laporan pbl skenario c l6
TRANSCRIPT
LAPORAN PBL SKENARIO C
BLOK 19
Disusun Oleh:
Kelompok 6
Etika Rahmi 04081001012
Umaimah Adilah 04081001033
Bella Oktaviani 04081001039
Tri Utami Pratiwi 04081001042
R.A. Gita Tanelvi 04081001051
Intan Permata Sari 04081001060
Yuliana Sari 04081001066
Alwin Soetandar 04081001080
Ditta Puspa Anggraini 04081001096
Nurul Sari 04081001097
Nia Savitri Tamzil 04081001098
Riyan Wira Pratama 04081001110
Tutor : dr. Zulkifli Sp,An.M.Kes
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2011
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena atas ridho dan karunia-Nya laporan tugas
tutorial skenario C Blok 19 ini dapat terselesaikan dengan baik.
Laporan ini betujuan untuk memenuhi tugas tutorial yang merupakan bagian dari sistem
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Sriwijaya.
Tim penyusun laporan ini tak lupa mengucapkan terima kasih kepada dr. Zulkifli Sp,An.
M.Kes selaku tutor kelompok 6 yang telah membimbing kami semua dalam pelaksanaan tutorial
kali ini. Serta semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan tugas tutorial ini.
Laporan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik pembaca akan
sangat bermanfaat bagi revisi yang senantiasa akan tim penyusun lakukan.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Kata pengantar........................................................................................................ 2
Daftar isi.................................................................................................................. 3
Skenario................................................................................................................... 4
Klarifikasi Istilah..................................................................................................... 5
Identifikasi Masalah................................................................................................ 5
Analisis Masalah..................................................................................................... 6
Hipotesis................................................................................................................. 6
Sintesis................................................................................................................... 7
Skenario C
3
An 8-month-old male infant who has fever. You find the father holding the infant in his arms,
attempting to give the boy a bottle. He tells you that the baby has had diarrhea and fever for 2
days, and has not been able to keep any food during that time. The boy has grown increasingly
drowsy and listless.
Child is lying face up in father’s arms, appears drowsy and seems unaware of the father and
EMTs. Muscle tone appears limp. Central pulse weak and peripheral pulse is absent. HR is 166.
Skin color at extremities is cyanotic. Feels cool. Capillary refill time is more than 5 seconds.
Blood pressure is not measured
No evident bleeding/trauma
Pupils slightly dilated, but equal and reactive to light
Central color at lips is pink
There is visible breathing and nasal flaring is evident. Slight nasal flaring
You can see that the abdomen rises and falls, hear air movement with no abnormal breath
sounds. And feel air movement as the child exhales.
The breathing pattern is even. Respiratory rate about 70 breaths per minute. Breath sounds on
auscultation lungs clear on both sides with no abnormal sounds.
Extremities movement in all extremities
Question
1. What is your general assessment of this patient’s condition
2. What is your assessment of this child’s airway
3. What is your assessment of this child’s breathing ?
4. What is your assessment of this child’s circulation ?
5. What is your assessment of this child’s disability ?
6. What is your severity assessment of this child, based on findings so far ?
I. Klarifikasi Istilah
1. Fever : peningkatan suhu tubuh di atas 370C
4
2. Diarrhea : pengeluaran tinja berair berkali-kali yang tidak normal
3. Drowsy : penurunan kesadaran
4. Listless : (fatigue) keadaaan meningkatnya ketidaknyamanan dan
menurunkan efesiensi akibat pekerjaan yang berkepanjangan; kehilangan tenaga atau
kemampuan menjawab rangsangan
5. Lying face up in father’s arms
6. Limp : tonus otot tampak menurun
7. Central pulse
8. Peripheral pulse
9. Cyanotic : diskolorasi kebiruan dari kulit dan membran mukosa
akibat konsentrasi hemoglobin tereduksi yang berlebihan dalam darah
10. Feels cool
11. Capillary refill time : waktu pengisian kapiler
12. Pupils slightly dilated
13. Nasal flaring : napas cuping hidung
14. Abdomen rises and falls
15. Abnormal breath sounds
II. Identifikasi Masalah
1. Bayi laki-laki berusia 8 bulan mengalami demam dan diare sejak 2 hari yang lalu dan
tidak dapat makan sejak saat itu
2. Anak terlihat semakin mengantuk dan lesu, selain itu kepalanya terkulai lemah di lengan
ayahnya serta terlihat tak acuh terhadap ayah dan petugas emergensi
3. Tonus otot lemah, nadi sentral lemah, nadi perifer tidak teraba, HR 166, warna kulit
ekstremitas sianosis dan terasa dingin, waktu pengisian kapiler lebih dari 5 menit,
tekanan darah tidak terukur, pupil sedikit dilatasi tapi isokor dan relatif terhadap cahaya,
warna sentral pada bibir berwarna merah muda
4. Terlihat adanya usaha untuk bernapas, sedikit napas cuping hidung, abdomen naik turun.
Pada look listen and feel baik, RR 70x/menit, auskultasi paru tidak ditemukan suara
abnormal, pada ekstremitas : pergerakan normal pada semua ekstremitas
5
III. Analisis Masalah
1. Apa penyebab dan mekanisme diare pada anak usia 8 bulan?
2. Apa penyebab dan mekanisme demam pada anak usia 8 bulan?
3. Bagaimana hubungan demam dan diare serta dampaknya?
4. Mengapa bayi tersebut tidak makan sejak menderita demam dan diare?
5. Bagaimana patofisiologi penurunan kesadaran pada anak itu?
6. Apa interpretasi pada pemeriksaan fisik anak tersebut serta mekanismenya (pemeriksaan
pada jalan napas, pernapasan, sirkulasi, diabilitas, dan general assessment pada anak
tersebut)?
7. Apa diagnosis bandingnya?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dan bagaimana diagnosis kerjanya?
9. Bagaimana etiologi dan epidemiologinya?
10. Bagaimana patogenesisnya?
11. Bagaimana penatalaksanaannya?
12. Bagaimana prognosis, komplikasi, dan KDU untuk kasus ini?
IV. Hipotesis
Bayi laki-laki berusia 8 bulan mengalami syok hipovolemik dekompensata e.c.
dehidrasi berat yang disebabkan demam dan diare sejak 2 hari lalu.
V. Sintesis
A. Penyebab dan mekanisme diare pada anak usia 8 bulan
Diare merupakan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal yaitu lebih dari 3 kali
sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau tanpa disertai darah atau lendir
sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada lambung atau usus.
Patofisiologi dasar terjadinya diare adalah absorpsi yang berkurang dan atau sekresi yang
meningkat. Beberapa mekanisme yang mendasarinya adalah mekanisme sekretorik (diare
sekretorik), mekanisme osmotik (diare osmotik), dan campuran. Prinsip dasar infeksi oleh
bakteri adalah kemampuan bakteri mengeluarkan toksin-toksin, yang dapat bertindak sebagai
reseptor untuk melekat pada enterosit, merusak membran enterosit dan kemudian
6
menghancurkannya (sitolitik, disebut sitotoksin), mengaktifkan second messenger intraseluler
sehingga terjadi peningkatan sekresi (disebut enterotoksin), dan merusak/merangsang sistem
persarafan (disebut neurotoksin). Pada infeksi bakteri, kerusakan sel dapat terjadi tergantung
jenis bakteri yang menginvasi, tetapi dapat pula entrositnya utuh/tidak rusak. Jika enterositnya
tidak rusak maka diare yang ditimbulkannnya adalah diare sekresi. Jika enterositnya
rusak maka disamping diare sekresi juga dapat terjadi diare osmotik (tergantung pada tingkat
kerusakan enterosit). Prinsip dasar diare karena virus adalah invasi virus ke dalam enterosit
untuk berkembang biak sehingga enterosit lisis. Lisisnya enterosit menyebabkan gangguan pada
villi (pemendekan pada villi) sehingga menyebabkan kripta hipertropi dan hiperplasi.
Diare Sekretori
Diare terjadi akibat aktifnya ”pompa:” yang bekerja mengeluarkan elektrolit dan air ke
lumen usus. Biasanya pompa yang terangsang adalah pompa clorida. ”Pompa” ini terangsang
karena adanya rangsangan mediator-mediator intraseluler (second messengger) yang terangsang
karena toksin bakteri.
Beberapa bakteri mengeluarkan enterotoksin tanpa invasi maupun merusak struktur
mukosa usus. Bakteri ini menempel di sel, kemudian mengeluarkan enterotoksin yang mengikat
reseptor mukosa yang spesifik yang kemudian meningkatkan aktifitas mediator intraseluler
(second messenger). Meningkatnya aktifitas mediator intraseluler menyebabkan terjadinya
peningkatan sekresi.
Diare osmotik
Diare terjadi karena tidak dicernanya bahan makanan secara maksimal, akibat dari
insufisiensi sistem enzim atau terjadi Short Bowel syndrome. Makanan dicerna sebagian, sisanya
akan menimbulkan beban osmotik (meningkatkan tekanan osmotik) intraluminal bagian distal.
Hal ini memicu pergerakan cairan intravaskuler ke intraluminal, sehingga terjadi okumulasi
cairan dan sisa makanan. Di kolon, sisa makanan tersebut akan didekomposisi oleh bakteri-
bakteri kolon. Polisakarida didekomposisi menjadi asam lemak rantai pendek, gas hidrogen, dan
lain-lain. Protein menjdi amoniak, dan lain-lain. Adanya bahan-bahan makanan yang telah
dikomposisi ini menyebabkan tekanan osmotik intraluminal kolon akan lebih meningkat lagi,
sehingga sejumlah cairan akan tertarik ke intra luminal kolon, sehingga terjadi diare osmotik.
Asam-asam lemak rantai pendek yang terbentuk dari pemechan polisakarida atau disakarida
yakni asam propionat, asam asetat, dan asam butirat dapat menyebabkan peningkatan absorpsi
7
(vasodilatasi vaskuler di kolon) tetapi dapat juga menyebabkan diare bertambah, tergantung dari
perbandingan komposisi asam-asam lemak rantai pendek tersebut. Beberapa kuman yang dipakai
sebagai probiotik, salah satu mekanisme kerjanya adalah meningkatkan kemampuan absorpi
kolon.
Diare sitolitik
Oleh virus
Virus menginvasi enterosit dan kemudian bermultifikasi dalam enterosit yang
menyebabkan efek sitotoksik. Pada infeksi rotavirus, virus masuk dan memperbanyak diri dalam
enterosit yang matur pada ujung vili usus kecil bagan proksimal kemudian menyebar ke bagian
distal dalam masa inkubasi 48 jam. Mikrovili rusak dan dikeluarkan dalam 24 jam, kripta
menjadi hiperplasi dan hipertrofi dalam 48 jam dan memperbaiki kembali permukaan vili yang
rusak tetapi perbaikan tidak lengkap sehingga villi menjadi pendek. Hipertropi dan hiperplasi
kripta membuat kripta makin dalam, sehingga sifat sekresinya kian bertambah. Memendeknya
vili menyebab sifat absorsinya berkurang (struktur pembuluh darah di villi memungkinkan vili
bersifat absorptif). Enterosit yang terdapat di villi kurang matang sehingga enzim-enzim
percernaan kurang sempurna terbentuk terutama enzim disakaridase (enzim yang paling cepat
berkurang saat diare dan paling lambat pulihnya adalah laktase). Hal ini menyebabkan makanan
tidak sempurna didigesti sehingga terbentuk banyak sisa makanan. Sisa makanan menyebabkan
beban osmotik intaluminal tinggi, sehingga terjadi penarikan cairan ke intraluminal. Sebagian
sisa makanan dihidrolisis oleh bakteri-bakteri kolon, sehingga menyebabkan diare osmotik
dengan produksi gas dan asam lemak rantai pendek. Pada infeksi rotavirus terjadi diare
campuran antara diare sekretori dan osmotik.
Rotavirus. Insiden tinggi di setiap negara. Kebanyakan menyerang pada bayi umur 6 bulan
sampai 2 tahun. Bayi di bawah umur 3 bulan dapat terkena. Sangat jarang menyerang orang
dewasa (serotype C). Masa inkubasi 1-2 hari. Gejala diawali oleh demam yang tidak tinggi
(sekitar 75%) dan muntah-muntah (sekitar 100%), kemudian demam dan muntah meredah baru
timbul diare (5-10% kasus disertai BAB berdarah). Sembuh sendiri dalam 7 – 10 hari.
Oleh proses inflamasi: allergi, IBD
Inflamasi mengakbatkan sel-sel imun menghasilkan sitokin-sitokin, kemokin-kemokin,
dan prostaglandin. Hal ini memicu terjadi sekresi dan mengaktifkan saraf-saraf enterik.
Metaloprotein yang dihasilkan oleh proses peradangan akan menghancurkan enterosit pada villus
8
sehingga terjadi penurunan absorpsi. Rusaknya villus merangsang sel enterosit di kripta untuk
hiperplasia sehingga terjadi peningkatan sekresi. Di villi, sel-sel ditempati oleh enterosit yang
immatur dimana terjadi insufisiensi enzim-enzim disakaridase dan peptide hydrolase Kedua hal
tersebut mengakibatkan terjadinya diare campuran.
Konsistensi feses pada diare sekresi adalah cair dengan kandungan elektrolit yang
tinggi, sedangkan pada diare osmotik, konsistensinya lembek dengan kandungan elektrolit
rendah. Pada diare sitolitik terjadi campuran antara diare sekretorik dan osmotik.
Akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1. Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.Diare menyebabkan hilangnya air dan
elektrolit terutama Na dan K dalam jumlah besar sehingga terjadi dehidrasi, gangguan
keseimbangan elektrolit dan asam basa. Kadar Na dan K plasma tergantung keseimbangan
antara pemasukan dan pengeluaran antara air dan Na atau K
2. Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan intraseluler.
3. Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan
penyimpanan/penyediaan glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi
glukosa.Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40
mg% pada bayi dan 50% pada anak-anak.
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
9
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer
ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Patofisiologi diare
Faktor infeksi Faktor malabsorbsi Gangguan peristaltik
Endotoksin Tekanan osmotik ↑ Hiperperistaltik Hipoperistaltik
merusak mukosa
usus Pergeseran cairan Makanan tidak Pertumbuhan bakteri
stimulasi cAMP dan elektrolit ke sempat diserap
sekresi cairan&elektrolit lumen usus Endotoksin berlebih
Hipersekresi cairan
dan lektrolit
Isi lumen usus ↑
Rangsangan pengeluaran
Hiperperistaltik
Diare
Gangguan keseimbangan cairan Gangguan keseimbangan elektrolit
B. Penyebab dan mekanisme demam pada anak usia 8 bulan
10
Penyebab diare( maldigesti makanan, infeksi virus atau bakteri ) diproduksinya
pirogen endogen ( sitokin, faktor nekrosis tumor, dan interferon ) stimulasi
hipotalamus produksi prostaglandin E2 pengaturan kembali ambang suhu tubuh
transmisi neuronal ke perifer konservasi dan pembentukan panas demam.
Produksi panas pada demam akan meningkatkan pemakaian oksigen, produksi
karbondioksida, dan curah jantung . Selain itu, demam ini bersama dengan diare yang
dialami pasien juga akan memperparah dehidrasinya .
C. Hubungan demam dan diare serta dampaknya
Demam disertai diare mengindikasikan telah terjadi infeksi gastrointestinal. Dampak
demam dan diare: dehidrasi, hipokalemia, hipokalsemia, cardiac dysrhytmia,
hiponatremia, syok hipovolemia, asidosis
DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuhYang diperiksa
Nilai untuk gejala yang ditemukan0 1 2
Keadaan umum
Kekenyalan kulitMataUbun-ubun besarMulutDenyut nadi/mata
Sehat
NormalNormalNormalNormal
Kuat <120
Gelisah, cengengApatis, ngantukSedikit kurangSedikit cekungSedikit cekungKering Sedang (120-140)
Mengigau, koma, atau syokSangat kurangSangat cekungSangat cekungKering & sianosisLemas >40
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
11
Gejala klinisGejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umumKesadaranRasa haus
SirkulasiNadi
RespirasiPernapasan
Kulit Uub
Baik (CM)+
N (120)
Biasa
Agak cekungAgak cekung
BiasaNormalNormal
Gelisah++
Cepat
Agak cepat
CekungCekung
Agak kurangOliguri
Agak kering
Apatis-koma+++
Cepat sekali
Kusz maull
Cekung sekaliCekung sekaliKurang sekali
AnuriKering/asidosis
D. Bayi tidak makan sejak menderita demam dan diare
Akibat dari keadaan dehidarasi berat yang mengakibatkan melemahnya tonus otot
pencernaan, serta keadaan diare yang diakibatkan infeksi virus menimbulkan reaksi
inflamasi yang salah satunya menimbulkan penurunan nafsu makan.
E. Mekanisme penurunan kesadaran:
Kesadaran terdiri atas aspek bangun (awake) dan tanggap (aware).
a. Aspek bangun diatur oleh fungsi otonom vegetatif otak yang bekerja melalui stimulus
asendens dari tegmentum pontin, hipotalamus posterior, dan talamus (ARAS).
b. Aspek tanggap diatur oleh proyeksi timbal-balik dari neuron-neuron kortikal dan
subkortikal.
Fisiologi kesadaran dipengaruhi oleh beberapa faktor:
1. Normotermia relatif
Pada kasus ekstremitas teraba dingin. Hal ini menunjukkan telah terjadi kondisi
hipotermia yang kemungkinan besar disebabkan oleh penurunan metabolisme akibat
perfusi jaringan yang tidak adekuat, sehingga produksi panas tubuh juga berkurang.
2. Aliran darah yang adekuat
Perfusi yang adekuat ke seluruh jaringan terutama jaringan otak akan
mempertahankan kesadaran normal. Berkurangnya volume intravaskular akan
12
menurunkan aliran darah dan oksigenasi ke otak, sehingga terjadi penurunan
metabolisme dan kesadaran.
3. Substrat energi
Berkurangnya intake makanan akibat dehidrasi berat yang terjadi pada kasus
menyebabkan berkurangnya jumlah glukosa sebagai sumber energi yang digunakan otak
untuk metabolisme. Kondisi hipoglikemia ini dapat menurunkan kesadaran.
4. Toksin (morphin, amphetamin)
Zat-zat tertentu, seperti morphin dan amphetamine dapat mempengaruhi pusat
kesadaran dan menurunkan kesadaran hingga level tertentu sesuai kadar zat tersebut di
otak.
F. Interpretasi pemeriksaan fisik
Lying face up in father’s ar, appears drowsy and seems unware of the father and EMTs.
kesadaran menurun, ditandai dengan berkurangnya respon pada segi kesadaran
maupun verbal.
Muscle tone appears limp merupakan tanda dari penurunan kesadaran dan tonus otot
menurun serta akibat dari asupan makanan yang kurang.
Central pulse is weak and peripheral pulse is absent merupakan gejala klinis untuk
keadaan syok berat dan diindikasikan bahwa sudah terjadi hipotensi
HR is 166 normalnya : 110 – 160 x / menit. Terjadi peningkatan denyut jantung
(takikardia). Takikardia terjadi pada syok karena dilepaskannya katekolamin dan sebagai
kompensasu untuk menurukan stroke volume.
Skin color at extrimities is cyanotic. Hipoksia (melalui pelepasan katekolamin)
mengakibatkan terjadinya vasokonstriksi dan kulit terlihat pucat. Sianosis merupakan
tanda fase lambat dan pre-terminal dari hipoksia. Ketika sianosis sentral didapat dalam
penyakit pernafasan akut, os dalam kondisi ini mendekati kondisi gagal nafas.
Feels cool Kulit perifer yang pucat dan dingin mengindikasikan adanya perfusi yang
buruk. Gejala dingin / mengigil bisa mengacu pada progress / proses dari kegagalan
sirkulasi.
Capillary refill time >5seconds normalnya 2-3detik.
13
Waktu pengisian kapiler yang lebih lama mengindikasikan terjadinya perfusi kulit yang
buruk. Hal ini merupakan tanda yang berguna untuk mengidentifikasi early onset septic
shock, ketika anak terlihat baik. Adanya demam tidak mempengaruhi sensitivitas dari
perlambatan pengisian kapiler di anak dengan hipovolemia. Pengisian ulang kapiler yang
buruk dan volume pulse yang berbeda merupakan indikasi dari syok pada bayi dan anak.
Tetapi ini bukan satu – satu nya indikasi yang dapat menunjukkan gejala syok pada anak.
Pupils slightly dilated, but equal dan reactive to light karena adanya rangsangan dari
saraf simpatis akibat kompensasi syok yg dialami anak ini yang berpengaruh juga
terhadap dilatasi pupil. Selain itu, karena penurunan kesadaran menyebabkan tonus otot
pada pupil juga menurun akibatnya dilatasi pupil.
Central color at lips is pink normal
Visible breathing and nasal flaring is evident, slight nasal flaring pernafasan cuping
hidung mengindikasikan terrjadinya respiratory distress. Namun disini hanya sedikit
terjadinya pernafasan cuping hidung, sehingga bisa diindikasi bayi ini mengalami sedikit
gangguan pernafasan.
Abdomen rises and falls, hear air movement with no abnormal breath sounds and feel air
movement as the child exhales normal
Breathing pattern is even pola pernafasan datar
RR 70/minute takipnea. Jika disertai dengan penurunan kesadaran, dapat mengacu
pada gagal nafas.
Breath sound on auscultation lungs clear on both sides with no abnormal sounds
normal
Extrimities movement in all extrimities normal, masih dapat menggerakkan
ektrimitas, menunjukkan tidak ada gangguan dalam sirkulasi maupun adanya gangguan
pada ekstrimitas.
Disini dapat disimpulkan bahwa anak ini mengalami penurunan kesadaran dan gangguan
sirkulasi sedangkan pada upaya nafas nya normal (hanya RR nya meningkat) merupakan gejala
dari syok.
G. Diagnosis banding
14
Keadaan
umum
Kesadaran Tanda-tanda
vital
Mukosa dan kulit Gejala dan tanda
lain
Syok
hipovolemik
Gelisah,
lemah
Kompos
mentis-
letargi
Takikardi,
hipertensi-
hipotensi,
takipnea,
hipotermi
Mulut kering,
turgor jaringan
menurun, kulit
dingin dan pucat,
diaporesis
JVP menurun,
oliguria
Syok
kardiogenik
Gelisah,
lemah
Kompos
mentis-
letargi
Takikardi/
bradikardi,
tekanan
sistolik < 90
mmHg,
dispnea,
hipotermi
Mulut kering,
turgor jaringan
menurun, kulit
dingin dan pucat,
diaporesis
Nyeri dada
mendadak,
palpitasi, bunyi
jantung menjauh
dan lemah, bunyi
murmur, irama
gallop, disritmia
Stok
neurogenik
Gelisah,
lemah
Letargi Bradikardi,.hip
otensi
Kulit hangat dan
kemerahan,
diaporesis
Tergantung
penyebab misalnya
gejala dan tanda
deficit neurologis
Syok
anafilaktik
Gelisah,
lemah
Letargi Takikardi,
dispneam
hipotensi
Urtikaria, lakrimasi Suara serak, stridor,
palpitasi, disfagia,
mual, muntah,
kejang
Syok septik Gelisah,
lemah
Bingung Takikardi,
takipnea,
hipotensi
refrakter,
hipertermi/hip
otermi
Kulit hangat dan
kemerahan,
purpura, diaporesis
ARDS, jaundice,
mual, muntah,
diare, oliguria
Syok obstruktif Gelisah,
lemah
Kompos
mentis-
letargi
Takikardi,
takipnea,
hipotensi
Mulut kering,
turgor jaringan
menurun, kulit
JVP meningkat,
palpitasi, oliguria
15
dingin dan pucat,
diaporesis
H. Penegakan diagnosis
1. Anamnesis.- Bayi laki-laki 8 bulan.
- Diare selama 2 hari.
- Demam selama 2 hari.
- Tak bisa makan selama 2 hari.
- Terlihat mengantuk ( drowsy ).
- Terihat listless.
- Riwayat pemberian makanan tambahan.
- Jumlah keluaran urin.
2. Pemeriksaan Fisik.- Drowsy.
- Muscle tone appears limp.
- Unaware.
- Central pulse weak.
- Peripheral pulse absent.
- HR 166
- Skin colour at extremities is cyanotic. Feels cool.
- Capillary refill time > 5 second.
- BP not measured.
- Pupil slightly dilated, equal & reactive to the light.
- Central color at lips is pink.
- Nasal flaring.
- No abnormal breath sounds.
- RR 70.
- Movement in all extremities.
3. Pemeriksaan Laboratorium.- Pemeriksaan darah rutin ( Hb, leukosit, hematokrit, dll )
- Pemeriksaan kimia darah ( nitrogen urea darah, kreatinin, glukosa, dan elektrolit )
- Uji fungsi hati.
- Analisis gas darah.
- Pemeriksaan urin.
16
I. Diagnosis kerjaBayi laki-laki berusia 8 bulan mengalami syok hipovolemik dekompensata e.c.
dehidrasi berat yang disebabkan demam dan diare sejak 2 hari lalu.
Patofisiologi syok secara umum
Faktor-faktor yang dapat mempertahankan tekanan darah normal:
a. Pompa jantung. Jantung harus berkontraksi secara efisien.
b. Volume sirkulasi darah. Darah akan dipompa oleh jantung ke dalam arteri dan kapiler-
kapiler jaringan. Setelah oksigen dan zat nutrisi diambil oleh jaringan, sistem vena akan
mengumpulkan darah dari jaringan dan mengalirkan kembali ke jantung. Apabila volume
sirkulasi berkurang maka dapat terjadi syok.
c. Tahanan pembuluh darah perifer. Yang dimaksud adalah pembuluh darah kecil, yaitu
arteriole-arteriole dan kapiler-kapiler. Bila tahanan pembuluh darah perifer meningkat,
artinya terjadi vasokonstriksi pembuluh darah kecil. Bila tahanan pembuluh darah perifer
rendah, berarti terjadi vasodilatasi. Rendahnya tahanan pembuluh darah perifer dapat
mengakibatkan penurunan tekanan darah. Darah akan berkumpul pada pembuluh darah
yang mengalami dilatasi sehingga aliran darah balik ke jantung menjadi berkurang dan
tekanan darah akan turun.
G
ambar2.1 Patofisiologi Syok (sumber: Kumar and Parrillo, 2001)
17
Gambar 2.3 Berbagai jenis umpan balik yang dapat menimbulkan per-kembangan syok.
Keadaan syok akan melalui tiga tahapan mulai dari tahap kompensasi (masih dapat ditangani
oleh tubuh), dekompensasi (sudah tidak dapat ditangani oleh tubuh), dan ireversibel (tidak dapat
pulih).
Fase1 : kompensasi
Pada fase ini fungsi-fungsi organ vital masih dapat dipertahankan melalui mekanisme
kompensasi tubuh dengan meningkatkan reflek simpatis, yaitu meningkatnya resistensi sistemik
dimana terjadi distribusi selektif aliran darah dari organ perifer non vital ke organ vital seperti
jantung, paru dan otak. Tekanan darah sistolik tetap normal sedangkan tekanan darah sistolik
meningkat akibat peninggian resistensi arteriol sistemik (tekanan nadi menyempit).
Untuk mencukupi curah jantung maka jantung mengkompensasi secara temporer dengan
meningkatkan frekuensi jantung. Disamping itu terdapat peningkatan sekresi vasopressin dan
18
renin – angiotensin – aldosteron yang akan mempengaruhi ginjal untuk menahan natrium dan air
dalam sirkulasi.
Manifestasi klinis yang tampak berupa takikardia, gaduh gelisah, kulit pucat dan dingin dengan
pengisian kapiler (capillary refilling) yang melambat > 2 detik.
Fase II : Dekompensasi.
Pada fase ini mekanisme kompensasi mulai gagal mempertahankan curah jantung yang
adekuat dan system sirkulasi menjadi tidak efisien lagi. Jaringan dengan perfusi yang buruk tidak
lagi mendapat oksigen yang cukup, sehingga metabolisme berlangsung secara anaerobic yang
tidak efisien. Alur anaerobic menimbulkan penumpukan asam laktat dan asam-asam lainnya
yang berakhir dengan asidosis. Asidosis akan bertambah berat dengan terbentuknya asam
karbonat intra selular akibat ketidak mampuan sirkulasi membuang CO2.
Asidemia akan menghambat kontraktilitas otot jantung dan respons terhadap
katekolamin. Akibat lanjut asidosis akan menyebabkan terganggunya mekanisme energy
dependent NaK-pump ditingkat selular, akibatnya integritas membrane sel terganggu, fungsi
lisosom dan mitokondria akan memburuk yang dapast berakhir dengan kerusakan sel.
Lambatnya aliran darah dan kerusakan reaksi rantai kinin serta system koagulasi dapat
memperburuk keadaan syok dengan timbulnya agregasi tombosit dan pembentukan trombos
disertai tendensi perdarahan.
Pada syok juga terjadi pelepasan mediator-vaskular antara lain histamin, serotonin,
sitokin (terutama TNF=tumor necrosis factor dan interleukin 1), xanthin, oxydase yang dapat
membentuk oksigen radikal serta PAF (platelets agregatin factor). Pelepasan mediator oleh
makrofag merupakan adaptasi normal pada awal keadaan stress atau injury, pada keadan syok
yang berlanjut justru dapat memperburuk keadaan karena terjadi vasodilatasi arteriol dan
peningkatan permeabilitas kapiler dengan akibat volume intravaskular yang kembali kejantung
(venous return) semakin berkuarang diserai timbulnya depresi miokard.
Manifestasi klinis yang dijumpai berupa takikardia yang bertambah, tekanan darah mulai
turun, perfusi perifer memburuk (kulit dingin dan mottled, capillary refilling bertambah lama),
oliguria dan asidosis (laju nafas bertambah cepat dan dalam) dengan depresi susunan syaraf
pusat (penurunan kesadaran).
Fase III : Irreversible
19
Kegagalan mekanisme kompensasi tubuh menyebabkan syok terus berlanjut, sehingga
terjadi kerusakan/kematian sel dan disfungsi system multi organ lainnya. Cadangan fosfat
berenergi tinggi (ATP) akan habis terutama di jantung dan hepar, sintesa ATP yang baru hanya
2% / jam dengan demikian tubuh akan kehabisan energi. Kematian akan terjadi walaupun system
sirkulasi dapat dipulihkan kembali. Manifestasi klinis berupa tekanan darah tidak terukur, nadi
tak teraba, penurunan kesadaran semakin dalam (sopor-koma), anuria dan tanda-tanda kegagalan
system organ lain.
Diagnosis shock pada anak dan bayi kadang-kadang sulit, tanda-tanda shock berat
dengan gejala yang jelas seperti nadi yang lemah atau tidak teraba, akral dingin dan sianosis
mudah dikenali, tapi pad compensated shock dimana tekanan darah sentral masih dapat
dipertahankan, seringkali diagnsosi renjatan shock sulit ditegakkan. Pengambilan anamnesa yang
baik dan benar sangat penting untuk menegakkan diagnosis etiologis dari renjatan, seperti
adanya muntah dan diare akan mengarahkan kita pada shock hipovolemik, trauma atau pasca
operasi kemungkinan menjadi penyebab renjatan hipovolemik karena perdarahan.
Manifestasi klinis tergantung pada:
- Penyakit primer penyebab shock
- Kecepatan dan jumlah cairan yang hilang
- Lama nya syok serta kerusakan jaringan yang terjadi
- Tipe dan stadium renjatan
J. Epidemiologi Shock Hipovolemik pada Anak
Renjatan hipovolemik merupakan jenis renjatan ini yang paling banyak dijumpai dan
merupakan penyebab kematian terbanyak pada anak. Diseluruh dunia terdapat 6-20 juta
kematian tiap tahun, meskipun penyebab nya berbeda-beda tiap negara. Dinegara
berkembang penyebab utama hipovolemik adalah diare akut dan demam berdarah dengue,
sedang dinegara maju penyebab terbanyak hipovolemik adalah perdarahan akibat trauma. Di
IRD RSUD dr. soetomo 6-8% dari sekitar 5000-6000 kunjungan penderita anak setiap
tahunnya mengalami renjatan hipovolemik dengan penyebab utama adalah diare akut dan
demam berdarah dengue.
K. Etiologi dan Faktor Resiko Shock Hipovolemik pada Anak
20
Intake kurang atau output kelebihan Translokasi cairanA. Dehidrasi disebabkan:
1. Intake yang kurang (minum kurang, anoreksia, hipodipsi karena hipotalamus terganggu.
2. Output meningkat:
- keringat banyak/insensible loss menigkat (hiperventilasi, panas tinggi)
- osmotic dieresis (diabetes insipidus, defisiensi A.D.H, penyakit ginjal kronis)
- kehilangan Na (Na loss nepropathy, pemakaian diuretic)
- kehilangan melalui saluran percernaan (diare, ileostomi, muntah, fistula
B. Kehilangan darah- trauma- perdarahan gastrointestinal- perdarahan intracranial
C. Kehilangan plasma- luka bakar- peritonitis
- intraintestinal (ileus paralitik, hirschprung)- asites dan edema (sindroma nefrotik)
L. Patogenesis
21
Infeksi virus
Mengiritasi lambung dan duodenum dgn mengeluarkan enterotoxin (NSP 4)
Infeksi berlanjut ke bgn distal
Virus menginvasi enterosit
Bermultifikasi dalam enterosit yang matur, pd ujung vili usus kecil bgn proksimal kemudian menyebar ke bagian distal
Merusak membrane enterosit dan menghancurkannya
Mikovili rusak
Perbaikan yang tidak lengkap
Enterosit di vili kurang matangEnzim2 pencernaan yang terbentuk kurang matang
Makanan didigesti tidak sempurna
Banyak sisa makanan
Vili pendek
Sifat absorpsi b(-)
Peningkatan beban osmotic intraluminal
Penarikan cairan ke intraluminal
Kripta hyperplasia dan hipertrofi
Kripta makin dalam
Sifat sekresi b(+)
DIARE
DEHIDRASI
SYOK HIPOVOLEMIK
Kompensasi pernapasanTerlihat adanya usaha pernapasanNafas cuping hidungTakipneu
b(-)nya volume vaskular
Kompensasi sirkulasiTakikardiVasokontriksi perifer sianosis + dingin pada ekstremitas
Tahap lanjut Pemanjangan waktu pengisian kapilerNadi sentral lemah, nadi perifer tidak terabaB(-)nya perfusi darah ke jaringan lesu, tonus otot menurunB(-)nya perfusi darah ke otak penurunan kesadaran,
mengantuk
22
Syok yang tidak terkompensasi
M. Penatalaksanaan
General Assessment pada kondisi pasien:
↓ kesadaran
TD tidak terukur
↓PO2
↓ aliran darah otak
Tekanan sistolik dan diastolik ↓
Syok berlanjut
Hipoksia seluler
↓ tekanan nadi
↑PCO2
Asidosis metabolik
↑ respirasi untuk membuang CO2
Iskemia jaringan
Metabolisme anaerobik
Asam laktat
↓perfusi jantung/serebral
drowsy
takipnoe
listless
Tidak bs menghisap/ makan
23
Pasien berada dalam kondisi tidak stabil, karena terdapat:
- Letargi dan tonus otot yang buruk menandakan telah terjadi perubahan tingkat
kesadaran
- Nasal flaring menandakan terjadinya peningkatan usaha bernapas
- Warna kulit yang sianotik menunjukkan gangguan perfusi ke jaringan dan syok.
Initial Assessment pada kasus:
Observasi keadaan pasien:
1. Penilaian Airway
Look : Pergerakan abdomen turun-naik
Listen : Terdengar pergerakan udara; tidak ada suara napas yang abnormal
Feel : Merasakan aliran udara saat ekspirasi
Hasil Pemeriksaan: Berdasarkan penilaian yang dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa tidak ada sumbatan jalan napas/ jalan napas paten.
2. Penilaian Breathing
- Usaha bernapas : Terdapat nasal flaring ringan (sedikit peningkatan usaha
bernapas sebagai kompensasi dari sirkulasi/perfusi ke
jaringan yang tidak adekuat akibat penurunan volume
intravaskular).
- Warna bibir : Pink (menunjukkan tidak terjadi sianosis sentral yang
dapat disebabkan oleh gangguan ventilasi di paru-paru).
- Kedalaman pernapasan : Gerakan naik-turun abdomen terlihat normal.
- Pola pernapasan : Normal.
- Frekuensi pernapasan : 70x/menit (takipneu)
- Suara napas saat auskultasi : Suara napas normal di kedua paru-paru; tidak
ditemukan suara napas tambahan.
Hasil pemeriksaan: Pasien mengalami distres pernapasan karena:
a. Terdapat peningkatan usaha bernapas, yang ditandai dengan adanya nasal flaring ringan).
b. Frekuensi napas 70x/menit tidak sesuai dengan umur pasien (takipneu).
24
Managemen yang diberikan:
- Posisikan pasien dalam keadaan duduk
- Berikan oksigen dengan konsentrasi tinggi dengan kecepatan 10-12 L/menit.
3. Penilaian Circulation
- Tanda tanda perdarahan : tidak terlihat
- Central pulse : lemah (kurangnya volume intravaskular)
- Peripheral pulse : tidak teraba (perfusi ke perifer tidak adekuat)
- Denyut jantung : 166 bpm (takikardi, peningkatan denyut jantung sebagai
kompensasi dari penurunan stroke volume/volume sekuncup)
- Warna kulit perifer (ekstremitas) : sianotik
- Temperatur kulit : dingin (hipotermia)
- Waktu pengisian kapiler : > 5 detik (penurunan volume intrakapiler)
- Tekanan darah pada anak tidak diukur.
Hasil pemeriksaan: Dari hasil penilaian, disimpulkan pasien mengalami syok yang sudah
memasuki tahap dekompoensasi.
Mangemen :
- Lanjutkan pemberian oksigen dengan konsentrasi tinggi dengan non-rebreather
mask.
- Posisikan pasien dalam shock position (kaki lebih ditinggikan)
- Jaga agar pasien tidak hipotermia
Pemberian terapi cairan: kristaloid (Ringer Laktat)
- Terjadi syok hipovolemik
Loading cairan 20 ml/kgBB secepatnya.
- Terapi awal
Menggunakan RL 30 ml/jam
- Terapi lanjutan
RL 30 ml/jam, monitor tiap jam, hentikan jika rehidrasi tercapai.
4. Penilaian Disability
- Status mental : Pasien terlihat drowsy / lethargi dan tidak peduli
25
dengan lingkungan sekitar.
Penurunan status mental diperiksa dengan:
Memanggil nama/memberikan stimulus verbal pada anak (anak tidak memberikan
respons).
Memberikan stimulus nyeri pada sternum (respons positif).
Berdasarkan AVPU’s scores: P (pasien memberikan respons terhadap stimulus nyeri).
- Pemeriksaan pupil : Pupil dilatasi ringan (peningkatan aktivitas simpatis
sebagai kompensasi penurunan volume sirkulasi), isokhor,
dan bereaksi terhadap cahaya).
- Ekstremitas : Pergerakan keempat ekstremitas normal.
Hasil pemeriksaan : Abnormal (pasien hanya respons terhadap stimulus nyeri,
drowsy/lethargi (+), dan pupil sedikit dilatasi).
Managemen:
- Lanjutkan pemberian oksigen konsentrasi tinggi
- Jaga pasien agar tetap hangat (cegah hipotermia)
- Posisikan pasien dalam shock position
Reevaluasi A, B, C, D
N. Komplikasi
- Gagal ginjal akut
- ARDS (acute respiratory distress syndrome/shock lung)
- Depresi miokard-gagal jantung
- Gangguan koagulasi/pembekuan
- SSP dan Organ lain
Evaluasi gejala sisa SSP sangat penting, mengingat organ ini sangat sensitif terhadap
hipoksia yang dapat terjadi pada renjatan berkepanjangan.
O. Prognosis
Dubia tergantung ketepatan dan adekuat terhadap management yang dilakukan
KDU 3B
26
27