kko bab i fix
Embed Size (px)
TRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indonesia kaya akan sumber bahan obat tradisional yang
telah digunakan oleh sebagian besar rakyat Indonesia secara
turun temurun. Keuntungan penggunaan obat tradisional adalah
antara lain karena bahan bakunya mudah diperoleh dan
harganya murah. Delapan puluh persen penduduk Indonesia
hidup di pedesaan, diantaranya sukar dijangkau oleh obat
modern dan tenaga medis karena masalah distribusi, komunikasi
dan transportasi. Disamping itu daya beli yang relatif rendah
menyebabkan masyarakat pedesaan kurang mampu
mengeluarkan biaya untuk pengobatan modern, sehingga
masyarakat cenderung memilih pengobatan secara tradisional.
Obat tradisional mempunyai makna yang sangat penting karena
disamping ketidakmampuan masyarakat untuk memperoleh
obat-obat modern, juga karena obat tradisional adalah obat
bebas yang dapat diperoleh tanpa resep dokter.
Tanaman obat terdapat dalam jumlah berlimpah baik jumlah maupun
jenisnya. Kemampuan antimikroba minyak essensial tanaman obat dan rempah
seringkali lebih tinggi dibandingkan bahan pengawet kimia Selain itu, satu ekstrak
tanaman dapat mengandung satu macam atau lebih senyawa antimikroba.
Komponen aktif yang berperan sebagai obat adalah zat-zat kimia yang
terkandung didalam ramuan obat tersebut. Secara kemoterapi, komponen-
komponen tersebut antara lain dapat berperan sebagai absorben, astringen,
spasmolitik, anti bakteri, suportif dan sebagainya. Salah satu tanaman obat yang
berkhasiat sebagai obat tradisional yang sering digunakan oleh masyarakat adalah
tanaman jambu biji (Psidium guajava L.). Telah diketahui oleh masyarakat umum
bahwa ekstrak daun jambu biji memiliki khasiat sebagi anti diare. Jambu biji

(Psidium guajava L.) memiliki varietas antara lain berdaging-buah warna putih
dan berdaging-buah warna merah potensi jambu biji di Indonesia untuk dijadikan
obat alternatif terhadap berbagai penyakit sangat besar. Hal ini disebabkan
karena jambu biji mudah ditemukan di Indonesia dan harganya relatif terjangkau.
Bukan hanya buahnya, ekstrak atau rebusan daun jambu biji pun terbukti mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 50%,
Shigella dysenteriae pada konsentrasi 30%, Shigella flexineri pada konsentrasi
40%, dan Salmonella typhi pada konsentrasi 40%. Komponen aktif dalam daun
jambu biji yang diduga memberikan khasiat itu adalah zat tanin yang cukup
tinggi. Selain itu, daunnya mengandung fenolik fitokimia yang jumlahnya
berlebihan yang dapat menghambat peroksidasi dalam tubuh yang diharapkan
mampu mencegah bermacam-macam penyakit kronis sekalipun.
Jambu biji merupakan salah satu tanaman buah yang
banyak ditemukan di wilayah Indonesia, walaupun sebenarnya
berasal dari Amerika Tropik. Tanaman ini berbuah sepanjang
tahun, sering tumbuh liar, dan umumnya ditemukan pada
ketinggian 1-1200 m dpl, serta tumbuh dengan baik pada tanah
yang gembur maupun liat. Jambu biji secara taksonomi tergolong
ke dalam famili Myrtaceae, genus Psidium, spesies guajava,
sehingga dalam bahasa Latin disebut Psidium guajava. Dalam
bahasa Inggris jambu biji dikenal sebagai guajava, sedangkan di
Indonesia disebut juga jambu batu, jambu klutuk, atau jambu
siki.
Tanaman jambu biji merupakan tanaman yang istimewa,
buahnya memiliki kandungan zat gizinya yang tinggi, seperti
vitamin C, potasium, dan besi. Selain itu, juga kaya zat non
gizi, seperti serat pangan, komponen karotenoid, dan
polifenol. Buah jambu biji bebas dari asam lemak jenuh dan
sodium, rendah lemak dan energi, tetapi tinggi akan
serat pangan. Di dalam daun jamu biji antara lain mengandung

tanin, minyak atsiri(eugenol), dan minyak lemak. Oleh
karena adanya senyawa-senyawa yang terkandung di dalamnya
menyebabkan tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai obat
tradisional.
Pada umumnya bagian yang dapat digunakan dari tanaman
ini adalah bagian daun (pemanfaatan hanya sebagian kecil saja
yaitu sebagai obat anti diare, disentri, radang usus dan
gangguan pencernaan karena mempunyai kandungan zat tanin
sebagai astringent dan anti mikroba), buah mengkal, ranting
muda dan akar. Selain berbagai kegunaan di atas daun jambu biji
diduga memiliki zat aktif golongan steroid yang mempunyai daya
spermicida. Bahan kimia yang terkandung dalam daun jambu biji
diantaranya adalah Beta-sitosterol, alkaloid, saponin, flavonoid,
tanin, eugenol, minyak atsiri dan berbagai senyawa lainya
(Albana dkk, 1999).
Manfaat daun jambu biji bagi orang awam daun jambu biji dikenal sebagai
bahan obat tradisional untuk batuk dan diare. Jus jambu biji "bangkok" juga
dianggap berkasiat untuk membantu penyembuhan penderita demam berdarah.
Daun jambu biji sudah dikenal sejak dahulu sebagai pencegah dan mengurangi
diare. 3 helai jambu biji direbus dengan 2 gelas air putih lalu direbus,lalu disaring
dan diminumkan pada orang yang terkena diare.
B. Tujuan
Mengetahui berbagai manfaat jambu biji untuk pengobatan dan cara
memanfaatkannya serta sediaan fitofarmaka yang beredar di Indonesia.
C. Rumusan Masalah
1. Apa saja manfaat daun jambu biji untuk pengobatan?
2. Bagaimana cara memanfaatkan daun jambu biji untuk pengobatan?

3. Apa saja sediaan fitofarmaka yang mengandung jambu biji beredar di
Indonesia?
BAB II
MONOGRAFI
A. KLASIFIKASI JAMBU BIJI (Psidium guajava L)
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo : Myrtales
Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)
Genus : Psidium
Spesies : Psidium guajava L.
Nama umum : Jambu biji
Nama daerah
Sumatra : Glima breueh (Aceh), Galiman (Batak), Masiambu (Nias), Jambu biji (Melayu)

Jawa : Jambu klutuk (Sunda), Jambu klutuk (Jawa Tengah), Jambu biji (Madura)
Bali : Sotong
Kalimantan : Libu (Dayak)
Sulawesi : Gayomas (Manado), Dambu(Gorontalo), Hiabuto (Buol), Jambu (Bare), Jambu paratugala (Makassar), Jambu Paratukala (Bugis)
NTT : Guawa (Ende), Gothawas (Sika), Kejawas (Timor), Kejabos (Roti)
Maluku : Koyawase (Seram), Lutu hatu (Ambon), Gewaya (Halmahera), Guwaya (Ternate)
B. MORFOLOGI JAMBU BIJI
1. Akar (Radix)
Di lihat dari percabangannya dan bentuknya, jambu biji memiliki akar
tunggang yang bercabang (ramosus) yang bentuknya kerucut panjang,
tumbuh lurus kebawah, bercabang cabang banyak dan cabang-cabangnya
bercabang lagi. Sehingga memberi kekuatan yang lebih besar pada batang,
dan juga daerah perakaran menjadi amat luas, hingga dapat menyerap air dan
zat-zat makanan yang lebih banyak.
2. Batang (caulis)
Tumbuhan biji belah pada umumnya mempunyai batang yang di bagian
bawahnya lebih besar dan keujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat di
pandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang dan
mempunyai percabangan. Bentuk cabang pada jambu biji yaitu berkayu dan
permukaannya licin dan terlihat lepasnya kerak (bagian kulit yang mati). Arah
tumbuh batangnya tegak lurus (erectus). Jambu biji memiliki cabang sirung
pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu cabang-cabang kecil dengan
ruas-ruas yang pendek yang selain daun juga merupakan pendukung bunga
dan buah.
3. Daun (folium)

Merupakan suatu bagian yang penting, yang berfungsi sebagai alat
pengambilan zat – zat makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan
respirasi. Daun jambu biji tergolong daun tidak lengkap karena hanya terdiri
dari tangkai dan helaian saja disebut daun bertangkai.
Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu adalah sebagai berikut :
a. Bangun daun (Circumscription)
Dilihat dari letak bagian terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya
berada ditengah – tengah dan memiliki bangun jorong karena
perbandingan panjang : lebarnya adalah ½ - 2 : 1
b. Ujung (epex)
Jambu biji memiliki ujung yang tumpul tepi daun yang semula masih
agak jauh dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik pertemuan
membentuk sudut 90°
c. Pangkal (basis folii)
Karena tepi daunnya tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh
pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun, maka pangkal dari daun jambu
biji ini, adalah tumpul (obtusus)
d. Susunan tulang – tulang daun (nervation atau vanation)
Daun jambu biji memiliki pertumbuhan daun yang menyirip
(penninervis) yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang yang berjalan
dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai daun dari ibu tulang
kesamping, keluar tulang – tulang cabang, sehingga susunannya
mengingatkan kita kepada susunan sirip – sirip pada ikan.
e. Tepi daun (margo)
Jambu biji memiliki tepi daun yang rata (integer)
f. Daging daun (intervinium)
Sifat – sifat lain yang perlu diperhatikan antara lain :

Warna : hijau
Permukaan daun
Pada umumnya warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau licin dan
mengkilat jika di bandingkan dengan sisi bawah karena lapisan atas lebih
banyak terhadap warna hijaunya, jambu biji memiliki permukaan daun
yang berkerut (rogosus). Daun jambu biji mengandung total minyak 6%
dan minyak atsiri 0,365% [Burkill, 1997], 3,15% resin, 8,5% tannin, dan
lain-lain. Komposisi utama minyak atsiri yaitu ±-pinene (Gambar 3.), ²-
pinene limonene, men- thol, terpenyl acetate, isopropyl alco- hol,
longicyclene, caryophyllene, ²- bisabolene, caryophyllene oxide, ²-
copanene, farnesene, humulene, selinene, cardinene and curcumene
[Zakaria, 1994]. Minyak atsiri dari daun jambu biji juga mengandung
nerolidiol, ²-sitosterol, ursolic, crategolic, dan guayavolic acids. Selain itu
juga mengandung minyak atsiri yang kaya akan cineol dan empat
triterpenic acids sebaik ketiga jenis fla-vonoid yaitu; quercetin, 3-L-4-4-
arabinofuranoside (avicularin) (Gambar 4.) dan 3-L-4-pyranoside dengan
aktivitas anti bakteri yang tinggi Oliver-Bever, 1986].
4. Bunga
Pada tumbuhan biji bunga merupakan alat perkembangan generatif.
Bunga pada jambu biji terdiri dari kelopak dua mahkota yang masing-masing
terdiri atas 4-5 daun berkelopak dan sejumlah daun mahkota yang sama, dan
tidak merapat memiliki benang sari yang banyak dan berkelopak, berhadapan
dengan daun-daun mahkota memiliki tangkai sari dengan warna yang cerah
bakal buah tenggelam dan mempunyai satu tangkai putik.
Bunga tunggal terletak di ketiak daun, bertangkai. Perbungaan terdiri 1
sampai 3 bunga. Panjang gagang perbungaan 2 cm sampai 4 cm. Bunga banci
dengan hiasan bunga yang jelas dapat dibedakan dalam kelopak dan mahkota
bunga, aktinomorf/zigomorf, berbilangan 4. Daun mahkota bulat telur
terbalik, panjang 1,5-2 cm, putih, segera rontok. Benang sari pada tonjolan

dasar bunga yang berbulu, putih, pipih dan lebar, seperti halnya tangkai putik
berwarna seperti mentega. Tabung kelopak berbentuk lonceng atau bentuk
corong, panjang 0,5 cm. pinggiran tidak rontok (1 cm panjangnya). Tabung
kelopak tidak atau sedikit sekali diperpanjang di atas bakal buah, tepi kelopak
sebelum mekar berlekatan menjadi bentuk cawan, kemudian membelah
menjadi 2-5 taju yang tidak sama.bulat telur, warna hijau kekuningan. Bakal
buah tenggelam, dengan 1-8 bakal biji tiap ruang.
5. Buah(fructus)
Jambu biji memiliki buah sejati tunggal artinya. Buah ini terjadi dari satu
bunga dengan setu bakal buah saja dan memiliki lebih dari satu biji. Jambu
biji termasuk dalam buah sejati tunggal yang berdaging (curnosus) dan
bentuk buahnya bulat. Jambu biji ini akrab juga dengan nama Psidium
guajava (Inggris/Belanda), Jambu klutuk, Bayawas, tetokal, Tokal (Jawa);
Jambu klutuk, Jambu Batu (Sunda), Jambu bender (Madura). (11 January
2006).
6. Kandungan Kimia
Buah, daun, dan kulit batang pohon jambu biji mengandung
tanin, sedang pada bunganya tidak banyak mengandung tanin.
Daun jambu biji juga mengandung zat lain kecuali tannin, seperti
minyak atsiri, asam ursolat, asam psidiolat, asam kratogolat, asam
oleanolat, asam guajaverin dan vitamin.

Kandungan Gizi jambu biji dalam 100 gram
Jambu biji juga mengandung tannin, yang menimbulkan rasa sepat pada
buah tetapi juga berfungsi memperlancar sistem pencernaan, sirkulasi darah,
dan berguna untuk menyerang virus.
Kandungan Jumlah Kandungan Jumlah
Energi
Vitamin A
Protein
Vitamin B1
Lemak
Vitamin B2
Karbohidrat
49,00 ka
25 SI
0,90 gr
0,05 mg
0,30 gr
0,04 mg
12,20 gr
Vitamin C
Kalsium
Niacin
Fosfor
Serat
Besi
Air
87,00 mg
14,00 mg
1,10 mg
28,00 mg
5,60 gr
1,10 mg
86 gram

Kandungan vitamin C jambu biji mencapai puncaknya
menjelang matang. Selain pemasok andal vitamin C, jambu
biji juga kaya serat, khususnya pectin (serat larut air), yang
dapat digunakan untuk bahan pembuat gel atau jeli. Manfaat
pectin lainnya adalah untuk menurunkan kolesterol yaitu
mengikat kolesterol dan asam empedu dalam tubuh dan
membantu pengeluarannya. Penelitian yang dilakukan Singh
Medical Hospital and Research center Morrabad, India
menunjukkan jambu biji dapat menurunkan kadar kolesterol
total dan trigliserida darah serta tekanan darah penderita
hipertensi essensial.
Menurut Anthony C. Dweck (2001) buah jambu biji dapat
dijadikan sebagai obat alternatif karena mengandung
berbagai zat yang Info Ristek Vol. 4 No. 3/2006 3 berfungsi
sebagai penghambat berbagai jenis penyakit, diantaranya
jenis flavonoid, minyak atsiri, dan juga terdapat saponin
berkombinasi dengan asam oleanolat., Morin-3-O- ±-L-
lyxopyranoside, dan morin-3-O-±- Larabopyranoside dan
flavonoid, guaijavarin (Gambar 1), dan querce- tin (Gambar
2).
Buah buni bundar, berbiji banyak. Termasuk buah sejati
tunggal yang berdaging. Lapisan luar tipis agak menjangat
atau kaku dan lapisan dalam yang tebal, lunak dan berair.
Biji-bijinya terdapat bebas dalam bagian yang lunak itu.
Bagian muda berambut dan berwarna hijau tua. Kalau masak
berwarna kuning, berdaging yang menyelimuti biji-biji.
Bentuk peer atau bentuk bulat terbalik, berwarna kuning,

panjang 5-8,5 cm,daging buah putih kekuningan atau merah
muda.
BAB III
PEMBAHASAN
A. PARAMETER MUTU UJI
Identifikasi simplisia
Pemerian : bau khas aromatik; rasa kelat
Pemeriksaan makroskopik
Daun tunggal, bertangkai pendek, panjang tangkai daun 0,5
sampai 1 cm helai daun berbentuk bundar telur agak menjorong
atau bulat memanjang, panjang 5 cm sampai 13 cm, lebar 3 cm
sampai 6cm pinggir daun rata agak menggulung ke atas
permukaan atas agak licin, warna hijau kelabu kelenjar minyak
tampak sebagai bintik-bintik berwarna gelap dan bila daun
direndam tampak sebagai bintk-bintik yang tembus cahaya ibu
tulang daun dan tulang cabang menonjol pada permukaan

bawah, bertulang (berpenulangan) menyirip, warna putih
kehijauan.
B. Pemeriksaan mikroskopik
Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel, pipih, terentang tangensial, bentuk
poligonal, dinding antiklinal lurus, tidak terdapat stomata. Epidermis bawah: sel
lebih kecil, pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal, dinding antiklinal lurus.
Stomata : tipe anisolitik , banyak terdapat pada permukaan bawah. rambut
penutup : terdapat pada kedua permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah,
bentuk kerucut ramping yang umumnya agak bengkok, terdiri dari 1 sel,
berdinding tebal, jernih, panjang rambut 150 µm sampai 300 µm, pangkal rambut
kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-kadang mengandung zat
berwarna kuning kecoklatan. Jaringan air : terdapat di bawah epidermis atas,
terdiri 2 sampai 3 lapis sel yang besar. Jernih dan tersusun rapat tanpa ruang antar
sel. Idioblas : terdapat di beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat berbentuk
roset yang besar dan bentuk prisma. Kelenjar minyak : rongga minyak bentuk
lisigen besar, terdapat lebih banyak di bagian bawah daripada di bagian atas.
Jaringan palisade : terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak dibawah jaringan air, 2
lapis sel yang pertama lebih besar dan mengandung lebih banyak zat hijau daun,
lapisan-lapisan berukutnya beongga lebih banyak. Serbuk warna hijau ke abu-
abuan. Fragmen pengenal banyak terdapat rambut penutup yang terlepas; hablur
kalsium oksalat; stomata tipe anomositik; mesofil dengan kelenjar lisigen.
Cara identifikasi
a. Pada 2 mg serbuk daun tambahan 5 tetes asam sulfat P ; terjadi warna coklat
tua.
b. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam sulfat 10N; terjadi warna
kuning kehijauan.
c. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes asam klorida pekat P terjadi
warna kuning kehijauan.

d. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan kalium hidroksida P 5%
b/v; terjadi warna coklat kemerahan.
e. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes amonia (25%) P; terjadi warna
kuning kehijauan.
f. Pada 2 mg serbuk daun tambahkan 5 tetes larutan besi (III) klorida P 5% b/v
; terjadi warna merah
Kemurnian
Kadar abu : tidak lebih dari 4,5%
Kadar abu yang tidak larut dalam asam : tidak lebih dari 19%
Kadar sari yang larut dalam air tidak kurang dari 18%
Kadar sari yang larut dalam etanol tidak kurang dari 2%
Bahan organik asing tidak lebih dari 2%
C. Simplisia
Simplisia dari daun dan bunga adalah bahan yang diolah
dari daun dan bunga jambu biji dan digunakan sebagai bahan
obat, melalui proses pengeringan baik dengan matahari maupun
oven dan belum mendapat pengolahan lebih lanjut. Pembuatan
simplisia dari daun dan bunga jambu biji dapat dilakukan dengan
pengeringan dengan menggunakan oven pada suhu 45oC
sehingga kadar air dapat mencapai kurang lebih 9% atau
menggunakan sinar mata hari langsung. Selama pengeringan
perlu diperhatikan factor kebersihan agar tidak bercampur
dengan kotoran dari luar. Selanjutnya simplisia tersebut

dimasukkan dalam kemasan plastic yang kedab air dan diberi
label.
Simplisia disimpan ditempat yang kering dan bersih.
Parameter dari kualitas simplisia dapat dilihat dari penampakan
fisiknya ( yaitu bentuk, warna, baud an rasa), kebersihan
( bahan organic asing, pathogen, mikrobiologi) dan kandungan
zat aktifnya.
Ekstrak kental daun jambu biji
Ekstrak kental daun jambu biji adalah ekstrak yang dibuat
dari daun Psidium guajava L., suku Myrtaceae, mengandung
flavonoid tidak kurang dari 1,40% dihitung sebagai kuersetin.
Pembuatan Ekstrak
Daun jambu biji (Psidium guajava L.) telah digunakan masyarakat
dan diproduksi oleh industri sebagai antidiare. Zat aktif yang
berperan sebagai antidiare dalam daun jambu biji adalah tanin.
Tanin merupakan senyawa fenol yang larut dalam air, etanol
atau campuran air-etanol. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh cairan penyari terhadap rendemen dan
kadar tanin dalam ekstrak pada daun jambu biji dan untuk
mengetahui cairan penyari yang paling optimal untuk pembuatan
ekstrak daun jambu biji dengan kadar tanin yang paling
maksimal. Penelitian inidilakukan dengan mengekstraksi daun
jambu biji (Psidium guajava L.) secara maserasi dengan cairan
penyari etanol 50%, 70%, 90%. Ekstrak kental yang diperoleh
kemudian dihitung rendemennya dan dianalisis kandungan
taninnya. Analisis kuantitatif tanin dilakukan dengan metode
titrasi permanganometri. Pada penelitian ini menunjukkan bahwa
secara kualitatif ekstrak etanol daun jambu biji mengandung

tanin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cairan penyari
mempengaruhi rendemen dan kadar tanin ekstrak daun jambu
biji. Rendemen ekstrak untuk masing-masing ekstrak etanol
50%, 70%, 90% adalah 22,07%; 31,87%; 25,13%. Kadar tanin
dalam ekstrak yang diperoleh dari masingmasing ekstrak etanol
50%, 70%, 90% adalah 23,37%; 14,28%; 10,96%. Cairan penyari
yang paling optimal untuk pembuatan ekstrak daun jambu biji
dengan kadar tanin paling banyak adalah etanol 50%.
Rendemen Tidak kurang dari 12,3%.
Gunakan etanol 95% P sebagai pelarut.
Identitas Ekstrak
Pemerian Ekstrak kental; coklat tua; berbau khas; rasa kelat
Senyawa identitas Kuersetin
Kadar air <83> Tidak lebih dari 10%
Abu total <81> Tidak lebih dari 0,8%
Abu tidak larut asam <82> Tidak lebih dari 0,2%
Kandungan Kimia Ekstrak
Kadar flavonoid total Tidak kurang dari 1,40% dihitung
sebagai kuersetin. Lakukan penetapan sesuai dengan Penetapan
Kadar Flavonoid Total <151>. Gunakan kuersetin sebagai
pembanding dan ukur serapan pada panjang gelombang 425 nm.
D. Secara Empiris Untuk Pengobatan
1. Obat Diare
Daun Jambu Biji banyak mengandung quercetin yang
dapat membantu sebagai anti-diare. Pemanfaatan daun
untuk pengobatan diare dapat dilakukan dengan beberapa
cara, antara lain :

a.Daun jambu segar sebanyak kurang lebih 30 g, dan
segenggam tepung beras digongseng sampai kuning.
Selanjutnya direbus dalam dua gelas air sampai mendidih
(selama 15 menit). Setelah dingin, di saring dan air
saringannya diminum. Cara ini dilakukan 2-3 kali dalam
sehari.
b. Sebanyak 30 g daun jambu segar yang telah dicuci
ditumbuk sampai lumat. Selanjutnya ditambahkan dengan
garam seujung sendok, dan setengah cangkir air panas,
lalu diaduk samapai rata. Setelah dingin, di peras dan
saring. Air saringannya diminum sekaligus. Jika penderita
masih diare, pengobatan ini diulang 2-3 kali sehari.
c.Seganggam daun jambu yang masih muda dan segar
dicuci , kemudian direbus dalam tiga gelas air sampai
tersisa separonya. Air rebusan ini digunakan untuk
menyeduh satu sendok teh daun teh hijau, dan di minum
selagi hangat. Pengobatan ini dilakukan 2-3 kali sehari
sampai sembuh.
2. Obat Perut Kembung
Tiga lembar daun jambu biji muda dan segar, lima butir
adas, dan 1/2 jari kulit batang pulosari yang dipotong kecil-
kecil, lalu cuci sampai bersih. Bahan-bahan tersebut direbus
dalam 2 cangkir air sampai tersisa satu cangkir. Setelah
dingin, disaring dan air saringannya digunakan sebagai obat.
Cara pemakaiannya, bayi umur 3 bulan 5-7 kali sehari
(masing-masing satu sendok), bayi umur enam bulan 3 kali
sehari (masing masing satu sendok makan), anak umur 3
tahun 3 kali sehari (masing-masing 2 sendok makan), dan
anak diatas 3 tahun 1 kali sehari (satu cangkir).

3. Obat Penurun Kadar Kolesterol Darah
Sebanyak 7 lembar daun jambu biji, 2 genggam daun
ceremai dan 10 lembar daun sirih (ketiganya herba
segar),dicuci sampai bersih. Bahan-bahan tersebut direbus
dalam 3 gelas air sampai tersisa separonya. Pada saat
merebud panci harus ditutup. Setelah dingin, disaring, dan air
saringannya diminum pagi dan malam hari, masing-masing ¾
gelas.
4. Obat Anyang-anyangan
Kurang lebih segenggam daun jambu segar dan tepung
beras digongseng sampai kuning. Selanjutnya direbus dalam
3 gelas air sampai air rebusannya tersisa separonya. Setelah
dingin, disaring, dan air saringannya diminum sehari 3 kali,
masing-masing aetengah gelas.
5. Luka Berdarah dan Sariawan
Daun jambu biji yang baru dipetik diambil secukupnya,
kemudian dicuci. Selanjuntnya ditempelkan pada luka, dan
dibalut dengan perban. Perban dan ramuan tersbut diganti 3
kali sehari sampai lukanya sembauh. Untuk pemakaian luar,
daun yang masih segar direbus, dan air rebusannya
digunakan untuk mencuci luka. Cara lain, giling daun segar
sampai halus, lalu bubuhkan pada luka berdarah akibat
kecelakaan dan benda tajam atau borok disekitar tulang.
6. Larutan Kumur Sakit Gigi
Untuk Sariawan diambil 1 genggam daun jambu biji dan 1 potong kulit
batang jambu biji lalu direbus bersama dengan 2 gelas air sampai mendidih.
Selanjutnya disaring untuk diambil airnya. Ramuan ini diminum 2 kali sehari.

Untuk sebagai larutan kumur mulut, ramuan ditunggu dingin lalu langsung
digunakan untuk dikumur. Untuk sakit gigi, kunyah daun jambu biji yang
sudah dicuci.
7. Demam Berdarah
Untuk demam berdarah, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik
menyebutkan bahwa pemberian ekstrak kering daun jambu biji selama 5 hari
mempercepat pencapaian jumlah trombosit >100.000/µl, pemberian ekstrak
kering setiap 4-6 jam meningkatkan jumlah trombosit >100.000/µl setelah
12-14 jam, tanpa menimbulkan efek samping yang berarti. Dengan demikian,
ekstrak daun jambu biji dapat digunakan untuk pengobatan kuratif demam
berdarah. Untuk meraciknya, di ambil daun Jambu Biji sebanyak 3-5 lembar,
di rebus dengan air sebanyak 2 gelas lalu diminum setiap 4 jam. Berdasarkan
hasil penelitian, telah berhasil diisolasikan suatu zat flavonoid dari daun
jambu biji yang dapat memperlambat penggandaan (replika) human
immunodeficiency virus (HIV) penyebab penyakit AIDS. Zat ini bekerja
dengan cara menghambat pengeluaran enzim reserved transriptase yang dapat
mengubah RNA virus menjadi DNA di dalam tubuh manusia.
Buah jambu biji atau guava merupakan salah satu buah terbaik yang
dapat dimakan sehari-hari karena buah jambu Biji sangat kaya akan Vitamin
C. Kandungan Vitamin C pada buah jambu biji sangat tinggi, yaitu 87 mg per
100 g buah Jambu Biji. Jumlah tersebut dua kali lipat dari jeruk manis (49
mg/100 g), lima kali lipat dari orange, serta delapan kali lipat dari lemon
(10,5 mg/100 g). Dibandingkan jambu air dan jambu bol, kadar vitamin C
pada jambu biji jauh lebih besar, yaitu 17 kali lipat dari jambu air (5 mg/100
g) dan empat kali lipat dari jambu bol (22 mg/100 g). Untuk mengobati
penyakit tertentu, lebih disukai buah jambu biji yang daging buahnya
berwarna merah.
E. Perkembangan Pengujian

DAUN jambu biji tua ternyata mengandung berbagai macam
komponen yang berkhasiat untuk mengatasi penyakit demam
berdarah dengue (DBD). Kelompok senyawa tanin dan flavonoid
yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun jambu
biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse trancriptase yang
berarti menghambat pertumbuhan virus berinti RNA.
Demikian hasil penelitian yang dilakukan oleh Badan
Pengawas Obat dan Makanan (POM) bekerja sama dengan
Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
(Unair) Surabaya, yang sejak 2003 meneliti ekstrak daun jambu
biji untuk pengobatan DBD. Pada tahap awal penelitian dimulai
dengan pengujian preklinik. Hasil penelitian dipaparkan oleh
Kepala Badan POM Drs Sampurno MBA di Jakarta, Rabu (10/3).
Ide penelitian berasal dari Badan POM dan mereka menunjuk Dr
Drs Suprapto Ma'at MS. apoteker dari Patologi FK Unair untuk
meneliti daun jambu biji.
Seperti diketahui, DBD merupakan penyakit yang disebabkan
oleh virus dengue dengan angka kematian dan kesakitan yang
cukup tinggi. Sampai saat ini pengobatan DBD masih bersifat
suportif, yaitu mengatasi kehilangan cairan plasma akibat
peningkatan permeabilitas pembuluh darah kapiler.
Pada tahap awal dilakukan penelitian preklinik di FK Unair
yang menggunakan hewan model mencit dengan pemberian oral
ekstrak daun jambu biji terbukti dapat menurunkan
permeabilitas pembuluh darah. Pada penelitian tersebut
dilaporkan juga bahwa ekstrak daun jambu biji terbukti dapat
meningkatkan jumlah sel hemopoetik terutama megakriosit pada
preparat dan kultur sumsum tulang mencit. Pada uji keamanan

(toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis
tidak toksik.
Hambat virus dengue Daun jambu biji memang mengandung
berbagai macam komponen. Berkaitan dengan itu telah
dilakukan uji invitro ekstrak daun jambu biji di mana ekstrak
tersebut terbukti dapat menghambat pertumbuhan virus dengue.
Kelak setelah dilakukan penelitian lebih lanjut diharapkan ekstrak
daun jambu biji dapat digunakan sebagai obat anti virus dengue.
Juga telah dilakukan uji awal berupa penelitian open label di
beberapa rumah sakit di Jawa Timur (RS Jombang dan RS
Petrokimia Gresik) pada penderita DBD dewasa dan anak-anak.
"Hasil penelitian dibagi-bagikan ke RS Jombang dalam bentuk 30
kapsul dan 30 sirup, lalu RS Petrokimia Gresik 20 kapsul dan 20
sirup. Ada yang sukarela mau mencoba," kata Suprapto.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemberian
ekstrak daun jambu biji dapat mempercepat peningkatan jumlah
trombosit tanpa disertai efek samping yang berarti, misalnya
sembelit. Penelitian open label ini masih perlu dilanjutkan
dengan uji klinik untuk membuktikan khasiat dengan evidence
based yang lebih kuat.
Pengamatan lain yang sedang dikerjakan dalam penelitian ini
adalah pengaruh pemberian ekstrak daun jambu biji terhadap
sekresi GM-CSF dan IL-11 untuk mengetahui mekanisme
kerjanya pada trombopoiesis. Juga terhadap aktivitas sistem
komplemen dan sekresi TNF-Alfa olehmonosit dalam
hubungannya dengan mekanisme penurunan permeabilitas
pembuluh darah.

Pada tahun 2004 akan dilakukan uji klinik di RSUD Dr
Soetomo Surabaya/FK Unair, yang akan dipimpin oleh Prof Dr dr
Sugeng Sugijanto DSA yang dibantu dr M Nasirudin dengan Dr
Ugrasena untuk pasien DBD anak dan Prof dr Edy Soewandojo
SpPD untuk pasien DBD dewasa.
Badan POM dalam waktu dekat juga akan melakukan kajian-
kajian intensif dengan para pakar untuk mendukung tata laksana
yang sekarang ini ada. Sampurno optimis karena daun jambu biji
bahan bakunya sangat mudah diperoleh dan proses teknologinya
sederhana.
F. Uji Farmakologi
1. Efek Anti Bakteri Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava
Lamk.) Terhadap Staphylococcus aureus Secara In
Vitro
Penelitian ini dilakukan di laboratorium mikrobiologi FKUB.
Konsentrasi ekstrak yang dipakai yaitu 1%; 1,5%; 2%; 2,5%;
dan 3%. Metode penelitian yang digunakan yaitu dilusi
tabung. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis
parametrik one way ANOVA dengan α=0,05. Hasil analisis
statistik menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan
antara perubahan konsentrasi ekstrak daun jambu biji
dengan jumlah koloni S. aureus. Uji korelasi menunjukkan
hubungan yang erat antara konsentrasi ekstrak daun jambu
biji dengan jumlah koloni S. aureus yaitu semakin tinggi dosis
ekstrak semakin kecil jumlah pertumbuhan bakteri. Kadar
Hambat Minimum (KHM) tidak ditemukan karena ekstrak
yang keruh sedangkan Konsentrasi Bunuh Minimum (KBM)
yaitu 3%. Kesimpulan pada penelitian ini yaitu daun jambu

biji mempunyai aktifitas antibakteri terhadap bakteri S.
aureus secara in vitro.
Cara kerja :
1. Disediakan 7 tabung steril, 5 tabung sebagai uji antibakteri
dan 2 tabung sebagai kontrol positif dan negatif.
2. Ekstrak daun jambu biji 5% dimasukkan ke dalam tabung
reaksi steril dengan konsentrasi:
Tabung 1 : 0 ml Tabung 4 : 0,4 ml
Tabung 2 : 0,2 ml Tabung 5 : 0,5 ml
Tabung 3 : 0,3 ml Tabung 6 : 0,6 ml
Aquades steril dimasukkan ke dalam masing-masing tabung,
yaitu:
Tabung 1 : 1 ml Tabung 4 : 0,6 ml
Tabung 2 : 0,8 ml Tabung 5 : 0,5 ml
Tabung 3 : 0,7 ml Tabung 6 : 0,4 ml
3. Menyiapkan perbenihan cair bakteri dengan konsentrasi
kuman 1 x 106 CFU/ml.
4. Perbenihan cair bakteri dimasukkan ke dalam semua tabung
konsentrasi, masing-masing sebanyak 1 ml. Sehingga
konsentrasi akhir ekstrak daun jambu biji adalah :
Tabung 1 : 0% (Kontrol positif) Tabung 4 : 2%
Tabung 2 : 1% Tabung 5 : 2,5%
Tabung 3 : 1,5% Tabung 6 : 3%
5. Tabung 7 (Kontrol negatif) hanya berisi 1ml ekstrak daun
jambu biji 100%.
6. Masing-masing tabung di-vortex hingga larutan homogen.

7. Kontrol positif (0%) digoreskan satu ose pada NAP sebagai
original inoculum (OI).
8. Semua tabung uji, tabung kontrol, dan OI diinkubasi selama
18-24 jam pada suhu 370C.
9. Pada hari kedua, semua tabung dikeluarkan dari inkubator.
KHM didapatkan dengan cara melihat kejernihan tabung.
10. Kemudian dari masing-masing tabung uji diambil satu ose
kemudian diinokulasikan pada NAP. Kemudian diinkubasi 18-24
jam pada suhu 370C.
11. Pada hari ketiga didapatkan data KBM dan dilakukan
pengamatan kuantitatif pada masing-masing konsentrasi dengan
cara menghitung jumlah koloni bakteri dengan colony counter.
KBM ditentukan dari tidak adanya jumlah koloni yang tumbuh
pada NAP atau jumlah koloninya kurang dari 0,1% jumlah koloni
di OI.
2. Uji Klinis Multisenter Sirup Ekstrak Daun Jambu Biji
Pada Penderita Demam Berdarah Dengue
Uji multisenter, acak, tersamar ganda. Bertujuan untuk
mengevaluasi peran pemberian sirup ekstrak daun jambu
biji dalam meningkatkan trombosit pada pasien Demam
Berdarah Dengue. Selama bulan Desember 2006 sampai
dengan Juni 2007 pasien rawat inap di RSU Soetomo
Surabaya. 86 subyek penelitian (anak-anak), pasien
dialokasikan secara acak ke dalam dua kelompok, yaitu
kelompok uji (mendapatkan sirup ekstrak daun jambu biji 3
kali 1 sendok teh setiap hari atau kelompok kontrol

(mendapatkan sirup plasebo 3 kali 1 sendok teh setiap hari).
Dari 86 subjek penelitian, jumlah trombosit kelompok uji
meningkat secara signifikan dibanding dengan kelompok
kontrol (p ≤ 0.01) dan banyaknya respon peningkatan
jumlah trombosit pada kelompok uji berbeda signifikan
dibanding kelompok kontrol (40 versus 23, p ≤ 0.01).
G. Uji Toksisitas
Penelitian yang pernah dilakukan oleh Soegeng Soegijanto, Bagian Ilmu
Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya pada
tahun 2004 menunjukkan bahwa, ekstrak kental daun jambu biji bisa menghambat
pertumbuhan virus dengue penyebab DBD dan meningkatkan jumlah trombosit
hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping. Pada uji keamanan
(toksisitas) ekstrak daun jambu biji termasuk zat yang praktis tidak toksik. Nilai
LD50 ekstrak etanol jambu biji yang diberikan secara intra peritoneal pada tikus
adalah 0,188 g/kg BB. LD50 ekstrak air jambu biji > 5 g/kg BB secara oral.
H. Bentuk Sediaan yang Beredar
1. StopDiar (PT. Air Mancur)
Penggunaan Jambu biji bukan hanya
digunakan buahnya sebagai makanan dan
pangan tapi daun jambu biji banyak

digunakan sebagai obat diare dan lainnya StopDiar (PT. Air
Mancur)
Khasiat :
Tablet obat diare herbal yang telah diuji klinis oleh Bagian
Farmakologi dan Toksikologi Universitas Gajah Mada untuk
menyembuhkan diare.
Komposisi :
- Daun jambu biji
- Kunyit
- Daun poncosudo
- Daun kecubung gunung
Petunjuk pemakaian :
- Dewasa : 3 X sehari 2 tablet bila perlu 4 X sehari 2 tablet
- Anak-anak : 3 X sehari 1 tablet bila perlu 4 X sehari 1 tablet
2. Jambu Biji (PT. Industri Jamu Borobudur)
PT. Industri Jamu Borobudur
merupakan salah satu perusahaan
Indonesia yang memproduksi obat-
obatan herbal. Perusahaan ini sejak
tahun 1979 sudah mulai
memproduksi obat herbal siap
pakai. Dalam proses produksi PT Jamu Borobudur menggunakan
teknologi dengan standarisasi yang benar, juga dikontrol oleh
tenaga terlatih. Produk yang dihasilkan berkualitas, higienis serta
aman untuk dikonsumsi. Perusahaan ini juga telah memperoleh

sertifikasi ISO 9001, sesuai dengan persyaratan GMP (Good
Manufacturing Practices) atau CPOTB (Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik). Borobudur Extraction Center
menggunakan teknologi moderen buatan Jerman dengan standar
Eropa dalam memproses ekstrak kental dan ekstrak kering.
Khasiat :
Astringent, peluruh haid, dan sariawan.
Komposisi :
Ekstrak Psidii guajava L.
Mekanisme Kerja :
Tanin dan flavonoid yang dinyatakan sebagai quersetin dalam ekstrak daun
jambu biji dapat menghambat aktivitas enzim reverse transkriptase, yang berarti
khasiat untuk mengatasi penyakit demam dengan menghambat pertumbuhan virus
berinti RNA. Bahan itu juga disebutkan mampu meningkatkan jumlah trombosit
hingga 100 ribu milimeter per kubik tanpa efek samping.
Quersetin dan glikosida quersetin yang dapat menghambat kontraksi spontan
ileum dan sekresi asetilkolin lambung penyebab diare, sehingga diare dapat
teratasi dengan cepat.
Tanin bersifat sebagai astringent, yaitu melapisi mukosa usus, khususnya usus
besar. Serta sebagai penyerap racun dan dapat menggumpalkan protein.
3. Nodiar (PT. Kimia Farma)
Komposisi :
Attapulgite 300 mg
Psidii folium ekstrak 50 mg

Curcumae domesticae rhizoma 7.5 mg
Indikasi : Diare yang tidak spesifik
Petunjuk pemakaian :
Dewasa dan Anak-anak (12 tahun lebih) : Satu kali minum 2 tablet, maksimum 12
tablet dalam waktu 24 jam
Anak-anak (6-12 tahun) : Satu kali minum 1 tablet, maksimum 6 tablet dalam
waktu 24 jam
4. Diapet (PT. SOHO Industri Farmasi)
Komposisi :
Psidii folium 24%
Curcumae domesticae Rhizoma 20%
Coicis Semen (biji jali) 41%
Chebulae Fructus 8%Indikasi : Diare yang tidak spesifik
Petunjuk pemakaian : Dewasa & anak sehari 2 x @ 2 kapsul
Penderita akut 2 x @ 2 kapsul per 1 jam
BAB IV
KESIMPULAN
Telah terbukti secara empiris jambu biji digunakan sebagai bahan obat alam
yang berkhasiat sebagai anti diare, penambah trombosit darah pada pasien
penderita DBD atau terapi suportif, dll. Hal ini disebabkan karena jambu biji
mudah ditemukan di Indonesia dan harganya relatif terjangkau oleh masyarakat.
Bukan hanya buahnya, ekstrak atau rebusan daun jambu biji pun terbukti mampu
menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli pada konsentrasi 50%,
Shigella dysenteriae pada konsentrasi 30%, Shigella flexineri pada konsentrasi

40%, dan Salmonella typhi pada konsentrasi 40%. Komponen aktif dalam daun
jambu biji yang diduga memberikan khasiat itu adalah zat tanin yang cukup
tinggi. Selain itu, daunnya mengandung fenolik fitokimia yang jumlahnya
berlebihan yang dapat menghambat peroksidasi dalam tubuh yang diharapkan
mampu mencegah bermacam-macam penyakit kronis sekalipun.
DAFTAR PUSTAKA
1. http://2117site.blogspot.com/2012/05/psidii-folium-daun-jambu-biji.html
2. http://www.pustakasekolah.com/morfologi-jambu-biji.html
3. http://www.itb.ac.id/focus/focus_file/orasi-ilmiah-dies-45.pdf
4. http://fh4djh4r.files.wordpress.com/2011/03/daun-jambu-biji.pdf
5. http://old.fk.ub.ac.id/artikel/id/filedownload/kedokteran/jeffi%20wahyu
%20e%20_0710710044_.pdf