bab i & ii fix
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu faktor yang menentukan berhasil tidaknya suatu pemboran adalah
pada lumpur bor. Karena berbagai faktor pemboran yang ada maka lumpur pemboran
mutlak diperlukan pada proses tersebut. Pada mulanya orang hanya menggunakan air
saja untuk mengangkat serpih pemboran (cutting). Seiring dengan berkembangnya
teknologi, lumpur mulai digunakan untuk mengangkat cutting. Untuk memperbaiki
sifat-sifat lumpur, zat-zat kimia (additive) ditambahkan ke dalam lumpur dan akhirnya
digunakan pula udara dan gas untuk pemboran walaupun lumpur tetap digunakan.
Lumpur pemboran merupakan salah satu penunjang yang penting dalam suatu
operasi pemboran minyak, gas dan panas bumi.Kecepatan pemboran, efisiensi,
keselamatan, dan biaya pemboran sangat tergantung dari Lumpur pemboran yang
dipakai.
Pada dasarnya fungsi utama Lumpur pemboran adalah sebagai berikut :
1. Mengangkat serbuk bor ke permukaan.
2. Mengontrol tekanan formasi.
3. Mendinginkan serta melumasi pahat dan drillstring.
4. Membersihkan dasar lubang bor.
5. Membantu dalam evaluasi formasi.
6. Melindungi formasi produktif.
7. Membantu stabilitas formasi.
Fungsi Lumpur pemboran tersebut diatas ditentukan oleh komposisi kimia dan
sifat fisik Lumpur. Kesalahan dalam mengontrol sifat-sifat fisik Lumpur akan
menyebabkan kegagalan yang pada gilirannya dapat menimbulkan hambatan pemboran
(hole problem) dan akhirnya mengakibatkan kerugian yang sangat besar.
Penggunaan Lumpur sebagai fluida pemboran didasarkan pada kondisi sumur
yang berbeda-beda, untuk itu diperlukan pengamatan tersendiri terhadap jenis-jenis
Lumpur yang sesuai dengan kondisi pemboran.Misalnya didaerah soft rock,
pengontrolan sifat-sifat Lumpur sangat diperlukan.
Secara umum lumpur pemboran mempunyai tiga komponen atau fasa, yaitu:
1. Fraksi cairan :
Air.
Lebih dari 75% lumpur pemboran menggunakan air, disini air dapat
dibagi menjadi dua, yaitu : air tawar dan air asin, sedangkan air asin
dapat dibagi menjadi dua, yaitu : air asin jenuh dan air air asin tak jenuh.
Untukpemilihan air hal ini perlu disesuaikan dengan lokasi setempat,
manakah yang mudah didapat dan juga disesuaikan dengan formasi yang
akan ditembus.
Minyak.
Lumpur dengan komponen minyak dikembangkan untuk
menanggulangi sifat-sifat lumpur dasar air ( water base mud) yang tidak
diinginkan. Untuk itu digunakan lumpur dasar minyak ( oil base mud )
yang mempunyai keuntungan antara lain :
Mempunyai sifatlubrikasi/meleburkan/menghancurkan yang baik,
stabilitas temperatur yang tahan sampai 500oF, corrosion resistance,
meminimalisasi kerusakan formasi, dan mencegah terjadinya shale
problem.
Emulsi minyak dan air.
Invert emulsion adalah pencampuran minyak dengan air dan
mempunyai komposisi minyak 50 – 70 % (sebagai komponen yang
kontinyu) dan air sebanyak 30 – 50 % (sebagai komponen
diskontinyu).Emulsi terdiri dari dua macam, yaitu : Oil In Water
Emulsion dan Water In Oil Emulsion
a. Oil In Water Emulsion
Disini air merupakan komponen yang kontinyu dan minyak
sebagai komponen teremulsi.Air bisa mencapai sekitar 70 %
volume, sedangkan minyak sekitar 30 %.
b. Water In Oil Emulsion
Disini yang merupakan komponen kontinyu adalah minyak,
sedangkan komponen yang teremulsi adalah air.Minyak bisa
mencapai sekitar 50 –70 %, sedangkan air 30 – 50 %.
2. Fraksi padat
Reaktif solid (clay, bentonite, attapulgite).
Reaktif solid adalah padatan yang apabila bereaksi dengan fasa cair
akan membentuk sifat koloidal pada lumpur. Salah satu dari material ini
adalah bentonite, dimana bila bentonite dicampur dengan air akan
menyebar (terdispersi) karena muatan negatif pada permukaan plat-plat
materialnya akan saling tolak-menolak dan pada saat itu akan menyerap
air sehingga membentuk koloid (suspensi) yang lunak dan volumenya
membesar (swelling).
Innert solid.
Inert solid merupakan komponen padatan dari lumpur yang tidak
bereaksi dengan zat-zat cair lumpur bor. Dalam kehidupan sehari-hari
pasir yang diaduk dengan air dan kita diamkan beberapa saat, akan turun
kedasar bejana dimana kita mengaduknya. Disini pasir disebut inert
solid.Didalam lumpur bor inert solid berguna untuk menambah berat
atau berat jenis lumpur, yang tujuannya untuk menahan tekanan dari
formasi.
3. Fraksi Additive
Material pemberat.
Filtration loss reduce agent.
Viscosifier.
Thinner.
PH Adjuster (pengontrol).
Shale stabilisator agent.
Adanya bermacam-macam fraksi tersebut, maka Zaba dan Doherty (1970),
mengelompokan lumpur bor berdasarkan fasa fluidanya, menjadi :
1. Lumpur air tawar (fresh water Mud).
Adalah lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada)
kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % berat garam). Jenis-
jenis lumpur fresh water muds adalah : Spud Mud, Natural Mud, Bentonite –
treated mud, Phosphate treated mud, Organic colloid treated mud, “Red”
mud, Calcium mud, Lime treated mud, Gypsum treated mud dan Calcium
salt.
A. Spud Mud, adalah lumpur yang digunakan pada pemboran awal atau
bagian atas bagi conductor casing. Fungsi utamanya adalah untuk
mengangkat cutting dan membuka lubang di permukaan.
B. Natural Mud, yaitu dibentuk dari pecahan-pecahan cutting dalam fasa
cair, sifat-sifatnya bervariasi tergantung formasi yang di bor. Lumpur
ini digunakan untuk pemboran yang cepat seperti pemboran pada
surface casing.
C. Bentonite – treated Mud, yaitu mencakup sebagian besar dari tipe-
tipe air tawar. Bentonite adalah material paling umum yang
digunakan untuk koloid inorganic yang berfungsi mengurangi filtrate
loss dan mengurangi tebal mud cake.Bentonite juga menaikkan
viscositas.
D. Phospate treated Mud, yaitu mengandung polyphospate untuk
mengontrol viscositas gel strength dan juga dapat mengurangi filtrate
loss serta mud cake dapat tipis.
E. Organic colloid treated Mud, terdiri dari penambahan pregelatinized
starch atau carboxymethyl cellulose pada lumpur yang digunakan
untuk mengurangi filtration loss pada fresh water mud.
F. Red Mud, yaitu mendapatkan warnanya dari warna yang dihasilkan
oleh treatment dengan cautic soda dan gueobracho (merah tua). Jenis
lumpur ini adalah alkaline tannate treatment dengan penambahan
polyphospate untuk lumpur dengan pH dibawah 10.
G. Calcium Mud, yaitu lumpur yang mengandung larutan calcium (di
sengaja). Calcium bisa ditambah dengan bentuk slake lime (kapur
mati), semen, plaster (CaSO4) atau CaCl2.
2. Lumpur air asin ( Salt water Mud).
Lumpur ini digunakan terutama untuk membor garam massive (salt
dome) atau salt stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang bila ada
aliran air garam yang terbor. Filtrate loss-nya besar dan mud-cake-nya tebal
bila tidak ditambah organic colloid, pH lumpur dibawah 8, karena itu perlu
presentative untuk menahan fermentasi starch. Jika salt mudnya mempunyai
pH yang lebih tinggi, fermentasi terhalang oleh basa. Suspensi ini bisa
diperbaiki dengan penggunaan attapulgite sebagai pengganti bentonite.
Adapun jenis-jenis lumpur salt water mud adalah : Unsaturated salt water
mud, Saturated salt-water mud dan Sodium-Silicate muds.
3. Oil in water emulsion Mud.
Pada lumpur ini, minyak merupakan fasa tersebar (emulsi) dan air
sebagai sebagai fasa kontinu.Jika pembuatannya baik, filtratnya hanya
air.Sebagai dapat digunakan baik fresh maupun salt water mud.Sifat-sifat
fisik yang dipengaruhi emulsifikasi hanyalah berat lumpur, volume filtrat,
tebal mud cake dan pelumasan.Segera setelah emulsifikasi, filtrate loss
berkurang. Keuntungannya adalah bit yang lebih tahan lama, penetration rate
naik, pengurangan korosi pada drillstring, perbaikan pada sifat-sifat lumpur
(viskositas dan tekanan pompa boleh/dapat dikurangi, water loss turun, mud
cake tipis) dan mengurangi balling (terlapisnya alat oleh padatan lumpur)
pada drillstring.
4. Oil base dan Oil base emulsion Mud.
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya
diatur agar kadar airnya rendah (3 – 5% volume). Relatif lumpur ini tidak
sensitif terhadap kontaminan.Tetapi airnya adalah kontaminan karena
memberi efek negatif bagi kestabilan lumpur ini. Untuk mengontrol
viskositas, menaikkan gel strength, mengurangi efek kontaminasi air dan
mengurangi filtrate loss perlu ditambahkan zat-zat kimia. Manfaat oil base
mud didasarkan pada kenyataan bahwa filtratnya adalah minyak karena itu
tidak akan menghidratkan shale atau clay yang sensitif baik terhadap formasi
maupun formasi produktif (jadi ia juga untuk completion mud). Kegunaan
terbesar adalah pada completion dan work-over sumur.
5. Gaseuos drilling fluids.
Digunakan untuk daerah-daerah dengan formasi keras dan kering.Karena
sifat fisik lumpur harus selalu dikontrol, maka jika terjadi perubahan pada
sifat fisiknya, harus segera diatasi,karena itu perlu diketahui dasar-dasar
operasi pemboran khususnya mengenai lumpur pemboran. Untuk menunjang
hal itu, maka diadakan beberapa praktikum mengenai Lumpur pemboran,
diantaranya:
1. Pengukuran densitas, sand content, dan pengukuran kadar minyak
dalam lumpur pemboran.
2. Pengukuran viskositas dan gel strength.
3. Pengukuran tebal mud cake dan filtrasi.
4. Analisa kimia lumpur pemboran.
5. Kontaminasi lumpur pemboran.
6. Pengukuran harga MBT (Methylene Blue Test).
Gambar 1.1. Lumpur Pemboran
BAB II
DENSITAS, SAND CONTENT DAN PENGUKURAN KADAR
MINYAK PADA LUMPUR PEMBORAN
2.1. TUJUAN PERCOBAAN
1. Mengenal material pembentuk lumpur pemboran serta fungsi – fungsi
utamanya.
2. Menentukan densitas lumpur pemboran dengan menggunakan alat mud
balance.
3. Menentukan kandungan pasir dalam lumpur pemboran.
4. Mengetahui besarnya kadar pasir (%) yang terkandung dalam lumpur bor.
5. Menentukan kadar minyak dan padatan yang terdapat dalam bor (emulsi).
2.2. DASAR TEORI
2.2.1. Densitas Lumpur
Lumpur sangat besar peranannya dalam menentukan berhasil
tidaknya suatu pemboran, sehingga perlu diperhatikan sifat-sifat dari
lumpur tersebut, seperti densitas, viskositas, gel strength, atau filtration
loss. Dalam percobaan ini akan dibahas salah satu sifat saja yaitu
densitas.
Lumpur pemboran memiliki beberapa fungsi, antara lain :
1. Mengangkat cutting ke permukaan, tergantung dari :
Kecepatan fluida di annulus.
Kapasitas untuk menahan fluida.
2. Mendinginkan dan melumaskan bit dan drill string.
Panas dapat timbul karena gesekan bit dan drill string yang
kontak dengan formasi. Dengan adanya aliran lumpur, cukup
untuk mendinginkan system serta melumasi.
3. Mengontrol tekanan formasi.
Tekanan fluida formasi biasanya adalah sekitar 0,465 psi/ft
kedalaman. Untuk tekanan yang lebih kecil dari normal, densitas
lumpur harus diperkecil agar lmpur tidak masuk ke formasi.
Sebaliknya untuk tekanan yang lebih besar dari normal , maka
barite perlu ditambah untuk memperberat Lumpur.
4. Membersihkan dasar lubang bor.
5. Membantu dalam evaluasi formasi.
6. Melindungi formasi produktif.
7. Membantu stabilitas formasi.
Komposisi dan sifat-sifat lumpur sangat berpengaruh pada pemboran.
Perencanaan casing, drilling rate dan completion dipengaruhi oleh
lumpur yang digunakan saat itu.
Densitas lumpur bor merupakan salah satu sifat lumpur yang sangat
penting, karena peranannya berhubungan langsung dengan fungsi lumpur
bor sebagai penahan tekanan formasi. Adanya densitas lumpur bor yang
terlalu besar akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost
circulation), sedang apabila terlalu kecil akan menyebabkan kick
(masuknya fluida formasi ke lubang sumur). Maka densitas lumpur harus
disesuaikan dengan keadaan formasi yang akan dibor.
Densitas lumpur dapat menggambarkan gradien hidrostatis dari
lumpur bor dalam psi/ft. Tetapi dilapangan biasanya dipakai satuan ppg
(pound per gallon).
Asumsi-asumsi :
1. Volume setiap material adalah additive :
Vs + Vml = Vmb ………………………...(2.1)
2. Jumlah berat adalah additive, maka :
s Vs + ml Vml = mb Vmb …...................(2.2)
Keterangan :
Vs = volume solid, gallon
Vml = volume lumpur lama, gallon
Vmb = volume lumpur baru, gallon
s = berat jenis solid, ppg
ml = berat jenis lumpur lama, ppg
mb = berat jenis lumpur baru, ppg
Dari persamaan (1) dan (2) didapat :
Vs=( ρ mb−ρ ml )Vml
( ρs− ρmb ) ……………...............................(2.3)
Karena zat pemberat (solid) beratnya adalah :
Ws = Vs x s
Bila dimasukkan kedalam persamaan (3)
Ws =
( ρ mb−ρ ml )Vml( ρs−ρ mb)
ρs…………………….............(2.4)
% volume solid :
VsVmb
x 100=( ρmb−ρ ml )( ρs−ρ ml )
x100……………………….(2.5)
% berat solid :
ρ sxVsρ mbxVmb
x 100 %=ρs ( ρ mb−ρ ml )ρ ml( ρs−ρ ml )
x100…………….(2.6)
Maka bila yang digunakan sebagai solid adalah barite dengan SG =
4,3, untuk menaikkan densitas dari lumpur lama seberat ml ke lumpur
baru sebesar mb setiap bbl lumur lama memerlukan berat solid, Ws
sebanyak:
Ws=684 x( ρ mb− ρml )(35 , 8−ρ mb ) ………………………………(2.7)
Keterangan :
Ws = berat solid / zat pemberat, kg barite/bbl lumpur. Sedangkan
jika yang digunakan sebagai zat pemberat adalah bentonit dengan
SG = 2,5, maka untuk tiap barrel lumpur diperlukan :
Ws=398 x( ρmb−ρ ml )(2. 5−ρ mb ) ……………………..……......(2.8)
Ws = kg bentonite / bbl lumpur lama.
2.2.2. Sand Content
Tercampurnya serpihan-serpihan formasi (cutting) ke dalam
pemboran akan membawa pengaruh pada operasi pemboran. Serpihan-
serpihan pemboran yang biasanya berupa pasir akan dapat
mempengaruhi karakteristik lumpur yang disirkulasikan, dalam hal ini
akan menambah densitas lumpur yang telah mengalami sirkulasi.
Bertambahnya densitas lumpur yang tersirkulasi ke permukaan akan
menambah beban pompa sirkulasi lumpur. Oleh karena itu setelah
lumpur disirkulasikan harus mengalami proses pembersihan terutama
menghilangkan partikel-partikel yang, masuk ke dalam lumpur selama
sirkulasi. Alat-alat ini, yang biasanya disebut Conditioning Equipment
adalah :
Shale Shaker
Fungsinya membersihkan lumpur dari serpihan-serpihan atau
cutting yang berukuran besar.
Degasser
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari gas yang mungkin
masuk ke lumpur pemboran.
Desander
Fungsinya untuk membersihkan lumpur dari partikel-partikel
padatan yang berukuran kecil yang bisa lolos dari shale shaker.
Desilter
Fungsinya sama dengan desander, tetapi desilter dapat
membersihkan lumpur dari partikel-partikel yang berukuran lebih
kecil.
Penggambaran sand content dari lumpur pemboran adalah
merupakan prosen volume dari partikel-partikel yang diameternya lebih
besar dari 74 mikron. Hal ini dilakukan melalui pengukuran dengan
saringan tertentu. Jadi rumus untuk menentukan kandungan pasir (sand
content) pada lumpur pemboran adalah :
n= VsVm
x100%…………………………..…………....(2.9)
n = kandungan pasir
Vs = volume pasir dalam lumpur
Vm = volume lumpur
2.3. PERALATAN DAN BAHAN
2.3.1. Peralatan
1. Mud Balance.
2. Retort kit.
3. Multi Mixer.
4. Wetting agent.
5. Sand Content set.
6. Gelas Ukur 500 cc
2.3.2. Bahan
1. Barite.
2. Bentonite
3. Air Tawar (Aquadest)
Gambar 2.1. Sand Content Set
2.4. PROSEDUR PERCOBAAN
2.4.1. Densitas Lumpur
a. Mengkalibrasi peralatan mud balance sebagai berikut :
Membersihkan peralatan mud balance.
Mengisi cup dengan air hingga penuh, lalu ditutupdan
dibersihkan bagian luarnya. Keringkan dengan kertas tisue.
Meletakkan kembali mud balance pada kondisi semula.
Rider ditempatkan pada skala 8,33 ppg.
Mencek level glass, bila tidak seimbang, atur calibration screw
sampai seimbang.
b. Menimbang beberapa zat yang digunakan
c. Menakar air 350 cc dan dicampur dengan 22.5 gr bentonite. Caranya
air dimasukkan ke dalam bejana, lalu dipasang pada multi mixer dan
bentonite dimasukkan sedikit demi sedikit setelah multi mixer
dijalankan, selang beberapa menit setelah dicampur, bejana diambil
dan isi cup mud balance dengan lumpur yang telah dibuat.
d. Menutup cup dan lumpur yang melekat pada dinding bagian luar dan
tutup dibersihkan dengan bersih.
e. Meletakkan balance arm pada kedudukan semula, lalu mengatur
rider hingga seimbang. Baca densitas yang yang ditunjukkan oleh
skala.
f. Mengulangi langkah lima untuk komposisi campuran yang berbeda.
2.4.2. Sand Content
a. Mengisi tabung gelas ukur dengan lumpur pemboran dan tandai,
tambahkan air pada batas berikutnya. Menutup mulut tabung dan
kocok dengan kuat.
b. Menuangkan campuran tersebut kesaringan. Menambahkan air ke
dalam tabung, Mengocok dan menuangkan ke dalam saringan.
Mengulangi hingga tabung menjadi bersih. Mencuci pasir yang
tersaring pada saringan untuk melepaskan sisa lumpu yang melekat.
c. Memasang funnel tersebut pada sisi atas dari sieve. Dengan
perlahan-lahan balik rangkaian peralatan tersebut dan masukkan
ujung funnel ke dalam gelas ukur. Hanyutkan pasir ke dalam tabung
dengan menyemprotkan air melalui saringan ingga semua pasir
tertampung ke dalam gelas ukur. Biarkan pasir mengendap. Dari
skala yang ada pada tabung, baca prosen volume dari pasir yang
mengendap.
d. Mencatat sand content dari lumpur dalam prosen volume.
2.4.3. Penentuan Kadar Cairan Tapisan
1. Ambil himpunan retort keluar dari insulator block, keluarkan mud
chamber dari retort.
2. Isi upper chamber dengan steel wall.
3. Isi mud chamber dengan lumpur dan tempatkan kembali tutupnya,
bersihkan lelehan lumpurnya.
4. Hubungkan mud chamber dengan upper chamber, kemudian
tempatkan kembali ke dalam insulator.
5. Tambahkan setetes wetting agent pada gelas ukur dan tempatkan di
bawah kondensator.
6. Panaskan lumpur sampai tidak terjadi kondensasi lagi yang ditandai
dengan matinya lampu indikator.
Hal-hal yang perlu dicatat selama pengujian berlangsung, adalah ;
1. % volume minyak = ml minyak x 10
2. % volume air = ml air x 10
3. % volume padatan = 100 – (ml minyak + ml air) x 10
4. Gram minyak = ml minyak x 0.8
5. Gram lumpur = lb/gall lumpur x 1.2
6. Gram padatan = Gram lumpur – (Gram minyak + gr air)
7. ml padatan = 10 – (ml minyak + ml air)
8. Specific gravity padatan rata-rata = gr padatan /ml padatan
9. % berat padatan = (gram padatan/gram lumpur) x 100
2.5. DATA DAN PERHITUNGAN
Tabel 2.1. Densitas dan Sand Content
No.Kontaminasi Lumpur Densitas (ppg)
Sand Content
(% Volume)
1. Lumpur Dasar (LD) 8.65 0.50
2. LD + 2 gram Barite 8.70 0.50
3. LD + 5 gram Barite 8.75 0.50
4. LD + 10 gram CaCO3 8.75 0.75
5. LD + 15 gram CaCO3 8.80 0.75
2.6. PEMBAHASAN
2.6.1. Pembahasan Praktikum
Lumpur dasar memiliki komposisi 350 ml air dicampur dengan 22.5
gr bentonite seperti yang telah ditetapkan oleh API. Dari percobaan yang
dilakukan dalam mengukur densitas lumpur dasar dengan peralata Mud
Balance didapatkan hasil 8.65 ppg. Faktor yang mempengaruhi
pengukuran densitas dengan menggunakan peralatan Mud Balance antara
lain :
1. Pengadukan yang merata
2. Kebersihan dari peralatan Mud Balance
3. Berat per volume komponen penyusun lumpur
4. Isi lumpur dalam mud balance harus mewakili lumpur yang
dibuat
Lumpur berfungsi sebagai penahan tekanan formasi, oleh karena itu
perlu diatur densitasnya agar efektif tergantung dari karakteristik suatu
formasi. Pada percobaan kali ini dapat diketahui Barite dan CaCO3
mempunyai fungsi yang sama, sebagai additive untuk meningkatkan
densitas lumpur. Hasil dari pembacaan skala pada mud balance
dicantumkan dengan satuan ppg.
Dari percobaan diatas dapat diketahui Lumpur dasar memiliki
densitas 8.65 dan sand content 0.50%, pada LD + 2 gr barite didapat
densitas 8.7 ppg dan sand content 0.5%, pada LD + 5gr barite didapat
densitas 8.75 ppg dan sand content 0.50%, pada LD + 10gr CaCO3
didapat densitas 8.75 ppg dan sand Content 0.75%, dan sedangkan pada
LD + 15gr CaCO3 didapat densitas 8.80 dan sand content 0.75. Selain
dengan mud balance, densitas dapat juga diukur dengan hidrometer.
Zat-zat additive yang dapat digunakan untuk memperberat lumpur,
misalnya : bentonite, galena, barite, dan sebagainya. Sedangkan untuk
mengurangi densitas dilakukan :
Penambahan air atau minyak
Pengendapan pasir atau padatan di sand screen
Pembuatan lumpur dilakukan dengan mencampurkan air dengan
bentonite dan bisa ditambahkan zat-zat lainnya. hal-hal yang harus
diperhatikan dalam pencampuran / pembuatan lumpur adalah :
Segala penambahan material harus dilakukan satu siklus dengan
lengkap dari sirkulasi agar merata
Penambahan zat kimia harus memperhatikan kapasitas lumpur
Peralatan yang dipakai harus dalam keadaan bersih dan dalam
keadaan baik
Bentonite akan terus menghidrat selama 24 jam dan akibatnya
viscositas akan naik terus dengan bertambahnya waktu.
Bila menambahkan barite, kepasiran sistem lumpur harus
diperhatikan.
Terdapatnya pasir pada lumpur pemboran dapat menimbulkan
abrasi pada peralatan pemboran . jika hal ini terjadi dalam skala yang
besar maka pengaruh kerusakannya akan semakin besar pula.
2.6.2. Pembahasan Soal Analisa
1. Dilihat dari data percobaan tersebut jelaskan apakah barite dan
CaCO3 memiliki fungsi yang sama?
Jawab: Iya, barit dan CaCO3 mempunyai fungsi yang sama sebagai
additive untuk meningkatkan densitas lumpur.
2. Jika saudara bekerja sebagai mud engineer pada suatu operasi
pemboran. Dari dua jenis material pemberat di atas, material
manakah yang akan saudara gunakan? Beriakan alasannya!
Jawab: Dari dua material di atas yang akan saya pilih adalah barite,
karena densitas dan sand content tidak telalu besar atau
lebih kecil dari densitas dan sand content CaCO3. Sehinngga
lebih ekonomis untuk meningkatkan denstas lumpur. Kita
ketahui bahwa densitas yang terlalu besar akan
menyebabkan lumpur hilang ke formasi (lost circulation),
sehingga tidak effisien. Sedangkan sand content yang
terlalu besar, akan menambah densitas lumpur yang
disirkulasikan ke permukaan dan akan menambah beban
pompa sirkulasi lumpur.
3. Barite (BaSO4) mempunyai SG dari 4,2-4,5. Dari data di atas,
perkirakan SG dari barite tersebut. Jika diketahui SG bentonite = 2.6!
Jawab: ρmud = ρml x SG bentonite
= 8,65 x 2,6 = 22,49 ppg
VsVml
= ρlumpur−ρml( ρml x SG barite )−ρml
0,5= 22,49−8,65( 8,65 x SG barite )−8,65
4,325 SG barite – 4,325 = 13,84
SGbarite=13,84+4,3254,325
=4,2
4. Dari jawaban soal no. 3 perhatikan harga yang diperoleh tersebut
berada di dalam range SG barite seperti tertulis dalam soal? Jika ya
tentukan apakah barite tersebut termasuk pure barite/API derajat
barite? Jika tidak, jelaskan sebabnya!
Jawab: Harga SG barite diperoleh 4,2 dan nilai harga tersebut masuk
ke dalam range SG yang tertulis di soal. Jadi barite tersebut
termasuk ke dalam APIo barite.
5. Dari tabel di atas, terlihat bahwa selain densitas juga diukur padat
pasir. Jelaskan secara singkat, mengapa perlu dilakukan pengkuran
kadar pasir dan bagaimana cara mengatasi masalah tersebut dalam
operasi pemboran?
Jawab: Pengukuran perlu dilakukan kerena kadar pasir yang terlalu
besar dapat meningkatkan viskositas lumpur, sehingga kerja
pompa menjadi berat. selain itu dapat menyebabkan abrasi
pada peralatan pemboran. Cara mengatasi masalah tersebut
dapat dilakukan dengan menggunakan alat conditioning
equipment yang fungsinya memisahkan partikel dari lumpur.
6. Pada saat ini selain barite dapat juga digunakan hematite (Fe2O3) dan
ilmenite (FeO.TiO2) sebagai density control additive. Hematite
mempunyai harga SG antara 4,9 – 5,3. Sedangkan ilmenite dari 4,5 –
5,11 dengan kekerasan masing-masing 2 kali lebih dari barite. Dari
data tersebut buatlah analisa kelebihan dan kekurangan additive
tersebut jika dibandingkan dengan barite!
Jawab: Kelebihan :
Pengontrolan tekanan statik ion akan lebih mudah
dilakukan
Cocok untuk pemboran dangkal
Lost circulation lebih mudah dicegah
Kekurangan :
Sukar larut dan bercampur dengan lumpur yang sama
Membuat densitas lumpur menjadi tinggi, sehingga
kerja pompa menjadi berat
Tidak sesuai dengan pemboran pada tekanan formasi
yang tinggi.
7. Galena (PbS) mempunyai harga sekitar 7,5 dan dapat digunakan
untuk membuat lumpur dengan densitas lebih dari 19 ppg. Pada
penerapannya, galena jarang digunakan sebagai additive pemboran.
Jelaskan mengapa material ini jarang digunakan sebagai density
control additive dan hanya digunakan untuk masalah pemboran-
pemboran khusus?
Jawab : Karena SG galena tinggi sehingga dapat meningkatkan
densitas mencapai >19 ppg. Apabila galena digunakan
pada kondisi standar maka akan mengakibatkan terjadinya
loss circulation. Oleh karena itu, galena hanya digunakan
dalam situasi darurat misalnya saat terjadi, dimana untuk
mengatasinya perlu menaikkan densitas lumpur. Dalam hal
ini galena digunakan sebagai material pemberat.
8. Suatu saat saudara berada di lokasi pemboran. Pada saat itu, bit
mencapai kedalaman 1600 ft. Saudara diharuskan menaikkan
densitas dari 200 bbl lumpur 11 ppg menjadi 11,5 ppg dengan
menggunakan barite (SG =4,2), dengan catatan bahwa volume akhir
tidak dibatasi. Hitung jumlah barite yang dibutuhkan (dalam lb)!
Jawab: Diketahui : Vml = 200 bbl = 200 x 42 = 8400 gallon
ρml = 11 ppg
ρmb = 11,5 ppg
SG = 4,2
Ρs = 4,2 x 8,33 = 34,986 ppg
Ditanya : Ws ( Jumlah barite ) dalam lb ?
Ws = ρmb−ρmlρs− ρmb
( Vml . ρs )
= 11,5−11
34,986−11,5 ( 8400 . 34,986 )
= 0,5
23,486 ( 293.882,4 )
= 146.941,2
23,486
= 6.256,544 lb
9. Sebutkan hal-hal yang terjadi akibat sand content terlalu besar?
Jawab: Apabila sand content terlalu besar akan mempengaruhi
karakteristik lumpur pemboran dan akan menambah
densitas lumpur yang sedang disirkulasikan pada saat
operasi pemboran. Bertambahnya densitas lumpur yang
tersirkulasikan kepermukaan akan menambah beban pompa
sirkulasi lumpur. Dan jika densitas lumpur bor terlalu besar
akan menyebabkan lumpur hilang ke formasi ( loss
circulation ) dan sand content yang terlalu besar akan
bersifat abrasi atau mengikis.
2.7. KESIMPULAN
1. Densitas sangat mempengaruhi besarnya tekanan hidroststik yang
diberikan Lumpur terhadap tekanan yang dihasilkan dari formasi.
2. Salah satu alat yang digunakan untuk menentukan densitas Lumpur
pemboran adalah mud balance.
3. Jika tekanan hidrostatik > tekanan formasi, maka akan menyebabkan loss
circulation, sedangkan jika tekanan hidrostatik < tekanan formasi, maka akan
menyebabkan kick.
4. Serpihan-serpihan dari pemboran akan mempengaruhi densitas dari lumpur
yang disirkulasikan, oleh karena itu perlu dilakukan pembersihan.
Penambahan minyak dalam lumpur akan menurunkan % volume air tetapi
akan menaikkan % padatan
5. Conditioning equipment sangat diperlukan sebagai perlengkapan yang
digunakan untuk mengkondisikan lumpur yang telah disirkulasikan, supaya
lumpur tersebut mempunyai sifat seperti awal disirkulasikan.
6. Penambahan additive dapat menambah atau mengurangi densiutas lumpur.
Penambahan Barite dapat menaikkan densitas, sedangkan penambahan air
dapat menurunkan densitas lumpur