i. pendahuluan fix
DESCRIPTION
pendahuluanTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengaruh suhu yang terjadi pada makhluk hidup sangat besar. Terutama
dalam kegiatannya sehari hari. Contoh, tanaman memerlukan suhu tertentu, artinya
bila syarat-syaratnya tidak dipenuhi maka tanaman itu tidak akan tumbuh dan
berkembang dengan baik. Contohnya pada poses pematangan buah semakin tinggi
suhu maka makin cepat pula proses pematangannya. Dengan suhu relatif tinggi,
benih akan lebih cepat melakukan proses metabolisme. Benih yang dibiarkan atau
ditanam pada dataran tinggi maka daya kecambahnya akan turun. Jadi, pada tanaman
juga ada suhu maksimum dan suhu optimum. Suhu maksimum adalah suhu tertinggi
dimana suatu tanaman masih dapat tumbuh. Suhu minimum adalah suhu terendah
dimana tanaman masih dapat hidup, sedangkan suhu optimum adalah suhu yang
terbaik yang dibutuhkan tanaman dimana proses pertumbuhannya dapat berjalan
lancar (Kartasapoetra, 2004).
Suhu mempunyai arti yang vital, karena suhu menentukan kecepatan reaksi-
reaksi dan kegiatan-kegiatan kimiawi yang mencakup kehidupan. Mintakat besar
vegetasi dunia, seperti mintakat-mintakat menurut ketinggian, terutama bergantung
pada suhu dan mudahnya kita membedakan tumbuhan yang megaterm (tumbuhan
yang menyukai habitat yang panas), mikroterm (tumbuhan yang menyukai habitat
yang dingin), dan mesoterm (tumbuhan yang menyukai habitat diantara kedua habitat
tersebut). Tumbuhan yang berbeda teradaptasi secara berbeda-beda terhadap keadaan
suhu yang menyangkut minimum, optimum, dan maksimum untuk hidupnya secara
1
keseluruhan demikian pula untuk komponen-komponen fungsi fisiologinya, kendati
suhu sebenarnya dapat berubah dengan variasi pada kondisi yang berbeda dan
menurut keadaan tumbuhan (Daldjoeni, 1986).
Suhu udara di daerah tropic dikendalikan oleh penyinaran. Perbedaan-
perbedaan suhu antara massa udara biasanya kurang penting karena memiliki dua
akibat. Pertama, perubahan-perubahan suhu harian lebih besar daripada perubahan-
perubahan suhu tahunan. Daerah tropic didefinisikan secara ilmu klimatologi sebagai
suatu daerah dimana variasi suhu hariannya melebihi variasi suhu tahunan. Kedua,
suhu seperti penyinaran matahari, cenderung relatif seragam untuk daerah-daerah
luas. Tinggi tempat merupakan faktor utama yang mengubah keseragaman panas.
Suhu rata-rata berkurang dengan pertambahan tinggi dengan laju rata-rata kira-kira
0,6oC/ 100 meter. Suhu yang dibicarakan sampai saat ini adalah yang diukur dengan
kasa meteorologi baku, biasanya pada ketinggian 1,22 meter. Walaupun demikian,
suhu berubah secara cepat dibawah ketinggian ini karena pertukaran energi yang
besar yang terjadi pada permukaan tanaman atau tanah. Oleh karena itu, kita harus
memperhatikan suhu udara untuk mendapatkan uraian lingkungan yang memadai.
(Tohari, 1999).
Fungsi tanaman normal tergantung pada pengendali reaksi biokimia yang
baik. Salah satu pengendalinya adalah suhu. Dimana, tiap jenis tanaman maupun
populasinya harus menyesuaikan diri dengan suhu di lingkungannya. Dalam suatu
luasan geografis akan terdapat tahun-tahun yang mempunyai kenaikan atau
penurunan suhu di luar batas normal yang mempengaruhi pertumbuhan dan
menimbulkan fungsi-fungsi tanaman yang kurang baik (Guslim, 2007).
2
Kelembaban adalah banyaknya kadar uap air yang ada di udara. Dalam
kelembaban dikenal beberapa istilah, seperti:
1. Kelembaban mutlak, yaitu massa uap air yang berada dalam satu satuan udara,
yang dinyatakan dalam gram/m3.
2. Kelembaban spesifik, yaitu perbandingan massa uap air di udara dengan satuan
massa udara, yang dinyatakan dalam gram/kilogram.
3. Kelembaban relative, yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan jumlah
maksimum uap air yang dikandung udara pada temperature tertentu, yang
dinyatakan dalam %.
Angka kelembaban relative dari nol sampai dengan 100%, dimana 0 %
artinya udara kering, sedangkan 100% artinya udara jenuh dengan uap air dimana
akan terjadi titik-titik air. Keadaan kelembaban diatas permukaan bumi berbeda-
beda. Pada umumnya, kelembaban yang tertinggi ada di khatulistiwa sedangkan yang
terendah pada lintang 40o. Daerah rendah ini disebut horse latitude, curah hujannya
kecil. Besarnya kelembaban suatu daerah merupakan faktor yang dapat menstimulasi
curah hujan. Di Indonesia, kelembaban udara tertinggi dicapai pada musim hujan dan
terendah pada musim kemarau. Besarnya kelembaban di suatu tempat pada suatu
musim, erat hubungannya dengan perkembangan organisme (Marsono, 1995).
Kelembaban atmosfer dapat dinyatakan dalam kuantitas-kuantitas mutlak
atau relative untuk maksud-maksud tertentu, atau menggunakan sifat-sifat atmosfer
yang berkaitan yang diperoleh oleh penutupan hutan. Neraca kelembaban atmosfer
merupakan suatu bagian integral dari prosedur peneracaan komprehensif yang
berskala besar, neraca tersebut menekankan pada pentingnya daya angkat massa
3
udara (advection) dalam menentukan ketersediaan kawasan kelembaban bagi
presipitasi dan aliran sungai. Kondensasi uap menjadi bentuk-bentuk cair dan padat
merupakan suatu fenomena fisis yang berlangsung di biosfer, namun sebagian yang
lebih besar terjadi pada massa udara atmosfer bagian atas dimana sebagian besar
proses presipitasi dimulai (Subagyo, 1990).
B. Tujuan
Praktek lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data hasil pengukuran
suhu, kelembaban, kecepatan angin, curah hujan dan lama penyinaran matahari di
Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Perumnas Kenten Palembang.
4
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Suhu
Pengertian Suhu secara umum ialah hasil interaksi proses-proses fisik dan
kimia fisik. Parameternya, seperti suhu, kelembaban, angin, dan pola curah hujan
yang terjadi pada suatu tempat di muka bumi. Iklim muncul akibat dari pemerataan
energi bumi yang tidak tetap dengan adanya perputaran/revolusi bumi mengelilingi
matahari selama kurang lebih 365 hari serta rotasi bumi selama 24 jam. Hal tersebut
menyebabkan radiasi matahari yang diterima berubah tergantung lokasi dan posisi
geografi suatu daerah (Winarso, 2008).
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekul -
molekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima
panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang
kehilangan panas ialah benda yang bersuhu lebih tinggi (Yani, 2009).
B. Kelembaban
Kelembaban udara (humidity gauge) adalah jumlah uap air diudara
(atmosfer). Kelembaban adalah konsentrasi uap air di udara. Angka konsentrasi ini
dapat diekspresikan dalam kelembaban absolut, kelembaban spesifik atau
kelembaban relatif. Alat yang digunakan untuk mengukur kelembaban disebut
dengan Higrometer. Sebuah humidistat digunakan untuk mengatur tingkat
5
kelembaban udara dalam sebuah bangunan dengan sebuah pengawal lembab
(dehumidifier).
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat lebih
banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat menahan
lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara yang
mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
.Dapat dianalogikan dengan sebuah termometer dan termostat untuk suhu
udara. Perubahan tekanan sebagian uap air di udara berhubungan dengan perubahan
suhu. Konsentrasi air di udara pada tingkat permukaan laut dapat mencapai 3% pada
30°C (86°F), dan tidak melebihi 0,5% pada 0°C (32°F). Ada dua istilah kelembaban
udara yaitu kelembaban tinggi dan kelembaban rendah. Kelembaban tinggi adalah
jumlah uap air yang banyak diudara, sedangkan kelembaban rendah adalah jumlah
uap air yang sedikit diudara. Kelembaban udara dapat dinyatakan sebagai
kelembaban udara absolut, kelembaban nisbi (relatif), maupun defisit tekanan uap
air. Kelembaban absolut adalah kandungan uap air yang dapat dinyatakan dengan
massa uap air atau tekanannya per satuan volume (kg/m3).
C. Kecepatan Angin
Kecepatan angin adalah jarak yang ditempuh oleh angin dalam per satuan
waktu. Kecepatan angin dinyatakan dalam knot/ jam, km/jam dan m/dtk. Kecepatan
angin dalam klimatologi adalah kecepatan angin horizontal pada ketinggian dua
6
meter dari permukaan tanah yang ditanami dengan rumput. Pada dasarnya kecepatan
angin ditentukan oleh perbedaan tekanan udara antara tempat asal dan tujuan angin
(sebagai faktor pendorong ) dan resistensi medan yang dilaluinya. Sedangkan untuk
menentukan arah angin digunakan bendera angin yang satuannya diukur dalam
derajat ( skala 00 - 3600 ).
D. Intensitas Cahaya Matahari
Intensitas cahaya matahari adalah kualitas cahaya matahari untuk membantu
tanaman dalam tumbuh dan berfotosintesis. Cahaya matahari adalah sumber energi
utama bagi kehidupan seluruh makhluk hidup didunia. Bagi manusia, hewan dan
tumbuhan cahaya matahari adalah penerang dunia ini.Tanaman memerlukan cahaya
matahari tumbuh hijau. Dengan air tanpa cahaya matahari, tanaman akan tumbuh
tinggi dengan cepat, namun akan terlihat kuning dan kekurangan air, meskipun saat
disentuh, daunnya teraba amat basah. Selain itu, bagi tumbuhan khususnya yang
berklorofil cahaya matahari sangat menentukan proses fotosintesis. Fotosintesis
adalah proses dasar pada tumbuhan untuk menghasilkan makanan. Makanan yang
dihasilkan akan menentukan ketersediaan energi untuk pertumbuhan dan
perkembangan tumbuhan.
Sinar matahari memang berguna bagi fotosintesis pada tumbuhan, namun
efek lain dari sinar matahari ini adalah menekan pertumbuhan sel tumbuhan. Hal ini
menyebabkan tumbuhan yang diterpancar cahaya matahari akan lebih pendek
daripada tumbuhan yang tumbuh di tempat gelap. Peristiwa ini disebut dengan
etiolasi, yaitu pertumbuhan sel tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap.
7
Sinar matahari merupakan faktor utama sebagai energi dalam fotosintesis,
untuk menghasilkan energi. Kekurangan cahaya akan mengganggu proses
fotosintesis dan pertumbuhan, meskipun kebutuhan cahaya tergantung pada jenis
tumbuhan. Kekurangan cahaya pada saat pertumbuhan berlangsung akan
menimbulkan gejala etiolasi, dimana batang kecambah akan tumbuh lebih cepat
namun lemah dan daunnya berukuran lebih kecil, tipis, dan pucat.
Pengaruh cahaya bukan hanya tergantung kepada fotosintesis (kuat
penyinaran) saja, namun ada faktor lain yang terdapat pada cahaya, yaitu berkaitan
dengan panjang gelombangnya.
E. Termometer
Alat untuk mengukur temperatur adalah thermometer. Ada beberapa jenis
thermometer yang digunakan dewasa ini, namun dalam pengamatan meteorologi dan
klimatologi, umumnya digunakan thermometer kaca (liquid-in-glass thermometer)
untuk peralatan Konvensional dan thermometer PT-100 untuk peralatan-peralatan
digital.
Thermometer kaca (liquid-in-glass thermometer) umumnya menggunakan
Air raksa (mercury) untuk pengukuran temperatur diatas suhu freezing point (-38.3
0C) dan menggunakan alkohol untuk pengukuran yang memiliki jangkauan ukur
dibawah/sekitar freezing point.
Thermometer berdasarkan konstruksinya dapat dibedakan menjadi 4 type, yaitu:
1. Sheathed Type dengan skala ukur tercatat di batang thermometer.
8
2. Sheathed Type dengan skala ukur tercatat di dalam selubung thermometer.
3. Unsheathed Type dengan skala ukur tercatat di batang dan tempat thermometer.
4. Unsheathed Type dengan skala ukur tercatat di batang thermometer.
Beberapa thermometer adapula yang dilengkapi dengan kaca pembesar,
terutama untuk kepentingan labotatorium medis, namun jarang digunakan dalam
pengamatan meterologi atau klimatologi.
F. Barometer
Selain suhu atau temperatur udara, unsur cuaca dan iklim yang lain adalah
tekanan udara. Tekanan udara pada suatu permukaan adalah gaya yang diberikan
kepada suatu permukaan atau area oleh sekolom udara di atas permukaan tersebut.
Tekanan yang diberikan tersebut sebanding dengan massa udara vertikal yang
terdapat di atas permukaan tersebut sampai pada batas ketinggian lapisan atmosfer
terluar. Hal itu yang membuat tekanan udara di setiap tempat berbeda menurut
ketinggian dari tempat tersebut.Tekanan udara juga merupakan salah satu parameter
yang diamati oleh observer ketika melakukan pengamatan udara permukaan atau
synoptic observation.Pada kenyataannya terdapat banyak alat yang digunakan untuk
mengukur tekanan udara, diantaranya barometer air raksa, barometer aneroid,
aneroid barograph, serta bourdon tube barograph.
G. Anemometer
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan angin yaitu cup counter
anemometer. Alat ini terdiri dari tiga buah mangkuk yang dipasang simetris pada
9
sumbu vertikal.Pada bagian bawah dari sumbu vertical dipasang generator, yang
terputar oleh ketiga mangkuk. Tegangan dari generator sebanding dengan kecepatan
berputar dari mangkuk - mangkuk. Wind Vane atau alat penunjuk arah angin adalah
sebuah instrumen yang digunakan untuk mengetahui arah horizontal pergerakan
angin (angin permukaan). Alat ini terdiri dari suatu objek tidak simetris (contohnya
suatu anak panah atau panah berbentuk ayam jago yang menempel pada pusat
gravitasinya sehingga panah itu dapat bergerak dengan bebas di sekitar poros
horizontalnya) yang dihubungkan pada vane/weather cock sensor pada anemometer
H. Higrometer
Secara umum kelembaban (Relative Humidity) adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan jumlah uap air yang ada di udara dan dinyatakan dalam
persen dari jumlah uap air maksimum dalam kondisi jenuh. Dan alat yang dapat
digunakan untuk mengukur kelembaban udara (Relative Humidity) adalah
Higrometer. Higrometer rambut adalah sebuah alat pengukur kelembaban udara
dengan satuan persen yang menggunakan prinsip muai panjang rambut dimana
rambut akan memanjang ketika kelembaban udara bertambah. Adapun rambut yang
digunakan adalah rambut manusia atau kuda yang sudah dihilangkan lemaknya yang
kemudian dikaitkan dengan pengungkit (engsel) yang dihubungkan dengan jarum
yang menunjuk kepada skala sehingga memperbesar perubahan skala dari perubahan
kecil dari panjangnya rambut.
10
I. Penakar Hujan
Penakar hujan jenis Hellman merupakan suatu instrument/alat untuk
mengukur curah hujan. Penakar hujan jenis hellman ini merupakan suatu alat
penakar hujan berjenis recording atau dapat mencatat sendiri. Alat ini dipakai di
stasiun-stasiun pengamatan udara permukaan. Pengamatan dengan menggunakan alat
ini dilakukan setiap hari pada jam-jam tertentu meskipun cuaca dalam keadaan
baik/hari sedang cerah. Alat ini mencatat jumlah curah hujan yang terkumpul dalam
bentuk garis vertikal yang tercatat pada kertas pias. Alat ini memerlukan perawatan
yang cukup intensif untuk menghindari kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada
alat ini.
11
III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
A. Waktu dan Tempat
Praktik Lapangan ini akan dilaksanakan di Badan Klimatologi Klas I Kenten
Palembang. Praktik lapangan ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2013 sampai
dengan selesai.
B. Metode Praktik Lapangan
Metode kerja yang dilakukan penulis pada praktek lapangan ini terdiri atas
beberapa metode yaitu :
1. Metode Wawancara
Dilakukan dengan wawancara secara langsung dengan pihak–pihak terkait.
2. Metode Pengamatan Lapangan
Dilakukan dengan melihat langsung kelapangan dalam bentuk kunjungan
langsung ke lokasi dan menganalisa hasil pengamatan, serta ikut dalam proses
kerja.
3. Metode Studi Kepustakaan
Metode ini dilakukan dengan mencari bahan–bahan dan data yang berhubungan
dengan praktik lapangan dalam majalah, internet, maupun buku–buku yang
berhubungan dengan tema praktik lapangan.
12
SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika dalam penulisan laporan praktik lapangan tentang “Tinjauan
Instrumentasi Meteorologi untuk Kegiatan dibidang Pertanian di Stasiun Badan
Meteorologi Klimatologi Dan Geofisika Palembang“adalah sebagai berikut :
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Suhu
B. Kelembaban
C. Kecepatan angin
D. Intensitas cahaya matahari
E. Termometer
F. Barometer
G. Anemometer
H. Higrometer
I. Penakar hujan
III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGAN
A. Waktu dan Tempat
B. Metode Praktik Lapangan
IV. KEADAAN UMUM LOKASI
A. Luas Bangunan
13
B. Luas Tanah
C. Tata Letak Lokasi
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Data suhu, kelembaban, angin, curah hujan dan lama penyinaran matahari
B. Pembahasan
1. Kendala-kendala dalam melakukan pengukuran langsung ke lapangan
2. Pengaruh cuaca terhadap pengukuran dilapangan
3. Kondisi alat ukur selama melakukan pengukuran dan setelah melakukan
pengukuran
4. Solusi untuk mendapatkan data-data yang tepat dan akurat setelah
melakukan pengukuran di lapangan
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
14
DAFTAR PUSTAKA
Daldjoeni N. 1986. Pokok – Pokok Klimatologi. Bandung : Penerbit Alumni.
Guslim, 2007. Di unduh daru http://alammemanggilkita.blogspot.com/2010/06/ laporan-ahir-praktikum klimatologi.html. (Diakses tanggal 18 Oktober 2013).
Kartasapoetra, G. A., 2004. Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan Tanaman. Bumi Aksara: Jakarta.
Marsono,1995. Rangkuman hasil penelitian pisang tahun 1989-1992. Prosiding Rapat Teknis Puslitbang Hortikultura di Cipanas, 23-24 Juni 1993. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hortikultura, Jakarta.
Subagyo. 1990. Peningkatan Kompetensi Personil Laboratorium Kalibrasi. Diunduh dari http://www.bmkg.go.id/bmkg_pusat/Sestama/Humas/PENINGKATAN KOMPETENSI_PERSONIL_LABORATORIUM_KALIBRASI.bmkg (diakses tanggal 7 Oktober 2013).
Tohari., 1999. Fisiologi Tanaman Budidaya Tropik. UGM Press: Yogyakarta.
Winarso, 2008. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16315 /4/Chapter%20II.pdf. (Diakses tanggal 18 Oktober 2013).
Yani, 2009. Diunduh dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16315 /4/Chapter%20II.pdf. (Diakses tanggal 18 Oktober 2013).
15