laporan pendahuluan epilepsi

24
LAPORAN PENDAHULUAN A. PENGERTIAN Epilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, 2008). Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori (Anonim, 2008). Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat episodic (Turana, 2007). B. ETIOLOGI Adapun penyebab epilepsi, yaitu: (Piogama, 2009) 1 Epilepsi Primer (Idiopatik) Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan 1

Upload: isaac-mochamad-ichoek

Post on 14-Nov-2015

366 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

epilepsi

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUANA. PENGERTIANEpilepsi adalah penyakit serebral kronik dengan karekteristik kejang berulang akibat lepasnya muatan listrik otak yang berlebihan dan bersifat reversibel (Dychan, 2008). Epilepsi merupakan gejala kompleks dari banyak gangguan fungsi otak yang dikarakteristikkan oleh kejang berulang. Kejang merupakan akibat dari pembebasan listrik yang tidak terkontrol dari sel saraf korteks serebral yang ditandai dengan serangan tiba-tiba, terjadi gangguan kesadaran ringan, aktivitas motorik, atau gangguan fenomena sensori (Anonim, 2008). Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta bersifat episodic (Turana, 2007). B. ETIOLOGIAdapun penyebab epilepsi, yaitu: (Piogama, 2009)1 Epilepsi Primer (Idiopatik)Epilepsi primer hingga kini tidak ditemukan penyebabnya, tidak ditemukan kelainan pada jaringan otak, diduga bahwa terdapat kelainan atau gangguan keseimbangan zat kimiawi dan sel-sel saraf pada area jaringan otak yang abnormal.2 Epilepsi Sekunder (Simtomatik) Epilepsi yang diketahui penyebabnya atau akibat adanya kelainan pada jaringan otak. Kelainan ini dapat disebabkan karena dibawa sejak lahir atau adanya jaringan parut sebagai akibat kerusakan otak pada waktu lahir atau pada masa perkembangan anak, cedera kepala (termasuk cedera selama atau sebelum kelahiran), gangguan metabolisme dan nutrisi (misalnya hipoglikemi, fenilketonuria (PKU), defisiensi vitamin B6), faktor-faktor toksik (putus alkohol, uremia), ensefalitis, anoksia, gangguan sirkulasi, dan neoplasma.C. MANIFESTASI KLINIS1. Manifestasi klinis dapat berupa kejang-kejang, gangguan kesadaran atau gangguan pengindraan.2. Kelainan gambaran EEG.3. Tergantung lokasi dan sifat fokus Epileptogen.4. Dapat mengalami Aura yaitu suatu sensasi tanda sebelum kejang epileptik (Aura dapat berupa perasaan tidak enak, melihat sesuatu, mencium bau-bauan tidak enak, mendengar suara gemuruh, mengecap sesuatu, sakit kepala dan sebagainya).D. KLASIFIKASI KEJANG1) Kejang Parsiala. Parsial SederhanaGejala dasar, umumnya tanpa gangguan kesadaran. Misal: hanya satu jari atau tangan yang bergetar, mulut tersentak dengan gejala sensorik khusus atau somatosensorik seperti: mengalami sinar, bunyi, bau atau rasa yang tidak umum/tidak nyaman.b. Parsial KompleksDengan gejala kompleks, umumnya dengan ganguan kesadaran. Dengan gejala kognitif, afektif, psiko sensori, psikomotor. Misalnya: individu terdiam tidak bergerak atau bergerak secara automatik, tetapi individu tidak ingat kejadian tersebut setelah episode epileptikus tersebut lewat.2) Kejang UmumMelibatkan kedua hemisfer otak yang menyebabkan kedua sisi tubuh bereaksi Terjadi kekauan intens pada seluruh tubuh (tonik) yang diikuti dengan kejang yang bergantian dengan relaksasi dan kontraksi otot (Klonik) Disertai dengan penurunan kesadaran, kejang umum terdiri dari:a. Kejang Tonik-Klonikb. Kejang Tonik : keadaan berlanjutc. Kejang Klonik : Kontraksi otot mengejangd. Kejang Atonik : Tidak adanya tegangan otote. Kejang Myoklonik : kejang otot yang klonikf. Spasme kelumpuhang. Tidak ada kejangh. Kejang Tidak Diklasifikasikan/digolongkan karena datanya tidak lengkap.E. PEMERIKSAAN PENUNJANGElektroensefalografi (EEG), pemeriksaan penunjang yang informatif yang dapat memastikan diagnosis epilepsi, bila ditemukan EEG yang bersifat khas epileptik baik terekam saat serangan maupun di luar serangan berupa gelombang runcing, gelombang paku, runcing lambat, paku lambat. Pemeriksaan lain: Pemeriksaan foto polos kepala(mendeteksi adanya fraktur tulang tengkorak); CT-scan (mendeteksi infark, hematom, tumor, hidrosefalus): Pemeriksaan Lab (Memastikan adanya kelainan sistemik, contoh: hipoglikemi, hiponatremia, uremia, dll).F. KOMPLIKASIKerusakan otak akibat hipeksia dan retardasi mental dapat timbul akibat kejang yang berulang serta dapat timbul depresi dan keadaan cemas (Elizabeth, 2001).G. PEMERIKSAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN1. Penatalaksanaan medis menurut (Sri D, 2007):obatJenis EpilepsiEfek Samping Yang Mungkin Terjadi

KarbamazepinGeneralisata, parsialJumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang

EtoksimidPetit malJumlah sel darah putih & sel darah merah berkurang

GabapentinParsialTenang

LamotriginGeneralista, ParsialRuam Kulit

FenobarbitalGeneralista, ParsialTenang

FenitoinGeneralista, ParsialPembengkakan Gusi

PrimidonGeneralista, ParsialTenang

ValproatKejang Infantil, Petit MalPenambahan berat badan, rambut rontok

2. Penatalaksanaan keperawatan menurut (Sri D, 2007): Jangan panik karena serangan akan berhenti sendiri Bebaskan jalan nafas, longgarkan baju Bila mulut terbuka, masukkan bahan empuk diantara gigi Bila mulut tertutup jangan dibuka paksa Miringkan kepala agar ludah keluar Jangan memberi minum sebelum klien benar-benar sadarH. PATOFISIOLOGISEpilepsi terjadi karena menurunnya potensial membran sel saraf akibat proses patologik dalam otak, gaya mekanik/toksik, yang selanjutnya menyebabkan terlepasnya muatan listrik dari sel syaraf tersebut.Beberapa penyidikan menunjukan peranan asetilkolin sebagian zat yang merendahkan potensial membran postsinaptik dalam hal terlepasnya muatan listrik yang terjadi sewaktu-waktu saja sehingga manifestasi klinisnya muncul sewaktu-waktu. Bila asetilkolon sudah cukup tertimbun di permukaan otak, maka pelepasan muatan listrik sel-sel syaraf kortikal dipermudah. Asetilkolin diproduksi oleh sel-sel syaraf kolinergik dan merembes keluar dari permukaan otak. Pada kesadaran awas waspada lebih banyak asetilkolin yang merembes keluar dari permukaan otak dari pada selama tidur. Pada jejas otak lebih banyak asetilkolin, daripada dalam otak sehat. Pada tumor serebri/adanya sikatrik setempat pada permukaan otak sebagai gejala sisa dari meningitis, ensefalitis, kontusio serebri/trauma lahir, dapat terjadi penimbunan setempat dari asetilkolin. Oleh karena itu pada tempat itu akan terjadi lepas muatan listrik sel-sel syaraf. Penimbunan asetilkolin setempat harus mencapai konsentrasi tertentu untuk dapat merendahkan potensial membran sehingga lepas muatan listrik dapat terjadi. Hal ini merupakan mekanis epilepsi fokal yang biasanya simtomatik.Pada epilepsi idiopatik, tipe grand mal, secara primer muatan listrik dilepaskan oleh nuklei intralaminares talami, yang dikenal juga sebagai inti centrephalic. Inti ini merupakan terminal dari lintasan asenden aspesifik atau lintasan asendens ekstralemsnikal. Input dari korteks serebri melalui lintasan aferen spesifik itu menentukan derajat kesadaran. Bilamana sama sekali tidak ada input maka timbullah koma. Pada grandmal, oleh karena sebab yang belum dapat dipastikan, terjadilah lepas muatan listrik dari inti-inti intralaminar talamik secara berlebih. Perangsangan talamokortikal yang berlebihan ini menghasilkan kejang seluruh tubuh dan sekaligus menghalangi sel-sel syaraf yang memelihara kesadaran untuk menerima impuls aferen dari dunia luar sehingga kesadaran hilang.Hasil penelitian menunjukan bahwa bagian dari substansia retikularis di bagian rostral dari mensenfalon yang dapat melakukan blokade sejenak terhadap inti-inti intralaminar talamik sehingga kesadaran hilang sejenak tanpa disertai kejang- kejang pada otot skeletal, yang dikenal sebagai petit mal.

I. PATHWAY

J. ANALISA DATANoDs- DoEtiologiMasalah Keperawatan

1.Faktor psikologi, biokimia, anatomis

Gangguan keseimbangan eksesif/eksistasi gangguan transmisi sinaptik

Mempengaruhi polavisasi membran sel

Ketidak stabilan membran saraf Hipersensitifikas neuron terjadi polarisasi

Perbedaan potensial listris intra & ekstra sel

Ion tidak seimbang

Membran neuron mengalami depolarisasi

Melepaskan ,uatan listrik (asetilolin, norodrenalin, dopamin 5 hidrox sitriptamin).

Otak tengah, thalamus kontak peribri

Gangguan neuron inhilator

Menyebar sampai kolosum, proyeksi thalbomakoltikal, ARAS

Gangguan kesadaran

Resiko cidera

Resiko Cedera

2Faktor psikologi, biokimia, anatomis

Gangguan keseimbangan eksesif/eksistasi gangguan transmisi sinaptik

Mempengaruhi polavisasi membran sel

Ketidak stabilan membran saraf hipersersifikas neuron terjadi polarisasi

Perbedaan potensial listrik intra & ekstra sel

Ion tidak seimbang

Membran neuron mengalami depolarisasi

Melepaskan muatan listrik (Asetilolin, norodrenalin, dopomin 5 hidrox siptriptamin)

Otak tengah thallamus kontak peribri

Gangguan fermatio rehkularis

Sistem motorik kehilangan kontrol

Kontraksi otot

Peningkatan kerja otot pernafasan

Vasokontruksi pada saluran pernapasan

Pola nafas tidak efektif

Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

3.Faktor psikologi, biokimia, anatomis

Gangguan keseimbangan eksesif/eksistasi gangguan transmisi sinaptik

Mempengaruhi polavisasi membran sel

Ketidak stabilan membran saraf hipersersifikas neuron terjadi polarisasi

Perbedaan potensial listrik intra & eksta sel

Ion tidak seimbang

Membran neuron mengalami depolarisasi

Melepaskan muatan listrik (Asetilolin, norodrenalin, dopomin 5 hidrox sitriptamin)

Otak tengah, thallamus kontak peribri

Gangguan fermatio rehkularis

Sistem motorik kehilangan kontrol

Kejang yang berulang

Mekanisme koping individu tidak efektif

Kurangnya informasi yang didapat

Keterbatasan pengetahuan

Kurang pengetahuan tentang kondisi

Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan

K. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN Resiko Cedera B.D. Kerusakan Kognitif selama Kejang Bersihan jalan napas/pola napas tidak efektif B.D. penurunan energi/adanya benda asing di jalan nafas saat kejang. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan B.D. keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi informasi. Gangguan harga Diri B.D. Stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi tentang penyakitL. RENCANA ASUHAN KEPERAWATANNoDiagnosa Kep.Tujuan (NOC)Intervensi (NIC)

1.Resiko cedera B.D. Perubahan Kesadaran, Kerusakan Kognitif Selama Kejang, atau Kerusakan Mekanisme Perlindungan Diri.Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien terhindar dari cedera, dengan kriteria hasil:Neurological status:Fungsi otonom baik Tidak ada kejang.Kontrol resiko:faktor lingkungan yang beresiko terpantau.Symptom control:Tanda dan gejala, sumber serta onset nya dapat teridentifikasi.

Environmental management safety: Identifikasi keamanan yang di butuhkan klien baik fisik/kognitif. Modifikasi lingkungan. Gunakan pelindung.

2.Bersihan jalan napas/pola napas tidak efektif B.D. penurunan energi/adanya benda asing di jalan nafas saat kejang.Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan bersihan jalan nafas/pola nafas kembali efektif dengan kriteria hasil:NOC: Respiratory status : Ventilation. Respiratory status : Airway patency. Vital sign StatusKriteria Hasil: Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips). Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal). Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)

NIC:Airway Management: Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan. Monitor respirasi dan status O2.Oxygen Therapy Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea. Pertahankan jalan nafas yang paten. Pertahankan posisi pasien.Vital sign Monitoring: Monitor TD, nadi, suhu, dan RR.

3.Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan aturan pengobatan B.D. keterbatasan kognitif, kurang pemajanan, atau kesalahan interpretasi informasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan keluarga memiliki pengetahuan yang cukup setelah mendapatkan penjelasan dengan kriteria: Keluarga mampu menjelaskan lagi tentang pengobatan dan penatalaksanaan pada klien epilepsy dengan menggunakan bahasanya sendiri.

Jelaskan pada keluarga tentang pengobatan epilepsi. Jelaskan pada keluarga tentang olahraga yang dapat dilakukan. Jelaskan pada keluarga tentang efek samping penggunaan obat-obatan. Observasi pengetahuan keluarga tentang penjelasan yang diberikan oleh petugas.

4.Gangguan harga Diri B.D. Stigma berkenaan dengan kondisi, persepsi tentang penyakitSetelah dilakukan tindakan keperawatan, diharapkan klien lebih percaya diri dengan kriteria hasil:Family environment: internal, dengan indikator: Selalu berpartisipasi aktif. Mendukung satu sama lain.Social interaction skill, dengan indikator: Kooperatif Asertif Percaya

Socialization enhancement: Melibatkan dalam aktivitas sosial Memberikan pujian terhadap apa yang dilakukanSupport system enhancement Mencatat respon psikologis terhadap situasi dan dukungan Memastikan keadekuatan lingkungan sosial Identifikasi support keluarga Pantau kondisi keluarga Memastikan klien berpartisipasi dalam aktivitas social dan masyarakat. Menjelaskan pada semua pihak bagaimana cara membantu klien

DAFTAR PUSTAKAAnonim. 2008. Epilepsi. www.nersunhas.com. (Diakses 6 Februari 2015.Dychan. 2008. Epilepsi. www.medicastore.com. (Diakses 6 Februari 2015.Turana, Yuda. 2007. Epilepsi dan gangguan fungsi kognitif. www.medikaholistikcom. (Diakses 6 Februari 2015).NANDA, 2001, Nursing Diagnosis: Definition & Classification 2001-2002, Philadelphia, North American Nursing Diagnosis AssociationPiogama. 2009. Epilepsi. www.wikipedia.com. (Diakses 6 Februari 2015).Pinzon, Rizaldy. 2007. Dampak Epilepsi Pada Aspek Kehidupan Penyandangnya. SMF Saraf RSUD Dr. M. Haulussy, Ambon, Indonesia.Sri D, Bambang. 2007. Epilepsi. Buku Ajar Ilmu Penyakit Syaraf PSIK UNSOED.University IOWA., NIC and NOC Project., 1991, Nursing outcome Classifications,Nursing Intervention Classifications, Mosby, USA

1