laporan kasus anemia mikrositik hipokromik
DESCRIPTION
lapsus interna tentang anemia defisiensi besi, anemia mikrositik hipokromikTRANSCRIPT
LAPORAN KASUS
SEORANG LAKI-LAKI 63 TAHUN
DATANG DENGAN KELUHAN LEMAS
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
di RSUD Tugurejo Semarang
Disusun oleh :
Anada Kaporina H2A009003
Pembimbing :
dr. Zulfachmi Wahab, Sp.PD – FINASIM
KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM
RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA : ANADA KAPORINA
NIM : H2A009003
FAKULTAS : KEDOKTERAN UMUM
BIDANG PENDIDIKAN : ILMU PENYAKIT DALAM
PEMBIMBING : dr. Zulfachmi W, Sp.PD - FINASIM.
Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal November 2014
Pembimbing,
dr. Zulfachmi Wahab Sp. PD – FINASIM
DAFTAR MASALAH
No Masalah aktif Tanggal Keterangan1. Klinis Anemia 13/11/20142.. Dispepsia 13/11/2014
No Masalah Pasif Tanggal Keterangan2. Kesan Ekonomi kurang 13/11/2014
KASUS
I. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Umur : 63 tahun
Alamat : Ngabean RT.1/6, Boja, Kab. Kendal
Agama : Islam
Pekerjaan : Petani
Status : Menikah
No RM : 461361
Tanggal masuk : 12 November 2014
Tanggal diperiksa : 13 November 2014
Pasien bangsal : Dahlia 3 kamar 9
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13/11/2014 pukul 08.00 di
bangsal Dahlia 3.
a. Keluhan utama : lemas
b. Riwayat penyakit sekarang
± 7 hari SMRS pasien tiba-tiba mulai mengeluh kepala pusing.
Pusing terasa cekot-cekot seluruh kepala. Keluhan dirasakan hilang
timbul sehingga pasien masih menganggap biasa. Keluhan dirasakan
belum mengganggu aktifitas, berkurang saat istirahat. Selama pusing
pasien belum minum obat. Saat pusing pasien merasa mata berkunang-
kunang. Semakin hari keluhan dirasakan tidak berkurang, justru akhir-
akhir ini pasien juga merasa lemas, badan lesu, dan cepat lelah saat
melakukan aktivitas seperti biasa. Pasien mengatakan tidak demam dan
tidak pingsan. Pasien juga merasa badan menggigil terutama kaki terasa
dingin. Selain itu pasien merasa tidak enak (perih) di ulu hati, mual, dan
tidak muntah. BAB dan BAK nya tidak ada keluhan.
± 2 hari SMRS pasien merasa keluhan semakin bertambah, bahkan
sampai mengganggu aktivitas. Pasien mengaku tidak bisa BAB. BAK
lancar berwarna kuning biasa, tidak berwarna pekat seperti teh. Karena
pasien merasa keluhan tidak berkurang jadi pasien berobat ke puskesmas
dan disarankan untuk rawat inap. Selama dirawat dilakukan pemeriksaan
laboratorium dan hasilnya pasien dikatakan menderita kekurangan
darah. Karena pasien merasa tidak ada perubahan dan semakin lemas
serta puskesmas tidak bisa menangani transfusi darah maka pasien
dirujuk ke RSUD Tugurejo Semarang. Saat di IGD Rabu malam tanggal
12 November 2014 pasien merasa badan lemas dan pusing serta tampak
pucat.
Saat dilakukan pemeriksaan di bangsal dahlia pasien mengeluh
kepala masih pusing, tapi sudah berkurang dari sebelumnya. Pasien
tidak mengeluh lemas, tidak demam. Pasien mengaku sudah bisa BAB.
BAK tidak ada keluhan. Pasien mengaku mendapat transfusi darah 1
kantong yang dimasukkan mulai pukul 01.30 dini hari tadi.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat transfusi : disangkal
Riwayat maag : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat sakit serupa : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat DM : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
e. Riwayat Pribadi
- Kebiasaan merokok : disangkal
- Kebiasaan minum alkohol : disangkal
- Kebiasaan makan dan minum manis : disangkal
- Kebiasaan makan-makanan berlemak : disangkal
- Kebiasaan makan-makanan asin : disangkal
- Pasien mangaku sering terlambat makan dan makan dengan menu
yang seadanya. Pasien juga mengaku jarang makan sayur dan
makanan bergizi sehingga asupan gizi kurang.
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien tinggal bersama istrinya. Pasien sudah tidak bekerja sejak sakit
seperti ini, dahulu pasien bekerja sebagai petani. Biaya pengobatan
ditanggung BPJS.
Kesan ekonomi : kurang.
g. Anamnesis sistem
Keluhan utama : Pusing
Kepala : Sakit kepala (-), pusing (+), nggliyer (-), jejas (-),
leher kaku (-)
Mata : Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),
pandangan berputar (-), berkunang-kunang (+)
Hidung : Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
Telinga : Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar
cairan (-), darah (-)
Mulut : Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir pecah-
pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-)
Tenggorokan : Sakit menelan (-), suara serak (-), gatal (-)
Sistem respirasi : Sesak nafas (-), batuk (-), dahak (-), batuk
darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)
Sistem kardiovaskuler : Sesak nafas saat beraktivitas (-), nyeri
dada (-), berdebar-debar (-), keringat dingin (-)
Sistem gastrointestinal : Mual (+), muntah (-), diare (-), nyeri ulu
hati (+), nafsu makan menurun (-), BB turun (-)
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi(-), kaku otot(-)
Sistem genitourinaria : Sering kencing (-), nyeri saat kencing (-),
keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit memulai
kencing (-), warna kencing kuning jernih (+), anyang-anyangan (-),
berwarna seperti teh (-)
Ekstremitas
Atas : Luka (-), kesemutan (-), bengkak(-), sakit sendi (-),
panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-), gemetar (-)
Bawah : Luka (-), gemetar (-), ujung jari dingin (-),
kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-), bengkak kedua kaki (-)
Sistem neuropsikiatri : Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-)
mengigau (-), emosi tidak stabil (-)
Sistem Integumentum : Kulit kuning (-), pucat (+), gatal (-),
bercak merah kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan
kaki (-).
III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 13 November 2014 pukul 08.30
WIB di bangsal Dahlia 3.
a) Keadaan umum : baik
b) Kesadaran : compos mentis
c) Status gizi : BB : 35 kg
TB : 146 cm
IMT : 16,42
Kesan : underweight
d) Vital sign
TD : 120/64 mmHg
Nadi : 86 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,70C (axiller)
e) Status Internus
Kepala : kesan mesocephal
Mata :
konjungtiva anemis (+/+)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+)
reflek pupil (+/+)
Hidung :
napas cuping hidung (-)
nyeri tekan (-)
krepitasi (-)
Sekret (-)
septum deviasi (-)
konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)
Mulut :
sianosis (-)
bibir kering (-)
Pursed lips-breathing (-)
lidah kotor (-)
kandidiasis (-)
uvula simetris (-)
tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte melebar (-)
gigi karies (-)
Telinga :
Sekret (-/-)
Serumen (+/+)
Laserasi (-/-)
Leher :
nyeri tekan trakea (-)
pembesaran limfonodi (-/-)
Pembesaran tiroid (-/-)
Pergerakan otot bantu pernafasan (-)
Thoraks
Cor :
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial linea
midclavicula sinistra, kuat angkat (-)
Perkusi : Batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra
Batas kanan bawah : ICS IV linea sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial linea
mid clavicula sinistra
Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Pulmo
Pulmo : Sinistra Dextra
Depan1. Inspeksi
Bentuk dada HemitorakWarna
2. PalpasiNyeri tekanStem fremitus
3. Perkusi
4. AuskultasiSuara dasarSuara tambahan
datarSimetris statis dinamisSama dengan kulit sekitar
(-)(+) normal, Kanan = kiri
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler (+)
datarSimetris statis dinamisSama dengan kulit sekitar
(-)(+) normal, kanan = kiri
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler (+)
Wheezing Ronki kasar RBH Stridor
(-)(-)(-)(-)
(-)(-)(-)(-)
Belakang1. Inspeksi
Warna
2. PalpasiNyeri tekanStem Fremitus
3. Perkusi
4. AuskultasiSuara dasarSuara tambahan
Wheezing Ronki kasar RBH Stridor
Sama dengan kulit sekitar
(-)(+) normal, kanan = kiri
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler (+)
(-)(-)(-)(-)
Sama dengan kulit sekitar
(-)(+) normal, kanan = kiri
Sonor di seluruh lapang paru
Vesikuler (+)
(-)(-)(-)(-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
Vesikuler Vesikuler
b) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : permukaan datar
Warna : sama dengan warna kulit sekitar
Auskultasi : Bising usus (+) normal 10x/menit
Palpasi :
Supel (+), Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium
Defance muscular : (-)
Hepar : dalam batas normal
Lien : dalam batas normal
Ginjal : dalam batas normal, tidak teraba
Perkusi :
Timpani di seluruh kuadran
Pekak hati (+)
Pekak sisi (+) normal
c) Ekstremitas
Superior InferiorAkral dinginOedemSianosisGerakKekuatanTremor
-/--/--/-Dalam batas normal5/5-/-
-/--/--/-Dalam batas normal5/5-/-
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANGa. Laboratorium (tanggal 12/11/2014 jam 08.08 di Puskemas Boja)
b. Laboratorium (tanggal 12/11/2014 jam 23.02 di RSUD Tugurejo)
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalWBC 5.4 4.0 – 10.0 x109/LLimfosit % 22.9 20.0 - 40.0 %Monosit % 9.5 1.0 – 15.0 %Neutrofil % 67.6 50.0 – 70.0 %Limfosit absolute 1.2 0.6 – 4.1 x109/LMonosit absolute 0.5 0.1 – 1.8 x109/LNeutrofil absolute 3.7 2.0 – 7.8 x109/LRBC 1.89 L 3.50 – 5.50 x1012/LHemoglobin 3.3 L 11.0 – 16.0 g/dLHematokrit 12.1 L 36.0 – 48.0 %MCV 64.3 L 80.0 – 99.0 fL MCH 17.4 L 26.0 – 32.0 pgMCHC 27.2 L 32.0 – 36.0 g/dLRDW-SD 35.3 L 37.0 – 54.0 fL RDW-CV 16.4 H 11.5 – 14.5 % Trombosit 337 H 100 – 300 x109/LMPV 9.1 7.4 – 10.4 fLPDW 15.1 10.0 – 17.0 %
- Darah rutin
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalLekosit 4.68 3,6 – 11Eritrosit 2.05 (L) 3.8-5.2Hemoglobin 3.90 (L) 11.7-15.5Hematokrit 14.10 (L) 35-47MCV 68.80 (L) 80 – 100MCH 19.00 (L) 26 – 34MCHC 27.70 (L) 32 – 36Trombosit 372 150 – 440RDW 19.80 (H) 11,5 – 14,5Eosinofil absolute 0.51 (H) 0,045 – 0,44Basofil absolute 0.03 0 – 0,2Neutrofil absolute 2.37 1,8 – 8Limfosit absolute 1.39 0,9 – 5,2Monosit absolute 0.38 0,16 – 1Eosinofil 10.90 (H) 2 – 4Basofil 0.60 0 – 1Neutrofil 50.70 50 -70Limfosit 29.70 25 - 40Monosit 8.10 (H) 2 – 8
- Kimia klinik (serum) B
Pemeriksaan Hasil 13/10/14 Nilai normalGDS 104 <125 mg/dlUreum 24.0 10.0-50.0 mg/dlKreatinin 0.80 0,60-0.90 mg/dlKalium 4.40 3,5- 5,0 mmol/LNatrium 137 135-145 mmol/L
V. DAFTAR ABNORMALITAS
a. Anamnesis
1. Pusing
2. Pandangan berkunang-kunang
3. Badan lemas
4. Lesu
5. Cepat lelah
6. Mual
7. Nyeri ulu hati
8. Kaki terasa dingin
9. Jarang makan sayur dan makanan bergizi
10. Sering terlambat makan
11. Kekurangan darah
b. Pemeriksaan Fisik
12. Status gizi underweight (IMT: 16,42)
13. Konjungtiva anemis (+/+)
14. Nyeri tekan abdomen regio epigastrium
15. Tampak pucat
c. Pemeriksaan Penunjang
VI. PROBLEM LIST1. Klinis Anemia : 1,2,3,4,5,8,9,10,11,12,13,15,16,17,18,192. Dispepsia : 6,7,10,14
VII. RENCANA PEMECAHAN MASALAH1. Klinis Anemia
1. Hemoglobin L2. MCV L 3. MCH L4. MCHC L
a. Ass. Etiologi
Perdarahan (anemia pasca perdarahan akut, anemia akibat
perdarahan kronik)
Penurunan produksi
- Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit (anemia
defisiensi besi, anemia defisiensi asam folat, anemia
defisiensi vitamin B12)
- Gangguan utilitas besi (anemia akibat penyakit kronik)
- Kerusakan sumsum tulang (anemia aplastik, anemia
mieplastik)
- Anemia akibat kekurangan eritropoeitin (anemia pada Gagal
Ginjal Kronik)
Peningkatan destruksi
- Anemia hemolitik intrakorpuskular (gangguan membran
eritrosit, enzim eritrosit, hemoglobin)
- Anemia hemolitik ekstrakorpuskular (anemia hemolitik
autoimun, anemia hemolitik mikroangiopati)
b. Ass. Faktor risiko
Hemolisis
Defisiensi nutrient
Penekanan sumsum tulang
c. Ass. Komplikasi
Gagal Jantung
Kejang
Syok hipovolemik
d. I pDx
lab. Darah Rutin dan khusus (Morfologi darah tepi)
Tes TIBC, transferin
Tes Serum Besi
Pemeriksaan sumsum tulang: bone narrow punction
e. I pTx
medikamentosa
inf. Na Cl 0,9% 20 tpm
Transfusi PRC (4 kolf)
Preparat besi oral
Asam folat 3x1 tablet
f. I pMx
Keadaan umum
Vital sign
Monitoring lab darah rutin
g. I pEx
Edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien
Istirahat yang cukup
Menganjurkan pasien untuk mengkonsumsi makanan yang
bergizi
2. Dispepsia
a. Ass. Etiologi
Asam lambung meningkat
Dismolitas dan hipersensitivitas viseral
Psikis
infeksi Helicobacter pylori
b. Ass. Faktor risiko
Kebiasaan mengkonsumsi alkohol
Kebiasaan konsumsi kafein
Kebiasaan mengkonsumsi obat-obatan yang dapat mengiritasi
lambung seperti NSAID, antibiotik,iron,biphosponate,steroid
Tinggal di tempat dengan prevalensi helicobacter pylori tinggi
Stres
c. Ass. Komplikasi
Ulkus peptikum
Perdarahan
Muntah darah
Kanker lambung
d. IpDx
Lab. darah
Foto polos abdomen
USG abdomen
EGD
e. IpTx
Ranitidin injeksi 25mg per 12 jam
f. IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Keluhan pasien
g. IpEx
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat teratur
Menganjurkan pada pasien untuk makan tepat pada waktunya
VIII. PROGRES NOTEKlinis Anemia
Tanggal Follow Up13/11/2014 S : pusing, lemes berkurang
14/11/2014
O : KU : tampak lemah TD : 120/64 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 0C Kepala : mesochepal Mata : CA +/+, SI -/-
Pemeriksaan penunjang :Lab: 13/11/2014, 18.16
Pemeriksaan Hasil Nilai NormalLekosit 8.05 3,6 – 11Eritrosit 3.13 (L) 3.8-5.2Hemoglobin 6.50 (L) 11.7-15.5Hematokrit 21.60 (L) 35-47MCV 69.00 (L) 80 – 100MCH 20.80 (L) 26 – 34MCHC 30.10 (L) 32 – 36Trombosit 357 150 – 440RDW 18.70 (H) 11,5 – 14,5Eosinofil absolute 0.81 (H) 0,045 – 0,44Basofil absolute 0.04 0 – 0,2Neutrofil absolute 5.51 1,8 – 8Limfosit absolute 1.39 0,9 – 5,2Monosit absolute 0.30 0,16 – 1Eosinofil 10.10 (H) 2 – 4Basofil 0.50 0 – 1Neutrofil 68.40 50 -70Limfosit 17.30 (L) 25 - 40Monosit 3.70 2 – 8
A : Anemia Mikrositik HipokromikP : PRC 2 kolf
S : tidak ada keluhanO : KU : baik TD : 124/62 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 0C Kepala : mesochepal Mata : CA +/+, SI -/- Telinga : dbn Hidung : dbn Mulut : dbn
15/11/2014
Leher : dbn Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+ Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (+) N Ekstreminitas : dbn Pemeriksaan penunjang : -A : Anemia Mikrositik HipokromikP : PRC 1 kolf
S : tidak ada keluhanO : KU : baik TD : 127/63 mmHg RR : 20 x/menit Suhu : 36,7 0C Kepala : mesochepal Mata : CA +/+, SI -/- Telinga : dbn Hidung : dbn Mulut : dbn Leher : dbn Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+ Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus (+) N Ekstreminitas : dbn Pemeriksaan penunjang :
Lab: 15/11/14, 19.20Pemeriksaan Hasil Nilai NormalLekosit 8.03 3,6 – 11Eritrosit 3.64 (L) 3.8-5.2Hemoglobin 8.40 (L) 11.7-15.5Hematokrit 27.30 (L) 35-47MCV 75.00 (L) 80 – 100MCH 23.10 (L) 26 – 34MCHC 30.80 (L) 32 – 36Trombosit 381 150 – 440RDW 21.10 (H) 11,5 – 14,5Eosinofil absolute 1.15 (H) 0,045 – 0,44Basofil absolute 0.06 0 – 0,2Neutrofil absolute 4.64 1,8 – 8Limfosit absolute 1.56 0,9 – 5,2Monosit absolute 0.62 0,16 – 1Eosinofil 14.30 (H) 2 – 4Basofil 0.70 0 – 1Neutrofil 68.40 50 -70
16/11/2014
Limfosit 19.40 (L) 25 - 40Monosit 7.70 2 – 8
A : Anemia Mikrositik HipokromikP : PRC 1 kolf
PAPS
IX. ALUR PIKIR
Pasien Laki-laki usia 63 tahun dengan keluhan lemas dan tampak pucat
PEMBAHASAN
I. ANEMIA
a. Definisi Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan di mana kadar hemoglobin dalam darah
kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis
kelamin.
b. Penyebab Anemia
Perdarahan
Persalinan
Ulkus Peptikum
Kanker atau polip saluran pencernaan
Keganasan
Kandungan zat besi dalam makanan yang tidak mencukupi
c. Jenis – Jenis Anemia
Anemia Mikrositik Hipokromik
Adalah anemia dengan ciri ukuran sel darah merah lebih kecil dari ukuran
normal dan berwarna coklat yang disebabkan oleh kekurangan ion Fe
sebagai komponen hemoglobin disertai penurunan kuantitatif pada sintesa
Hb. Patofisiologi simpanan zat besi, kadar serum menurun dengan gejala
klinis timbul karena jumlah hemoglobin tidak adekuat untuk mengangkut
oksigen ke jaringan tubuh.
Anemia Sel Sabit
Merupakan bentuk anemia yang bersifat kronis dan bersifat bawaan dimana
sebagian atau seluruh hemoglobin normal diganti dengan hemoglobin
abnormal. Penyebabnya bermacam – macam seperti dari faktor keturunan,
malaria, autoimun dan karena bahan kimia tertentu
Anemia Megaloblastik
Adalah sekelompok anemia yang ditandai oleh adanya eritroblas yang besar
akibat gangguan maturasi inti sel tersebut yang dinamakan megaloblas yang
terjadi karena kekurang an vitamin b12, asam folat gangguan metabolisme
b12 dan asam folat.
Anemia Aplastik
Anemia Aplastikm merupakan kegagalan hemopoiesis yang relatif jarang
ditemukan namun berpotensi mengancam jiwa. Penyakit ini ditandai oleh
pansitopenia dan aplasia sum sum tulang.
Berdasarkan pendekatan morfologi
Penyebab anemia dapat diklasifikasikan berdasarkan ukuran sel darah merah
pada apusan darah tepi dan parameter automatic cell counter. Sel darah
merah normal mempunyai volume 80-96 femtoliter dengan diameter kira-
kira 7-8 micron, sama dengan inti limfosit kecil. Sel darah merah yang
berukuran lebih besar dari inti limfosit kecil pada apus darah tepi disebut
makrositik.
Sel darah merah yang berukuran lebih kecil dari inti limfosit kecil disebut
mikrositik. Automaticcell counter memperkirakan volume sel darah merah
dengan sampel jutaan sel darah merah dengan mengeluarkan angka mean
corpuscular volume (MCV) dan angka dispersi mean tersebut. Angka
dispersi tersebut merupakan koefisien variasi volume sel darah merah atau
RBC distribution width (RDW). RDW normal berkisar antara 11,5-14,5%.
Peningkatan RDW menunjukkan adanya variasi ukuran sel. Berdasarkan
pendekatan morfologi, anemia diklasifikasikan menjadi
- Anemia Makrositik
Anemia makrositik merupakan anemia dengan karakteristik MCV di atas
100 fL. Anemia makrositik dapat disebabkan oleh
Metabolisme abnormal asam nukleat pada prekursor sel darah merah
(defisiensi folat atau cobalamin, obat-obat yang mengganggu sintesa
asam nukleat: zidovudine, hidroksiurea)
Gangguan maturasi sel darah merah (sindrom mielodisplasia,
leukemia akut)
Penggunaan alkohol
Penyakit hati
Hipotiroidisme.
- Anemia Mikrositik
Anemia mikrositik merupakan anemia dengan karakteristik sel darah
merah yang kecil (MCV kurang dari 80 fL). Anemia mikrositik biasanya
disertai penurunan hemoglobin dalam eritrosit. Dengan penurunan MCH
(mean concentration hemoglobin) dan MCV, akan didapatkan gambaran
mikrositik hipokrom pada apusan darah tepi. Penyebab anemia mikrositik
hipokrom:
Berkurangnya Fe: anemia defisiensi Fe, anemia penyakit
kronis/anemia inflamasi, defisiensi tembaga.
Berkurangnya sintesis heme: keracunan logam, anemia sideroblastik
kongenital dan didapat.
Berkurangnya sintesis globin: talasemiadan hemoglobinopati.
- Anemia Normositik
Anemia normositik adalah anemia dengan MCV normal (antara 80-100
fL). Keadaan ini dapat disebabkan oleh :
Anemia pada penyakit ginjal kronik.
Sindrom anemia kardiorenal: anemia, gagal jantung, dan penyakit
ginjal kronik.
Anemia hemolitik:
o Anemia hemolitik karena kelainan intrinsik sel darah merah:
Kelainan membran (sferositosis herediter), kelainan enzim (defi
siensi G6PD), kelainan hemoglobin (penyakit sickle cell).
o Anemia hemolitik karena kelainan ekstrinsik
o Sel darah merah: imun, autoimun (obat, virus, berhubungan dengan
kelainan limfoid, idiopatik), alloimun (reaksi transfusi akut dan
lambat, anemia hemolitik neonatal), mikroangiopati (purpura
trombositopenia trombotik, sindrom hemolitik uremik), infeksi
(malaria), dan zat kimia (bisa ular).
d. Patogenesis Anemia
Anemia karena kehilangan darah
Anemia kehilangan darah akibat perdarahan yaitu terlalu banyaknya sel
darah merah yang hilang dari tubuh seseorang akibat kecelakaan atau
dimana tejadi perdarahan yang banyak jumlahnya. Perdarahan bisa
disebabkan racun atau obat – obatan, selain itu ada perdarahan kronis seperti
pada kanker pada saluran pencernaan, peptic ulser atau wasir.
Anemia karena pengrusakan sel – sel darah merah
Anemia ini dapat terjadi karena bibit penyakit atau parasit yang masuk ke
dalam tubuh seperti malaria atau cacing tambang sehingga terjadi hemolisis
eritrosit. Bila eritrosit pecah dan rusak maka zat besi tidak hilang tetapi bisa
digunakan kembali sebagai pembentukan sel – sel darah merah namun jika
asam folat yang dirusak maka tidak dapat digunakan lagi.
Anemia karena gangguan pada produksi sel darah merah
Sumsum tulang mengganti sel darah yang tua dengan sel darah merah yang
baru sama cepatnya dengan banyaknya sel darah merah yang hilang
sehingga jumlah sel darah merah yang dipertahankan selalu cukup banyak
di dalam darah dan untuk mempertahankannya diperlukan cukup banyak zat
gizi.
e. Pemeriksaan Fisik
Tujuan utamanya adalah menemukan tanda keterlibatan organ atau multisistem
dan untuk menilai beratnya kondisi penderita. Pemeriksaan fisik perlu
memperhatikan:
adanya takikardia, dispnea, hipotensi postural.
pucat: sensitivitas dan spesifisitas untuk pucat pada telapak tangan, kuku,
wajah atau konjungtiva sebagai prediktor anemia bervariasi antara 19-70%
dan 70-100%.
ikterus: menunjukkan kemungkinan adanya anemia hemolitik. Ikterus sering
sulit dideteksi di ruangan dengan cahaya lampu artifisial. Pada penelitian 62
tenaga medis, icterus ditemukan pada 58% penderita dengan bilirubin >2,5
mg/dL dan pada 68% penderita dengan bilirubin 3,1 mg/dL.
penonjolan tulang frontoparietal, maksila (facies rodent/chipmunk) pada
talasemia.
lidah licin (atrofi papil) pada anemia defisiensi Fe.
limfadenopati, hepatosplenomegali, nyeri tulang (terutama di sternum);
nyeri tulang dapat disebabkan oleh adanya ekspansi karena penyakit infi
ltratif (seperti pada leukemia mielositik kronik), lesi litik (pada myeloma
multipel atau metastasis kanker).
petekhie, ekimosis, dan perdarahan lain.
kuku rapuh, cekung (spoon nail) pada anemia defisiensi Fe.
Ulkus rekuren di kaki (penyakit sickle cell, sferositosis herediter, anemia
sideroblastik familial).
Infeksi rekuren karena neutropenia atau defisiensi imun.
f. Pemeriksaan Laboratorium
Complete blood count (CBC)
CBC terdiri dari pemeriksaan hemoglobin, hematokrit,jumlah eritrosit,
ukuran eritrosit, dan hitung jumlah leukosit. Pada beberapa laboratorium,
pemeriksaan trombosit, hitung jenis, dan retikulosit harus ditambahkan
dalam permintaan pemeriksaan (tidak rutin diperiksa). Pada banyak
automated blood counter, didapatkan parameter RDW yang
menggambarkan variasi ukuran sel
Pemeriksaan morfologi apusan darah tepi apusan darah tepi harus dievaluasi
dengan baik. Beberapa kelainan darah tidak dapat dideteksi dengan
automated blood counter.
Hipersegmentasi neutrofil
Hipersegmentasi neutrofil merupakan abnormalitas yang ditandai dengan
lebih dari 5% neutrofil berlobus >5 dan/atau 1 atau lebih neutrofil berlobus
> 6. Adanya hipersegmentasi neutrofil dengan gambaran makrositik
berhubungan dengan gangguan sintesis DNA (defisiensi vitamin B12 dan
asam folat).
Hitung retikulosit
Retikulosit adalah sel darah merah imatur. Hitungretikulosit dapat berupa
persentasi dari sel darah merah, hitung retikulosit absolut, hitung retikulosit
absolut terkoreksi, atau reticulocyte production index. Produksi sel darah
merah efektif merupakan proses dinamik. Hitung retikulosit harus
dibandingkan dengan jumlah yang diproduksi pada penderita tanpa anemia.
g. Komplikasi
Komplikasi dari anemia adalah sebagai berikut:
- Gagal jantung
Anemia akan akan menginduksi terjadinya mekanisme kompensasi
terhadap penurunan konsentrasi Hb untuk memnuhi kebutuhan oksigen
jaringan. Pada keadaan anemia, jantung akan meningkatkan venous return.
Maka sesuai mekanisme Frank-Starling, jantung akan meningkatkan
stroke volume, sehingga dapat terjadi hipertrofi ventrikel kiri, dengan
myofibril jantung yang memanjang, gagal jantung kongestif, kejadian
gagal jantung berulang dan kematian.
- Gagal ginjal
Dengan berkurangnya pasokan oksigen ke jaringan misalnya pada ginjal
akan terjadi kerusakan ginjal yang dapat menyebabkan gagal ginjal.
- Hipoksia
Hipoksia adalah penurunan pemasokan oksigen ke jaringan sampai
ditingkat fisiologik. Hb berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh
tubuh. Jika terjadi penurunan Hb maka akan terjadi hipoksia bahkan dapat
menyebabkan kematian.
h. Prognosis
Prognosis pada penderita anemia jika ditangani dengan cepat maka
prognosisnya baik. Anemia berat yang tidak diobati dapat menyebabkan syok
hingga koma dan meninggal.
II. SINDROM DISPEPSIA
a. Definisi
Adalah rasa nyeri atau tidak enak pada bagian ulu hati yang menetap atau
mengalami kekambuhan.
b. Klasifikasi Etiologi Dispepsia
Penyebab dispepsia pada anak-anak adalah memberi makan terlalu
banyak atau susu kaleng yang tidak cocok. Namun kadang-kadang dapat pula
timbul karena penyakit, misalnya tukak lambung. Penyebab timbulnya gejala
dispepsia sangat banyak sehingga diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya
penyebab dispepsia yaitu :
i. Dispepsia Organik
Dispepsia organik adalah dispepsia yang telah diketahui adanya kelainan
organik sebagai penyebabnya. Dispepsia organik jarang ditemukan pada
usia muda, tetapi banyak ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun.12
Dispepsia organik dapat digolongkan menjadi :
o Dispepsia Tukak
Keluhan penderita yang sering diajukan ialah rasa nyeri ulu hati.
Berkurang atau bertambahnya rasa nyeri ada hubungannya dengan
makanan. Hanya dengan pemeriksaan endoskopi dan radiologi dapat
menentukan adanya tukak di lambung atau duodenum.
o Refluks Gastroesofageal
Gejala yang klasik dari refluks gastroesofageal, yaitu rasa panas di
dada dan regurgitasi asam terutama setelah makan.
o Ulkus Peptik
Ulkus peptik dapat terjadi di esophagus, lambung, duodenum atau
pada divertikulum meckel ileum. Ulkus peptikum timbul akibat kerja
getah lambung yang asam terhadap epitel yang rentan. Ulkus dapat
berkaitan dengan hiperparatiroidisme, sirosis, penyakit paru dan
jantung. Kortikosteroid meningkatkan resiko ulkus peptik dan
perdarahan saluran pencernaan. Faktor-faktor yang berhubungan
dengan terjadinya ulkus peptik antara lain merokok, penyakit hati
kronik, penyakit paru kronik, pankreatitis kronik dan gastritis kronik
o Penyakit Saluran Empedu
Sindroma dispepsia ini biasa ditemukan pada penyakit saluran
empedu. Rasa nyeri dimulai dari perut kanan atas atau di ulu hati yang
menjalar ke punggung dan bahu kanan.
ii. Dispepsia fungsional
Adalah suatu kelainan yang ditandai dengan gejala yang berasal dari
daerah perut bagian atas tanpa kelainan organik, keluhan dispepsia ini
meliputi rasa nyei atau tidak nyaman perut bagian atas, perut terasa penuh,
mual, sendawa dan kembung.
Dispepsia fungsional dibagi menjadi dua kategori berdasarkan gejala atau
keluhan:
a. Postprandial Distress Syndrome
Rasa kembung setelah makan, terjadi setelah mengkonsumsi
makanan porsi biasa paling sedikit beberapa kali selama seminggu.
Cepat terasa penuh perut sehingga tidak dapat mernghabiskan
makanan dengan porsi biasa paling tidak beberapa kali selama
seminggu.
b. Epigastric Pain Syndrome
Nyeri atau rasa terbakar terlokalisasi di epigastrium dengan tingkat
keparahan sedang yang dialami minimal sekali seminggu.
Nyeri interimiten.
Tidak berkurang dengan defekasi atau flatus.
Tidak memenuhi kriteria kelainan kandung empedu.
Sindroma dispepsia dapat bersifat ringan, sedang, dan berat, serta dapat akut
atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan
kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Sudoyo, A. W., dkk. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi V. Jakarta : Pusat Penerbitan IPD FK UI ; 2009.
Oehadian, Amaylia, Pendekatan Klinis dan Diagnosis Anemia, Continuing Medical Education, Bandung, 2010.
Mansjoer Arief. M, dkk. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 3 : 492 . Jakarta : media ausculapius FKUI.
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/25583/4/Chapter%2011.pdf
Repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/30001/4/Chapter%2011.pdf