laporan eng index glikemik

21
Laporan Praktikum ke-1 Tanggal mulai : 21 Februari 2013 MK. Evaluasi Nilai Gizi Tanggal selesai : 28 Februari 2013 NILAI INDEKS GLIKEMIK CRACKERS DAN ROTI GANDUM Oleh : M. Firman Alamsyah I14100079 Erlina andika D. P. I14100105 Rizka Febriana I14100133 Fara Irdini Azkia I14100134 Putu Rossi Tya Lestari I14100152 Asisten Praktikum : Ai Kusrtiani Ratia Yulizawati Penanggung Jawab Praktikum : Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S

Upload: baskoro-pakusadewo

Post on 12-Aug-2015

620 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

laporan cui

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan ENG Index glikemik

Laporan Praktikum ke-1 Tanggal mulai : 21 Februari 2013MK. Evaluasi Nilai Gizi Tanggal selesai : 28 Februari 2013

NILAI INDEKS GLIKEMIK CRACKERS DAN ROTI GANDUM

Oleh :

M. Firman Alamsyah I14100079Erlina andika D. P. I14100105Rizka Febriana I14100133Fara Irdini Azkia I14100134Putu Rossi Tya Lestari I14100152

Asisten Praktikum :

Ai KusrtianiRatia Yulizawati

Penanggung Jawab Praktikum :

Prof. Dr. Ir. Evy Damayanthi, M.S

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR

2013

Page 2: Laporan ENG Index glikemik

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pola konsumsi makanan merupakan salah satu faktor yang dapat

menyebabkan buruknya status kesehatan suatu individu. Berbagai cara telah

dilakukan oleh produsen makanan dan pihak kesehatan untuk menekan laju

pertumbuhan kesehatan yang buruk ini. Salah satunya yaitu dengan menghitung

kadar indeks glikemik suatu bahan pangan.

Indeks glikemik (IG) adalah suatu ukuran yang menggambarkan luas

kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi suatu

makanan tertentu dibandingkan dengan suatu standar. Standar yang digunakan

merupakan glukosa murni yang mempunyai nilai indeks glikemik 100. Setiap

jenis makanan memiliki nilai indeks glikemik yang berbeda-beda. Makanan

dengan indeks glikemik yang rendah akan menghasilkan kenaikan dan

penurunan kadar glukosa darah yang tidak terlalu drastis, sesaat setelah

makanan tersebut dicerna. Sedangkan makanan yang memiliki nilai IG tinggi,

akan mengalami hal yang sebaliknya.

Bahan pangan berdasarkan nilai indeks glikemik dapat diklasifikasikan

menjadi bahan pangan dengan nilai IG rendah (<55), bahan pangan dengan nilai

IG sedang (55- 69), dan bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70) (Foster-

Powell et al 2002). Faktor yang mempengaruhi IG suatu bahan pangan antara

lain adalah daya cerna pati, interaksi antara pati dengan protein, jumlah dan jenis

asam lemak, kadar serat pangan, dan bentuk fisik bahan pangan (Ragnhild et al

2004). Penentuan kadar IG pangan dapat dilakukan dengan 3 metode antara lain

metode polynomial, metode luas bangun, dan metode trapezoid.

Nilai IG bahan pangan penting untuk diketahui agar masyarakat dapat

mengkonsumsinya sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, pada praktikum

kali ini dilakukan pengukuran indeks glikemik pada beberapa bahan pangan.

Tujuan

Praktikum pengukuran indeks glikemik ini bertujuan untuk mengukur

indeks glikemik dari beberapa jenis bahan pangan yaitu roti tawar, roti gandum,

dan crakers dengan menggunakan tiga metode yang berbeda.

Page 3: Laporan ENG Index glikemik
Page 4: Laporan ENG Index glikemik

Tinjauan Pustaka

Indeks Glikemik

Indeks Glikemik (IG) menurut Whitney et al (1990) adalah suatu ukuran

yang menggambarkan luas kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah

setelah mengonsumsi suatu makanan tertentu dibandingkan dengan suatu

standar. Standar yang digunakan adalah glukosa murni. Nilai IG glukosa murni

adalah 100 (Rimbawan et al 2004). Setiap jenis makanan memiliki nilai IG yang

berbeda-beda. Makanan dengan IG rendah akan menghasilkan kenaikan dan

penurunan kadar glukosa darah yang tidak terlalu drastis, sesaat setelah

makanan tersebut dicerna (Ragnhild et al 2004). Sedangkan makanan yang

memiliki nilai IG tinggi, akan mengalami hal yang sebaliknya. Bahan pangan

berdasarkan nilai IG dapat diklasifikasikan menjadi; (1) bahan pangan dengan

nilai IG rendah (<55), (2) bahan pangan dengan nilai IG sedang (55- 69), (3)

bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70) (Foster-Powell et al 2002). Faktor

yang mempengaruhi IG suatu bahan pangan adalah daya cerna pati, interaksi

antara pati dengan protein, jumlah dan jenis asam lemak, kadar serat pangan,

dan bentuk fisik bahan pangan (Ragnhild et al 2004).

Cara Perhitungan Indeks Glikemik

Menurut Miller et al (1997), Indeks Glikemik dapat dihitung dengan beberapa

metode perhitungan. Penentuan IG pangan adalah sebagai berikut:

a. Subjek berpuasa selama lebih kurang 10 jam, perlakuan puasa ini bertujuan

untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali sehingga pada saat

menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya (Marsono 2002).

Setelah itu, dilakukan pengukuran kadar glukosa darah perifer dari finger

prick capillary blood dengan glukometer. Setelah itu, subjek diberikan 50 g

glukosa murni yang dilarutkan dalam 150 cc air sebagai pangan acuan.

Selain itu juga dapat diganti dengan roti tawar. Dalam hal ini, glukosa atau

roti tawar sebagai standar (IG 100) dan nilai makanan yang diuji

merupakan persen terhadap standar tersebut (Truswell 1992). Roti tawar

digunakan sebagai pangan acuan lebih sering digunakan dalam penelitian.

Hal ini didasari atas kelaziman mengonsumsi roti tawar dibandingkan dengan

glukosa murni (Rimbawan et al 2004).

b. Pasca pemberian pangan uji, kembali dilakukan pengukuran kadar glukosa

darah pada menit ke, 15, 30, 45, 60, 90, dan 120. Pengambilan darah

dilakukan melalui pembuluh darah kapiler yang terdapat di jari tangan.

Page 5: Laporan ENG Index glikemik

Pembuluh darah kapiler dipilih karena berdasarkan penelitian yang dilakukan

oleh Ragnhild et al (2004) menunjukkan bahwa darah yang diambil dari

pembuluh kapiler memiliki variasi kadar glukosa darah antar relawan yang

lebih kecil dibandingkan darah yang diambil dari pembuluh vena.

c. Satu minggu kemudian, hal yang sama dilakukan dengan mengganti pangan

acuan dengan pangan uji yang setara dengan 50g karbohidrat kepada

subjek.

Prosedur penelitian penentuan kadar IG pangan dilakukan dengan

prosedur baku. Selama pengukuran IG subjek tidak dalam keadaan aktivitas

berat, atau berada dalam keadaan santai. Kurva polynomial respon glikemik

pangan uji ditentukan dengan pendekatan Microsoft Excel. Model polynomial

yang memiliki nilai R2 yang paling tinggi (Rimbawan 2004).

Menurut Monro & Shaw (2008) masih belum ada kesepakatan tentang

metode terbaik untuk menghitung luas di bawah kurva respon glukosa darah

(AUC). Sejumlah metode yang berbeda telah digunakan untuk menentukan AUC,

tetapi FAO/WHO (1997) menyatakan bahwa metode yang paling sering

digunakan melibatkan perhitungan geometris dengan menerapkan aturan

trapesium (trapezoid). Sebelum menstandarisasi metodologi yang disajikan,

kelompok yang berbeda menggunakan teknik yang berbeda untuk menghitung

daerah di bawah kurva respon glukosa.

Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di

bawah kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan glukosa

murni. Penjelasan lebih jelas terdapat pada gambar 1.

Gambar 1 Gambar kurva Indeks Glikemik pangan standar dan pangan uji(A)kurva respons glukosa darah setelah mendapat pangan yang diukur IG;(B)kurva respons glukosa darah setelah mendapat glukosa murni

Page 6: Laporan ENG Index glikemik

Rumus/Perhitungan:

IG = Luasarea dibawahkurvarespons glukosa darah setelahmendapat pangan yangdiukur IG

Luasarea dibawahkurva respons glukosadarah setelahmendapat glukosamurni

L =

(Δ 30-0) x t

2

 +

(Δ 60-0) x t

2

 +

(Δ 60-30) x t

2

 +

(Δ 90-0) x t

2

 +

(Δ 60-90) x t

2

 +

(Δ 120-0) x t

2

 +

(Δ 90-120) x t

2

Keterangan:L = luas area di bawah kurvat  = waktuΔ = kadar glukosa darah

Pangan kesehatan (health foods) dapat diartikan sebagai suatu jenis

pangan yang karena kandungan zat gizinya dapat berfungsi untuk menjaga atau

membantu memulihkan kesehatan tubuh manusia. Dalam penelitian ini bekatul

digunakan sebagai pensubstitusi tepung terigu pada pembuatan cookies dan

donat, dalam rangka memberikan nilai tambah pada bekatul sebagai produk

sampingan (limbah) menjadi bahan baku pembuatan pangan kesehatan.

Roti tawar

Roti tawar adalah pangan yang memiliki komposisi Tepung terigu, air,

gula pasir, lemak reroti, ragi, garam, susu bubuk, pengemulsi nabati, pengawet

kalsium propionat. Kandungan gizi pada satu takar saji atau kurang lebih 74 g

adalah sebagai berikut :

Tabel 1 Kandungan Gizi Roti TawarZat gizi Kandungan per takar saji

Lemak total 3 gLemak Jenuh 1,5 gKolesterol 0 mgProtein 6 gKarbohidrat total 36 gSerat pangan 3 gGula 3 gNatrium 330 mgEnergi 200 Kal

Sumber : www.sariroti.com

Crackers

Crackers merupakan jenis biskuit yang dibuat dari adonan keras melalui

proses fermentasi / pemeraman, berbentuk pipih yang rasanya mengarah asin

dan relatif renyah, serta bila dipatahkan penampang potongannya berlapis-lapis.

Bahan dasar dalam pembuatan crackers adalah tepung terigu, lemak, garam,

Page 7: Laporan ENG Index glikemik

dan agen fermentasi seperti ragi, gula dan ditambahkan air. Bahan-bahan

tambahan lain yang digunakan adalah bahan pengembang seperti bikarbonat,

susu bubuk atau skim yang dicampurkan hingga menjadi adonan sampai

homogen setelah itu dilakukan proses fermentasi selama kurang lebih satu jam

(Smith 1972).

Bahan dasar dalam pembuatan crackers adalah tepung terigu, lemak,

garam, agen fermentasi seperti ragi, gula, proses fermentasi dan dikombinasikan

dengan menggunakan air. Bahan baku tambahan yang lain yang digunakan

adalah mencakup bahan pengembang seperti sodium bikarbonat, susu skim

yang dicampurkan menjadi adonan sampai homogeny dan melalui proses

fermentasi (Manley 1998). Menurut Uripi (2002), kandungan gizi dalam 12,5

gram Crackers akan dijelaskan melalui tabel 2.

Tabel 2 Kandungan Gizi CrackersZat gizi Kandungan per takar saji

Lemak total -Protein 1 gram

Karbohidrat total 10 gramEnergi 44 Kkal

Roti Gandum

Roti gandum merupakan salah satu jenis roti putih yang memiliki

komposisi : epung gandum, air, gula pasir, lemak reroti, ragi, garam, susu bubuk,

omega-3, pengemulsi nabati, pengawet kalsium propionat. Kandungan gizi pada

satu takar saji atau kurang lebih 73 g adalah sebagai berikut.

Tabel 3 Indeks Glikemik setiap bahan pangan

pangan IG Takaran Saji (gram) Jumlah Glikemik per takaran saji

Roti Tawar 71 30 10Roti Gandum 51 30 7

Crakers 74 25 14Sumber : "International tables of glycemic index and glycemic load values: 2008" by Fiona S. Atkinson, Kaye Foster-Powell, and Jennie C. Brand-Miller in the December 2008 issue of Diabetes Care, Vol. 31, number 12, pages 2281-2283.

Page 8: Laporan ENG Index glikemik

METODOLOGI

Waktu dan Tempat

Praktikum pengukuran indeks glikemik dilakukan pada hari Kamis, 21

Februari pukul 10.00-13.00 WIB dan pengolahan data dilakukan pada Kamis, 28

Februari pukul 10.00-13.00 WIB. Praktikum ini bertempat di Laboratorium

Evaluasi Nilai Gizi, lantai 2, Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam praktikum pengukuran indeks glikemik yaitu

glukometer one touch glucose blood system. Bahan yang digunakan pada saat

pengambilan darah adalah strip analisis glukosa, lancet, kapas swab, sampel

darah. Sedangkan pangan yang diuji yaitu roti tawar sebagai bahan pangan

standar, crakers dan roti gandum. Untuk pengolahan data menggunakan

program Microsoft Excell.

Prosedur Kerja

1. Pengukuran kadar glukosa

dikondisikan subjek rileks lima menit sebelum pengambilan

digunakan jari tengah atau jari yang menurut subjek tidak terlalu dingin

disarankan subjek memposisikan lengan tangan rileks menggelantung ke samping

Bagan 1 persiapan pengambilan darah

diambil darah subjek pada menit ke-0

diberi intervensi masing-masing subjek sesuai dengan pangan yang ditentukan dan dihabiskan dalam waktu 10 menit

diambil darah subjek 2 µl berturut-turut pada menit ke 15, 30, 45, 60, 90, 120, pada 150 menit pasca pemberian

Bagan 2 pengambilan darah

2. Perlakuan pangan yang diuji

diperlukan 6 dubjek untuk setiap satu jenis bahan pangan

pangan yang diujikan mengandung 50 gram available karbohidrat

subjek dipuasakan minimal 10 jam sebelum praktikum

pangan acuan dan pangan uji harus dikonsumsikan ≤ 10 menit

Bagan 3 Menghitung pangan yang dikonsumsi subjek setara dengan 50 gram karbohidrat

3. Pengolahan data

Page 9: Laporan ENG Index glikemik

dimasukan data ke program Ms. Excell dan entry kadar glukosa darah

dibuat perbandingan data sesuai waktu pengambilan survey

pilih chart wizard pada toolbar (insert) sumbu x (sumbu waktu) sumbu y (sumbu kadar glukosa darah)

pilih line pada chart type, chart source data (data range dan series) chart option; category untuk waktu, value untuk kadar glukosa, pilih chart location

dilakukan perhitungan luas kurva dengan 3 metode berbedaBagan 4 EntrI data glukosa darah

Meode Polynomial

Klik kanan pada line grafik pilih add trendline, pilih polynomial, display equation on chart dan display R-squared value on chart, didapat persamaan dan nilai R

Ditentukan skor IG dengan membandingkan luas daerah kurva bangun yang diukur dengan pangan acuan

Luas kurva dihitung dengan mengintegralkan persamaan yang diperoleh Bagan 5 Perhitungan skor IG metode polynomial

Metode Luas Bangun

dibuat masing-masing grafik dari data pangan uji dengan kontrol

ditarik garis dari masing-masing titik

dihitung masing-masing luas bangun (dipecah)

didapatkan skor IG dari penjumlahan total luas bangunBagan 6 Perhitungan skor IG metode luas bangun

Metode Trapezoid

dibuat grafik dari data glukosa pangan uji dan kontrol

ditarik garis dari masing-masing titik

dihitung luas masing-masing bangun (trapezium)

didapatkan skor IG dari penjumlahan luas bangun trapeziumBagan 7 Perhitungan skor IG metode trapezoid

Page 10: Laporan ENG Index glikemik

HASIL DAN PEMBAHASAN

Indeks Glikemik (IG) adalah angka yang menunjukkan potensi

peningkatan glukosa darah dari karbohidrat yang tersedia pada suatu pangan

atau secara sederhana dapat dikatakan sebagai tingkatan atau rangking pangan

menurut efeknya terhadap kadar glukosa darah (Powell et al 2002). Whitney et al

(1990) menyatakan bahwa IG adalah suatu ukuran yang menggambarkan luas

kurva kenaikan dan penurunan kadar glukosa darah setelah mengonsumsi suatu

makanan tertentu dibandingkan dengan suatu standar. Standar yang digunakan

adalah glukosa murni yang bernilai 100 (Rimbawan dan Siagian 2004).

Setiap jenis pangan memiliki nilai IG yang berbeda-beda. Berdasarkan

nilai IG-nya, bahan pangan dapat diklasifikasikan menjadi tiga golongan, yaitu

bahan pangan dengan nilai IG rendah (<55), bahan pangan dengan nilai IG

sedang (55- 69), dan bahan pangan dengan nilai IG tinggi (>70) (Powell et al

2002). Makanan yang memiliki nilai IG tinggi berarti dapat meningkatkan kadar

gula darah dalam waktu lebih cepat, lebih fluktuatif, dan lebih tinggi, daripada

makanan yang memiliki nilai IG rendah (Sarwono 2003). Kadar IG sendiri

dipengaruhi oleh beberapa faktor daya cerna pati, interaksi antara pati dengan

protein, jumlah dan jenis asam lemak, kadar serat pangan, dan bentuk fisik

bahan pangan (Ragnhild et al 2004). Nilai IG ini penting diketahui untuk memilih

pangan sumber karbohidrat sebagai sumber tenaga, terutama untuk orang-orang

dengan kebutuhan khusus seperti pada diabetisi.

Kadar IG pangan dapat ditentukan dengan pengambilan darah subjek

setelah mengonsumsi pangan yang ingin diuji dan pangan standar selama

selang waktu tertentu. Tiga orang subjek dipilih untuk diberi perlakuan yang

berbeda. Subjek pertama akan diberi pangan standar, sedangkan dua subjek

lainnya akan diberikan pangan uji. Sebelum melakukan percobaan, subjek

dipuasakan selama sepuluh jam dan setelah itu dapat melakukan memakan

makanan uji dan standar yang akan diukur nilai ideks glikemiknya. Perlakuan

puasa ini bertujuan untuk membiarkan kadar gula darah normal kembali

sehingga pada saat menganalisis tidak ada pengaruh dari karbohidrat lainnya

(Marsono 2002). Subjek yang diukur harus memiliki tinggi badan dan berat

badannya dalam kriteria IMT normal karena pada orang yang gemuk cenderung

cepat lapar dimana kadar gula darahnya cepat turun sebagai respon terhadap

kebutuhan energi dan metabolisme basal yang lebih tinggi bila dibandingkan

dengan orang yang lebih kurus (Ravussin et al. 1986). Pengukuran kadar

Page 11: Laporan ENG Index glikemik

glukosa darah dilakukan dua kali, yaitu dalam keadaan puasa dan setelah

memakan bahan pangan uji dari finger prick capillary blood dengan glukometer.

Pengukuran dilakukan dengan cara mengambil darah melalui pembuluh darah

kapiler yang terdapat pada jari tangan. Pembuluh darah kapiler dipilih karena

penelitian yang dilakukan oleh Ragnhild et al (2004) menunjukkan bahwa darah

yang diambil dari pembuluh kapiler memiliki variasi kadar glukosa darah antar

relawan yang lebih kecil dibandingkan darah yang diambil dari pembuluh vena.

Pangan standar yang digunakan adalah roti tawar. Penggunaan roti tawar

sebagai standar karena nilai IG dari roti tawar adalah 100 sehingga dapat

dijadikan sebagai pangan standar dan nilai makanan yang diuji merupakan

persen terhadap standar tersebut (Truswell 1992). Penggunaan roti tawar

sebagai pangan acuan lebih sering digunakan dalam penelitian. Hal ini didasari

atas kelaziman mengonsumsi roti tawar dibandingkan dengan glukosa murni

(Rimbawan & Siagian 2004). Menurut Mendosa (2006), baik roti tawar maupun

glukosa murni dapat digunakan sebagai pangan kontrol dalam menghitung nilai

indeks glikemik pangan uji. Selain pangan standar, terdapat dua jenis pangan uji

yang digunakan, yaitu roti gandum dan krakers.

Prosedur penelitian penentuan kadar IG pangan dilakukan dengan

prosedur baku. Selama pengukuran IG, subjek tidak dalam keadaan aktivitas

berat atau berada dalam keadaan santai. Setelah diperoleh kadar gula darah per

waktu, dibuatlah grafik dengan sumbu (x) waktu dan sumbu (y) kadar gula darah.

Indeks glikemik ditentukan dengan cara membandingkan luas daerah di bawah

kurva antara pangan yang diukur indeks glikemiknya dengan glukosa murni.

Kurva polynomial respon glikemik pangan uji ditentukan dengan pendekatan

Microsoft Excel. Hasil perhitungan luas daerah di bawah kurva metode

polynomial, metode trapezoid, dan metode luas bangun dari pangan uji tersaji

pada tabel berikut.

Tabel 4 Skor Indeks Glikemik Hasil Perhitungan Metode Polynomial, Trapezoid, dan Luas Bangun

Metode Roti gandum CrackersPolynomial 118,975 115,059trapezoid 92,47 98,26Luas bangun 163,68 129,59

Roti gandum merupakan salah satu jenis pangan sumber karbohidrat

yang di golongkan ke dalam pangan yang memiliki indeks glikemik tinggi yaitu 71

(Regina 2012). Hasil perhitungan pada tabel diatas menunjukkan bahwa terdapat

nilai indeks glikemik roti gandum yang beragam dari beberapa metode. Metode

Page 12: Laporan ENG Index glikemik

polynomial memberikan nilai IG 118.98, metode trapezoid 92.47, dan metode

luas bangun 163.68. Berdasarkan perbandingan ketiga perhitungan tersebut,

hasil perhitungan dengan metode trapezoid memiliki kedekatan hasil dengan

literatur. Nilai IG roti gandum dengan metode polynomial dan luas bangun terlalu

tinggi, dalam literatur dinyatakan bahwa indeks glikemik glukosa murni adalah

100, bahan pangan lain memiliki nilai IG dibawah nilai IG glukosa murni, faktor

kesalahan ini dapat terjadi karena penerapan prosedur yang tidak tepat pada

saat konsumsi pangan uji maupun saat responden melakukan puasa selama 10

jam. Suatu bahan pangan dikategorikan memiliki IG tinggi jika nilainya diatas 70

(>70) (Foster-Powell et al 2002), oleh sebab itu roti gandum dapat dikategorikan

sebagai bahan pangan dengan nilai IG tinggi.

Biskuit memiliki nilai IG sekitar 59, namun tidak disebutkan nilai IG biskuit

cracker. Nilai indeks glikemik cracker tidak memiliki perbedaan yang cukup jauh

dengan biscuit jika dilihat dari proses pembuatan dan komposisinya. Hasil

perhitungan dengan cara polynomial, trapezoid dan luas bangun memiliki rata-

rata IG >60. Hal ini berbeda jauh dengan literatur IG biskuit, hasil perhitungan

bahkan melebihi 100, jika dilihat dari perbandingan ketiga perhitungan tersebut,

hasil perhitungan dengan metode polynomial adalah hasil yang paling mendekati

literatur yaitu 98,26, berdasarkan hal tersebut maka cracker dapat dikategorikan

sebagai pangan dengan nilai IG tinggi. Hasil perhitungan dengan metode

polynomial dan luas bangun juga menunjukkan hasil diatas 100, faktor kesalahan

ini mungkin juga disebabkan oleh penerapan prosedur yang tidak tepat pada

saat konsumsi pangan uji maupun saat responden melakukan puasa selama 10

jam.

Hasil perhitungan juga dibandingkan dengan kelas lain. Hasil tersebut

kemudian dijumlahkan dan dibagi dua untuk mencari nilai rataan dan diperoleh

nilai rata-rata seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 5 Skor Indeks Glikemik Rata-rata Hasil Perhitungan Metode Polynomial, Trapezoid, dan Luas Bangun

MetodeRoti gandum Crackers

1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rataPolynomial 118,975 168,94 143,958 115,059 46,46 80,76Trapezoid 92,47 91,02 91,75 98,26 83,04 90,65

Luas bangun 163,68 166,7 165,19 129,59 132 130,80

Hasil pada tabel diatas merupakan rata-rata dari nilai indeks glikemik

dengan ketiga metode yang digunakan. Hasil perhitungan nilai IG roti gandum

dan crackers dengan metode polynomial berturut-turut adalah 143,96 dan 80,76.

Page 13: Laporan ENG Index glikemik

Nilai IG roti gandum dengan metode trapezoid dan luas bangun berturut-turut

adalah 91,75 dan 165,19, sedangkan nilai IG crackers dengan metode trapezoid

dan luas bangun berturut-turut adalah 90,65 dan 130,80. Perbedaan hasil

perhitungan terlihat pada nilai indeks glikemik crackers dengan metode

polynomial, nilai IG berbeda jauh antara kelas 1 dan kelas 2 (selisih 69 satuan),

sedangkan dengan kedua metode lain nilai IG crackers justru tidak jauh berbeda.

Perbedaan nyata juga terlihat pada nilai IG roti gandum dengan metode

polynomial, nilai IG antara kelas 1 dan kelas 2 berbeda 50 satuan. Perbedaan

hasil perhitungan juga terlihat pada nilai indeks glikemik roti gandum dan cracker

kelas 1 dan kelas 2 yang tidak jauh berbeda satu sama lainnya dengan metode

trapezoid maupun metode luas bangun. Perbedaan hasil yang terlihat dapat

mungkin disebabkan oleh adanya ketimpangan hasil grafik trapezoid dan luas

bangun akibat adanya perbedaan toleransi tiap orang terhadap gula. Grafik

membentuk plot yang tidak beraturan. Pada praktikum kali ini dapat disimpulkan

bahwa metode trapezoid adalah metode terbaik untuk menentukan indeks

glikemik roti gandum dan crackers.

Perlakuan yang sama diberikan untuk setiap jenis pangan pada

praktikum kali ini, yaitu mengonsumsi jenis pangan yang sama oleh dua orang

untuk mendapatkan perbandingan dan rata-rata IG. Namun, berdasarkan hasil

pengukuran yang diperoleh, kedua responden memiliki respon kadar glukosa

darah yang berbeda satu sama lain. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor

yang mempengaruhinya, yaitu lama responden berpuasa yang akan

mempengaruhi kadar gula darah seseorang, toleransi glukosa seseorang, dan

cara mengonsumsi sampel pangan yang berbeda satu sama lain, baik dari pola

makan maupun waktu yang dipakai untuk menghabiskan pangan tersebut,

karena hal-hal tersebut akan mempengaruhi bentuk grafik Indeks Glikemik

seseorang, luas daerah dibawah kurva tersebut, dan akhirnya mempengaruhi

nilai Indeks Glikemik yang berbeda-beda pula.

Page 14: Laporan ENG Index glikemik

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Praktikum pengukuran dan perhitungan nilai indeks glikemik yang telah

dilakukan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan nilai indeks glikemik.

Perbedaan tersebut dihasilkan dari jenis bahan pangan dan juga perbedaan dari

metode perhitungan yang dilakukan. Nilai indeks glikemik roti gandum dan

crackers termasuk dalam nilai IG bahan pangan yang tinggi (>70) yang diukur

dengan semua metode. Metode perhitungan yang menghasilkan nilai indeks

glikemik yang hampir mendekati hasil percobaan sebelumnya adalah metode

trapezoid. Dapat disimpulkan bahwa metode perhitungan nilai IG metode

trapezoid merupakan metode perhitungan yang baik untuk dilakukan pada

percobaan berikutnya.

Saran

Responden dalam praktikum sebaiknya diperlakukan dan diistirahatkan

senyaman mungkin agar tidak mempengaruhi kadar glukosa darah. Metode

perhitungan sebaiknya dilakukan dengan berbagai cara agar ditemukan hasil

yang lebih akurat.

Page 15: Laporan ENG Index glikemik

DAFTAR PUSTAKA

[Anonim]. 2011. Tabel indeks glikemik. [terhubung berkala] http://itokindo. org/wp-content/uploads/2011/08/Tabel-Indeks-glikemik.pdf. [diakses pada 2 Maret 2012]

Brand MJ. 2000. Carbohydrates. dalam: Mann, J. dan A. S. Truswell (Eds).

ed. West Publ, New York.

Essentials of Human Nutrition, 2nd Ed. Oxford University Press. Oxford, pp.

FAO/WHO Report of an FAO/WHO Expert Consultation on carbohydrates, Rome April 14–18 1997 Italy. Carbohydrates in Human Nutrition, Rome, ItalyFAO,1997. (FAO Food and Nutrition paper no. 66.)

Foster-Powell K., Holt SHA dan Brand-Miller J.C. 2002. International tabel of glycemic index and glycemic load values. American Journal Clinical Nutrition. 75 : 5-56231-255.

Marsono Y. 2002. Indeks Glisemik Umbi-umbian. Agritech 22:13-16.

Mendosa. 2006. The Glycemic Index. [terhubung berkala]. www.mendosa.com/gi. htm. [20 Juli 2010]

Miller JB, powell KF, & Colagiuri S. 1997. The GI factor; The GI Solution. Hodder and Stoughton, Hodder Headline, Australia.

Monro JA, and Shaw M. 2008. Glycemic Impact, Glycemic Glucose Equivalents, Glycemic Index, and Glycemic Load: Definitions, Distinctions, and Implications. American Journal of Clinical Nutrition87 (1): 237S-243S.

Ragnhild AL, Asp NL., Axelsen M, Raben A. 2004. Glycemic Index: Relevance for Health, Dietary Recommendations, and Nutritional Labelling.

Regina. 2012. Daftar indeks glikemik makanan. http://diabetesmelitus.org/daftar-indeks-glikemik-makanan/#ixzz2MQi0X2g4. [1 Maret 2013].

Rimbawan dan Siagian A. 2004. Indeks Glikemik Pangan, Cara Mudah Memilih Pangan

Truswell AS. 1992. Glycemix Index of Food. European Journal clinical Nutrition 46(2):91-101.

Whitney EN, Hamilton EMN, Rolfes, SR. 1990. Understanding Nutrition ,5th