lapkas mata

38
BAB I LATAR BELAKANG A. Pendahuluan Katarak merupakan penyakit mata yang dikenal masyarakat saat ini. Hal ini akibat mulai terdapat kesadaran pada lansia bahwa katarak adalah kelainan mata pada usia lanjut. Terdapat beberapa kelainan yang sering dihubungkan dengan usia lanjut seperti katarak, glaucoma, degenerasi makula, dan proses yang sering terjadi seperti pengaruh penyakit kencing manis (diabetes mellitus). 1 Katarak adalah setiap keeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya yang disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak dapat menyebabkan berbagai komplikasi bahkan sampai menyebabkan kebutaan. 2 Prevalensi kebutaan di dunia sebesar 0,7% dengan penyebab katarak 39%, kelainan refraksi 18% dan glaukoma 10%. WHO memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira- kira 48% kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Sekitar 85% dari penderita katarak adalah orang lanjut usia (senile). 2,3 Di Indonesia, prevalensi kebutaan lebih tinggi mencapai 0,9%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma (0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan dengan lanjut usia (0,38%). 2 1 | Page

Upload: heinz

Post on 14-Dec-2015

15 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

b

TRANSCRIPT

Page 1: Lapkas Mata

BAB I

LATAR BELAKANG

A. Pendahuluan

Katarak merupakan penyakit mata yang dikenal masyarakat saat ini. Hal ini

akibat mulai terdapat kesadaran pada lansia bahwa katarak adalah kelainan mata pada

usia lanjut. Terdapat beberapa kelainan yang sering dihubungkan dengan usia lanjut

seperti katarak, glaucoma, degenerasi makula, dan proses yang sering terjadi seperti

pengaruh penyakit kencing manis (diabetes mellitus).1

Katarak adalah setiap keeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi

(penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduaduanya yang

disebabkan oleh berbagai keadaan. Katarak dapat menyebabkan berbagai komplikasi

bahkan sampai menyebabkan kebutaan.2 Prevalensi kebutaan di dunia sebesar 0,7%

dengan penyebab katarak 39%, kelainan refraksi 18% dan glaukoma 10%. WHO

memperkirakan terdapat 38 juta orang buta di dunia dan setengahnya disebabkan oleh

katarak. Katarak yang berhubungan dengan usia menyebabkan kira-kira 48%

kebutaan didunia, yaitu sekitar 18 juta orang. Sekitar 85% dari penderita katarak

adalah orang lanjut usia (senile).2,3 Di Indonesia, prevalensi kebutaan lebih tinggi

mencapai 0,9%. Penyebab utama kebutaan adalah katarak (0,78%), glaukoma

(0,20%), kelainan refraksi (0,14%), dan penyakit-penyakit lain yang berhubungan

dengan lanjut usia (0,38%).2

Jenis katarak yang paling sering terjadi adalah katarak senilis. Katarak senilis

merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia diatas 40 tahun. Prevalensi

nasional katarak pada penduduk usia 45-54 tahun adalah sebesar 1,4%, usia 55-64

tahun sebesar 3,2%, usia 65-74 tahun sebesar 5,5% dan usia 75 tahun keatas sebesar

7,6%. Pada usia lanjut banyak terjadi perubahan pada lensa mata, antara lain

peningkatan massa dan ketebalan lensa serta penurunan daya akomodasi. Hal tersebut

yang mengakibatkan semakin tingginya kejadian katarak pada usia lanjut.2

Lensa katarak memiliki ciri berupa edema lensa, perubahan protein, perubahan

proliferasi dan kerusakan kontinuitas serat serat lensa. Secara umum udema lensa

bervariasi sesuai stadium perkembangan katarak. Katarak imatur (insupien) hanya

sedikit opak. Katarak matur yang keruh total mengalami sedikit edema. Apabila

kandungan air maksimum dan kapsul meregang, katarak disebut intumesensi

1 | P a g e

Page 2: Lapkas Mata

(membengkak). Pada katarak hipermatur relative mengalami dehidrasi dan kapsul

mengkerut akibat air keluar dari lensa dan meninggalkan kekeruhan.4

Terapi definitif katarak pada dasarnya adalah melalui tindakan pembedahan

yang bertujuan untuk memperbaiki tajam penglihatan pasien. Teknik pembedahan

katarak antara lain ekstraksi katarak intra kapsuler (EKIK), ekstraksi katarak ekstra

kapsuler (EKEK), dan yang sering digunakan adalah fakoemulsifikasi. Namun, dalam

pelaksanaannya perlu memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempersulit tindakan,

mempengaruhi hasil operasi maupun faktor yang dapat meningkatkan risiko

timbulnya komplikasi. Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah adanya

kelainan refraksi, yaitu miopia.5

2 | P a g e

Page 3: Lapkas Mata

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Anatomi lensa mata

Pembentukan lensa dimulai di bagian akhir dari trimester pertama sebagai sel

permukaan ektodermal, segera melapisi vesikel optik yang berkembang, diinduksi

untuk menebal dan membentuk placode lensa. Permukaan anterior lensa manusia

dewasa normal adalah setara dengan satu setengah dari 15 derajat spheroid,

sedangkan permukaan posterior adalah setara dengan satu setengah dari 30 derajat

spheroid. Ketebalan lensa adalah ukuran lensa dari anterior ke posterior tiang

sepanjang sumbu visual, sedangkan lebar lensa adalah rentang antara tegak lurus

terhadap sumbu visual.6

Lensa adalah suatu struktur bikonveks, avaskular tak berwarna dan transparan.

Tebal sekitar 4 mm dan diameternya 10 mm. Dibelakang iris lensa digantung oleh

zonula ( zonula Zinnii) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah

anterior lensa terdapat humor aquaeus dan disebelah posterior terdapat vitreus.

Lensa terdiri dari enam puluh lima persen air, 35% protein, dan sedikit sekali

mineral yang biasa ada di jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih tinggi di

lensa dari pada di kebanyakan jaringan lain. Asam askorbat dan glutation terdapat

dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri, pembuluh darah

ataupun saraf di lensa.7

Gambar 1 : Anatomi lensa mata8

3 | P a g e

Page 4: Lapkas Mata

Lensa bentuk lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata

belakang. Lensa akan dibentuk oleh sel epitel lensa yang membentuk serat lensa di

dalam kapsul lensa. Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus

sehingga mengakibatkan memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga

membentuk nucleus lensa. Bagian sentral lensa merupakan bagian yang paling

dahulu dibentuk atau serat lensa tertua didalam kapsul lensa. Di dalam lensa dapat

dibedakan nucleus embrional, fetal dan dewasa. Di bagian luar nucleus lensa ini

terdapat serat lensa yang lebih mudah dan disebut sebagai korteks lensa. Korteks

yang terletak disebelah depan nucleus lensa disebut sebagai korteks anterior,

sedangkan dibelakangnya disebut korteks posterior. Nukleus lensa memiliki

konsistensi lebih keras dibandingkan korteks lensa yang lebih mudah.7,8

Lensa terdiri dari :8

a. Kapsul lensa

b. Epitel lensa

c. Korteks lensa

d. Nukleus lensa.

Gambar 2. Struktur lensa mata7

Lensa adalah suatu struktur berbentuk bikonveks,avaskuler, transparan,terletak

di belakang iris dan di depan corpus vitreous.

Fungsi Lensa :

1. membiaskan cahaya

2. memelihara transparansinya

3. proses akomodasi.

4 | P a g e

Page 5: Lapkas Mata

Lapisan epitel hanya terdapat pada bagian anterior lensa yang terdiri dari

selapis sel epitel kuboid yang tersusun ireguler. Di sinilah terjadinya aktivitas

metabolisme dan transport aktif yang membawa keluar seluruh hasil aktivitas sel

normal termasuk Deoxyribonucleic Acid (DNA), Ribonucleic Acid (RNA), protein

dan sintesis lipid. Di sini pula terbentuk Adenosine Triphosphate (ATP) yang

dibutuhkan oleh lensa untuk transport nutrisi karena lensa merupakan organ

avascular.

Korteks lensa merupakan bagian yang lebih lunak dari pada nukleus lensa.

Nukleus merupakan serat massa lensa yang terbentuk sejak lahir dan korteks

merupakan serat baru yang terbentuk setelah lahir. Sesuai dengan bertambahnya

usia, serat-serat lamelar sub epitel terus berproduksi, sehingga lama kelamaan lensa

menjadi lebih besar dan kurang elastis.9

B. Fisiologi Lensa

Fungsi utama lensa adalah memfokuskan berkas cahaya ke retina. Untuk

memfokuskan cahaya yang datang dari jauh, otot otot siliaris relaksasi,

menegangkan serat zonula dan memperkecil diameter anteroposterior lensa sampai

ukurannya yang terkecil, daya refraksi lensa diperkecil sehingga berkas cahaya

paralel atau terfokus ke retina. Untuk memfokuskan cahaya dari benda dekat, otot

siliaris berkontraksi sehingga tegangan zonula berkurang. Kapsul lensa yang

elastik kemudian mempengaruhi lensa menjadi lebih sferis diiringi oleh

peningkatan daya biasnya. Kerjasama fisiologik tersebut antara korpus siliaris,

zonula, dan lensa untuk memfokuskan benda dekat ke retina dikenal sebagai

akomodasi. Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan refraksi lensa perlahan-

lahan berkurang.

Metabolisme Lensa Normal

Transparansi lensa dipertahankan oleh keseimbangan air dan kation (sodium

dan kalium). Kedua kation berasal dari humour aqueous dan vitreous. Kadar

kalium di bagian anterior lensa lebih tinggi di bandingkan posterior. Dan kadar

natrium di bagian posterior lebih besar. Ion K bergerak ke bagian posterior dan

keluar ke aqueous humour, dari luar Ion Na masuk secara difusi dan bergerak ke

bagian anterior untuk menggantikan ion K dan keluar melalui pompa aktif Na-K

ATPase, sedangkan kadar kalsium tetap dipertahankan di dalam oleh Ca-ATPase.

Metabolisme lensa melalui glikolsis anaerob (95%) dan HMP-shunt (5%). Jalur

5 | P a g e

Page 6: Lapkas Mata

HMP shunt menghasilkan NADPH untuk biosintesis asam lemak dan ribose, juga

untuk aktivitas glutation reduktase dan aldose reduktase. Aldose reduktse adalah

enzim yang merubah glukosa menjadi sorbitol, dan sorbitol dirubah menjadi

fructose oleh enzim sorbitol dehidrogenase.10

C. Defenisi Katarak

Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat

hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi akibat kedua-

duanya. Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif ataupun

dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama.10

D. Klasifikasi Katarak11

Klasifikasi katarak diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria

berbeda, yakni :

1. Klasifikasi Morfologik

a. Katarak Kapsular

b. Katarak Subkapsular

c. Katarak Nuclear

d. Katarak Kortikal

e. Katarak Lamellar

f. Katarak Sutural

2. Klasifikasi berdasarkan etiologinya

a. Katarak yang berhubungan dengan usia

b. Trauma

Pembedahan Intraoculer sebelumnya seperti Vitrectomy pars plana,

pembedahan glukoma (trabeculoctomy atau iridotomy).

c. Metabolik

- Diabetes mellitus sering dihubungkan dengan katarak senilis.

- Galactosemia

-Toxic pada obat-obatan steroid yang dapat menyebabkan katarak

subcapsular.

3. Berdasarkan usia katarak dapat diklasifikasi dalam12

a. Katarak kongenital, katarak yang sudah terlihat pada usia di bawah 1 tahun.

b. .Katarak Juvenil, katarak yang terjadi sesudah usia 1 tahun sampai 20 tahun.

c. Katarak senil, Katarak setelah usia 50 tahun.

6 | P a g e

Page 7: Lapkas Mata

d. Katarak presenil, yaitu katarak sebelum usia 50 tahun.

E. Grade Katarak13

Gambar 3 : Grade dari tipe-tipe katarak..

F. KATARAK PRE SENILIS

Katarak presenilis merupakan kekeruhan lensa yang terjadi pada usia kurang

dari 50 tahun.12 Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif

ataupun dapat tidak mengalami perubahan dalam waktu yang lama. Kekeruhan

lensa ini mengakibatkan lensa tidak transparan sehingga mengganggu fungsi

penglihatan Pada usia 70 tahun, lebih dair 90% individu mengalami katarak senilis.

Umumnya mengenai kedua mata dengan salah satu mata terkena lebih dulu..

Faktor-faktor yang mempengaruhi onset, tipe, dan maturasi katarak senilis antara

lain:

7 | P a g e

Page 8: Lapkas Mata

1. Herediter

2. Radiasi sinar UV

3. Faktor makanan

4. Krisis dehidrasional

5. Merokok .14

F. Etiologi

Peyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Namun, diduga

katarak senilis terjadi karena:

1) Proses pada nukleus Oleh karena serabut-serabut lensa yang terbentuk

lebih dahulu selalu terdorong ke arah tengah maka serabut-serabut lensa

bagian tengah akan menjadi lebih padat (nukleus), mengalami dehidrasi,

penimbunan ion kalsium (Ca) dan sklerosis. Pada nukleus ini kemudian

terjadi penimbunan pigmen. Pada keadaan ini lensa menjadi kurang

hipermetropi.

2) Proses pada korteks Timbul celah-celah diantara serabut serat lensa, yang

berisi air dan penimbunan ion Ca sehingga lensa menjadi lebih tebal, lebih

cembung dan membengkak menjadi lebih miopi.

3) Etiologi katarak bersifat multifaktorial dan sampai saat ini belum

sepenuhnya diketahui secara pasti. Beberapa faktor yang diduga

berpengaruh terhadap terjadinya katarak antara lain umur, genetik,

diabetes melitus, kekurangan gizi antara lain defisiensi vitamin A,C,E,

pemakaian obat-obatan tertentu serta faktor lingkungan seperti paparan

sinar ultraviolet dan merokok.15

G. Patofisiologi

Perubahan fisik dan Kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya

transparansi, ditandai dengan adanya perubahan pada serabut halus multiple

(zunula) yang memanjang dari badan silier ke sekitar daerah di luar lensa

Misalnya dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan

Kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan koagulasi. Sehingga terjadinya

pengkabutan pandangan /kekeruhan lensa sehingga dapat menghambat

jalannya cahaya ke retina. Hal ini diakibatkan karena protein pada lensa

menjadi water insoluble dan membentuk partikel yang lebih besar. Dimana

diketahui dalam struktur lensa terdapat dua jenis protein yaitu protein yang

8 | P a g e

Page 9: Lapkas Mata

larut dalam lemak (soluble) dan tidak larut dalam lemak (insolube) dan pada

keadaan normal protein yang larut dalam lemak lebih tinggi kadarnya dari

pada yang larut dalam lemak. Salah satu teori menyebutkan terputusnya

protein lensa normal terjadi karena disertai adanya influks air ke dalam lensa.

Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu transmisi

sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam

melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun dengan

bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita

katarak.16,17

Komponen terbanyak dalam lensa adalah air dan protein. Dengan

menjadi tuanya seseorang maka lensa mata akan kekurangan air dan menjadi

lebih padat. Adapun lensa akan menjadi padat di bagian tengahnya, sehingga

kemampuan fokus untuk melihat benda dekat berkurang. Pada usia tua akan

terjadi pembentukan lapisan kortikal yang baru pada lensa yang

mengakibatkan nukleus lensa terdesak dan mengeras (sklerosis nuklear). Pada

saat ini terjadi perubahan protein lensa yaitu terbentukanya protein dengan

berat molekul yang tinggi dan mengakibatkan perubahan indeks refraksi lensa

sehingga memantulkan sinar masuk dan mengurangi transparansi lensa.

Perubahan kimia ini juga diikut dengan pembentukan pigmen pada nuklear

lensa. Pada keadaan normal lensa mata bersifat bening. Seiring dengan

pertambahan usia lensa mata dapat mengalami perubahan warna menjadi

kuning keruh atau coklat keruh. Proses ini dapat menyebabkan gangguan

penglihatan (pandangan kabur/buram) pada seseorang. Sebagaimana lensa

berkembang seiring usia, berat dan ketebalan terus meningkat sedangkan daya

akomodasi terus menurun. Bermacam mekanisme memberikan kontribusi

pada hilangnya kejernihan lensa. Epitelium lensa dipercaya mengalami

perubahan seiring dengan pertambahan usia, secara khusus melalui penurunan

densitas epitelial dan differensiasi abberan dari sel-sel serat lensa. Sekali pun

epitel dari lensa katarak mengalami kematian apoptotik yang rendah di mana

menyebabkan penurunan secara nyata pada densitas sel, akumulasi dari

serpihan-serpihan kecil epitelial dapat menyebabkan gangguan pembentukan

serat lensa dan homeostasis dan akhirnya mengakibatkan hilangnya kejernihan

lensa. Lebih jauh lagi, dengan bertambahnya usia lensa, penurunan ratio air

dan mungkin metabolit larut air dengan berat molekul rendah dapat memasuki

9 | P a g e

Page 10: Lapkas Mata

sel pada nukleus lensa melalui epitelium dan korteks yang terjadi dengan

penurunan transport air, nutrien dan antioksidan. Kemudian, kerusakan

oksidatif pada lensa pada pertambahan usia terjadi yang mengarahkan pada

perkembangan katarak senilis. Berbagai macam studi menunjukkan

peningkatan produk oksidasi (contohnya glutation teroksidasi) dan penurunan

vitamin antioksidan serta enzim superoksida dismutase yang menggaris-

bawahi peranan yang penting dari proses oksidatif pada kataraktogenesis.

Patogenesis katarak berhubungan dengan usia merupakan

multifactorial dan tidak seluruhnya dipahami. Saat lensa menua, lensa

bertambah berat dan tebal serta menurun kekuatan akomodasinya. Karena

lapisan baru serabut-serabut korteks dibentuk secara konsentris, nukleus lensa

mengalami kompresi dan menjadi protein dengan berat molekul tinggi. Hasil

agregasi protein menyebabkan fluktuasi yang tiba-tiba pada indeks refraksi

lensa, menghamburkan sinar cahaya, dan mengurangi transparansi lensa.

Modifikasi kimia protein lensa nukleus juga menghasilkan pigmentasi yang

progresif. Lensa menjadi berwarna kuning atau kecoklatan dengan

bertambahnya usia (brown sclerotic nucleus). Hal ini terjadi karena paparan

sinar ultraviolet yang lama kelamaan merubah protein nucleus lensa.

Perubahan yang berhubungan dengan usia lainnya dalam lensa adalah

penurunan konsentrasi glutation dan kalium, peningkatan konsentrasi natrium

dan kalsium, dan peningkatan hidrasi.17

Patofisiologi terjadinta katarak akibat penggubaan steroid masih belum

pasti dan banyak pendapat untuk menjelaskannya. Menurut coltier,

terbentuknya katarak akibat terapi kortikosteroid ini karena reaksi spesifik

dengan asam amino dari lensa sehingga menyebabkan agregasi protein dan

kekeruhan lensa. Katarak subkapsuler posterior khas terbentuk pada katarak

akibat kortikosteroid, hal ini disebabkan oleh migrasi abnormal dari sel epitel

lensa. Aktivasi reseptor glukokortikoid pada sel epitel lensa yang berakibat

proliferasi sel, penurunan apoptosis dan menghambat diferensial sel.18

H. Klasifikasi Katarak Senilis19,20

Mekanisme terjadi kekeruhan lensa pada katarak senilis yaitu:

1. Katarak senilis kortikal

10 | P a g e

Page 11: Lapkas Mata

Terjadi proses dimana jumlah protein total berkurang, diikuti dengan

penurunan asam amino dan kalium, yang mengakibatkan kadar natrium

meningkat. Hal ini menyebabkan lensa memasuki keadaan hidrasi yang

diikuti oleh koagulasi protein.

2. Katarak Senilis nuclear

Terjadi proses sklerotik dari nukleus lensa. hal ini menyebabkan lensa

menjadi keras dan kehilangan daya akomodasi. Maturasi pada katarak

senilis nuklear terjadi melalui proses sklerotik, dimana lensa kehilangan

daya elastisitas dan keras, yang mengakibatkan menurunnya kemampuan

akomodasi lensa, dan terjadi obtruksi sinar cahaya yang melewati lensa

mata. Maturasi dimulai dari sentral menuju perifer. Perubahan warna terjadi

akibat adanya deposit pigmen. Sering terlihat gambaran nukleus berwarna

coklat (katarak brunesens) atau hitam (katarak nigra) akibat deposit pigmen

dan jarang berwarna merah (katarak rubra).

3. Katarak senilis subcapsuler posterior

Katarak subkapsular posterior atau katarak cupuliformis, terdapat pada

korteks di dekat kapsul posterior bagian sentral dan biasanya di aksial. Pada

awal perkembangannya, katarak ini cenderung menimbulkan gangguan

penglihatan karena adanya keterlibatan sumbu penglihatan. Gejala yang

timbul adalah fotofobia dan penglihatan buruk dibawah kondisi cahaya

terang, akomodasi, atau miotikum. Ketajaman penglihatan dekat menjadi

lebih berkurang daripada penglihatan jauh. Beberapa pasien mengalami

diplopia monokular. Katarak subkapsular posterior sering terlihat pada

pasien yang lebih muda dibandingkan dengan pasien yang menderita

katarak nuklear atau kortikal. Selain itu sering ditemukan pada pasien

diabetes mellitus, miopia tinggi dan retinitis pigmentosa serta dapat juga

terjadi akibat trauma, penggunaan kortikosteroid sistemik atau topikal,

inflamasi, dan paparan radiasi ion.

11 | P a g e

Page 12: Lapkas Mata

Gambar 4. Tipe katarak senilis.19

Pada katarak senilis terjadi derajat maturasi sebagai berikut :

- Katarak insipien

Merupakan tahap dimana kekeruhan lensa dapat terdeteksi dengan

adanya area yang jernih diantaranya. Kekeruhan dapat dimulai dari

ekuator ke arah sentral (kuneiform) atau dapat dimulai dari sentral

(kupuliform).

- Katarak imatur

Kekeruhan pada katarak imatur belum mengenai seluruh bagian lensa.

Volume lensa dapat bertambah akibat meningkatnya tekanan osmotik,

bahan lensa yang degeneratif, dan dapat terjadi glaukoma sekunder.

- Katarak matur

Kekeruhan pada katarak matur sudah mengenai seluruh bagian lensa.

Deposisi ion Ca dapat menyebabkan kekeruhan menyeluruh pada derajat

maturasi ini. Bila terus berlanjut, dapat menyebabkan kalsifikasi lensa.

- Katarak hipermatur

Pada stadium ini protein-protein di bagian korteks lensa sudah mencair.

Cairan keluar dari kapsul dan menyebabkan lensa menjadi mengerut.

12 | P a g e

Page 13: Lapkas Mata

- Katarak Morgagni

Merupakan kelanjutan dari katarak hipermatur, di mana nukleus lensa

menggenang bebas di dalam kantung kapsul. Pengeretuan dapat berjalan

terus dan menyebabkan hubungan dengan zonula Zinii menjadi longgar.

I. Manifestasi klinis katarak senilis

Manifestasi dari gejala yang dirasakan oleh pasien penderita katarak terjadi

secara progresif dan merupakan proses yang kronis. Gangguan penglihatan

bervariasi, tergantung pada jenis dari katarak yang diderita pasien.

Gejala pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Penurunan visus

2. Silau

3. Perubahan miopik

4. Diplopia monocular

5. Halo bewarna

6. Bintik hitam di depan mata

Tanda pada penderita katarak adalah sebagai berikut:

1. Pemeriksaan visus berkisar antara 6/9 sampai hanya persepsi cahaya

2. Pemeriksaan iluminasi oblik

3. Shadow test

4. Oftalmoskopi direk

5. Pemeriksaan sit lamp.17

J. Diagnosa

Diagnosa katarak presenilis dapat dibuat dari hasil anamnesis dan pemeriksaan

fisik. Pemeriksaan laboratorium preoperasi dilakukan untuk mendeteksi

adanya penyakit-penyakit yang menyertai, seperti DM, hipertensi, dan

kelainan jantung.

Pada pasien katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan visus untuk

mengetahui kemampuan melihat pasien. Visus pasien dengan katarak

subcapsuler posterior dapat membaik dengan dilatasi pupil. Pemeriksaan

13 | P a g e

Page 14: Lapkas Mata

adneksa okuler dan struktur intraokuler dapat memberikan petunjuk terhadap

penyakit pasien dan prognosis penglihatannya.

Pemeriksaan slit lamp tidak hanya difokuskan untuk evaluasi opasitas

lensa tetapi dapat juga struktur okuler lain, misalnya konjungtiva, kornea, iris,

bilik mata depan. Ketebalan kornea harus diperiksa dengan hati-hati,

gambaran lensa harus dicatat dengan teliti sebelum dan sesudah pemberian

dilator pupil, posisi lensa dan intergritas dari serat zonular juga dapat diperiksa

sebab subluksasi lensa dapat mengidentifikasi adanya trauma mata

sebelumnya, kelainan metabolik, atau katarak hipermatur. Pemeriksaan

shadow test dilakukan untuk menentukan stadium pada katarak senilis. Selain

itu, pemeriksaan ofthalmoskopi direk dan indirek dalam evaluasi dari

intergritas bagian belakang harus dinilai.17

Gambar 5 : Jenis Katarak dengan pemeriksann slip lamp19

K. Tatalaksana Katarak19,20

Penatalaksanaan definitif untuk katarak senilis adalah ekstraksi lensa.

Bergantung pada integritas kapsul lensa posterior, ada 2 tipe bedah lensa yaitu

intra capsuler cataract ekstraksi (ICCE) dan ekstra capsuler cataract ekstraksi

(ECCE). Berikut ini akan dideskripsikan secara umum tentang tiga prosedur

operasi pada ekstraksi katarak yang sering digunakan yaitu ICCE, ECCE, dan

phacoemulsifikasi.

1. Intra Capsular Cataract Extraction (ICCE)

14 | P a g e

Page 15: Lapkas Mata

Tindakan pembedahan dengan mengeluarkan seluruh lensa bersama

kapsul. Seluruh lensa dibekukan di dalam kapsulnya dengan

cryophake dan dipindahkan dari mata melalui insisi korneal superior

yang lebar. Sekarang metode ini hanya dilakukan hanya pada keadaan

lensa subluksatio dan dislokasi. Pada ICCE tidak akan terjadi katarak

sekunder dan merupakan tindakan pembedahan yang sangat lama

populer.ICCE tidak boleh dilakukan atau kontraindikasi pada pasien

berusia kurang dari 40 tahun yang masih mempunyai ligamen

hialoidea kapsular. Penyulit yang dapat terjadi pada pembedahan ini

astigmatisme, glukoma, uveitis, endoftalmitis, dan perdarahan.

2. Extra Capsular Cataract Extraction ( ECCE )

Tindakan pembedahan pada lensa katarak dimana dilakukan

pengeluaran isi lensa dengan memecah atau merobek kapsul lensa

anterior sehingga massa lensa dan kortek lensa dapat keluar melalui

robekan. Pembedahan ini dilakukan pada pasien katarak muda, pasien

dengan kelainan endotel, implantasi lensa intra ocular posterior,

perencanaan implantasi sekunder lensa intra ocular, kemungkinan akan

dilakukan bedah glukoma, mata dengan prediposisi untuk terjadinya

prolaps badan kaca, mata sebelahnya telah mengalami prolap badan

kaca, ada riwayat mengalami ablasi retina, mata dengan sitoid macular

edema, pasca bedah ablasi, untuk mencegah penyulit pada saat

melakukan pembedahan katarak seperti prolaps badan kaca. Penyulit

yang dapat timbul pada pembedahan ini yaitu dapat terjadinya katarak

sekunder.

3. Phacoemulsification

Phakoemulsifikasi (phaco) adalah teknik untuk membongkar dan

memindahkan kristal lensa. Pada teknik ini diperlukan irisan yang

sangat kecil (sekitar 2-3mm) di kornea. Getaran ultrasonic akan

digunakan untuk menghancurkan katarak, selanjutnya mesin PHACO

akan menyedot massa katarak yang telah hancur sampai bersih. Sebuah

lensa Intra Okular yang dapat dilipat dimasukkan melalui irisan

tersebut. Karena incisi yang kecil maka tidak diperlukan jahitan, akan

pulih dengan sendirinya, yang memungkinkan pasien dapat dengan

15 | P a g e

Page 16: Lapkas Mata

cepat kembali melakukan aktivitas sehari-hari.Tehnik ini bermanfaat

pada katarak kongenital, traumatik, dan kebanyakan katarak senilis.

LENSA TANAM INTRAOKULER

Lensa intraokuler memiliki banyak jenis, tetapi sebagian besar desain

terdiri atas sebuah optic bikonveks di sentral dan dua buah kaki (atau heptik)

untuk mempertahankan optik di posisinya. Posisi lensa intraokuler yang

optimal adalah di dalam kantung kapsuler setelah dilakukannya prosedur

ekstrakapsuler. Ini berhubungan dengan rendahnya insiden komplikasi pasca

operasi seperti glaucoma, kerusakan iris, hifema dan desentrasi lensa.15,18

Pembagian besar dari lensa intraokuler berdasarkan metode fiksasi pada mata :

IOL COA : Lensa di depan iris dan disangga oleh sudut dari COA

Lensa yang disangga iris : lensa dijahit kepada iris, memiliki tingkat

komplikasi yang tinggi.

Lensa bilik mata belakang : Lensa diletakkan di belakang iris, disangga

oleh sulkus siliaris atau kapsula posterior lensa.18

16 | P a g e

Page 17: Lapkas Mata

BAB III

LAPORAN KASUS

3.1. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E.A

Umur : 41 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Base-G

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Tanggal Pemeriksaan : 13-April-2015

No. Rekam Medik : 27 33 20

3.2. Anamnesa

Keluhan Utama : Pengelihatan kabur pada kedua mata

Riwayat penyakit sekarang : ± 2 bulan sebelum pasien datang berobat di poliklinik

mata RS. Dok 2 pasien mengaku penglihatan mulai kabur pada kedua mata pasien.

Pasien mengaku tidak bisa melihat orang dengan jelas dan sulit untuk membaca

tulisan. Dalam kesehariannya pasien sering mengeluhkan seperti melihat kabut

berasap di depan matanya. Pasien mulai susah membaca ± 1 bulan sebelum datang

berkunjung ke poli mata. Pasien kesehariannya tinggal di rumah berlabuh dekat

pantai base-G. Karena tempat tinggalnya yang dekat pantai, pasien sering

mengeluhkan susah untuk melihat cahaya matahari. Pasien sebelumnya ± 4 tahun

yang lalu sudah perna mencari pengobatan di poliklinik mata RS dok 2 jayapura

karena pasien merasakan mata pasien mulai kabur dalam melihat barang dan pasien

juga pasien mengeluhkan merah dan perih pada matanya. Setelah diperiksa, pasien

mengaku hanya diberikan obat saja. Setelah berobat pasien mengaku mata pasien

masih tetap kabur tapi tidak terlalu mengganggu aktifitas fisik sehingga pasien tidak

kembali lagi untuk mencari pengobatan. Dari medical record yang ada pasien

diberikan terapi c.xitrol 4-6 tetes/hari. Pasien juga mengaku sering menggunakan

obat tetes mata yang dibeli di apotik. Dari anamnesa yang didapat juga pasien

mengaku dulu waktu masi berumur 30 tahun pasien sempat menderita alergi

17 | P a g e

Page 18: Lapkas Mata

terhadap ikan. Karena alergi tersebut badan pasien luka-luka, bahkan sampai luka

bernanah. Akhirnya pasien sempat mencari pengobatan di poli kulit dok 2 dan diberi

terapi untuk luka-luka tersebut. Menurut pasien obat yang diberikan adalah obat

prednison, CTM dan antibiotic amoksisilin, da nada obat salep yang menurut pasien

itu berupa obat racik. Sehingga apabila pasien merasa alergi kambu kembali pasien

sering mengkonsumsi obat-obat tersebut.

Riwayat penyakit dahulu : - Diabetes Melitus disangkal.

- Hipertensi disangkal.

- Kolesterol disangkal.

- Riwayat trauma pada mata disangkal.

- Riwayat penggunaan obat yang mengandung

kortikosteroid (c.xitrol dan prednisone).

3.3. Pemeriksaan Fisik Umum

Status Generalis

Keadaan Umum : Tampak sakit sedang

Kesadaran : Kompos Mentis

Tekanan Darah : 110/80 mmHg

Nadi : 78x/m

Respirasi : 21x/m

Suhu Badan : Afebris

Jantung dan paru : Dalam batas normal

Abdomen : Dalam batas normal

Status Neurologis

Motoris : Kesan Baik

Sensoris : Kesan Baik

Refleks : Kesan Baik

Status Psikiatri

Penampilan : Personal hygine cukup

Perilaku : Kooperatif

Mood : Kesan baik

Afek : Kesan baik.

18 | P a g e

Page 19: Lapkas Mata

3.4. PEMERIKSAAN KHUSUS / STATUS OPHTALMOLOGI

1. Pemeriksaan Subjektif

JENIS PEMERIKSAAN OD OS

Form Sence Sentral Distance Vision

(Snellen Cart)

1/60 Ph(tidak

terkoreksi)

1/60 Ph(tidak

terkoreksi)

Near Vision

(Jaegger Test)

Perifer

Colour Sence

Light Sence

Light Projection

2. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan Bagian luar

JENIS PEMERIKSAAN OD OS

Inspeksi

Umum

Edeme - -

Hiperemi - -

Sekret - -

Lakrimasi - -

Fotofobia + +

Blefarospasme - -

Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia

Benjolan/Tonjolan - -

Supersilia Normal Normal

Inspeksi

Khusus

Palpebra

Posisi Normal Normal

Warna Normal Normal

Bentuk Normal Normal

Edema - -

Pergerakan Normal Normal

Ulkus - -

Tumor - -

Lain-lain - -

19 | P a g e

Page 20: Lapkas Mata

JENIS PEMERIKSAAN OD OS

Inspeksi Khusus

Margo Palpebra

Posisi Normal Normal

Ulkus - -

Krusta - -

Silia - -

Skuama - -

PalpebraWarna Normal Normal

Sekret - -

Edema - -

BulbiWarna Hiperemis (-) Hiperemis (-)

Benjolan - -

Pembuluh Darah

Normal Normal

Injeksi - -

Forniks Normal Normal

Posisi Normal Normal

Gerakan Normal Normal

Bulbus Okuli

SkleraWarna Putih Putih

Perdarahan - -

Benjolan - -

Lain-Lain - -

Kornea

Kekeruhan - -

Ulkus - -

Sikatriks - -

Panus - -

Arkus Senilis

- -

Permukaan Licin Licin

Refleks Kornea

+ +

Lain-lain - -

20 | P a g e

Page 21: Lapkas Mata

COA Cukup dalam Cukup dalam

JENIS PEMERIKSAAN OD OS

Inspeksi

Khusus

Bulbus Okuli

IrisPerlekatan - -

Warna cokelat Cokelat

Lain-lain - -

Pupil Bentuk Bulat Bulat

Refleks + +

Lensa kekeruhan + +

PalpasiNyeri Tekan - -Tumor - -

TIO Digital N/palpasi N/palpasi

Pemeriksaan Kamar Gelap

JENIS PEMERIKSAAN OD OS

1. Obigus

Ilumination

Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)

COA Cukup dalam Cukup dalam

Iris Perlengketan (-) Perlengketan (-)

Lensa (kekeruhan) + +

2. Direct

Opthalmoscope

Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)

COA Cukup dalam Cukup dalam

Lensa Keruh sebagian Keruh sebagian

Badan Kaca t.d.e t.d.e

Refleks Fundus + +

Pembuluh darah t.d.e t.d.e

Makula Lutea t.d.e t.d.e

3. Slit

Lam

Kornea Infiltrat (-) Infiltrat (-)

COA Cukup dalam Cukup dalam

Iris Perlengketan (-) Perlengketan (-)

21 | P a g e

Page 22: Lapkas Mata

p Lensa Keruh sebagian

(+)

Keruh sebagian

(+)

Konjungtiva Bulbi Hiperemis (-) Hiperemis (-)

JENIS PEMERIKSAAN OD OS

Tensi Okuli Schiotz t.d.e t.d.e

Placido Test t.d.e t.d.e

Pupil Distance t.d.e t.d.e

3.5. Resume

Pasien umur 41 tahun datang ke poli mata dengan keluhan penglihatan kabur

pada kedua mata (+), Fotofobia (+), penurunan visus (+), pengelihatan asap di depan

mata (+), riwayat penggunaan obat tetes mata yang mengandung kortikosteroid (+),

penggunaan obat oral kortikosteroid (+), merah (-), nyeri pada mata (-), riwayat

trauma (-).Pada pemeriksaan fisis umum keadaan pasien dalam datas normal,

sedangkan pada pemeriksaan subjektif menggunakan Snellen card didapati visus

okulus dekstra = 1/60 Ph tidak terkoreksi, dan visus okulus sinistra = 1/60 Ph tidak

terkoreksi. Pada pemeriksaan khusus reflex fundus (+) dan Tio N/palpasi. Pada

pemeriksaan Slit Lamp didapati hasil okuli dektstra : kekeruhan lensa sebagian (+)

dan okuli sinistra : kekeruhan lensa sebagian (+).

3.6. Diagnosis

Katarak Presenilis stadium imatur ODS

3.7 Diagnosis Banding

Katarak senilis stadium matur.

3.8. Penatalaksanaan

Pro ECCE + IOL OD

3.9. Anjuran

Pro Foto thorax PA

Pro EKG.

Pro. Lab darah.

3.10. Prognosa

Ad vitam : bonam

Ad fungctionam : dubia ad bonam

22 | P a g e

Page 23: Lapkas Mata

Ad sanationam : bonam

BAB IV

PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesa dan pemeriksaan ofthalmoskopi ditemukan penurunan tajam

penglihatan yang terjadi perlahan sejak dua bulan yang lalu. Keluhan tidak disertai adanya

merah dan nyeri pada mata, oleh karena itu maka pasien ini dapat digoongkan kedalam mata

tenang visus menurun.

Pada kasus ini, ditemukan gangguan penurunan tajam pengelihatan, pasien merasakan

silau dan pandangan seperti berasap tanpa disertai nyeri dan merah pada mata. Pada

pemeriksaan fisik yang didapat tidak ditemukan keadaan klinis yang bermakna. Namun pada

pemeriksaan visus didapatkan hasil visus OD=1/60 (tidak dapat dikoreksi) dan visus

OS=1/60 (tidak dapat dikoreksi). Pada pemeriksaan slip lamp ditemukan kekeruhan pada

lensa mata ODS dimana pada lensa OD tampak katarak hampir matur dan lensa OS tampak

katarak sub capsuler posterior. Berdasarkan anamnesis dan hasil pemeriksaan oftalmologi,

dapat ditarik kesimpulan bahwa pasien menderita katarak pre senil stadium imatur ODS.

Katarak pre senil adalah penyakit gangguan penelihatan yang dicirikan oleh

kekeruhan pada lensa yang berlangsung secara lambat dan progresif. Penyakit kekeruhan

lensa ini dapat terjadi pada usia dibawah 50 tahun. Pada katarak stadium imatur terjadi

kekeruhan yang lebih tebal tetapi tidak atau belum mengenai seluruh bagian lensa sehingga

masih terdapat bagian-bagian yang jernih pada lensa. Pada stadium ini terjadi hidrasi korteks

karena meningkatnya tekanan osmotik bahan lensa yang degeneratif, mengakibatkan lensa

menjadi bertambah cembung. Pencembungan lensa ini akan memberikan perubahan indek

refraksi dimana mata akan cenderung menjadi lebih miopia dan juga mengakibatkan

pendorongan iris ke depan sehingga sudut bilik mata depan akan lebih sempit.

Pada pasien ini yang berumur 41 tahun masuk dalam kategori katarak presenilis. Dari

hasil anamnesa yang didapat terdapat faktor resiko yan dapat menyebabkan maturitas karena

proses degenerasi dari lensa seperti ada riwayatnya pemakaian obat tetes mata yang

mengandung kortikosteroid, dan penggunaan obat oral kortikosteroid dalam waktu jangka

panjang (prednison). Terbentuknya katarak akibat terapi kortikosteroid ini karena reaksi

spesifik dengan asam amino dari lensa sehingga menyebabkan agregasi protein dan

23 | P a g e

Page 24: Lapkas Mata

kekeruhan lensa. Katarak subkapsuler posterior khas terbentuk pada katarak akibat

kortikosteroid, hal ini disebabkan oleh migrasi abnormal dari sel epitel lensa. Aktivasi

reseptor glukokortikoid pada sel epitel lensa yang berakibat proliferasi sel, penurunan

apoptosis dan menghambat diferensial sel.

Penatalaksanaan pada katarak adalah ekstraksi lensa untuk mencegah penurunan

pengelihatan yang lebih lanjut agar tidak mengganggu aktivitas normal pasien. Terdapat tiga

jenis ekstraksi lensa : fakoemulsification, Ekstracapsuler cataract extraction (ECCE),

Intracapsuler cataract extraction (ICCE).

Pada pasien ini disarankan untuk dilakukan ekstraksi katarak dengan teknik

ekstracapsuler cataract extraction (ECCE) + IOL OD oleh karena teknik ini bagian besar dari

kapsula anterior dan epitel, nucleus dan korteks diangkat; kapsula posterior ditinggalkan

sebagai penyangga lensa implant. Pada pasien ini tidak dilakukan teknik ICCE berkaitan

dengan umur pasien yang masih berkisar 40-50 tahun. Dimana pada umur tersebut zonula

yang masih kuat. Namun sebelum dilakukannya ekstraksi katarak, terlebih dahulu pasien

dilakukan pemeriksaan persiapan operasi seperti cek laboratorium, foto radiologi, EKG

jantung, guna mencari tahu penyulit terhadap berjalannya operasi.

24 | P a g e

Page 25: Lapkas Mata

DAFTAR PUSTAKA

1. Sidarta, I. 2006. “ Katarak Lensa Mata Keruh Sinopsis”. Edisi kedua balai penerbit

FK UI. Hal 1.

2. Atika, N. 2014. “Latar belakang Katarak”. eprints.undip.ac .id/.../2/Atika_Nithasari.

pdf. Diakses pada 18 April 2015.

3. Vicente, V. Foster, S. 2014. “Catarat Senile”. emedicine.medscape.com. Diakses pada 18 April 205.

4. Amindtya. 2013. “Katarak Senilis Imatur”. juke.kedokteran.nunila. ac.id

/index.php /medulla /article/view/149. Diakses pada 18 April 2015.

5. Said, A. 2010. “Patologi dan penatalaksanaan pada katarak senilis”.

https://alfinzone.files.wordpress.com/2010/12/patologi-pada-katarak1.pdf. Diakses

pada 18 Maret 2015.

6. Kusjcak,J.R, Castelo. 2010. “Embryology and Anatomy of Human Lenses”.Chapter

71A. http://www.eyecalcs.com/DWAN/pages/v1/v1c071a.html. Diakses pada 18

April 2015.

7. Hamzah. 2011. “Anatomi dan Fisiologi Lensa”. Perdamisulsel .org /Sari % 20

Pustaka %20- %20 Anatomi%20 Lensa,%20A. Diakses pada 18 April 2015.

8. Bruce, J. Anthony, B. 2011. “Ofthalmology lecture elevent edition”. ISBN-10: 1-

4443-3558-8 (pbk.: alk. paper). Diakses pada 18 April 2015.

9. Sjamsu, B. “Cataract and refractive surgery”. Bahan Ajar kuliah dari bagian ilmu

penyakit mata RS dr.Soetomo

10. Sidarta, I. 2014. “ILMU PENYAKIT MATA”. edisi kelima hal 210..Badan penerbit

FKUI, Jakarta.

11. Diah, M. Fitria, H. 2011. “Katarak Jouvenil”.

jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/INSP /2804/1898. Diakses pada 17 April 2015.

12. Nana Wijana, 1989. “Ilmu Penyakit Mata”.edisi kelima hal no197.

13. American Opthometric Association. 2010. “Opthometric clinical practice guideline”.

Care of the adult patient with cataract, hal 11.

14. Sidarta, I. 2014. “ILMU PENYAKIT MATA”. edisi ketiga cetakan kedua hal

128..Badan penerbit FKUI, Jakarta.

15. Atika. 2014. “Tajam pengelihatan katarak senilis”. eprints.undip.ac.id/.../3/

Atika_Nithasari_ 22010110130174_.pdf. Diakses pada 18 April 2015.

25 | P a g e

Page 26: Lapkas Mata

16. Bondan, M. 2013. “Makalah Katarak Senilis”. ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS INDONESIA.

xa.yimg.com/.../MAKALAH+ KASUS+KATARAK SENILIS+Jody+Felizio.doc.

Diakses pada 19 April 2015.

17. Putu, N. 2013. “Kadar Malondialdyhide Serum Pasien Katarak Senilis Matur Lebih

Tinggi dari pada Katarak Senilis Imatur”. Tesis program biomedik pasca sarjana

Udayana.

18. Leliliana. 2012. Hubungan antara terapi kortikosteroid terhadap katarak.

Download .portalgaruda.org /article.php =73591&val=4695.

19. Vaughan & Asbury’s. 2007. “Oftalmologi umum”. Edisi 17 hal 169.

20. AccessLange. 2004. “General Ophthalmology”. Chapter 8 Lens. McGraw-Hill

Companies. accesslange.accessmedicine.com. diakses pada 20 April 2015.

26 | P a g e