sr. hebefrenik
TRANSCRIPT
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA
Jln. Terusan Arjuna No. 6, Kebon Jeruk, Jakarta Barat
KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU JIWA
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/Tanggal Presentasi Kasus :
SMF ILMU JIWA
RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI JAWA BARAT
Nama : Inez Petrivania Tanda Tangan
NIM : 112012104
Dr. Pembimbing : Dr. Susi Wijayanti, SpKJ
NOMOR REKAM MEDIS : 049731
Nama Pasien : Tn. B
Nama Dokter yang merawat : Dr. Bhineka, SpKJ
Masuk RS pada tanggal : 3 Februari 2014
Rujukan/datang sendiri/keluarga : Diantar keluarga
Riwayat perawatan : tidak ada
I. IDENTITAS PASIEN
Nama (Inisial) : Tn. B
Tempat & tanggal lahir : Bandung, 21 September 1988
Jenis kelamin : Laki-laki
Suku Bangsa : Sunda
Agama : Islam
Pendidikan : SD
1
Pekerjaan : tidak ada
Status Perkawinan : belum kawin
Alamat : Jl. Cijambe no.42 Pasir Endah Bandung
IDENTITAS SUMBER ALLOANAMNESIS
Nama : Tn. R
Umur : 58 tahun
Pekerjaan : Buruh tani
Hubungan keluarga : Ayah kandung
II. RIWAYAT PSIKIATRIK
Autoanamnesis : 7 Februari 2014 di Ruang Rajawali RSJ Provinsi Jawa Barat pukul
08.30 WIB
Alloanamnesis : 8 Februari 2014 pukul 15.00 WIB
A. KELUHAN UTAMA
Mengamuk (agresivitas motorik), marah-marah (agresivitas verbal), sering
berkata ingin bunuh diri (ide suicide verbal).
B. RIWAYAT GANGGUAN SEKARANG
Tujuh bulan SMRS, pasien berhenti dari pekerjaannya sebagai pembuat
cinderamata di Jakarta dan kembali ke rumahnya di Bandung. Pasien berhenti dari
kerjanya yang dijalaninya kurang lebih selama 1 tahun, karena sering kali tidak dibayar
gajinya tanpa diketahui sebabnya. Kehidupan pasien selama di Jakarta tidak diketahui
persis oleh orang tua pasien, namun dikatakan gaji pasien sering tidak dibayar dengan
alasan yang tidak jelas. Setelah itu, pasien hanya membantu ayahnya bekerja sebagai
buruh tani.
Empat bulan SMRS pasien mulai menunjukan gejala sulit tidur (insomnia).
Pasien ingin tidur tapi tidak bisa karena pasien merasa seperti otaknya tetap berpikir
2
tentang pekerjaannya. Pasien juga cenderung menyendiri (isolasi), makan lebih banyak
dari biasanya (polifagia). Pasien pernah tidak mau mandi selama 3 hari (abulia) sampai
dipaksa mandi oleh ibunya.
Dua bulan SMRS pasien sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri (autistik).
Pasien mengatakan sering melihat bayangan yang melintasi dirinya saat dia sedang
duduk seorang diri (halusinasi visual). Pasien juga sering mendengar suara
mendengung di telinganya (halusinasi autistik). Pasien juga sering keluyuran tanpa
tujuan (poriomania) dan mondar-mandir (agitasi psikotik),
Satu bulan SMRS pasien pernah memukul ayahnya (agresivitas motorik). Saat itu
ayah pasien menegur dirinya agar tidak sering melamun dan sebaiknya mencari
kesibukan lain karena pasien tidak betah membantu ayahnya sebagai buruh tani.
Satu hari SMRS pasien tidak mengalami kemajuan, malah sering mengamuk
(agresivitas) dan marah-marah (agresivitas verbal), serta sering berkata ingin bunuh diri
(ide suicide verbal). Akhirnya ayahnya memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ
Provinsi Jawa Barat.
C. RIWAYAT GANGGUAN SEBELUMNYA
1. Gangguan psikiatrik
Pasien tidak pernah menunjukkan adanya gangguan sebelumnya sampai pasien
berumur 26 tahun (sekarang). Ide suicide verbal (+)
2. Riwayat gangguan medis
Pasien tidak pernah memiliki riwayat kejang, trauma, operasi, dan infeksi.
Pasien belum pernah dirawat sebelumnya dengan penyakit berat.
3. Riwayat penggunaan zat psikoaktif
Pasien tidak memiliki riwayat penggunaan zat psikoaktif maupun alkohol. Namun
pasien sering merokok, biasanya 1 bungkus per hari.
3
4. Riwayat gangguan sebelumnya
RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI
1. Riwayat perkembangan fisik
Pasien dilahirkan di dukun beranak dengan masa kehamilan cukup. Tidak ada
komplikasi saat ibunya hamil. Ibunya juga tidak pernah mengkonsumsi obat-obat saat
hamil. Tidak ada riwayat cacat, kejang, trauma, maupun operasi. Selama diasuh ibunya,
pasien mendapatkan ASI selama 6 bulan lebih (tidak diingat persis). Selama bayi,
pasien jarang sakit
2. Riwayat perkembangan kepribadian
Masa anak-anak : Pasien dibesarkan oleh kedua orang tuanya, memiliki banyak
teman bermain, mudah bergaul.
Masa remaja : Pasien memiliki banyak teman yang tinggal di desa yang sama,
namun tidak memiliki teman yang benar-benar dekat.
Masa dewasa : Pasien mudah bergaul namun cenderung menyendiri sejak
berhenti bekerja.
4
7
6
5 Kondisi Pasien
4 Normal
3
2
1
0
2013 2014
3. Riwayat pendidikan
Pasien masuk kelas 1 SD pada usia 6 tahun dan tamat sampai SD. Pasien selalu
naik kelas dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
4. Riwayat pekerjaan
Pada umur 23 tahun, pasien diajak oleh temannya untuk bekerja sebagai pembuat
cinderamata di Jakarta dan pasien mengikutinya karena gajinya menjanjikan. Namun
ternyata gajinya sering tidak dibayar tanpa diketahui sebabnya dan akhirnya pasien
kembali ke Bandung dan membantu ayahnya sebagai buruh tani.
5. Kehidupan beragama
Pasien diasuh dalam ajaran agama Islam, sholat kalau ingat saja karena selalu
terlewat waktunya.
6. Kehidupan sosial dan perkawinan
Pasien memiliki banyak teman, belum menikah dan belum pernah pacaran.
D. RIWAYAT KELUARGA
Pohon keluarga
5
Keterangan :
Perempuan Menikah
Laki-laki Pasien
Meninggal
E. SITUASI KEHIDUPAN SOSIAL SEKARANG
Pasien merupakan anak ke 2 dari 4 bersaudara. Pasien tinggal bersama orang tua
dan kedua saudaranya. Rumahnya sederhana dan permanen milik orang tua.
III. STATUS MENTAL
Didapat dari autoanamnesis pada tanggal 7 Februari 2014 di ruang Rajawali RSJ
Provinsi Jawa Barat.
A. DESKRIPSI UMUM
1. Penampilan
Seorang laki-laki berusia 26 tahun dengan penampilan fisik sesuai usianya.
Pasien menggunakan seragam RSJ Provinsi Jawa Barat, rambut hitam dan
pendek, tidak menggunakan alas kaki. Pasien bergerak lambat, cara berjalan
simetris.
2. Kesadaran
a. Kesadaran sensorium/neurologik : Compos Mentis
b. Kesadaran psikiatrik : tidak tampak terganggu
3. Perilaku dan aktivitas psikomotor
Sebelum wawancara : pasien sedang mengikuti senam di dalam ruangan,
namun pasien duduk sebelum senamnya selesai.
6
Selama wawancara : pasien duduk dengan tenang, kurangnya kontak mata
dengan pemeriksa, afek menumpul. Ada beberapa jawaban pasien yang
sesuai pertanyaan, namun lebih sering kata-kata pasien tidak dimengerti
pemeriksa (inkoheren). Terkadang pasien senyum sendiri (autistik).
Sesudah wawancara : pasien kembali ke kamar dan duduk di ranjang
4. Sikap terhadap pemeriksa
Pasien cukup kooperatif namun kurangnya kontak mata dengan pemeriksa.
5. Pembicaraan
a. Cara berbicara : pasien berbicara lambat, suara pelan, terkadang kata-
katanya tidak dapat dimengerti
b. Gangguan berbicara : tidak ada gangguan bicara
B. ALAM PERASAAN (EMOSI)
1. Suasana perasaan (mood) : eutimik
2. Afek ekspresi afektif
a. Arus : lambat
b. Stabilisasi : stabil
c. Kedalaman : dangkal
d. Skala diferensiasi : sempit
e. Keserasian : tidak serasi
f. Pengendalian impuls : cukup
g. Ekspresi : tumpul
h. Dramatisasi : tidak ada
i. Empati : belum dapat dinilai
C. GANGGUAN PERSEPSI
a. Halusinasi : Halusinasi auditorik (mendengar suara mendengung)
Halusinasi visual (melihat bayangan)
b. Ilusi : tidak ada
7
c. Depersonalisasi : tidak ada
d. Derealisasi : tidak ada
D. SENSORIUM DAN KOGNITIF (FUNGSI INTELEKTUAL)
1. Taraf pendidikan : SD tamat
2. Pengetahuan umum : cukup (mengetahui nama presiden sekarang dan
presiden pertama Indonesia)
3. Kecerdasan : cukup (dapat menjawab pertanyaan hitungan)
4. Konsentrasi : kurang (terkadang tidak menyimak pertanyaan)
5. Orientasi
a. Waktu : baik (menyebutkan waktu pagi, siang, sore, malam)
b. Tempat : baik (pasien tau sedang berada di rumah sakit jiwa)
c. Orang : baik (tahu sedang berbicara dengan dokter muda)
6. Daya ingat
a. Jangka panjang : baik (mengingat sekolah sampai kelas berapa)
b. Jangka pendek : baik (mengingat menu sarapan)
c. Segera : kurang (mengingat nama dokter muda)
7. Pikiran abstraktif : cukup (mengkategorikan rumput sebagai tumbuhan)
8. Visuospatial : kurang (belum selesai menggambar, pasien sudah
melepaskan pena)
9. Bakat kreatif : tidak dapat dinilai
10. Kemampuan menolong diri sendiri : baik (mandi, berpakaian, makan sendiri)
E. PROSES PIKIR
1. Arus pikir
Produktivitas : menjawab bila pertanyaan diajukan
Kontinuitas : flight of ideas, assosiasi longgar, inkoherensi
Hendaya bahasa : tidak ada
2. Isi pikir
Preokupasi pikiran : ada (ingin pulang ke rumah)
Waham : waham kebesaran (berkata dirinya wakil presiden)
Obsesi : tidak ada
8
Fobia : tidak ada
Gagasan rujukan : tidak ada
Gagasan pengaruh : tidak ada
F. PENGENDALIAN IMPULS
Baik, selama wawancara pasien berlaku tenang, dan tidak menunjukkan gejala
yang agresif.
G. DAYA NILAI
a. Daya nilai sosial : baik (mengatakan memukul orang tua itu tidak boleh)
b. Uji daya nilai : buruk (saat ditanyakan apa yang akan dilakukan jika
menemukan dompet berisi uang di jalan, pasien
menjawab “ambil duitnya, trus dompetnya dibuang”)
c. Daya nilai realibilitas : terganggu (adanya waham kebesaran, halusinasi visual
dan auditorik)
H. TILIKAN
Tilikan 1 (tidak menyadari dirinya sakit)
I. RELIABILITAS
Baik (dapat dipercaya)
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS INTERNUS
1. Keadaan umum : Baik
2. Kesadaran : Compos mentis
3. Tekanan darah : 110/70 mmHg
4. Nadi : 84 x/menit
5. Suhu badan : 36,5 oC
9
6. Frekuensi pernapasan : 19 x/menit
7. Bentuk tubuh : atletikus
8. Sistem kardiovaskular : BJ I – II murni regular, murmur (-), gallop (-)
9. Sistem respiratorius : suara nafas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-
10. Sistem gastrointestinal : abdomen datar, supel, nyeri tekan (-), bising usus (+),
hepar dan lien tidak membesar
11. Sistem musculoskeletal : akral hangat, edema (-), sianosis (-), deformitas (-)
12. Sistem urogenital : nyeri ketok costovertebra (-), ballottement (-)
B. STATUS NEUROLOGIS
1. Saraf kranial
Saraf otak I : tidak dilakukan
Saraf otak II : tidak dilakukan
Saraf otak III : refleks pupil terhadap cahaya (+) kiri dan kanan
Saraf otak IV : gerak mata normal, tidak ada deviasi bola mata, diplopia,
maupun nistagmus
Saraf otak V : tidak dilakukan
Saraf otak VI : gerak bola mata normal, dapat melihat ke arah kanan dan kiri
tanpa menolehkan kepala
Saraf otak VII : pasien dapat tersenyum, meringis, menutup mata simetris
Saraf otak VIII : tidak dilakukan
Saraf otak IX : tidak ada deviasi uvula
Saraf otak X : disfonia (-) disfagia (-) reflex muntah (-)
Saraf otak XI : pasien dapat mengangkat bahu simetris dan memberikan
tahanan saat pemeriksa berusaha menekan ke bawah
Saraf otak XII : posisi lidah pasien normal, tidak ada deviasi atau pun tremor,
dapat digerakan ke kiri dan ke kanan
2. Gejala rangsang meningeal : tidak dilakukan
3. Mata : sclera ikterik -/- , konjungtiva anemis -/-
4. Pupil : isokor, refleks cahaya +/+
5. Ophtalmoscopy : tidak dilakukan
6. Motorik : tidak ada keterbatasan gerak
7. Sensibilitas : tidak ada penurunan ekstrimitas
8. Sistim saraf vegetatif : tidak dilakukan
10
9. Fungsi luhur : baik
10. Gangguan khusus : tidak ada
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA
Seorang pria berusia 26 tahun dibawa keluarganya ke RSJ Cimahi dengan
keluhan mengamuk (agresivitas motorik), marah-marah (agresivitas verbal), sering
berkata ingin bunuh diri (ide suicide verbal).
Tujuh bulan SMRS, pasien berhenti dari pekerjaannya sebagai pembuat
cinderamata di Jakarta dan kembali ke rumahnya di Garut. Pasien berhenti dari
kerjanya yang dijalaninya kurang lebih selama 1 tahun, karena sering kali tidak dibayar
gajinya tanpa diketahui sebabnya. Kehidupan pasien selama di Jakarta tidak diketahui
persis oleh orang tua pasien, namun dikatakan gaji pasien sering tidak dibayar dengan
alasan yang tidak jelas. Setelah itu, pasien hanya membantu ayahnya bekerja sebagai
buruh tani.
Empat bulan SMRS pasien mulai menunjukan gejala sulit tidur (insomnia).
Pasien ingin tidur tapi tidak bisa karena pasien merasa seperti otaknya tetap berpikir
tentang pekerjaannya. Pasien juga cenderung menyendiri (isolasi), makan lebih banyak
dari biasanya (polifagia). Pasien pernah tidak mau mandi selama 3 hari (abulia) sampai
dipaksa mandi oleh ibunya.
Dua bulan SMRS pasien sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri (autistik).
Pasien mengatakan sering melihat bayangan yang melintasi dirinya saat dia sedang
duduk seorang diri (halusinasi visual). Pasien juga sering mendengar suara
mendengung di telinganya (halusinasi autistik). Pasien juga sering keluyuran tanpa
tujuan (poriomania) dan mondar-mandir (agitasi psikotik),
Satu bulan SMRS pasien gejala memukul ayahnya (agresivitas motorik). Saat itu
ayah pasien menegur dirinya agar tidak sering melamun dan sebaiknya mencari
kesibukan lain karena pasien tidak betah membantu ayahnya sebagai buruh tani.
Satu hari SMRS pasien tidak mengalami kemajuan, malah sering mengamuk dan
marah-marah (agresivitas verbal), serta sering berkata ingin bunuh diri (ide suicide
verbal). Akhirnya ayahnya memutuskan untuk membawa pasien ke RSJ Provinsi Jawa
Barat.
Pasien tidak memiliki riwayat gangguan jiwa sebelumnya.
11
Status Mental
Kebersihan dan Kerapihan : Cukup baik
Kesadaran neurologik : Compos mentis
Kesadaran psikiatrik : Tampak terganggu
Sikap : Kooperatif
Mood : Hipotim
Afek : Menumpul
Bicara : Kuantitas cukup, kualitas kurang
Gangguan persepsi : Halusinasi Akustik (+), halusinasi visual (+)
Bentuk pikir : Non Realistik
Arus pikir : Lambat
Isi Pikir : Waham kebesaran
Daya ingat : Baik
Orientasi : Baik
Konsentrasi : Kurang
Pengendalian impuls : Baik
Tilikan : Tilikan 1
Reliabilitas : Buruk
VI. FORMULASI DIAGNOSTIK
Aksis I : Gangguan Klinis
Berdasarkan ikhtisar penemuan bermakna, kasus ini dapat dinyatakan mengalami:
1. Gangguan jiwa, karena adanya:
Halusinasi auditorik dan visual
Waham kebesaran
Gejala-gejala seperti autistik, abulia, agresivitas motorik dan verbal
2. Gangguan jiwa ini merupakan GMNO karena
tidak ada gangguan kesadaran
tidak ada disorientasi
12
memori tidak terganggu
tidak ada ilusi
3. Gangguan jiwa ini termasuk gejala psikosis karena adanya gangguan daya nilai
realitas berupa halusinasi auditorik dan visual, waham kebesaran.
4. Menurut PPDGJ III, gejala ini termasuk skizofrenia, karena memenuhi kriteria
diagnostik, yaitu:
Halusinasi auditorik (mendengar suara mendengung)
Halusinasi visual (melihat bayangan)
Waham kebesaran (mengatakan dirinya wakil presiden)
Gejala-gejala tersebut berlangsung + 1 bulan SMRS
Skizofren hebefrenik karena memenuhi gejala:
Senang menyendiri (isolasi sosial)
Senyum sendiri (autistic)
Inkoherensi
Assosiasi longgar, flight of ideas
Aksis II : Gangguan kepribadian dan retardasi mental
Pada kasus ini tidak ditemukan gangguan kepribadian dan tidak ada retardasi mental
Aksis III : Kondisi medik umum
Tidak ditemukan adanya gangguan pada kondisi medik umum
Aksis IV : Masalah psikososial dan lingkungan
Masalah ekonomi, yaitu gaji pasien yang tidak dibayar dengan alasan yang tidak jelas,
dan masalah pekerjaan (pasien tidak betah bekerja sebagai buruh tani)
Aksis V : Penilaian fungsi secara global
Global Assessment of Functioning (GAF) Scale : 60 – 51
Gejala sedang (moderate), disabilitas sedang
VII.EVALUASI MULTAKSIAL
Aksis I : Skizofrenia hebefrenik (F20.1)
13
Aksis II : Tidak ada diagnosis
Aksis III : Tidak ada diagnosis
Aksis IV : Masalah ekonomi dan pekerjaan
Aksis V : GAF scale 60–51.
VIII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : dubia ad bonam
IX. DAFTAR PROBLEM
1. Organobiologi : hiperaktivitas dopamin
2. Psikiatri / psikologi : waham kebesaran, halusinasi auditorik dan visual
3. Sosial / keluarga : masalah ekonomi keluarga dan pekerjaan
X. TERAPI
1. Farmakoterapi
Antipsikotik
Haloperidol 3 x 1,5 mg / hari
Chlorpromazine 1 x 100 mg / hari (malam hari)
2. Psikoterapi
Memotivasi pasien supaya minum obat dan mandi teratur
Mengarahkan pasien untuk konsentrasi terhadap pertanyaan
3. Sosioterapi
Memotivasi pasien untuk beraktivitas bersama atau bergaul dengan orang
lain.
14
XI. LAMPIRAN
Cuplikan wawancara pasien tanggal 7 Februari 2014 pukul 08.30 WIB di ruang
Rajawali
D : dokter muda
P : pasien
D : Selamat pagi Bapak, perkenalkan saya dokter muda, nama saya Inez, dengan Bapak
siapa?
P : Budi
D : Bapak Budi, saya bisa minta waktunya? Kita ngobrol-ngobrol sebentar ya.
P : Iya,,,,, boleh
D : Bagaimana Pak keadaannya hari ini?
P : Baik
D : Tadi sudah makan belum pak?
P : Sudah
D : Makan apa Pak tadi?
P : Makan nasi
D : Nasi pake apa lauknya?
P : Pake sayur, daging
D : Tadi makan pagi atau makan siang?
P : Makan pagi, semestinya saya baru bangun
D : Nyenyak tidurnya Pak?
P : Iya, tidur, “……….”
D : Bapak tau sekarang lagi di mana?
P : di,,,,,,, di Cisarua, di rumah sakit ya?
D : iya Bapak,
P : (memegang telinganya)
D : Bapak kenapa telinganya? Sakit?
P : Ada bunyi, “nging”
D : Bapak dengar bunyi? Ada suara yang bicara ga?
P : Bunyi “nging”
D : Bapak suka liat bayangan?
15
P : Kalau sedang sendiri, biasanya ada yang lewat, saya termenung, berpikir,
D : Bapak mikir apa pak?
P : Ini, soal kerja, tidak digaji, semestinya sudah 1 tahun
D : Maksudnya Bapak kerja tapi tidak digaji?
P : “………….”
D : Bapak kenapa dibawa ke sini?
P : Saya diguling “…………..”
D : Diguling bagaimana pak maksudnya?
P : Di penjara
D : Oke Pak, jadi siapa yang bawa bapak ke sini?
P : Bapak
D : Bapak ingat kenapa di bawa ke sini pak?
P : “………..” bertani komplek anggrek
D : Siapa yang bertani Pak?
P : Bapak di rumah,,,,,,,,,,, wakil presiden
D : Siapa yang wakil presiden pak?
P : Saya, wakilnya pak Bambang
D : Siapa itu pak Bambang?
P : Presiden Negara
D : oooooo,,, jadi Pak Budi wakilnya pak SBY ?
P : iya, SBY, tapi mau ketemu lagi sibuk
D : Jadi belum pernah ketemu Pak SBY nih?
P : Nanti “…………..”
D : Oke, Pak Budi, bapak sendiri merasa bapak sakit atau?
P : saya tidak sakit, mau pulang, sumpek
D : Bapak merasa pernah memukul orang tua bapak tidak?
P : Pukul orang tua? Tidak boleh, dosa “………….”
D : Nah Bapak, kalau misalkan Bapak di jalan menemukan dompet, isinya banyak uang,
mau bapak apakan uang itu?
P : Diambil duitnya, trus dompetnya dibuang
D : buat apa lagi uangnya Pak?
P : Buat makan “……………….”
D : Buat rokok mungkin Pak?
P : Tidak merokok, tidak suka baunya
16
D : Kalau misalnya uangnya ada Rp 50.000,00, Bapak belanja makanan buat orang tua
misalkan Rp 25.000,00, sisanya berapa Pak?
P : “………” setengahnya Rp 25.000,00
D : Bapak, bapak tau rumput?
P : Iya, tumbuhan, liar tumbuh sebar “……”
D : Bapak sudah mandi?
P : Udah tadi pagi, kemarin sore
D : Bapak udah menikah atau belum?
P : Belum, ibu, adik, sama bapak di rumah
D : oooo jadi bapak tinggal sama orang tua dan adik?
P : Iya, yang satu SMP
D : Adik Bapak udah SMP? Kalau Bapak dulu sekolahnya sampe kelas berapa?
P : Lima SD, SMP terus SLTA SMA itu lebih tinggi jenjangnya
D : Jadi dulu Bapak sampai SD saja? Kenapa tidak lanjutin sekolahnya?
P : Perlu uang mahal susah cari, bantu bapak aja di sawah “……………”
D : Bapak sudah minum obat?
P : Sudah
D : Bapak mau istirahat?
P : Iya, capek senam
D : Oke pak, sekarang bapak istirahat aja, besok saya datang lagi boleh?
P : Iya, asalkan ngobrol-ngobrol
D : Oke Bapak, Bapak istirahat saja ya sekarang
P : Iya,,, (berjalan menuju kamar)
17