalam perhitungan tersebut, angka 12 menunjukkan kelahiran hari Kamis. Maka dapat disimpulkan bahwa Kasmini memang lahir di hari Kamis.

74

Page 16: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

2. Neptu

Seperti telab disebutkan di atas, orang Jawa pada umumnya mengenal dina dan pasaran. Dino pitu dan pasaran limo itu masing-masing mempunyai nilai yang disebut neptu. Neptu dino: Senen 'Senin' (4), Seloso 'Selasa' (3), Rebo 'Rabu'(7), Kemis 'Kamis'(8), Jemuah 'Jumat'(6), Setu 'Sabtu'(9), Ngahat 'Minggu' (5) dan neptu pasaran: Legi (5), Pahing (9), Pon (7), Wage (4), Kliwon (8). Jumlab neptu dino dan pasaran tersebut nantinya akan dikaitkan atau disamakan dengan nomor urut huruf Jawa yang jumlahnya 20 (ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, pa, dha, ja, ya, nya, ma, ga, ba, tha, nga). Berikut analisis nama masyarakat Jawa berdasarkan neptu:

- Waluyo

Nama Waluyo ditentukan berdasarkan aksara Jawa. Diketahui bahwa Waluyo lahir pada Senin Legi. Maka berdasarkan pedoman tersebut dapat ditarik kesimpulan:

Tabel4.3 Tabel sistem penentuan neptu

Hari Neptu

Senin 'Senin' 4

Selasa'Seloso' 3

Rabu'Rebo' 7

Kamis 'Kemis' 8

Jumat 'Jemuab' 6

Sabtu 'Setu' 9

Minggu 'Ngahat' 5

Pasaran Neptu

Legi 5

Pabing 9

Pon 7

Wage 4

Kliwon 8

Jika dijumlahkan neptu Senin dan neptu Legi maka menjadi 9. Ikhtisar perhitungan neptu 9 dalam aksara Jawa sebagai berikut:

1: Ha 2:Na 3:Ca 4:Ra 5:Ka

6: Da 7: Ta 8: Sa 9: Wa 10: La

11: Pa 12: Dha 13: Ja 14: Ya 15:Nya

16:Ma 17:Ga 18:Ba 19:Tha 20:Nga

Berdasarkan susunan aksara Jawa tersebut, diketahui babwa neptu 9 menempati aksara Jawa Wa. Hal inilah yang memberikan petanda dalam nama anak tersebut dimulakan dengan aksara Jawa Wa menjadi Waluyo.

75

Page 17: Nanda Dwi Astri.pdf

Kajian Linguis/ik, Tahun Ke-I2, No 2, Agustus 2014

SIMPULAN

Berdasarkan analisis data mengenai makna nama anak masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai, dapat disimpulkan bahwa makna semiotik nama anak masyarakat Jawa Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai lazimnya berkaitan dengan keinginan atau barapan orang tua kepada anaknya kelak ketika dewasa.

Ideologi nama anak masyarakat Jawa sebagai interpret ant meliputi hari kelahiran, neptu, nomor urut dalam keluarga, harapan orangtua, kaitan dengan suatu peristiwa, pewayangan, agama, dan unsur alam.

Fungsi makna semiotik nama anak masyarakat Jawa di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai dideskripsikan sebagai berikut:

I) Sebagai penanda identitas, 2) Sebagai penanda urutan yang ditunjukkan dengan pelekatan pemarkah urutan

komponen penamaan, 3) Sebagai penanda historitas yang ditunjukkan dengan acuan peristiwa atau

keadaan kelahiran orang itu, 4) Sebagai penanda jenis kelamin yang ditunjukkan dengan pelekatan nama atau

komponen yang berasosiasi denganjenis kelamin, 5) Sebagai penanda religiusitas atau ideologis.

Kalau di daerah asalnya, yaitu Pulau Jawa, makna semiotik penamaan masyarakat Jawa bisa saja berfungsi sebagai penanda penghormatan yang diwujudkan dengan pelekatan bentuk honorifik, misalnya: kyai, /d, nyai, nyi, ndara, den, dsb maka untuk di Kecamatan Bandar Khalipah Kabupaten Serdang Bedagai tidak ada ditemukan bentuk seperti itu lagi.

Saran

Dengan adanya penelitian ini, diharapkan kepada peneliti lainnya untuk mengadakan penelitian mengenai makna nama anak m~yar~t Jawa lebib lanjut lagi dengan mengambil wilayah penelitian yang lebih luas, sampel yang lebib banyak, dan menggunakan sudut pandang ilmu linguistik yang berbeda lainnya, seperti antropolinguistik, semantik, maupun sosiolinguistik, sebingga dapat ditemukan basil yang lebib optimal lagi dan bisa digeneralisasikan pada wilayah yang lebih luas.

Suku Jawa adalah salah satu suku yang ada di Indonesia sebagai bukti kekayaan keanekaragaman suku yang ada. Oleb karena itu, diharapkan kepada generasi intelektual lainnya untuk terns meneliti unsur komponen budaya Jawa, termasuk makna nama masyarakat Jawa Pesatnya perkembangan era globalisasi ini mengakibatkan orang Jawa tidak lagi memahami makna namanya dan cenderung malu untuk menggunakan nama dari sukunya sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya penelitian mengenai nama budaya Jawa ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran diri agar masyarakat Jawa tetap bangga dengan penggunaan nama Jawa.

76

Page 18: Nanda Dwi Astri.pdf

Nanda Dwi Astri

DAFfAR PUSTAKA

"Badan Pusat Statistik Serdang Bedagai dalam Angka 2013". (2013). Badan Pusat Statistik.

Bertens, K. (2001). Filsqfat Barat Kontemporer Perancis. Jakarta: Gramedia.

Cavallaro, D. (2004). Teori Kritis dan Teori Budaya. Yogyakarta: Niagara.

Djajasudanna, T. Fatimah. (1993). Metode Linguistik Ancangan Metode Penelitian dan Pengkajian. Bandung: Eresco.

Hoffmann, Th.R. (1993). Realms o/Meaning. New York: Longman Publishing.

MiIles, M.B. and Huberman, M.A. (1984). Qualitative Data Analysis. London: Sage Publication.

Moleong, Rexy J. (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Purwoko, Herudjati. (2008). Jawa Ngolw. Semarang:Indeks

T. Widodo, Sahid (20IOb). Nama Orang Jawa: Kepelbagaian Unsur dan Maknanya. SARI. International Jurnal of Malay World and Civilisation (28) 2 (2010). Hal 259-277.

Saragih, Amrin. (2011). Semiotik Bahasa. Medan: USU Press.

Sastrowardojo, Subagio. (1983). Sastra Hindia Belanda dan Kita. Jakarta: Balai Pustaka.

Sobur, Alex. (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Uhlenbeck. (1982). Kajian Moifologi Bahasa Jawa. Jakarta: Djambatan.

Van Leeuwen. (2005). Introducing Social Semiotics. London: Routledge.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. (2011). Semiotika Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Windarti, Nursam. (2012). Kamus Bahasa Jawa. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Internet

http://mbahwien.blogspot.coml2009/03/pengaruh-hari-lahir-cIan-pasaranpada.html, diakses pada tanggal7 Maret 2014.

http://primbonjawalengkap.blogspot.coml2013/05/neptu-hari-dan-pasaran.html, diakses pada tanggal7 Maret 2014.

77