laporan pendahuluan (fix)

29
LAPORAN PENDAHULUAN GANGGUAN RASA NYAMAN, NYERI A. KONSEP DASAR 1. Kenyamanan Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawaytan. Donahue (1989) meringkaskan “melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.” Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Kolcaba (1992) mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan setelah terpenuhi kebutuhan dasar menusia. Dan dengan timbulnya pandangan yang holistik , Mahon (1994) mengungkapkan bahwa harus memahami pengalaman nyeri sebagaimana nyeri itu berlangsung. 2. Definisi Nyeri Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh stimulus spesifik seperti: mekanik, termal, kimia, mikroorganisme atau elektrik pada ujung saraf serta tidak dapat diserah-terimakan 1

Upload: gitaq-tri-yatma

Post on 07-Dec-2015

33 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

LP

TRANSCRIPT

Page 1: Laporan Pendahuluan (Fix)

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN RASA NYAMAN, NYERI

A. KONSEP DASAR

1. Kenyamanan

Kenyamanan adalah konsep sentral tentang kiat keperawaytan. Donahue (1989)

meringkaskan “melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan

perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan, dan bantuan.”

Konsep kenyamanan memiliki subjektivitas yang sama dengan nyeri. Kolcaba (1992)

mendefinisikan kenyamanan dengan cara yang konsisten pada pengalaman subjektif

klien. Kolcaba mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan setelah terpenuhi

kebutuhan dasar menusia. Dan dengan timbulnya pandangan yang holistik , Mahon

(1994) mengungkapkan bahwa harus memahami pengalaman nyeri sebagaimana

nyeri itu berlangsung.

2. Definisi Nyeri

Nyeri adalah suatu perasaan yang tidak menyenangkan dan disebabkan oleh

stimulus spesifik seperti: mekanik, termal, kimia, mikroorganisme atau

elektrik pada ujung saraf serta tidak dapat diserah-terimakan kepada orang

lain. (Copp, B. Summer. 1985 dalam Heriana, Pelapina. 2014)

Nyeri merupakan perasaan tidak nyaman yang sangat subjektif dan hanya

orang yang mengalaminya yang dapat menjelaskan dan mengevaluasiperasaan

tersebut. (Priharjo. 1997 dalam Saputra, Lyndon. 2013)

Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika

jaringan sedang rusak , dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk

menghilangkan rangsangan nyeri. (Arthur C. Curton.1983 dalam Saputra,

Lyndon. 2013)

Nyeri adalah sensori subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang

dapat terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau

1

Page 2: Laporan Pendahuluan (Fix)

menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan. (International Association For

Study of Pain)

3. Fisiologis Nyeri

Cara nyeri merambat dan dipresepsikan oleh individu masih belum sepenuhnya

dimengerti. Namun, bisa tidaknya nyeri dirasakan dan derajat nyeri tersebut

mengganggu dipengaruhi oleh sistem algesia tubuh dan transmisi sistem saraf serta

interprestasi stimulus.

1. Nosisepsi

Sistem saraf perifer mengandung saraf sensori primer yang berfungsi mendeteksi

kerusakan jaringan dan membengkitkan beberapa sensasi, salah satunya adalah

sensasi nyeri. Rasa nyeri dihantarkan oleh reseptor yang yang disebut nosiseptor.

Nosiseptor merupakan ujung saraf perifer yang bebas dan tidak bermielin atau

hanya memiliki sedikit mielin. Reseptor ini tersebar di kulit dan mukosa,

khususnya pada visera, persendian, dinding arteri, hati, dan kandung empedu.

Reseptor nyeri tersebut dapat dirangsang oleh stimulus mekanis, termal, listrik,

atau kimiawi (misalnya histamine, bradikinin, dan prostaglandin).

Proses fisiologi yang terkait nyeri disebut nosisepsi. Proses ini terdiri atas empat

tahap, yaitu sebagai berikut.

a. Transduksi

Rangsangan (stimulus) yang membahayakan memicu pelepasan mediator

biokimia (misalnya histamine, bradikinin, prostaglandin, dan substansi P).

Mediator ini kemudian mensensitisasi noiseptor.

b. Transmisi

Tahap transmisi terdiri atas tiga bagian, yaitu sebagai berikut.

1) Stimulasi yang diterima oleh reseptor ditransmisikan berupa impuls nyeri

dari saraf serabut perifer ke medulla spinalis. Jenis nosiseptor yang terlibat

dalam transmisi ini ada du jenis, yaitu serabut C dan serabut A-delta.

Serabut C mentransmisikan nyeri tumpul dan menyakitkan, sedangkan

serabut A-delta mentrasmisikan nyeri yang tajam dam terlokalisasi.

2

Page 3: Laporan Pendahuluan (Fix)

2) Nyeri ditransmisikan dari medulla spinalis ke batang otak dan thalamus

melalui jalur spinotalamikus (spinothalamic tract atau SST) yang

membawa informasi tentang sifat dan lokasi stimulus ke thalamus.

3) Sinyal diteruskan ke korteks sensori somatik (tempat nyeri di

presepsikan). Impuls yang ditransmisikan melalui SST mengaktifkan

respons otonomik dan limbic.

c. Persepsi

Individu dimulai menyadari adanya nyeri dan tampaknya persepsi nyeri

tersebut terjadi di struktur korteks sehingga memungkinkan timbulnya

berbagai strategi perilaku kognitif untuk mengurangi komponen sensori dan

afektif nyeri.

d. Modulasi atau sistem desendens

Neuron di batang otak mengirimkan sinyal-sinyal kembali ke tanduk dorsal

medulla spinalis yang terkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif. Serabut

desendens tersebut melepaskan substansi seperti opioid, serotonin, dan

norepinefrin yang akan menghambat impuls asendens yang membahayakan di

bagian dorsal medulla spinalis.

3

Page 4: Laporan Pendahuluan (Fix)

Pathway Nyeri

4

Page 5: Laporan Pendahuluan (Fix)

4. Teori Penghantar Nyeri

1) Teori Pemisah (Specificity)

Rangsangan nyeri ke medulla spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinapsis di

daerah posterior. Rangsangan tersebut kemudian naik ke tractus lissur dan

menyilang di garis median ke sisi lainnya. Rangsangan nyeri berakhir ke korteks

sensori tempat nyeri tersebut diteruskan. Proses penghantaran nyeri ini tidak

memperhitungkan aspek fisiologis dan respons nyeri.

2) Teori Pola (Pattern)

Rangsangan nyeri masuk ke medula spinalis melalui ganglion akar dorsal dan

merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan

nyeri ke korteks serebri. Nyeri yang terjadi merupakan efek gabungan dari

intensitas rangsangan dan jumlah rangsangan dan jumlah rangsangan pada ujung

dorsal medulla spinalis. Proses ini tidak termasuk aspek fisiologis.

3) Teori Pengendalian Gerbang (Gate Control)

Rangsangan nyeri dikendalian oleh mekanisme gerbang pada ujung dorsal

medulla spinalis. Saraf besar dan saraf kecil pada ganglion akar dorsalis

memungkinkan atau menghalangi penghantaran rangsangan nyeri.

4) Teori Transmisi dan Inhibisi

Stimulus yang mengenai nosiseptor memulai transmisi (penghantar) impuls saraf.

Transmisi ini menjadi efektif karena terdapat neurotransmitter yang spesifik.

Inhibisi impuls nyeri juga menjadi efektif karena terdapat impuls pada serabut

besar yang menghalangi impuls pada serabut lambat dan sistem supresi opiate

endogen.

5. Respon Fisiologis Terahadap Nyeri

Stimulasi Simpatik ( nyeri ringan, moderat, dan superficial ) :

1) Dilatasi saluran bronchial dan peningkatan respirasi rate.

5

Page 6: Laporan Pendahuluan (Fix)

2) Peningkatan heart rate.

3) Vasokontriksi perifer, peningkatan Blood Pessure.

4) Peningkatan nilai gula darah.

5) Peningkatan kekuatan otot.

6) Dilatasi pupil.

7) Penurunan motilitas GI.

Stimulus Parasimpatik ( nyeri berat dan dalam ).

8) Muka pucat.

9) Otot mengeras.

10) Penurunan Heart Rate dan Blood Pressure.

11) Nafas cepat dan irregular.

12) Nausea dan Vomitus (Mual & Muntah).

13) Kelelahan dan Keletihan.

6. Beberapa Respon Tingkah Laku Terhadap Nyeri

Respon tingkah laku terhadap nyeri dapat mencakup:

Pernyataan verbal (mengaduh, menangis, sesak napas, mendengkur).

Ekspresi wajah (meringis, menggeletukkan gigi, menggigit bibir.

Gerakan tubuh (gelisah, imobilisasi, ketegangan otot, peningkatan gerakan jari

dan tangan.

Kontak dengan orang lain/ interaksi sosial (menghindari percakapan,

menghindari kontak sosial, penurunan rentang perhatian, fokus pada aktivitas

menghilangkan nyeri.

7. Faktor yang mempengaruhi respon nyeri

a. Usia. Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat harus

mengkaji respon nyeri pada anak. Pada orang dewasa kadang melaporkan

nyeri jika sudah patologis dan mengalami perubahan fungsi. Pada lansia

cenderung memendam nyeri yang dialami, karena mereka menganggap nyeri

6

Page 7: Laporan Pendahuluan (Fix)

adalah hal yang alamiah yang harus dijalani dan mereka takut kalau

mengalami penyakit berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

b. Jenis Kelamin. Gill (1990) mengungkapkan laki-laki dan wanita tidak berbeda

secara signifikan dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi faktor

budaya (contoh: tidak pantas kalau laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh

mengeluh nyeri).

c. Kultur. Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka

meresapon nyeri (contoh: suatu daerah yang menganut kepercayaan bahwa

nyeri adalah akibat dari kesalahannya sendiri).

d. Makna nyeri. Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang

terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.

e. Perhatian. Tingkat seorang klien memfokuskan perhatian pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Menurut Gill (1990), perhatian yang meningkat

dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi

dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Teknik relaksasi, guided

imagery merupakan teknik untuk mengatasi nyeri.

f. Ansietas. Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri bisa

menyebabkan seseorang cemas.

g. Pengalaman masa lalu. Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri di

masa lampau dan saat ini nyeri yang lama timbul kembali, maka ia akan lebih

mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang mengatasi nyeri

tergantung pengalaman di masa lalu dalam mengatasi nyeri.

h. Pola koping. Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi

nyeri dan sebaliknya koping maladaptif akan menyulitkan seseorang dalam

mengatasi nyeri.

i. Support keluarga dan social. Individu yang mengalami nyeri seringkali

bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh

dukungan, bantuan dan perlindungan.

Jenis Penyebab Nyeri

7

Page 8: Laporan Pendahuluan (Fix)

Jenis penyebab Dasar fisiologis

1. Mekanik

a. Trauma jaringan (ex:

operasi).

b. Perubahan jaringan

(ex:edema).

c. Penyumbatan pada

salurantubuh.

d. Tumor.

e. Spasme otot.

2. Termal

Panas/ dingin (ex: combustio).

3. Kimia

a. Iskemia jaringan

karenasumbatan arteri

koroner.

b. Spasme otot.

a. Kerusakan jaringan, iritasi langsung

pada reseptor nyeri, inflamasi.

b. Penekanan pada reseptor nyeri

c. Distensi pada lumen

d. Penekanan pada reseptor nyeri, iritasi

ujung saraf.

e. Stimulasi pada reseptor nyeri.

f. Kerusakan jaringan, perangsangan

pada reseptor nyeri.

g. Perangsangan pada reseptor nyeri

karena akumulasi asam laktat atau zat

kimia lain seperti asam laktat pada

jaringan.

h. Sekunder terhadap stimulasi mekanik

yang menyebabkan iskemia jaringan.

8. Klasifikasi Nyeri

1) Jenis Nyeri

Berdasarkan jenisnya, nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri perifer, nyeri sentral,

dan nyeri psikogenik.

a. Nyeri Perifer

Nyeri perifer dapat dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1. Nyeri superficial : rasa nyeri yang muncul akibat rangsangan pada kulit

dan mukosa

2. Nyeri visceral : rasa nyeri timbul akibat rangsangan pada resptor nyeri di

rongga abdomen, cranium, toraks.

8

Page 9: Laporan Pendahuluan (Fix)

3. Nyeri alih: rasa nyeri dirasakan di daerah lain yang jauh dari jaringan

penyebab nyeri.

b. Nyeri sentral

Nyeri sentral adalah nyeri yang muncul akibat rangsangan pada medulla

spinalis, batang otak, dan thalamus.

c. Nyeri Psikogenik

Nyeri psikogenik adalah nyeri yang penyebab fisiknya tidak diketahui.

Umumnya nyeri ini disebabkan oleh factor psikologis.

Selain jenis-jenis nyeri yang telah disebutkan sebelumnya, terdapat juga

beberapa jenis nyeri yang lain. Contohnya adalah sebagai berikut.

a. Nyeri somatic : nyeri yang berasal dari tendon, tulang, saraf, dan pembuluh

darah.

b. Nyeri menjalar nyeri yang terasa di bagian tubuh yang lain, umumnya

disebabkan oleh kerusakan atau cidera pada organ visceral.

c. Nyeri neurologis : bentuk nyeri tajam yang disebabkan oleh spasme di

sepanjang atau di beberapa jalur saraf.

d. Nyeri phantom : nyeri yang dirasakan pada bagian tubuh yang hilang,

misalnya pada bagian kaki yang sebenarnya sudah diamputasi.

2. Bentuk Nyeri

1) Nyeri akut

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang. Umumnya nyeri ini berlangsung tidak lebih dari enam bulan.

Penyebab dan lokasi nyeri biasanya sudah diketahui. Nyeri akut ditandai

dengan peningkatan tegangan otot dan kecemasan.

b) Nyeri kronis

Nyeri kronis merupakan nyeri yang berlangsung berkepanjangan, berulang

atau menetap selama lebih dari enam bulan. Sumber nyeri dapat diketahui atau

tidak. Umumnya nyeri ini tidak dapat disembuhkan. Nyeri kronis dapat dibagi

9

Page 10: Laporan Pendahuluan (Fix)

menjadi beberapa kategori, antara lain nyeri terminal, sindrom nyeri kronis,

dan nyeri psikosomatis.

Perbedaan antara nyeri akut dan nyeri kronis

Karakteristik Nyeri Akut Nyeri Kronis

Pengalaman Suatu kejadian Suatu situasi, status

eksistensi nyeri

Sumber Faktor eksternal atau

penyakit dari dalam

Tidak diketahui

Serangan Mendadak Bisa mendadak atau

bertahap; tersembunyi

Durasi Sampai enam bulan Enam bulan lebih sampai

bertahun-tahun

Pernyataan Nyeri Daerah nyeri umunya

diketahui dengan pasti

Daerah nyeri sulit

dibedakan intensitasnya

dengan daerah yang tidak

nyeri sehingga sulit

dievaluasi

Gejala Klinik Pola respons yang khas

dengan gejala yang lebih

jelas

Pola respons bervariasi

Perjalanan Umumnya gejala

berkurang setelah

beberapa waktu

Gejala berlangsung terus

dengan intensitas yang

tetap atau bervariasi

Prognosis Baik dan mudah

dihilangkan

Penyembuhan total

umunya tidak terjadi

9. Pengalaman Nyeri

Pengalaman nyeri seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu sebagai

berikut.

10

Page 11: Laporan Pendahuluan (Fix)

a. Arti atau Makna Nyeri

Nyeri bersifat sangat subjektif sehingga memiliki arti atau makna yang

berbeda bagi setiap orang, bahkan berbeda juga untuk orang yang sama pada

waktu yang berbeda. Sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif,

misalnya membahayakan, merusak, menunjukan adanya komplikasi (misalnya

infeksi), menyababkan ketidakmampuan, dan memerlukan penyembuhan. Arti

nyeri antara lain dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, lingkungan, latar

belakang sosial budaya, serta pengalaman nyeri sekarang dan masa lalu.

b. Persepsi Nyeri

Persepsi nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif yang berpusat di

area korteks (pada fungsi evaluative kognitif). Persepsi ini dapat timbul akibat

rangsangan yang harus melewati jalur spinotalamikus dan talamiko kortikalis.

Persepsi nyeri dipengaruhi oleh factor yang dapat memicu stimulasi

nosiseptor dan transmisi impals nosiseptor misalnya daya reseptif serta

interprestasi kortikal.

c. Toleransi terhadap Nyeri (Pain Tolerance)

Reaksi seorang pada saat mengalami nyeri berbeda-beda, contohnya

ketakutam, kegelisahan, cemas, mengerang, menangis, menjerit-jerit, berjalan

mondar-mandir, tidur sembari menggeretakan gigi, mengeluarkan banyak

keringat, dan mengepalkan tangan.Reaksi nyeri dapat dipengaruhi oleh

beberapa factor, antara lain arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman

masa lalu, nilai budaya, lokasi nyeri, harapan sosial, kesehatan fisik dan

mental, usia, serta rasa takut dan cemas.

10. Management Nyeri

a. Management Farmakologi, terdiri atas:

Analgesik non opioids. Termasuk nonsteroidal anti inflamatory drugs (

NSAIDS ), seperti: Aspirin, acetaminophen, dan ibuprofen. Menurut

American Pain Society, obat-obatan ini bekerja pada saraf perifer di

daerah luka dan menurunkan tingkat/ level inflamasi.

11

Page 12: Laporan Pendahuluan (Fix)

Analgesik opioids. Analgesik opioids termasuk opium derivate, seperti

morfin dan kodein. Obat-obat ini bekerja dengan cara mengubah

mood, perhatian, perasaan pasien menjadi lebih baik, dan lebih

nyaman walaupun terdapat nyeri.

Analgesik adjuvant..Analgesik adjuvant adalah terapi pengobatan

selain menggunakan analgesic, tetapi dapat mengurangi tipe-tipe nyeri

kronik. Contohnya Diazepam (Valium) yang dapat menggunakan rasa

nyeri pada saat terjadi spasme otot membantu bisa tidur nyenyak.

b. Management non Farmakologi, terdiri atas:

1. Intervensi fisik

Tujuan dari intervensi fisik adalah:

Membuat nyaman.

Mengurangi disfungsi fisik.

Menormalkan respon fisiologis.

Mengurangi ketakutan.

2. Cutaneous Stimulation

Yang termasuk cutaneous stimulation:

Pemijatan/massage

Kompres panas/dingin

Asupressure

Contralateral Stimulation

3. Immobilisasi.

Biasanya korban tidur di splint yang biasanya diterapkan pada saat

kontraktur atau terjadi ketidakseimbangan otot. Splint ini harus diubah

posisinya tiap 30 menit untuk mencegah terjadinya penyakit baru seperti

dicubitus.

4. TENS

Transcutaneous electrice nerve stimulation (TENS) adalah noninvasive,

teknik control nyeri nonalgesic untuk klien dengan nyeri akut ataupun

kronik.

12

Page 13: Laporan Pendahuluan (Fix)

5. Akupuntur

Akupuntur telah diterapkan di China dan mendapat perhatian tinggi dari

Amerika Utara.Biasanya digunakan untuk nyeri akut.

6. Placebo

Placebo adalah salah satu bentuk treatment seperti medikasi atau tindakan

keperawatan ya ng menghasilkan efek pada klien, bahwa tindakan yang

dilakukan atau yang diberikan perawat dapat menyembuhkan penyakit.

7. Distraksi

Contoh dari distraksi adalah pada saat klien dipindahkan dari ruang bedah

mungkin tidak merasakan nyeri saat melihat pertandingan sepak bola di

televisi, tapi nyeri akan dirasakan lagi pada saat pertandingan itu sudah

selesai.

8. Hypnosis

Hypnosis digunakan untuk memfokuskan konsentrasi dan meminimalisir

distraksi.

9. Relaksasi

Macam-macam teknik relaksasi : meditasi, yoga, dan latihan relaksasi

progresif. Teknik ini tidak dilakukan pada pasien yang nyeri akut karena

ketidakmampuan berkonsentrasi. Latihan relaksasi progresif mencakup

latihan control nafas, kontraksi, dan relaksasi otot.

B. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Pengkajian nyeri akurat penting untuk upaya penatalaksanaan nyeri yang afektif.Karena

nyeri merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-

masing individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri,

seperti factor fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural.Pengkajian

nyeri terdiri atas dua komponen utama, yakni (a) riwayat nyeri untuk mendapatkan data

dari klien dan (b) observasi langsung pada respon perilaku dan fisiologis klien.Tujuan

13

Page 14: Laporan Pendahuluan (Fix)

pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman subjek.

Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST :

a. P (pemicu) yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannya nyeri

b. Q (quality) dari nyeri, apakah rasa tajam, tumpul atau tersayat.

c. R (region) yaitu daerah perjalanan nyeri.

d. S (severty) adalah keparahan atau intensits nyeri.

e. T (time) adalah lama/waktu serangan atau frekuensi nyeri.

1) Riwayat  Nyeri

Saat mengkaji riwayat nyeri, perawat sebaiknya memberikan klien kesempatan

untuk mengungkapkan cara pandang mereka terhadap nyeri dan situasi tersebut

dengan kata-kata mereka sendiri. Langkah ini akan membantu perawt memahami

makna nyeri bagi klien dan bagaimana ia berkoping terhadap aspek, antara lain :

a) Lokasi. Untuk menentukan lokasi nyeri yang spesifik, minta klien

menunjukkan area nyerinya. Pengkajian ini biasanya dilakukan dengan

bantuan gambar tubuh. Klien biasanya menandai bagian tubuhnya yang

mengalami nyeri. Ini sangat bermanfaat, terutama untuk klien yang memiliki

lebih dari satu sumber nyeri.

b) Intensitas Nyeri. Penggunaan skala intensitas nyeri adalah metode yang

mudah dan terpercaya untuk menentukan intensitas nyeri pasien. Skala nyeri

yang paling sering digunakan adalah rentang 0-5 atau 0-10. Angka “0”

menandakan tidak nyeri sama sekali dan angka tertinggi menandakan nyeri

“terhebat” yang dirasakan klien. Intensitas nyeri dapat diketahui dengan

bertanya kepada pasien melalui skala nyeri wajah, yaitu Wong-Baker FACES

Rating Scale yang ditujukan untuk klien yang tidak mampu menyatakan

intensitas nyerinya melalui skala angka. Ini termasuk anak-anak yang tidak

mampu berkomunikasi secara verbal dan lan sia yang mengalami gangguan

komunikasi.

Keterangan

a. 0 :Tidak nyeri

14

Page 15: Laporan Pendahuluan (Fix)

b. 1-3 :Nyeri ringan (secara obyektif klien dapat  berkomunikasi dengan

baik).

c. 4-6    : Nyeri sedang (secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskribsikan nyeri, dapat mengikuti

perintah dengan baik).

d. 7-9     : Nyeri berat (secara obyektif klien terkadang tidak dapat mengikuti

perintah tapi masih respon terhadap tindakan, dapat menunjukkan lokasi

nyeri, tidak dapat mendeskripsikan nyeri, tidak dapat diatasi dengan alih

posisi, napas panjang dan distraksi.

e. 10 :Nyeri sangat berat (klien sudah tidak bias berkomunikasi).

2) Kualitas Nyeri

Terkadang nyeri bisa terasa seperti “dipukul-pukul” atau “ditusuk-tusuk”.Perawat

perlu mencatat kata-kata yang digunakan klien untuk menggambarkan nyerinya

sebab informasi yang akurat dapat berpengaruh besar pada diagnosis dan etiologi

nyeri serta pilihan tindakan yang diambil.

a) Pola. Pola nyeri meliputi: waktu awitan, durasi/lamanya nyeri dan

kekambuhan atau interval nyeri. Karenanya, perawat perlu mengkaji kapan

nyeri dimulai, berapa lama nyeri berlangsung, apakah nyeri berulang dan

kapan nyeri terakhir kali muncul.

b) Faktor  Presipitasi. Terkadang aktivitas tertentu dapat memicumunculnya

nyeri. Sebagai contoh: aktivitas fisik yang berat dapat menimbulkan nyeri

dada. Selain itu, faktor lingkungan (lingkungan yang sangat dingin atau sangat

panas), stresor fisik dan emosional juga dapat memicu munculnya nyeri.

c) Gejala yang menyertai. Gejala ini meliputi: mual, muntah, pusing dan diare.

Gejala tersebut bisa disebabkan oleh awitan nyeri atau oleh nyeri itu sendiri.

d) Pengaruh aktifitas sehari-hari. Dengan mengetahui sejauh mana nyeri

mempengaruhi aktivitas harian klien akan akan membantu perawat memahami

persepsi klien tentang nyeri. Beberapa aspek kehidupan yang perlu dikaji

terkait nyeri adalah tidur, nafsu makan, konsentrasi, pekerjaan, hubungan

15

Page 16: Laporan Pendahuluan (Fix)

interpesonal, hubungan pernikahan, aktivitas di rumah, aktivitas waktu

seggang serta status emosional.

e) Sumber koping. Setiap individu memiliki strategi koping yang berbeda dalam

menghadapi nyeri. Strategi tersebut dapat dipengaruhi oleh oleh pengalaman

nyeri sebelumnya atau pengaruh agama/budaya.

f) Respon afektif. Respon afektif klien terhadap nyeri bervariasi, tergantung

pada situasi, derajat dandurasi nyeri, interpretasi tentang nyeri dan banyak

faktor lainnya. Perawat perlu mengkaji adanya perasaan ansietas, takut, lelah,

depresi atau perasaan gagal pada diri klien.

3) Macam-macam skala nyeri

a) Skala numeris

b) Skala deskriptif

Skala Deskriptif Verbal (Verbal Descriptor Scale, VDS) merupakan salah satu

alat ukur tingkat keparahan yang lebih bersifat objektif. Skala ini merupakan

sebuah garis yang terdiri dari beberapa kalimat pendeskripsi yang tersusun

dalam jarak yang sama sepanjang garis. Kalimat pendeskripsi ini diranking

dari tidak ada nyeri sampai nyeri yang paling hebat. Perawat menunjukkan

skala tersebut pada klien dan meminta untuk menunjukkan intensitas nyeri

terbaru yang ia rasakan.

16

Page 17: Laporan Pendahuluan (Fix)

c) Skala analog visual

Skala Analog Visual (Visual Analog Scale, VAS) merupakan suatu garis lurus,

yangmewakili intensitas nyeri yang terus menerus dan memiliki alat

pendeskripsi verbal pada setiap ujungnya.  Skala analog visual merupakan

pengukur keparahan nyeri yang lebih sensitif karena pasien dapat

mengidentifikasi setiap titik pada rangkaian daripada dipaksa memilih satu

kata atau satu angka (McGuire, 1984).

d) Skala ouche

Untuk mengukur skala intensitas nyeri pada anak-anak dikembangkan alat

yang dinamakan “Oucher”, yang terdiri dari dua skala yang terpisah dengan

nilai 0-100 pada sisi sebelah kiri untuk anak-anak yang berusia lebih besar dan 17

Page 18: Laporan Pendahuluan (Fix)

skala fotografik enam gambar pada sisi sebelah kanan yang digunakan pada

anak-anak yang lebih kecil.

e) Skala wajah

2. Diagnosa Keperwatan

a. Gangguan rasa nyaman ; nyeri berhubungan dengan operasi yang disengaja

b. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan nyeri pada abdomen, luka post operasi

SC

3. Perencanaan Keperawatan

a. Gangguan rasa nyaman nyeri

1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan nyeri

berkurang.

2) Kriteria hasil:

a) Nyeri berkurang

b) Ekspresi wajah tenang

b. Gangguan istirahat tidur

1) Tujuan: Setelah dilakukan tindakan selama 1x24 jam diharapkan klien tidur

dengan nyenyak.

2) Kriteria hasil:

a) Klien dapat tidur 6-7 jam dalam sehari

Dx Intervensi Rasional

18

Page 19: Laporan Pendahuluan (Fix)

1 1. Ajarkan teknik relaksasi nafas

dalam

2. Rekomendasikan tindakan

kenyamanan. Missal : kompres

hangat kering

3. Lakukan perawatan luka

Intervensi

1. Penggunaan teknik ini dapat menurunkan

ketegangan otot dan mencegah

ketidaknyamanan

2. Dapat memulihkan nyeri sementara

3. Mengurangi rasa nyeri dan mempercepat

Rasional

kering

4. Dokumentasikan pengkajian

tentang nyeri

penyembuhan luka

4. Menentukan karakteristik nyeri dan

menentukan rencana yang adekuat

2 1. Anjurkan tindakan massage

2. Rekomendasikan tindakan

kenyamanan, mandi air hangat

3. Atur posisi tidur yang tenang

dan nyaman

4. Anjurkan untuk rutin tidur

siang

1. Memberikan rasa nyaman dan

menurunkan ketegangan otot

2. Dapat membantu menurunkan ansietas

dan takut menghadapi tidur semalaman

3. Bantu dalam membentuk tidur/ istirahat

optimal yang rutin

4. Membantu menurunkan ansietas dan

membentuk istirahat yang rutin

19

Page 20: Laporan Pendahuluan (Fix)

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 1995. Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.

Doenges,Marilynn E,dkk.1999.Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan

dan Pendokumentasian Keperawatan Pasien.Jakarta:EGC.

Hidayat,A.Aziz Alimul.2008.Pengantar kebutuhan Dasar Manusia: Aplikasi Konsep dan Proses

Keperawatan.Jakarta:Salemba Medika.

Heriana, Palpina. 2014. Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang: Binarupa Aksara

Mubarak,Wahit Iqbal dan Nurul Chayatin.2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia: Teori dan

Aplikasi dalam   Praktik.Jakarta:EGC.

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Tanggerang: Binarupa Aksara

20