acara perdata fix

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Seiring dengan perkembangan jaman, dalam jaman modern ini pengadilan menjadi alternatif untuk menyelesaikan sengketa perkara gugatan antara penggugat dengan tergugat. Dalam hal pengadilan ada upaya hukum yang sering disebut dengan upaya hukum luar biasa, masih banyak masyarakat tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa berserta jenis- jenis upaya hukum luar biasa tersebut. Agar tidak menimbulkan polemik dalam masyarakat pentinglah bagikita untuk mengtahui apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa apalagi dalam hal pengadilan di mana kita mencari keadilan untuk itulah sangat penting kita mengetahui upaya luar biasa ini untuk mempertahankan hak kita untuk mendapatkan keadilan. Seperti kita ketahui tujuan hukum indonesia adalah untuk mencapai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum maka penting untuk kita ketahui lebih mendalam tentang upaya hukum luar biasa ini. 1.2 Rumusan masalah 1

Upload: saintmahar

Post on 12-Nov-2015

227 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hukumacara perdata

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1 Latar belakangSeiring dengan perkembangan jaman, dalam jaman modern ini pengadilan menjadi alternatif untuk menyelesaikan sengketa perkara gugatan antara penggugat dengan tergugat. Dalam hal pengadilan ada upaya hukum yang sering disebut dengan upaya hukum luar biasa, masih banyak masyarakat tidak mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa berserta jenis-jenis upaya hukum luar biasa tersebut. Agar tidak menimbulkan polemik dalam masyarakat pentinglah bagikita untuk mengtahui apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa apalagi dalam hal pengadilan di mana kita mencari keadilan untuk itulah sangat penting kita mengetahui upaya luar biasa ini untuk mempertahankan hak kita untuk mendapatkan keadilan. Seperti kita ketahui tujuan hukum indonesia adalah untuk mencapai keadilan, kemanfaatan, dan kepastian hukum maka penting untuk kita ketahui lebih mendalam tentang upaya hukum luar biasa ini. 1.2 Rumusan masalah1.2.1 Apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa1.2.2 Apa yang dimaksud dengan peninjauan kembali1.2.3 Apa yang dimaksud dengan perlawanan pihak ketiga

1.3 Tujuan penulisan1.3.1 Untuk membantu menambahkan materi kuliah hukum acara dan praktek peradilan perdata1.3.2 Untuk menambah ilmu dan pengetahuan dalam hukum acara dan praktek peradilan perdata

1.4 Manfaat penulisan1.4.1 Bisa mengetahui apa yang dimaksud dengan upaya hukum luar biasa1.4.2 Bisa mengetahui apa yang dimaksud dengan peninjauan kembali1.4.3 Biasa mengetahui apa yang dimaksud dengan perlawanan para pihak

BAB IIPEMBAHASAN

2.1 Pengertian Upaya Hukum Luar Biasa

Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP disebutkan bahwa pengertian upaya hukum itu adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan. Adapun maksud dari upaya hukum itu sendiri pada pokoknya adalah untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat oleh instansi yang sebelumnya dan untuk kesatuan dalam peradilan. Dengan adanya upaya hukum ini ada jaminan bagi terdakwa ataupun masyarakat bahwa peradilan, baik menurut fakta maupun hukum adalah benar dan sejauh mungkin seragam. Sedangkan menurut pandangan doktrina untuk melaksanakan hukum, yaitu hak terpidana atau jaksa penuntut umum untuk tidak menerima penetapan atau putusan pengadilan karena tidak merasa puas dengan penetapan atau putusan tersebutKalau kita melihat dari substansi pembentuk undang-undang melalui ketentuan Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 12 KUHAP, upaya hukum adalah hak terdakwa atau pnuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang dapat berupa perlawanan, banding, kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Adapun maksud dari upaya hukum menurut pandangan doktrina pada pokoknya bertujuan : 1. Diperolehnya kesatuan dan kepastian dalam hal menjalankan peradilan (operasi yustitie)2. Melindungi tersangka terhadap tindakan-tindakan yang bersifat sewenang-wenang dari hakim3. Memperbaiki kealpaan-kealpaan dalam menjalankan perdilan 4. Usaha dari para pihak, baik terdakwa maupun jaksa dalam memberikan keterangan-keterangan baru (novum).Untuk itu berdasarkan ketentuan KUHAP, teoritik dan praktik, maka upaya hukum (rechsmiddelen) dapat dibagi menjadi 2, yaitu : upaya hukum biasa dan upaya hukum luar biasa. Upaya hukum luar biasa adalah upaya hukum yang diperuntukan terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan pada asasnya bahwa dengan telah tertutupnya upaya hukum terhadap putusan tersebut maka putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetapUpaya hukum luar biasa (buitengewone rechtsmiddelen) terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap berupa : 1. Pemeriksaan tingkat kasasi demi kepentingan hukum (cassatie in het belang van het recht) atau kasasi jabatan 2. Peninjauan kembali putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap Upaya hukum luar biasa ini adalah peninjauan kembali (request civil) dan perlawanan pihak ketiga (derdenverset). Peninjauan kembali dalam Rv yang disebut dengan request civil (pasal 385-401).

2.2 Peninjauan Kembali (REQUEST CIVIL)Upaya hukum peninjauan kembali (request civil) merupakan suatu upaya agar putusan pengadilan baik dalam tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap (inracht van gewijsde), mentah kembali. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi).Rai Asmara Putra et. al., 2006, Bahan Ajar Hukum Acara Perdata, Denpasar : Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana, h.98.

Peninjauan kembali (Request Civil) tidak diatur dalam HIR, melainkan diatur dalam RV (hukum acara perdata yang dahulu berlaku bagi golongan eropa) pasal 385 dan seterusnya. Dalam perundang-undangan nasional, istilah Peninjauan Kembali disebut dalam Pasal 15 UU No. 19/1964 dan pasal 31 UU No. 13/1965.Istilah request civil dapat dijumpai dalam pasal 385-401 Rv. Sedangkan istilah peninjauan kembali dapat dilihat dalam pasal 21 UU No. 14/1970 yang telah dicabut dengan UU No. 4/2004. Pasal 23 UU No. 4 Tahun 2004 :1. Terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, pihak-pihak yang bersangkutan dapat mengajukan peninjauan kembali kepada Mahkamah Agung, apabila terdapat hal atau keadaan tertentu yang ditentukan dalam undang-undang.2. Terhadap putusan peninjauan kembali tidak dapat dilakukan peninjauan kembali.Perbedaan yang terdapat antara Peninjauan Kembali (PK) yang dimaksud oleh perundang-undangan nasional dengan Request Civil (RC) antara lain, sebagai berikut :1. Bahwa PK merupakan wewenang penuh dari Mahkamah Agung, sedangkan RC digantungkan pada putusan yang mana dimohonkan agar dibatalkan.2. Akibatnya adalah bahwa putusan PK adalah putusan dalam taraf pertama dan terakhir, sedangkan yang menyangkut RC masih ada kemungkinan untuk banding dan kasasi.3. Bahwa PK dapat diajukan oleh yang berkepentingan, sedangkan RC hanya oleh mereka yang pernah menjadi pihak dalam perkara tersebut.Rai Asmara Putra et. al., 2006, Bahan Ajar Hukum Acara Perdata, Denpasar : Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayan,.h.98.Adapun mengenai ruang lingkup peninjauan kembali yang perlu ditinjau lebih detail dalam konteks ini yaitu :1) Prosedur Pengajuan Permohonan Peninjauan Kembali1. Permohonan peninjauan kembali diajukan oleh pihak yang berhak kepada Mahkamah Agung melalui Ketua Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat pertama.2. Membayar biaya perkara.3. Permohonan Peninjauan Kembali dapat diajukan secara lisan maupun tertulis.4. Bila permohonan diajukan secara tertluis maka harus disebutkan dengan jelas alasan yang menjadi dasar permohonannnya dan dimasukkan ke kepaniteraan Pengadilan Negeri yang memutus perkara dalam tingkat pertama (Pasal 71 ayat (1) UU No. 14/1985)5. Bila diajukan secara lisan maka ia dapat menguraikan permohonannya secara lisan dihadapan Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan atau dihadapan hakim yang ditunjuk Ketua Pengadilan Negeri tersebut, yang akan membuat catatan tentang permohonan tersebut (Pasal 71 ayat (2) UU No. 14/1985)6. Hendaknya surat permohonan peninjauan kembali disusun secara lengkap dan jelas, karena permohonan ini hanya dapat diajukan sekali.7. Setelah Ketua Pengadilan Negeri menerima permohonan peninjauan kembali maka panitera berkewajiban untuk memberikan atau mengirimkan salinan permohonan tersebut kepada pihak lawan pemohon paling lambat 14 hari dengan tujuan agar dapat diketahui dan dijawab oleh lawan (pasal 72 ayat (1) UU No. 14/1985)8. Pihak lawan hanya punya waktu 30 hari setelah tanggal diterima salinan permohonan untuk membuat jawaban bila lewat maka jawaban tidak akam dipertimbangkan (pasal 72 ayat (2) UU No. 14/1985).9. Surat jawaban diserahkan kepada Pengadilan Negeri yang oleh panitera dibubuhi cap, hari serta tanggal diteimanya untuk selanjutnya salinan jawaban disampaikan kepada pemohon untuk diketahui (pasal 72 ayat (3) UU No. 14/1985).10. permohonan peninjauan kembali lengkap dengan berkas perkara beserta biayanya dikirimkan kepada Mahkamah Agung paling lambat 30 hari (pasal 72 ayat (4) UU No. 14/1985).11. Pencabutan permohonan peninjauan kembali dapat dilakukan sebelum putusan diberikan, tetapi permohonan peninjauan kembali hanya dapat diajukan satu kali (pasal 66 UU No. 14/1985.2) Alasan-Alasan Pengajuan Peninjauan KembaliTerhadap diajukannya peninjauan kembali secara limiatatif, maka pasal 67 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 menyebutkan alasan-alasan pinjauan kembali terhadap putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum yang tetap sebagai :1. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus, atau didasarkan pada bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu.2. Apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak ditemukan.3. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih daripada yang dituntut.4. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama atas dasar yang sama, oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatannya, telah diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain.5. Apabila mengenai sesuatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya.Lilik Mulyadi, 2009, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, h.354.6. Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.Pihak-pihak yang dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali menurut pasal 68 ayat (1) UU No. 14/1985 adalah hanya pihak yang berperkara sendiri atau ahli warisnya, atau seorang wakilnya yang secara khusus dikuasakan untuk itu. Dari pasal tersebut jelas terlihat bahwa orang ketiga bukan pihak dalam perkara perdata tersebut tidak dapat mengajukan permohonan peninjauan kembali.Tenggang waktu mengajukan permohonan peninjauan kembali jenis ini adalah sejak 180 hari terhitung putusan memperoleh kekuatan hukum tetap dan telah diberitahukan kepada pihak berperkara diatur dalam pasal 69 huruf c UU No. 14/1985.3) Tata Cara Pemeriksaan Peninjauan Kembali1) Pihak yang berperkara, ahli warisnya atau kuasanya mengajukan permohonan Peninjauan Kembali ke pengadilan agama dengan tenggang waktu paling lama 180 hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap atau sejak ditemukan bukti-bukti baru.2) Membayar biaya perkara kepada Panitera Pengadilan Agama. Setelah permohonan Peninjauan Kembali diterima dan biaya perkara dibayar, panitera membuat akta Peninjauan Kembali dan mendaftarkannya pada buku induk register.3) Pemberitahuan permohonan Peninjauan Kembali, selambat-lambatnya dalam waktu 14 hari setelah permohonan PK diterima, panitera memberitahukan permohonan PK tersebut kepada pihak lawan dengan mengirimkan salinan permohonan PK serta alasan-alasannya. Pihak lawan dapat mengajukan jawabannya dalam tempo 30 hari setelah tanggal diterimanya salinan permohonan PK tersebut. Setelah jawaban PK diterima oleh Pengadilan Agama, berkas perkara PK dan bukti pembayaran biayanya oleh panitera dikirim ke Mahkamah Agung dalam waktu 30 hari. Berkas perkara ini disusun dalam bentuk bundel (jilid).

4) Putusan Peradilan Peninjauan KembaliPada dasarnya putusan peradilan terhadap peninjauan kembali dalam perkara perdata dapat diklasifikasikan ke dalam tiga golongan,:1. Putusan yang menyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali tidak dapat diterima. Suatu permohonan peninjauan kembali tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard) karena : a. Pemohon terlambat mengajukan peninjauan kembali sebagaimana ditentukan dalam Pasal 69 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009b. Permohonan peninjauan kembali tanpa adanya surat kuasa atau surat kuasa tidak khusus dibuat untuk peninjauan kembali atau dapat juga disebabkan peninjauan kembali diajukan untuk kedua kalinya, sertac. Peninjauan kembali dimohonkan terhadap putusan pengadilan yang belum mempunyai kekuatan hukum tetap (inkracht van gewijsde)Tegasnya, permohonan peninjauan kembali dilakukan tidak memenuhi syarat formal (formalitas) sebagaimana ditentukan oleh undang-undang.2. Putusan yang menyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali ditolakPermohonan peninjauan kembali dinyatakan ditolak apabila Mahkamah Agung Republik Indonesia berpendapat bahwa permohonan peninjauan kembali yang diajukan oleh pemohon tidak beralasan diatur dalam pasal 74 ayat 2 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Alasan ini dapat disebabkan permohonan peninjauan kembali tidak didukung oleh fakta atau keadaan yang merupakan alasan dan menjadi dasar permohonan peninjauan kembali atau dapat pula disebabkan alasan-alasan permohonan peninjauan kembali tidak sesuai dengan alasan-alasan yang ditentukan Lilik Mulyadi, 2009, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, h.359.secara limitatif sebagaimana ketentuan pasal 67 huruf a sampai dengan f Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 ataupun karena putusan yudex facti yang dimohonkan peninjauan kembali tidak melanggar alasan-alasan permohonan peninjauan kembali. Dalam hal ini Mahkamah Agung Republik Indonesia menolak permohonan peninjauan kembali, dengan demikian putusan yudex fzcti tetap berlaku.3. Putusan yang menyatakan bahwa permohonan peninjauan kembali dikabulkanSuatu permohonan peninjauan kembali akan dikabulkan apabila Mahkamah Agung Republik Indonesia membenarkan alasan-alasan permohonan peninjauan kembali karena sesuai dengan ketentuan pasal 67 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Dalam hal Mahkamah Agung Republik Indonesia mengabulkan permohonan peninjauan kembali, Mahkamah Agung akan membatalkan putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tersebut dan selanjutnya memeriksa serta memutus sendiri perkaranya diatur dalam pasal 74 ayat 1 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. 2.3 Perlawanan Pihak Ketiga (DERDENT VERSET)Merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata.Derden verzet merupak perlawanan pihak ketiga yang bukan pihak dalam perkara yang bersangkutan, karena merasa dirugikam oleh putusan pengadilan.Syarat mengajukan derden verzet ini adalah pihak ketiga tersebut tidak cukup hanya punya kepentingan saja tetapi hak perdatanya benar-benar telah dirugikan oleh putusan tersebut.Secara singkat syarat utama mengajukan derden verzet adalah hak milik pelawan telah terlanggar karena putusan tersebut. Dengan mengajukan perlawanan ini pihak ketiga dapat mencegah atau menangguhkan pelaksanaan putusan (eksekusi)Perlawanan pihak ketiga terhadap sita eksekusi dan atau sita jaminan tidak hanya terhadap suatu benda yang padanya melekat hak milik melainkan juga hak-hak lainnya. Pihak pelawan harus dilindungi karena Ia bukan pihak berperkara namun dalam hal ini kepentingannya telah tersentuh oleh sengketa dan konflik kepentingan dari penggugat dan tergugat. Untuk dapat mempertahankan dimuka dan meyakinkan pengadilan dalam mengabulkan perlawanannya maka Ia harus memiliki alas hak yang kuat dan dapat membuktikan bahwa benda yang akan disita tersebut adalah haknya. Dengan demikian, maka Ia akan disebut sebagai pelawan yang benar dan terhadap peletakan sita akan diperintahkan untuk diangkat. Perlawanan pihak ketiga ini merupakan upaya hukum luar biasa tetapi pada hakikatnya lembaga ini tidak menunda dilaksanakannya eksekusi. Dasar hukumnya adalah 378-384 Rv dan pasal 195 (6) HIR. Dikatakan sebagai upaya hukum luar biasa karena pada dasarnya suatu putusan hanya mengikat pihak yang berperkara saja (pihak penggugat dan tergugat) dan tidak mnegikat pihak ketiga (tapi dalam hal ini, hasil putusan akan mengikat orang lain/pihak ketiga, oleh ebab itu dikatakan luar biasa). Denden verzet diajukan ke Pengadilan Negeri yang memutus perkara tersebut pada tingkat pertama.Dalam hal melakukan derden verzet, yang perlu diperhatikan oleh pelawan agar perlawan berhasil maka pelawan harus dapat membuktikan bahwa barang yang disita itu merupakan miliknya. Jikan berhasil, perlawanan akan dinyatakan sebagai pelawan yang benar/jujur dan sita diperintahkan untuk diangkat. Apabila sebaliknya pelawan tidak dapat membuktikan sebagai pemilik barang, pelawan akan dinyatakan sebagai pelawan yang tidak benar/tidak jujur dan sita akan tetap dipertahankanPerlawanan Pihak ketiga (Derden Verzet) :1. Menurut pasal 1917 KUHPerdata : putusan hakim hanya mengikat para pihak yang berperkara.2. Pasal 378 Rv : Pihak ke-3 yang merasa dirugikan oleh putusan aquo dapat mengajukan perlawanan. Lilik Mulyadi, 2009, Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia, Bandung : PT Citra Aditya Bakti, h.362.3. Pasal 382 Rv : bila perlawanan dikabulkan maka putusan tersebut Direvisi sepanjang kerugian pihak ke-3 tersebut.4. Perlawanan terhadap CB, RB dan Sita Eksekusi harus diajukan Pemilik ke Pengadilan Negeri yang secara nyata menyita (pasal 195 (6) HIR, pasal 206 (6) Rbg).5. Perlawanan tidak menunda Eksekusi, namun bila ada alasan yang essensil maka KPN harus menunda.

BAB IIIPENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dalam pedoman pelaksanaan KUHAP disebutkan bahwa pengertian upaya hukum itu adalah hak terdakwa atau penuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan. Dalam ketentuan Bab I tentang Ketentuan Umum Pasal 1 angka 12 KUHAP, upaya hukum adalah hak terdakwa atau pnuntut umum untuk tidak menerima putusan pengadilan yang dapat berupa perlawanan, banding, kasasi atau hak terpidana untuk mengajukan permohonan peninjauan kembali dalam hal serta menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini. Jadi, Upaya hukum luar biasa adalah upaya hukum yang diperuntukan terhadap putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Sedangkan pada asasnya bahwa dengan telah tertutupnya upaya hukum terhadap putusan tersebut maka putusan tersebut mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Dan juga upaya hukum luar biasa ini adalah merupakan peninjauan kembali (request civil) dan perlawanan pihak ketiga (derdenverset). Peninjauan kembali dalam Rv yang disebut dengan request civil (pasal 385-401). Adapun maksud dari upaya hukum ini adalah :a. Untuk memperbaiki kesalahan yang dilakukan oleh instansi yang sebelumnya.b. Untuk kesatuan dalam peradilan.Pengertian upaya hukum peninjauan kembali (request civil) merupakan suatu upaya agar putusan pengadilan baik dalam tingkat Pengadilan Negeri, Pengadilan Tinggi, maupun Mahkamah Agung yang telah berkekuatan hukum tetap (inracht van gewijsde), mentah kembali. Permohonan Peninjauan Kembali tidak menangguhkan atau menghentikan pelaksanaan putusan pengadilan (eksekusi). Peninjauan kembali (Request Civil) ini tidak diatur dalam HIR, melainkan diatur dalam RV (hukum acara perdata yang dahulu berlaku bagi golongan eropa) pasal 385 dan seterusnya. Dalam perundang-undangan nasional, istilah Peninjauan Kembali disebut dalam Pasal 15 UU No. 19/1964 dan pasal 31 UU No. 13/1965. Perlawanan pihak ketiga derden verzet) merupakan salah satu upaya hukum luar biasa yang dilakukan oleh pihak ketiga dalam suatu perkara perdata. Derden verzet merupakan perlawanan pihak ketiga yang bukan pihak dalam perkara yang bersangkutan, karena merasa dirugikam oleh putusan pengadilan. Syarat mengajukan derden verzet ini adalah pihak ketiga tersebut tidak cukup hanya punya kepentingan saja tetapi hak perdatanya benar-benar telah dirugikan oleh putusan tersebut. Secara singkat syarat utama mengajukan derden verzet adalah hak milik pelawan telah terlanggar karena putusan tersebut. Dengan mengajukan perlawanan ini pihak ketiga dapat mencegah atau menangguhkan pelaksanaan putusan (eksekusi).3.2 SaranDengan memperbanyak daftar bacaan tentang materi hukum acara perdata maka akan semakin banyak pula ilmu pengetahuan yang akan didapat. Salah satu daftar bacaan yang dapat menjadi referensi adalah makalah ini yang menyajikan materi tentang upaya hukum luar biasa. Semoga karya ilmiah ini bisa menambah wawasan dan ilmu pengetahuan dikalangan mahasiswa ataupun dikalangan umum.

Daftar Pustaka :Rai Asmara Putra,I Ketut Tjukup, Dewa Made Suartha,dkk. 2006. Bahan Ajar Hukum Acara Perdata. Denpasar : Bagian Hukum Acara Fakultas Hukum Universitas Udayana. Mulyadi,Lilik. 2009. Putusan Hakim dalam Hukum Acara Perdata Indonesia. Bandung : PT Citra Aditya Bakti.

1