bab ii fix

49
BAB II TINJAUAN LITERATUR 2.1 Teori Tentang Pasar 2.1.1 Pengertian Pasar Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa. Dipasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Pasar merupakan salah satu lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi. Menurut cara transaksinya, jenis pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern. Syarat-Syarat Terjadinya Pasar Adalah : a. Ada tempat untuk berniaga b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan. c. Terdapat penjual barang tertentu. Adanya pembeli barang. Adanya hubungan dalam transaksi jual beli. Pengertian Pasar Secara Khusus 1. Sebagai sarana distribusi Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya pada konsumen. 2. Sebagai pembentuk harga Di pasar terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah harga. 11

Upload: vian

Post on 13-Jul-2016

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

BAB I FIX.rtf

TRANSCRIPT

Page 1: BAB II FIX

BAB II

TINJAUAN LITERATUR

2.1 Teori Tentang Pasar

2.1.1 Pengertian Pasar

Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa.

Dipasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Pasar merupakan salah satu

lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi. Menurut cara transaksinya, jenis

pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.

Syarat-Syarat Terjadinya Pasar Adalah :

a. Ada tempat untuk berniaga

b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan.

c. Terdapat penjual barang tertentu. Adanya pembeli barang. Adanya hubungan

dalam transaksi jual beli.

Pengertian Pasar Secara Khusus

1. Sebagai sarana distribusi

Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun

tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya pada konsumen.

2. Sebagai pembentuk harga

Di pasar terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah

harga.

11

Page 2: BAB II FIX

2

3. Sebagai sarana promosi

Dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi

kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut.

Pasar adalah sebuah tempat umum yang melayani transaksi jual-beli. Di dalam

Peraturan Pemerintah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992 pengertian pasar

adalah suatu tempat transaksi jual beli umum milik Pemerintah Daerah, tempat pedagang

secara teratur dan memperdagangkan barang dan jasa.

Dalam ilmu ekonomi, pasar adalah tempat transaksi jual beli yang tidak selalunya

memerlukan lokasi fisik. Pasar yang dimaksud bisa merujuk kepada suatu Negara tempat

suatu barang dijual dan dipasarkan. Contohnya adalah pasar valuta asing.

2.2 Jenis-Jenis Pasar

Ada beberapa jenis pasar diantaranya ; pasar tradisional, pasar modern, dan pasar

ekonomi.

a. Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada

proses tawar-menawar yang terjadi. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari

seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,

pakaian, barang, elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada pula yang menjual kue-

kue dan barang-barang lainnya.

Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya

terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli

Page 3: BAB II FIX

3

untuk mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang

cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja disana.

Beberapa pasar tradisional yang legendaris antara lain adalah pasar Beringharjo di

Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh

Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.

Ciri-Ciri Pasar Tradisional

1. Pembeli dan penjual bertemu secara langsung.

2. Transaksi terjadi secara langsung.

3. Mekanisme transaksi dengan tawar-menawar

4. Menyediakan segala macam barang

5. Untuk pasar tradisional khusus, hanya menyediakan satu jenis barang

Fungsi Pasar Tradisonal

a. Sebagai wadah atau tempat bagi pedagang untuk memperdagangkan dagangannya kepada

calon pembeli atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun

kebutuhan berkala.b. Sebagai penunjang perekonomian rakyat masyarakat.

Syarat-Syarat Pasar Tradisional

Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007,

tentang pembangunan, penataan dan pembinaan pasar tradisional.

a) Aksesibilitas, yaitu pencapaian dari dan ke pengawasan. Dalam hal ini bentuk

jalan atau transportasinya.b) Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang

menjadikan lingkungannya.

Page 4: BAB II FIX

4

c) Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan

pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.

d) Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya

Kelebihan dan Kelemahan Pasar Tradisional

Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing

alamiah yang tidak miliki secara langsung oleh pasar modern. Keunggulan yang

dimiliki pasar tradisional adalah lokasi yang strategis, area penjualan yang luas,

keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, serta sistem tawar menawar

yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli. Selain keunggulan

tersebut, pasar tradisional juga merupakan salah satu pendongkrak perekonomian

kalangan menengah ke bawah, dan itu jelas memberikan efek yang baik bagi

negara. Dimana negara ini memang hidup dari perekonomian berskala mikro

dibandingkan dengan skala makro. Sisi kekeluargaan antara penjual dan pembeli

menjadi salah satu pemandangan yang indah ketika berada di pasar dan bahkan ada juga

yang namanya langsung dan itu bisa menjadi hubungan baik dan tak dapat dipisahkan

bagaikan persaudaraan yang erat sekali. Pasar tradisional memiliki kelemahan yang

sangat urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja,

banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum pedagang yang

tidak bertanggung jawab itu menggunakan bahan kimia yang tidak seharusnya

dipakai, dan praktek seperti itu marak sekali terjadi di pasar tradisional. Bukan

hanya itu saja, cara pengemasan di pasar tradisional juga membuatnya kurang dilirik

konsumen, bahkan makin hari bukannya semakin bagus akan tetapi malah semakin

Page 5: BAB II FIX

5

memburuk kondisinya. Dan jelas hal seperti itu cukup membahayakan keberadaan

pasar tradisional.

b. Pasar Modern

Pasar modern tidak banyak dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini

berada dalam bangunan dan barang-barang yang dijual biasanya barang tahan lama.

Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermart.

Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992

tentang pengurusan pasar maka pasar diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu menurut

sifat kegiatan dan jenis dagangannya, menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat

potensi pasar, dan menurut waktu kegiatan.

Pasar Menurut Sifat Kegiatannya dan Jenis Dagangannya.

Yang termasuk dalam jenis pasar ini adalah :

1. Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah

kecil, misalnya : per ikat, per butir, per buah, per ekor, dan lain-lain.

2. Pasar grosir, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah besar,

misalnya : per kuintal, per ton, per bal, per gross, per lusin, dan lain-lain.

3. Pasar induk, ialah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, tempat

pelelangan, tempat penyimpanan, tempat penyaluran barang kebutuhan sehari-

hari antara lain :

Pasar induk sayur mayur dan buah-buahan

Pasar induk besar dan lain-lain

4. Pasar khusus, ialah pasar yang memperjualbelikan jenis barang tertentu

misalnya :

Suku cadang

Alat-alat teknik

Page 6: BAB II FIX

6

Ikan

Ayam

Burung dan lain-lain

Pasar Menurut Ruang Lingkup Pasar Lingkup Pelayanan dan Tingkat Potensi

Pasar

Yang di maksud dengan potensi pasar adalah tingkat kesanggupan dan

kekuatan ekonomi pasar yang diukur dari pendapatan pasar dan keramaian pasar.

Atas dasar potensi pasar dapat di bedakan menjadi empat, yaitu :

Pasar Teladan

Pasar Maju

Pasar berkembang

Pasar tumbuh

yang termasuk kedalam jenis menurut ruang lingkup pelayanannya yaitu :

1. Pasar lingkungan, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi

satu lingkungan pemukiman disekitar pasar tersebut dan jenis barang yang

diperdagangkan terutama kebutuhan sehari-hari.

2. Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannaya meliputi

beberapa lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih

lengkap dari pasar lingkungan.

3. Pasar kota, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah

kota tempat barang-barang yang di perjualbelikan lengkap.

Pasar Menurut Ruang Waktu Kegiatan

Yang termasuk ke dalam jenis pasar menurut waktu kegiatan yaitu :

Page 7: BAB II FIX

7

1. Pasar siang, ialah pasar yang kegiatannya antara pukul 05.00 s/d 18.00 WIB.

2. Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00

WIB.

3. Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.

2.3 Sarana dan Prasarana

Ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan dan merancang suatu

kawasan lingkungan perumahan dan pemukiman antara lain :

Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari

sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus dipadukan

dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan – kawasan fungsional lainnya,

seperti jaringan jalan, saluran drainase, jaringan air bersih dan jaringan listrik.

Adapun prasarana lingkungan meliputi :

2.3.1 Prasarana Jalan

Sistem jaringan jalan merupakan pelayanan penunjang mobilitas suatu wilayah

permukiman, adapun prinsip dasar jaringan jalan adalah mengatur pola pergerakan aktifitas

manusia sesuai dengan aturan. Pada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, sistem

jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan

primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.

a. Fungsi Jalan

Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu – lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan

dibedakan atas arteri, kolektor, lokal dan lingkungan. Fungsi jalan yang sebagaimana

Page 8: BAB II FIX

8

dimaksud di atas terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan

sekunder.

Fungsi jalan pada sistem jaringan primer adalah :

a) Jalan Arteri Primer

Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau

pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.

b) Jalan Kolektor Primer

Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional

dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan

lokal, antara kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat

kegiataan lokal.

Jalan Lokal Primer

Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiataan nasional dengan

pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan

lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat

kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.

Jalan Lingkungan primer

Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan

jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.

Fungsi jalan pada sistem jaringan sekunder adalah :

Page 9: BAB II FIX

9

a) Jalan Arteri Sekunder

Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu

dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kedua.

b) Jalan Kolektor Sekunder

Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan sekunder kedua atau

kawasan sekunder kedua dengan sekunder ketiga.

c) Jalan Lokal Sekunder

Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan

sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai

ke perumahan

d) Jalan Lingkungan Sekunder

Jalan yang menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.

a. Persyaratan Teknis

Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas,

jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan,

penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya dan tidak terputus. Persyaratan teknis jalan

harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan lingkungan menurut SNI 03-6967-

2003. Adapun untuk masing – masing jalan mempunyai persyaratan teknis antara lain :

1) Jalan Arteri Primer

- Kecepatan rencana minimum 60 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter

Page 10: BAB II FIX

10

- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata

- Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas

lokal dan kegiatan lokal

- Jumlah jalan masuk dibatasi

- Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu

sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan

- Tidak terputus walaupun memasuki kota.

2) Jalan Kolektor Primer

- Kecepatan rencana minimum 40 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter

- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata

- Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu

sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan

- Tidak terputus walaupun mamasuki kota.

3) Jalan Lokal Primer

- Kecepatan rencana minimum 20 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter

- Terputus walaupun mamasuki kota

4) Jalan Lingkungan Primer

- Kecepatan rencana minimum 15 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter

- Persyaratan teknis diperuntukan bagi kendaraan roda tiga atau lebih yang

mempunyai lebar badan paling sedikit 3,5 meter

5) Jalan Arteri Sekunder

Page 11: BAB II FIX

11

- Kecepatan rencana minimum 30 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter

- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata

- Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat

- Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan tertentu

sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan

6) Jalan Kolektor Sekunder

- Kecepatan rencana minimum 20 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter

- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata

- Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat

- Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu

sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan

7) Jalan Lokal Sekunder

- Kecepatan rencana minimum 10 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter

8) Jalan Lingkungan sekunder

- Kecepatan rencana minimum 11 km/jam

- Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter

- Persyaratan teknis diperuntukan bagi kendaraan roda tiga atau lebih

Tabel 1 Klasipikasi Jalan Di Lingkungan

(Sumber : SNI 03-1733-2004)

(sumber : SNI 03-1733-2004)

Page 12: BAB II FIX

12

Gambar 2Deskripsi Bagian Dari Jalan

(sumber : SNI 03-1733-2004)

Gambar 3Potongan jalan menurut klasifikasi

Paving block juga memiliki harga yang relatif mahal. Namun dalam segi

keseimbangan dengan alam, penggunaan paving block sangat baik. Dimana pada

penggunaan bahan paving block ini, air yang tergenang diatas paving block akan cepat

terserap kedalam tanah sehingga membuat kesuburan tanah tetap terjaga. Hal ini

dikarenakan dalam pemasangan paving block akan tercipta ronga untuk masuknya air akan

lebih besar sehingga air lebih mudah terserap masuk kedalam tanah. Ini juga akan membuat

kondisi jalan akan lebih awet.

Gambar 4Jenis-Jenis Paving Block Sumber : www.pavingexpert.com

Page 13: BAB II FIX

13

2.3.2 Drainase

Secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk

mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air

irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase

dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mangontrol kualitas air tanah dalam kaitannya

dengan salinitas. Jadi, drainase juga menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air

tanah dan drainase juga merupakan prasarana yang berfungsi untuk menyalurkan air hujan

atau mengalirkan limpasan air permukaan pada suatu kawasan hingga ke badan penerima

air dan atau kebangunan resapan.

Drainase sering diabaikan oleh para ahli hidrolik dan seringkali direncanakan

seolah-olah bukan pekerjaan yang paling penting, atau paling tidak dianggap kecil

dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan pengendalian banjir. Padahal pekerjaan drainase

merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi memerlukan biaya, tenaga dan

waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan pengendalian banjir. Secara

fungsional, kita sulit memisahkan secara jelas antara sistem drainase dan pengendalian

banjir. Namun, secara praktis kita dapat mengatakan bahwa drainase menangani kelebihan

air sebelum masuk ke alur-alur besar atau sungai.

Drainase mempunyai pengertian mengalirkan, membuang, menguras atau

mengalirkan air. Secara umum diartikan sebagai tindakan untuk mengurangi kelebihan air

yang berasal dari limpasan air hujan, muka air naik ( pasang ) atau rembesan pada suatu

kawasan sehingga fungsi suatu kawasan tidak terganggu. Secara praktis dapat diartikan

sebagai upaya menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur – alur besar atau sungai.

Page 14: BAB II FIX

14

Defenisi menurut bahasa; To Drain ialah mengeringkan atau mengalirkan air. Drainase

perkotaan adalah suatu sistem yang berfungsi untuk membuang kelebihan air dari suatu

kawasan perkotaan dengan batasan tertentu sehingga daya guna lahan menjadi optimal.

Dari sudut pandang lain, drainase adalah salah satu unsur prasarana umum yang dibutuhkan

masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih dan

sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air

( sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah ) dan atau bangunan resapan. Selain

itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk

memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.

Adapun komponen drainase terdiri dari saluran penerima ( interceptor drain ),

saluran pengumpul ( collector drain ), saluran pembawa ( conveyor drain ), saluran induk (

main drain ) dan badan penerima ( receiving waterbody ). Sistem drainase juga seringkali

dilengkapi pintu air, gorong – gorong, shipon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, bangunan

terjun, kolam olakan dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap dan bila air yang

dibuang bercampur dengan air limbah maka sebelum masuk air ke badan air penerima, air

diolah dahulu di instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ).

Fungsi Dari Drainase

Untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman. Dengan

tersedianya sistem drainase yang baik maka diharapkan :

a. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang menyebabkan

bersarangnya nyamuk dan hewan pengerat lainnya.

b. Pengendalian kelebihan air permukaan atau run off dapat dilakukan dengan aman,

lancar, efisien, dan dapat mendukung lingkungan dan kesehatan masyarakat.

Page 15: BAB II FIX

15

c. Dapat digunakan sebagai bagian rencana tata kota yang berguna dalam proses

perencanaan pembangunan dalam kota yang bersifat eksternal dan internal.

d. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana dan prasarana fisik antara lain jalan-

jalan di kawasan pemukiman. Akibatnya genangan atau banjir menimbulkan kerusakan

atau gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya prasarana drainase.

Jenis-Jenis Drainase

a. Menurut sejarah terbentuknya

1. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk secara

alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.

2. Drainase buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu

drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.

b. Menurut letak saluran

1. Drainase permukaan tanah (surface drainage), yaitu saluran drainase yang berada di

atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa

alirannya merupakan analisa open channel flow.

2. Drainase bawah tanah (sub surface drainage), yaitu saluran drainase yang bertujuan

mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah

(pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan

artistic, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran

di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-

lain.

c. Menurut Jenis Konstruksi

1. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk

menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem

Page 16: BAB II FIX

16

saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran

terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran

terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry)

ataupun dengan pasangan bata.

2. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan

lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan

tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kata Metropolitan dan kota-kota

besar lainnya.

d. Tipe Penampang Selokan

Tabel. 2 Tipe Penampang Selokan Samping Jalan

Sumber : SNI 03-3424-1994

a) Perhitungan intensitas curah hujan (I)

Yaitu besarnya curah hujan maksimum yang akan diperhitungkan dalam desain.

Dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut :

Page 17: BAB II FIX

17

Data curah hujan

Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun dinyatakan dalam

mm/hari. Dari data minimum digunakan adalah 10 tahun.

Periode ulang

Yaitu karakteristik hujan yang menunjukkan bahwa hujan yang besar mempunyai

periode ulang tertentu. Periode ulang rencana untuk selokan samping ditentukan

5 tahun.

Lamanya curah hujan

Berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen. Bahwa hujan harian terkonsentrasi

selama 4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90 % selama 24 jam.

Kurva basis

Untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan rencana yang dapat

diturunkan dari kurva basis (lengkung intensitas hujan standar).

Waktu konsentrasi

Yaitu waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk bergerak dari titik terjauh

apada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan.

b) Koefisien pengaliran (C )

Yaitu suatu koefisien yang menunjukan perbandingan antara besarnya jumlah air

yang dialirakan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada.

c) Perhitungan debit aliran (Q)

Adalah jumlah pengaliran limpasan yang masuk kedalam saluran persatuan waktu.

d) Batas deaerah pengaliran

e) Penetuan dimensi saluran

Page 18: BAB II FIX

18

Setelah debit air diketahui, langkah berikutnya adalah menghitung dimensi dan

kemiringan saluran drainase, seperti :

Perhitungan tinggi jagaan

Kemiringan selokan

Menghitung Intensitas Curah Hujan

Intensitas curah hujan adalah tinggi curah hujan persatuan waktu yang dinyatakan

dalam mm/hari, mm/jam, mm/menit. Untuk perhitungan saluran drainase intensitas hujan

yang diperhitungkan adalah intensitas yang terjadi pada waktu Tc. Sedangkan Tx (waktu

konsentrasi) adalah waktu yang diperlukan aliran hujan dari titik terjauh hingga mencapai

outlet dari saluran. Untuk menghitung intensitas hujan dapat dihitung dengan beberapa

rumus salah satunya dengan menggunakan rumus Mononobe.

I =R24

24 ( 24t )2/8

…………………… (1)

Dimana :

I = intensitas hujan (mm/jam)

t = lamanya hujan (jam)

R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)

Page 19: BAB II FIX

19

Rumus Mononobe ini adalah merupakan sebuah variasi ke tiga rumus yang ada diatas

adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek dan digunakan

untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian.

Analisa Probabilitas Frekuensi

Analisa probabilitas frekuensi adalah metode yang mengubah data hujan menjadi

intensitas hujan yang selanjutnya digunakan untuk menghitung dimensi fasilitas drainase.

Untuk mengetahui intensitas hujan harus diketahui dahulu hujan harian maksimum setiap

kala/periode ulang dengan metode Gumbell, metode Log Normal dan metode Log Persona

III. Perhitungan analisa frekuensi hujan untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan

(I) secara analitis dengan menggunakan metode Gumbell :

1) Menghitung rata-rata hujan harian maksimum

X́ - ∑ X1

n ……………...(2)

2) Menghitung standar deviasi

Sx=√∑ (x1−x )2

n−1 ………………(3)

Berdasarkan hasil penyelidikan van breen, bahwa tujuan harian terkonsentrasis selama 4

jam dengan jumlah hujan sebesar 90% selama 24 jam :

I = 90 ×X t

4………………..(4)

Dimana :

t=¿X ¿

nilai rata-rata hujan komulatif

Page 20: BAB II FIX

20

Sx = standar deviasi

Y t = variasi yang merupakan fungsi periode ulang (lihat table 3)

Y n = niali yang tergantung pada n (table 4)

Sn = standar deviasi menurut fungsi n (table 5)

I = intensitas hujan (mm/jam)

Tabel 3 Variasi Y t

Periode ulang (tahun) Variasi yang berkurang2 0,36655 1,499910 2,250225 3,19550 3,9019100 4,6001

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

Table 4 Variasi Y n

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5205 0,552020 0,5225 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,535330 0,5352 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,543240 0,5436 0,5422 0,5448 0,5433 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,548150 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5519 0,551860 0,5521 0,5434 0,5527 0,5530 0,5535 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,554570 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,556780 0,5569 0,5570 0,5572 0,5578 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,558590 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

Table 5 Variasi Sn

N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,056520 0,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,108630 0,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1.1363 1,138840 0,1424 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,159050 0,1607 1,1623 1,1623 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734

Page 21: BAB II FIX

21

60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,184470 0,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,193080 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,200190 0,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

Perhitungan Kapasitas Aliran

Waktu perhitungan kapasitas aliran adalah sbb :

a) Waktu konsentrasi

Waktu konsentrasi ( t c ) dibagi dua yaitu ( t o ) waktu untuk mencapai awal

saluran (inlet time) dan ( t d ) waktu pengaliran. Inlet time ( t o ), dipengaruhi

oleh banyak factor seperti kondisi dan kelandaian permukaan, luas dan bentuk

daerah tangkapan dan lainnya.

Rumus :

t o = [ 23×3,28×L

×nd

√S ] ………….(5)

Waktu pengaliran ( t d ), diperoleh sebagai pendekatan dengan membagi panjang

aliran maksimum dari saluran samping dengan kecepatan rata-rata aliran pada

saluran tersebut.

Rumus:

t d = Ls

60×V …………….(6)

Jadi waktu konsentrasi ( t c ) = (t o+t d )

4 %2 %

4 %2 %

CL

L1L2L3

Gambar panjang daerah pengaliran

Keterangan :

t c =waktu konsentrasi (menit)

t o = waktu inlet (menit)

Page 22: BAB II FIX

22

t d = waktu aliran (menit)

Ls = panjang dari titik terjauh sampai sarana drainase (n)

I =kelandaian permukaan (table 2.4)

N d = koefisien hambatan (table 2.7)

V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)

L = panjang saluran (m)

Table 6 Kemiringan Melintang Perkerasan Dan Bahu Jalan.

No Jenis lapisan permukaan jalan Kemiringan melintang I (%)

1 Beraspal, beton 2%-3%

2 Japat 4%-6%

3 Kerikil 3%-6%

4 Tanah 4%-6%

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

Table 7 Kecepatan Aliran Air Yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material.

Jenis bahan Kecepatan aliran air yang diizinkan(m/dt)

Pasir halus 0,45

Lempung 0,50

Lanau alluvial 0,60

Kerikil halus 0,75

Lempung kokoh 0,75

Lempung padat 1,10

Kerikil kasar 1,20

Batu-batu besar 1,50

Page 23: BAB II FIX

23

Pasangan batu 1,50

Beton 1,50

Beton bertulang 1,50

Table 8 Hubungan Kondisi Permukaan Dengan Koefisien Hambatan.

Kondisi lapisan permukaan Nd

Lapis semen dan aspal beton 0,013

Permukaan licin dan kedap air 0,020

Permikaan licin dan kokoh 0,100

Tanah dengan rumput tipis dan gunduldengan permukaan sedikit kasar

0,200

Padang rumput dan rerumputan 0,400

Hutan gundul 0,600

Hutan rimbun dan hutan gundul rapatdengan hamparan rumput jarangsampai rata

0,800

Sumber: (SNI 03-3424-1994)

Table 9 Hubungan Kemiringan Selokan Samping Jalan (I) Dan Jenis Material

Jenis material Kemiringan selokan samping

Tanah asli 0-5

Kerikil 5-7,5

Pasangan 7,5

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

b) Luas daerah pengaliran

Luas daerah tangkapan hujan (catchment area) pada perencanaan saluran samping

jalan culvert adalah daerah pengaliran (drainage area) yang menerima hujan selama

Page 24: BAB II FIX

24

waktu tertentu (intensitas hujan) sehingga menimbulkan debit limpasan yang harus

ditampung oleh saluran samping untuk dialirkan ke culvert atau sungai.

Penampang melintang daerah pengaliran (A) seperti pada gambar berikut, dengan

panjang yang ditinjau adalah panjang saluran (L).

4 % 2 % 4 %2 %

CL

L1L2L3

A1 = L1 x L

A2 = L2 x L

A3 = L3 x L

A = A1+A2+A3

Keterangan :

A1 , A2 , A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan

kondisi permukaan

L1 = ditetapkan daerah jalan sampai bagian tepi perkerasaan

L2 = ditetapakan dari tepi perkerasan yang ada sampai bahu jalan (m)

L3 = tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 m

(untuk daerah datar).

Page 25: BAB II FIX

25

c) Koefisien pengaliran

Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (C ) adalah angka reduksi dari

intensitas hujan , yang besamya disesuaikan dengan kondisi permukaan, kemiringan

atau kelandaian, jenis tanah dan durasi hujan. Menurut The Asphalt Institute, untuk

menentukan C dengan berbagai kondisi permukaan, dapat dihitung atau ditentukan

dengan cara sbb:

C = C1× A1+C2× A2+C3+L3….

A1+A2+A3….………(7)

Dimana :

C = rata-rata pada daerah pengaliran yang dihitung

C1 ,C2 = koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan

A1 , A2 = luas daerah pengaliran (km2)

Table 10 Hubungan Kondisi Permukaan Tanah dan Koefisien Permukaan Tanah danKoefisien Pengaliran (C).

Kondisi permukaan tanah Koefisien pengaliran (C)Jalan beton dan jalan aspal 0,70-0,95Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40-0,70Bahu jalan:Tanah berbutir halusTanah berbutir kasarBatuan massif kerasBatuan massif lembut

0,40-0,650,10-0,200,70-0,850,60-0,75

Daerah perkotaan 0,70-0,95Daerah pinggiran kota 0,60-0,70Daerah industry 0,60-0,90Permukiman padat 0,40-0,60Permukiman tidak padat 0,40-0,60Tanah dan kebun 0,20-0,40Persawahan 0,54-0,60Perbukitan 0,70-0,80Pegunungan 0,75-0,90

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

Page 26: BAB II FIX

26

Keterangan : untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng

diambil nilai C besar.

d) Debit aliran

Debit aliran (Q) adalah jumlah pengaliran limpasan yang masuk kedalam saluran

persatuan waktu. Beberapa model perhitungan yang dikembangkan untuk

menentukan besarnya aliran pada suatu daerah tangkapan (catchment area) saluran,

namun yang umum digunakan adalah metode rasional yang dimodifikasi yaitu

dengan rumus :

Q = 0,287 x C x I x A ................. (2.8)

Dimana :

Q = debit puncak (m3/detik)

C = koefisien pengaliran yang tergantung jenis lahan

I = intensitas hujan (I)

A = luas daerah penangkapan hujan dari saluran

Jenis Dan Bentuk Saluran.

Jenis saluran terdiri dari saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka adalah

saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Saluran ini digolongkan

menjadi saluran alam dan buatan. Saluran alam seperti selokan kecil dari pergunungan,

sungai kecil dan sungai besar, sedangkan buatan seperti saluran (kanal), talang, got,

gorong-gorong, parit dan lain-lain. Saluran tertutup adalah saluran yang mengalirkan air

dengan suatu permukaan tidak bebas seperti pipa untuk mengalirkan air dari PDAM.

Bentuk-bentuk saluran terbuka yang digolongkan dalam saluran buatan yang umum

digunakan untuk drainase samping seperti berikut :

Page 27: BAB II FIX

27

a) Bentuk trapesiumb

d

W

T

Dimana :

b = lebar saluran

d = tinggi saluran yang tergenang air (m)

m = perbandingan kemiringan talud

F = luas penampang basah (m)

R = jari-jari hidrolis (m)

W = tinggi jagaan saluran

T = lebar puncak

b) Bentuk empat persegi panjang

b

d

F

Dimana :

b = lebar saluran

d = tinggi saluran yang tergenang air (m)

R = jari-jari hidrolis (m)

F = tinggi jagaan saluran

Kemiringan saluran

Kemiringan saluran yang diizinkan dengan menggunakan rumus manning:

V = 1/n .(R)2/3 .(S)2/3 ……………(9)

Page 28: BAB II FIX

28

S = [V .nR2/3 ]2

……………….(10)

Keterangan :

V = kecepatan aliran (m/detik)

N = koefisien kekerasan manning (2.11)

R = Fd/P =jari-jari hidrolik

A = luas penampang basah (m2)

P = keliling basah (m)

S =kemiringan saluran

Table 11 Harga N Untuk Rumus Manning.No Tiap saluran Baik sekali baik sedang jelek1 Saluran buatan 0,017 0,020 0,023 0,0252 Saluran tanah, lurus teratur 0,023 0,028 0,030 0,0403 Saluran tanah yang dibuat

dengan excavator0,020 0,030 0,033 0,035

4 Saluran pada dinding batuan,lurus teratur

0,035 0,040 0,045 0,045

5 Saluran batuan yangdiledakkan, dan tumbuh-tumbuhan

0,025 0,030 0,035 0,400

6 Dasar saluran dari tanah, sisisaluran berbatu

0,028 0,030 0,033 0,035

7 Saluran lengkung, dengankecepatan aliran rendah

0,020 0,025 0,028 0,035

Saluran alam8 Bersih, lurus, tidak berpasir,

tidak berlubang0,025 0,028 0,030 0,033

9 Seperti no.8 tapi ada timbunanatau kerikil

0,030 0,033 0,035 0,040

Page 29: BAB II FIX

29

10 Melengkung bersih, berlubangdan berdinding pasir

0,033 0,035 0,400 0,045

11 Seperti no. 10, dangkal, tidakteratur

0,040 0,045 0,050 0,055

12 Seperti no. 10, bebatu dan adatumbuh-tumbuhan

0,035 0,040 0,045 0,050

13 Seperti no. 11, sebagianberbatu

0,045 0,050 0,055 0,060

14 Aliran pelan, banyak tumbuh-tumbuhan dan berlubang

0,050 0,060 0,070 0,080

15 Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0,125 0,150Saluran buatan,beton ataubatu kali

16 Saluran pasangan batu, tanpapenyelesaian

0,025 0,030 0,033 0,035

17 Seperti no.16, tapi denganpenyelesaian

0,017 0,020 0,025 0,030

18 Saluran beton 0,014 0,016 0,019 0,02119 Saluran beton halus dan rata 0,010 0,011 0,012 0,01320 Saluran beton pracetak dengan

acuan baja0,013 0,014 0,014 0,015

21 Saluran beton pracetak denganacuan kayu

0,015 0,016 0,016 0,018

Sumber: (SNI 03-3424-1994).

2.3.3 Persampahan

Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah

padat. Sampah merupakan sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik

karena telah diambil bagian utamanya, karena pengolahan, maupun karena sudah tidak

memberikan manfaat dari segi sosial ekonomi serta dapat menyebabkan pencemaran atau

gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).

Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari seluruh rangkaian proses produksi

berupa bahan-bahan kimia serpihan atau potongan bahan, serta perlakuan dan pengemasan

produk berupa kertas, kayu, plastik, atau lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan.

Page 30: BAB II FIX

30

Sedangkan berdasarkan tingkat penguraian, sampah pada umumnya dibagi menjadi

dua macam (Hadiwiyoto, S. 1983):

1. Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, karena

tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dan sebagainya. Sampah organik

umumnya dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan,

karton, kain, karet, kulit, sampah halaman.

2. Sampah anorganik, yaitu sampah yang bahan kandungannya bersifat anorganik dan

umumnya sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium,

debu, dan logam lainnya.

Timbunan Sampah

Timbunan sampah menurut SK SNI S-04-1993-03 adalah sampah yang di hasilkan

dari sumber sampah. Timbunan sampah di gunakan sebagai pegangan bagi perencana dan

pengelola sampah. Besaran timbunan sampah dapat di hitung berdasarkan klasifikasi kota.

Spesifikasi komponen timbunan sampah di Indonesia yang ditetapkan

sebagaimana tabel 3 berikut :

Tabel 12 Komponen Sumber Sampah

No. Komponen sumber sampah Satuan Volume (Lt ) Berat (Kg )

Page 31: BAB II FIX

31

1.23456789

Rumah tanggaRumah semi permanenRumah non permanenKantorToko/ RokoSekolahJalan arteri sekunderJalan lokalPasar

Per orang / hariPer orang / hariPer orang / hariPer orang / hariPer orang/hariPer orang/ hariPer orang / hariPer orang / hariPer orang / hari

2,25-2,502,00-2,251,75-2,000,50-0,752,50-3,000,10-0,150,10-0,150,05-0,100,20-0,60

3,350-0,4000,300-0,3500,250-0,3000,250-0,3000,150-0,3500,010-0,0200,020-0,0250,005-0,0250,100-0,300

Sumber SK SNI S-04-1993-03, (Departemen Pekerjaan Umum, 1993)

Sedangkan untuk klasifikasi persampahan di perkotaan, dapat dibagi menjadi tiga

bagian berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 2.3

a. Kota kecil adalah Kota yang jumlah penduduknya < 100.000 jiwa

b. Kota sedang adalah Kota yang jumlah penduduknya 100.000 <P<500.000 jiwa

c. Kota besar adalah kota yang jumlah penduduknya P > 500.000 jiwa.

Tabel 13 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota

Satuan klasifikasi Kota Volume

(lt/org / hari)

Berat

( Kg/org/hari )1.

2.

Kota sedang

Kota kecil

2,75-3,25

2,50-2,75

0,70-0,80

0,625- 0,70 Sumber SK SNI S-04-1993-03, (Departemen Pekerjaan Umum, 1993)

Proyeksi volume sampah = Jumlah penduduk x volume buangan

Klasifikasi Sampah

Klasifikasi sampah di bagi menjadi 2 ( dua ) kelompok yaitu:

a. Sampah basah Jenis sampah yang yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau

sayuran hasil rumah tangga , hotel , restoran semuanya mudah membusuk.

No.

Page 32: BAB II FIX

32

b. Sampah kering yang terdiri dari bahan anorganik yang tidak cepat teruari oleh

mikroorganisme sehingga sulit membusuk . Sampah kering terbagi menjadi 2 (dua )

yaitu:

1. Sampah tidak lapuk yang dapat terbakar, seperti kayu, kertas

2. Sampah tidak lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng, kawat.

Penataan Persampahan

Penataan persampahan merupakan suatu perbaikan sistem pengolahan

persampahan yang tidak tersedianya atau tidak sesuai standar pelayanan dalam suatu

permukiman, dengan merencanakan kembali sistem pengolahan persampahan yang bisa

dijadikan suatu acuan dalam memperbaiki kondisi tersebut. Dalam proses penataan

persampahan perlu adanya klasifikasi pengolahan sesuai lokasi dalam rencana.

1. Klasifikasi Pengolahan dan TPS

a. Klasifikasi pengelolaan

Klasifikasi pengelolaan berdasarkan lingkungan permukiman yang ada yaitu:

1) 1 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 150 – 250 jiwa ( 30 – 50 rumah)

2) 1 Rukun Warga : 2.500 jiwa (± 500 rumah)

3) 1 kelurahan : 30.000 jiwa penduduk (± 6.000 rumah)1 kecamatan : 120.000 jiwa (±

24.000 rumah)

2. Klasifikasi TPS

Klasifikasi TPS sebagai berikut :

a. TPS tipe I

Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang

dilengkapi dengan :

1) Ruang pemilahan

Page 33: BAB II FIX

33

2) Gudang

3) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container

4) Luas lahan ± 10 - 50 m2

b. TPS tipe II

Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang

dilengkapi dengan :

1) Ruang pemilahan ( 10 m2)

2) Pengomposan sampah organik ( 200 m2)

3) Gudang ( 50 m2)

4) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)

5) Luas lahan ± 60 – 200 m2

c. TPS tipe III

Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang

dilengkapi dengan :

1) Ruang pemilahan ( 30 m2)

2) Pengomposan sampah organik ( 800 m2)

3) Gudang ( 100 m2)

4) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)

5) luas lahan > 200 m2

1. Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal

Untuk Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal prasarana persampahan dapat

digunakan dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.

Tabel 14 Spesifikasi Peralatan

Page 34: BAB II FIX

34

Sumber :SNI 3242 2008 Pengolahan sampah di permukiman

Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah;

bak sampah; tempat pembuangan sementara (TPS); dan tempat pembuangan akhir (TPA).

Dalam persyaratan, Kriteria, dan kebutuhan perencanaan jaringan persampahan dapat

dilihat dalam tabel berikut ini

Tabel 15 Kebutuhan Prasarana Persampahan

Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.

Kapasitas tempat sampah tiap rumah berbeda-beda karena bentuk dari tempat

sampah. Tempat sampah ini ada yang khusus untuk sampah basah/organik dengan model

tertutup dan sampah kering/non organik yaitu model terbuka sehingga model tertutup dapat

mencegah bau sampah tercium oleh orang. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS)

kapasitasnya minimal 2m2 dengan jarak penempatan disetiap 150 meter. Tempat

pembungan akhir sebaiknya menyediakan kendaraan sehingga sampah yang ada di TPS

dapat dibawa ke TPA.

Page 35: BAB II FIX

35

Sistem Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian

timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan

pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada dasar-dasar terbaik mengenai

kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika, dan pertimbangan lingkungan

lainnya serta tanggap terhadap perilaku massa (Yones, 2007). Sistem pengelolaan sampah

terdiri dari lima aspek yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya

saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Kelima aspek tersebut terdiri dari aspek teknis

operasional, kelembagaan, hukum dan peraturan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat.

Dalam pengelolaan sampah,kelima aspek tersebut saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri

(Artiningsih, 2008).

Standar Teknis Operasional Pengelolaan Sampah

Standar teknis operasional pengelolaan sampah untuk kawasan permukiman diatur

dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di

Permukiman dan SNI Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional

Pengelolaan Sampah Perkotaan. Menurut kedua SNI tersebut, pengelolaan sampah kawasan

permukiman terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara integral dan

terpadu, meliputi:

1. Pewadahan

Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu

wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan terdiri dari

dua macam, yaitu pewadahan individual dan pewadahan komunal. Tiap rumah

minimal memiliki 3 buah wadah sampah untuk memisahkan sampah organik

Page 36: BAB II FIX

36

anorganik dan sampah beracun ( B3 ).

Jumlah komunal = volume sampah

kapasitasWadahKomunal

Gambar 5 Wadah Komunal

Spesifikasi :

Dimensi Tong (CM) : T 70 x P 40 X L 30

Warna : Costum Plus Logo

2. Pengumpulan

Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya

mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau wadah komunal, melainkan

juga mengangkutnya ke terminal tertentu. Pola pengumpulan sampah dibedakan

menjadi 4 pola, yaitu:

Page 37: BAB II FIX

37

a. pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah

b. pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum.

c. pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial.

d. pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.

Diagram jenis pola pengumpulan sampah secara lengkap dapat dilihat pada

Gambar5

Gambar 6 Diagram Pola Pengumpulan Sampah Menurut SNI 19-2454-2002

3. Pengolahan dan Daur Ulang di Sumber dan TPS

Mekanisme pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan TPS dapat dilakukan

dengan: 1) pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik,

sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada; 2) pengomposan skala

lingkungan di TPS; 3) daur ulang sampah anorganik di TPS.

4. Pemindahan

Pemindahan sampah adalah proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke

dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pemindahan

sampah dapat dilakukan di TPS atau TPST dan di lokasi wadah sampah komunal.

5. Pengangkutan

Page 38: BAB II FIX

38

Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah dari TPS atau wadah komunal

ke TPST atau TPA dengan frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan jumlah

sampah yang ada. Pengangkutan sampah residu dari TPS atau wadah komunal

dilakukan bila kontainer telah penuh dan sesuai jadwal pengangkutan yang telah

dikonfirmasikan dengan pengelola sampah kota. Menurut SNI 19-2454-2002,

terdapat tiga metode pembuangan akhir yang dapat dilakukan pada TPS atau TPA,

yaitu:

1) penimbunan terkendali (controlled landfill) yang dilengkapi pengolahan dan gas

2) lahan urug saniter (sanitary landfill) yang diengkapi pengolahan lindi dan gas;

3) penimbunan dengan sistem kolam (fakultatif, maturasi) untuk daerah pasang-

surut.

Gambar 7 Kontainer TPS dan alat pengangkut sampah

Spesifikasi Peralatan dan Bangunan

Standar peralatan dan bangunan untuk pengelolaan sampah perumahan diatur dalam

SNI 3242-2008. Spesifikasi peralatan dan bangunan menurut SNI 3242-2008 dapat dilihat

pada Tabel

Tabel 16 Spesifikasi Peralatan dan Bangunan Menurut SNI 3245 – 2008

No Peralatan Bangunan Kapasitas PelayananVolume KK Jiwa

m3

m3

m3

m3

m3

m2

Wadah KomunalKomposter KomunalAlat PengumpulKontainer Truk ArmrollTPSTipe I

0.5 – 1.0 0.5 – 1.0 1 6 10 100

20 – 4010 – 201286401.375500

100 – 20050 – 1006403.2005.3302.500

Sumber Badan Standarisasi Nasional ( 2008 )

Page 39: BAB II FIX

39

±300m2

±1000m2

m3

12345

6

Tipe IITipe III

150

6.00024.000600

30.000120.0003.000

2.3.4 Ruang Terbuka Hijau

Ruang terbuka hijau (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena

kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang

Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap aktor cendrung

menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka masing-masing, sebagaimana

profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk and Chapin, 1905).

Dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008 tentang Pedoman

Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH memiliki

fungsi sebagai berikut :

Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis :

Memberi jaminan pendaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-

paru kota).

Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat

berlangsung lancer.

Sebagai peneduh.

Produsen oksigen.

Penyerap air hujan.

Page 40: BAB II FIX

40

Penyedia habitat satwa.

Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta.

Penahan angin.

Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu :

Fungsi sosial dan budaya, yaitu menggambarkan ekspresi budaya lokal; merupakan

media komunikasi bagi warga kota; tempat rekreasi; wadah dan objek pendidikan,

penelitian dan pelatihan dalam mempelajari alam.

Fungsi ekonomi, yaitu sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah,

daun, sayur mayur; bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan

dan lain-lain.

Fungsi estetika, yaitu meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik

dari skala mikro (halaman rumah, lingkungan permukiman) maupun makro (lansekap kota

secara keseluruhan); menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; pembentuk

faktor keindahan arsitektural; menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area

terbangun dan tidak terbangun.

Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas (Permen PU, 2008) :

Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk

keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan

untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah)

Page 41: BAB II FIX

41

Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih

udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah,

pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi

hayati atau keanekaragaman hayati).

Table 17 Korelasi Antara Fungsi RTH Dengan Dampak Perkiraan Terhadap Kawasan

Sekitar (Rustam Hakim, 2000)

No Fungsi RTH Dampak terhadap lingkungan sekitarkawasan perumahan

1 Urban metropolitan park system Rencana peruntukkan runag terbukahijau suatu kawasan harus merupakanbagian dari system ruang terbuka hijauperkotaan. Dengan demikian daerahsekitar kawasan perumahan akanmenerima dampak dari systemtersebut. Penghijauan tepi jalanmenuju gerbang masuk perumahanakan tertata baik sebagai konsekuensipengembangan untuk memperlihatkancitra kawasannya.

2 Keindahan lingkungan Lingkungan yang asri, indah dannyaman akan membawa suasanakawaasan menjadi lebih menarik.Kondisi yang demikian akanmempengaruhi pola penataanlingkungan disekitar kawasan sertamembawa sesadaran masyarakat akankeindahan halaman rumahnya.

3 Mengurangi dampak banjir Pada daerah yang rendah akancenderung terjadi genangan air yangmenimbulkan banjir, beberapa jenistanaman mempunyai kemampuanuntuk mengevapotransiprasi tinggi,yaitu tanaman berdaun banyaksehingga luas permukaan daunnya

Page 42: BAB II FIX

42

tinggi dan memilliki banyak stomata(mulut daun). Beberapa jenis tanamanyang memenuhi criteria tersebut antaralain : nangka (artcarpus integra),albizia (paraserianthes falcataria),mahoni (sweittenia sp), jati (tectonagrandis), ki hujan (samanea saman).Dengan penanaman jenis tanamantersebut, maka genangan banjirdidalam kawasan ataupun disekitarkawasan dapat dikurangi.

4 Menciptakan iklim mikro Salah satu masalah yang cukupmerisaukan masyarakat adalahberkurangnya kenyamanan akibatmeningkatnya suhu udara. Untukmengatasi itu, RTH dibangun (denganpola penghijauan tanaman pohon) agarpada siang hari tidak terlalu panasakibat banyaknya perkerasan sepertijalan, jembatan dan lain-lain.Sebaliknya pada malam hari dapatlebih hangat karena tajuk pohon dapatmenahan radiasi baik dari bumi (Greyand Deneke dalam Robinette, 1983).Jumlah pantulan radiasi mataharisangat dipengaruhi oleh panjanggelombang, jenis tanaman, umurtanaman, posisi jatuh sinar matahari,keadaan cuaca dan posisi lintang(Robinette). Jadi, pada kawasanperumahan penghijauan RTH akanmenciptakan iklim mikro.

5 Kelestarian tata air/peresapan air Salah satu konsepsi dasar RTH adalahkawasan dengan seminimal mungkinadanya perkerasan. Sebagian besardidominasi oleh pepohonan. Dengandemikian jika terjadi hujan lebat, airhujan dapat meresap kedalam tanahsebagai air infiltrasi melaluipermukaan tanah yang terbuka.Dengan demikian fungsi resapansangat berarti. Pada kawasansekitarnya dengan banyaknya airterserap kedalam tanah, maka beban

Page 43: BAB II FIX

43

saluran air pembuangan yang melaluikawasan sekitar perumahan dapatsemakin berkurang.

6 Mencegah polusi udara Adanya kawasan perumahanmenyebabkan terjadinya lalu lintaskendaraan yang tinggi menujukawasan tersebut. Banyaknya aruskendaraan menyebab terciptanya sisabuangan asap kendaraan yangmenyebabkan polusi. Demikian pulamasalah kebisingan. Dengan polapenanaman terpadu didalam maupundiluar kawasan akan mengurangimasalah tersebut.

7 Udara segar RTH didalam kawasan akanmenghasilkan udara segar bagimasyarakat. Perpohonan akanmengeluarkan O2 dan meyerap CO2,sehingga rasa nyaman akan tercapai.Demikian pula dampak diluar kawasanakan menerima rasa nyaman.

8 Sumber plasma nutfah Ruang terbuka hijau dapat ditanamidengan berbagai jenis tanaman langkadan menjadikan tempat koleksi kenekaragaman hayati yang tersebar diseluruhdunia.

9 Habitat satwa fauna Ruang terbuka hijau dapatdikembangkan sebagai habitat burung.Beberapa jenis burung sangatmembutuhkan pohon sebagai tempatmencari makanan maupun tempatbersarang dan bertelur. Dengandemikian lingkungan disekitarperumahan memberi lingkungan yanglebih alami.

10 Penahan angin Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin berupatanaman pada ruang terbuka hijau( Panilov dalam Robinette, 1983). Jadiruang terbuka hijau didalam kawasanperumahan membawa dampak positifterhadap lingkungan sekitarnya.

Page 44: BAB II FIX

44

Table 18 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga

(SNI 03-1733-1989).

No. Jenis Sarana JumlahPendudukPendukung(jiwa)

KebutuhanLuasLahanMin.(m²)

Standard(m²/jiwa)

RadiusPencapaian

KriteriaLokasi danpenyelesaian

1 Taman/tempat bermain

250 250 1 100 Di tengah kelompoktetangga.

2 Taman/tempat bermain

2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatanlingkungan.

3 Taman danlapangan olahraga

30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkinberkelompok dengansarana pendidikan.

4 Taman danlapangan olahraga

120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama.Sedapat mungkinberkelompok dengansarana pendidikan.

5 Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar.6 Kuburan /

pemakamanumum

120.000 Mempertimbangkanradius pencapaian dan arenayang dilayani

2.3.5 Prasarana Lingkungan

Lingkungan pasar tradisional harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan yang

berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-hari bagi pedagang dan

pembeli, baik ke dalam maupun ke luar dengan penyediaan jalan setapak, jalan kendaraan,

dan tempat parkir.

Page 45: BAB II FIX

45

Lingkungan pasar tradisional harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan

utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam pasar tradisional yang

bersangkutan, meliputi :

1. Jaringan distribusi air bersih, dan listrik dengan segala kelengkapannya termasuk

kemungkinan diperlukannya tangki-tangki air, pompa air, dan gardu-gardu listrik;

2. Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan dari

kios ke sistem jaringan pembuangan ;

3. Saluran pembuangan air limbah dan/ atau tangki septik yang menghubungkan

pembuangan air limbah dari kios dagangan ke sistem saluran drainase yang ada ;

4. Tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan

sampah dari kios pedagang untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan

sampah sementara, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan,

kesehatan, kebersihan, dan keindahan;

5. Kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang

dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan kapasitas air yang cukup

untuk pemadam kebakaran;

6. Tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang diperhitungkan

terhadap kebutuhan pejual dan pengunjung pasar dalam melaksanakan kegiatan-

kegiatannya sesuai dengan fungsinya;

2.4 Tinjauan Site atau Lokasi Study

Lokasi Studi Penataan Pasar Tradisional “Pasar Kenanga” Jl. Tanjung Raya IKelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak

Page 46: BAB II FIX

46

Gambar 8 Denah Lokasi Kawasan Penataan Pasar Tradisional

(sumber Analisa penulis dari hasil observasi menuju site kawasan)

Page 47: BAB II FIX

47

2.5 Studi Banding Penataan Pasar Tradisional

Untuk memudahkan analisis data maka dilakukan studi banding yang bertujuan

memudahkan dalam penataan kawasan pasar tradisional ini, adapun yang di jadikan sebagai

study banding adalah sebagai berikut :

1) Penataan Pasar Tradisisonal kota Malang

2) Penataan Kawasan Pasar Tradisional Bintaro

1.

3) Penataan Kios-Kios Untuk Penjual

Penataan kios-kios penjual di lakukan untuk menciptakan pola bangunan pasar yang

lebih rapi, sehingga membuat keadaan pasar lebih nyaman dan indah di pandang mata.

Salah satunya adalah gambar di bawah ini yang melakukan penataan kios yang rapi dan

enak di pandang.

Gambar 11 Penataan Kios Penjual Yang Lebih Modern

Gambar 10 Penataan Kawasan Pasar Tradisional Bintaro

Gambar 9 Penataan Kawasan Pasar Tradisional Blimbing, Cikijing, Dinoyos,Kota Malang

Page 48: BAB II FIX

48

4) Penataan Pasar Tradisional Pasar Teratai Jeruju, Pontianak

5) Pasar Union Square Farmer, New York City, AS.

Sebagai negara maju, Amerika Serikat, pasar di Negeri Paman Sam tersebut nyaris

tertata rapi. Salah satu pasarnya adalah Union Square Farmer. Pasar ini menampung hasil

panen petani yang masih segar dan baru dipetik. Ada 140 petani lokal, penjual ikan, penjual

roti, dan tukang daging yang menjual produknya di sini. Saat ramai, jumlah pembeli di

pasar segar ini mencapai 60 ribu orang. Terkadang, para koki selebriti menggunakan area

ini sebagai tempat demo masak.

Gambar 12 Kawasan Pasar Tradisional PasarTeraratai Jeruju, Pontianak

Page 49: BAB II FIX

49