lapkas hebefrenik

Upload: faris-azhar

Post on 03-Jun-2018

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    1/34

    BAB I

    STATUS PSIKIATRI

    A. IDENTITAS PASIEN

    Nama : Tn. J

    Jenis kelamin : Laki-laki

    Usia : 22 tahun

    Agama : Islam

    Alamat : Sukabumi

    Suku-bangsa : Sunda

    Pendidikan : SMP

    Status pernikahan : Belum menikah

    Pekerjaan : Tidak Bekerja

    Tanggal Masuk RS : 15 Juli 2014

    B. RIWAYAT PSIKIATRI

    Berdasarkan :

    Autoanamnesis: diambil tanggal 17-21 Juli 2014 di bangsal Kemuning

    Alloanamnesis: diambil tanggal 15 Juli 2014 ( dengan paman pasien)

    1. Keluhan Utama

    Os ngamuk-ngamuk tanpa sebab

    2. Riwayat Penyakit Sekarang

    Pasien dibawa ke IGD RS Syamsudin SH tanggal 15 Juli 2014 pukul 11.30

    WIB oleh saudara pasien dikarenakan ngamuk-ngamuk tanpa sebab, awalnya pasien

    sering bicara tidak jelas (ngelantur). Pasien gamuk dan menghancurkan barang

    barang sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pasien menggamuk menghancurkan

    barang rumah sehingga barang rumah tidak ada yang tersisa. Pasien menghancurkan

    barang rumah seperti semua daun pintu dirusak, kusen rumah, genteng rumah di

    rusak dan peralatanperalatan yang berada dirumah. Pasien mengamuk lebih sering

    pada saat siang hari dan malam hari. Kalau siang hari pasien lebih sering menggamuk

    didalam rumah dan malam hari lebih sering menggamuk diluar rumah. Karena pada

    malam hari pasien lebih sering pergi ke luar rumah dan pasien sering memukul siapa

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    2/34

    saja yang lewat dihadapannya, termasuk orang orang yang pulang shalat terawih

    sering di pukulnya.

    Menurut paman pasien, pasien ditakutkan mengalami depresi karena adik

    perempuannya menikah terlebih dahulu, karena dahulu pasien mempunyai riwayat

    depresi akibat putus cinta. Selang 2 bulan setelah menikah, adik perempuan pasien

    bercerai, hal ini pun mengakibatkan pasien bertambah stress.

    Menurut paman pasien, pasien tumbuh pada keadaan ekonomi yang sangat

    berkecukupan, namun pada saat ini ayah pasien sedang mengalami sakit tumbuh

    daging didaerah ketiak yang dengan perkiraan berat daging tersebut 7 kg dan

    didiagnosa dokter sakit kanker stadium lanjut yang sudah komplikasi dan semua

    dokter di RSUD Syamsudin dan RSUD Hasan Sadikin tidak sanggup atas

    kesembuhan ayah pasien. Hal ini mengakibatkan ayah pasien tidak dapat bekerja

    seperti biasa lagi sehingga kondisi ekonomi keluarga jaenal mengalami penurunan.

    Hal tersebut juga mengakibatkan perasaan jaenal sebagai anak pertama menjadi

    tulang punggung keluarga walupun keluarga pasien tidak menjadikan zaenal tulang

    punggung keluarga karena keluarga mengetahui keadaan zaenal yang masih

    mengkonsumsi obatobatan kejiwaan.

    Menurut paman pasien hampir semua keingginan pasien terpenuhi, ingin jajan

    dikasih, ingin rokok sampai 3 bungkus dikasih, hingga ingin handphone terbaru juga

    dikasih dan pasien tetap merusak handphone yang baru dibelinya.

    2 minggu yang lalu pasien mengaku jenuh minum obat dan mengatakan

    obatnya pahit. Sehingga pasien ingin berhenti meminum obatnya. Pada awalnya ibu

    pasien tidak mengijinkan pasien berhenti minum obat, namun karena pasien merayu

    ibunya untuk tidak minum obat dan pernah memukul ibunya karena pasien dipaksa

    minum obat, maka dari itu ibunya mengijinkan untuk berhenti minum obat. Pasien

    berhenti minum obat selama 2 hari dan hari ketiga pasien berhenti meminum obat

    sudah terdapat perbedaan sikap dari pasien, seperti ngobrol yang tidak menyambung.

    setelah hari ke empat berhenti minum obat sampai hari ini pasien datang ke RSUD

    Syamsudin pasien dalam keadaan sering mengamuk.

    2 tahun yang lalu pasien sempat dirawat dikemuning selama kurang lebih 16

    hari dan perkembangannya semakin hari semakin baik. Pasien rutin minum obat.

    Dari 2 tahun yang lalu sampai 2 minggu yang lalu.

    5 tahun yang lalu pasien pernah mengalami keluhan yang sama seperti

    sekarang pasien dibawa ke RSUD Syamsudin. Selama kurang lebih 3 tahun pasien

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    3/34

    dibawa ke orang pinter dan 2 tahun terakhir pasien dibawa ke RSUD Syamsudin dan

    dirawat dikemuning. Selama 3 tahun pasien berobat ke orang pintar dengan beda-

    beda kota dengan keluhan tidak bertambah baik sehingga pasien dibawa ke

    puskesmas diberi obat jiwa. Namun pasien tidak rajin meminum obat sehingga tidak

    ada perkembangan pada pasien, pasien mau meminum obat jika petugas puskesmas

    yang mengawasi minum obatnya namun jika selain tim kesehatan dari puskesmas

    yang tidak mengawasinya maka pasien tidak mau minum obat. Selama 3 bulan

    berobat ke puskesmas dengan tidak ada kesadaran meminum obat pada diri pasien

    sehingga menyebabkan pasien dibawa ke RSUD Syamsudin.

    5 tahun yang lalu pasien mempunyai riwayat seperti sekarang karena dahulu

    pasien sempat merasa stress dan putus cinta. Dahulu pasien menyukai dan mencintai

    seorang perempuan didaerah kampungnya. Pasien sering main kerumah perempuan

    tersebut, namun perempuan tersebut tidak menyukai pasien karena perempuan

    mengganggap gila. Karena dipertengahan jalan perempuan tersebut pernah melihat

    pasien mengamuk dan pernah satu kejadian pasien mengamuk kepada orang yang

    sedang menggendarai motor. Orang yang membawa motor kabur dan motor orang

    tersebut diangkat pasien dan dimasukan kedalam kolam ikan. Hal seperti itulah yang

    mengakibatkan perempuan tersebut tidak menerima cinta pasien tersebut.

    6 tahun yang lalu pasien menjadi lebih pendiam dibandingkan sifat-sifat

    sebelumnya. keluarga hanya mengetahui pasien jadi pendiam karena pernah diusir

    dari pesanten yang modern ke pesantren tradisional. Pasien diusir oleh pengurus

    pesantren modern karena pasien tidak mau mengaji dan hanya bermalas malasan.

    Selain itu, pasien pernah digebukin teman temannya namun keluarga tidak

    mengetahui permasalahannya karena pasien enggan bercerita dan lebih senang

    berdiam diri dikamar.

    3.

    Riwayat Gangguan Sebelumnya

    a. Riwayat Psikiatri

    Pasien 2 tahun yang lalu pernah dirawat dikemuning kurang lebih 16 hari.

    Pasien rutin meminum obat selama tahun yang lalu hingga 2 minggu sebelum

    masuk rumah sakit. Riwayat dikeluarga tidak ada yang menderita gangguan jiwa.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    4/34

    b. Gangguan Medik

    Pasien tidak memiliki gangguan bawaan sejak lahir, tidak pernah

    mempunyai riwayat kejang sebelumnya, tidak pernah menderita sakit berat

    hingga membutuhkan perawatan Rumah Sakit, dan tidak ada riwayat trauma

    kepala sebelumnya.

    c. Gangguan Zat Psikoaktif

    Pasien merokok sejak kelas 3 SMP hingga sampai sekarang, pasien

    meminum- minuman beralkohol (miraz dan intisari) sejak 6 tahun yang lalu

    bersama dengan sepupunya, akan tetapi pasien semenjak di rawat dikemuning 2

    tahun yang lalu sampai sekarang sudah berhenti minum-minuman beralkohol.

    Riwayat menyangkal pernah memakai narkoba.

    4. Riwayat Kehidupan Pribadi

    a. Riwayat Prenatal dan Perinatal

    Pada saat ini keluarga pasien tidak ada yang mengetahui riwayat prenatal dan

    perinatal.

    b.

    Masa Kanak-kanak dini ( 0-3 tahun)

    Pada saat ini keluarga pasien tidak ada yang mengetahui riwayat kanak-kanak dini.

    c. Masa Kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)

    Perkembangan fisik pasien sama dengan anak sebayanya. Saat pasien

    berumur 4 tahun pasien sering mengamuk dan bertelanjang saat keinginannya tidak

    terpenuhi. Saat berumur 5 tahun, pasien bersekolah di taman kanak-kanak. Setelah

    itu pasien meneruskan ketingkat sekolah dasar. Pasien diasuh oleh orang tua.

    Pasien bersekolah disekolah dasar dan menurut ibunya pasien adalah anak yang

    cukup berprestasi tetapi tidak mendapat peringkat 10 besar, karena hal ini lah dia

    dimanja oleh kedua orang tuanya dan juga karena pasien termasuk anak yang baik

    dan penurut.

    Pasien termasuk anak yang memiliki banyak teman. Pasien tidak memiliki

    masalah belajar, tidak pernah mengompol, tidak pernah melakukan kekerasan

    terhadap binatang.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    5/34

    d. Masa pubertas dan remaja

    Hubungan sosial

    Pasien memiliki hubungan yang baik dengan keluarga dan komunikasi antara

    keluarga juga baik, pasien termasuk anak yang dimanja orang tuanya dan

    termasuk anak yang penurut. pasien lebih sering tinggal dirumah dan

    membantu ayahnya mengkreditkan barang - barang.

    Riwayat Pendidikan Formal

    Pasien bersekolah di SD dekat rumahnya, yang ditempuh selama 6

    tahun, kemudian dilanjutkan ke Pesantren modern hingga awal kelas 3 SMP

    dan akhir SMP kelas 3 pasien tiba-tiba pindah ke pesantren tradisional tanpa

    sepengetahuan orangtua pasien. Pasien tidak pernah menceritakan apa masalah

    pada saat berada dipesantren modern. Pamannya hanya mengetahui dari teman

    teman pasien bahwa dia dikeluarkan dari pesantren modern karena males

    mengaji dan kerjanya hanya bermalas-malasan. selain itu temannya

    memberitahu paman pasien bahwa pasien digebukin oleh teman yang lain

    tanpa memberitahu alasan pada paman pasien.

    Setelah kejadian tersebut pasien tidak pulang ruamah dan berpindah ke

    pesantren tradisional. Setelah pulang dari pesantren tradisional pasien menjadi

    pemalu dan tidak pernah keluar rumh. Pasien menempuh SMP selama 3 tahun,

    dan selanjutnya pasien tidak melanjutkan sekolah ke jenjang SMA.

    Perkembangan motorik dan kognitif

    Tidak terdapat gangguan pertumbuhan fisik, sesuai dengan usianya,

    dalam perkembangan kognitif tidak terlihat adanya gangguan dalam belajar.

    Tidak ada gangguan dalam perkembangan motorik.

    Masalah emosi dan fisik

    Pasien termasuk orang yang penurut dan cenderung menghindari

    konflik dengan teman-temannya, jika terjadi masalah pasien sering

    menghindar. Dalam perkembangan fisik, pasien terlihat sesuai dengan anak

    seusianya.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    6/34

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    7/34

    SKEMA KELUARGA

    Keterangan :

    Lakilaki

    Perempuan Pasien

    g. Situasi hidup sekarang

    Pasien tinggal didaerah pemukiman yang cukup padat, hubungan pasien

    dengan tetangga baik. Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan keempat adiknya.

    Jumlah kamar di rumah pasien sebanyak 4 kamar tidur dan satu buah kamar mandi.

    Sumber penghasilan keluarga pasien dari ibu pasien dan paman pasien. Pasien saat

    ini kadang bekerja mengkreditkan barang-barang.

    Wawancara Psikiatri

    Alloanamnesis Tanggal 15 Juli 2014

    Lokasi : Ruang kemuning

    D : dokter Muda K : keluarga

    D : Assalamualaikum, pak.

    K : Waalaikum salam.

    D : Maaf ini dengan bapak siapa?

    K : Saya pamannya Jaenal

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    8/34

    D : Oh ya pak perkenalkan kami dokter muda

    K : Iya dok

    D : Kami mau bertanyatanya dulu ya pak ?

    K : Boleh dok.

    D : Kenapa jaenal dibawa kesini ya pak ?

    K : Gini dok, dia suka ngamuk-ngamuk terus di rumah !

    D : Sejak kapan pak?

    K : Sejak 1 minggu yang lalu dok

    D : Kenapa bisa ngamuk- ngamuk pak?

    K : Saya juga kurang tahu dok, Cuma waktu 2 minggu yang lalu dia putus obat dok

    D : Memang sebelumnya pernah berobat ke poli jiwa pak?

    K : iya dok, 2 minggu yang lalu pasien mengaku jenuh minum obat dan mengatakan obatnya

    pahit. Sehingga pasien ingin berhenti meminum obatnya. pada awalnya ibunya tidak

    mengijinkan pasien berhenti minum obat, namun karena pasien merayu ibunya untuk tidak

    minum obat dan pernah memukul ibunya karena pasien dipaksa minum obat, maka dari itu

    ibunya mengijinkan untuk berhenti minum obat.

    D : Ngamuk-ngamuknya tibatiba atau bagaimana pak?

    K : Tibatiba dok siapa saja yang lewat dihadapan dia tanpa melihat siapa orangnya

    D : Ngamukngamuknya lebih sering pagi hari, siang hari atau malam hari ya?

    K : Pasien mengamuk hapir sama sering pada saat siang hari dan malam hari. Kalau siang

    hari pasien lebih sering menggamuk didalam rumah dan malam hari lebih sering menggamuk

    diluar rumah. Karena pada malam hari pasien lebih sering pergi ke luar rumah dan pasien

    sering memukul siapa saja yang lewat dihadapannya, termasuk orang orang yang pulang

    shalat terawih sering di pukulnya

    D : Pas lagi marahmarah dia sampai merusak barangbarang di rumah nggak pak ?

    K : Iya dok kalau lagi marah dia merusak barangbarang yang ada di sekitar dia dok. barang

    rumah seperti semua daun pintu dirusak, kusen rumah, genteng rumah di rusak dan peralatan

    peralatan yang berada dirumah

    D : Terus ditanyakan ke pasien kenapa dia mengamuk - ngamuk ?

    K : Pasien hanya menjawab dengan jawaban yang tidak menyambung

    D : Apakah ada masalah lain yang ibu ketahui tentang Jaenal?

    K : Saya kurang tau sih dok, akan tetapi mengalami depresi karena adik perempuannya

    menikah terlebih dahulu, karena dahulu pasien mempunyai riwayat depresi akibat putus cinta.

    Selang 2 bulan menikah adik perempuan pasien bercerai, hal ini pun mengakibatkan pasien

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    9/34

    bertambah stress. Karena 5 tahun yang lalu pasien pernah ditolak oleh perempuan yang dia

    suka. Ditambah lagi ayah jaenal sakit kanker yang sudah komplikasi dan dokter sudah tidak

    sanggup menggobatinya, mengakibatkan perasaan jaenal sebagai anak pertama menjadi

    tulang punggung keluarga. Padahal saya yang sekarang membantu ekonomi keluarga jaenal.

    D : masih ada hal lain yg mau di kerjakan di rumah nggak pak?

    K : Tidak ada sama sekali dok, dia hanya tampak murung aja dan tidak mau melakukan apa

    apa dok. Di suruh mandi aja tidak mau dok !

    D : Oh ya pak maaf, dia pernah ingin melalukan halhal yang aneh nggak pak ?

    K : Seperti apa dok ?

    D : Ada keinginan seperti ingin bunuh diri nggak ?

    K : Oh ngga dok. Jangan sampe deh dok.

    D : Selain itu bagaimana bu dengan pola tidurnya di rumah ?

    K : Wah kalau tidur mah susah dok, sangat gelisah dan tidak mau tidur. Hampir sudah 4 hari

    pasien tidak tidur.

    D : Terus bagaimana dengan pola makannya pak ?

    K : Dulunya sih makannya banyak dok, tapi sekarang jarang makannya

    D : Oh ya pak, selain keluhan keluhan yang tadi, dia pernah mendengar suara / bisikan

    tanpa ada wujudnya?

    K : Saya kurang tau dok

    D : Oh gitu pak, terus dia pernah melihat sesuatu yang berbentuk manusia atau ada bayangan

    yang lewat nggak pak ?

    K : Saya juga kurang tahu dok, karena jaenal tidak pernah mau bercerita

    D : Pernah mencium baubau wangi / aneh missal bau menyan atau bau busuk?

    K : Oh itu juga saya kurang tahu dok

    D : Dia pernah merasakan rasa manis / pahit di mulut padahal nggak sedang makan ?

    K : Tidak ada dok.

    D : Oh ya pak, apakah dia pernah memiliki bakat / kemampuan khusus gitu nggak pak ?

    K : Maksudnya dok ?

    D : Seperti merasa dirinya hebat atau orang besar ?

    K : Maaf dok, saya juga tidak tahu.

    D : Yaudah pak terimakasih atas infonya.

    K : Iya dok samasama, saya titipin keponakan saya dok, tolong di liatin ya dok ?

    D : Iya pak

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    10/34

    Autoanamnesis Tanggal 17-21 Juli 2014

    Lokasi: Ruang Kemuning

    D : Dokter Muda; P : (Pasien)

    D : Assalamualaikum, nama kamu siapa?

    P : Waalaikum salam. Jaenal mutakin (Muka bingung).

    D : Umurnya berapa jaenal?

    P : 22, 23 (Muka bingung).

    D : Agamanya apa?

    P : Islam.

    D : Sekolah dimana dulu?

    P : Darussalam.

    D : Itu sekolah SMA? Jaenal kuliah tidak?

    P : (Pasien tidak menjawab, muka tampak bingung. Perhatian pasien teralihkan)

    D : Jaenal boleh di tanya-tanya sebentar?

    P : Boleh.

    D : Jaenal kesini diantar siapa?

    P : Sama mbah jarot.

    D : Kenapa dibawa kesini?

    P : Dilempar batu. Mang iwan walau pesantren begitu di jampang. Dianya (iwan) orangnya

    gila, mau nonjok saya, mau ke rumah saya dipukul terus dengan saya dibawa lagi kesana. Dia

    mah orang Prancis.

    D : Jaenal balas memukul iwan tidak?

    P : Enggak, sedikit-sedikit aja. Saya mah udah jangan kalau mau nongkrong begini begitu.

    Kalau gak ada lampu, senter begitu, waktunya doang. Ibarat nongkrong, punya hp.

    D : Jaenal sedang sakit apa?

    P : Enggak sakit apa-apa.

    D : Jaenal sekarang berada diruangan apa?

    P : Ruang kemuning. Masalahnya mah kamu punya masalah jadi begitu pengen makan,

    pengen tidur, pengen punya uang tapi permasalahannya ada orang yang sirik jadi dia

    menguntitnya sana sampai ke rumah-rumah.

    D : Teman-teman Jaenal di ruangan ini sakit apa?

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    11/34

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    12/34

    P : Pernah kesini. Pernah lihat bapak itu (pasien menunjuk salah satu perawat yang sedang

    berdiri di depannya), tahun 2011. RS sendiri, perawatan sendiri. Tuh lihatnya kesitu (dokter

    muda disuruh melihat ke salah satu perawat).

    D : Jaenal merokok tidak?

    P : Merokok.

    D : Sudah berapa lama Jaenal merokok?

    P : 2, 3 tahun (muka bingung).

    D : Berapa bungkus 1 harinya?

    P : Bungkus 7 orang. Jangan sedikit-sedikit ah. Ditungguin lagi teh, dijagain lagi.

    D : Jaenal sering pergi dengan teman tidak?

    P : Enggak sekarang mah saya lagi belajar usaha.

    D : Usaha apa?

    P : Harap dilaporin lagi ke ibu durjanah.

    D : Jaenal pernah minum minuman beralkohol tidak?

    P : Pernah. Alkohol sebotol (pasien tampak bahagia, tertawa sendiri).

    D : Alkoholnya jenis apa?

    P : Sawo, nangka.

    D : Jaenal minum alkholnya sudah berapa lama?

    P : Ah kalau kamu bertanya, tilu.

    D : Sekarang sudah berhenti belom?

    P : Ya kan disini, jadi udah enggak.

    D : Jaenal pernah memakai narkoba tidak? Seperti ganja?

    P : Kalau kamu ketahuan polisi polsek ditangkap jadi gak pakai. Kalau narkoba itu mah

    secara dipancang oleh makanan, oleh yang bersangkutan.

    D : Jaenal pernah mendengar bisikan tidak?

    P : Jangan yang begini belinya, langsung dicopotin yang tombol buat Samsung.

    D : Jadi, Jaenal pernah mendengar bisikan?

    P : Itu mah ingatannya karena lagu. Besar pahala di alam akherat.

    D : Jaenal pernah melihat bayangan hitam tidak?

    P : Bayangan hitam? (Pasien tertawa) itu mah jurik, ada kalau tidur tapi skrg udh enggak

    ada.

    D : Jaenal ngeliat bayangan hitamnya kapan saja? Lama tidak bayangannya muncul?

    P : Mau tidur ada jurik. Kadang lama kadang sebentar (pasien tertawa). Jadi mau motor

    cross.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    13/34

    D : Jaenal pernah ditolak perempuan tidak?

    P : Enggak pernah. (Tiba-tiba pasien pergi tanpa pamit)

    C. STATUS MENTAL

    1. Deskripsi Umum

    a. Raut wajah : kadang Binggung, kadang ceria

    Penampilan

    Pasien seorang laki-laki berusia 22 tahun taksiran tinggi badan 165 cm dan

    berat badan kurang lebih 60 kg. Posrtur tubuh pasien terlihat kurus. Pasien

    memiliki kulit berwarna coklat, rambut sedikit gondrong tidak tertata dengan rapi.

    Pasien berpenampilan tampak seperti usianya, saat diwawancara pasien

    menggunakan pakaian kemeja kotak-kotak berwarna dengan jelana training

    berwarna cream, kuku jari tangan dan kaki terpotong rapi, pasien terlihat tidak

    bersih. Pasien tampak sehat, pasien tampak kooperatif.

    b. Aktivitas dan Prilaku Psikomotor

    Selama wawancara pasien duduk bersebelahan dengan pemeriksa, pasien

    bersikap tidak ramah dan tidak kooperatif saat diajak wawancara serta menjawab

    semua pertanyaan dokter muda dengan volume suara sedang dan tidak jelas.

    Selama wawancara pasien duduk dengan tidak tenang, perhatiaan pasien mudah

    teralihkan oleh sesuatu.

    c. Pembicaraan

    Volume : sedang

    Irama : tidak teratur

    Kelancaran: artikulasi kadang-kadang kurang jelas

    Kecepatan : sedang

    d. Sikap terhadap pemeriksa

    Kooperatif cukup sopan, kontak mata banyak melihat ke arah depan dan

    samping kanan dan kiri, menjawab pertanyaan dengan baik dan tidak menjawab

    sesuai pertanyaan, perhatian mudah dialihkan.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    14/34

    2. Pola pikir

    a. Bentuk : Autistik

    b.

    Isi : waham curiga

    c. Jalan : Flight of idea, inkoherensia, blocking

    3. Gangguan persepsi

    a. Auditorik : tidak ada

    b. Visual : ada

    c. Taktil : tidak ada

    d. Olfaktorius : tidak ada

    e. Gustatorik : tidak ada

    f.

    Ilusi : tidak ada

    4. Afek : Inappropriate

    5. Mood : labil

    6. Persepsi : halusinasi visual

    7. Perhatian : distraktibilitas

    8. Tingkah Laku : hiperaktif

    9.

    Decorum : Penampilan : kurang rapi

    Kebersihan : Kurang bersih

    Sopan santun : kurang

    10.Tilikan : I

    11.Taraf dapat dipercaya : Kurang dapat dipercaya

    D. STATUS FISIK

    1.

    Status Internus

    Keadaan umum : tampak sehat

    Kesadaran : compos mentis

    Tanda vital :

    Tekanan Darah : 120/80 mmHg

    Suhu : 36 oC

    Nadi : 80 kali/menit

    Pernafasan : 20 kali/menit

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    15/34

    2. Status Neurologi

    Gangguan rangsang Meningeal: (-)

    Mata : Gerakan : Baik kesegala arah

    Bentuk Pupil : Bulat isokor

    Reflek cahaya : +/+ (langsung, tidak langsung)

    Motorik

    Tonus : baik

    Turgor : baik

    Kekuatan : baik

    Koordinasi : baik

    Refleks : tidak dilakukan

    E. PEMERIKSAAN MULTIAKSIS

    Aksis I

    F20.1 Skizofrenia hebefrenik.

    Diagnosis ini berdasarkan dari jenis kelamin pasien yaitu laki-laki, hebefrenik

    lebih sering pada laki-laki daripada wanita. Pasien berusia 22 tahun, biasanya

    pasien dengan hebefrenik berusia diantara 15-25 tahun. Dan dari anamnesis dan

    status mentalis di dapatkan pasien sering mengamuk untuk melampiaskan

    kekesalannya, adanya halusinasi visual.

    Aksis II

    Gangguan kepribadian dissosial.

    berdasarkan anamnesa, pasien tampak tidak peduli terhadap perasaan orang

    lain, sikap yang tidak bertanggung jawab, serta tidak peduli terhadap norma,

    peraturan dan kewajiban sosial. Pasien tidak mampu memelihara suatu hubungan,

    pasien konflik dengan masyarakat.

    Aksis III

    Tidak ada gangguan. Dari pemeriksaan anamnesis dan pemeriksaan fisik

    pasien tidak memiliki penyakit lain.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    16/34

    Aksis IV

    Ditemukan adanya masalah hubungan percintaan (psikososial) dan ekonomi

    Aksis V

    GAF 60-51 (gejala sedang, disabilitas sedang).

    I. RencanaTerapi

    Rawat inap. Karena pasien datang ke RS Syamsudin dengan keadaan

    mengamuk

    Farmakoterapi

    Haloperidol 5 mg, 3x1 tab

    Trihexyphenidyl 2 mg, 3x1 tab

    Chlorpromazine 100 mg, 1x1 tab

    Psikoterapi suportif

    Psikoterapi persuasi : minum obat teratur dan control kedokter.

    Psikoterapi sugestif : meyakinkan pasien dengan tegas bahwa yang

    dilihatnya tidak benar.

    Psikoterapi bimbingan : memberi nasehat kepada pasien bahwa beribadah

    itu penting karena dapat menenangkan pikiran.

    G. Prognosis

    Ad vitam :

    Bonam karena pasien tidak mengalami kelainan fisik dan skizofrenia hebefrenik

    tidak menyebabkan kecacatan fisik.

    Ad functional :

    Dubia karena pasien belum dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan baik.

    Ad sanationam :

    Dubia karena pada pasien ini stress yang menjadi kekambuhan nya diakibatkan

    dari faktor luar, tekanan dari luar diri individu dapat diminimalisir atau

    dihilangkan.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    17/34

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    SKIZOFRENIA HEBEFRENIK

    A. Pengertian

    Skizofrenia adalah satu istilah untuk beberapa gangguan yang ditandai

    dengan kekacauan kepribadian, distorsi terhadap realitas, ketidakmampuan untuk

    berfungsi dalam kehidupan sehari-hari, perasaan dikendalikan oleh kekuatan dari luar

    dirinya, waham/delusi, gangguan persepsi.

    Gangguan skizoprenia ini terdapat pada semua kebudayaan dan mengganggu

    di sepanjang sejarah, bahkan pada kebudayaan-kebudayaan yang jauh dari tekanan

    modern sekalipun. Umumnya gangguan ini muncul pada usia yang sangat muda, dan

    memuncak pada usia antara 15-25 tahun. Gangguan yang muncul dapat terjadi secara

    lambat atau datang secara tiba-tiba pada penderita yang cenderung suka menyendiri

    yang mengalami stress.

    Salah satu pembagian skizofrenia adalah skizofrenia hebefrenik. Beberapa

    pendapat yang menyebutkan tentang pengertian Skizofrenia, antara lain : Skizofrenia

    hebefrenik adalah suatu bentuk Skizofrenia yang ditandai dengan perilaku pasien

    regresi dan primitif, afek yang tidak sesuai, wajah dungu, tertawa-tawa aneh,

    meringis dan menarik diri secara ekstrim.

    Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

    afektif yang tampak jelas dan secara umum juga dijumpai waham dan halusinasi yang

    bersifat mengambang serta terputus-putus (fragmentary), perilaku yang tidak

    bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta umumnya mannerisme.

    Skizofrenia hebefrenik disebut juga disorganized type atau kacau balauyang ditandai dengan inkoherensi, afek datar, perilaku dan tertawa kekanak-kanakan,

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    18/34

    yang terpecah-pecah, dan perilaku aneh seperti menyeringai sendiri, menunjukkan

    gerakan-gerakan aneh, mengucap berulang-ulang dan kecenderungan untuk menarik

    diri secara ekstrim dari hubungan sklienial.

    Skizofrenia hebefrenik adalah suatu bentuk skizofrenia dengan perubahan

    perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tak dapat diramalkan, ada kecenderungan

    untuk selalu menyendiri, dan perilaku menunjukkan hampa perilaku dan hampa

    perasaan, senang menyendiri, dan ungkapan kata yang di ulang ulang, mengalami

    disorganisasi dan pembicaraan tak menentu serta adanya penurunan perawatan diri

    pada individu.

    B. Etiologi

    Etiologi Skizofrenia Hebefrenik pada umumnya sama seperti etiologi

    skizofrenia lainnya. Dibawah ini beberapa etiologi yang sering ditemukan :

    - Faktor Predisposisi : Beberapa faktor predisposisi yang berkontribusi pada

    munculnya respon neurobiologi seperti pada harga diri rendah antara lain :

    a. Faktor Genetik : Telah diketahui bahwa secara genetis skizofrenia diturunkan

    melalui kromosom-kromosom tertentu. Tetapi kromosom yang ke berapamenjadi faktor penentu gangguan ini sampai sekarang masih dalam tahap

    penelitian. Diduga letak gen skizofrenia ada dikromosom no. 6 dengan

    kontribusi genetik tambahan no. 4, 8, 15 dan 22. Anak kembar identik

    memiliki kemungkinan mengalami skizofrenia sebesar 50% jika salah satunya

    mengalami skizofrenia, sementara jika dizigot peluangnya sebesar 15%.

    Seorang anak yang salah satu orang tuanya mengalami skizofrenia, sementara

    bila kedua orang tuanya skizofreia maka peluangnya menjadi 35%.

    b.

    Faktor Neurologis : Ditemukan bahwa korteks prefrontal dan korteks limbik

    pada pasien skizofrenia tidak pernah berkembang penuh. Ditemukan juga

    pada pasien skizofrenia terjadi penurunan volume dan fungsi otak yang

    abnormal. Neurotransmiter yang ditemukan tidak normal khususnya

    dopamine, serotonine, dan glutamat.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    19/34

    c. Studi Neurotransmiter : Skizofrenia diduga juga disebabkan oleh adanya

    ketidakseimbangan neurotransmiter dopamin yang berlebihan.

    d. Teori Virus : Paparan virus influenza pada trimester 3 kehamilan dapat

    menjadi faktor predisposisi skizofrenia.

    e. Psikologis : Beberapa kondisi psikologis yang menjadi faktor predisposisi

    skizofrenia antara lain anak yang diperlakukan oleh ibu pencemas, terlalu

    melindungi, dingin dan tidak berperasaan, sementara ayah yang mengambil

    jarak dengan anaknya.

    Faktor Prespitasi : Faktor-faktor pencetus respon neurobiologis meliputi :

    a. Berlebihannya proses inflamasi pada sistem saraf yang menerima dan

    memprklienes informasi di thalamus dan frontal otak.

    b.

    Mekanisme penghantaran listrik di saraf terganggu.

    c. Gejala-gejala pemicu seperti kondisi kesehatan, lingkungan, sikap dan

    perilaku.

    C.

    Epidemiologi dan Faktor Risiko

    Skizofrenia mengenai sekitar 1% populasi pada semua suku dan jenis

    kelamin.Sumber lain mengatakan prevalensi skizofrenia adalah 7,2 kasus setiap 1000

    penduduk. Sebenarnya insidensi skizofrenia relatif rendah, yaitu 15,2 kasus setiap

    100.000 penduduk, namun kasus tersebut bersifat kronik sehingga menghasilkan

    prevalensi yang tinggi. Umumnya laki-laki memiliki onset yang lebih cepat yaitu

    pada sekitar usia 20 tahun, sedangkan wanita umumnya memiliki onset 20-30 tahun.

    D. Patofisiologi

    Teori yang muncul berkenaan dengan patofisiologi skizofrenia adalah

    skizofrenia muncul akibat aktivitas dopamin yang yang tinggi di dalam otak. Teori ini

    muncul melalui dua observasi. Pertama, efektivitas dan potensi dari berbagai obat

    antipsikotik (dopamine receptor antagonists) berhubungan dengan aktivitas

    antagonisnya terhadap reseptor dopamin tipe 2 (D2). Kedua, obat yang meningkatkan

    aktivitas dopaminergik seperti kokain dan amfetamin, bersifat psikotomimetik.

    Bagian otak yang terlibat dalam aktivitas ini adalah jalur mesokortikal dan

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    20/34

    mesolimbik. Peningkatan aktivitas dopamin pada jalur mesolimbi meningkatkan

    risiko timbulnya gejala positif dari skizofrenia. Penurunan aktivitas dopamin pada

    jalur mesokortikal akan meningkatkan risiko timbulnya gejala negatif dari

    skizofrenia.

    Hasil di atas juga didukung oleh temuan-temuan pada penelitian selanjutnya.

    Penderita dengan skizofrenia memiliki beberapa kelainan pada otak, yaitu

    pembesaran ventrikel yang menyebabkan penurunan volume otak dan substansia

    grisea korteks. Daerah seperti lobus frontal, amigdala, dan lobus temporalis medialis,

    cingulate gyrus, dansuperior temporal gyrusmengalami penurunan volume. Kondisi

    ini akhirnya menyebabkan kelainan aktivitas pada daerah tersebut yang menyebabkan

    timbulnya gejala-gejala dalam skizofrenia. Melalui pemeriksaan positron emission

    tomography(PET), juga dapat diketahui penurunan aliran darah pada daerah frontal,

    talamus, dan serebelum pada kliendengan skizofrenia. Penurunan aktivitas pada

    daerah prefrontal dihubungkan dengan penurunan aktivitas dopamin pada daerah

    tersebut.

    E. Manifestasi klinis

    Secara garis besar, manifestasi klinis dari skizofrenia terbagi dalam tiga

    bagian besar, yaitu :

    1. Gejala positif, terutama berupa delusi dan halusinasi. Gejala-gejala positif yang

    dapat muncul. Delusi yang muncul dapat berupa delusion of control, delusion of

    influence, delusion of passivity, dan delusion of perception. Halusinasi dapat

    muncul pada berbagai indera, seperti taktil, olfaktorik, gustatorik, atau visual,

    namun auditori adalah halusinasi yang paling sering muncul.

    2. Gangguan dalam berpikir atau disorganisasi yang bermanifestasi dalam hal bicara

    dan tingkah laku. Dalam bicara, disorganisasi yang timbul dapat berupa asosiasi

    longgar sampai bentuk paling parah berupa word salad. Dalam tingkah laku,

    disorganisasi muncul sebagai ketidakmampuan melakukan aktivitas sehari-hari

    seperti menyiapkan makanan dan menjaga kebersihan diri, ataupun dapat berupa

    perilaku seperti anak-anak dan agitasi yang tidak terduga.

    3. Gejala negatif, berupa menarik diri, apatis, ketidakpedulian terhadap diri sendiri,

    kemiskinan dalam bicara, dan lain-lain.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    21/34

    Kriteria diagnosis klinis skizofrenia yang dipakai di Indonesia umumnya

    menggunakan pedoman dari Pedoman Penggolongan dan Diagnosis klinis Gangguan

    Jiwa di Indonesia. Kriteria tersebut adalah sebagai berikut :

    Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua

    gejala atau lebih bila gejala itu kurang tajam atau kurang jelas).

    - Thought echo : isi pikiran dirinya sendiri yang bergema atau berulang dalam

    kepalanya dan isi pikiran ulangan, walaupun isinya sama namun kualitasnya

    berbeda.

    - Thought insertion : isi pikiran yang asing dari luar, masuk ke dalam pikirannya

    atau isi pikirannya diambil keluar oleh sesuatu dari luar dirinya.

    - Thought broadcasting : isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain

    mengetahuinya.

    - Delusion of control: waham tentang dirinya yang dikendalikan oleh sesuatu dari

    luar dirinya.

    - Delusion of influence: waham tentang dirinya yang dipengaruhi oleh suatu

    kekuatan dari luar.

    - Delusion of passivity: waham tentang dirinya yang pasrah dan tidak berdaya

    terhadap suatu kekuatan dari luar.

    - Delusional perception: pengalaman indrawi yang tidak wajar, yang bermakna

    sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mujizat.

    - Halusinasi auditorik

    - Waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat dianggap tidak

    wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya berkaitan dengan masalah agama atau

    politik tertentu atau kekuatan diatas kemampuan manusia biasa.

    Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

    a. Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik oleh

    waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa kandungan

    afektif yang jelas, ataupun disertai dengan ide berlebihan yang menetap.

    b. Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan

    (interpolation), yang berakibat inkoherensia atau pembicaraan yang tidak relevan

    atau neologisme.

    c. Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah, pklienisi tubuh tertentu

    (pklienturing) atau fleksibilitas cerea, negativisme, stupor dan mutisme.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    22/34

    d. Gejala negatif : apatis, jarang bicara, respon emklienional yang tumpul atau

    tidak wajar, menarik diri, tapi harus jelas bahwa hal tersebut tidak disebabkan

    oleh depresi.

    Gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun waktu satu bulan atau

    lebih.

    Harus ada suatu perubahan yang konsisten dan bermakna dalam mutu keseluruhan

    (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi, bermanifestasi pada

    hilangnya minat, hidup tak bertujuan dan penarikan diri secara sklienial.

    Perjalanan penyakit Skizofrenia dapat dibagi menjadi 3 fase yaitu fase

    prodromal, fase aktif dan fase residual.Pada fase prodromalbiasanya timbul gejala

    gejala non spesifik yang lamanya bisa minggu, bulan ataupun lebih dari satu tahun

    sebelum onset psikotik menjadi jelas. Gejala tersebut meliputi : hendaya fungsi

    pekerjaan, fungsi sklienial, fungsi penggunaan waktu luang dan fungsi perawatan

    diri. Perubahan perubahan ini akan mengganggu individu serta membuat resah

    keluarga dan teman, mereka akan mengatakan orang ini tidak seperti yang dulu.

    Semakin lama fase prodromal semakin buruk prognosisnya. Pada fase aktifgejala

    pklienitif / psikotik menjadi jelas seperti tingkah laku katatonik, inkoherensi, waham,

    halusinasi disertai gangguan afek. Hampir semua individu datang berobat pada fase

    ini, bila tidak mendapat pengobatan gejala gejala tersebut dapat hilang spontan suatu

    saat mengalami eksaserbasi atau terus bertahan. Fase aktif akan diikuti oleh fase

    residualdimana gejala gejalanya sama dengan fase prodromal tetapi gejala

    psikotiknya sudah berkurang. Disamping gejala gejala yang terjadi pada ketiga fase

    diatas, penderita skizofrenia juga mengalami gangguan kognitif berupa gangguan

    berbicara spontan, mengurutkan peristiwa, kewaspadaan dan eksekutif (atensi,

    konsentrasi, hubungan sklienial). Pada Skizofrenia Hebefrenik kita dapat melihat

    tanda dan gejala yang khas, antara lain :

    1. Inkoherensi yaitu jalan pikiran yang kacau, tidak dapat dimengerti apa

    maksudnya.

    2.

    Alam perasaan yang datar tanpa ekspresi serta tidak serasi atau ketolol-tololan.

    3. Perilaku dan tertawa kekenak-kanakan, senyum yang menunjukkan rasa puas diri

    atau senyum yang hanya dihayati sendiri.

    4.

    Waham yang tidak jelas dan tidak sistematik tidak terorganisasi sebagai suatu

    kesatuan.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    23/34

    5. Halusinasi yang terpecah-pecah yang isi temanya tidak terorganisasi sebagai satu

    kesatuan.

    6.

    Gangguan berpikir.

    7. Perilaku aneh, misalnya menyeringai sendiri, menunjukkan gerakan-gerakan

    aneh, berkelakar, pengucapan kalimat yang diulang-ulang dan cenderung untuk

    menarik diri secara ekstrim dari hubungan.

    Gejala-gejala pencetus respon biologis :

    Kesehatan : nutrisi kurang, kurang tidur, ketidakseimbangan irama sirkadian,

    kelelahan, infeksi, obat-obatan sistem saraf pusat, kurangnya latihan dan

    hambatan untuk menjangkau layanan kesehatan.

    Lingkungan : lingkungan yang memusuhi, masalah rumah tangga, kehilangan

    kebebasan hidup, perubahan kebiasaan hidup, pola aktivitas sehari-hari,

    kesukaran berhubungan dengan orang lain, isolasi sklienial, kurangnya dukungan

    sklienial, tekanan kerja, stigmatisasi, kemiskinan, kurangnya alat transportasi dan

    ketidakmampuan mendapatkan pekerjaan.

    Sikap/perilaku : merasa tidak mampu, putus asa, merasa gagal, kehilangan kendali

    diri (demoralisasi), merasa punya kekuatan berlebihan dengan gejala tersebut,

    merasa malang, bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun

    kebudayaan, rendahnya kemampuan sosialisasi, perilaku agresif, perilaku

    kekerasan, ketidakadekuatan pengobatan dan ketidakadekuatan penanganan

    gejala.

    F. Diferensial diagnosis

    Pasien dengan penyalahgunaan zat dapat datang dengan gejala yang mirip

    dengan skizofrenia, sehingga diagnosis skizofrenia belum dapat ditegakkan bilapenderita sedang aktif menyalahgunakan zat. Penderita dengan depresi berat atau

    gangguan bipolar juga dapat datang dengan gangguan psikotik, namun diagnosis dari

    gangguan mood selalu diutamakan daripada diagnosis skizofrenia. Delirium juga

    memiliki gejala seperti skizofrenia seperti delusi dan halusinasi. Perbedaan mendasar

    dari kedua hal tersebut adalah onset penyakit. Delirium memiliki onset yang lebih

    cepat daripada skizofrenia. Selain itu, apabila disertai penyakit penyerta, diagosis

    delirium lebih diutamakan daripada skizofrenia.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    24/34

    G. Penatalaksanaan

    -

    Terapi somatik (Medikamentosa).

    - Obat-obatan yang digunakan untuk mengobati Skizofrenia disebut antipsikotik.

    Antipsikotik bekerja mengontrol halusinasi, delusi dan perubahan pola pikir yang

    terjadi pada Skizofrenia. Penderita mungkin dapat mencoba beberapa jenis

    antipsikotik sebelum mendapatkan obat atau kombinasi obat antipsikotik yang

    benar-benar cocok bagi pasien . Antipsikotik pertama diperkenalkan 50 tahun

    yang lalu dan merupakan terapi obat-obatan pertama yang efektif untuk

    mengobati Skizofrenia. Terdapat 3 kategori obat antipsikotik yang dikenal saat

    ini, yaitu : antipsikotik konvensional, newer atypical antipsycotics, dan Clozaril

    (Clozapine).

    - Antipsikotik konvensional. Obat antipsikotik yang paling lama penggunannya

    disebut antipsikotik konvensional. Walaupun sangat efektif, antipsikotik

    konvensional sering menimbulkan efek samping yang serius. Contoh obat

    antipsikotik konvensional antara lain :

    1. Haldol (haloperidol) 5. Stelazine ( trifluoperazine)

    2. Mellaril (thioridazine) 6. Thorazine ( chlorpromazine)

    3. Navane (thiothixene) 7. Trilafon (perphenazine)

    4. Prolixin (fluphenazine)

    Akibat berbagai efek samping yang dapat ditimbulkan oleh antipsikotik

    konvensional, banyak ahli lebih merekomendasikan penggunaan newer atypical

    antipsycotic. Ada 2 pengecualian (harus dengan antipsikotok konvensional).

    Pertama, pada penderita yang sudah mengalami perbaikan (kemajuan) yang pesat

    menggunakan antipsikotik konvensional tanpa efek samping yang berarti.

    Biasanya para ahli merekomendasikan untuk meneruskan pemakaian antipskotik

    konvensional. Kedua, bila penderita mengalami kesulitan minum pil secara

    reguler. Prolixin dan Haldol dapat diberikan dalam jangka waktu yang lama ( long

    acting) dengan interval 2-4 minggu (disebut juga depot formulations). Dengan

    depot formulation, obat dapat disimpan terlebih dahulu di dalam tubuh lalu

    dilepaskan secara perlahan-lahan. Sistem depot formulation ini tidak dapat

    digunakan pada newer atypic antipsycotic.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    25/34

    1. Newer Atypcal An tipsycotic

    Obat-obat yang tergolong kelompok ini disebut atipikal karena prinsip

    kerjanya berbeda, serta sedikit menimbulkan efek samping bila dibandingkan

    dengan antipsikotik konvensional. Beberapa contoh newer atypical

    antipsycotic yang tersedia, antara lain :

    1. Risperdal (risperidone)

    2. Seroquel (quetiapine)

    3. Zyprexa (olanzopine)

    Para ahli banyak merekomendasikan obat-obat ini untuk menangani pasiendengan Skizofrenia.

    Clozaril. Mulai diperkenalkan tahun 1990, merupakan antipsikotik atipikal

    yang pertama. Clozaril dapat membantu 25-50% penderita yang tidak

    merespon (berhasil) dengan antipsikotik konvensional. Sangat disayangkan,

    Clozaril memiliki efek samping yang jarang tapi sangat serius dimana pada

    kasus-kasus yang jarang (1%), Clozaril dapat menurunkan jumlah sel darah

    putih yang berguna untuk melawan infeksi. Ini artinya, penderita yang

    mendapat Clozaril harus memeriksakan kadar sel darah putihnya secara

    reguler. Para ahli merekomendaskan penggunaan Clozaril bila paling sedikit 2

    dari obat antipsikotik yang lebih aman tidak berhasil.

    - Cara penggunaan

    Pada dasarnya semua obat anti psikosis mempunyai efek primer (efek klinis) yang

    sama pada ekivalen, perbedaan terutama pada efek samping sekunder. Pemilihan

    jenis obat anti psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan

    efek samping obat. Pergantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalen. Apabila

    obat anti psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis yang sudah optimal

    setelah jangka waktu yang memadai, dapat diganti dengan obat psikosis lain

    (sebaiknya dari golongan yang tidak sama), dengan dosis ekivalennya dimana

    profil efek samping belum tentu sama. Apabila dalam riwayat penggunaan obat

    anti psikosis sebelumnya jenis obat anti psikosis tertentu yang sudah terbukti

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    26/34

    efektif dan ditolerir dengan baik efek sampingnya, dapat dipilih kembali untuk

    pemakaian sekarang. Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan :

    Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu.

    Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam. Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

    Dosis pagi dan malam dapat berbeda untuk mengurangi dampak efek samping

    (dosis pagi kecil, dosis malam lebih besar) sehingga tidak begitu mengganggu

    kualitas hidup pasien.

    Mulai dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari sampai

    mencapai dosis efektif (mulai peredaan sindroma psikosis) dievaluasi setiap 2

    minggu dan bila perlu dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12

    minggu (stabilisasi) kemudian diturunkan setiap 2 minggu dosis maintanance

    dipertahankan 6 bulan sampai 2 tahun (diselingi drug holiday 1-2

    hari/minggu) tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4 minggu) stop. Untuk

    penderita dengan serangan sindroma psikosis multi episode terapi

    pemeliharaan dapat diberikan paling sedikit selama 5 tahun. Efek obat

    psikosis secara relatif berlangsung lama, sampai beberapa hari setelah dosis

    terakhir yang masih mempunyai efek klinis. Pada umumnya pemberian obat

    psikosis sebaiknya dipertahankan selama 3 bulan sampai 1 tahun setelah

    semua gejala psikosis mereda sama sekali. Untuk psikosis reaktif singkat

    penurunan obat secara bertahap setelah hilangnya gejala dalam kurun waktu 2

    minggu-2 bulan. Obat antipsikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang

    hebat walaupun diberikan dalam jangka waktu yang lama, sehingga potensi

    ketergantungan obat kecil sekali. Pada penghentian yang mendadak dapat

    timbul gejala Cholinergic rebound yaitu : gangguan lambung, mual muntah,

    diare, pusing, gemetar dan lain-lain. Keadaan ini akan mereda dengan

    pemberian anticholinergic agent (injeksi sulfas atrofin 0,25 mg IM dan tablet

    trihexypenidil 3x2 mg/hari). Obat anti pikosis long acting (perenteral) sangat

    berguna untuk klienyang tidak mau atau sulit teratur makan obat ataupun yang

    tidak efektif terhadap medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc setiap 2

    minggu pada bulan pertama baru ditingkatkan menjadi 1 cc setap bulan.

    Pemberian anti psikosis long acting hanya untuk terapi stabilisasi dan

    pemeliharaan terhadap kasus skizofrenia. Penggunaan CPZ (Chlorpromazine)

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    27/34

    injeksi sering menimbulkan hipotensi ortostatik pada waktu perubahan tubuh

    (efek alpha adrenergik blokade). Tindakan mengatasinya dengan injeksi

    noradrenalin (effortil IM).

    - Pemilihan obat untuk episode (serangan) pertama. Newer atypical antipsycotic

    merupakan terapi pilihan untuk penderita Skizofrenia episode pertama karena

    efek samping yang ditimbulkan minimal dan resiko untuk terkena tardive

    dyskinesia lebih rendah.Biasanya obat antipsikotik membutuhkan waktu beberapa

    saat untuk mulai bekerja. Sebelum diputuskan pemberian salah satu obat gagal

    dan diganti dengan obat lain, para ahli biasanya akan mencoba memberikan obat

    selama 6 minggu (2 kali lebih lama pada Clozaril).

    - Pemilihan obat untuk keadaan relaps (kambuh). Biasanya timbul bila penderita

    berhenti minum obat. Untuk itu, sangat penting untuk mengetahui alasan mengapa

    penderita berhenti minum obat. Terkadang penderita berhenti minum obat karena

    efek samping yang ditimbulkan oleh obat tersebut. Apabila hal ini terjadi, dokter

    dapat menurunkan dosis menambah obat untuk efek sampingnya, atau mengganti

    dengan obat lain yang efek sampingnya lebih rendah. Apabila penderita berhenti

    minum obat karena alasan lain, dokter dapat mengganti obat oral dengan injeksi

    yang bersifat long acting, diberikan tiap 2-4 minggu. Pemberian obat dengan

    injeksi lebih simpel dalam penerapannya. Terkadang penderita dapat kambuh

    walaupun sudah mengkonsumsi obat sesuai anjuran. Hal ini merupakan alasan

    yang tepat untuk menggantinya dengan obat obatan yang lain, misalnya

    antipsikotik konvensonal dapat diganti dengan newer atipycal antipsycotic atau

    newer atipycal antipsycotic diganti dengan antipsikotik atipikal lainnya.

    Clozapine dapat menjadi cadangan yang dapat bekerja bila terapi dengan obat-

    obatan diatas gagal.

    -

    Pengobatan selama fase penyembuhan. Sangat penting bagi penderita untuk tetap

    mendapat pengobatan walaupun setelah sembuh. Penelitian terbaru menunjukkan

    4 dari 5 penderita yang berhenti minum obat setelah episode petama Skizofrenia

    dapat kambuh. Para ahli merekomendasikan pasien skizofrenia episode pertama

    tetap mendapat obat antipsikotik selama 12-24 bulan sebelum mencoba

    menurunkan dosisnya. Penderita yang menderita Skizofrenia lebih dari satu

    episode atau belum sembuh total pada episode pertama membutuhkan pengobatan

    yang lebih lama. Perlu diingat, bahwa penghentian pengobatan merupakan

    penyebab tersering kekambuhan dan makin beratnya penyakit.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    28/34

    - Efek samping obat-obat antipsikotik. Karena penderita Skizofrenia memakan obat

    dalam jangka waktu yang lama, sangat penting untuk menghindari dan mengatur

    efek samping yang timbul. Mungkin masalah terbesar dan tersering bagi penderita

    yang menggunakan antipsikotik konvensional gangguan (kekakuan) pergerakan

    otot-otot yang disebut juga efek samping ekstrapiramidal (EEP). Dalam hal ini

    pergerakan menjadi lebih lambat dan kaku, sehingga agar tidak kaku penderita

    harus bergerak (berjalan) setiap waktu, dan akhirnya mereka tidak dapat

    beristirahat. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tremor pada tangan dan

    kaki. Kadang-kadang dokter dapat memberikan obat antikolinergik (biasanya

    benztropine) bersamaan dengan obat antipsikotik untuk mencegah atau mengobati

    efek samping ini. Efek samping lain yang dapat timbul adalah tardive dyskinesia

    dimana terjadi pergerakan mulut yang tidak dapat dikontrol, protruding tongue,

    dan facial grimace. Kemungkinan terjadinya efek samping ini dapat dikurangi

    dengan menggunakan dklienis efektif terendah dari obat antipsikotik. Apabila

    penderita yang menggunakan antipsikotik konvensional mengalami tardive

    dyskinesia, dokter biasanya akan mengganti antipsikotik konvensional dengan

    antipsikotik atipikal. Obat-obat untuk skizofrenia juga dapat menyebabkan

    gangguan fungsi seksual, sehingga banyak penderita yang menghentikan sendiri

    pemakaian obat-obatan tersebut. Untuk mengatasinya biasanya dokter akan

    menggunakan dklienis efektif terendah atau mengganti dengan newer atypical

    antipsycotic yang efek sampingnya lebih sedikit. Peningkatan berat badan juga

    sering terjadi pada penderita skizofrenia yang memakan obat. Hal ini sering

    terjadi pada penderita yang menggunakan antipsikotik atipikal. Diet dan olah raga

    dapat membantu mengatasi masalah ini. Efek samping lain yang jarang terjadi

    adalah neuroleptic malignant syndrome, dimana timbul derajat kaku dan tremor

    yang sangat berat yang juga dapat menimbulkan komplikasi berupa demam,

    penyakit-penyakit lain. Gejala-gejala ini membutuhkan penanganan yang segera.

    - Terapi Psikososial

    Terapi perilaku

    Teknik perilaku menggunakan hadiah ekonomi dan latihan ketrampilan

    sklienial untuk meningkatkan kemampuan sosial, kemampuan memenuhi diri

    sendiri, latihan praktis, dan komunikasi interpersonal. Perilaku adaptif adalah

    didorong dengan pujian atau hadiah yang dapat ditebus untuk hal-hal yang

    diharapkan, seperti hak istimewa. Dengan demikian, frekuensi perilaku

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    29/34

    maladaptif atau menyimpang seperti berbicara lantang, berbicara sendirian di

    masyarakat, dan pklientur tubuh aneh dapat diturunkan.

    Terapi berorientasi-keluarga

    Terapi ini sangat berguna karena klienskizofrenia seringkali dipulangkan

    dalam keadaan remisi parsial, dimana klienskizofrenia kembali seringkali

    mendapatkan manfaat dari terapi keluarga yang singkat namun intensif (setiap

    hari). Setelah periode pemulangan segera, topik penting yang dibahas didalam

    terapi keluarga adalah prklienes pemulihan, khususnya lama dan

    kecepatannya. Seringkali, anggota keluarga, didalam cara yang jelas

    mendorong sanak saudaranya yang terkena skizofrenia untuk melakukan

    aktivitas teratur terlalu cepat. Rencana yang terlalu optimistik tersebut berasal

    dari ketidaktahuan tentang sifat skizofrenia dan dari penyangkalan tentang

    keparahan penyakitnya.-Ahli terapi harus membantu keluarga dan penderita

    mengerti skizofrenia tanpa menjadi terlalu mengecilkan hati. Sejumlah

    penelitian telah menemukan bahwa terapi keluarga adalah efektif dalam

    menurunkan relaps. Didalam penelitian terkontrol, penurunan angka relaps

    adalah dramatik. Angka relaps tahunan tanpa terapi keluarga sebesar 25-50 %

    dan 5 - 10 % dengan terapi keluarga.

    Terapi kelompok

    Terapi kelompok bagi skizofrenia biasanya memusatkan pada rencana,

    masalah, dan hubungan dalam kehidupan nyata. Kelompok mungkin

    terorientasi secara perilaku, terorientasi secara psikodinamika atau tilikan,

    atau suportif. Terapi kelompok efektif dalam menurunkan isolasi sosial,

    meningkatkan rasa persatuan, dan meningkatkan tes realitas bagi penderita

    skizofrenia. Kelompok yang memimpin dengan cara suportif, bukannya dalam

    cara interpretatif, tampaknya paling membantu bagi klienskizofrenia.

    Psikoterapi individual

    Penelitian yang paling baik tentang efek psikoterapi individual dalam

    pengobatan skizofrenia telah memberikan data bahwa terapi akan membantu

    dan menambah efek terapi farmakologis. Suatu konsep penting di dalam

    psikoterapi bagi penderita skizofrenia adalah perkembangan suatu hubungan

    terapetik yang dialami pasien. Pengalaman tersebut dipengaruhi oleh dapat

    dipercayanya ahli terapi, jarak emklienional antara ahli terapi dan pasien , dan

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    30/34

    keikhlasan ahli terapi seperti yang diinterpretasikan oleh pasien. Hubungan

    antara dokter dan penderita adalah berbeda dari yang ditemukan di dalam

    pengobatan non-psikotik. Menegakkan hubungan seringkali sulit dilakukan,

    penderita skizofrenia seringkali kesepian dan menolak terhadap keakraban dan

    kepercayaan dan kemungkinan sikap curiga, cemas, bermusuhan, atau

    teregresi jika seseorang mendekati. Pengamatan yang cermat dari jauh dan

    rahasia, perintah sederhana, kesabaran, ketulusan hati, dan kepekaan terhadap

    kaidah sklienial adalah lebih disukai daripada informalitas yang prematur dan

    penggunaan nama pertama yang merendahkan diri. Kehangatan atau profesi

    persahabatan yang berlebihan adalah tidak tepat dan kemungkinan dirasakan

    sebagai usaha untuk suapan, manipulasi, atau eksploitasi.

    Perawatan di Rumah Sakit (Hospitalization)

    Indikasi utama perawatan rumah sakit adalah untuk tujuan diagnostik,

    menstabilkan medikasi, keamanan penderita karena gagasan bunuh diri atau

    membunuh, prilaku yang sangat kacau termasuk ketidakmampuan memenuhi

    kebutuhan dasar. Tujuan utama perawatan dirumah sakit yang harus

    ditegakkan adalah ikatan efektif antara penderita dan sistem pendukung

    masyarakat. Rehabilitasi dan penyesuaian yang dilakukan pada perawatan

    rumah sakit harus direncanakan. Dokter harus juga mengajarkan penderita dan

    pengasuh serta keluarga kliententang skizofrenia. Perawatan di rumah sakit

    menurunkan stres pada penderita dan membantu mereka menyusun aktivitas

    harian mereka. Lamanya perawatan rumah sakit tergantung dari keparahan

    penyakit kliendan tersedianya fasilitas pengobatan rawat jalan. Rencana

    pengobatan di rumah sakit harus memiliki orientasi praktis ke arah masalah

    kehidupan, perawatan diri, kualitas hidup, pekerjaan, dan hubungan sosial.

    Perawatan di rumah sakit harus diarahkan untuk mengikat penderita dengan

    fasilitas perawatan termasuk keluarga pasien. Pusat perawatan dan kunjungan

    keluarga penderita kadang membantu kliendalam memperbaiki kualitas hidup.

    H. Prognosis

    Prognosis untuk skizofrenia hebefrenik sama dengan skizofrenia tipe lainnya,

    prognosisnya pada umumnya kurang begitu menggembirakan. Sekitar 25%

    kliendapat kembali pulih dari episode awal dan fungsinya dapat kembali pada tingkat

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    31/34

    prodromal (sebelum munculnya gangguan tersebut). Sekitar 25% tidak akan pernah

    pulih dan perjalanan penyakitnya cenderung memburuk. Sekitar 50% berada

    diantaranya, ditandai dengan kekambuhan periodik dan ketidakmampuan berfungsi

    dengan efektif kecuali untuk waktu yang singkat. Faktor-faktor yang mempengaruhi

    prognklienis skizofrenia

    -

    Keluarga. Pasien membutuhkan perhatian dari masyarakat, terutama dari

    keluarganya. jangan membeda-bedakan antara orang yang mengalami skizofrenia

    dengan orang yang normal, karena orang yang mengalami gangguan skizofrenia

    mudah tersinggung.

    - Inteligensi. Pada umumnya penderita skizofrenia yang mempunyai Inteligensi

    yang tinggi akan lebih mudah sembuh dibandingkan dengan orang yang

    inteligensinya rendah.

    - Pengobatan. Obat memiliki dua kekurangan utama. Pertama hanya sebagian kecil

    penderita (kemungkinan 25%) cukup tertolong untuk mendapatkan kembali

    jumlah fungsi mental yang cukup normal. Kedua antagonis reseptor dopamin

    disertai dengan efek merugikan yang mengganggu dan serius. Namun penderita

    skkizofrenia perlu di beri obat Risperidone serta Clozapine.

    -

    Reaksi pengobatan. Dalam proses penyembuhan skizofrenia, orang yang bereaksi

    terhadap obat lebih bagus perkembangan kesembuhan daripada orang yang tidak

    bereaksi terhadap pemberian obat.

    -

    Stressor psikososial. Apabila stressor dari skizofrenia ini berasal dari luar, maka

    akan mempunyai dampak yang positif, karena tekanan dari luar diri individu

    dapat diminimalisir atau dihilangkan. Begitu pula sebaliknya apabila stressor

    datangnya dari luar individu dan bertubi-tubi atau tidak dapat diminimalisir maka

    prognosisnya adalah negatif atau akan bertambah parah.

    -

    Kekambuhan. Penderita skizofrenia yang sering kambuh prognklienisnya lebih

    buruk.

    - Gangguan kepribadian. Prognosis untuk orang yang mempunyai gangguan

    kepribadian akan sulit disembuhkan. Besar kecilnya pengalaman akan memiliki

    peran yang sangat besar terhadap kesembuhan.

    - Onset. Jenis onset yang mengarah ke prognosis yang baik berupa onset yang

    lambat dan akut, sedangkan onset yang tidak jelas memiliki prognosis yang lebih

    baik.

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    32/34

    - Proporsi. Orang yang mempunyai bentuk tubuh normal (proporsional)

    mempunyai prognosis yang lebih baik dari pada penderita yang bentuk tubuhnya

    tidak proporsional.

    - Perjalanan penyakit. Pada penderita skizofrenia yang masih dalam fase prodromal

    prognosisnya lebih baik dari pada orang yang sudah pada fase aktif dan fase

    residual.

    - Kesadaran. Kesadaran orang yang mengalami gangguan skizofrenia adalah jernih.

    Hal inilah yang menunjukkan prognosisnya baik nantinya.

    Prognosis Baik Prognosis Buruk

    Onset lambat

    Faktor pencetus yang jelas

    Onset akut

    Riwayat sklienial, seksual

    dan pekerjaan

    premorbid yang baik

    Gejala gangguan mood

    (terutama gangguan

    depresif)

    Menikah

    Riwayat keluarga

    gangguan mood

    Sistem pendukung yang

    baik

    Gejala positif

    Onset muda

    Tidak ada faktor pencetus

    Onset tidak jelas

    Riwayat sosial dan pekerjaan

    premorbid yang buruk

    Prilaku menarik diri atau autistik

    Tidak menikah, bercerai atau janda/

    duda

    Sistem pendukung yang buruk

    Gejala negatif

    Tanda dan gejala neurologist

    Riwayat trauma perinatal

    Tidak ada remisi dalam 3 tahun

    Banyak relaps

    Riwayat penyerangan

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    33/34

  • 8/11/2019 lapkas hebefrenik

    34/34

    DAFTAR PUSTAKA

    Maslim R. Diagnklienis gangguan jiwa rujukan ringkas dari PPDGJ III. Jakarta : PT

    Nuh Jaya;2003.p.46-51.Maslim, Rusdi. Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi ke-3.Jakarta; Bagian

    Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Atma Jaya. 2007.

    Sinaga BR. Skizofrenia dan diagnosis banding. Jakarta : FKUI;2007.p.42-51.

    Saddock,JB, Saddock AC.Kaplan and Saddocks Synopsis of Psychiatry :

    Behavioral Sciences, Clinical Psychiatry. Edisi ke10. 2007. Philadelphia :

    Lippincott Williams & Wilkins.