lapkas iufd

32
BAB I PENDAHULUAN Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and Gynecologist yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim dengan berat badan 500 gram lebih atau kematian janin dalam rahim ada kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir gangguan pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi 1 . Pada tahun 2003, data dari pusat statistik kesehatan nasional di Amerika Serikat didapatkan frekuensi IUFD sebesar 6,9 per 1000 kelahiran. Sedangkan angka di seluruh dunia menunjukkan terdapat variasi berdasarkan tingkat kualitas pelayanan kesehatan tiap Negara. Pada negara-negara berkembang termasuk Indonesia masih belum didapatkan data yang valid (pasti) mengenai IUFD akibat sistem pelaporan dan pendataan yang kurang baik 2 . Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor maternal, fetal, atau kelainan patologik plasenta. Adapun penyebabnya sebagai berikut 2,3 : Faktor maternal, antara lain kehamilan postterm (>42 minggu), diabetes mellitus tidak terkontrol, 1

Upload: samuel-christian

Post on 03-Jan-2016

76 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

OBSGIN

TRANSCRIPT

Page 1: lapkas IUFD

BAB I

PENDAHULUAN

Menurut WHO dan The American College of Obstetricians and

Gynecologist yang disebut kematian janin adalah janin yang mati dalam rahim

dengan berat badan 500 gram lebih atau kematian janin dalam rahim ada

kehamilan 20 minggu atau lebih. Kematian janin merupakan hasil akhir gangguan

pertumbuhan janin, gawat janin, atau infeksi1.

Pada tahun 2003, data dari pusat statistik kesehatan nasional di Amerika

Serikat didapatkan frekuensi IUFD sebesar 6,9 per 1000 kelahiran. Sedangkan

angka di seluruh dunia menunjukkan terdapat variasi berdasarkan tingkat kualitas

pelayanan kesehatan tiap Negara. Pada negara-negara berkembang termasuk

Indonesia masih belum didapatkan data yang valid (pasti) mengenai IUFD akibat

sistem pelaporan dan pendataan yang kurang baik2.

Pada 25-60% kasus penyebab kematian janin tidak jelas. Kematian janin

dapat disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya faktor maternal, fetal, atau

kelainan patologik plasenta. Adapun penyebabnya sebagai berikut2,3:

Faktor maternal, antara lain kehamilan postterm (>42 minggu), diabetes

mellitus tidak terkontrol, sistemik lupus eritematosus, infeksi, hipertensi,

preeklamsia, eklampsia, hemoglobinopati, umur ibu tua, penyakit rhesus,

ruptur uteri, antifosfolipid sindrom, hipotensi akut ibu, dan kematian ibu.

Faktor fetal, antara lain kehamilan kembar, pertumbuhan janin terhambat,

dan kelainan kongenital pada fetus.

Faktor placental, antara lain kelainan tali pusat (tali pusat pendek atau tali

pusat panjang), solusio plasenta, ketuban pecah dini, dan vasa previa.

Faktor-faktor lain, antara lain penyakit-penyakit saluran kencing seperti

bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis dan payah ginjal serta trauma

pada ibu saat hamil.

Sedangkan faktor resiko terjadinya kematian janin intrauterine meningkat

pada usia >40 tahun, pada ibu infertil, hemokonsentrasi pada ibu, riwayat

1

Page 2: lapkas IUFD

bayi dengan berat badan lahir rendah, infeksi ibu (ureplasma urealitikum),

kegemukan, dan ayah berusia lanjut.

Untuk diagnosis pasti penyebab kematian pada janin sebaiknya dilakukan

otopsi janin dan pemeriksaan plasenta serta selaput. Diperlukan evaluasi secara

komprehensif untuk mencari penyebab kematian janin termasuk analisis

kromosom, kemungkinan terpapar infeksi untuk mengantisipasi kehamilan

selanjutnya. Pengelolaan kehamilan selanjutnya bergantung pada penyebab

kematian janin. Meskipun kematian janin berulang jarang terjadi, demi

kesejahteraan keluarga, pada kehamilan berikut diperlukan pengelolaan yang

lebih ketat tentang kesejahteraan janin. Pemantauan kesejahteraan janin dapat

dilakukan dengan anamnesis, ditanyakan aktivitas gerakan janin pada ibu hamil,

bila mencurigakan dapat dilakukan pemeriksaan tokokardiografi2,3,5.

Cara untuk menentukan diagnosis pasti telah terjadi kematian janin dalam

kandungan, dapat melalui beberapa cara, antara lain2,3 :

1. Anamnesis

Pada anamnesis, umumnya ibu tidak merasakan gerakan janin dalam

beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak

bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya

atau belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit

seperti mau melahirkan. Dapat pula terjadi penurunan berat badan ibu serta

lingkaran perut ibu mengecil.

2. Inspeksi

Pada inspeksi tidak terlihat tanda-tanda adanya gerakan-gerakan janin,

yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.

3. Palpasi

Tinggi fundus uteri lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, pada

perabaan tidak teraba gerakan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan

adanya krepitasi pada tulang kepala janin.

4. Auskultasi

Baik memakai stetoskop monoral maupun dengan Deptone akan terdengar

DJJ.

2

Page 3: lapkas IUFD

5. Reaksi kehamilan

Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam

kandungan.

6. Rontgen Foto Abdomen

Pada rontgen foto abdomen didapatkan adanya akumulasi gas dalam

jantung dan pembuluh darah besar janin.

Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.

Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin

Tanda Spalding : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin

Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak

Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.

7. Ultrasonografi

Tidak terlihat denyut jantung janin dan gerakan-gerakan janin, badan dan

tungkai janin tidak terlihat bergerak, ukuran biparietal janin setelah 30 minggu

terlihat tidak bertambah panjang pada setiap minggu, terlihat kerangka yang

bertumpuk, tidak terlihat struktur janin, terlihat penumpukan tulang tengkorak,

dan reduksi cairan yang abnormal.

Komplikasi yang mungkin dapat terjadi ialah trauma psikis ibu ataupun

keluarga, apalagi bila waktu antara kematian janin dan persalinan berlangsung

lama. Bila terjadi ketuban pecah dapat terjadi infeksi. Terjadi koagulopati bila

kematian janin lebih dari 2 minggu2,3.

Bila diagnosis kematian janin telah ditegakkan, penderita segera diberi

informasi. Diskusikan kemungkinan penyebab dan rencana penatalaksanaannya.

Rekomendasikan untuk segera diintervensi.

Bila kematian janin lebih dari 3-4 minggu kadar fibrinogen menurun

dengan kecenderungan terjadinya koagulopati. Masalah menjadi rumit bila

kematian janin terjadi pada salah satu dari bayi kembar.

Bila kematian diagnosis janin telah ditegakkan, dilakukan pemeriksaan

tanda vital ibu, dilakukan pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, dan gula

3

Page 4: lapkas IUFD

darah. setelah itu,berikan edukasi pada pasien dan keluarga tentang kemungkinan

penyebab kematian janin, rencana tindakan, dukungan mental emosional pada

penderita dan keluarga, yakinkan bahwa kemungkinan lahir pervaginam.

Persalinan pervaginam dapat ditunggu lahir spontan setelah 2 minggu,

umumnya tanpa komplikasi. Persalinan dapat terjadi secara aktif dengan induksi

persalinan dengan oksitosin atau misoprostol. Tindakan perabdominal bila janin

letak lintang. Induksi persalinan dapat dikombinasi oksitosin misoprostol. Hati-

hati pemberian induksi dengan uterus pasca seksio sesarea ataupun miomektomi,

dapat memicu terjadinya ruptur uteri.

Pada kematian janin 24-28 minggu dapat digunakan misoprostol secara

vaginal (50 -100 µg tiap 4-6 jam) dan induksi oksitosin. Pada kehamilan di atas 28

minggu dosis misoprostol 25 µg pervaginam/6 jam2,6.

Upaya pencegahan kematian janin, khususnya yang sudah atau mendekati

aterm adalah bila ibu merasa gerakan janin menurun, tidak bergerak, atau gerakan

janin terlalu keras, perlu dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Perhatikan adanya

solusio plasenta. Pada gemelli dan twin to twin transfusion pencegahan dilakukan

dengan koagulasi pembuluh anastomosis. Upaya pencegahan kematian janin jika

terjadi kehamilan selanjutnya antara lain dengan memberikan nasehat pada waktu

ANC mengenai keseimbangan diet makanan, jamgan merokok, tidak meminum

minuman beralkohol, obat-obatan dan hati-hati terhadap infeksi atau bahan-bahan

yang berbahaya, mendeteksi secara dini faktor-faktor predisposisi IUFD dan

pemberian pengobatan dan mendeteksi gejala awal IUFD atau tanda fetal

distress7.

4

Page 5: lapkas IUFD

BAB II

LAPORAN KASUS

IDENTITAS

Seorang wanita, 37 tahun, agama Kristen Protestan, pendidikan terakhir

SMP, alamat Kombos Timur, masuk rumah sakit tanggal 12-02-2011 jam 10.00

wita

ANAMNESIS

Anamnesis Utama

Anamnesis diberikan oleh penderita.

Keluhan Utama

- Keluhan utama : pasien dikirim oleh dokter spesialis dengan G1, 37 tahun,

hamil 42-43 minggu, observasi inpartu, janin IUFD.

- Pergerakan janin sudah tidak dirasakan sejak 1 hari sebelum MRS (11-2-2011)

- Nyeri perut bagian bawah ingin melahirkan belum dirasakan teratur

- Pelepasan lendir campur darah (+)

- Pelepasan air dari jalan lahir (-)

- Riwayat penyakit dahulu : jantung (-), hati (-), paru (-), ginjal (-), hati (-),

kencing manis (-), hipertensi (-)

- Riwayat demam (-), riwayat trauma (-), riwayat diurut (+)

- Riwayat memelihara kucing (+) sejak 2 bulan lalu

- BAB/BAK biasa

ANAMNESA KEBIDANAN

- Riwayat Kehamilan Sekarang

Muntah : (-)

Bengkak : (-)

Penglihatan terganggu : (-)

Sakit kepala : (-)

5

Page 6: lapkas IUFD

Perdarahan : (+)

Flour albus : (-)

Riwayat merokok dan minum :

- Pemeriksaan Ante natal

Jumlah PAN selama kehamilan sebanyak 7 kali di PKM Kombos

- Riwayat Haid

Menarche 12 tahun

Siklus haid teratur

Lamanya haid 3 hari

HPHT : 18-4-2010

Taksiran tanggal partus : 2-2-2011

- Riwayat Keluarga

Perkawinan 1 kali, tidak kawin sah

Dengan suami sekarang 10 bulan

- Riwayat Kehamilan Dahulu

G1A0

Ke-1, ini

PEMERIKSAAN KEBIDANAN

- Status Praesens

Keadaan umum : cukup, kesadaran Compos Mentis

Tanda Vital : tensi 120/80 mmHg, nadi 84x/m, respirasi 20x/m, suhu

36,50 C

Berat badan : 55 kg

Tinggi badan : 147 cm

Gizi : cukup

Kulit : sawo matang, turgor normal

Kepala : simetris

Leher : pembesaran KGB (-)

Mata : konjungtiva anemis -/-, sclera ikterik -/-

Telinga : terawat -/-

6

Page 7: lapkas IUFD

Hidung : terawat (-)

Leher : T1/T 1, hiperemis (-)

Mulut/gigi geligi : karies (-)

Jantung : SI-II normal, bising (-)

Paru : simetris, vesikuler, Rh -/-, Wh -/-

- Status Obstetrik

Pemeriksaan luar : TFU : 32 cm

Letak janin : letak lintang

BJA : (-)

His : jarang-jarang

TBBA : 3100 gr (palpasi)

Pemeriksaan dalam : Portio tebal lunak, arah axial, pembukaan (-), PP

kepala H I

- Pemeriksaan Laboratorium

Hb : 12,5 gr/dl

Leukosit : 15.400 /ml

Trombosit : 249/ ml

GDS : 46 mg/dl

- Diagnosa sementara:

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, dengan observasi inpartu + primitua

Janin intra uterin tunggal, fetal death, letak kepala

- Sikap:

- Terminasi

- Laboratorium lengkap, EKG

- Cross match

- Lapor konsulen

- Advis : misoprostol ¼ tab /6 jam

RESUME MASUK

Seorang ♀, G1P0A0, MRS tanggal 12/2/2011 jam 10.00 wita dikirm oleh dokter

spesialis Obsgin dengan diagnosis G1P0A0, 37 tahun hamil 42-43 minggu

7

Page 8: lapkas IUFD

observasi inpartu + janin IUFD dengan keluhan utama Pasien tidak merasakan

pergerakan janin. Nyeri perut bagian bawah belum dirasakan teratur, pelepasan air

(-), pergerakan janin tidak dirasakan sejak 1 hari yang SMRS (11-2-2011).

Riwayat diurut (+), riwayat memelihara kucing (+) sejak 2 bulan yang lalu.

Riwayat obsterik: ini

St. Preasens :

Tekanan darah: 120/80 mmHg Respirasi : 20x/m

Nadi : 84x/m Suhu : 36,5o C

St. Obstetrik :

TFU: 32 cm let. Janin: let. Kepala U punggung kanan

BJA : (-) His : jarang-jarang

TBBA : 3100 gr (palpasi)

USG :

- Janin intrauterine tunggal letak kepala

- FM (-); FHM (-)

- BPD: 9,08 cm;AC: 29,96 cm HC: 31,30 cm FL: 7,74 cm

- EFW: 2800-2900 gram

- Placenta implantasi di fundus grade III

- AFL<2cm

- Kesan: hamil aterm + letak kepala + IUFD

PD : Portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), PP kepala H I

Diagnosa sementara:

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 minggu, observasi inpartu + primitua

Janin intauterin tunggal, IUFD, let kepala

Sikap :

- Terminasi

- Laboratorium lengkap, EKG

8

Page 9: lapkas IUFD

- Cross match

- Lapor konsulen

- Advis : misoprostol ¼ tab / 6 jam

Laboratorium :

Hb: 12,5 gr/dl, leukosit: 15.400/mm3, Trombosit: 249.000/mm3, GDS: 46 mg/dl

Creatinin: 0,8 mg/dl, Ureum: 23 mg/dl, As. Urat: 5,9 mg/dl, SGOT: 37 U/L,

SGPT: 21 U/L, Masa perdarahan 1’ masa pembekuan 10’

Kadar fibrinogen: waktu beku 14” kadar 369 mg/dl

Masa Protrombin plasma: 12,2”, INR: 0,96

EKG: dalam batas normal

OBSERVASI

Tanggal 12-02-2011

Jam

10.00 KU : cukup Kes : CM

T: 120/80 mmHg N: 84x/m R: 20x/m S: 36,5o C

PD: Portio tebal lunak arah axial, pembukaan (-), PP kepala H I

Diagnosa sementara:

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, observasi inpartu +primitua

Janin intrauterine tunggal, IUFD, letak kepala

Sikap :

- Terminasi

- Antibiotik

- Laboratorium lengkap, EKG

- Cross match

- Lapor konsulen: advis misoprostol ¼ tab / 6 jam

10.00-11.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 10.00: Misoprostol ¼ tab

Cefadroxil 500 mg

11.00-16.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 16.00: Misoprostol ¼ tab

16.00-18.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 18.00: Cefadroxil 500 mg

9

Page 10: lapkas IUFD

18.00-22.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 22.00: Misoprostol ¼ tab

22.00-24.00 His : jarang-jarang

Tanggal 13-02-2011

00.00-02.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 02.00: Cefadroxil 500 mg

02.00-04.00 His : jarang-jarang BJJ (-) 04.00: Misoprostol ¼ tab

04.00-08.00 His : jarang-jarang BJJ (-)

Jam 08.00 KU : cukup Kes : CM

T : 120/80 mmHg N : 80x/m R : 18x/m S : 36,7 oC

PD : Eff 50 %, pembukaan 1-2 cm, ketuban (+), PP kepala HI

Diagnosa :

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua

Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala

Sikap :

- Rencana partus pervaginam

- antibiotik

- Misoprostol ¼ tab / 6 jam

- Observasi T, N, R, S, His

08.00-09.00 His : 8’-9’ // 10”-15” BJJ (-)

09.00-11.00 His : 7’-8’ // 15”-20” BJJ (-) 10.00: Misoprostol ¼ tab

Cefadroxil 500 mg

11.00-12.00 His : 6’-7’ // 20”-25” BJJ (-)

Jam 12.00 PD : Eff 90 %, pembukaan 3-4 cm, ketuban (+), PP kepala HI-II

Diagnosa :

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua

Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala

Sikap :

- Rencana partus pervaginam

- Antibiotik

- Misoprostol ¼ tab / 6 jam

10

Page 11: lapkas IUFD

- Observasi T, N, R, S, His

12.00-12.30 His : 6’-7’ // 20”-25” BJJ (-)

12.30-14.00 His : 5’-6’ // 25”-30” BJJ (-)

14.00-15.00 His : 4’-5’ // 30”-35” BJJ (-)

15.00-16.00 His : 3’-4’ // 35”-40” BJJ (-) 16.00: Misoprostol ¼ tab

Jam 16.00 PD : Eff 90 %, pembukaan 6-7 cm, ketuban (+), PP kepala HII-III

Diagnosa :

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua

Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala

Sikap :

- Rencana partus pervaginam

- Antibiotik

- Misoprostol ¼ tab / 6 jam

- Observasi T, N, R, S, His

16.00-16.30 His : 3’-4’ // 35”-40” BJJ (-)

16.30-17.00 His : 2’-3’ // 45”-50” BJJ (-)

Jam 17.00 Ketuban pecah spontan, keluar cairan kental warna hijau

kecoklatan (mekonium kental) ± 10 cc, foeter (+)

PD : Eff 90 %, pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa cairan hijau

kecoklatan, PP kepala HIII-IV (mekonium kental)

Diagnosa :

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala I + primitua

Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala

Sikap :

- Rencana partus pervaginam

- Antibiotik

- Misoprostol ¼ tab / 6 jam

- Observasi T, N, R, S, His

17.00-17.30 2’-3’ // 45”-50” BJJ (-)

17.30-18.30 2’-3’ // 50”-55” BJJ (-)

Jam 18.30 Ibu ingin mengejan

11

Page 12: lapkas IUFD

PD : Pembukaan lengkap, ketuban (-), sisa mekonium kental, PP

kepala HIII-IV

Diagnosa :

G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 mgg, inpartu kala II+ primitua

Janin terawatintrauterine tunggal, IUFD, letak kepala

Sikap :

- Pimpin mengejan

19.13 Lahir bayi ♀, spontan letak belakang kepala BBL : 3000 gr, PBL :

50 cm, A-S : 0 (fetal death) tanda maserasi grade I

19.18 lahir plasenta spontan, kesan lengkap dengan selaputnya, ruptur

perineum grade III, BPL : 500 g

Keadaan 2 jam post partum :

T : 120/80 mmHg N : 76x/m R : 20x/m S : 36,50C

TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik

Perdarahan kala III : ± 150 cc

Perdarahan kala IV : ± 100 cc

Total ± 250 cc

Laporan persalinan

His kencang ibu ingin mengejan, vulva dan anus mengembang, perineum

menonjol, tampak kepala janin pada jalan lahir. Di luar his kepala masuk lagi itu

tandanya kepala sedang membuka jalan lahir. Penolong memakai handscoen pada

tangan kanan, vulva dan anus didesinfeksi dengan kapas Lysol.

His kencang ibu ingin mengejan vulva dan anus mengembang, perineum

menonjol tampak kepala janin semakin besar pada jalan lahir. Di luar his kepala

tidak masuk lagi, tandanya kepala sudah membuka jalan lahir. Penolong memakai

handscoen pada tangan kiri dan di bawah bokong ibu dialas dengan doek steril.

His kencang ibu ingin mengejan vulva dan anus mengembang, tampak kepala

bayi semakin besar dan menekan perineum yang semakin tipis, kemudian

dilakukan episiotomi.

12

Page 13: lapkas IUFD

Saat subocciput berada di bawah simphysis, penolong menyokong perineum

dengan tangan kanan dengan doek steril untuk mencegah robekan. Tangan kiri

penolong membantu fleksi kepala bayi dan mencegah agar tidak terjadi defleksi

maksimal dan ditambah dengan kekuatan mengedan ibu berturut-turut lahirlah

dahi, hidung, muka dan akhirnya dagu dengan subocciput sebagai hipomoklion,

setelah itu ibu dilarang mengejan.

Kemudian penolong membantu putaran paksi luar sesuai punggung janin,

selanjutnya kedua telapak tangan penolong pada samping kiri dan kanan kepala

dan dilakukan traksi ringan ke perineum untuk melahirkan bahu depan bagian

axilla terlihat, kemudian dilakukan traksi ringan ke arah simphysis untuk

melahirkan bahu belakang (sampai axilla lahir) kemudian dilakukan tarikan sesuai

sumbu jalan lahir, yaitu laterofleksi untuk melahirkan badan bokong dan akhirnya

kaki.

Jam 19.13 lahir bayi ♀ spontan letak belakang kepala, BBL : 3000 gr, PBL :

50 cm, A-S : 0 (fetal death) tanda maserasi grade I.

Kemudian tali pusat dijepit dengan cunam kocher I ± 5 cm dari umbilicus,

kemudian tali pusat diurut ke arah ibu lalu dijepit dengan cunam kocher II ± 3 cm

dari cunam kocher I. sementara tangan kiri penolong melindungi badan bayi, tali

pusat digunting diantara cunam kocher tersebut. Bayi diserahkan kepada bidan

untuk perawatan selanjutnya.

Di bawah bokong ibu diletakkan stickpan, vulva dan sekitarnya didesinfeksi

dengan kapas Lysol kemudian dilakukan pengosongan kandung kemih dengan

kateter logam. Kemudian penderita diistirahatkan sementara sambil menunggu

lepasnya plasenta.

Setelah 5 menit dilakukan tes pelepasan plasenta dengan cara kustner untuk

mengetahui apakah plasenta sudah terlepas dari cavum uteri.

Jam 19.18 lahirlah plasenta lengkap dengan selaputnya. Selanjutnya dilakukan

pemeriksaan jalan lahir, tampak ruptur perineum, dilakukan hecting.

Stickpan diganti dengan neerback untuk menampung perdarahan kala IV, ibu

dibersihkan dan diistirahatkan.

Dalam keadaan 2 jam post partum :

13

Page 14: lapkas IUFD

T : 120/80 mmHg N : 76x/m R : 20x/m S : 36,50C

TFU : 2 jari dibawah pusat, kontraksi baik

Perdarahan kala III : ± 150 cc

Perdarahan kala IV : ± 100 cc

Total ± 250 cc

Observasi post partum

14-02-2011

S : keluhan (-)

O : T : 120/70 mmHg N : 76x/m R : 20x/m S : 36,30C

Std. puerpuralis :

Mamae : laktasi -/-, infeksi -/-

Abdomen : kontraksi baik

TFU : 2 jari di bawah pusat

Vulva : edema -/-, infeksi -/-

Lochia : rubra

Perineum : terawat

A : P1A0, 37 tahun, post partum hari I

Bayi ♀, spontan letak belakang, BBL : 3000 gr, PBL : 50 cm, A-S : 0

(fetal death).

P : - Cefadroxil 3 x 500 mg

- SF tablet 1 x 1

- Lynoral 3 x 1 tablet

15-02-2011

S : keluhan (-)

O : T : 120/70 mmHg N : 80x/m R : 22x/m S : 36,50C

Std. puerpuralis :

Mamae : laktasi -/-, infeksi -/-

Abdomen : kontraksi baik

14

Page 15: lapkas IUFD

TFU : 2 jari di bawah pusat

Vulva : edema -/-, infeksi -/-

Perineum : terawat

A : P1A0, 37 tahun, post partum hari II

Bayi ♀, spontan letak belakang, BBL : 3000 gr, PBL : 50 cm, A-S : 0

(fetal death).

P : - Cefadroxil 3 x 500 mg

- SF tablet 1 x 1

- Lynoral 3 x 1 tablet

16-02-2011

S : keluhan (-)

O : T : 120/80 mmHg N : 84x/m R : 22x/m S : 36,50C

Mamae : laktasi -/-, infeksi -/-

Abdomen : kontraksi uterus baik

TFU : 2 jari di bawah pusat

Vulva : edema -/-, infeksi -/-

Perineum : terawat

A : P1A0, 37 tahun, post partum hari III

Bayi ♀, spontan letak belakang, BBL : 3000 gr, PBL : 50 cm, A-S : 0

(fetal death).

P : - Cefadroxil 3 x 500 mg

- SF tablet 1 x 1

- Lynoral 3 x 1 tablet

- Rencana pulang

15

Page 16: lapkas IUFD

BAB III

DISKUSI

Pasien G1P0A0, 37 tahun, hamil 42-43 minggu + primitua, janin intrauterine

tunggal fetal death letak kepala.

Yang akan didiskusikan pada kasus ini yaitu :

1. Diagnosis dan penyebab

2. Penanganan

3. prognosis

Diagnosa

Diagnosa yang pasti pada kasus ini baru bisa ditegakkan pada saat

pemeriksaan ultrasonografi (USG) dilakukan dimana tidak tampak adanya

gerakan jantung janin dan gerakan janin. Sedangkan berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik umumnya sangat terbatas nilainya dalam membuat diagnosa

kematian janin. Umumnya penderita hanya mengeluh gerakan janin berkurang.

a. Anamnesa

Dari hasil anamnesa didapatkan keluhan dimana penderita tidak merasakan

adanya pergerakan janin sejak 1 hari sebelum masuk Rumah Sakit,

pembesaran rahim tidak dirasakan bahkan terasa lebih mengecil.

b. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan hal-hal sebagai berikut: pada palpasi

tidak didapatkan adanya pergerakan janin, serta tidak didapatkan adanya bunyi

jantung janin dengan pemeriksaan menggunakan Doppler.

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dimaksud disini meliputi ;

Ultrasonografi (USG)

Dari hasil USG didapatkan bahwa tidak ditemukan adanya pergerakan janin

serta denyut jantung janin.

Pemeriksaan laboratorium.

16

Page 17: lapkas IUFD

Dari hasil diagnosis berdasarkan anamnesa didapatkan bahwa ibu merasa

tidak ada pergerakan janin, pemeriksaan fisik didapati bahwa tidak terdengar

adanya bunyi jantung janin dengan pemeriksaan Doppler, serta pemeriksaan

penunjang seperti USG untuk menegakkan diagnosis pasti didapati bahwa tidak

ditemukan adanya denyut jantung janin dan gerakan janin. Dari hasil pemeriksaan

yang ada, dapat ditegakkan diagnosis bahwa telah terjadi kematian janin dalam

kandungan.

Penyebab kematian janin secara umum dapat dibagi dalam 3 faktor yaitu

factor maternal, janin, dan faktor plasenta.

Pada kasus ini, penyebab IUFD pada penderita adalah gawat janin. Hal ini

diperkuat dengan adanya slight mekonium pada saat ketuban pecah didapati cairan

ketuban berwarna kehijauan. Pada kasus ini juga didapati adanya riwayat trauma,

dimana didapatkan dari hasil anamnesa diketahui bahwa ibu pernah diurut oleh

biang kampung. Dari hasil anamnesa juga didapati riwayat memelihara kucing

yang dicurigai ibu mengidap TORCH (toxoplasma, Other, Rubella,

Cytomegallovirus, Herpes simpleks), namun pada penderita tidak dilakukan

pemeriksaan TORCH, karena pemeriksaan ini relatif mahal mengingat pekerjaan

suami dari penderita adalah seorang tukang.

Pada kasus ini, IUFD seharusnya bisa dihindari mengingat penderita rutin

memeriksakan kandungan di puskesmas sebanyak tujuh kali. Hal ini dapat terjadi

karena kurangnya perhatian ibu untuk lebih rajin lagi memeriksakan kandungan

terutama pada trimester ketiga, dan kurang tanggapnya ibu terhadap

kehamilannya. Seharusnya ibu juga harus segera memeriksakan diri jika

mengalami keluhan seperti kurangnya atau tidak lagi merasakan pergerakan janin,

serta perut ibu yang tidak membesar sesuai umur kehamilan atau malah mengecil.

Penanganan

Penderita dengan Intra Uterin Fetal Death sebagian besar akan mengalami

persalinan spontan dalam 2 minggu, dan bila persalinan spontan dalam 3-4

minggu tidak terjadi maka resiko terjadinya DIC akan meningkat. Pilihan utama

persalinan pada penderita dengan IUFD adalah persalinan pervaginam baik secara

spontan maupun dengan induksi guna mengurangi trauma pada ibu. Pada

17

Page 18: lapkas IUFD

keadaan-keadaan dimana penderita dengan IUFD tidak dapat dilakukan persalinan

pervaginam, dapat diakhiri juga dengan melakukan embriotomi. Pada kasus ini,

penderita direncanakan untuk persalinan pervaginam, namun tidak dilakukan

induksi persalinan mengingat umur ibu serta ditakuti adanya faktor resiko lain

berupa penyakit penyerta disebabkan karena sistem endokrin metabolik ibu.

Pada kasus ini, IUFD terjadi kurang lebih 1 hari sebelum ibu masuk rumah

sakit, dimana pada pemeriksaan laboratorium didapatkan faal hemostatis kadar

fibrinogen penderita dalam batas normal (369 mg/dL), sedangkan APTT dan PT

juga masih dalam batas normal. Saat penderita masuk rumah sakit didapatkan

bahwa penderita belum inpartu, sehingga penderita diberi misoprostol untuk

mempercepat proses pendataran dan dilatasi serviks. Selain itu pada kasus ini

juga, penderita diberi lynoral (ethinyl estradiol) dimana obat ini sebagai analog

estrogen yang berguna untuk menghambat produksi prolaktin.

Prognosis

Prognosa penderita ini dapat dubia ad bonam, jika mendapat penanganan

yang cepat, tepat dan adekuat serta pemahaman dari penderita tentang pentingnya

pemeriksaan kehamilan yang baik.

Pada kasus ini seharusnya dilakukan autopsi terhadap janin yang telah

meninggal, guna menentukan penyebab pasti kematian dari janin itu sendiri.

Autopsi sangat membantu diagnostik pasti kematian janin yang berguna untuk

mencegah terjadinya kematian janin berikutnya apabila penderita hamil kembali.

18

Page 19: lapkas IUFD

BAB IV

Kesimpulan dan Saran

Kesimpulan

Diagnosis pasti ditegakkan dengan anamnesa, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang dimana didapatkan tidak adanya pergerakan

janin dan denyut jantung janin.

Pada kasus ini penyebab kematian janin dicurigai terjadi gawat janin,

dimana didapati adanya slight mekonium pada saat ketuban pecah

spontan.

Penanganan penderita dengan IUFD yang tepat pada kasus ini adalah

persalinan pervaginam. Pada pasien ini tidak dilakukan induksi

mengingat faktor resiko pada ibu akan meningkat disebabkan oleh umur

ibu.

Pada penderita ini diberikan misoprostol untuk mempercepat pendataran

dan dilatasi serviks serta pemberian lynoral (ethinyl estradiol) guna

menghambat proses pembentukan prolaktin.

Saran

Dalam menentukan suatu diagnosa hendaklah perlu dilakukan anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang lengkap, terarah dan

jelas sehingga didapatkan diagnostik pasti penyebab kematian janin

dalam kandungan.

Pada kasus ini, ibu dengan primitua, sebaiknya kehamilan berikutnya

direncanakan sebaik mungkin dan dengan pemeriksaan yang rutin di

dokter ahli atau puskesmas, serta kepedulian ibu terhadap kehamilan

apabila didapati tanda-tanda kelainan selama kehamilan agar segera

memeriksaan diri kepada pusat kesehatan yang tersedia.

Agar pusat kesehatan yang ada, dalam hal ini puskesmas lebih

meningkatkan pelayanan serta diagnosis yang tepat dan adekuat untuk

mencegah kematian pada ibu dan janin.

19

Page 20: lapkas IUFD

20

Page 21: lapkas IUFD

Daftar Pustaka

1. American College of Obstetricians and Gynecologist; Diagnosis and

management of fetal death. ACOG Technical Bulletin Number 176-

January 1993. Int J Gynaecol Obstet 1993 Sep; 42 (3): 291-9

2. Soewarto, Soetomo. Kematian janin. Dalam : Ilmu Kebidanan. Edisi ke 4.

Yayasan Bina Pustaka. Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 2008, hal; 733-

735.

3. http://dokterrosfanty.blogspot.com/2009/07/kematian-janin-dalam-

kandungan-iufd.html

4. Catatan kuliah semester 6 Obstetrik Patologi. Bagian obstetri dan

ginekologi FK Unsrat. Manado. 2001

5. Fretts RC. Etiology and prevention of stillbirth. Am J Obstet Gynecol

2005 Dec; 193 (6):1923-35

6. Dickinson JE, Evans SF. A comparison of oral misoprostol with vaginal

misoprostol administration in second trimester pregnancy termination for

fetal abnormlity. Obstet Gynecol 2003 Jun;101 (6): 1294-9

7. Saifuddin AB (ed). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal

dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 200.

21