acara i fix

25
ACARA I UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH (AIR LIUR & EMPEDU) A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari air liur dan empedu. 2. Waktu Praktikum Senin, 7 April 2014 3. Tempat Praktikum Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram. B. LANDASAN TEORI Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan, yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 2007: 451). Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas ion-ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti musin dan enzim amilase atau ptyalin. Saliva mempunyai pH

Upload: lieni-upiehoo

Post on 06-Feb-2016

261 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

biokimia II

TRANSCRIPT

Page 1: ACARA  I FIX

ACARA I

UJI SIFAT FISIK DAN KIMIA CAIRAN TUBUH

(AIR LIUR & EMPEDU)

A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

1. Tujuan Praktikum

Untuk mengetahui sifat fisik dan kimia dari air liur dan empedu.

2. Waktu Praktikum

Senin, 7 April 2014

3. Tempat Praktikum

Lantai III, Laboratorium Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Universitas Mataram.

B. LANDASAN TEORI

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan,

yang disekresikan oleh hepatosit hati pada sebagian besar vertebrata. Empedu

dihasilkan secara terus-menerus oleh hati, akan tetapi ditampung dalam sebuah alat

penampungan yaitu kantung empedu diantara waktu makan. Bila makanan masuk ke

duodenum, lepasnya kolesistokinin akan merangsang kontraksi kantung empedu dan

keluarnya empedu akan dihimpun ke dalam duodenum (Kimball, 2007: 451).

Saliva adalah cairan yang lebih kental daripada air biasa. Saliva terdiri atas ion-

ion Ca2+, Mg2+, Na+, K+, PO43-, Cl-, HCO3-, SO42-, dan zat-zat organic seperti

musin dan enzim amilase atau ptyalin. Saliva mempunyai pH antar 5,75 sampai 7,05.

Pada umumnya pH saliva sedikit dibawah 7. Rangsangan yang menyebabkan

pengeluaran saliva dari kelenjar saliva adalah pikiran tentang makanan yang disukai,

adanya bau makanan yang sedap atau melihat makanan yang diharapkan sehingga

menimbulkan selera. Rangsangan demikian disebut rangsangan reflex. Rangsangan

keluarnya saliva karena adanya makanan dalam mulut disebut rangsangan mekanik,

sedangkan rasa makanan yang lezat atau manis dapat menimbulka rangsangan yang

disebut rangsangan kimiawi (Poedjadi, 1994: 236).

Analisis asam empedu seluruh sistem enterohepatik gf dan conv - r tikus

mengungkapkan bahwa kadar asam empedu dalam kehadiran mikrobiota usus

berkurang di kantong empedu dan usus kecil tapi meningkat di sekum , usus besar, tinja

Page 2: ACARA  I FIX

, dan serum ( gambar 1a ) . Dengan menggabungkan jumlah diukur dalam semua

jaringan , kami menunjukkan bahwa asam empedu renang berkurang 71 % ± 2 % pada

tikus conv - . Kantong empedu dari tikus gf memiliki tertinggi kadar asam empedu dari

semua jaringan dianalisis dan secara signifikan lebih besar dari kantong empedu dari

conv - r rekan-rekan. Di sebaliknya, kadar kolesterol dan fosfolipid berkurang dalam

kantong empedu gf (angka 1d dan 1e ) . Yang lebih besar ukuran kantong empedu dan

diubah komposisi empedu pada tikus gf tidak terkait dengan peradangan kandung

empedu ( angka 1f dan 1g ) (Ba¨ Ckhed,2013).

Setelah tiga minggu lintah kelaparan mulai mengisap solusi phagostimulatory.

Larutan sangat ditoleransi oleh lintah. Ekstrak lintah air liur dikumpulkan oleh

menempatkan mereka pertama dalam wadah es selama 7 menit. Lintah dibawa dekat

dengan parafilm membran (gambar. 1). Untuk melengkapi ekstraksi, lintah meremas

lancar dari posterior ke arah anterior (mulut) pengisap. Air liur dikumpulkan dari 140

lintah. Berat badan lintah ini berkisar antara 0,2 -7 gram. Volume mengisap solusi

dengan lintah berkisar antara 0,9-17 ml. Diamati bahwa beberapa lintah memberikan

ekstrak air liur berdarah. Alasannya adalah mungkin karena darah yang masih belum

sepenuhnya dicerna dalam usus mereka (baru-baru ini makan). Ini ekstrak air liur

berdarah entah bagaimana berhubungan dengan berat badan lintah. Massa tubuh berat

lintah lebih rentan untuk memberikan ekstrak air liur berdarah daripada yang lebih

ringan. Sangat menarik untuk mengamati bahwa masa kelaparan tidak memainkan

peran penting dalam jumlah cairan tersedot (Alaama,2011).

Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini menggunakan metode

pengukuran secara subjektif (niosh general job stress questionnaire) dan objektif

(aktivitas amilase dalam air liur) untuk mengukur tingkat stres masinis serta menelusuri

faktor pemicu stres yang bersangkutan. Sedangkan metode pengukuran performansi

dilakukan secara objektif menggunakan pengukuran waktu reaksi (Desrianty,2014).

Sebanyak 13 isolat bal asal asi memiliki ketahanan yang tinggi terhadap garam

empedu, namun hanya satu isolat yang memiliki ketahanan tinggi terhadap ph rendah,

yaitu leuconostoc r3. Hasil pengujian menunjukkan bahwa 13 isolat yang diujikan

memiliki kemampuan untuk mengasimilasi kolesterol yaitu pada kisaran

0,86-14,97g/ml. Pediococcus pentosaceus 1-a38, pediococcus pentosaceus 2-b2 dan

pediococcus pentosaceus 2-a16 memiliki aktivitas asimilasi kolesterol terbesar. Isolat

bal asal asi memiliki daya dekonjugasi natrium taurokolat yang lemah, jumlah asam

kolat yang dibebaskan berkisar antara 0,06-0,25 μmol/ml, dengan kemampuan

Page 3: ACARA  I FIX

mendekonjugasi terbesar pada isolat pediococcus pentosaceus 1-a38 dan pediococcus

pentosaceus 1-a22. Tidak ada korelasi antara ketahanan terhadap garam empedu dan ph

dengan kemampuan asimilasi kolesterol atau dekonjugasi natrium taurokolat.

Berdasarkan hasil tersebut di atas, pediococcus pentosaceus 1-a38 merupakan isolat

yang paling potensial untuk digunakan pada pengembangan produk probiotik dengan

sifat fungsional spesifik untuk menurunkan kolesterol dengan mekanisme asimilasi dan

dekonyugasi garam empedu. Namun demikian kajian dalam penelitian ini terbatas pada

pengujian in vitro, sehingga masih diperlukan kajian lebih lanjut (kajian in vivo)

sebagai dasar aplikasi isolat ini pada pengembangan produk probiotik (Hana,2011).

C. ALAT DAN BAHAN

1. Alat Praktikum

a. Tabung reaksi

b. Penjepit tabung reaksi

c. Pipet volume 5 mL

d. Pipet volume 2 mL

e. Rubber bulb

f. Rak tabung reaksi

g. Pipet tetes

h. Gelas kimia 250 mL

i. Gelas kimia 600 mL

j. Corong kaca 75 mm

k. Spatula

l. Rak tabung reaksi

m. pH stick

2. Bahan Praktikum

a. Aquades

b. HCl 1M

c. Asam asetat encer (CH3COOH 2 M)

d. BaCl2 2%

e. Saliva

f. Empedu ayam

g. Pereaksi Molisch

Page 4: ACARA  I FIX

h. CuSO4 0,1 M

i. NaOH 10%

j. HNO3 pekat

k. Sukrosa 5 %

l. H2SO4 pekat

m. Minyak goreng

n. Kertas label

o. pH stick universal

p. Tissue

q. Kertas saring

r. α-naftol 1%

D. SKEMA KERJA

1) Air Liur

a. Penetapan pH Air liur

Ukur pH

b. Uji Biuret

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 2 mL NaOH 10%

Dikocok

+ CuSO4 0,1 M

dikocok

Air liur tanpa penyaringan

Hasil

2 mL Air liur tanpa penyaringan

Hasil

Page 5: ACARA  I FIX

c. Uji Molisch

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 2 tetes pereaksi Molisch

Dikocok

Miringkan tabung dgn hati-hati

+ 2 mL H2SO4 melalui dinding tabung

d. Uji Presipitasi

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 1 tetes asam asetat encer

Campur dgn baik

e. Uji Sulfat

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 3-5 tetes HCl

+ 5-10 tetes BaCl2 2%

dikocok

2) Empedu

a. Sifat Empedu

Dicatat sifat-sifat fisik empedu

2 mL Air liur tanpa penyaringan

Hasil

2 mL Air liur yang telah disaring

Hasil

1 mL Air liur yang telah disaring

Hasil

Page 6: ACARA  I FIX

b. Preparasi empedu

Dilumatkan

+ aquades

disaring

c. Uji Gmelin

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 3 mL larutan empedu encer dengan

hati-hati

d. Uji Pettenkofer

Dimasukkan ke tabung reaksi

+ 5 tetes larutan sukrosa 5%

+ 3 mL H2SO4 pekat melalui

dinding tabung

kocok

e. Fungsi Empedu Sebagai Emulgator

3 mL HNO3 pekat

Hasil: perhatiakan warna yang terbentuk pada pembatasan kedua

cairan

5 mL larutan empedu encer

Hasil: cincin yang terbentuk pada

perbatasan kedua lapisan dicatat

Tabung 1

Empedu

Hasil

Page 7: ACARA  I FIX

+ 3 mL air suling

+ 1 tetes minyak

+ 3 mL air suling

+ 1 tetes minyak

+ 3 mL larutan empedu encer

E. HASIL PENGAMATAN

1. Uji sifat fisik dan kimia Air Liur

Air Liur

No Langkah Kerja Hasil Pengamatan

1 Penetapan pH Air liur

Diukur pH air liur tanpa

penyaringan.

pH = 7

2 Uji Biuret

2 ml air liur tanpa penyaring

an + 2 ml NaOH 10%

+ CuSO4, Dikocok

Warna larutan putih keruh,terdapat dua

lapisan, lapisan atas kental dan bawah

berwarna bening .

Warna larutannya berubah menjadi

ungu dan terdapat endapan biru

dibawah tabung

3 Uji Molisch

2 ml air liur + 2 tetes pereaksi

molisch

Warna larutan krem dengan endapan

kecil-kecil berwarna merah maroon

Hasil

Tabung II

Hasil

Page 8: ACARA  I FIX

+ 2 ml H2SO4 melalui dinding

tabung Larutan berwarna coklat

Terdapat endapan coklat tua didasar

tabung

Keluar asap

4 Uji Presipitasi

2 ml Air liur yang sudah

disaring + 1 tetes CH3COOH

2 M

Larutan yang awalnya putih keruh

menjadi putih keruh dan terdapat

endapan putih.

5 Uji Sulfat

1 ml air liur yang telah

disaring + 3-5 tetes HCl

+ 5-10 tetes BaCl2 2%

Setelah ditambah HCl, ada gumpalan

putih.

Terdapat gumpalan putih kental.

2. Uji sifat fisik dan kimia Empedu Ayam

Empedu

No Langkah kerja Hasil Pengamatan

1 Sifat Empedu Warna hijau tua,ada selaput yang

didalamnya tedapat cairan empedu.

2 Preparasi empedu

Dilumatkan,ditambah

aquades dan disaring

Larutan empedu encer berwarna hijau

2 Uji Gmelin

3 ml HNO3 pekat + 3 ml

empedu melalui dinding

tabung reaksi

Terbentuk 3 fase ,Pada bagian atas

adalah cairan empedu berwarna hijau;

di tengah terbentuk cincin berwarna

kuning keorange; pada bagian bawah

berwarna kuning bening .

Page 9: ACARA  I FIX

3 Uji Pattenkofer

5 ml empedu encer + 5 tetes

sukrosa 5 %

+ 3 ml asam H2SO4 pekat

Larutan berwarna hijau

Terbentuk 3 lapisan: lapisan bawah:

kuning bening; lapisan tengah: larutan

hitam dan ada lapisan kemerahan;

lapisan atas: warna hijau pekaty dan

terdapat gumpalan hitam.

4 Fungsi Empedu sebagai

emuglator

Tabung 1 : 3 ml air suling + 1

tetes minyak

Tabung II : 3 ml air suling +

1 tetes minyak

+ 3 ml larutan empedu

Warna larutan bening, terbentuk 2 fase

(tidak bercampur). Minyak di bagian

atas (berwarna kuning) dan air di

bagian bawah

Warna larutan bening, terbentuk 2 fase

(tidak bercampur). Minyak di bagian

atas dan air di bagian bawah

Warna larutan bening, terbentuk 3 fase

(tidak bercampur). Minyak di bagian

tengah (berwarna kuning) dan air di

bagian atas dan empedu dibagian

bawah

F. ANALISIS DATA

Air Liur

1. Uji Biuret

Page 10: ACARA  I FIX

2. Uji Molish

Page 11: ACARA  I FIX

3. Uji Presipitasi

Na+ + CH3COOH → CH3COONa (mengendap)

4. Uji Sulfat

BaCl2 + SO42- H⃗Cl BaSO4(s) + 2 Cl-

Penguraiannya:

BaCl2 + HCl → Ba2+ + 3Cl- + H+

Ba2+ + SO42- → BaSO4(s) (endapan putih)

Empedu

1. Sifat-sifat empedu

a. Berbentuk bulat memanjang (seperti kantong)

b. Terdapat cairan hijau kehitaman (hijau pekat) di dalamnya dengan ditutupi oleh

selaput bening bagian luarnya.

c. Berbau amis jika didiamkan beberapa jam.

2. Uji Gmelin

Bilirubin + HNO3 → kompleks senyawa warna-warni

3. Uji Pattenkofer

Page 12: ACARA  I FIX

4. Fungsi Empedu sebagai Emulgator

Garam-garam empedu + minyak → micelles

Micelles + air → larut

G. PEMBAHASAN

Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai katalisator reaksi kimia dalam

tubuh. Enzim bersifat spesifik yang berarti bahwa enzim dapat bekerja secara khas

terhadap suatu substrat tertentu. Hal ini menyebabkan suatu enzim hanya dapat

mengkatalisa suatu reaksi tertentu. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan

molekul zat yang bereaksi sehingga dengan demikian dapat mempercepat reaksi yang

terjadi karena enzim dapat menurunka energi pengaktifan yang menyebabkan terjadinya

reaksi akan lebih mudah. Enzim merupakan suatu protein, oleh karena itu sama halnya

seperti protein, kerja enzim juga dipengaruhi oleh beberapa faktor terutama substrat, suhu,

keasaman, kofaktor, dan inhibitor. Tiap enzim memerlukan suhu dan pH optimum yang

berbeda-beda. Dimana enzim dapat mengalami perubahan bentuk jika suhu dan pH

berubah sehingga dapat menyebabkan enzim tidak dapat bekerja secara optimal atau

bahkan dapat mengalami kerusakan (denaturasi) (Poedjadi, 1994).

Page 13: ACARA  I FIX

Air liur atau saliva memiliki peran penting dalam system pencernaan makanan.

Saliva berfungsi untuk memudahkan dalam menelan makanan, melindungi rongga mulut

dari kekeringan, panas, asam dan basa, dan untuk membantu pencernaan kimiawi. Pada

umumnya pH saliva berada sedikit dibawah 7. dalam mulut. Ada tiga set kelenjar ludah

pada manusia : parotid, submaksilaris, dan sublingual. Ludah (saliva) kaya akan ion dan

mengandung sejumlah enzyme. Fungsi ludah sebagai pembasah makan dalam mencerna

mkanan di mulut. Enzim yang di miliki oleh saliva berupa amylase (ptyalin). Selain itu

ludah juga memiliki anti bakteri dalam mulut dan cukup efektif membunuh bakteri Saliva

adalah cairan yang lebih kental dari pada air biasa. Setiap harinya klenjar ludah dapat

menghasilkan 1-1,5 L air ludah. Kandungan air alam ludah sekitar 99,24%. Saliva sendiri

memiliki pH sedikit dibawah 7.

Praktikum kali ini dilakukan percobaan yang bertujuan untuk menguji sifat fisik dan

kimia cairan tubuh. Dalam praktikum kali ini, cairan tubuh yang digunakan adalah air liur

dan empedu. Cairan liur adalah campuran hasil sekresi berasal dari kelenjar submaksilaris,

sublingualis, parotis serta kelenjar pipi. Kelenjar kadar zat lendirnya sedikit akan tetapi

kaya akan enzim amilase yang dikenal dengan nama ptialin. Enzim dapat mengekskresi

obat-obatan tertentu seperti alkohol dan morfin. Empedu manusia memililki warna kuning

keemasan tapi kalau dibiarkan pada udara terbuka akan berubah menjadi hijau,biru,dan

coklat karena pigmen empedu teroksidasi.Oksidasi pigmen empedu oleh berbagai preaksi

akan menghasilkan suatu turunan yang berwarna.

Pada saliva (air liur) dilakukkan beberapa pengujian yaitu penetapan pH,uji Biuret,

uji Molisch, uji Presipitasi, dan uji Sulfat. Pada percobaan yang pertama yaitu uji air

liur,dilakukan penetapan pH air liur dimana indikator universal dicelupkan ke dalam air

liur yang tidak disaring dan didapatkan pH air liur =7. Pada umumnya pH air liur manusia

adalah 6,6 jika masih segar. Pada percobaan tersebut didapatkan pH 7 karena pada saat air

liur sudah didapatkan air liur tersebut tidak langsung di ukur namun di kumpulkan hingga

banyak, inilah yang menyebabkan PH air liur bertambah. Karena air liur jika dibiarkan

agak lama pH-nya dapat meningkat karena kehilangan CO2.

Pada uji Biuret dan Uji Molisch,air liur tidak disaring supaya semua bahan atau

kandungan yang ada didalamya utuh atau alami. Air liur berwarna putih keruh tidak

berbuih kemudian di tambah dengan NaOH 10%, larutan menjadi terbentuk dua fase

atasnya kental dan bawahnya bening. Dimana pada pereaksi biuret dalam suasan basa

Page 14: ACARA  I FIX

akan bereaksi dengan polipeptida dan merupakan metode yang digunakan untuk

menentukan jumlah protein terlarut dalam larutan. Setelah itu di tambahkan beberapa tetes

CuSO4 0,1 M warna larutan menjadi ungu terdapat endapan didasar tabung klarena

mengandung protein. Pereaksi biuret terdiri dari CuSO4 dalam basa kuat. Pereaksi ini

mengikat ikatan peptida pada sampel. Dimana dalam suasana basa (akibat penambahan

NaOH) Cu2+ akan bereaksi dengan gugus –CO dan –NH2 pada asam amino dalam protein

sehingga membentuk suatu kompleks berwarna. Sampel harus mengandung minimal dua

ikatan peptida. Jika terdapat peptida maka warna larutan akan berubah. Perubahan warna

sesuai dengan kadar protein dalam larutan sampel. Semakin tinggi kadar protein sampel

warna larutan semakin gelap. Dari uji yang dilakukan didapatkan hasil positif yang artinya

di dalam air liur terdapat protein. Hal ini karena air liur mengandung enzim amilase yang

merupakan suatu protein dan musin yang merupakan suatu glikoprotein serta senyawa-

senyawa protein lain yang juga terkandung dalam air liur (Poedjadi, 1994).

Uji Molisch digunakan untuk menguji sifat kimia dan fisik dari air liur. Uji molish

yang dilakukan pada air liur adalah uji warna untuk mengetahui adanya karbohidrat pada

air liur. Air liur berwarna bening, ditambah 2 tetes pereaksi molish, terbentuk larutan

berwarna krem dengan endapan kecil-kecil berwarna mera merah maroon , kemudian di

tambah asam sulfat melalui dinding tabung reaksi, terbentuk 3 lapisan yaitu larutan warna

coklat (atas), cokelat keunguan (tengah/cincin), dan endapan kecoklatan (bawah). Hasil

yang didapat adalah positif yaitu dengan terbentuknya cincin ungu yang merupakan hasil

reaksi kondensasi antara hidroksimetilfurfural dengan α-naftol (Poedjadi, 2007).

Hidroksimetilfurfural terbentuk dari reaksi dehidrasi dengan H2SO4 dengan gula heksosa.

Hal ini dikarenakan adanya karbohidrat yang dapat berupa maltose atau glukosa (yang

merupakan gula heksosa) hasil pemecahan amilum oleh enzim maltase yang masih tersisa

dari proses pencernaan makanan.

Berdasarkan uji presipitasi, dalam air liur (warna larutann putih keruh) terbentuk

presipitasi amorf yang ditandai dengan adanya warna keruh pada kertas saring,setelah

ditambahkan 1 tetes CH3COOH 2 M warnanya tetap yaitu putih dan terdapat endapan

putih. Hal ini terjadi karena adanya koagulasi dari melekul-molekul yang berupa protein

(misalnya enzim amilase) yang terkandung pada air liur. Dimana protein pada

penambahan asam akan menyebabkan terjadinya koagulasi.Untuk Uji presipitasi adalah

uji pengendapan yang tak terbentuk. Uji presipitasi Adalah proses pengendapan, dimana

proses pengendapan sendiri adalah cara untuk mempermudah proses pemisahan. Pada

Page 15: ACARA  I FIX

temperatur tertentu, kelarutan zat pada pelarut tertentu didefinisikan sebagai jumlahnya

jika dilarutkan pada pelarut yang diketahui beratnya dan zat tersebut mencapai

kesetimbangan dengan pelarut itu. Sedangkan yang disebut sebagai preipitasi amorf

adalah pengendapan pelarut dalam bentuk yang amorphous atau tidak berbentuk.

Uji sulfat, yaitu uji sulfat dilakukan bertujuan untuk mengetahui adanya zat

anorganik sulfat di dalam saliva. Berdasarkan konsepnya, untuk pengujian sulfur, dengan

adanya penambahan BaCl2 ke dalam sampel yang telah diberikan HCl 1 M , akan

menyebabkan terjadinya disosiasi atau penguraian dari BaCl2 menjadi ion-ionnya yaitu

Ba2+ dan Cl-, dengan adanya ion sulfat didalam saliva akan menyebabkan terjadinya suatu

reaksi antara ion SO42- dengan Ba2+ membentuk BaSO4 yang berupa endapan putih, halus

air liur berwarna bening di tambah HCl, warna larutan tetap bening dan terdapat endapan

putih dan terbentuk seperti gel, Kemudian di tambah + BaCl2 2% , terbentuk Warna

larutan berubah menjadi bening. Terdapat gumpalan putih kental. Dari uji yang kami

lakukan, menunjukkan hasil positif sesuai dengan yang diharapkan, karena terbentuknya

endapan/gumpalan putih. Diperolehnya hasil yang positif menunjukkan bahwa terdapat

sulfat pada saliva tersebut.

Empedu adalah cairan bersifat basa yang pahit dan berwarna hijau kekuningan

karena mengandung pigmen bilirubin, biliverdin, dan urobilin, yang disekresikan

oleh hepatosithati pada sebagian besar vertebrata.Setiap harinya cairan empedu

disekresikan oleh hati sebanyak 500-1000cc dimana sekresinya berjalan terus menerus,

jumlah yang disekresikan akan meningkat jikamencerna lemak. Bagian-bagian dari

kantong empedu: Fundus vesika felea, merupakan bagian kantong empedu yang paling

akhir setelah korpus vesika felea; Korpus vesika felea, bagian dari kantong empedu yang

dalamnya berisi getah empedu(cairan empedu); leher kandung kemih, merupakan leher

dari kantng empedu yaitu saluran pertama masuknya getah empedu ke kantong empedu;

Duktus sistikus, panjangnya 3 cm berjalan dari leher kantung empedu dan bersambung

dengan duktus hepatikus , membetuk saluran empedu ke duodenum. Duktus hepatikus,

saluran keluar dari leher. Duktus keledokus, saluran yang membawa getah empedu ke

duodenum

Page 16: ACARA  I FIX

Empedu yang dipakai memiliki warna hijau tua, berbentuk lonjong, lembek, dan

berselaput. . Cairan empedu yang berwarna hijau tua berasal dari bilirubin yang

merupakan pigmen empedu. Bilirubin ini terbentuk dari penguraian hemoglobin, asam-

asam empedu, dan kolesterol. Adanya bilirubin ini dapat dibuktikan dengan reaksi gmelin

sehingga diperoleh hasil positif yang menghasilkan turuna yang berwarna yang ditandai

dengan adanya banyak fase yang terbentuk yang terdiri dari berbagai warna. Hal ini

terjadi akibat oksidasi bilirubin yang merupakan pigmen empedu oleh HNO3. Uji gmelin

adalah sebuah tes empedu dalam cairan tubuh. Pada uji Gmelin, Terbentuk 3 lapisan yaitu

coklat (atas), kuning keruh (tengah), dan bening (bawah). Setelah dikocok, terbentuk 3

lapisan yaitu hijau (atas), kuning keorange (tengah), dan bening (bawah).Lapisan ini

menandakan bahwa pada empedu terdapat Gmelin.

Selanjutnya uji pettenkofer. Uji pettenkofer bertujuan untuk mengetahui adanya

garam empedu dalam cairan empedu. Garam empedu bereaksi dengan asam sulfat

membentuk asam empedu sedangkan heksosat dari sukrosa, jika bereaksi dengan asam

sulfat akan membentuk hidroksimetilfural. Asam empedu akan bereaksi dengan fulfural

atau hidroksimetilfulfural membentuk kompleks merah. cairan empedu berwarna hijau,

kemudian di tambah 5 tetes larutan sukrosa warna larutan tetap hijau. Kemudian ditambah

asam sulfat pekat melalui dinding tabung terbentuk tiga fase, lapisan atas warna gumpalan

hitam, lapisan tengah berwarna hijau pekat,larutan hitam ada lapisan kemerahan, lapisan

bawah (kuning bening), ini berarti menunjukkan hasil yang negatif karena dalam

praktikum yang dilakukan tidak terbentuk cincin .

Fungsi empedu sebagai emulgator, Tabung I (aquades + minyak) hasilnya Tidak

dapat bercampur (emulsi tidak stabil) minysk dibagian diatas berwarna bening kekuningan

aquades dibawah. Tabung II aquades + minyak, tidak dapat bercampur, kemudian +

empedu, larutan tidak tercampur dimana air dibagian atas, minyak bagian bawah dan

empedu bagian bawah seharusnya larutan bercampur terbentuk emulsi stabil. Fungsi

empedu sebagai emulgator hal ini dikaitkan dengan sifat empedu yang memiliki dua

Page 17: ACARA  I FIX

bagian yang jelas, satu bagian mempunyai sifat polar atau sifat hidrofil, bagian lainnya

bersifat non polar atau hidrofob sehingga empedu dapat digunakan sebagai pengemulsi

pada lemak. Dan juga menjadi penstabilnya dalam tubuh. Empedu dapat berfungsi sebagai

emulgator apabila ditambahkan dengan minyak. Ini terbukti dengan terjadinya emulsi saat

empedu ditambahkan dengnan minyak.

H. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan : “Sifat

kimia empedu dapat diidentifikasi dengan Uji molisch yang ditandai dengan terbentuknya

cincin berwarna ungu diantara larutan tersebut yang menandakan adanya karbohidrat

dalam saliva, Pada penentuan pH air liur didapatkan pH air liur adalah 7 yang berarti

bersifat basa padahal pH air liur yang sebenarnya adalah 6,6, Presipitasi ditandai dengan

terdapatnya gumpalan berwarna putih pada larutan tersebut , Adapun sifat fisik dari

empedu adalah berwarna hijau,terdapat selaput dan kenjal”.

Page 18: ACARA  I FIX

DAFTAR PUSTAKA

Alaama, Mohamed ,dkk,2011. Isolation And Analytical Characterization Of Local Malaysian Leech Saliva Extracts. Malaysia. :International Islamic University Malaysia.

Ba¨ Ckhed, Fredrik,dkk. Gut Microbiota Regulates Bile Acid Metabolism By Reducing The Levels Of Tauro-Beta-Muricholic Acid, A Naturally Occurring Fxr Antagonist. Sweden : University Of Gothenburg.

Desrianty, Arie,dkk.2015.Analisis Tingkat Stres Dan Performansi Masinis Daerah Operasi Ii Bandung. Bandung : Institut Teknologi Nasional (Itenas).

Hana,dkk.2011.Evaluasi In Vitro Terhadap Kemampuan Isolat Bakteri Asam Laktat Asal Air Susu Ibu Untuk Mengasimilasi Kolesterol dan Mendekonjugasi Garam Empedu .Bogor : IPB.

Kimball, John W. 2007. Biologi Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Poedjiadi, Anna dan F. M. Titin Supryanti. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.