bab i-vi fix

96
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membahas mengenai tujuan keempat dari MDGs yaitu menurunkan angka kematian anak dimana Angka kematian Balita (AKBA) dilaporkan menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000 kelahiran hidup pada tahun 2000. Rata-rata penurunan AKBA pada tahun 1990-an adalah 7% per tahun. Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu 65/1000 kelahiran hidup. (Hidayah, 2013) Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan secara optimal oleh masyarakat, termasuk posyandu. Jumlah Posyandu di Indonesia pada tahun 1997 sebanyak 240.000 buah, sementara jumlah ibu dan balita yang

Upload: dian-puspita-reni

Post on 10-Dec-2015

24 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pekerjaan merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan merupakan suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseorang, dan sering dianggap sinonim dari profesi. Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskritif analitik dengan rancangan Cross Sectional. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal ............... Agustus 2015. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang membawa Balitanya ke Posyandu Kenanga I di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh yang memenuhi syarat inklusi dan ekslusi dengan teknik purposive sampling. Jumlah sampel yang didapatkan adalah 32 responden. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan lembar isian. Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji statistik Chi Square (X2).Hasil penelitian yang didapat adalah mayoritas ibu memiliki pekerjaan atau bekerja sehingga kunjungan balita ke posyandu menjadi tidak teratur. Hasil uji statistik menunjukkan bahwa nilai Xhitung 6,432 lebih besar dibandingkan dengan nilai Xtabel 3,481(Xhitung 6,432 > Xtabel 3, 481). Hasil uji statistik didapatkan P Value = 0,011, dimana Sig Kesimpulan yang didapat yaitu ada hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015. Berdasarkan hasil penelitian responden banyak yang bekerja sehingga kunjungan balita ke posyandu tidak teratur. Kata Kunci : Pekerjaan, Kunjungan, Posyandu, BalitaDaftar Bacaan : 39 (2005-2013)

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Membahas mengenai tujuan keempat dari MDGs yaitu menurunkan

angka kematian anak dimana Angka kematian Balita (AKBA) dilaporkan

menurun dari 97/1000 kelahiran hidup pada tahun 1989 menjadi 46/1000

kelahiran hidup pada tahun 2000. Rata-rata penurunan AKBA pada tahun

1990-an adalah 7% per tahun. Penting untuk dicatat bahwa pada tahun 2000

Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for

Children (WSC) yaitu 65/1000 kelahiran hidup. (Hidayah, 2013)

Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Salah satu

penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya sarana pelayanan kesehatan

secara optimal oleh masyarakat, termasuk posyandu. Jumlah Posyandu di

Indonesia pada tahun 1997 sebanyak 240.000 buah, sementara jumlah ibu dan

balita yang rutin mengikuti pemantauan dan promosi pertumbuhan mencapai

60-80%. Setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, jumlah tersebut

menurun menjadi 30-50% (Kristiani, 2006).

Pembangunan dibidang kesehatan mempunyai arti yang penting dalam

kehidupan Nasional, khususnya didalam memelihara dan meningkatkan

kesehatan. Untuk mencapai keberhasilan tersebut erat kaitannya dengan

pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal dasar

pembangunan nasional. Pengembangan sumberdaya manusia merupakan suatu

2

upaya yang besar, sehingga tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa

adanya keterlibatan masyarakat. Menurut Depkes RI salah satu bentuk upaya

pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan adalah menumbuh kembangkan

Posyandu.

Posyandu merupakan wadah titik temu antara pelayanan professional

dari petugas kesehatan dan peran serta masyarakat dalam menanggulangi

masalah kesehatan masyarakat terutama dalam upaya penurunan Angka

Kematian Bayi dan Angka Kelahiran Sosial. Dalam upaya menurunkan angka

kematian bayi dan anak balita, angka kelahiran agar terwujud keluarga kecil

bahagia dan sejahtera, pelaksanaannya tidak saja melalui program-program

kesehatan, melainkan berhubungan erat dengan program KB. Upaya

menggerakkan masyarakat dalam keterpaduan ini digunakan pendekatan

melalui pembangunan kesehatan masyarakat desa yang pelaksanaannya secara

operasional dibentuklah Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) (Muhyasir,

2011).

Salah satu upaya untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian anak

balita adalah dengan melakukan pemeliharaan kesehatannya. Pemeliharaan

kesehatan anak balita dititik beratkan kepada upaya pencegahan dan

peningkatan kesehatan serta pengobatan dan rehabilitasi yang dapat dilakukan

di puskesmas, puskesmas pembantu, polindes, dan terutama di posyandu,

karena posyandu merupakan tempat yang paling cocok untuk memberikan

pelayanan kesehatan pada balita secara menyeluruh dan terpadu (Hasanbasri,

2007).

3

Kunjungan balita di posyandu berkaitan dengan peran ibu sebagai

responden yang paling bertanggungjawab terhadap kesehatan balitanya,

karena balita sangat bergantung dengan ibunya. Kunjungan ibu dengan

membawa balita ke posyandu karena adanya motif tertentu misalnya agar

anaknya mendapatkan pelayanan kesehatan yang maksimal. Untuk itu,

motivasi ibu dalam pemanfaatan posyandu balita mempunyai andil yang besar

dalam meningkatkan kesehatan balitanya (Kristiani, 2006).

Menurut Sri Poerdji (2002) faktor-faktor yang berhubungan dengan

kunjungan balita ke posyandu antara lain umur balita menurut Sri Poerdji

menyatakan bahwa umur 12 hingga 35 bulan merupakan umur yang paling

berpengaruh terhadap kunjungan karena pada umur ini merupakan

pertumbuhan dasar yang akan mempengaruhi dan menentukan perkembangan

anak selanjutnya. Jumlah anak yang banyak juga mempengaruhi kunjungan

balita ke Posyandu dalam kaitannya dengan kehadirannya di posyandu

seresponden ibu akan sulit mengatur waktu untuk hadir di posyandu karena

waktunya akan habis untuk memberi perhatian dan kasih sayang dalam

mengurus anak-anaknya di rumah, pekerjaan ibu dimana ibu balita yang

mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi kesempatan untuk

menimbangkan anaknya ke posyandu, ibu yang bekerja akan sibuk dan sedikit

memiliki waktu untuk berkunjung ke posyandu. Selanjutnya ialah jarak tempat

tinggal kebanyakan ibu balita tidak datang ke posyandu disebabkan karena

rumah balita tersebut jauh dengan posyandu sehingga ibu balita tersebut tidak

datang untuk mengikuti kegiatan dalam posyandu.

4

Cakupan indikator pelayanan kesehatan anak balita pada tahun 2013

sebesar 70,12% dan itu berarti belum memenuhi target Renstra pada tahun

2013 yang sebesar 83%. Capaian indikator ini juga mengalami penurunan

dibandingkan tahun 2012 yang sebesar 73,52% (Profil Kesehatan Indonesia,

2013). Cakupan pelayanan anak balita Provinsi Kalimantan Timur dimana

balita mendapatkan pelayanan kesehatan minimal 8 kali dalam 12 bulan

mencapai 261.189 (66,8 %) di tahun 2012. Untuk wilayah Kutai Kartanegara

mencapai 46.461 (82,5 %) (Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur,

2012).

Prevalensi balita yang mengalami gizi buruk di Indonesia tahun 2013

sebanyak 5,7%, sebanyak 3,9 % di Kalimantan Timur dan Kutai Kartanegara

sebayak 3,9% (Profil Kesehatan Kalimantan Timur, 2013).

Dari Puskesmas Loa Ipuh didapatkan hasil data yang diperoleh dari

bulan Januari sampai Desember 2014 dimana jumlah kunjungan Balita

sebanyak 18,18%. Cakupan kunjungan Balita di Posyandu Kenanga I

sebanyak 130 sebanyak 11,73%, Posyandu Kenanga II sebanyak 11,59%

kunjungan, Posyandu Kenanga III sebanyak 41,38%, Posyandu Kenanga IV

sebanyak 26,15%, Posyandu Kenanga V sebanyak 32,39%, Posyandu

Kenanga VI sebanyak 27,01% dan Posyandu Kenanga VII sebanyak 11,14%

(Puskesmas Loa Ipuh, 2014).

Dari studi pendahuluan yang di lakukan di Posyandu Kenanga I

tentang pekerjaan ibu yang menyebabkan kurang aktifnya kunjungan balita ke

posyandu. Berdasarkan wawancara yang di lakukan pada 10 responden ibu

5

yang memiliki anak usia12 bulan-59 bulan, 6 diantaranya bekerja dan kurang

aktif dalam melakukan kunjungan ke Posyandu. Sedangkan 4 responden

lainnya tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yang aktif dalam

melakukan kunjungan posyandu. Selain faktor pokok diatas terdapat pula

keluhan masyarakat dimana fasilitas yang dimiliki posyandu sangatlah minim

serta kurangnya sosialisasi dari kader mengenai jadwal pelaksanaan posyandu

menyebabkan ibu kurang aktif dalam melakukan kunjungan ulang.

Berdasarkan latar belakang inilah maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian mengenai hubungan pekerjaan ibu dengan tingkat

kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa

Ipuh Tahun 2015.

B. Rumusan Masalah

“Apakah ada hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke

Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015?”.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke

Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui gambaran pekerjaan ibu di Posyandu Kenanga I Di

Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015

6

b. Untuk mengetahui gambaran kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga I

Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015.

c. Untuk mengetahui hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita

Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun

2015.

D. Manfaat Penelitian

Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna dan bermanfaat bagi :

1. Bagi Penulis

Penelitian ini untuk menambah pengetahuan dan pemahaman penulis

mengenai hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita Ke Posyandu

Kenanga I. Pentingnya kunjungan balita ke posyandu sesuai dengan

jadwal yang telah ditentukan guna untuk mendeteksi tumbuh kembang

balita sesuai dengan usia dan ilmu pengetahuan yang ada serta dapat

mengimplementasiakan langsung pada lahan praktik.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan

pembelajaran khusus untuk dapat menambah wawasan dan referensi

Perpustakaan dan sebagai bahan acuan penelitian yang akan datang.

3. Bagi Posyandu Balita dan Puskesmas

Dengan penelitian ini kader posyandu dapat lebih menyesuaikan

waktu kunjungan balita ke posyandu dengan waktu pekerjaan responden

tua balita dan juga posyandu akan lebih meningkatkan fasilitas posyandu

7

agar kunjungan ibu dan balita semakin meningkat. Dapat dijadikan sebagai

bahan masukan dan pertimbangan bagi petugas kesehatan di Puskesmas

dan Kader di Posyandu Balita

4. Bagi Responden

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

pengetahuan khususnya bagi para ibu untuk membawa balitanya

berkunjung ke Posyandu Balita terdekat secara rutin untuk pemeriksaan

kesehatannya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini ingin meneliti tentang hubungan pekerjaan ibu dengan

kunjungan balita ke Posyandu Balita. Penelitian ini bersifat deskriptif analitik

dengan subyek yang digunakan adalah seluruh ibu yang membawa balitanya

ke Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015.

F. Anggapan Dasar

Dalam hal ini peneliti harus dapat memberikan asumsi sederetan asumsi

dan pendapatnya yang kuat tentang kedudukan permasalahannya. Asumsi

yang harus diberikan tersebut diberi nama asumsi dasar atau anggapan dasar

(Arikunto, 2010).

Dari penelitian yang berjudul “Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan

Kunjungan Balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa

Ipuh Tahun 2015“, penelitian ini mempunyai anggapan dasar bahwa ibu yang

8

bekerja di luar rumah memiliki waktu yang sedikit untuk berpartisipasi dalam

posyandu atau bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk ikut

berpartisipasi di posyandu sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan

mempunyai waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu

untuk membawa anaknya ke posyandu.

9

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pekerjaan

1. Definisi

Pekerjaan adalah sesuatu yang dilakukan oleh manusia untuk tujuan

tertentu yang dilakukan dengan cara yang baik dan benar. Manusia perlu

bekerja untuk mempertahankan hidupnya. Dengan bekerja seseresponden

akan mendapatkan uang. Uang yang diperoleh dari hasil bekerja tersebut

digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Oleh sebab itu, uang

tersebut harus berasal dari hasil kerja yang halal. Bekerja yang halal

adalah bekerja dengan cara-cara yang baik dan benar (Huki, 2013).

Menurut Wikipedia (2009) dalam Heny (2012) “Pekerjaan

merupakan aktifitas utama yang dilakukan oleh manusia dan merupakan

suatu tugas atau kerja yang menghasilkan uang bagi seseresponden, dan

sering dianggap sinonim dari profesi”.

Menurut Puspa (2009), bekerja adalah aktifitas dasar yang

menyangkut kebutuhan dasar manusia untuk mendapatkan nafkah

kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Pengertian dan pemahaman

masyarakat tentang pekerjaan cendrung menunjukkan pada jenis

pekerjaan dilapangan kerja formal, mereka yang dianggap bekerja hanya

sebatas pada pegawai atau karyawan yang mempunyai kantor, setiap hari

berangkat kerja, dan menerima gaji pada akhir bulan. Dalam arti

10

sesungguhnya lapangan kerja informal kenyataan banyak menampung dan

menyerap tenaga kerja justru kurang mendapat perhatian dari para pencari

kerja. Lapangan kerja informal biasanya dijadikan pilihan terakhir setelah

mereka gagal memasuki lapangan kerja formal. Lapangan kerja dapat

dibedakan menjadi lapangan kerja formal dan informal.

Lapangan kerja formal adalah lapangan kerja yang keberadaannya

diatur dan dilindungan oleh peraturan ketenagakerjaan, misalnya Pegawai

Negeri Sipil (PNS), ABRI, karyawan perusahaan swasta dan Badan Usaha

Milik Negara (BUMN). Sementara lapangan kerja informal adalah

lapangan kerja yang keberadaannya atas usaha sendiri dan upah tidak

terjangkau oleh oleh peraturan ketenagakerjaan, termasuk di dalamnya

usaha mandiri, pedagang, peternak, petani, nelayan, tukang

kayu/bangunan, tukang jahit, jasa profesi mandiri, dan lain sebagainya.

Jenis pekerjaan ada bermacam-macam. Ada pekerjaan

menghasilkan barang dan ada pula pekerjaan yang menyediakan jasa.

Pekerjaan menghasilkan barang dapat dilihat hasilnya. Adapun pekerjaan

memberikan jasa hanya dapat dirasakan manfaat dari layanannya (Huki,

2013).

2. Jenis-jenis Pekerjaan (Huki, 2013)

a. Bekerja

1) Petani

Petani adalah responden yang bekerja di bidang pertanian.

Selain di sawah, usaha pertanian juga dapat dilakukan di ladang

11

atau di pegunungan. Hasil yang diperoleh dari lahan perladangan

berupa tanaman palawija, seperti kacang-kacangan, jagung, dan

ubi. Hasil yang diperoleh dari daerah pegunungan di antaranya

adalah sayuran dan buah-buahan.

2) Wiraswasta

Suatu usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseresponden atau organisasi untuk memberikan nilai tambah

terhadap esuatu produk sehingga memberi kepuasan lebih kepada

pelanggan. Pekerjaan ini merupakan pekerjaan yang ringan dimana

seresponden ibu masih memiliki waktu untuk melakukan

kunjungan balita ke posyandu.

3) Nelayan

Nelayan bekerja mencari ikan di laut. Ikan hasil tangkapan

mereka kemudian dibawa ke tempat pelelangan ikan atau untuk

dikonsumsi sendiri.

4) Peternak

Responden yang pekerjaannya beternak disebut peternak.

Kegiatan beternak merupakan kegiatan memelihara dan

mengembang biakkan hewan ternak.

5) Guru

Guru adalah responden yang pekerjaannya mengajar, mendidik,

dan membimbing siswa dalam belajar di sekolah. Guru juga

12

dikenal sebagai pahlawan tanpa tanda jasa. Oleh karena itu, kita

harus menghormati dan menyayangi guru kita.

6) Dokter

Dokter bekerja di bidang kesehatan. Pekerjaan sebagai dokter

adalah mengabdi untuk kepentingan kemanusiaan.

b. Tidak Bekerja

1) Ibu Rumah Tangga

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, ibu rumah tangga

dapat diartikan sebagai seresponden wanita yang mengatur

penyelenggaraan berbagai macam pekerjaan rumah tangga , atau

ibu rumah tangga merupakan seresponden istri (ibu) yang hanya

mengurusi berbagai pekerjaan dalam rumah tangga (tidak bekerja

di kantor).

Jadi, ibu rumah tangga merupakan istilah yang digunakan

untuk menggambarkan seresponden wanita yang telah menikah

serta menjalankan pekerjaan rumah keluarga merawat anak-

anaknya, memasak, membersihkan rumah dan tidak bekerja di luar

rumah. Seresponden ibu rumahtangga sebagai wanita menikah

yang bertanggung jawab atas rumah tangganya.

3. Manfaat Pekerjaan (UCC UGM, 2013)

Pekerjaan terkadang menjadi salah satu momok penyebab stres.

Namun memiliki pekerjaan juga merupakan sebuah anugerah karena kita

bisa menikmati gaji setiap bulannya. Selain itu bekerja memiliki dampak

13

positif bagi kehidupan. Berikut 5 alasan mengapa bekerja memiliki

peranan penting bagi kehidupan seperti yang dilansir dari kompas.com :

a. Memiliki pendapatan tetap menghindarkan Anda dari berbagai

gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kemiskinan, misalnya

kurang gizi, penyakit kronik, stres, dan lain sebagainya.

b. Punya akses pada jaminan kesehatan. Memiliki jaminan kesehatan

menjadi salah satu indikator kesehatan. Beberapa perusahaan juga

memberi fasilitas penggantian keanggotaan klub kebugaran atau

konseling penurunan berat badan.

c. Banyak teman. Penelitian menunjukkan, responden yang punya

hubungan baik dengan koleganya cenderung berumur panjang.

d. Bekerja memberikan tujuan hidup. Pekerjaan memang bukan

segalanya, namun bisa membuat kita merasa berharga.

e. Penelitian menunjukkan, responden yang baru sembuh dari sakit dan

kembali bekerja cenderung pulih lebih cepat dibanding dengan

responden yang tak punya pekerjaan.

B. Balita

1. Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu

tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun

(Muaris, 2006).

14

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY, (2010), Balita adalah

istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5

tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada responden

tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan

makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik.

Namun kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh

kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi

penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode

selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang

berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering

disebut golden age atau masa keemasan.

2. Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak

usia 1 – 3 tahun (batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia

1-3 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan

dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan masa batita lebih

besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan

yang relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan

jumlah makanan yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil

dari anak yang usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang

diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

15

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah

dapat memilih makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul

dengan lingkungannya atau bersekolah playgroup sehingga anak

mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada masa ini anak akan

mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan

“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung

mengalami penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan

pemilihan maupun penolakan terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa

anak perempuan relative lebih banyak mengalami gangguan status gizi bila

dibandingkan dengan anak laki-laki (Arisman, 2007).

3. Tumbuh Kembang Balita

Secara umum tumbuh kembang setiap anak berbeda-beda, namun

prosesnya senantiasa melalui tiga pola yang sama, yakni: (Romauli,. 2005)

a. Pertumbuhan dimulai dari tubuh bagian atas menuju bagian bawah

(sefalokaudal). Pertumbuhannya dimulai dari kepala hingga ke ujung

kaki, anak akan berusaha menegakkan tubuhnya, lalu dilanjutkan

belajar menggunakan kakinya.

b. Perkembangan dimulai dari batang tubuh ke arah luar. Contohnya

adalah anak akan lebih dulu menguasai penggunaan telapak tangan

untuk menggenggam, sebelum ia mampu meraih benda dengan

jemarinya.

16

c. Setelah dua pola di atas dikuasai, barulah anak belajar mengeksplorasi

keterampilan-keterampilan lain. Seperti melempar, menendang, berlari

dan lain-lain.

Pertumbuhan pada bayi dan balita merupakan gejala kuantitatif. Pada

konteks ini, berlangsung perubahan ukuran dan jumlah sel, serta jaringan

intraseluler pada tubuh anak. Dengan kata lain, berlangsung proses

multiplikasi organ tubuh anak, disertai penambahan ukuran-ukuran

tubuhnya. Hal ini ditandai oleh:

a. Meningkatnya berat badan dan tinggi badan.

b. Bertambahnya ukuran lingkar kepala.

c. Muncul dan bertambahnya gigi dan geraham.

d. Menguatnya tulang dan membesarnya otot-otot.

e. Bertambahnya organ-organ tubuh lainnya, seperti rambut, kuku, dan

sebagainya.

Penambahan ukuran-ukuran tubuh ini tentu tidak harus drastis.

Sebaliknya, berlangsung perlahan, bertahap, dan terpola secara

proporsional pada tiap bulannya. Ketika didapati penambahan ukuran

tubuhnya, artinya proses pertumbuhannya berlangsung baik. Sebaliknya

jika yang terlihat gejala penurunan ukuran, itu sinyal terjadinya gangguan

atau hambatan proses pertumbuhan.

Cara mudah mengetahui baik tidaknya pertumbuhan bayi dan balita

adalah dengan mengamati grafik pertambahan berat dan tinggi badan yang

terdapat pada Kartu Menuju Sehat (KMS). Dengan bertambahnya usia

17

anak, harusnya bertambah pula berat dan tinggi badannya. Cara lainnya

yaitu dengan pemantauan status gizi. Pemantauan status gizi pada bayi dan

balita telah dibuatkan standarisasinya oleh Harvard University dan

Wolanski. Penggunaan standar tersebut di Indonesia telah dimodifikasi

agar sesuai untuk kasus anak Indonesia.

Perkembangan pada masa balita merupakan gejala kualitatif, artinya

pada diri balita berlangsung proses peningkatan dan pematangan

(maturasi) kemampuan personal dan kemampuan sosial.

a. Kemampuan personal ditandai pendayagunaan segenap fungsi alat-alat

pengindraan dan sistem organ tubuh lain yang dimilikinya.

Kemampuan fungsi pengindraan meliputi ;

1) Penglihatan, misalnya melihat, melirik, menonton, membaca dan

lain-lain.

2) Pendengaran, misalnya reaksi mendengarkan bunyi, menyimak

pembicaraan dan lain-lain.

3) Penciuman, misalnya mencium dan membau sesuatu.

4) Peraba, misalnya reaksi saat menyentuh atau disentuh, meraba

benda, dan lain-lain.

5) Pengecap, misalnya menghisap ASI, mengetahui rasa makanan dan

minuman.

Pada sistem tubuh lainnya di antaranya meliputi :

1) Tangan, misalnya menggenggam, mengangkat, melempar,

mencoret-coret, menulis dan lain-lain.

18

2) Kaki, misalnya menendang, berdiri, berjalan, berlari dan lain-lain.

3) Gigi, misalnya menggigit, mengunyah dan lain-lain.

4) Mulut, misalnya mengoceh, melafal, teriak, bicara,menyannyi dan

lain-lain.

5) Emosi, misalnya menangis, senyum, tertawa, gembira, bahagia,

percaya diri, empati, rasa iba dan lain-lain.

6) Kognisi, misalnya mengenal objek, mengingat, memahami,

mengerti, membandingkan dan lain-lain.

7) Kreativitas, misalnya kemampuan imajinasi dalam membuat,

merangkai, menciptakan objek dan lain-lain.

b. Kemampuan Sosial

Kemampuan sosial (sosialisasi), sebenarnya efek dari kemampuan

personal yang makin meningkat. Dari situ lalu dihadapkan dengan

beragam aspek lingkungan sekitar, yang membuatnya secara sadar

berinterkasi dengan lingkungan itu. Sebagai contoh pada anak yang

telah berusia satu tahun dan mampu berjalan, dia akan senang jika

diajak bermain dengan anak-anak lainnya, meskipun ia belum pandai

dalam berbicara, ia akan merasa senang berkumpul dengan anak-anak

tersebut. Dari sinilah dunia sosialisasi pada ligkungan yang lebih luas

sedang dipupuk, dengan berusaha mengenal teman-temanya itu.

4. Kebutuhan Utama Proses Tumbuh Kembang

Dalam proses tumbuh kembang, anak memiliki kebutuhan yang

harus terpenuhi, kebutuhan tersebut yakni ; a. Kebutuhan akan gizi (asuh);

19

b. Kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih); dan c. Kebutuhan stimulasi

dini (asah) (Kusniati, 2009).

a. Pemenuhan kebutuhan gizi (asuh).

Usia balita adalah periode penting dalam proses tubuh kembang

anak yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia ini,

perkembangan kemampuan berbahasa, berkreativitas, kesadaran social,

emosional dan inteligensi anak berjalan sangat cepat. Pemenuhan

kebutuhan gizi dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan

biologis balita perlu diberikan secara tepat dan berimbang. Tepat

berarti makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi yang sesuai

kebutuhannya, berdasarkan tingkat usia. Berimbang berarti komposisi

zat-zat gizinya menunjang proses tumbuh kembang sesuai usianya.

Dengan terpenuhinya kebutuhan gizi secara baik, perkembangan

otaknya akan berlangsung optimal. Keterampilan fisiknya pun akan

berkembang sebagai dampak perkembangan bagian otak yang

mengatur sistem sensorik dan motoriknya.

Pemenuhan kebutuhan fisik atau biologis yang baik, akan

berdampak pada sistem imunitas tubuhnya sehingga daya tahan

tubuhnya akan terjaga dengan baik dan tidak mudah terserang

penyakit.

20

b. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang (asih).

Kebutuhan ini meliputi upaya responden tua mengekspresikan

perhatian dan kasih sayang, serta perlindungan yang aman dan nyaman

kepada si anak. Responden tua perlu menghargai segala keunikan dan

potensi yang ada pada anak. Pemenuhan yang tepat atas kebutuhan

emosi atau kasih sayang akan menjadikan anak tumbuh cerdas secara

emosi, terutama dalam kemampuannya membina hubungan yang

hangat dengan responden lain. Responden tua harus menempatkan diri

sebagai teladan yang baik bagi anak-anaknya. Melalui keteladanan

tersebut anak lebih mudah meniru unsur-unsur positif, jauhi kebiasaan

memberi hukuman pada anak sepanjang hal tersebut dapat diarahkan

melalui metode pendekatan berlandaskan kasih sayang.

c. Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini (asah).

Stimulasi dini merupakan kegiatan respondentua memberikan

rangsangan tertentu pada anak sedini mungkin. Bahkan hal ini

dianjurkan ketika anak masih dalam kandungan dengan tujuan agar

tumbuh kembang anak dapat berjalan dengan optimal.

Stimulasi dini meliputi kegiatan merangsang melalui sentuhan-

sentuhan lembut secara bervariasi dan berkelanjutan, kegiatan

mengajari anak berkomunikasi, mengenal objek warna, mengenal

huruf dan angka. Selain itu, stimulasi dini dapat mendorong

munculnya pikiran dan emosi positif, kemandirian, kreativitas dan

lain-lain.

21

Pemenuhan kebutuhan stimulasi dini secara baik dan benar dapat

merangsang kecerdasan majemuk (multiple intelligences) anak.

Kecerdasan majemuk ini meliputi, kecerdasan linguistic, kecerdasan

logis-matematis, kecerdasan spasial, kecerdasan kinestetik, kecerdasan

musical, kecerdasan intrapribadi (intrapersonal), kecerdasan

interpersonal, dan kecerdasan naturalis.

C. Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan forum komunikasi, alih tehnologi dan

pelayanan kesehatan masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,

yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya

manusia sejak dini (Effendy, 1998).

Posyandu adalah pusat pelayanan kesehatan keluarga dan Keluarga

Berencana yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat

dengan dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian

Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS).

2. Tujuan Penyelenggaraan Posyandu

a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak

b. Meningkatkan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR

c. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(Indeks Maternal Rate) atau angka kematian ibu.

22

d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan

kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang

peningkatan kemampuan hidup sehat

e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat

dalam usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada

penduduk berdasarkan letak geografi.

f. Meningkatkan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka

alih teknologi untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.

3. Sasaran dalam pelayanan kesehatan di posyandu

a. Bayi berusia kurang dari 1 tahun

b. Anak balita usia 1 sampai 5 tahun

c. Ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas

d. Wanita Usia Subur (WUS)

4. Macam Kegiatan

a. Lima kegiatan posyandu (Panca Krida Posyandu

1. Kesehatan Ibu dan Anak

2. Keluarga Berencana

3. Imunisasi

4. Peningkatan gizi

5. Penanggulangan diare

b. Tujuh kegiatan posyandu (Sapta Krida Posyandu)

1. Kesehatan Ibu dan Anak

2. Keluarga Berencana

23

3. Imunisasi

4. Peningkatan gizi

5. Penanggulangan diare

6. Sanitasi dasar

7. Penyediaan obat esensial

5. Pelayanan kesehatan yang dijalankan

a. Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita

b. Penimbangan bulanan

c. Pemberian tambahan makanan bagi yang berat badannya kurang

d. Imunisasi bayi 3-14 bulan

e. Pemberian oralit untuk menanggulangi diare

f. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

g. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia

subur

h. Pemeriksaan kesehatan umum

i. Pemeriksaan kehamilan dan nifas

j. Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil

penambah darah

k. Imunisasi TT untuk ibu hamil

l. Penyuluhan kesehatan dan KB

m. Pemberian alat kontrasepsi KB

n. Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare

o. Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama

24

p. Pertolongan pertama pada kecelakaan

6. Sistem lima meja

a. Meja I

1) Pendaftaran

2) Pencatatan bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan pasangan usia

subur

b. Meja II

1) Penimbangan balita, ibu hamil

c. Meja III

1) Pengisian Kartu Menuju Sehat (KMS)

d. Meja IV

1) Diketahui berat badan anak yang naik/tidak naik, ibu hamil dengan

resiko tinggi, Pasangan Usia Subur yang belum mengikuti KB

2) Penyuluhan kesehatan

3) Pelayanan TMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil ulangan,

kondom

e. Meja V

1) Pemberian imunisasi

2) Pemeriksaan kehamilan

3) Pemeriksaan kesehatan dan pengobatan

4) Pelayanan kontrasepsi IUD, suntikan

25

Untuk meja I sampai IV dilaksanakan oleh kader kesehatan dan

untuk meja V dilaksanakan oleh petugas kesehatan diantaranya :

dokter, bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Effendy,

1998).

7. Kunjungan Balita Ke Posyandu

Menurut Zulkifli (2003) didalam Megawati (2011) kunjungan

adalah hal atau perbuatan berkunjung ke suatu tempat. Kunjungan

posyandu adalah datangnya masyarakat ke suatu tempat (posyandu) guna

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan fungsinya adalah untuk mengetahui perkembangan kesehatan

dan mendeteksi secara dini penyakit atau kelainan yang dimiliki

seseresponden, mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit dan cara

penanggulangannya, pemeriksaan kesehatan serta pengobatan suatu

penyakit. Kunjungan balita ke posyandu adalah datangnya balita ke

posyandu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya

penimbangan, imunisasi, penyuluhan gizi, dan lain sebagainya. Kunjungan

balita ke posyandu yang paling baik adalah teratur setiap bulan atau 12

kali pertahun. Untuk ini kunjungan balita diberi batasan 8 kali pertahun.

Pengertian teratur menurut Kamus Besah Bahasa Indonesia (2013)

adalah sudah diatur baik-baik atau berturut-turut dengan tetap. Maka

kunjungan balita teratur adalah datangnya masyarakat ke suatu tempat

(posyandu) guna mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal

26

yang telah ditentukan atau sudah diatur dengan baik ataupun berturut-turut

dengan tetap.

Posyandu yang frekuensi penimbangan atau kunjungan balitanya

kurang dari 8 kali pertahun dianggap masih rawan. Sedangkan bila

frekuensi penimbangan sudah 8 kali atau lebih dalam kurun waktu satu

tahun dianggap sudah cukup baik, tetapi frekuensi penimbangan

tergantung dari jenis posyandunya menurut Zulkifli (2003) didalam

Megawati (2011).

8. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu

(Poerdji, 2002)

a. Umur balita

Menurut Sri Poerdji menyatakan bahwa umur 12 hingga 35

bulan merupakan umur yang paling berpengaruh terhadap kunjungan

karena pada umur ini merupakan pertumbuhan dasar yang akan

mempengaruhi dan menentukan perkembangan anak selanjutnya. Hal

lain yang menyebabkan ibu balita tidak lagi hadir di posyandu

khususnya balita diatas usia 36 bulan, karena ibu balita merasa bahwa

anaknya sudah mendapatkan imunisasi lengkap dan perkembangan

sosial anak semakin bertambah.

b. Jumlah Anak

Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi kehadiran ibu

yang mempunyai anak balita untuk hadir atau berpartisipasi dalam

posyandu. Hal tersebut sesuai dengan yang dinyatakan oleh Hurlock

27

(2005) bahwa semakin besar keluarga maka semakin besar pula

permasalahan yang akan muncul dirumah terutama untuk mengurus

kesehatan anak mereka.

c. Pekerjaan Ibu

Salah satu alasan yang paling sering dikemukakan bila ibu tidak

membawa balitanya ke posyandu adalah karena mereka harus bekerja.

Hasil penelitian Sihotang yang dikutip oleh Soeryoto (2000)

menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status

pekerjaan ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan

memengaruhi kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke

posyandu.

d. Jarak tempat tinggal

Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2003) menyatakan bahwa

faktor lingkungan fisik/letak geografis berpengaruh terhadap perilaku

seseresponden/masyarakat terhadap kesehatan. Ibu balita tidak datang

ke posyandu disebabkan karena rumah balita tersebut jauh dengan

posyandu sehingga ibu balita tersebut tidak datang untuk mengikuti

kegiatan dalam posyandu.

D. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu.

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan

keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu

28

balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi

dalam posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu

sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu (Rinaldy, 2004).

Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai

waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk

membawa anaknya ke posyandu (Rinaldy, 2004).

Peran ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh

terhadap perawatan keluarga. Hal ini dapat dilihat dari waktu yang

diberikan ibu untuk mengasuh dan membawa anaknya berkunjung ke

posyandu masih kurang karena waktunya akan habis untuk menyelesaikan

semua pekerjaannya. Aspek lain yang berhubungan dengan alokasi waktu

adalah jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu bekerja serta jumlah waktu yang

dipergunakan untuk keluarga di rumah (Husnaini (1989) dalam (Rinaldy,

(2004)).

E. Tinjauan Penelitian Terdahulu

1. Heriyani (2010) dengan judul “Hubungan Pendidikan, Pekerjaan,

Pengetahuan, dan Kepuasan Ibu Terhadap Posyandu dengan Frekuensi

Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Puskesmas 9 Nopember” dengan hasil

penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan jarang melakukan

kunjungan ke posyandu sebanyak 36 responden (33,4%), ibu yang bekerja

dan sering melakukan kunjungan sebanyak 29 responden (23,8%)

sedangkan ibu yang tidak bekerja dan jarang melakukan kunjungan

29

sebanyak 63 responden (63,6%), ibu yang tidak bekerja dan sering

membawa balitanya ke posyandu sebanyak 93 responden (76,2%). Pvalue

0,041 dan ibu yang bekerja berpeluang sebanyak 1,83 kali untuk jarang

membawa anak balitanya ke posyandu.

2. Erman (2010) dengan judul “ Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Kunjungan Ibu Yang Mempunyai Balita 0-5 Tahun Ke Posyandu Di

Kelurahan Lubuk Tanjung Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota

Lubuklinggau Tahun 2010” dengan hasil menunjukkan bahwa responden

dengan kategori tidak bekerja dan rutin berkunjung ke posyandu sebanyak

8 (53,3 %), sedangkan responden dengan kategori bekerja dan rutin

berkunjung ke posyandu sebanyak 19 (73,1%). Responden dengan

kategori tidak bekerja dan tidak rutin berkunjung ke posyandu berjumlah 7

(46,7%), sedangkan kategori bekerja dan tidak berkunjung ke posyandu

berjumlah 7 responden (46,7 %). Hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai

P = 0,346 (P > α = 0,05) sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada

pengaruh antara Pekerjaan Ibu terhadap Kunjungan Ibu Ke Posyandu Di

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklingau Tahun 2010.

3. Sari (2012) judul penelitian “Hubungan Pengetahuan, Paritas, Pekerjaan

Ibu Dan Dukungan Keluarga Dengan Keaktifan Kunjungan Anak Balita

(Usia 1-5 Tahun) Ke Posyandu Desa Rulung Helok Kecamatan Natar

Kabupaten Lampung Selatan Tahun 2012” dimana Tujuan dari penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, paritas, pekerjaan ibu

dan dukungan keluarga dengan keaktifan kunjungan anak balita (1-5

30

tahun) ke Posyandu di Desa Rulung Helok Kecamatan Natar Kabupaten

Lampung Selatan Tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik, subjek

penelitian yaitu seluruh ibu yang memiliki anak balita (1-5 tahun).

Sedangkan objek penelitiannya adalah hubungan pengetahuan, paritas,

pekerjaan ibu dan dukungan keluarga terhadap kunjungan anak balita (1-5

tahun) ke Posyandu. Populasi pada penelitian ini ibu yang memiliki anak

balita yaitu 201 responden dalam penelitian ini digunakan accidental

sampling yaitu terdapat 113 ibu yang memiliki anak balita. Alat

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan

(X2hitung= 5,815 ≥ X2

tabel = 3,841), paritas (X2hitung= 13,324 ≥ X2

tabel = 5,991),

pekerjaan ibu (X2hitung= 4,561 ≥ X2

tabel = 3,841), dukungan keluarga (X2hitung=

11,597 ≥ X2tabel = 3,841) dengan keaktifan kunjungan anak balita (usia 1-5

tahun) ke Posyandu terdapat Dk =1 (3,841) dan Dk = 2 (5,991) dengan

derajat kesalahan 5% (α = 0,05).

4. Hartanti (2012) dengan judul “Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan

Kunjungan Balita Ke Posyandu Anggrek di Kelurahan Sendangmulyo Di

Wilayah Kerja Puskesmas Tembalang Kota Semarang Tahun 2012”

dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan jarang

melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 24 responden (23,8 %), ibu

yang bekerja dan sering melakukan kunjungan sebanyak 16 responden

(19,2%) sedangkan ibu yang tidak bekerja dan jarang melakukan

kunjungan sebanyak 46 responden (54,4%), ibu yang tidak bekerja dan

31

sering membawa balitanya ke posyandu sebanyak 75 responden (69,6%).

Pvalue 0,001 dan ibu yang bekerja berpeluang sebanyak 4,31 kali untuk

jarang membawa anak balitanya ke posyandu.

Umur Balita

Pekerjaan Ibu

Jumlah Anak

Jarak Tempat Tinggal

Kunjungan Balita Ke Posyandu

32

BAB III

KERANGKA TEORETIS/KERANGKA KONSEP

DEFINISI OPERASIONAL/HIPOTESA

A. Kerangka Teoretis

Kerangka teoretis merupakan rangkaian teori yang mendasari topic

penelitian. Kerangka teori bisa dibuat dari sumber masalah tertentu sesuai

penelitian. Hubungan variable yang mempengaruhinya (Setiawan dan

Saryono, 2010).

Kerangka teoretis merupakan teori yang dibuat oleh peneliti untuk

memberikan gambaran yang sistematis mengenai masalah yang akan

diteliti/bersifat sementara (Sibagariang, 2010).

Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita ke posyandu

(Sri Poerdji, 2002) antara lain umur balita, jumlah anak, pekerjaan ibu dan

jarak tempat tinggal.

Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Kunjungan Posyandu

Bagan 3.1 Kerangka Teoretis Menurut Sri Poerdji (2002)

33

Keterangan :

: Variabel yang diteliti : Tidak diteliti

: Arah hubungan

B. Kerangka Konsep

Kerangka konsep penelitian adalah sesuatu uraian dan visualisasi

hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap yang lainya atau antara

variabel yang satu dengan variabel lain dari masalah yang akan diteliti.

Konsep adalah suatu abstraksi yang dibentuk dengan menggeneralisasikan

suatu pengertian. Oleh sebab itu, konsep tidak dapat diukur dan diamati secara

langsung. Agar dapat diamati dan dapat diukur maka konsep tersebut harus

dijabarkan kedalam variabel-variabel. Dari variabel itulah konsep dapat

diamati dan diukur (Notoatmodjo, 2010).

Proposal karya tulis ini akan membahas mengenai pekerjaan ibu dan

kunjungan balita ke posyandu. Adapun variabel bebasnya adalah pekerjaan

ibu sedangkan variabel terikatnya yaitu kunjungan balita ke posyandu. Secara

sistematis kerangka konsep tersebut digambarkan dalam bagan bawah ini :

Variabel bebas Variabel terikat

Bagan 3.2 Kerangka Konsep

Kunjungan Balita Ke Posyandu

Pekerjaan Ibu

34

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Arah hubungan

C. Definisi Operasional

Untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel

diamati/diteliti perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan. Definisi

operasional ini juga dapat bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran

atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta

pengembangan instrumen (Notoatmojo, 2010).

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep

tertentu. Variabel juga mempunyai pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki

oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki

oleh kelompok lain (Sibagariang, 2010).

1. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel ini sering disebut sebagai variabel output (hasil). Dalam

bahasa Indonesia sering disebut variabel terikat. Variabel terikat

merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Sugiono, 2005)

2. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel ini sering disebut variabel stimulasi. Dalam bahasa Indonesia

sering disebut variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi

35

sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen atau variabel terikat

(Sugiono, 2005).

Tabel 3.1 Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional

Cara ukur

Alat ukur Skala penguk

uran

Hasil ukur

1 Pekerjaan Ibu

Aktivitas atau kegiatan yang dilakukan oleh responden memperoleh penghasilan diwilayah kerja Posyandu kenanga I Puskesmas Loa Ipuh dengan adanya penghasilan kebutuhan ibu dan keluarga mampu terpenuhi yang tercatat di registrasi Posyandu Kenanga I

Wawancara

Panduan Lembar Wawancara

Nominal

1 : Bekerja, bila ada pekerjaan tetap dan mendapatkan upah

0 : Tidak Bekerja, bila tidak ada pekerjaan dan tidak mendapatkan upah (Ibu Rumah Tangga)

2 Kunjungan Balita Ke Posyandu

Merupakan keaktifan ibu dalam membawa balita ke posyandu setiap bulan yaitu sebanyak 12 kali per tahun untuk mendapatkan pelayanan kesehatan misalnya penimbangan, imunisasi,dan penyuluhan gizi

Studi Dokumentasi

Format Isian

Nominal

1 : Teratur. Bila ibu membawa balita ke posyandu ≥ 8x dalam 12 bulan

0 : Tidak Teratur. Bila ibu tidak rutin membawa balita ke posyandu < 8x dalam

36

yang tercatat di registrasi Posyandu Kenanga I

12 bulan

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis sesuai dengan asal katanya (hypo berarti bawah, thesis berarti

dalil, kaidah, hukum) adalah pernyataan tentang suatu dalil atau kaidah tetapi

yang kebenaranya belum teruji secara empirik (Simbagariang, dkk. 2010).

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

Biasanya hipotesis ini dirumuskan dalam bentuk hubungan antara dua

variabel, variabel bebas dan terikat. Hipotesis berfungsi untuk menentukan

kearah pembuktian artinya hipotesis ini merupakan pertanyaan yang harus

dibuktikan (Notoatmodjo, 2010).

Hipotesis penelitian ini adalah :

Hipotesis alternative (Ha) : Ada hubungan pekerjaan ibu dengan

kunjungan balita Ke Posyandu Kenanga Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa

Ipuh Tahun 2015.

37

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah keseluruhan dari perencanaan untuk

menjawab pertanyaan penelitian dan mengatisipasi beberapa kesulitan yang

mungkin timbul selama proses penelitian.

Desain penelitian adalah macam atau jenis penelitian tertentu yang

terpilih untuk dilaksanakan dalam rangka pencapaian tujuan penelitian yang

telah ditetapkan (Azrul, 2004).

Metode penelitian ini dilakukan secara deskriptif analitik yaitu

menggambarkan tentang suatu keadaan secara obyektif kemudian digali lebih

lanjut bagaimana dan mengapa fenomena tersebut dapat terjadi. Melakukan

analisis dinamika korelasi antara fenomena baik antara faktor resiko dan

faktor efek. Metode yang mengambil sampel dari suatu populasi dan

menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data pokok (Notoatmodjo,

2010).

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yaitu

penelitian mempelajari hubungan antara variabel bebas dengan variabel

tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak semua obyek

penelitian harus diperiksa pada hari atau saat yang sama tetapi baik variabel

efek dinilai hanya satu kali saja (Notoatmodjo, 2010).

38

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juni 2015, tempat penelitian

akan dilaksanakan di Posyandu Kenanga I di Willayah Kerja Puskesmas Loa

Ipuh.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

didapatkan oleh peneliti untuk mempelajari atau kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono, 2011).

Populasi dapat bersifat terbatas dan tidak terbatas. Dikatakan terbatas

apabila jumlah individu atau obyek dalam populasi tersebut terbatas dalam

arti tidak dapat dihitung. Sedangkan bersifat terbatas dalam arti tidak dapat

ditentukan jumlah individu atau obyek dalam populasi tersebut (Hidayat,

2007).

Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto, 2006).

Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitungan maupun pengukuran

dari karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan

jelas Husain Usman (2006).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang membawa

Balitanya ke Posyandu Kenanga I di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh

sebanyak 126 responden dari bulan Januari-Juni 2015. Peneliti melakukan

39

pengambilan populasi di Posyandu Kenanga I Puskesmas Loa Ipuh

tanggal 30 Juli 2015.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Sampel adalah sebagian dari subyek dalam populasi yang diteliti

yang sudah mampu mewakili populasinya. Sampel merupakan bagian dari

populasi yang dipilih menggunakan aturan-aturan yang digunakan untuk

mengumpulkan informasi atau data yang menggambarkan sifat atau ciri

yang dimiliki populasi (Sabar, 2007).

Jika sampel populasinya kurang dari 100 responden, maka jumlah

sampelnya diambil keseluruhan. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih

besar dari 100, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih

(Arikunto, 2006).

Sampel disini adalah ibu yang datang di Posyandu Kenanga I tahun

2015. Besarnya jumlah sampel : (Arikunto, 2006)

n = 126 x 25%

n = 31,5

n = 32

Jadi besarnya sampel adalah sebanyak 32 responden

Pengambilan sampel (responden), penulis memilih teknik

purposive sampling yaitu teknik penentuan sampel yang digunakan untuk

mendapatkan subjek-subjek yang memiliki sejumlah karakteristik tertentu

yang dapat mewakili keseluruhan populasi yang ingin diteliti

40

(Sulistyaningsih, 2011). Purposive sampling mempunyai 2 kriteria yaitu

kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang

layak untuk dilakukan penelitian atau dijadikan responden. Dan kriteria

eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili sampel

karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian (Sulistyaningsih,

2011).

Berdasarkan dari hasil perhitungan didapatkan jumlah sampel

dalam penelitian ini sebanyak 32 responden. Teknik pengambilan sampel

dilakukan dengan cara purposive sampling.

Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah:

a. Ibu yang membawa balitanya ke posyandu

b. Ibu yang dapat berkomunikasi dengan baik

c. Ibu yang memiliki balita berumur 1-5 tahun

d. Bersedia menjadi responden

Kriteria eksklusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel penelitian.

Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah:

a. Usia balita < 1 tahun dan > 5 tahun

b. Tidak bersedia menjadi responden

41

D. Variabel

1. Variabel Independen yaitu pekerjaan ibu

2. Variabel Dependen yaitu kunjungan balita ke posyandu

E. Instrumen Penelitian

Data mempunyai kedudukan yang paling tinggi karena dapat

menggambarkan variabel yang diteliti, sehingga benar tidaknya data sangat

menentukan kualitas penelitian dan sangat bergantung dengan baik tidaknya

instrument yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan

reliabel (Arikunto, 2006).

Pengumpulan data disusun dalam bentuk kuesioner dan berupa lembar

isian yang digunakan untuk mengisi tentang pendidikan, usia dan juga

pekerjaan ibu. Dan kuesioner yang dibuat untuk mengetahui pekerjaan dan

kunjungan balita ke posyandu menggunakan lembar isian yang di silang.

F. Langkah-langkah dalam Pengumpulan Data

Data-data yang dikumpulkan adalah

1. Data langsung dari responden yaitu ibu yang membawa balita berkunjung

ke posyandu balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh melalui

wawancara dengan alat ukur berupa kuesioner. Sedangkan wawancara

adalah suatu metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dimana

peneliti mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari

42

seresponden sasaran peneliti (respon) atau bercakap-cakap berhadapan

muka dengan responden tersebut.

2. Data sekunder meliputi studi literatur, studi kepustakaan, dari penelitian

lain dan tempat penelitian.

Pengolahan data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk

memperoleh data atau ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah

dengan menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi

yang dibutuhkan.

Agar peneliti menghasilkan informasi yang benar, ada empat tahapan

pengolahan data yang harus dilalui, yaitu :

a. Editing

Editing adalah upaya untuk memriksakan kembali kebenaran data

yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

b. Coding

Coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka)

terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini

sangat penting bila pengolahan dan analisis data menggunakan

komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan

artinya dalam satu buku (kode book) untuk mempermudahkan kembali

melihat lokasi dan arti suatu kode dari suatu variabel.

43

c. Entry Data (Pemasukkan Data)

Data entry adalah kegiatan memasukkan data yang telah

dikumpulkan ke dalam master tabel atau database komputer,

kemudian membuat data distribusi frekuensi sederhana atau dengan

membuat tabel kontigensi.

d. Clening (Pembersihan Data)

Cleaning (Pembersihan Data) merupakan pengecekan kembali data

yang sudah di entry, apakah ada kesalahan atau tidak.

G. Teknik dan Analisa Data

Tehnik Analisa Data yang di kumpulkan melalui kuesioner akan diolah

menjadi 2 macam :

1. Analisa Univariat

Tujuan analisa ini adalah untuk menjelaskan masing-masing variabel

baik variabel terikat yaitu kunjungan balita ke posyandu maupun variabel

bebas yaitu pekerjaan ibu melalui distribusi frekuensi dengan rumus :

Ρ= Ϝ

∑ n x 100

Keterangan : P : PresentaseF : Frekuensi∑n : Jumlah responden

2. Analisa Bivariat

Data yang diperoleh melalui angket masih dalam keadaan mentah

oleh karena itu data tersebut diproses atau diolah sehingga dapat

44

memberikan makna guna menyimpulkan problematika penelitian. Data

yang di kumpulkan dalam penelitian dianalisa secara analitik dengan

menggunakan program SPSS dan perhitungan manual menggunakan

rumus Chi Square (X²) sebagai berikut :

x2=∑(0−E)2

E

Df = (b-1) (k-1)

Keterangan : X² = Chi kuadratO = Frekuensi yang diobservasi atau diperolehE = Frekuensi yang di harapkan Df = Degree of freedomb = Barisk = Kolom

45

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

1. Profil Singkat Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong

Puskesmas Loa Ipuh merupakan salah satu Puskesmas yang ada di

Wilayah Tengah Kabupaten Kutai Kartanegara. Puskesmas Loa Ipuh,

beralamat di jalan Loa Ipuh RT 50 kecamatan Tenggarong Kabupaten

Kutai Kartanegara provinsi Kalimantan Timur.

2. Visi dan Misi

a. Visi

Menjadi Pusat Pelayanan Kesehatan Terpadu, Bermutu dan Profesional

serta Terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.

b. Misi

Untuk mewujudkan Visi tersebut, Misi yang dilakukan adalah:

1) Memberi pelayanan kesehatan yang meliputi kegiatan Promotif,

Preventif, Kuratif dan Rehabilitatif.

2) Meningkatkan kualitas pelayanan dan program sesuai standar mutu.

3) Memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau untuk seluruh

lapisan masyarakat tanpa membedakan ras,suku, agama dan sosial

ekonomi.

4) Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia melalui peningkatan

pengetahuan dan keterampilan.

50

46

5) Mengembangkan sarana dan prasarana sesuai dengan standar

pelayanan untuk memuaskan pelanggan.

3. Tujuan

Untuk Mengetahui Visi, Misi, nilai organisasi serta kebijakan lainnya

dan merumuskan program kegiatan.

4. Nilai – nilai Organisasi

a. S : Simpatik

Dalam memberi pelayanan memberikan senyum dan ramah

terhadap pelanggan.

b. E : Efektif dan Efisien

Dalam melaksanakan pelayanan/kegiatan sesuai dengan yang

diharapkan untuk mendapatkan hasil yang maksimal

Keseimbangan antara hasil kegiatan/pelayanan dan biaya.

c. H : Harmonis

Mewujudkan hubungan yang baik antar karyawan dan Pelanggan.

d. A : Aman dan Nyaman

Setiap tindakan yang dilakukan aman bagi penyedia layanan dan

pelanggan terlindungi dari resiko yang tidak diinginkan.

e. T : Tim Work

Peran serta dan kerjasama tim yang utuh disetiap kegiatan.

5. Sasaran

a. Penurunan Penyakit menular dan Kejadian Luar Biasa.

b. Peningkatan pengetahuan kesehatan di Masyarakat.

47

c. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan kesehatan

d. Meningkatkan peran Puskesmas dalam pelayanan UKM dan UKP

e. Meningkatkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

bermutu.

6. Letak Geografis

Batas wilayah kerja Puskesmas Loa Ipuh adalah :

a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Panji

b. Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Melayu

c. Sebelah selatan berbatasan dengan Desa Jonggon

d. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jonggon

1) Luas wilayah : 787, 5 Km2

2) Kondisi : Bukit, Tanah datar, Rawa-rawa

3) Jumlah Penduduk : 36, 911

4) Sasaran ibu hamil 887

5) Jumlah desa : 3 desa yaitu membawahi Kelurahan Maluhu,

Kelurahan Loa ipuh dan Kelurahan Loa ipuh darat

48

7. Peta Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas

Gambar 5.1 Peta Wilayah Kerja Puskesmas

49

1. Posyandu Kenanga I

Posyandu Kenanga I terletak di Jl. Mayjen Panjaitan gg 2 Kel. Loa

Ipuh. Pelayanan di Posyandu Kenanga I antara lain penimbangan balita,

pemberian imunisasi, deteksi dini tumbuh kembang balita.

B. Hasil Penelitian

Pada bab ini peneliti akan menguraikan mengenai hasil penelitian beserta

pembahasannya berdasarkan pada teknik pengolahan data yang telah diuraikan

pada bab sebelumnya. Penelitian dilakukan selama ± 1 minggu di Posyandu

Kenanga I. Berdasarkan pada lembar Wawancara yang telah disebarkan pada

seluruh responden yang berjumlah 32 responden mengenai “Hubungan

Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah

Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015” maka didapatkan hasil sebagai

berikut :

1. Karakteristik Data Umum

a. Paritas

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Paritas di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015

Paritas Frekuensi Presentase

Primipara 6 18,7

Multipara 26 81,3

Total 32 100Sumber : Data Primer, 2015

50

Berdasarkan data diatas ibu dengan paritas primipara sebanyak 6

(18,7%) responden dan multipara sebanyak 26 (81,3%) responden.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden

multipara dari total responden yang berjumlah 32 responden.

b. Usia Balita

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Balita di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015

Usia Balita Frekuensi Presentase

Batita 20 62,5

Balita 12 37,5

Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015

Berdasarkan data diatas kelompok usia bawah tiga tahun sebanyak

20 (62,5 %) responden, usia bawah lima tahun sebanyak 12 (37,5%)

responden. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa responden

yang terbanyak pada kelompok usia bawah tiga tahun dari total

responden yang berjumlah 32 responden.

51

c. Urutan Anak

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Urutan Anak di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015

Urutan Anak (Anak Ke-) Frekuensi Persentase

Pertama 10 31,3

Kedua 17 53,1

Ketiga 4 12,5

Keempat 1 3,1

Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015

Karakteristik responden berdasarkan urutan anak pada tabel diatas

yaitu anak pertama sebanyak 10 (31,3 %) responden, anak kedua

sebanyak 17 (53,1 %) responden, anak ketiga sebanyak 4 (12,5 %)

responden dan anak keempat sebanyak 1 (3,1 %) responden. Dari

uraian diatas dapat disimpulkan bahwa sebagian besar balita

merupakan anak kedua dari total responden yang berjumlah 32

responden.

2. Analisis Univariat

Analisa univariat dilakukan pada setiap variabel dari hasil

penelitian. Analisa univariat adalah analisa yang digunakan untuk

mendapatkan gambaran distribusi frekuensi dari variabel terikat yaitu

kunjungan balita ke Posyandu dan variabel bebas yaitu pekerjaan ibu.

a. Variabel Independen (Variabel Bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pekerjaan ibu.

Pekerjaan ibu dibagi dalam 2 kategori yaitu bekerja dan tidak bekerja.

52

Berdasarkan lembar isian yang disebarkan pada seluruh responden

yang berjumlah 32 responden yaitu ibu yang datang ke Posyandu

Kenanga I Tenggarong tahun 2015, maka didapatkan hasil sebagai

berikut:

Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015

Pekerjaan Frekuensi Persentase

Tidak Bekerja 15 46,9

Bekerja 17 53,1

Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang

tidak bekerja sebanyak 15 (46,9 %) responden, yang bekerja sebanyak

17 (53,1 %) responden. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar ibu bekerja.

b. Variabel Dependen (Variabel Terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kunjungan balita ke

posyandu. Berdasarkan lembar isian diperoleh distribusi frekuensi

responden berdasarkan kunjungan balita ke Posyandu Kenanga I di

Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong tahun 2015, maka didapatkan hasil

sebagai berikut :

53

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Kunjungan Balita ke Posyandu di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong Tahun 2015

Kunjungan Balita Frekuensi Persentase

Tidak Teratur 9 28.1

Teratur 23 71.9

Total 32 100,0Sumber : Data Primer, 2015

Pada tabel diatas menunjukkan bahwa dari 32 responden yang

tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 9 (28,1 %)

responden dan yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu

sebanyak 23 (71,9 %) responden. Berdasarkan data tersebut dapat

disimpulkan bahwa mayoritas balita teratur dalam melakukan

kunjungan ke Posyandu Kenanga I.

3. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi. Variabel bebas memiliki pengaruh terhadap

variabel terikat. Sehingga analisis ini dilakukan untuk melihat hubungan

pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke Posyandu Kenanga I di

Puskesmas Loa Ipuh Tenggarong tahun 2015.

54

Tabel 5.6 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu Kenanga I Di Wilayah Kerja Puskesmas Loa Ipuh Tahun 2015

Pekerjaan

Kunjungan Balita

TotalP Value X2 Hitung OR

Tidak Teratur

Teratur

N % N % N %

Tidak Bekerja 1 6,7% 14 93,3% 15 100%

0,011 6,432 1,889Bekerja 8 47,1% 9 52,9% 17 100%

Total 9 100% 23 100% 32 100%

Sumber : Data Primer, 2015

Tabel diatas menjelaskan bahwa dari total responden sebanyak 32

(100%) responden terdapat 15 (100 %) responden ibu yang tidak bekerja

sebanyak 1 (6,7 %) responden tidak teratur dalam melakukan kunjungan

balita ke posyandu hal ini disebabkan karena jarak rumah responden dan

posyandu sangat jauh dan ibu tidak dapat menaiki kendaraan (motor)

sendiri sehingga responden harus menunggu suami untuk berangkat ke

posyandu dan 14 (93,3 %) responden teratur dalam melakukan kunjungan

balita ke posyandu dalam hal ini ibu memiliki banyak waktu untuk

membawa balitanya ke posyandu serta ibu selalu menandai kalender

jadwal posyandu balita diadakan. Sedangkan dari 17 (100 %) responden

ibu yang bekerja sebanyak 8 (47,1%) responden tidak teratur dalam

melakukan kunjungan balita ke posyandu hal ini disebabkan kurangnya

waktu yang dimiliki responden untuk berkunjung ke posyandu, selain itu

55

kurangnya kesadaran dari responden mengenai pentingnya dalam

membawa anaknya ke posyandu untuk memantau tumbuh kembang balita

dan 9 (52,9%) responden teratur dalam melakukan kunjungan balita ke

posyandu hal ini disebabkan kesadaran responden akan pentingnya

kunjungan balita ke posyandu sangat baik, adanya ajakan dari tetangga

responden, serta dukungan dari keluarga yang sangat baik sehingga

meskipun ibu bekerja tetap menyempatkan waktunya untuk mengantar

balitanya ke posyandu.

Hasil Uji Statistik Hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan

balita ke posyandu di Posyandu Kenanga I Wilayah Kerja Puskesmas Loa

Ipuh Tenggarong tahun 2015 menunjukkan bahwa nilai Chi-Square yaitu

X²hitung = 6,432 lebih besar dibandingkan dengan nilai tabel 3,841(Xhitung

6,432 > Xtabel 3,841). Hasil uji statistik didapatkan P Value = 0,011, dimana

Sig < nilai α (0,011 < 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke

posyandu atau Ha diterima. Dari hasil analisa didapatkan nilai Odd Ratio

(OR) yang artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang sebanyak

1,889 kali untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu dibandingkan

dengan ibu yang bekerja.

56

C. Pembahasan

1. Pekerjaan

Setelah dilakukan analisis data diperoleh hasil penelitian dari 32

responden yang tidak bekerja sebanyak 15 (46,9 %) responden, yang

bekerja sebanyak 17 (53,1 %) responden.

Hasil penelitian Sihotang yang dikutip oleh Soeryoto (2000)

menyatakan bahwa penggunaan posyandu terkait dengan status pekerjaan

ibu. Ibu balita yang mempunyai pekerjaan tetap akan memengaruhi

kesempatan untuk menimbangkan anaknya ke posyandu. Ibu balita yang

harus bekerja di luar rumah waktunya untuk berpartisipasi dalam

posyandu mungkin sangat kurang atau bahkan tidak ada waktu

sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu Hurlock (2005).

Sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu

lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu untuk

membawa anaknya ke posyandu. Aspek lain yang berhubungan

dengan alokasi waktu adalah jenis pekerjaan ibu dan tempat ibu

bekerja serta jumlah waktu yang dipergunakan untuk keluarga di

rumah (Hurlock, 2005).

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa responden di

Posyandu Kenanga I banyak yang memiliki pekerjaan sehingga kunjungan

balita ke posyandu menjadi tidak teratur. Mayoritas ibu bekerja di luar

rumah dengan durasi yang lama. Hal tersebut sangat mempengaruhi

kesempatan ibu untuk membawakan balitanya ke posyandu.

57

2. Kunjungan Balita

Pada penelitian ini dari 32 responden yang tidak teratur melakukan

kunjungan ke posyandu sebanyak 9 (28,1 %) responden dan yang teratur

melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 23 (71,9 %) responden.

Menurut Zulkifli (2003) didalam Megawati (2011) Kunjungan

posyandu adalah datangnya masyarakat ke suatu tempat (posyandu) guna

mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan jadwal yang telah

ditentukan fungsinya adalah untuk mengetahui perkembangan kesehatan

dan mendeteksi secara dini penyakit atau kelainan yang dimiliki

seseresponden, mendapatkan penyuluhan mengenai penyakit dan cara

penanggulangannya, pemeriksaan kesehatan serta pengobatan suatu

penyakit. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan balita

ke posyandu antara lain umur balita, jumlah anak, status pekerjaan ibu dan

jarak tempat tinggal (Poerdji, 2002).

Hasil penelitian yang penulis lakukan ialah mayoritas umur anak di

bawah tiga tahun. Namun untuk batita yang berumur < 1 tahun sangat

minim. Kunjungan balita menjadi tidak teratur karena ibu merasa masa-

masa pemeriksaan yang rutin bersamaan dengan imunisasi dasar sudah

dilewati. Sehingga ibu kurang antusias untuk melakukan kunjungan ke

posyandu. Sebagian besar ibu juga memiliki anak yang banyak, beban ibu

untuk mengurus anak sangat berat, ibu akan berfikir dua kali untuk

meluangkan waktunya pergi ke posyandu. Keluhan lain responden di

posyandu Kenanga I ialah jarak tempat tinggal yang jauh dari posyandu.

58

Sehingga terkadang untuk menuju posyandu membutuhkan transportasi,

tidak adanya ketersediaan kendaraan dirumah menghambat kunjungan

responden ke posyandu.

3. Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Kunjungan Balita Ke Posyandu

Hasil uji statistik yang didapatkan dari uji chi-square tentang

hubungan pekerjaan ibu dengan kunjungan balita keposyandu

menunjukkan bahwa nilai Chi-Square yaitu 6,432 lebih besar

dibandingkan dengan nilai tabel 3,481(Xhitung 6,432 > Xtabel 3,481). Hasil uji

statistik didapatkan P Value = 0,011, dimana Sig < nilai α (0,011 < 0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara

pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu atau Ha diterima. Dari

hasil analisa didapatkan nilai Odd Ratio (OR) yang artinya ibu yang tidak

bekerja mempunyai peluang sebanyak 1,889 kali untuk melakukan

kunjungan balita ke posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 15 (100 %) responden

ibu yang tidak bekerja sebanyak 1 (6,7 %) responden tidak teratur dalam

melakukan kunjungan balita ke posyandu dan 14 (93,3 %) responden

teratur dalam melakukan kunjungan balita ke posyandu. Sedangkan dari

17 (100 %) responden ibu yang bekerja sebanyak 8 (47,1%) responden

tidak teratur dalam melakukan kunjungan balita ke posyandu dan 9

(52,9%) responden teratur dalam melakukan kunjungan balita ke posyandu

dari total responden sebanyak 32 responden.

59

Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap

kehidupan keluarga dan waktu untuk mengasuh anak akan berkurang,

sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar rumah waktunya

untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang atau

bahkan tidak ada waktu sama sekali untuk ikut berpartisipasi di

posyandu sedangkan pada ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai

waktu lebih banyak untuk beristirahat dan meluangkan waktu

untuk membawa anaknya ke posyandu Hurlock (2005).

Penelitian yang penulis lakukan memiliki kesamaan atau relevan

dengan penelitian oleh Heriyani (2010) dengan judul “Hubungan

Pendidikan, Pekerjaan, Pengetahuan, dan Kepuasan Ibu Terhadap

Posyandu dengan Frekuensi Kunjungan Balita Ke Posyandu Di Puskesmas

9 Nopember” dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang

bekerja dan jarang melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 36

(33,4%) responden, ibu yang bekerja dan sering melakukan kunjungan

sebanyak 29 (23,8%) responden sedangkan ibu yang tidak bekerja dan

jarang melakukan kunjungan sebanyak 63 (63,6%) responden, ibu yang

tidak bekerja dan sering membawa balitanya ke posyandu sebanyak 93

(76,2%) responden. Pvalue 0,041 dan ibu yang bekerja berpeluang

sebanyak 1,83 kali untuk jarang membawa anak balitanya ke posyandu.

Begitu pula penelitian oleh Sari (2012) dengan judul penelitian

“Hubungan Pengetahuan, Paritas, Pekerjaan Ibu Dan Dukungan Keluarga

Dengan Keaktifan Kunjungan Anak Balita (Usia 1-5 Tahun) Ke Posyandu

60

Desa Rulung Helok Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan Tahun

2012” dimana Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui hubungan pengetahuan, paritas, pekerjaan ibu dan dukungan

keluarga dengan keaktifan kunjungan anak balita (1-5 tahun) ke Posyandu

di Desa Rulung Helok Kecamatan Natar Kabupaten Lampung Selatan

Tahun 2012. Penelitian ini bersifat analitik, subjek penelitian yaitu seluruh

ibu yang memiliki anak balita (1-5 tahun). Sedangkan objek penelitiannya

adalah hubungan pengetahuan, paritas, pekerjaan ibu dan dukungan

keluarga terhadap kunjungan anak balita (1-5 tahun) ke Posyandu.

Populasi pada penelitian ini ibu yang memiliki anak balita yaitu 201

responden dalam penelitian ini digunakan accidental sampling yaitu

terdapat 113 ibu yang memiliki anak balita. Alat pengumpulan data yang

digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner. Hasil penelitian

menunjukkan terdapat hubungan antara pengetahuan (X2hitung= 5,815 ≥

X2tabel = 3,841), paritas (X2

hitung= 13,324 ≥ X2tabel = 5,991), pekerjaan ibu

(X2hitung= 4,561 ≥ X2

tabel = 3,841), dukungan keluarga (X2hitung= 11,597 ≥

X2tabel = 3,841) dengan keaktifan kunjungan anak balita (usia 1-5 tahun) ke

Posyandu terdapat Dk =1 (3,841) dan Dk = 2 (5,991) dengan derajat

kesalahan 5% (α = 0,05).

Namun, penelitian yang peneliti lakukan tidak relevan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Erman (2010) dengan judul “ Faktor-

Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Ibu Yang Mempunyai Balita 0-5

Tahun Ke Posyandu Di Kelurahan Lubuk Tanjung Wilayah Kerja

61

Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun 2010” dengan hasil

menunjukkan bahwa responden dengan kategori tidak bekerja dan rutin

berkunjung ke posyandu sebanyak 8 (53,3 %) responden, sedangkan

responden dengan kategori bekerja dan rutin berkunjung ke posyandu

sebanyak 19 (73,1%) responden. Responden dengan kategori tidak bekerja

dan tidak rutin berkunjung ke posyandu berjumlah 7 (46,7%) responden,

sedangkan kategori bekerja dan tidak berkunjung ke posyandu berjumlah 7

(46,7 %) responden. Hasil uji statistic didapatkan bahwa nilai P = 0,346 (P

> α = 0,05) sehingga didapatkan hasil bahwa tidak ada pengaruh antara

Pekerjaan Ibu terhadap Kunjungan Ibu Ke Posyandu Di Puskesmas

Perumnas Kota Lubuklingau Tahun 2010. Serta penelitian oleh Hartanti

(2012) dengan judul “Hubungan Pekerjaan Ibu Dengan Kunjungan Balita

Ke Posyandu Anggrek di Kelurahan Sendangmulyo Di Wilayah Kerja

Puskesmas Tembalang Kota Semarang Tahun 2012” dengan hasil

penelitian menunjukkan bahwa ibu yang bekerja dan jarang melakukan

kunjungan ke posyandu sebanyak 24 responden (23,8 %), ibu yang bekerja

dan sering melakukan kunjungan sebanyak 16 responden (19,2%)

sedangkan ibu yang tidak bekerja dan jarang melakukan kunjungan

sebanyak 46 responden (54,4%), ibu yang tidak bekerja dan sering

membawa balitanya ke posyandu sebanyak 75 responden (69,6%). Pvalue

0,001 dan ibu yang bekerja berpeluang sebanyak 4,31 kali untuk jarang

membawa anak balitanya ke posyandu.

62

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Posyandu Kenanga I Puskesmas

Loa Ipuh tahun 2015 didapatkan hasil sebagai berikut :

1. Pekerjaan ibu diperoleh hasil dari 32 responden yang tidak bekerja

sebanyak 15 (46,9 %) responden, yang bekerja sebanyak 17 (53,1 %)

responden.

2. Kunjungan balita ke posyandu diperoleh hasil dari dari 32 responden yang

tidak teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak 9 (28,1 %)

responden dan yang teratur melakukan kunjungan ke posyandu sebanyak

23 (71,9 %) responden.

3. Berdasarkan hasil penelitian uji Chi-Square diperoleh Xhitung 6,432 > Xtabel

3,481 dan P Value = 0,011, dimana Sig < nilai α (0,011 < 0,05) sehingga

dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pekerjaan

ibu dengan kunjungan balita ke posyandu atau Ha diterima. Nilai Odd

Ratio (OR) yang artinya ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang

sebanyak 1,889 kali untuk melakukan kunjungan balita ke posyandu

dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

63

B. Saran

1. Bagi Puskesmas dan Posyandu

Bagi petugas kesehatan di Puskesmas Loa Ipuh agar meningkatkan

program kerja, memotivasi, dan memberikan konseling kepada ibu dan

masyarakat agar wawasan masyarakat dan ibu menjadi luas sehingga lebih

meningkatkan kunjungan balita ke posyandu.

2. Bagi Institusi

Bagi akademik diharapkan mampu memberikan perhatian disaat

pelaksanaan program lapangan seperti memberikan penyuluhan kepada

masyarakat terutama ibu yang memiliki balita dan keluarganya tentang

pentingnya kunjungan balita keposyandu yang tujuannya adalah

meningkatkan kualitas hidup dan kesehatan balita. Selain itu diharapkan

karya tulis ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yang lain

serta untuk menambah wawasan mahasiswa jurusan kebidanan khususnya

mengenai kunjungan balita ke posyandu.

3. Bagi Masyarakat

Bagi masyarakat diharapkan dapat meningkatkan perhatian,

ketertarikan atau antusiasme dalam melakukan kunjungan balitanya ke

posyandu sehingga meningkatkan cakupan kunjungan dan kesehatan

balita.

4. Bagi Peneliti Lain

Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian

selanjutnya dengan melakukan pendekatan kepada masyarakat yang lebih

64

intensif dan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti

lain yang akan melakukan penelitian selanjutnya.