6 eng nutrifikasi2015

54
NUTRIFIKASI M.K EVALUASI NILAI GIZI (GIZ 311) 2015

Upload: dian

Post on 16-Feb-2016

61 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

n

TRANSCRIPT

Page 1: 6 Eng Nutrifikasi2015

NUTRIFIKASI

M.K EVALUASI NILAI GIZI (GIZ 311)2015

Page 2: 6 Eng Nutrifikasi2015

PENGERTIAN

• Adalah penambahan zat gizi ke dalam suatu bahan pangan, baik zat gizi yang sebelumnya dalam bahan pangan tsb• telah ada ataupun • belum ada

Page 3: 6 Eng Nutrifikasi2015

TUJUAN

• Mengatasi defisiensi gizi tertentu di masyarakat

• Meningkatkan kandungan gizi dalam bahan pangan

• Strategi pemasaran

Page 4: 6 Eng Nutrifikasi2015

Zat Gizi yang Ditambahkan• Vitamin • Mineral • Asam amino esensial• Asam lemak esensial• Serat

Page 5: 6 Eng Nutrifikasi2015

Jenis-jenis Nutrifikasi1.Restorasi2.Standardisasi3.Subsitusi4.Fortifikasi

Page 6: 6 Eng Nutrifikasi2015

1. RESTORASI• Adalah penambahan zat gizi untuk

mengganti zat gizi yang hilang selama penanganan (pengolahan/penyimpanan) • secara alami ada dalam bahan pangan

tsb• Jml yang ditambahkan :

mempertimbangkan jumlah yang ada dalam 1 porsi dapat dimakan (edible portion) sbl pengolahan• Contoh : Fe dan vitamin B pada terigu

(hilang selama proses penggilingan

Page 7: 6 Eng Nutrifikasi2015

2. STANDARDISASI

• Penambahan zat gizi untuk menggantikan perubahan yang terjadi secara alami akibat perubahan musim• Jumlah yang ditambahkan hingga mencapai

jumlah standard zat gizi pada produk• Contoh : vitamin C pada jus

Page 8: 6 Eng Nutrifikasi2015

3. SUBSTITUSI• Penambahan zat gizi pada suatu

produk sehingga produk tsb dapat menggantikan produk lain dengan nilai gizi tinggi• Contoh :• Pe(+)an Vitamin A & D pada margarin

menyerupai mentega• Pe (+)an kalsium pada susu kedelai

menyerupai susu sapi

Page 9: 6 Eng Nutrifikasi2015

4. FORTIFIKASI• Zat gizi yang ditambahkan bisa

merupakan zat gizi yang ada (alami) ataupun tidak ada sebelumya• Bisa saja setelah penambahan, bahan

pangan tsb menjadi bahan pangan “kaya” zat gizi

Page 10: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 11: 6 Eng Nutrifikasi2015

Targets for Food Fortification

Populationat-

malnutrition risk

Population ConsumingProcessed

Food

PopulationProtected

Page 12: 6 Eng Nutrifikasi2015

Pihak-pihak yang berperan dalam program fortifikasi

Page 13: 6 Eng Nutrifikasi2015

Hal yg perlu dipertimbangkan dlm Fortifikasi• Dapat dimanfaatkan tubuh• Feasible secara teknologi & fisiologi• Zat gizi yang ditambahkan relatif stabil slm

pengolahan• Tidak mengubah produk secara fisik/orlep

(rasa, warna, tekstur)• Keamanan tidak membahayakan konsumen• Tidak bertentangan dengan peraturan yang

berlaku• Teknis tidak menjadikan kenaikan harga

berlebihan

Page 14: 6 Eng Nutrifikasi2015

Jenis Fortifikasi• Wajib (mandatory)

diwajibkan oleh pemerintah, ditujukan untuk meningkatkan status gizi masyarakat

Contoh : • iodium pada garam (di bbrp negara

berkembang, tmasuk Indonesia)• Fe, Zn, asam folat, vitamin B1 & B2 pada

terigu (di Indonesia)• Vitamin A pada teh (di India)• Vitamin A pada gula pasir (di Guatemala)

Page 15: 6 Eng Nutrifikasi2015

Jenis Fortifikasi• Sukarela (voluntary)

keinginan produsen : tujuan komersialisasi

Contoh:• Vitamin A pada margarin• Vitamin & mineral pada susu

formula, snack• Bioaktif pd pangan fungsional

Page 16: 6 Eng Nutrifikasi2015

16

Persyaratan Fortifikasi Mandatory

Pemilihan bahan makanan yang akan difortifikasi (carier)- dikonsumsi secara merata oleh masyarakat

sasaran.- Diproduksi secara terpusat- Harga terjangkau oleh masyarakat sasaran

Page 17: 6 Eng Nutrifikasi2015

SNI 01-3751-2000Wheat flour as human food

Requirements as fortified wheat flour

• Fe min. 50 mg/kg• Zn min. 30 mg/kg• Thiamin min. 2.5 mg/kg• Riboflavin min. 4 mg/kg• Folic Acid min. 2 mg/kg

Contoh Fortifikasi Wajib (mandatory)

Page 18: 6 Eng Nutrifikasi2015

• 632/MENKES/SK/VI/1998 About “Wheat flour fortification”, June 16th, 1998

• 153/MPP/Kep/5/2001 jo 323/MPP/Kep/11/2001About mandatory Flour Standard (SNI) on all wheat flour traded in Indonesia

• 03/DIRJEN-IKAH/SK/II/2002About standard operating procedure of

mandatory SNI

Government Regulation

Page 19: 6 Eng Nutrifikasi2015

Why Flour is Effective for Fortificationin Indonesia

• The most popular staple food next to rice

• Easy to monitor : only 5 flour mills • Technically feasible• Relatively low cost of fortification• Minimal effect on quality

Page 20: 6 Eng Nutrifikasi2015

17.4

16.1

15.014.9

13.7

11.7

14.1

14.814.6

12.5

10.29.9

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002* 2003*

kg /

capi

ta

WHEAT FLOUR CONSUMPTION PERCAPITA IN INDONESA

Regional crisis hits

Industryderegulation

Page 21: 6 Eng Nutrifikasi2015

Panganmas Inti Persada CILACAP

Capacity = 0.2 mio’ MT p.a.

Sriboga Raturaya SEMARANG

Capacity = 0.3 mio’ MT p.a.

Bogasari Flour Mills SURABAYA

Capacity = 1.3 mio’ MT p.a.

Berdikari Sari Utama FM UJUNG PANDANG

Capacity = 0.6 mio’ MT p.a.

1

Notes : based on flour production installed capacity as of year 2001

Bogasari Flour Mills JAKARTA

Capacity = 2.2 mio’ MT p.a.

6

Flour Mills in Indonesia

Page 22: 6 Eng Nutrifikasi2015

Bogasari Flour Sales by User Categories

Page 23: 6 Eng Nutrifikasi2015

Wheat Flour is Overall the Most Nutritious Staple Food in Indonesia

From various sources

% carbohydrate% Fat & Protein

Highest Protein

Page 24: 6 Eng Nutrifikasi2015

Micronutrient content of wheat flour

Nutrition Unfortified*(ppm)

Iron 8.0 - 12.7

Zinc 5.2 - 9.3

Thiamine 0.42

Riboflavine 0.28

Folic acid 0.09

* Source : Wheat Chemistry and Technology, 1988

Fortified(ppm)

Min. 50

Min. 30

Min. 2.5

Min. 4

Min. 2

Page 25: 6 Eng Nutrifikasi2015

VITAMIN A FORTIFIED COOKING OIL

Stability & Activity of Vitamin A • sensitive to atmospheric oxygen,

ultraviolet (light)• Relatively stable during heating• retinol is less stable than retinyl

esters

Page 26: 6 Eng Nutrifikasi2015

STABILITY IN OPEN CANS UNDER EXPOSURE TO LIGHT AND AIR

Source: Favaro, R., J. Ferreira, I. Desai, and J. Dutra de Oliveira. 1991. Studies on Fortification of Refined Soybean Oil with All-trans Retinyl Palmitate in Brazil: Stability During Cooking and Storage. J. Food Comp. Anal. 4: 237-244.

99% Vit A Retention

76% Vit A Retention

48% Vit A Retention

Page 27: 6 Eng Nutrifikasi2015

STABILITY DURING STORAGE IN SEALED CONTAINERSStorage Time Study Storage Conditions

Vitamin A Retention

3 Months Favaro, et al. Lab @ 23º C 99.5%Nagy/Roche Lab @ 20-25º C 95-100%Atwood, et al. Field @ 35º C 98Health Canada Field @ 32º C 87%

6 Months Favaro, et al. Lab @ 23º C 99.5%Bauerenfeid Lab @ 23º C 91%Nagy/Roche Lab @ 20-25º C 90 – 95%

9 Months Favaro, et al. Lab @ 23º C 99%18 Months Favaro, et al. Lab @ 23º C 33%

Page 28: 6 Eng Nutrifikasi2015

Stability of Vitamin A during Cooking

Wide variation of cooking practices Depending on time and

temperature. Boiling, Simmering, and Stewing:

100-120 ºC Low Temperature Frying: (130-

170ºC, pan frying) High Temperature Frying: (180-

200ºC, wok or deep-frying)

Page 29: 6 Eng Nutrifikasi2015

Study Time Cooking Vitamin A Medium Retention

Favaro (1991) 15 minutes Rice 99%Atwood 15 minutes Rice/Pulses 93%Atwood 30 minutes Rice, Pulses 90%Bauerenfeind 30 minutes Corn Meal 66-75%Gopal 30 minutes Onions, 92%

Potatoes Bauerenfeind 40 minutes Margarine 100%

(no oil)Brooke 60 minutes Tea (no oil) 100%Favaro, et al. 90 minutes Beans 88%

Stability of Vitamin A during Boiling, Simmering or Stewing (100-120oC)

Page 30: 6 Eng Nutrifikasi2015

Source: Favaro, R., J. Ferreira, I. Desai, and J. Dutra de Oliveira. 1991. Studies on Fortification of Refined Soybean Oil with All-trans Retinyl Palmitate in Brazil: Stability During Cooking and Storage. J. Food Comp. Anal. 4: 237-244.

STABILITY OF VITAMIN A DURING LOW TEMPERATURE FRYINGStability of Vitamin A in Fortified Soybean Oil after Repeated Frying of Potatoes at 117-170°C.

Page 31: 6 Eng Nutrifikasi2015

Cooking Vitamin A Time Retention

6 Fryings 43%8 Fryings 27%12 Fryings ~0%

STABILITY OF VITAMIN A DURING LOW TEMPERATURE FRYINGStability of Vitamin A in Fortified Soybean Oil after Repeated Frying of Potatoes at 117-170°C.

Page 32: 6 Eng Nutrifikasi2015

Roma/Unilever 10 minutes 180 51 - 56%20 minutes 180 14 - 21%45 minutes 180 6 - 12%

Indonesia/Unilever 2 fryings 193 78% (3 ½ mins) plus cooling overnight4 fryings 193 22% (7mins) plus cooling overnight

Study Time Cooking Temp OC Vit A Retention

STABILITY DURING HIGH TEMPERATURE FRYING 180-200oC

Page 33: 6 Eng Nutrifikasi2015

Gopal (9) 5 minutes 200 71%(vanaspati) 10 minutes 55%

15 minutes 41%20 minutes 32%30 minutes 17%

Gopal 10 minutes 220 84%(vanaspati) 20 minutes 20%

30 minutes 0%

STABILITY DURING HIGH TEMPERATURE FRYING 180-200oC

Study Time Cooking Temp OC Vit A Retention

Page 34: 6 Eng Nutrifikasi2015

34

FORTIFIKASI IODIUM

• PerMenkes tanggal 26 Februari 1986 Nomor 165/Men.Kes/SK/II/1986 di Indonesia garam beriodium harus mengandung kalium iodat (KI03) sebanyak 40 ppm.• Bentuk garam adalah kristal dan halus atau

garam meja.

Page 35: 6 Eng Nutrifikasi2015

35

SPRINKLE• Dikembangkan sejak tahun 1996 di Toronto

Univeristy oleh Zlotkin• Disebut juga home fortification = bubuk

tabur gizi• Mrpk campuran berbagai macam zat gizi

yang ditambahkan dalam kedalam pangan saat akan dikonsumsi

• Tujuannya untuk menurunkan prevalensi anemia gizi besi

• Di Indonesia sudah dikembangkan oleh Pusat Penelitian Makanan dan Gizi di Bogor dan diberi nama Taburia

Page 36: 6 Eng Nutrifikasi2015

36

FORTIFIKASI VITAMIN A- Vitamin A palmitat paling banyak digunakan- disintetis sebagai minyak kental- mudah teroksidasi• Pada margarin stabil walau tanpa penambahan

antioksidan• Bila diemulsikan dengan minyak dan digunakan dalam

minuman buah-buahan perlu penambahan antioksidan• Banyak digunakan untuk fortifikasi susu cair , susu bubuk

maupun “Instant breakfast mixes”.• Di Indonesia untuk tujuan menanggulangi KVA belum

fortifikasi.

Page 37: 6 Eng Nutrifikasi2015

37

FORTIFIKASI VITAMIN D

• Seringkali difortifikasi bersama-sama vitamin A.• Batas kebutuhan vitamin D dengan dosis

toksiknya tidak terlalu jauh dosis vitamin D yang difortifikasi harus benar-benar diperhitungkan.• Sulit memonitor kestabilan vitamin D dalam

makanan karena rendahnya ketepatan metode analysis yang digunakan.

Page 38: 6 Eng Nutrifikasi2015

38

FORTIFIKASI VITAMIN B

• Vitamin B stabil dalam bentuk kering dan dalam makanan kering.• Secara komersial vitamin B1 tersedia dalam

bentuk garam mononitrat dalam hidroklorida.• Vitamin B1 mononitrat lebih tidak higroskopis

sehingga lebih baik digunakan dalam produk kering.• Riboflavin kurang larut dalam air dan kadang-

kadang menimbulkan masalah karena warnanya sangat kuning.

Page 39: 6 Eng Nutrifikasi2015

39

FORTIFIKASI VITAMIN B• Niasin asam nikotinat Nikotinamid (niasinamid)

• flavor pahit • penggunaan banyak karena lebih mudah larut dalam air• Piridoksin hidrokloria bentuk vitamin B6 yang terdapat

secara komersial.• stabil selama pengolahan• pada pemanggangan roti yg hilang sekitar 5-10 %

Page 40: 6 Eng Nutrifikasi2015

40

FORTIFIKASI ASAM AMINO

• Di Indonesia pernah ditambahkan L-Lisin pada beras TETAPI tdk dapat dipertahankan karena biaya tinggi sehingga shg daya beli konsumen rendah• penambahan DL-Metionin pada kedelai,

meningkatkan nilai gizi protein kedelai tetapi tidak dapat dicerna dengan baik (daya cerna rendah) sebab terdapat anti tripsin dan sifat protein kedelai mentah sulit di hidrolisis oleh enzim protease.

Page 41: 6 Eng Nutrifikasi2015

41

FORTIFIKASI ASAM AMINOAda 2 hal yang perlu diperhatikan dalam fortifikasi asam amino:1. Daya cerna atu nilai cerna bahan pangan contoh: pe + an DL-Met pada kedelai2. Ketersediaan asam amino essensial untuk sintesis protein di

dalam tubuh• Sintesis protein dalam tubuh dibutuhkan asam amino

essensial dan non essensial secara bersama-sama.

Page 42: 6 Eng Nutrifikasi2015

42

FORTIFIKASI ASAM AMINO

Bahan makanan yang difortifikasi ( DL-Metionin,dll) asam amino tersebut lebih cepat diserap di usus dibanding asam amino lain.• Asam amino lain diperoleh melalui pemecahan

protein. Harus mengalami pencernaan terlebih dahulu.• Akibatnya : Asam-asam amino untuk sintesis

protein tidak tersedia pada waktu yang sama.

Page 43: 6 Eng Nutrifikasi2015

SUPLEMEN

Page 44: 6 Eng Nutrifikasi2015

SUPLEMEN• Definisi : adalah produk yang dimaksudkan

untuk melengkapi kebutuhan zat gizi makanan, mengandung satu atau lebih bahan berupa vitamin, mineral, asam amino atau bahan lain yang mungkin mempunyai nilai gizi dan atau efek fisiologis dalam jumlah tertentu• Bentuk suplemen:• Pil• Tablet • Kapsul • Serbuk

Page 45: 6 Eng Nutrifikasi2015

Bahan suplemenDiizinkan • Vitamin, mineral, asam amino dan bahan lain

(Lampiran 1)• Bahan tambahan berupa pemanis buatan

(Lampiran 2)• Bahan lain berupa pengawet, pewarna,

penyedap rasa, aroma, pengental (sesuai ketentuan yg berlaku di pangan)

Dilarang (lampiran 3 )• Tumbuhan• Hewan• Mineral

Page 46: 6 Eng Nutrifikasi2015

46

Suplemen Zat Besi Tablet Tambah Darah (TTD)

• 60 mg besi elemental atau setara dengan 200 mg ferro sulfat, dan• 0.25 ug asam folat

Page 47: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 48: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 49: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 50: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 51: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 52: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 53: 6 Eng Nutrifikasi2015
Page 54: 6 Eng Nutrifikasi2015