klinik teknologi pertanian - bptp...

37
LAPORAN AKHIR TAHUN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN PENELITI UTAMA Ir. T. ISKANDAR, M.Si. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEH BALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012

Upload: phungminh

Post on 16-Sep-2018

220 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR TAHUN

KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN

PENELITI UTAMA

Ir. T. ISKANDAR, M.Si.

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN ACEHBALAI BESAR PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN

BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIANKEMENTERIAN PERTANIAN

2012

Page 2: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

31

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas terlaksananya penyusunan

Laporan Akhir Tahun Kegiatan Klinik Pertanian BPTP Aceh Tahun 2012.

Terlaksananya kegiatan ini tidak terlepas dari dukungan dan peran aktif seluruh

Dinas/Instansi yang terkait, petani kooperator dan penyuluh/peneliti yang ada di BPTP

Aceh. Namun demikian kami menyadari dalam pelaksanaan kegiatan ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun guna perbaikan

dimasa yang akan datang.

Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini

mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan yang dilanjutkan dengan

penyusunan laporan akhir tahun ini, kami ucapkan terimakasih dan semoga laporan ini

memberikan manfaat bagi kita semua.

Banda Aceh, Desember 2012

Penanggung Jawab,

Ir. T. Iskandar, M.SiNIP. 19580121 198303 1 001

Page 3: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

32

RINGKASAN

Dalam upaya mengembangkan sektor pertanian telah banyak dihasilkan paket maupun komponen teknologidari berbagai aspek mulai dari budidaya sampai ke pasca panen, namun demikian sebagian besar dariteknologi yang dihasilkan tersebut ternyata belum terlihat penerapannya oleh petani (stakeholder). Olehkarena itu dalam penyebarluasan informasi teknologi pertanian perlu memperhatikan strategi komunikasiyang sesuai dengan khalayak sasaran yang dituju, selain itu kegiatan klinik teknologi pertanian jugamemberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung sebagai upaya pemecahan masalah pertanianyang ada di masyarakat. Salah satu cara yang mampu mendukung untuk keberhasilan tersebut adalahmelalui “Klinik Teknologi Pertanian (Klittan). Klinik dapat dijadikan sebagai tempat bertanya, berdiskusi,memecahkan masalah, memperoleh solusi, serta menindaklanjuti permasalahan yang dihadapi petani disuatu wilayah tertentu.

Kata kunci : Klinik, teknologi, peternakan, pertanian

Page 4: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

33

DAFTAR ISIHal

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... .. ..... i

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………………. ii

RINGKASAN ………………………………………………………………………………………….. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………………………………………………… Iv

I. PENDAHULUAN .............................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1

1.2. Tujuan .................................................................................... 3

1.3. Keluaran yang diharapkan ……………………………………………………… 3

1.4. Hasil yang Diharapkan …………………………………………………………… 3

1.5. Perkiraan Manfaat dan Dampak ............................................... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ………………………………………………………………………. 4

2.1. Hama dan Penyakit Pisang………………………………………………………. 4

2.2. Hama dan Penyakit Cabai ………………………………………………………. 14

2.3. Asap Cair (Liquit Smoke) ……………………………………………………….. 15

III. METODOLOGI ................................................................................. 21

3.1 Ruang Lingkup Kegiatan ………………………………………………………... 21

3.2 Pendekatan …………………………………………………………………………… 21

3.3 Lingkup Kegiatan …………………………………………………………………… 22

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ………………………………………………………………. 26

4.1 Pelaksanaan Aplikasi Asap Cair pada Tanaman Pisang Kepok diKecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie ……………………………………

26

4.2 Penggunaan Asap Cair untuk Mengendalikan Penyakit Cabai Merah 28

4.3 Pembuatan Demplot Padi VUB, di Desa Maheng Kecamatan CotGile Aceh Besar ……………………………………………………………………..

29

V. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………………………………………... 31

5.1 Kesimpulan …………………………………………………………………………… 31

5.2 Saran …………………………………………………………………………………… 31

VI. KINERJA HASIL KEGIATAN …………………………………………………………….. 32

DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………………………………. 33

LAMPIRAN ……………………………………………………………………………………………. 34

Page 5: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

34

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Provinsi Aceh merupakan daerah yang sangat kaya akan sumberdaya alam,

termasuk di dalamnya adalah sumberdaya pertanian yang terdiri dari beberapa sub

sektor seperti : tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan dan

perikanan. Berdasarkan ilustrasi tersebut, pengembangan pertanian hendaknya berbasis

pada sumberdaya lokal spesifik lokasi, yaitu dengan memberdayakan seluruh potensi

yang ada secara optimal.

Pengelolaan sumberdaya lokal secara terpadu dan menyeluruh dapat

memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap keberhasilan pembangunan disektor

pertanian, adapun pengelolaan sumberdaya yang dimaksdu antara lain melalui

pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Pola PTT ini merupakan sebuah

metoda peningkatan produktivitas tanaman dengan mengintroduksi berbagai komponen

teknologi secara terpadu sesuai dengan kondisi sumberdaya lokal yang ada.

Beberapa komponen pengelolaan tanaman terpadu yang dapat diterapkan

adalah, pengelolaan air sesuai dengan kebutuhan tanaman (pola pengairan berselang),

penggunaan pupuk kandang, penggunaan benih yang berasal dari varietas unggul,

pemupukan sesuai dengan rekomendasi, penggunaan alsintan serta pengendalian hama

dan penyakit secara terpadu sesuai dengan tingkat serangan hama di lapangan.

Kelompok tani adalah merupakan sebuah wadah di tingkat petani untuk saling

belajar dan bertukar informasi tentang pengelolaan usahatani. Untuk dapat meningkat

kualitas sumberdaya kelompok tani perlu adanya kegiatan kunjungan dan pelatihan dari

petugas pertanian lapangan. Pelayanan seperti ini dapat diperoleh melalui kegiatan

Sekolah Lapang (SL) dalam menyelesaikan setiap persoalan lapangan yang ditemui, di

dalam kegiatan sekolah lapang ini petani didampingi oleh petugas teknis yang berasal

dari BPP maupun BPTP selaku lembaga yang menangi tentang teknologi pertanian.

Guna mempercepat proses adopsi teknologi oleh petani diperlukan suatu

terobosan dan metode untuk menyampaikan informasi dari sumber teknologi ke

pengguna teknologi, sehingga setiap inovasi teknologi yang dihasilkan oleh BPTP dapat

segera diadopsi oleh pengguna (petani). Proses adopsi ini teknologi ini dapat terlaksana

Page 6: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

35

melalui penerapan teknologi secara terfokus, sistematis, sinergi dan terintegrasi baik dari

segi pembinaan maupun pembiayaan.

Untuk mendorong percepatan proses adopsi hasil penelitian ini ke petani sebagai

pengguna akhir (end user) di butuhkan pendekatan berupa strategi komunikasi dalam

penyebaran dan penerapan paket teknologi. Klinik teknologi merupakan salah satu media

untuk mengatasi masalah tersebut. Secara umum Klinik Teknologi Pertanian diartikan

sebagai media atau wadah yang dapat menampung serta memberikan solusi terhadap

suatu masalah yang dihadapi oleh petani dalam penggelolaan usahatani (Novarianto,

dkk, 2004).

Selain itu konsep pengembangan klinik teknologi pertanian tidak hanya untuk

mempercepat transfer teknologi, baik fisik maupun sosial, tetapi juga untuk memahami

kebutuhan dan masalah yang dihadapi petani di lapangan. Klinik teknologi berperan

melayani kebutuhan petani di dalam mengembangkan usahataninya pada berbagai

bidang usahatani, oleh karena itu petani perlu diupayakan berada dalam sebuah wadah

yang disebut dengan kelompoktani.

Dalam upaya mengembangkan sektor pertanian telah banyak dihasilkan paket

maupun komponen teknologi dari berbagai aspek mulai dari budidaya sampai ke pasca

panen, namun demikian sebagian besar dari teknologi yang dihasilkan tersebut ternyata

belum terlihat penerapannya dilahan usahatani. Oleh karena itu dalam penyebarluasan

informasi teknologi pertanian perlu memperhatikan strategi komunikasi yang sesuai

dengan khalayak sasaran yang dituju, selain itu kegiatan klinik teknologi pertanian juga

memberikan pelayanan kepada masyarakat secara langsung sebagai upaya pemecahan

masalah pertanian yang ada di masyarakat.

Untuk mendukung program pemerintah di bidang pembangunan sektor pertanian

melalui Kementerian Pertanian adalah dengan diterapkannya program Sekolah Lapang

Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) dengan komoditi padi, jagung, kedelai dan

kacang tanah, maka BPTP selaku lembaga teknis yang berperan sebagai penyedia

teknologi di daerah meluncurkan kegiatan klinik teknologi pertanian untuk mendukung

program SL-PTT dengan tingkat layanan 60 % gapoktan yang ada di wilayah Aceh.

Page 7: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

36

1.2. TUJUAN

1. Memberikan pelayanan kepada 7 gabungan kelompoktani (Gapoktan) di wilayah

kegiatan program SL-PTT pada kabupaten (Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur, dan

Kabupatan Lain yang memerlukan pelayanan Klinik Teknologi Pertanian) di

Propinsi Aceh.

2. Mempercepat proses transfer teknologi pertanian melalui kegiatan apresiasi,

temu lapang dan demonstrasi plot inovasi teknologi.

1.3. KELUARAN YANG DIHARAPKAN

a) Terlayaninya 7 gapoktan yang ada di wilayah program kegiatan SL-PTT pada 3

kabupaten (Aceh Besar, Pidie, Aceh Timur, dan Kabupatan Lain yang

memerlukan pelayanan Klinik Teknologi Pertanian) di Propinsi Aceh.

b) Terlaksananya proses transfer teknologi melalui kegiatan apresiasi, temu lapang

dan demontrasi plot inovasi teknologi ke gapoktan di wilayah program SL-PTT.

1.4. PERKIRAAN HASIL

Diadopsinya teknlogi model PTT oleh 7 gapoktan yang ada di wilayah kegiatan

SL-PTT.

1.5. PERKIRAAN MANFAAT DAN DAMPAK

Dampak yang diharapkan dari kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP Nanggroe

Aceh Darussalam adalah meningkatnya kesadaran (awareness), menimbulkan minat

(interest), mencoba inovasi (trial), melakukan evaluasi (evaluation) dan petani mau dan

mampu mengadopsi (adoption) teknologi inovasi yang disampaikan oleh BPTP Aceh.

Page 8: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

37

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Hama dan Penyakit Pisang

2.2.1. Penyakit Fusarrium

Sejarah

Penyakit layu Fusarium pada pisang juga disebut penyakit Panama, karena

epidemic pertama terjadi di Panama, Amerika Tengah pada awal tahun 1890-an.

Penyakit ini disebabkan oleh Fusarium oxysporum f. sp. cubense (Foc). Pada tahun

1915, pertama kali penggunaan nama penyakit layu pisang di Jamaica. Walau

bagaimanapun, penamaan penyakit ini tidak dapat membedakan layu fusarium atau layu

bakteri pada tanaman pisang.

Di Asia, penyakit layu Fusarium telah dilaporkan di India pada tahun 1911, di

Indonesia (jawa) pada tahun 1916 dan beberapa negara lain pada tahun 1920-an

(Stover, 1962). Di Filipina, pisang Silk atau Latundan (AAB) (= pisang Rastali) telah

diserang penyakit layu Fusarium pada tahun 1920. Di Afrika Timur penyakit layu

fusarium telah di laporkan pertama kali awal tahun 1950-an dari Kenya, Tanzania dan

Uganda (Stover, 1962).

Morfologi

Penyakit layu fusarium merupakan salah satu penyakit utama pada tanaman

famili Musaceae. Penyebab penyakit layu fasarium adalah cendawan Fusarium

oxysporum f. sp. cubense (Ploetz, 2000). Menurut Watanabe (2002), F. oxysporum f.

sp. cubense termasuk dalam kelompok cendawan kelas deuteromycetes, memiliki

konidiofor hialin, bercabang, pendek atau tidak dapat dibedakan dari hifanya. Pada

ujung konidiofor terdapat massa spora yang diselimuti oleh suatu lapisan yang tipis

sehingga tampak seperti kepala (false head). F. oxysporum f. sp. cubense memiliki dua

jenis konidia yakni makrokonidia dan mikrokonidia. Makrokonidia berbentuk seperti

bulan sabit, bersepta, terdiri atas 4 – 7 sel, dan berukuran (17,5-) 29,1-45x2,9-4,7 µm,

sedangkan mikrokonidia berbentuk elip, terdiri atas 1 sel, berukuran 6-15,8x1,9-3,7(-5)

µm. Pada kondisi yang kurang menguntungkan, F. oxysporum f. sp. cubense dapat

membentuk klamidospora sebagai fase istirahatnya di dalam tanah sehingga dapat

bertahan di dalam tanah dalam jangka waktu lama. Klamidospora berbentuk bulat,

berwarna cokelat, biasanya solitaire dengan diameter (5,3-)10,2-15 µm.

Page 9: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

38

F. oxysporum f. sp. cubense merupakan cendawan tular tanah (soil borne

pathogen) sehingga penyakit yang disebabkan oleh pathogen ini dapat ditularkan melalui

tanah, alat-alat pertanian, serta aliran air. Penggunaan bibit yang terinfeksi juga

berperan penting dalam penyebaran penyakit karena borpotensi sebagai sumber

inokulum awal di pertanaman. Penyakit layu fusarium dapat menyebar dengan cepat

pada tanah yang aerasinya jelek, air tanahnya tergenang. Kondisi ini biasanya pada

tanah berat (alluvial asam) atau tanah gambut.

Gejala

Gejala dari penyakit ini adalah sepanjang jaringan pembuluh pada batang semu

berwarna coklat kemerahan. Daun menguning dan menjadi layu, tangkainya menjadi

terkulai dan patah. Kadang-kadang lapisan luar batang semu terbelah dari bawah ke

atas. Yang paling khas adalah jika pangkal batang dibelah membujur, terlihat garis-garis

coklat atau hitam dari bonggol ke atas melalui jaringan pembuluh ke pangkal dan

tangkai daun. Penularan penyakit ini dapat melalui bibit, tanah dan air yang mengalir

mengandung spora jamur.

Patogenesis

Patogen menyebabkan penyakit melakukan infeksi tanaman melalui dua cara

yaitu menghasilkan toksin dan menghambat absorbs hara dan air. Toksin asam fusarik

dan enzim pektinase telah dibuktikan terlibat dalam patogenesis (Stover, 1962). Hifa

daripada spora patogen akan mengkoloni xilem setelah penetrasi menembusi akar.

Saluran xilem dipenuhi dengan miselium dan spora cendawan. Spora-spora ini akan

bercambah dan menyumbat system vascular dan ini akan menghambat pengangkutan

air dan zat makanan sehingga menimbulkan gejala layu. Di samping itu, patogen juga

mengeluarkan enzim-enzim seperti pektinase dan oksidase. Enzim pektinase yang

dihasilkan pathogen akan melemahkan dinding sel xilem. Patogen juga menghasilkan

asam fusarik yang beracun terhadap sel parenkima yang bersebelahan dengan xilem.

Sel-sel parenkima akan menghasilkan tilosa ke dalam xilem melalui pit pada dinding sel.

Selain itu, gel dan gam juga dihasilkan. Bahan-bahan ini akan menyumbat proses

pengangkutan air dan hara sehingga tanaman mengalami layu. Selain daripada itu,

perubahan warna pada rizom atau pseudostem juga disebabkan oleh penghasilan enzim

ini (Beckman dan MacHardy, 1981; Schumann, 1998).

Page 10: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

39

2.3. Pengendalian

Pemilihan benih

Tingkat kecermatan dalam pemilihan benih pisang sangat berperan/ menentukan

munculnya penyakit layu pisang. Kemungkinan terdapatnya penyakit pada rumpun

diawali/terbawa benih yang memang sudah terserang atau berasal dari rumpun yang

terserang. Penggunaan benih hasil kultur jaringan terhadap penyakit layu perlu waktu

untuk aklimatisasi terlebih dahulu. Ukuran benih dari kultur jaringan disarankan minimal

± 50 cm. Hasil kultur jaringan sebelum di lepas ke petani hendaknya di tanam terlebih

dahulu di dalam polybag sampai muncul anakan baru, anakan tersebut yang nantinya

diberikan ke petani.

Alternatif pengendalian layu bakteri yaitu dengan penanaman pisang kepok yang

tidak mempunyai jantung pisang (terdapat di Pulau Sulawesi) dengan tujuan memotong

siklus penularan melalui ooze (eksudat) yang terbawa serangga/tawon yang hinggap

pada jantung pisang. Pisang sepatu Amora (dari Manado) dan pisang Puju (dari

Sulawesi) dilaporkan tahan terhadap penyakit layu. Perlu kawalan teknologi untuk benih

pisang yang dibagikan ke petani, antara lain perlu aplikasi agens antagonis terlebih

dahulu.

Pemanfaatan agens hayati

Eksplorasi agens antagonis Gliocladium, Trichoderma dan Pseudomonad

flourescens (Pf) dilakukan oleh Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman.

Eksplorasi Pseudomonas flourescens memberikan hasil yang lebih baik apabila dilakukan

pada lokasi yang potensial ditumbuhi tanaman Mimosa pudica (putri malu).

Perbanyakan Pf dilakukan di laboratorium oleh petugas sedangkan perbanyakan

Trichoderma dan Gliocladium dapat dilakukan petani langsung;

Laboratorium Pengamatan Hama Penyakit Tanaman hendaknya memiliki koleksi agens

hayati dan memeliharanya dengan cara yang benar sehingga tingkat keefektifannya

terjaga. Hal ini merupakan aset yang berharga dan bahan untuk perbanyakan agens

hayati di tingkat petani/kelompok tani pengguna agens hayati. Dalam penggunaan Pf,

cara perendaman dilaporkan lebih efektif dibandingkan dengan pencelupan. Kompos

yang mengandung agens antagonis sebelum diaplikasi hendaknya dicek terlebih dahulu

untuk mengetahui apakah agens antagonis tersebut masih aktif atau tidak. Aplikasi agen

antagonis dapat dilakukan pada pembenihan maupun saat tanam.

Page 11: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

40

Dalam aplikasi agens antagonis perlu memerhatikan kerapatan populasi agens

antagonis, standar cara pembuatan, konsentrasi, dan cara aplikasi; Jumlah propagule

(sesuatu yang dapat membentuk koloni) yang dianjurkan sebanyak 1010 untuk

cendawan, sedangkan untuk bakteri >1010. Pf ada yang bersifat endofit,

keberadaannya dalam tanah dapat menginduksi ketahanan tanaman.

Pendekatan sosial

Keberhasilan dalam penanggulangan penyakit layu pisang dapat dicapai melalui

penerpaan PHT dengan pola SL. Dalam SL ini diharapkan petani dapat termotivasi untuk

secara konsisten mematuhi penerapan budidaya tanaman sehat serta melaksanakan

pengendalian secara mandiri dan berkelompok. Pendekatan kepada tokoh

masyarakat/petani maju dalam operasionalisasi pengendalian akan cukup membantu

efektivitas pengendalian. Dalam pelaksanaan pengendalian, diperlukan kepatuhan

petani mengikuti prosedur baku teknis pengendalian.

Eradikasi tanaman terserang

Eradikasi penyakit layu pisang yang dilakukan dengan penyuntikan minyak

tanah/glyphosat lebih efektif dan lebih mudah bila dibandingkan dengan pembongkaran

karena kemungkinan masih terdapatnya sumber inokulum. Penggunaan buldozer

dikhawatirkan dapat meratakan sumber inokulum ke lahan-lahan sekitarnya. Pada

benih, untuk mengurangi tersebarnya patogen layu eradikasi dapat dilakukan dengan

cara mematikan titik tumbuh.

Pengerodongan buah

Kerodong buah pisang disarankan sepanjang ± 50 cm sampai dengan di bawah

ujung buah, dengan tujuan untuk menghindari terjadinya penularan penyakit melalui

serangga, selain itu agar hama Nacoleia octasema (penyebab scab/kudis pada

buah)tidak bisa masuk menyerang jantung.

Pergiliran tanaman

Pergiliran tanaman dapat dilakukan dengan menanam padi gogo, dapat juga

dengan bawang sabrang. Pergiliran tanaman dengan bawang sabrang dilaporkan dapat

menurunkan serangan penyakit layu diduga bawang sabrang memiliki zat alelopati yang

dapat menghambat patogen.

Solarisasi (membiaskan penyinaran sinar matahari) lubang tanam dan tanah

Page 12: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

41

Solarisasi dimaksudkan untuk mengekspose lubang tanam dan tanah agar tekena

sinar matahari langsung sehingga dapat mematikan sumber inokulum. Sebelum

melakukan penanaman dianjurkan untuk melakukan solarisasi lubang tanam dan tanah

selama 2-3 minggu.

Epidemiologi

Epidemiologi penyakit layu pisang dilakukan untuk mengetahui faktor abiotik dan

biotic. Buah pisang terinfeksi yang terbawa dalam pengangkutan benih dapat

menularkan penyakit (menjadi sumber inokulum) di daerah yang belum terserang.

Kecepatan penyebaran penyakit dapat mencapai 100 km per tahun. Potongan jantung

pisang yang dibuang sembarangan juga dapat menjadi sumber infeksi.

Desinfestasi peralatan pertanian, alat potong

Desinfestasi dimaksudkan untuk mensterilkan (suci hama) peralatan

pertanian/alat potong yang biasanya digunakan untuk memotong tandan pisang.

Sebelum memotong tanaman agar dicelupkan terlebih dahulu dalam larutan desinfektan,

misalnya kloroks dengan pengenceran 1:2.

Diseminasi informasi

Untuk mengefektifkan upaya penanggulangan OPT pisang penyebaran informasi

perlu disebarluaskan mengenai informasi teknologi pengendalian OPT pisang.

Sarana Identifikasi

Untuk mengidentifikasi OPT maupun agens hayati diperlukan mikroskop,

sedangkan saat ini mikroskop tersebut belum dimiliki di tingkat Kabupaten.

Upaya penanaman kembali di lahan bekas daerah serangan

Penanaman kembali di lahan bekas daerah serangan layu pisang dapat

dimungkinkan dengan catatan harus dikawal dengan teknologi pengendalian. Lubang

tanam dapat dibuat di samping rumpun terserang dan diaplikasi agens hayati dan

solarisasi lubang tanam. Untuk mengurangi risiko terjangkitnya penyakit penanaman

pisang kembali disarankan dilakukan 6 bulan setelah eradikasi.

Peraturan Daerah

Perlu dibuat peraturan untuk pengawasan lalu lintas benih pisang. Daerah yang

telah terjadi endemic penyakit layu dilarang masuk ke daerah yang masih bersih.

Page 13: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

42

2.2.2. Penyakit layu Bakteri

Gejala

Gejala awal hampir sama dengan gejala disebabkan oleh penyakit layu Panaman,

yaitu terjadinya penguningan daun. Perbedaannya adalah penguningan daun akibat

penyakit darah di mulai pada bagian tengah di dekat pelepah daun dan diikuti dengan

layunya daun tersebut. Hal ini terjadi bila daun tersebut telah membuka. Pada kasus

lain daun yang masih menggulung menjadi patah. Apabila bonggol dibelah melintang,

maka akan tampak bercak berwarna kuning pucat sampai coklat gelap atau biru

kehitaman. Bercak-bercak berwarna ini cenderung menuju ke bagian tengah-tengah dari

bonggol. Gejala yang spesifik dari penyakit ini adalah terdapatnya lendir bakteri yang

berwarna putih abu-abu sampai coklat kemerahan keluar dari potongan buah atau

bonggol tanaman pisang (Muharam dan Subijanto, 1991; Sulyo, 1992; Baharuddin,

1994). Yang lebih berbahaya adalah bahwa seringkali tanaman terinfeksi masih tampak

normal dari luar, daun-daun masih hijau dan buah kelihatan berkembang normal. Hal ini

memperbesar peluang penyebaran penyakit melalui distribusi buah hasil panen keluar

daerah endemis (Hermanto et al., 1998). Secara internal, bercak pembuluh berwarna

coklat bisa diamati pada tangkai buah, tangkai tandan, batang semu dan buah. Gejala

yang paling kahs/tipikal adalah terjadinya pembusukan daging buah sehingga terjadi

perubahan warna menjadi kuning sampai coklat kemerahan.

Penularan

Penularan penyakit ini dapat ditularkan melalui bibit, tanah, air, irigasi, alat-alat

pertanian dan serangga serta dapat bertahan paling singkat satu tahun dalam tanah

tanpa kehilangan virulensinya (Stover, 1972; Wardlaw, 1972; Sulyo, 1992). Sedikitnya

terdapat 3 jenis serangga pengunjung bunga yang mampu menularkan penyakit darah

pada tanaman pisang (Maryam et al., 1994). Penularan melalui serangga ini terjadi

secara non persisten karena isolasi hanya dapat dilakukan dari bagian kepala serangga

(Maryam et al., 1997). Ditemukan tiga jenis serangga pengunjung bunga dari ordo

Diptera yang mampu menularkan penyakit darah. Disamping itu dilaporkan juga lebah

Trigona corvine sebagai penyebar penyakit darah (Feakin, 1972). Menurut Leiwakabessy

(dalam Suprijadi, 2002) jenis serangga yang diduga vector BDB yaitu golongan Diptera:

Ciioropidae, Platypezidae, dan Drosophilidae, dan di samping itu ada serangga yang

Page 14: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

43

diduga sebagai karier BDB, yaitu dari ordo Diptera, Blattaria, Lepidoptera dan

Hymenoptera.

Faktor penyebab

Penyebab penyakit diidentifikasikan oleh Gaumann sebagai Pseudomonas

celebensis (Wardlaw, 1972). Pada media biakan umum, koloni bakteri non-fluidal,

berukuran lebih kecil dan berkembang lebih lambat dibanding pada P. solanacearum,

menggunakan dan memproduksi asam dari galaktosa dan gliserol, tetapi tidak glukosa

dan karbohidrat lain, serta tidak mereduksi nitrat. Isolat bakteri penyakit darah tidak

bersifat patogenik terhadap Solanaceae, tetapi gejala segera terjadi pada penularan

mekanis terhadap bonggol atau batang semu pisang pada semua tingkat umur. Analisis

genetic melalui pengelompokan genom RFLP dengan cara membandingkan rangkaian 16

s ribosomal DNA dan analisis produk amplifikasi primer tRNA mengindikasi bahwa bakteri

penyakit darah sangat berkaitan dengan strain-strain P. solanacearum, meskipun masih

terdapat beberapa perbedaan. Berkaitan dengan itu, dan mengingat bahwa identifikasi

terhadap penyakit darah yang belum tuntas, Eden Green (1994) menyarankan

penggunaan istilah banana blood disease (BDB) untuk penyakit darah, untuk

membedakan dari strain-strain penyakit Moko (P. solanacearum ras 2) yang juga

terdapat di Asia Tenggara.

Meskipun belum terdapat kesepahaman di antara ahli-ahli taksonomi bakteri,

tatanama bakteri penyebab penyakit layu bakteri pada tanaman pisang secara umum

adalah sebagai berikut (Goto, 1990):

Kingdom : Prokaryotae

Devisi : Gracilicutes Gibbons and Muraay 1978

Klass : Proteobacteria

Famili : Pseudomonadaceae Winslow, Broahurs, Buchanan, Krumwiede,

Rogers, and Smith 1917

Genus : Pseudomonas (= Ralstonia).

2.5. TEKNIK PENGENDALIAN

Beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengendalikan penyakit darah

pada tanaman pisang adalah:

Bercocok Tanam (culture practice)

Page 15: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

44

Sebagaimana telah diutarakan di atas bahwa pathogen penyebab penyakit darah

dapat bertahan hidup di dalam tanah selama satu tahun sehingga disarankan untuk

melakukan rotasi tanaman dengan tanaman bukan inang dan umur tanaman melebihi

satu tahun. Seperti yang dilakukan di Colombia rotasi dilakukan dengan menggunakan

tanaman Cassava (Manihot), disebabkan karena siklus hidupnya tertutup (tidak

berhubungan dengan pathogen) dan lebih dari satu tahun (Granada, 2002).

Cara bercocok tanam yang baik juga dapat mengurangi infeksi pathogen

terhadap tanaman, diantaranya adalah pemberian pupuk organic (kompos, pupuk

kandang), penjarakan anakan, dengan cara memotong anakan yang telah mencapai

tinggi 30 cm ± 5 cm dari titik tumbuh, pembuatan drainase, sanitasi lingkungan

pertanaman, menghindari terjadi luka pada akar, menggunakan benih sehat (bukan dari

daerah serangan atau rumpun terserang, menggunakan benih dari kultur jaringan) atau

benih baru setiap musim tanam, system pindah tanam setelah tiga kali panen maksimal

tiga tahun, pengapuran atau perlakuan dengan abu (Daryanto, 2002).

Fisik / Mekanis

Eradikasi

Untuk lokasi tanaman pisangnya terserang berat, saat ini tidak ada cara

pengendalian selain segera melakukan eradikasi. Walaupun untuk mematikan pisang

hingga tanaman kering membutuhkan waktu cukup lama, namun cara ini mudah

dilaksanakan, lebih aman dan efektif dibandingkan menebang dan membongkar.

Eradikasi yang dianjurkan adalah dengan menyuntik tanaman dengan round-up dengan

takaran 12 cc untuk tanaman induk; 2-3 cc untuk anakan umur 4-6 bulan (50-100 cm)

dan 1 cc untuk anakan kurang dari 4 bulan atau 50 cm. Sebagai pengganti round-up

yang mahal, dapat menggunakan minyak tanah denga takaran 5 sendok makan untuk

tanaman induk, 3 sendok makan untuk tanaman berumur 4-6 bulan dan 1-2 sendok

makan untuk tanaman kurang dari 4 bulan. Penyuntikan dilakukan 20-40 cm di atas

leher akar untuk tanaman induk dan sekitar 10-15 cm untuk tanaman anakan.

Penyuntikan dilakukan sampai pada bagian tengah (empulur) tanaman pisang dengan

sudut kemiringan sekitar 60 derajat (Nasir et al., 2002).

Menurut Hermanto (2000) penerapan teknik eradikasi terhadap tanaman pisang

yang menunjukkan gejala penyakit darah di perkebunan pisang petani dapat

Page 16: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

45

menghambat perkembangan penyakit ini. Pada bulan April 2000 intensitas penyakit

9.09%, Juli 2000 hanya meningkat menjadi 6.67%. Sedangkan pada kebun yang tidak

menerapkan teknik eradikasi pada bulan Maret 2000 intensitas penyakit 7,35%, Juli 2000

meningkat menjadi 58,56%.

“Budding”

Penyakit darah dapat ditularkan oleh serangga pengunjung bunga. Untuk itu

disarankan memotong bunga jantan segera setelah sisir terakhir terbentuk, untuk

menghindari infeksi lewat serangga penular (Jones, 2000). Dari hasil penelitian

hermanto (2000) penerapan teknik pemotongan bunga jantan setelah sisir terakhir

muncul, perkembangan penyakit agak lambat yaitu pada April 2000 intensitas penyakit

0%, Juli 2000 hanya meningkat 6,67%.

“Bagging”

Tindakan ini untuk menanggulangi penyakit darah yang disebarkan oleh serangga

pengunjung bunga. Pembungkusan dengan menggunakan plastic biru saat sisir telah

keluar, ditujukan untuk menghalangi infeksi yang dapat dilakukan oleh serangga vector

atau karier penyakit darah (Gambar 4). Namun bila tanah terinfeksi, maka usaha ini

tidak akan berhasil. Pembungkusan juga menghalangi serangan serangga perusak kulit

buah (Granada, 2002; Nasir et al. 2002). Perkebunan pisang yang menerapkan teknik

“bagging” yang diikuti “budding” dapat menghambat perkembangan penyakit darah,

pada bulan April 2000 intensitas penyakit 1.14% sedangkan pada bulan Juli 2000 hanya

meningkat menjadi 2.27% (Hrmanto, 2000).

Karantina dan Isolasi wilayah

Karantina sangat diperlukan untuk pencegahan transportasi material yang dapat

menularkan penyakit dan mencegah masuknya pathogen ke daerah yang belum

terserang. Dalam hal ini keikutsertaan pemerintah sangat diperlukan. Isolasi dilakukan

terhadap lokasi yang intensitas serangan penyakit darahnya masih rendah. Lahan

terserang segera diisolasi dan tanaman sakit dimusnahkan dengan cara eradikasi. Di

Taiwan, tindakan preventif dilakukan dengan mematikan juga sepuluh tanaman tau

tanaman dalam radius 20 m dari tanaman yang memperlihatkan gejala terserang.

Makin cepat tindakan eradikasi dilakukan makin besar kemungkinan lokasi dan tanaman

disekitarnya dapat diselamatkan.

Page 17: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

46

Cara Biologi

Pengendalian biologi dapat dilakukan dengan pemanfaatan agens antagonis

seperti Psedomonas fluorescens dan Bacillus subtilis dengan atau tanpa kompos.

Aplikasi ini dilakukan pada saat tanam dan diulangi secara periodic selama pertumbuhan

tanaman (Daryanto, 2002).

Cara Kimiawi

Semua alat yang digunakan didisinfektan dengan kloroks (NaOCl) atau dicuci

bersih dengan sabun. Alat-alat tersebut dapat dicelupkan kedalam larutan selama satu

menit. Hal ini dilakukan untuk mencegah tertularnya pathogen layu bakteri dari

tanaman sakit ke tanaman sehat (Granada, 2002; Nasir et al., 2002).

Menurut Jones (2000) pisau yang digunakan untuk pemangkasan dapat

dicelupkan kedalam larutan 10% formaldehid selama 10 menit atau selama 5% selama

30 menit. Petani yang bekerja di kebun, untuk memangkas biayanya menggunakan dua

pisau. Pisau yang satu disterilisasi dengan larutan 10% formaldehid atau 5% sementara

yang satunya lagi digunakan.

2.2 HAMA DAN PENYAKIT CABAI

Jenis-jenis hama yang banyak menyerang tanaman cabai antara lain kutu daun

dan trips. Kutu daun menyerang tunas muda cabai secara bergerombol. Daun yang

terserang akan mengerut dan melingkar. Cairan manis yang dikeluarkan kutu, membuat

semut dan embun jelaga berdatangan. Embun jelaga yang hitam ini sering menjadi

tanda tak langsung serangan kutu daun.

Pengendalian kutu daun (Myzus persicae Sulz.) dengan memberikan Furadan 3 G

sebanyak 60-90 kg/ha atau sekitar 2 sendok makan/10 m2 area. Apabila tanaman sudah

tumbuh semprotkan Curacron 500 EC, Nudrin 215 WSC, atau Tokuthion 500 EC.

Dosisnya 2 ml/liter air. Serangan hama trips amat berbahaya bagi tanaman cabai, karena

hama ini juga vektor pembawa virus keriting daun.

Gejala serangannya berupa bercak-bercak putih di daun karena hama ini

mengisap cairan daun tersebut. Bercak tersebut berubah menjadi kecokelatan dan

mematikan daun. Serangan berat ditandai dengan keritingnya daun dan tunas. Daun

menggulung dan sering timbul benjolan seperti tumor. Hama trips (Thrips tabaci) dapat

Page 18: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

47

dicegah dengan banyak cara. Pemakaian mulsa jerami, pergiliran tanaman, penyiangan

gulma atau rumputan pengganggu, dan menggenangi lahan dengan air selama beberapa

waktu. Pemberian Furadan 3 G pada waktu tanam seperti pada pencegahan kutu daun

mampu mencegah serangan hama trip juga. Akan tetapi, untuk tanaman yang sudah

cukup besar, dapat disemprot dengan Nogos 50 EC, Azodrin 15 WSC, Nuracron 20 WSC,

dosisnya 2-3 cc/1.

Adapun jenis-jenis penyakit yang banyak menyerang cabai antara lain antraks

atau patek yang disebabkan oleh cendawan Colletotricum capsici dan Colletotricum

piperatum, bercak daun (Cercospora capsici), dan yang cukup berbahaya ialah keriting

daun (TMV, CMVm, dan virus lainnya). Gejala serangan antraks atau patek ialah bercak-

bercak pada buah, buah kehitaman dan membusuk, kemudian rontok. Gejala serangan

bercak daun ialah bercak-bercak kecil yang akan melebar. Pinggir bercak berwama lebih

tua dari bagian tengahnya. Pusat bercak ini sering robek atau berlubang. Daun berubah

kekuningan lalu gugur. Serangan keriting daun sesuai namanya ditandai oleh keriting

dan mengerutnya daun, tetapi keadaan tanaman tetap sehat dan segar.

Selain penyakit keriting daun, penyakit lainnya dapat dicegah dengan

penyemprotan fungisida Dithane M 45, Antracol, Cupravit, Difolatan, Trimiltoa, dan

Zincofol. Konsentrasi yang digunakan cukup 0,2-0,3%. Bila tanaman diserang penyakit

keriting daun maka tanaman dicabut dan dibakar. Sedang pengendalian keriting daun

secara kimia masih sangat sulit.

2.3. ASAP CAIR (LIQUIT SMOKE)

Latar Belakang Asap Cair

Asap cair (bahasa Inggris: wood vinegar, liquid smoke) merupakan suatu hasil

kondensasi atau pengembunan dari uap hasil pembakaran secara langsung maupun

tidak langsung dari bahan-bahan yang banyak mengandung lignin, selulosa,

hemiselulosa serta senyawa karbon lainnya. Bahan baku yang banyak digunakan antara

lain berbagai macam jenis kayu, bongkol kelapa sawit, tempurung kelapa, sekam, ampas

atau serbuk gergaji kayu dan lain sebagainya. Asap cair merupakan campuran terlarut

dari disperse asap tempurung dalam air yang dibuat dengan mengkondensasikan asap

Page 19: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

48

hasil priolisis tempurung atau merupakan kondensat dari asap tempurung yang di

dalamnya terkandung berbagai unsur senyawa dengan titik didih yang berbeda beda.

Di bidang pertanian, asap cair digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dan

menetralisir asam tanah, Membunuh hama tanaman dan mengontrol pertumbuhan

tanaman, pengusir serangga, mempercepat pertumbuhan pada akar, batang, umbi,

daun, bunga, dan buah. Dengan demikian asap cair diyakini dapat menggantikan fungsi

pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

Asap cair mempunyai kemampuan untuk mengawetkan makanan karena adanya

senyawa asam, fenol dan karbonil. Pengasapan konvensional seperti mutu, citra rasa dan

aroma yang konsisten sulit dicapai, senyawa tar terdeposit dan apabila suhunya terlalu

tinggi akan terbentuk senyawa korsinogrenik benzopiren. Pada penggunaan asap cair

fungsi yang diharapkan dari asap seperti citra rasa, warna, anti oksidan dan anti

mikrobia dapat dipertahankan sehingga kelemahan pengasapan konvensional dapat

diatasi.

Sekarang ini penggunaan bahan pengawet untuk makanan semakin merajalela

yang meracuni dan berbahaya bagi kesehatan. Penggunaan formalin untuk

mengawetkan makanan merebak. Padahal, Badan Pengawasan Obat dan Makanan

melarang penggunaan formalin untuk mengawetkan makanan. Sebab, formalin

berdampak buruk bagi kesehatan seperti memicu depresi susunan saraf, memperlambat

peredaran darah, dan kencing darah

Proses pembuatannya tidak terlalu rumit karena dapat menggunakan alat-alat

sederhana, namun masyarakat belum mengetahui proses menghasilkan asap cair dan

pemanfaatannya secara luas. Selain itu bahan baku yang melimpah di desa-desa sangat

memungkinkan bagi masyarakat untuk memanfaatkan untuk menghasilkan asap cair.

Selain sebagai salah satu sumber minyak nabati, tanaman kelapa juga sebagai sumber

pendapatan bagi keluarga petani, sebagai sumber devisa negara, penyedia lapangan

kerja, pemicu dan pemacu pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, serta sebagai

pendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa dan produk

ikutannya di Indonesia.

Saat ini para petani belum mengetahui manfaat asap cair di bidang pertanian

sebagai pengganti hormon dan pestisida. Untuk itu perlu dilakukan pengujian aplikasi

asap cair untuk tanaman menyangkut dosis/ konsentrasi dan cara penggunaannya.

Page 20: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

49

Sifat Fisik:

Berbentuk cairan dispersi asap cair dalam air, khas berbau asap, tidak bisa

terbakar, tidak mudah menguap dan terurai, dan tidak mudah tercuci.

Sifat Kimia:

Bahan anti bakteri / microba / cedawan, serangga hama tanaman dan anti

oksidan. Cairan bersifat isotonic dan bersifat systemic. Memiliki kekayaan senyawa-

senyawa organik dan menurut TRANNGONO et.al. (1996) asap cair tempurung kelapa

memiliki 7 macam komponen dominan, yaitu phenol; 3-metil-l,2-siklopentadion; 2-

mektosiphenol; 2-metoksi-4-metilphenol; 4-etil-2-metoksiphenol; 2,6-dimetoksiphenol;

dan 2,5 dimetoksi benzyl alkohol.

Manfaat:

1. Bidang Pertanian Tanaman Pangan dan Perkebunan

Dapat diaplikasikan secara luas untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman.

Dengan dosis minimal 20 cc perliter air dan dengan interval 1-2 minggu sekali maka

cukup efektif untuk menanggulangi berbagai jenis pathogen cendawan, kutu-kutu, virus

mozaik dan serangga hama.

Hasil pengamatan pada tanaman yang diperlakukan dengan Asap Cair kecuali

terhindar dari serangan hama penyakit, maka tanaman menunjukkan pertumbuhan yang

lebih sehat. Pertunasan dipacu, daun-daun lebih hijau tua dan batang - ranting bersih

dari noda-noda cendawan. Pada efek gejala ini menunjukkan sifat isotonik dan

systemiknya Asap Cair.

Pada tanaman Kakao walau tanpa dilakukan pemangkasan ternyata habitus yang

rimbun gemuk itu bebas dari serangan berbagai fungi, acarine dan serangga hama.

Malahan cendawan Fusarium pada Pisang juga teratasi dengan Asap Cair.

Asap Cair bisa diaplikasikan pada kebun karet, kopi, dan lain-lain. Untuk pengoiahan

karet, asap cair yang bersifat anti bakteri / microba dan anti oksidan juga member efek

menghilangkan terjadinya pembusukan yang baunya sangat menyengat dan efek lain

adanya peningkatan rendemen getah.

Untuk tanaman Hortikultura sangat baik dianjurkan untuk menggunakan Asap Cair dalam

pengendalian hama dan penyakitnya, agar diperoleh produk yang organis, sehat alami.

Page 21: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

50

Yang tidak boleh :

Janganlah mengaplikasikan Asap Cair dekat-dekat dengan pangkal batang bagi

jenis-jenis pepohonan yang hidupnya bersimbiose dengan Micoriza, baik yang bersifat

endothrop maupun exothrope.

2. Bidang Perikanan dan Peternakan

Aplikasinya bisa dicampur dengan es atau larutan sendiri untuk pengawetan ikan

tangkapan sebagai pengganti penggunaan formaline atau borax.

Di Sidoharjo, Jawa Timur, bandeng asap dikerjakan dengan menyemprotkan Asap Cair.

Demikian juga dengan daging asap.

Diprediksi pada peternakan unggas, jika pada air minumannya diberi Asap Cair

grade - 2, maka flsesnya tidak mengumbar bau busuk yang mengganggu lingkungan dan

ayam pun tambah sehat.

Pada kolam ikan / udang, pemberian Asap Cair akan terhindar dari gangguan bakteri dan

cendawan parasit.

3. Bidang Industri Makanan

Asap Cair grade - 1 dan 2 telah disetujui oleh beberapa negara untuk digunakan

sebagai pengawet yang aman pada industri makanan. Industri makanan seperti tahu,

mie, bakso, nugget, daging asap, ikan asap, juga untuk makanan jajanan seperti kue-

kue basah, kue-kue kering, roti potong, kuah lemak, sambal giling, minuman es cendol,

es campur, dan sebagainya. Asap Cair kecuali berfungsi sebagai anti bakteri / microba /

cendawan dan anti oksidan juga memberikan nutrisi tambahan.

4. Bidang Industri Pengolahan Kayu

Asap Cair grade - 3 baik sekali jika diaplikasikan pada proses pengolahan kayu.

Kecuali akan merubah struktur kayu menjadi lebih keras, lebih padat, maka kayu

terhindar dari serangan jamur dan rayap / gegat perusak kayu. Baik sekali diaplikasikan

pada industri meubiler, kosen jendela, pintu, daun pintu - jendela, rangka bangunan

rumah terutama yang dari bahan kayu kelas rendah atau kayu yang relatif masih muda.

Page 22: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

51

Caranya bisa dengan dioleskan rata dengan kwas, direndam, disemprotkan

bersama cat. Dicampurkan dengan cat pada bagian exterior rumah maka cat lebih baik

daya rekatnya dan anti jamur serta lumut. Jadinya cat tahan lama.

5. Bidang Industri Pengolahan Kulit

Digunakan sebagai penyamak kulit dan pengawet.

6. Bidang Farmasi

Dulu, puluhan / ratusan tahun yang lampau pengasapan badan sering dilakukan

oleh ibu-ibu setelah melewati persalinan. Di Aceh dikenal dengan istilah "disale", seperti

istilah "sale" untuk "pisang sale". Lagi Raja di Jawa (Mataram) melakukan pengasapan

badan dengan menggunakan kayu-kayu yang memiliki aroma wangi. Berlokasi di Taman

Sari-nya sambil menanti menggilir para "garwa ampean" (selir-selir-nya). Tentu disini

mengambil manfaat asap guna pemulihan kebugaran / kesehatan, meningkatkan

stamina serta mungkin juga meningkatkan daya vitalitas.

Abdullah 65 tahun, dulu mengobati luka dengan asap cair yang keluar dari

bakaran kayu yang sedang dipakai untuk masak di dapur. Selain itu manakala sakit

mata, maka tangkai daun sirih / pucuk muda pohon sirih dipanaskan dengan lampu

minyak. Cairan yang keluar dari ujung sebelah dipakai untuk tetes mata.

Hasil penelitian modern menyatakan bahwa asap cair grade - 2 dan 1 yang telah

bebas dari Tar (Benzoa pirena) maka tidak mebahayakan kesehatan. Manfaat Asap Cair

adalah kesembuhan dari :

Gejala rheumatik ,

Gejala asam uarat

Varises

Keropos tulang

Cemekam (infeksi pada kuku ibu jari kaki)

Macam-macam penyakit kulit termasuk gejala kanker kulit

Menipisnya gejala bintik-bintik hitam tanda penuaan usia

Untuk keramas agar mematikan ketombe

Sakit gigi

Salah urat, leher sakit karena salah tidur

Page 23: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

52

Yang bersifat insidentil :

Luka terbuka karena terkena benda tajam, darah cepat berhenti dan luka cepat

sembuh tanpa bekas.

Kulit melepuh akibat terkena radiasi waktu mengelas (kerja sebagai tukang las).

Terkena sengatan serangga (kutu babi), tawon.

Gatal-gatal terkena miang belukar.

III. METODOLOGI

3.1. Ruang Lingkup Kegiatan

Pelaksanaan Klinik Teknologi Pertanian mendukung program SL-PTT di Propinsi

Aceh bertujuan untuk mempercepat proses adopsi inovasi teknologi yang telah dihasilkan

oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) dan teknologi yang telah dihasilkan

oleh balai penelitian komoditas, khususnya pada wilayah yang ada kegiatan SL-PTT

sehingga setiap persalahan yang muncul dapat segera advokasi. Selain kegiatan

advokasi juga dilakukan kegiatan demonstrasi plot inovasi teknologi yang sesuai dengan

program SL-PTT. Dalam pelaksanaannya program klinik teknologi adalah salah satu

bagian dari program diseminasi, alih teknologi hasil penelitian dan pengkajian untuk

menampung dan upaya pemecahan masalah, menyediakan inovasi teknologi pertanian

bagi pengguna baik petani maupun stake holders lainnya.

Untuk mendapatkan masukan dalam pemecahan masalah dan penyediaan inovasi

teknologi pertanian dilakukan analisis terhadap keadaan awal (situasi) inovasi pertanian

di tingkat petani mencakup beberapa aspek: (1) praktik usahatani sebelumnya; (2)

kebutuhan teknologi; (3) inovasi yang tersedia ditingkat petani; dan (4) norma dari

sistem sosial.

3.2. Pendekatan

Pelaksanaan kegiatan klinik teknologi pertanian dilakukan berdasarkan adanya

program dan kebutuhan daerah serta berdasarkan isue yang berkembang di lapangan

terutama dalam mendukung program pemerintah pusat tentang SL-PTT padi, kedelai,

Page 24: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

53

jagung dan kacang tanah di masing-masing kabupaten yang ada di Propinsi Aceh. Untuk

mengetahui sejauh mana isue yang berkembang tersebut serta informasi yang

merupakan kebutuhan dari masyarakat, maka di lakukan subuah studi yang disebut

dengan pengenalan wilayah secara partisipatif yaitu Participatory Rural Appraisal (PRA).

Dalam kegiatan ini dilakukan studi terhadap potensi, kendala dan peluang yang

ada di suatu wilayah serta komponen teknologi yang sudah ada dan berkembang

ditingkat masyarakat tersebut. Kegiatan survey partisipatif ini dilakukan dengan

melibatkan tim kerja yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, untuk menghimpun data

informasi digunakan narasumber dari berbagai elemen masyarakat. Kegiatan ini sangat

penting, karena semua keputusan dan rekomendasi yang akan digunakan adalah

berdasarkan hasil pleno atau suara terbanyak dari narasumber yang hadir pada saat

proses pengambilan keputusan.

Dalam hal transfer teknologi dari BPTP sebagai sumber teknologi maka dalam

kegiatan klinik teknologi pertanian ini lebih mengarah kepada penerapan komponen

teknologi dengan pola pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi, kedelai,

jagung, dan kacang tanah. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya di lapangan kegiatan

klinik teknologi pertanian ini di harapkan dapat berdampingan dengan kegiatan SL-PTT

yang dilaksanakan oleh pemerintah kabupaten dan oleh BPTP. Sedangkan tenaga yang

terlibat di lapangan sebagai pengawal teknologi akan dilakukan kerjasama dengan pihak

pemerintah kabupaten, yaitu para penyuluh yang ada di kecamatan baik yang sudah PNS

maupun para penyuluh kontrak.

3.3 Lingkup Kegiatan

Identifikasi lokasi

Kegiatan ini adalah merupakan langkah awal dari sebuah kegiatan diseminasi

hasil pengkajian yang bertujuan untuk mengetahui kondisi awal suatu wilayah. Infromasi

yang dikumpulkan pada kegiatan ini adalah menghimpun data potensi wilayah,

permasalahan dan peluang pengembangan maupun introduksi paket teknologi di wilayah

tersebut.

Dalam pelaksanaan kegiatan identifikasi lokasi ini harus melibatkan tenaga dari

berbagai disiplin ilmu, sehingga semua permasalahan yang diperoleh di lapangan dapat

dirumuskan oleh masing-masing disiplin ilmu tersebut. Metoda yang sering digunakan

dalam kegiatan identifikasi lokasi ini adalah metoda partisipatif yaitu PRA, di dalam

Page 25: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

54

metoda ini diharapkan petani dapat berpartisipasi di dalam menyampaikan persoalan-

persoalan yang dihadapinya selama ini.

Lingkup kegiatan identifikasi lokasi ini meliputi pengumpulan data tentang

keadaan potensi sumberdaya lahan, sumberdaya manusia, keadaan sosial ekonomi,

teknologi eksisting di tingkat petani, serta peluang introduksi teknologi baru. Dengan

peluang introduksi teknologi baru ini diharapkan dapat memberikan perbandingan dan

pilihan kepada masayarakat petani sebagai pengguna akhir tekmologi. Hasil identifikasi

lokasi ini akan dijadikan program dalam pelaksanaan kegiatan klinik teknologi pertanian

yang dapat mendukung pelaksanaan program SL-PTT.

Perakitan komponen teknologi

Kegiatan ini dilakukan setelah ada data hasil kegiatan identifikasi lokasi dan

rumusan permasalahan di lapangan. Perakitan komponen teknologi ini disesuaikan

dengan kondisi sumberdaya yang ada di lokasi dan menggunakan semaksimal mungkin

potensi sumberdaya alam yang tersedia, sehinga di dalam pelaksanaan inovasi teknologi

tidak mengalami kesullitan.

Penyiapan materi informasi

Materi informasi yang akan disampaikan pada kegiatan klinik teknologi pertanian

mendukung program SL-PTT, disesuaikan dengan kebutuhan informasi yang ada pada

wilayah pengembangan SL-PTT yang telah ditetapkan untuk wilayah kegiatan klinik

teknologi pertanian, sasarannya adalah memberikan informasi kepada 60 % gapoktan di

wilayah SL-PTT.

Adapun materi informasi yang akan disampaikan adalah berupa pendistribusian

lembar informasi pertanain, diskusi ilmiah melalui kegiatan temulapang serta pembuatan

demplot sebagai media pembelajaran bagi gapoktan tentang pengenalan beberapa

varietas padi dan kacang tanah unggul.

Bahan informasi yang akan disampaikan dapat berupa tulisan singkat seperti

leaflet, brosur dan buletin, poster, dan juga dapat berupa rekaman video. Penyiapan

materi informasi ini diharapkan merupakan hal-hal yang menarik bagi petani ataupun

merupakan sebuah teknologi baru yang sangat diharapkan oleh petani.

Pengumpulan data

Page 26: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

55

Dalam kegiatan klinik teknologi pertanian ini di samping melakukan transfer

teknologi pertanian kepada pengguna, juga dilakukan kegiatan penyusunan data based

tingkat inovasi teknologi di tingkat petani. Penyusunan data based ini dilakukan dengan

melibatkan berbagai unsur masyarakat petani sebagai narasumber dan dipandu oleh

petugas teknis dari BPP, peneliti, penyuluh dari BPTP.

Data yang dikumpulkan dalam kegiatan klinik teknologi pertanian mendukung

program SL-PTT dan tingkat pelayanan 60 % gapoktan ini adalah antara lain; tingkat

keberhasilan penerapan demplot (tingkat produksi yang diperoleh), jumlah partisipan

pada saat diskusi ilmiah atau temu lapang, tingkat adopsi inovasi teknologi serta jumlah

gapoktan yang dapat dilayani dan yang ikut berpartisipasi.

Pelaksanaan kegiatan

Sebelum pelaksanaan kegaitan terlebih dahulu disusun tim yang akan terlibat di

dalam setiap kegiatan pelayan informasi teknologi. Disiplin ilmu tim yang mendukung

kegiatan ini disesuaikan dengan pokok permasalahan yang berkembang di lapangan

ataupun berdasarkan isue yang berkembang menurut kebutuhan daerah. Adapun

tahapan kegiatan yang akan dilalui nanti akan disuaikan dengan pokok permasalahan

yang akan ditangani ataupun jenis pelayanan yang akan diberikan, bentuk-bentuk ini

akan dituangkan ke dalam sebuah petunjuk teknis pelaksanaan kegiatan. Adapun jenis

kegiatan klinik teknologi pertanian yang akan dilaksanakan pada tahun 2012 ini adalah

meliputi;

1. Pengendalian penyakit pisang menggunakan pupuk asap cair

2. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Cabe Merah Menggunakan Pupuk asap

cair dan Pupuk Organik Cair Lokal Desa Gampong Pasar kuta bakti Kec kuta

Bakti Kab Pidie.

3. Pembuatan demplot padi varietas unggul baru (VUB) berupa Inpari-1, Inpari-2 dari

IR-70 di Desa Maheng Kecamatan Cot Glie Kabupaten Aceh Besar.

Monitoring dan evaluasi

Monitoring dan evaluasi adalah merupakan sebuah kegiatan yang sangat perlu

dilakukan untuk mengetahui tingkat keberhasilan ataupun kegagalan dari kegiatan yang

dilakukan. Monitoring dan evaluasi ini dilakukan secara berkala dengan melibatkan

tenaga profesional yang berasal dari berbagai bidang disiplin ilmu, sehingga akan

mendapatkan sebuah rekomendasi yang akurat tentang keadaan kegiatan di lapangan.

Page 27: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

56

Pelaksanaan temu wicara

Kegiatan sosialisasi paket teknologi dilakukan bersamaan dengan

dilaksanakannya kegiatan temu wicara hasil inovasi teknologi klinik teknologi pertanian.

Dalam kegiatan ini peserta yang hadir adalah petugas teknis dari dinas instansi terkait,

penyuluh dan peneliti dari BPTP, petani sebagai pengguna teknologi serta pengusaha

bidang agribisnis.

Dalam kegiatan temu wicara ini akan berlangsung proses diskusi antara peneliti,

penyuluh dengan petani tentang permasalahan yang berkembang di dalam masyarakat

yang belum teratasi, semua bahan masukan hasil ini akan dijadikan bahan rekomendasi

dan batabased bagi BPTP dan juga untuk menjadi masukan bagi pengambil kebijakan

dibidang pembangunan pertanian.

Kegiatan temu wicara ini adalah merupakan salah satu kegiatan diseminasi yang

sangat penting di dalam proses transfer teknologi kepengguna, karena pada kesempatan

ini antara pengguna dan nara sumber dapat bertemu langsung sehingga banyak

permasalahan yang dapat dipecahkan. Bagi nara sumber (peneliti/ penyuluh dan

pengambil kebijakan ini adalah merupakan bahan masukan yang cukup berarti

untukmengukur tingkat keberhasilan penerapan teknologi baru di lapangan.

Page 28: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

57

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampai dengan Desember 2012, kegiatan klinik teknologi pertanian BPTP Aceh

telah melaksanakan 3 (tiga) kegiatan yaitu :

1. Pengendalian penyakit pisang menggunakan pupuk asap cair.

2. Pengendalian Hama dan Penyakit pada Cabe Merah Menggunakan Pupuk asap cair

dan Pupuk Organik Cair Lokal Desa Gampong Pasar kuta bakti Kec kuta Bakti Kab

Pidie.

3. Pembuatan demplot padi varietas unggul baru (VUB) berupa Inpari-1, Inpari-2 dari IR-

70 di Desa Maheng Kecamatan Cot Glie Kabupaten Aceh Besar.

1. Pelaksanaan Aplikasi Asap Arang Cair Pada Tanaman Pisang Kepok yangTerserang Penyakit Bakteri di Kecamatan Padang Tiji Kabupaten Pidie

Berdasarkan hasil monitoring yang kita lakukan khususnya di kecamatan Padang

Tiji pada desa-desa yang merupakan sentra produksi pisang, ternyata jenis pisang kepok

dan pisang wak sudah diserang oleh sejenis penyakit layu bakteri dengan tingkat

kerusakan sangat bervariasi mulai ringan, sedang, berat dan puso, kalau kita

persentasikan sudah mencapai 85% dari luas areal penanaman pisang yang ditanami

masyarakat sudah dalam kondisi yang tidak produktif lagi, sehingga perekonomian

petani pisang sangatlah terpuruk, petani yang selama ini mengandalkan hasil pisang

yang dapat menopang ekonominya sehari-hari hilang sudah.

UPAYA-UPAYA YANG SEDANG DILAKUKAN

Pemerintah kabupaten sampai saat tidak ada solusi yang dapat menolong petani

sehingga pisang dapat berproduksi tinggi lagi. Badan Litbang Kementerian Pertanian

melalui unit kerja Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Aceh kegiatan klinik

teknologi sedang melakukan kajian-kajian pengendalian penyakit pisang dengan

berbagai metode:

1. Penyuntikan asap arang cair pada batang pisang bagian bawah.

2. Perendaman bonggol atau umbi pisang kedalam larutan asap arang cair selama

kurang lebih 20 menit.

3. Melakukan eradikasi pohon/rumpun pisang yang terserang

Page 29: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

58

4. Sanitasi pohon yang masih sehat.

LOKASIPELAKSANAAN

Kelompok Tani Pante Jaya

Desa Pante Cermen

Kecamatan Padang Tiji

TEKNIS PENYUNTIKAN

Penyuntikan pertama tanggal 24 Maret 2012

Penyuntikan kedua tanggal 04 April 2012

Penyuntikan Ketiga tanggal 14 April 2012

Proses perendaman bibit dilakukan pada tanggal 29 April 2012 sebanyak 20 bonggol.

Dengan lama perendaman 20 menit kemudian langsung ditanam

KRITERIA TANAMAN SAKIT SUNTUK ADALAH

Pohon yang terserang ringan

Pohon yang terserang sedang

Pohon yang terserang berat

HASIL YANG TELAH DICAPAI

Berdasarkan hasil pengamatan yang kita lakukan pada tanaman yang telah kita

suntik pada intensitas ringan sudah mulai menunjukkan adanya perubahan kearah

sembuh, sedangkan pada kategori serangan sedang belum menunjukkan adanya

perubahan, sedangkan pohon yang terserang berat tidak ada perubahan sama sekali.

TAHAP-TAHAP PENYUNTIKAN

Pohon pisang yang sakit pada berbagai tingkat kerusakan kita bor kiri dan kanan

dengan kedalaman tergantung pada besar kecilnya pohon tidak sampai menyentuh

empelur. Selanjutnya setiap lobang bor kita suntikkan 20 s/d 30 ml asap arang cair,

penyuntikan dilakukan 3 kali dengan interval waktu 10 hari sekali. Setelah asap arang

cair kita suntikkan lobang kita tutup atau kita sumbat dengan alat penyumbat tergantung

bahan, supaya bila ada hujan tidak masuk air.

Page 30: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

59

2. Hasil Pengkajian Penggunaan Asap Cair Pada Tanaman Cabai Merah

Dari hasil pelaksanaan Aplikasi Penggunaan Asap Cair untuk pengendalian hama

dan peyakit tanaman Cabai Merah sesuai dengan tingkat uji yang di tentukan yaitu :

1. Pemberian Penyiraman larutan Asap Cair 5-7 cc / liter air sebelum tanam pada

bedengan sebanyak 150 cc / tanaman.

2. Penyemprotan pada tanaman sesudah tanam / pengecoran pada tanaman

3. Pengecoran pad tanaman yang sudah ada gejala serangan penyakit atau keriting

Hasil yang diperoleh :

Untuk pada tahap perlakuan pertama tersebut diatas yaitu penyiraman larutan asap

cair dengan dosis 5-7 cc / liter air menunjukkan ada keberhasilan bahwa serangan

hama dan penyakit sangat berkurang walaupun kelihatan kira-kira atau perkiraan 1-

3%. Namun sudah di katakana berhasil, kendati harus banyak melakukan penguian-

pengujian lanjutan.

Untuk tahap kedua Penyemprotan pada tanaman dari awal tanam sampai

pemeliharaan khir pertumbuhan generatif. Ada pengeruh kesuburan dan ketahanan

dari serangan gejala-gejala hama dan penyakit. Tetapi bila menggunakan pada

tanaman mulai umur 1 bulan keatas bila ada serangan agar lamban untuk kembali

sehat lagipun harus sering-sering di ulang, tetapi membuat banyak terpakai asap

cair.

Untuk tahap ketiga Pengecoran pada tanaman yang sudah terserang penyakit ada

sedikit sekaliyang pulih sempurna masih kurang efektif karena belum tepat waktu

aplikasi pemberian, tapi untuk Virus Kuning ada perubahan kesembuhannya, secara

sempurna masih melakukan kelanjutan pengkajian untuk mendapatkan hasil yang

maksimal.

3. Pembuatan demplot padi varietas unggul baru (VUB) berupa Inpari-1,Inpari-2 dari IR-70 di Desa Maheng Kecamatan Cot Glie Kabupaten AcehBesar.

Page 31: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

60

Sampai dengan pertengahan Bulan Juni 2012, kegiatan pembuatan demplot padi

VUB Inpari-1, Inpari-2 dan IR-70 sampai pada tahap penanaman (tranplanting) yang

dilakukan pada tanggal 16 Juni 2012. Pemilihan Desa Maheng Kecamatan Cot Glie

Kabupaten Aceh Besar berdasarkan masukan dari para Penyuluh Pertanian Lapangan

(PPL) Kecamatan Seulimum dan pihak Dinas Pertanian Tanaman Pangan Kabupaten

Aceh Besar selanjutnya dilakukan observasi lapangan oleh tim Klinik Teknologi Pertanian

didampingi PPL dan THL yang bertugas di Desa Maheng.

Berdasarkan masukan dari Ketua Kelompok Tani dan Geuchik (kepala desa)

Maheng bahwa sebenarnya desa ini memiliki potensi yang sangat besar bidang

pertanian yang dapat dikembangkan. Desa ini terletak dlkaki Gunung Seulawah dan

secara administratif masuk kedalam Kecamatan Cot Glie Kabupaten Aceh Besar, berjarak

15 km dari Jantho (ibu kota Kabupaten Aceh Besar), 10 km dari jalan negara Banda

Aceh-Medan dan 62 km dari Ibu Kota Provinsi Aceh (Banda Aceh).

Secara kultur, masyarakat desa ini memiliki mata pencaharian sebagai petani

(95%) terutama padi sawah, jagung dan hortikultura. Sedangkan sisanya berprofesi

sebagai pencari kayu. Desa ini secara berkala dialiri oleh irigasi teknis dengan kondisi

ketersediaan air sepanjang tahun yang berasal dari bendungan irigasi Seuneubok,

walaupun pada musim kemarau (gadu) kondisi air terpaksa digilir berdasarkan kontur

wilayah dimana untuk masing-masing wilayah mendapat jatah 12 jam untuk rentang

waktu 4-5 hari. Sistem ini mulai diberlakukan mulai Bulan Mei-Oktober.

Pada TA.2012 kegiatan Klinik Teknologi Pertanian melakukan pembuatan demplot

padi VUB berupa varietas Inpari-1, Inpari-2 dan IR-70. Kegiatan ini dilaksanakan dalam

rangka mendukung upaya Departemen Pertanian melalui Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian untuk melaksanakan sistem IP-400 yang artinya dalam 1

(satu) tahun lahan pertanian dapat dimanfaatkan untuk 4 (empat) kali musim tanam.

Sedangkan pemilihan varietas di atas berdasarkan masukan dari pihak Balai Besar

Penelitian Padi Sukamandi bahwa varietas-varietas tersebut dapat diandalkan untuk

menjawab upaya pemerintah menuju sistem IP-400.

Page 32: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

61

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Di bidang pertanian, asap cair digunakan untuk meningkatkan kualitas tanah dan

menetralisir asam tanah, Mengendalikan hama tanaman dan mengontrol pertumbuhan

tanaman, pengusir serangga, mempercepat pertumbuhan pada akar, batang, umbi,

daun, bunga, dan buah. Dengan demikian asap cair diyakini dapat menggantikan fungsi

pestisida kimia yang sangat berbahaya bagi kesehatan dan lingkungan.

5.2. Saran

Perlu pengkajian yang lebih mendalam tentang asap cair secara konsep

metodelogi penelitian untuk membuktikan secara statistic tentang keunggulan asap cair

sebagai pestisida nabati dan bahan organic cair sebagai pengganti pestisida kimia dan

pupuk kimia pada tanaman.

Page 33: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

62

VI. KINERJA HASIL KEGIATAN

Pelaksanaan Klinik Teknologi Pertanian di Aceh pada umumnya berjalan mendekati

baik, yang dimulai dari koordinasi Dinas/Instansi terkait baik di tingkat Provinsi maupun

Kabupaten/Kota, terutama dalam penentuan/penetapan lokasi.

Khusus dalam pendampingan/pengawalan teknologi dalam usahatani telah

dilakukan perakitan beberapa komponen teknologi budidaya melalui pendekatan

pemilihan teknologi PTT baik itu teknologi dasar maupun teknologi pilihan sesuai

kebutuhan lokasi dengan memperhatikan aspek lingkungan atau sumberdaya yang

tersedia, sehingga diperoleh teknik budidaya yang spesifik lokasi, upaya ini dilakukan

untuk pencapaian peningkatan produktivitas jagung hibrida >10%.

Selanjutnya lokasi Pengkajian teknologi pertanian di Aceh adalah Kabupaten Pidie

dan Aceh Besar. Diperlukan dukungan kebijakan yang mendukung tersedianya teknologi

pengendalian penyakit berbasis alam/nabati.

Keluaran yang diperoleh dari kegiatan ini adalah terdapat paket teknologi

pengendalian penyakit pada tanaman pisang dan cabai menggunakan asap cair sebagai

pestisida nabati dan pupuk organic cair spesifik lokasi. Manfaat dari kegiatan ini adalah

penurunan serangan penyakit pada tanaman pisang dan cabai sehingga terjadi

peningkatan produksi.

Page 34: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

63

DAFTAR PUSTAKA

Badan Litbang Pertanian, 2003. Pedoman Penyusunan dan Pembahasan ProyekPenelitian dan Pengembangan Pertanian TA.2004. Badan Litbang Pertanian,Jakarta.

Gunawan, dkk. 2005. Peran dan Aktivitas Klinik Teknologi Pertanian di PropinsiBengkulu. Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian Lahan Kering,Bengkulu 11-12 Nopember 2005. Kerjasama PSE Bogor dan UniversitasBengkulu, Bengkulu.

Jaya, R., dkk. 2007. Laporan Akhir Kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP ACEHTA.2007, Banda Aceh. (belum dipublikasi).

Jaya, R., dkk. 2008. Laporan Akhir Kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP ACEHTA.2008, Banda Aceh. (belum dipublikasi).

Novarianto, R, dkk, 2004. Pedoman Umum Klinik Teknologi Pertanian, BPTP SulawesiUtara. Badan Litbang Pertanian, Jakarta.

Zulham, A., dkk. 2006. Laporan Akhir Kegiatan Klinik Teknologi Pertanian BPTP ACEHTA.2006, Banda Aceh. (belum dipublikasi).

Page 35: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

64

FOTO KEGIATAN

APLIKASI ASAP CAIR PADA TANAMAN PISANG

Page 36: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

65

APLIKASI ASAP CAIR PADA TANAMAN CABAI

DEMPLOT PADI VARIETAS UNGGUL BARU

Page 37: KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN - BPTP NADnad.litbang.pertanian.go.id/ind/images/dokumen/HasilLitkaji/2012/04... · laporan akhir tahun klinik teknologi pertanian peneliti utama ir. t

LAPORAN AKHIR KEGIATAN KLINIK TEKNOLOGI PERTANIAN TA.2012

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) AcehJl. P. Nyak Makam No. 27 Lampineueng, Banda Aceh – 23125. Telp (0651) 7551811 Fax. (0651) 7552077

Email : [email protected] ; [email protected]:http://nad.litbang.deptan.go.id

66