Download - BAB II FIX
BAB II
TINJAUAN LITERATUR
2.1 Teori Tentang Pasar
2.1.1 Pengertian Pasar
Pasar adalah tempat bertemunya calon penjual dan calon pembeli barang dan jasa.
Dipasar antara penjual dan pembeli akan melakukan transaksi. Pasar merupakan salah satu
lembaga yang paling penting dalam institusi ekonomi. Menurut cara transaksinya, jenis
pasar dibedakan menjadi pasar tradisional dan pasar modern.
Syarat-Syarat Terjadinya Pasar Adalah :
a. Ada tempat untuk berniaga
b. Ada barang dan jasa yang akan diperdagangkan.
c. Terdapat penjual barang tertentu. Adanya pembeli barang. Adanya hubungan
dalam transaksi jual beli.
Pengertian Pasar Secara Khusus
1. Sebagai sarana distribusi
Dengan adanya pasar, produsen dapat berhubungan baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk menawarkan hasil produksinya pada konsumen.
2. Sebagai pembentuk harga
Di pasar terjadi tawar menawar antara penjual dan pembeli sehingga terbentuklah
harga.
11
2
3. Sebagai sarana promosi
Dengan berbagai macam cara para produsen memperkenalkan hasil produksi
kepada konsumen sehingga para konsumen berniat membeli barang tersebut.
Pasar adalah sebuah tempat umum yang melayani transaksi jual-beli. Di dalam
Peraturan Pemerintah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992 pengertian pasar
adalah suatu tempat transaksi jual beli umum milik Pemerintah Daerah, tempat pedagang
secara teratur dan memperdagangkan barang dan jasa.
Dalam ilmu ekonomi, pasar adalah tempat transaksi jual beli yang tidak selalunya
memerlukan lokasi fisik. Pasar yang dimaksud bisa merujuk kepada suatu Negara tempat
suatu barang dijual dan dipasarkan. Contohnya adalah pasar valuta asing.
2.2 Jenis-Jenis Pasar
Ada beberapa jenis pasar diantaranya ; pasar tradisional, pasar modern, dan pasar
ekonomi.
a. Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar yang terjadi. Kebanyakan menjual kebutuhan sehari-hari
seperti bahan-bahan makanan berupa ikan, buah, sayur-sayuran, telur, daging, kain,
pakaian, barang, elektronik, jasa dan lain-lain. Selain itu ada pula yang menjual kue-
kue dan barang-barang lainnya.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan di Indonesia, dan umumnya
terletak dekat kawasan perumahan dan perkampungan agar memudahkan pembeli
3
untuk mencapai pasar. Sisi negatif dari pasar tradisional adalah keadaannya yang
cenderung kotor dan kumuh sehingga banyak orang yang segan berbelanja disana.
Beberapa pasar tradisional yang legendaris antara lain adalah pasar Beringharjo di
Jogja, pasar Klewer di Solo, pasar Johar di Semarang. Pasar tradisional di seluruh
Indonesia terus mencoba bertahan menghadapi serangan dari pasar modern.
Ciri-Ciri Pasar Tradisional
1. Pembeli dan penjual bertemu secara langsung.
2. Transaksi terjadi secara langsung.
3. Mekanisme transaksi dengan tawar-menawar
4. Menyediakan segala macam barang
5. Untuk pasar tradisional khusus, hanya menyediakan satu jenis barang
Fungsi Pasar Tradisonal
a. Sebagai wadah atau tempat bagi pedagang untuk memperdagangkan dagangannya kepada
calon pembeli atau masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun
kebutuhan berkala.b. Sebagai penunjang perekonomian rakyat masyarakat.
Syarat-Syarat Pasar Tradisional
Menurut Peraturan Presiden Republik Indonesia nomor 112 tahun 2007,
tentang pembangunan, penataan dan pembinaan pasar tradisional.
a) Aksesibilitas, yaitu pencapaian dari dan ke pengawasan. Dalam hal ini bentuk
jalan atau transportasinya.b) Kompatibilitas, yaitu keserasian dan keterpaduan antara kawasan yang
menjadikan lingkungannya.
4
c) Fleksibilitas, yaitu kemungkinan pertumbuhan fisik atau pemekaran kawasan
pasar dikaitkan dengan kondisi fisik lingkungan dan keterpaduan prasarana.
d) Ekologis, yaitu keterpaduan antara tatanan kegiatan alam yang mewadahinya
Kelebihan dan Kelemahan Pasar Tradisional
Pasar tradisional merupakan pasar yang memiliki keunggulan bersaing
alamiah yang tidak miliki secara langsung oleh pasar modern. Keunggulan yang
dimiliki pasar tradisional adalah lokasi yang strategis, area penjualan yang luas,
keragaman barang yang lengkap, harga yang rendah, serta sistem tawar menawar
yang menunjukkan sikap keakraban antara penjual dan pembeli. Selain keunggulan
tersebut, pasar tradisional juga merupakan salah satu pendongkrak perekonomian
kalangan menengah ke bawah, dan itu jelas memberikan efek yang baik bagi
negara. Dimana negara ini memang hidup dari perekonomian berskala mikro
dibandingkan dengan skala makro. Sisi kekeluargaan antara penjual dan pembeli
menjadi salah satu pemandangan yang indah ketika berada di pasar dan bahkan ada juga
yang namanya langsung dan itu bisa menjadi hubungan baik dan tak dapat dipisahkan
bagaikan persaudaraan yang erat sekali. Pasar tradisional memiliki kelemahan yang
sangat urgen ialah pada kumuh dan kotornya lokasi pasar. Bukan hanya itu saja,
banyaknya produk yang mayoritas diperjualbelikan oleh oknum pedagang yang
tidak bertanggung jawab itu menggunakan bahan kimia yang tidak seharusnya
dipakai, dan praktek seperti itu marak sekali terjadi di pasar tradisional. Bukan
hanya itu saja, cara pengemasan di pasar tradisional juga membuatnya kurang dilirik
konsumen, bahkan makin hari bukannya semakin bagus akan tetapi malah semakin
5
memburuk kondisinya. Dan jelas hal seperti itu cukup membahayakan keberadaan
pasar tradisional.
b. Pasar Modern
Pasar modern tidak banyak dari pasar tradisional, namun pasar jenis ini
berada dalam bangunan dan barang-barang yang dijual biasanya barang tahan lama.
Contoh dari pasar modern adalah pasar swalayan dan hypermart.
Berdasarkan Peraturan Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 6 Tahun 1992
tentang pengurusan pasar maka pasar diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu menurut
sifat kegiatan dan jenis dagangannya, menurut ruang lingkup pelayanan dan tingkat
potensi pasar, dan menurut waktu kegiatan.
Pasar Menurut Sifat Kegiatannya dan Jenis Dagangannya.
Yang termasuk dalam jenis pasar ini adalah :
1. Pasar eceran, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah
kecil, misalnya : per ikat, per butir, per buah, per ekor, dan lain-lain.
2. Pasar grosir, ialah pasar yang menjual berbagai jenis barang dalam jumlah besar,
misalnya : per kuintal, per ton, per bal, per gross, per lusin, dan lain-lain.
3. Pasar induk, ialah pasar yang berfungsi sebagai tempat pengumpulan, tempat
pelelangan, tempat penyimpanan, tempat penyaluran barang kebutuhan sehari-
hari antara lain :
Pasar induk sayur mayur dan buah-buahan
Pasar induk besar dan lain-lain
4. Pasar khusus, ialah pasar yang memperjualbelikan jenis barang tertentu
misalnya :
Suku cadang
Alat-alat teknik
6
Ikan
Ayam
Burung dan lain-lain
Pasar Menurut Ruang Lingkup Pasar Lingkup Pelayanan dan Tingkat Potensi
Pasar
Yang di maksud dengan potensi pasar adalah tingkat kesanggupan dan
kekuatan ekonomi pasar yang diukur dari pendapatan pasar dan keramaian pasar.
Atas dasar potensi pasar dapat di bedakan menjadi empat, yaitu :
Pasar Teladan
Pasar Maju
Pasar berkembang
Pasar tumbuh
yang termasuk kedalam jenis menurut ruang lingkup pelayanannya yaitu :
1. Pasar lingkungan, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi
satu lingkungan pemukiman disekitar pasar tersebut dan jenis barang yang
diperdagangkan terutama kebutuhan sehari-hari.
2. Pasar wilayah, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannaya meliputi
beberapa lingkungan pemukiman dan barang yang diperjualbelikan lebih
lengkap dari pasar lingkungan.
3. Pasar kota, ialah pasar yang ruang lingkup pelayanannya meliputi wilayah
kota tempat barang-barang yang di perjualbelikan lengkap.
Pasar Menurut Ruang Waktu Kegiatan
Yang termasuk ke dalam jenis pasar menurut waktu kegiatan yaitu :
7
1. Pasar siang, ialah pasar yang kegiatannya antara pukul 05.00 s/d 18.00 WIB.
2. Pasar malam hari, ialah pasar yang kegiatannya antara pukul 18.00 s/d 05.00
WIB.
3. Pasar siang malam, ialah pasar yang kegiatannya sepanjang hari.
2.3 Sarana dan Prasarana
Ketentuan umum yang harus dipenuhi dalam merencanakan dan merancang suatu
kawasan lingkungan perumahan dan pemukiman antara lain :
Penyediaan prasarana dan sarana lingkungan perumahan merupakan bagian dari
sistem pelayanan umum perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus dipadukan
dengan perencanaan lingkungan perumahan dan kawasan – kawasan fungsional lainnya,
seperti jaringan jalan, saluran drainase, jaringan air bersih dan jaringan listrik.
Adapun prasarana lingkungan meliputi :
2.3.1 Prasarana Jalan
Sistem jaringan jalan merupakan pelayanan penunjang mobilitas suatu wilayah
permukiman, adapun prinsip dasar jaringan jalan adalah mengatur pola pergerakan aktifitas
manusia sesuai dengan aturan. Pada Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006, sistem
jaringan jalan merupakan satu kesatuan jaringan jalan yang terdiri dari sistem jaringan jalan
primer dan sistem jaringan jalan sekunder yang terjalin dalam hubungan hierarki.
a. Fungsi Jalan
Berdasarkan sifat dan pergerakan pada lalu – lintas dan angkutan jalan, fungsi jalan
dibedakan atas arteri, kolektor, lokal dan lingkungan. Fungsi jalan yang sebagaimana
8
dimaksud di atas terdapat pada sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan jalan
sekunder.
Fungsi jalan pada sistem jaringan primer adalah :
a) Jalan Arteri Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau
pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah.
b) Jalan Kolektor Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antara pusat kegiatan nasional
dengan pusat kegiatan lokal, antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan
lokal, antara kegiatan wilayah, atau antara pusat kegiatan wilayah dengan pusat
kegiataan lokal.
Jalan Lokal Primer
Jalan yang menghubungkan secara berdaya guna pusat kegiataan nasional dengan
pusat kegiatan lingkungan, pusat kegiatan wilayah dengan pusat kegiatan
lingkungan, antar pusat kegiatan lokal, atau pusat kegiatan lokal dengan pusat
kegiatan lingkungan, serta antar pusat kegiatan lingkungan.
Jalan Lingkungan primer
Jalan yang menghubungkan antar pusat kegiatan di dalam kawasan perdesaan dan
jalan di dalam lingkungan kawasan perdesaan.
Fungsi jalan pada sistem jaringan sekunder adalah :
9
a) Jalan Arteri Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan sekunder kesatu
dengan kawasan sekunder kesatu, atau kawasan sekunder kesatu dengan kedua.
b) Jalan Kolektor Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kedua dengan sekunder kedua atau
kawasan sekunder kedua dengan sekunder ketiga.
c) Jalan Lokal Sekunder
Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder kesatu dengan perumahan, kawasan
sekunder kedua dengan perumahan, kawasan sekunder ketiga dan seterusnya sampai
ke perumahan
d) Jalan Lingkungan Sekunder
Jalan yang menghubungkan antar persil dalam kawasan perkotaan.
a. Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis jalan meliputi kecepatan rencana, lebar badan jalan, kapasitas,
jalan masuk, persimpangan sebidang, bangunan pelengkap, perlengkapan jalan,
penggunaan jalan sesuai dengan fungsinya dan tidak terputus. Persyaratan teknis jalan
harus memenuhi ketentuan keamanan, keselamatan dan lingkungan menurut SNI 03-6967-
2003. Adapun untuk masing – masing jalan mempunyai persyaratan teknis antara lain :
1) Jalan Arteri Primer
- Kecepatan rencana minimum 60 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter
10
- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata
- Lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas
lokal dan kegiatan lokal
- Jumlah jalan masuk dibatasi
- Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu
sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan
- Tidak terputus walaupun memasuki kota.
2) Jalan Kolektor Primer
- Kecepatan rencana minimum 40 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter
- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata
- Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu
sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan
- Tidak terputus walaupun mamasuki kota.
3) Jalan Lokal Primer
- Kecepatan rencana minimum 20 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter
- Terputus walaupun mamasuki kota
4) Jalan Lingkungan Primer
- Kecepatan rencana minimum 15 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter
- Persyaratan teknis diperuntukan bagi kendaraan roda tiga atau lebih yang
mempunyai lebar badan paling sedikit 3,5 meter
5) Jalan Arteri Sekunder
11
- Kecepatan rencana minimum 30 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 11 meter
- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata
- Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
- Persimpangan sebidang pada jalan arteri sekunder dengan pengaturan tertentu
sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan
6) Jalan Kolektor Sekunder
- Kecepatan rencana minimum 20 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 9 meter
- Kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata – rata
- Lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat
- Persimpangan sebidang pada jalan kolektor sekunder dengan pengaturan tertentu
sehingga tidak mengurangi kecepatan rencana dan kapasitas jalan
7) Jalan Lokal Sekunder
- Kecepatan rencana minimum 10 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 7,5 meter
8) Jalan Lingkungan sekunder
- Kecepatan rencana minimum 11 km/jam
- Lebar badan jalan paling sedikit 6,5 meter
- Persyaratan teknis diperuntukan bagi kendaraan roda tiga atau lebih
Tabel 1 Klasipikasi Jalan Di Lingkungan
(Sumber : SNI 03-1733-2004)
(sumber : SNI 03-1733-2004)
12
Gambar 2Deskripsi Bagian Dari Jalan
(sumber : SNI 03-1733-2004)
Gambar 3Potongan jalan menurut klasifikasi
Paving block juga memiliki harga yang relatif mahal. Namun dalam segi
keseimbangan dengan alam, penggunaan paving block sangat baik. Dimana pada
penggunaan bahan paving block ini, air yang tergenang diatas paving block akan cepat
terserap kedalam tanah sehingga membuat kesuburan tanah tetap terjaga. Hal ini
dikarenakan dalam pemasangan paving block akan tercipta ronga untuk masuknya air akan
lebih besar sehingga air lebih mudah terserap masuk kedalam tanah. Ini juga akan membuat
kondisi jalan akan lebih awet.
Gambar 4Jenis-Jenis Paving Block Sumber : www.pavingexpert.com
13
2.3.2 Drainase
Secara umum drainase dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan teknis untuk
mengurangi kelebihan air, baik yang berasal dari air hujan, rembesan, maupun kelebihan air
irigasi dari suatu kawasan/lahan, sehingga fungsi kawasan/lahan tidak terganggu. Drainase
dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mangontrol kualitas air tanah dalam kaitannya
dengan salinitas. Jadi, drainase juga menyangkut tidak hanya air permukaan tapi juga air
tanah dan drainase juga merupakan prasarana yang berfungsi untuk menyalurkan air hujan
atau mengalirkan limpasan air permukaan pada suatu kawasan hingga ke badan penerima
air dan atau kebangunan resapan.
Drainase sering diabaikan oleh para ahli hidrolik dan seringkali direncanakan
seolah-olah bukan pekerjaan yang paling penting, atau paling tidak dianggap kecil
dibandingkan dengan pekerjaan-pekerjaan pengendalian banjir. Padahal pekerjaan drainase
merupakan pekerjaan yang rumit dan kompleks, bisa jadi memerlukan biaya, tenaga dan
waktu yang lebih besar dibandingkan dengan pekerjaan pengendalian banjir. Secara
fungsional, kita sulit memisahkan secara jelas antara sistem drainase dan pengendalian
banjir. Namun, secara praktis kita dapat mengatakan bahwa drainase menangani kelebihan
air sebelum masuk ke alur-alur besar atau sungai.
Drainase mempunyai pengertian mengalirkan, membuang, menguras atau
mengalirkan air. Secara umum diartikan sebagai tindakan untuk mengurangi kelebihan air
yang berasal dari limpasan air hujan, muka air naik ( pasang ) atau rembesan pada suatu
kawasan sehingga fungsi suatu kawasan tidak terganggu. Secara praktis dapat diartikan
sebagai upaya menangani kelebihan air sebelum masuk ke alur – alur besar atau sungai.
14
Defenisi menurut bahasa; To Drain ialah mengeringkan atau mengalirkan air. Drainase
perkotaan adalah suatu sistem yang berfungsi untuk membuang kelebihan air dari suatu
kawasan perkotaan dengan batasan tertentu sehingga daya guna lahan menjadi optimal.
Dari sudut pandang lain, drainase adalah salah satu unsur prasarana umum yang dibutuhkan
masyarakat kota dalam rangka menuju kehidupan kota yang aman, nyaman, bersih dan
sehat. Prasarana drainase disini berfungsi untuk mengalirkan air permukaan ke badan air
( sumber air permukaan dan bawah permukaan tanah ) dan atau bangunan resapan. Selain
itu juga berfungsi sebagai pengendali kebutuhan air permukaan dengan tindakan untuk
memperbaiki daerah becek, genangan air dan banjir.
Adapun komponen drainase terdiri dari saluran penerima ( interceptor drain ),
saluran pengumpul ( collector drain ), saluran pembawa ( conveyor drain ), saluran induk (
main drain ) dan badan penerima ( receiving waterbody ). Sistem drainase juga seringkali
dilengkapi pintu air, gorong – gorong, shipon, jembatan air (aquaduct), pelimpah, bangunan
terjun, kolam olakan dan stasiun pompa. Pada sistem yang lengkap dan bila air yang
dibuang bercampur dengan air limbah maka sebelum masuk air ke badan air penerima, air
diolah dahulu di instalasi pengolahan air limbah ( IPAL ).
Fungsi Dari Drainase
Untuk menjaga serta meningkatkan kesehatan lingkungan pemukiman. Dengan
tersedianya sistem drainase yang baik maka diharapkan :
a. Dapat mengurangi/menghilangkan genangan-genangan air yang menyebabkan
bersarangnya nyamuk dan hewan pengerat lainnya.
b. Pengendalian kelebihan air permukaan atau run off dapat dilakukan dengan aman,
lancar, efisien, dan dapat mendukung lingkungan dan kesehatan masyarakat.
15
c. Dapat digunakan sebagai bagian rencana tata kota yang berguna dalam proses
perencanaan pembangunan dalam kota yang bersifat eksternal dan internal.
d. Untuk memperpanjang umur ekonomis sarana dan prasarana fisik antara lain jalan-
jalan di kawasan pemukiman. Akibatnya genangan atau banjir menimbulkan kerusakan
atau gangguan kegiatan akibat tidak berfungsinya prasarana drainase.
Jenis-Jenis Drainase
a. Menurut sejarah terbentuknya
1. Drainase alamiah (natural drainage), yaitu sistem drainase yang terbentuk secara
alami dan tidak ada unsur campur tangan manusia.
2. Drainase buatan, yaitu sistem drainase yang dibentuk berdasarkan analisis ilmu
drainase, untuk menentukan debit akibat hujan, dan dimensi saluran.
b. Menurut letak saluran
1. Drainase permukaan tanah (surface drainage), yaitu saluran drainase yang berada di
atas permukaan tanah yang berfungsi mengalirkan air limpasan permukaan. Analisa
alirannya merupakan analisa open channel flow.
2. Drainase bawah tanah (sub surface drainage), yaitu saluran drainase yang bertujuan
mengalirkan air limpasan permukaan melalui media di bawah permukaan tanah
(pipa-pipa), dikarenakan alasan-alasan tertentu. Alasan tersebut antara lain tuntutan
artistic, tuntutan fungsi permukaan tanah yang tidak membolehkan adanya saluran
di permukaan tanah seperti lapangan sepak bola, lapangan terbang, taman, dan lain-
lain.
c. Menurut Jenis Konstruksi
1. Saluran terbuka, yaitu sistem saluran yang biasanya direncanakan hanya untuk
menampung dan mengalirkan air hujan (sistem terpisah), namun kebanyakan sistem
16
saluran ini berfungsi sebagai saluran campuran. Pada pinggiran kota, saluran
terbuka ini biasanya tidak diberi lining (lapisan pelindung). Akan tetapi saluran
terbuka di dalam kota harus diberi lining dengan beton, pasangan batu (masonry)
ataupun dengan pasangan bata.
2. Saluran tertutup, yaitu saluran untuk air kotor yang mengganggu kesehatan
lingkungan. Sistem ini cukup bagus digunakan di daerah perkotaan terutama dengan
tingkat kepadatan penduduk yang tinggi seperti kata Metropolitan dan kota-kota
besar lainnya.
d. Tipe Penampang Selokan
Tabel. 2 Tipe Penampang Selokan Samping Jalan
Sumber : SNI 03-3424-1994
a) Perhitungan intensitas curah hujan (I)
Yaitu besarnya curah hujan maksimum yang akan diperhitungkan dalam desain.
Dihitung berdasarkan data-data sebagai berikut :
17
Data curah hujan
Merupakan data curah hujan harian maksimum dalam setahun dinyatakan dalam
mm/hari. Dari data minimum digunakan adalah 10 tahun.
Periode ulang
Yaitu karakteristik hujan yang menunjukkan bahwa hujan yang besar mempunyai
periode ulang tertentu. Periode ulang rencana untuk selokan samping ditentukan
5 tahun.
Lamanya curah hujan
Berdasarkan hasil penyelidikan Van Breen. Bahwa hujan harian terkonsentrasi
selama 4 jam dengan jumlah hujan sebesar 90 % selama 24 jam.
Kurva basis
Untuk menentukan kurva lamanya intensitas hujan rencana yang dapat
diturunkan dari kurva basis (lengkung intensitas hujan standar).
Waktu konsentrasi
Yaitu waktu yang diperlukan oleh butiran air untuk bergerak dari titik terjauh
apada daerah pengaliran sampai ke titik pembuangan.
b) Koefisien pengaliran (C )
Yaitu suatu koefisien yang menunjukan perbandingan antara besarnya jumlah air
yang dialirakan oleh suatu jenis permukaan terhadap jumlah air yang ada.
c) Perhitungan debit aliran (Q)
Adalah jumlah pengaliran limpasan yang masuk kedalam saluran persatuan waktu.
d) Batas deaerah pengaliran
e) Penetuan dimensi saluran
18
Setelah debit air diketahui, langkah berikutnya adalah menghitung dimensi dan
kemiringan saluran drainase, seperti :
Perhitungan tinggi jagaan
Kemiringan selokan
Menghitung Intensitas Curah Hujan
Intensitas curah hujan adalah tinggi curah hujan persatuan waktu yang dinyatakan
dalam mm/hari, mm/jam, mm/menit. Untuk perhitungan saluran drainase intensitas hujan
yang diperhitungkan adalah intensitas yang terjadi pada waktu Tc. Sedangkan Tx (waktu
konsentrasi) adalah waktu yang diperlukan aliran hujan dari titik terjauh hingga mencapai
outlet dari saluran. Untuk menghitung intensitas hujan dapat dihitung dengan beberapa
rumus salah satunya dengan menggunakan rumus Mononobe.
I =R24
24 ( 24t )2/8
…………………… (1)
Dimana :
I = intensitas hujan (mm/jam)
t = lamanya hujan (jam)
R24 = curah hujan maksimum harian dalam 24 jam (mm)
19
Rumus Mononobe ini adalah merupakan sebuah variasi ke tiga rumus yang ada diatas
adalah rumus-rumus intensitas curah hujan untuk curah hujan jangka pendek dan digunakan
untuk menghitung intensitas curah hujan setiap waktu berdasarkan data curah hujan harian.
Analisa Probabilitas Frekuensi
Analisa probabilitas frekuensi adalah metode yang mengubah data hujan menjadi
intensitas hujan yang selanjutnya digunakan untuk menghitung dimensi fasilitas drainase.
Untuk mengetahui intensitas hujan harus diketahui dahulu hujan harian maksimum setiap
kala/periode ulang dengan metode Gumbell, metode Log Normal dan metode Log Persona
III. Perhitungan analisa frekuensi hujan untuk menentukan besarnya intensitas curah hujan
(I) secara analitis dengan menggunakan metode Gumbell :
1) Menghitung rata-rata hujan harian maksimum
X́ - ∑ X1
n ……………...(2)
2) Menghitung standar deviasi
Sx=√∑ (x1−x )2
n−1 ………………(3)
Berdasarkan hasil penyelidikan van breen, bahwa tujuan harian terkonsentrasis selama 4
jam dengan jumlah hujan sebesar 90% selama 24 jam :
I = 90 ×X t
4………………..(4)
Dimana :
t=¿X ¿
nilai rata-rata hujan komulatif
20
Sx = standar deviasi
Y t = variasi yang merupakan fungsi periode ulang (lihat table 3)
Y n = niali yang tergantung pada n (table 4)
Sn = standar deviasi menurut fungsi n (table 5)
I = intensitas hujan (mm/jam)
Tabel 3 Variasi Y t
Periode ulang (tahun) Variasi yang berkurang2 0,36655 1,499910 2,250225 3,19550 3,9019100 4,6001
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
Table 4 Variasi Y n
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 0,4952 0,4996 0,5035 0,5070 0,5100 0,5128 0,5157 0,5181 0,5205 0,552020 0,5225 0,5252 0,5268 0,5283 0,5296 0,5309 0,5320 0,5332 0,5343 0,535330 0,5352 0,5371 0,5380 0,5388 0,5402 0,5402 0,5410 0,5418 0,5424 0,543240 0,5436 0,5422 0,5448 0,5433 0,5458 0,5463 0,5468 0,5473 0,5477 0,548150 0,5485 0,5489 0,5493 0,5497 0,5501 0,5504 0,5508 0,5511 0,5519 0,551860 0,5521 0,5434 0,5527 0,5530 0,5535 0,5535 0,5538 0,5540 0,5543 0,554570 0,5548 0,5552 0,5555 0,5555 0,5557 0,5559 0,5561 0,5563 0,5565 0,556780 0,5569 0,5570 0,5572 0,5578 0,5576 0,5578 0,5580 0,5581 0,5583 0,558590 0,5586 0,5587 0,5589 0,5591 0,5592 0,5593 0,5595 0,5596 0,5598 0,5599
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
Table 5 Variasi Sn
N 0 1 2 3 4 5 6 7 8 910 0,9496 0,9676 0,9833 0,9971 1,0095 1,0206 1,0316 1,0411 1,0493 1,056520 0,0628 1,0696 1,0696 1,0811 1,0864 1,0915 1,0961 1,1004 1,1047 1,108630 0,1124 1,1159 1,1159 1,1226 1,1255 1,1285 1,1313 1,1339 1.1363 1,138840 0,1424 1,1436 1,1436 1,1480 1,1499 1,1519 1,1538 1,1557 1,1574 1,159050 0,1607 1,1623 1,1623 1,1658 1,1667 1,1681 1,1696 1,1708 1,1721 1,1734
21
60 0,1747 1,1759 1,1759 1,1782 1,1793 1,1803 1,1814 1,1824 1,1834 1,184470 0,1859 1,1863 1,1863 1,1881 1,1890 1,1898 1,1906 1,1915 1,1923 1,193080 0,1938 1,1945 1,1945 1,1959 1,1967 1,1973 1,1980 1,1987 1,1994 1,200190 0,2007 1,2013 1,2020 1,2026 1,2032 1,2038 1,2044 1,2049 1,2055 1,2060
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
Perhitungan Kapasitas Aliran
Waktu perhitungan kapasitas aliran adalah sbb :
a) Waktu konsentrasi
Waktu konsentrasi ( t c ) dibagi dua yaitu ( t o ) waktu untuk mencapai awal
saluran (inlet time) dan ( t d ) waktu pengaliran. Inlet time ( t o ), dipengaruhi
oleh banyak factor seperti kondisi dan kelandaian permukaan, luas dan bentuk
daerah tangkapan dan lainnya.
Rumus :
t o = [ 23×3,28×L
×nd
√S ] ………….(5)
Waktu pengaliran ( t d ), diperoleh sebagai pendekatan dengan membagi panjang
aliran maksimum dari saluran samping dengan kecepatan rata-rata aliran pada
saluran tersebut.
Rumus:
t d = Ls
60×V …………….(6)
Jadi waktu konsentrasi ( t c ) = (t o+t d )
4 %2 %
4 %2 %
CL
L1L2L3
Gambar panjang daerah pengaliran
Keterangan :
t c =waktu konsentrasi (menit)
t o = waktu inlet (menit)
22
t d = waktu aliran (menit)
Ls = panjang dari titik terjauh sampai sarana drainase (n)
I =kelandaian permukaan (table 2.4)
N d = koefisien hambatan (table 2.7)
V = kecepatan rata-rata aliran (m/dt)
L = panjang saluran (m)
Table 6 Kemiringan Melintang Perkerasan Dan Bahu Jalan.
No Jenis lapisan permukaan jalan Kemiringan melintang I (%)
1 Beraspal, beton 2%-3%
2 Japat 4%-6%
3 Kerikil 3%-6%
4 Tanah 4%-6%
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
Table 7 Kecepatan Aliran Air Yang Diijinkan Berdasarkan Jenis Material.
Jenis bahan Kecepatan aliran air yang diizinkan(m/dt)
Pasir halus 0,45
Lempung 0,50
Lanau alluvial 0,60
Kerikil halus 0,75
Lempung kokoh 0,75
Lempung padat 1,10
Kerikil kasar 1,20
Batu-batu besar 1,50
23
Pasangan batu 1,50
Beton 1,50
Beton bertulang 1,50
Table 8 Hubungan Kondisi Permukaan Dengan Koefisien Hambatan.
Kondisi lapisan permukaan Nd
Lapis semen dan aspal beton 0,013
Permukaan licin dan kedap air 0,020
Permikaan licin dan kokoh 0,100
Tanah dengan rumput tipis dan gunduldengan permukaan sedikit kasar
0,200
Padang rumput dan rerumputan 0,400
Hutan gundul 0,600
Hutan rimbun dan hutan gundul rapatdengan hamparan rumput jarangsampai rata
0,800
Sumber: (SNI 03-3424-1994)
Table 9 Hubungan Kemiringan Selokan Samping Jalan (I) Dan Jenis Material
Jenis material Kemiringan selokan samping
Tanah asli 0-5
Kerikil 5-7,5
Pasangan 7,5
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
b) Luas daerah pengaliran
Luas daerah tangkapan hujan (catchment area) pada perencanaan saluran samping
jalan culvert adalah daerah pengaliran (drainage area) yang menerima hujan selama
24
waktu tertentu (intensitas hujan) sehingga menimbulkan debit limpasan yang harus
ditampung oleh saluran samping untuk dialirkan ke culvert atau sungai.
Penampang melintang daerah pengaliran (A) seperti pada gambar berikut, dengan
panjang yang ditinjau adalah panjang saluran (L).
4 % 2 % 4 %2 %
CL
L1L2L3
A1 = L1 x L
A2 = L2 x L
A3 = L3 x L
A = A1+A2+A3
Keterangan :
A1 , A2 , A3 = luas daerah pengaliran yang diperhitungkan sesuai dengan
kondisi permukaan
L1 = ditetapkan daerah jalan sampai bagian tepi perkerasaan
L2 = ditetapakan dari tepi perkerasan yang ada sampai bahu jalan (m)
L3 = tergantung dari keadaan daerah setempat dan panjang maksimum 100 m
(untuk daerah datar).
25
c) Koefisien pengaliran
Koefisien pengaliran atau koefisien limpasan (C ) adalah angka reduksi dari
intensitas hujan , yang besamya disesuaikan dengan kondisi permukaan, kemiringan
atau kelandaian, jenis tanah dan durasi hujan. Menurut The Asphalt Institute, untuk
menentukan C dengan berbagai kondisi permukaan, dapat dihitung atau ditentukan
dengan cara sbb:
C = C1× A1+C2× A2+C3+L3….
A1+A2+A3….………(7)
Dimana :
C = rata-rata pada daerah pengaliran yang dihitung
C1 ,C2 = koefisien pengaliran sesuai dengan jenis permukaan
A1 , A2 = luas daerah pengaliran (km2)
Table 10 Hubungan Kondisi Permukaan Tanah dan Koefisien Permukaan Tanah danKoefisien Pengaliran (C).
Kondisi permukaan tanah Koefisien pengaliran (C)Jalan beton dan jalan aspal 0,70-0,95Jalan kerikil dan jalan tanah 0,40-0,70Bahu jalan:Tanah berbutir halusTanah berbutir kasarBatuan massif kerasBatuan massif lembut
0,40-0,650,10-0,200,70-0,850,60-0,75
Daerah perkotaan 0,70-0,95Daerah pinggiran kota 0,60-0,70Daerah industry 0,60-0,90Permukiman padat 0,40-0,60Permukiman tidak padat 0,40-0,60Tanah dan kebun 0,20-0,40Persawahan 0,54-0,60Perbukitan 0,70-0,80Pegunungan 0,75-0,90
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
26
Keterangan : untuk daerah datar diambil nilai C yang terkecil dan untuk daerah lereng
diambil nilai C besar.
d) Debit aliran
Debit aliran (Q) adalah jumlah pengaliran limpasan yang masuk kedalam saluran
persatuan waktu. Beberapa model perhitungan yang dikembangkan untuk
menentukan besarnya aliran pada suatu daerah tangkapan (catchment area) saluran,
namun yang umum digunakan adalah metode rasional yang dimodifikasi yaitu
dengan rumus :
Q = 0,287 x C x I x A ................. (2.8)
Dimana :
Q = debit puncak (m3/detik)
C = koefisien pengaliran yang tergantung jenis lahan
I = intensitas hujan (I)
A = luas daerah penangkapan hujan dari saluran
Jenis Dan Bentuk Saluran.
Jenis saluran terdiri dari saluran terbuka dan saluran tertutup. Saluran terbuka adalah
saluran yang mengalirkan air dengan suatu permukaan bebas. Saluran ini digolongkan
menjadi saluran alam dan buatan. Saluran alam seperti selokan kecil dari pergunungan,
sungai kecil dan sungai besar, sedangkan buatan seperti saluran (kanal), talang, got,
gorong-gorong, parit dan lain-lain. Saluran tertutup adalah saluran yang mengalirkan air
dengan suatu permukaan tidak bebas seperti pipa untuk mengalirkan air dari PDAM.
Bentuk-bentuk saluran terbuka yang digolongkan dalam saluran buatan yang umum
digunakan untuk drainase samping seperti berikut :
27
a) Bentuk trapesiumb
d
W
T
Dimana :
b = lebar saluran
d = tinggi saluran yang tergenang air (m)
m = perbandingan kemiringan talud
F = luas penampang basah (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
W = tinggi jagaan saluran
T = lebar puncak
b) Bentuk empat persegi panjang
b
d
F
Dimana :
b = lebar saluran
d = tinggi saluran yang tergenang air (m)
R = jari-jari hidrolis (m)
F = tinggi jagaan saluran
Kemiringan saluran
Kemiringan saluran yang diizinkan dengan menggunakan rumus manning:
V = 1/n .(R)2/3 .(S)2/3 ……………(9)
28
S = [V .nR2/3 ]2
……………….(10)
Keterangan :
V = kecepatan aliran (m/detik)
N = koefisien kekerasan manning (2.11)
R = Fd/P =jari-jari hidrolik
A = luas penampang basah (m2)
P = keliling basah (m)
S =kemiringan saluran
Table 11 Harga N Untuk Rumus Manning.No Tiap saluran Baik sekali baik sedang jelek1 Saluran buatan 0,017 0,020 0,023 0,0252 Saluran tanah, lurus teratur 0,023 0,028 0,030 0,0403 Saluran tanah yang dibuat
dengan excavator0,020 0,030 0,033 0,035
4 Saluran pada dinding batuan,lurus teratur
0,035 0,040 0,045 0,045
5 Saluran batuan yangdiledakkan, dan tumbuh-tumbuhan
0,025 0,030 0,035 0,400
6 Dasar saluran dari tanah, sisisaluran berbatu
0,028 0,030 0,033 0,035
7 Saluran lengkung, dengankecepatan aliran rendah
0,020 0,025 0,028 0,035
Saluran alam8 Bersih, lurus, tidak berpasir,
tidak berlubang0,025 0,028 0,030 0,033
9 Seperti no.8 tapi ada timbunanatau kerikil
0,030 0,033 0,035 0,040
29
10 Melengkung bersih, berlubangdan berdinding pasir
0,033 0,035 0,400 0,045
11 Seperti no. 10, dangkal, tidakteratur
0,040 0,045 0,050 0,055
12 Seperti no. 10, bebatu dan adatumbuh-tumbuhan
0,035 0,040 0,045 0,050
13 Seperti no. 11, sebagianberbatu
0,045 0,050 0,055 0,060
14 Aliran pelan, banyak tumbuh-tumbuhan dan berlubang
0,050 0,060 0,070 0,080
15 Banyak tumbuh-tumbuhan 0,075 0,100 0,125 0,150Saluran buatan,beton ataubatu kali
16 Saluran pasangan batu, tanpapenyelesaian
0,025 0,030 0,033 0,035
17 Seperti no.16, tapi denganpenyelesaian
0,017 0,020 0,025 0,030
18 Saluran beton 0,014 0,016 0,019 0,02119 Saluran beton halus dan rata 0,010 0,011 0,012 0,01320 Saluran beton pracetak dengan
acuan baja0,013 0,014 0,014 0,015
21 Saluran beton pracetak denganacuan kayu
0,015 0,016 0,016 0,018
Sumber: (SNI 03-3424-1994).
2.3.3 Persampahan
Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah
padat. Sampah merupakan sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuan-perlakuan, baik
karena telah diambil bagian utamanya, karena pengolahan, maupun karena sudah tidak
memberikan manfaat dari segi sosial ekonomi serta dapat menyebabkan pencemaran atau
gangguan terhadap lingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).
Sampah industri, yaitu sampah yang berasal dari seluruh rangkaian proses produksi
berupa bahan-bahan kimia serpihan atau potongan bahan, serta perlakuan dan pengemasan
produk berupa kertas, kayu, plastik, atau lap yang jenuh dengan pelarut untuk pembersihan.
30
Sedangkan berdasarkan tingkat penguraian, sampah pada umumnya dibagi menjadi
dua macam (Hadiwiyoto, S. 1983):
1. Sampah organik, yaitu sampah yang mengandung senyawa-senyawa organik, karena
tersusun dari unsur-unsur seperti C, H, O, N, dan sebagainya. Sampah organik
umumnya dapat terurai secara alami oleh mikroorganisme, contohnya sisa makanan,
karton, kain, karet, kulit, sampah halaman.
2. Sampah anorganik, yaitu sampah yang bahan kandungannya bersifat anorganik dan
umumnya sulit terurai oleh mikroorganisme. Contohnya kaca, kaleng, alumunium,
debu, dan logam lainnya.
Timbunan Sampah
Timbunan sampah menurut SK SNI S-04-1993-03 adalah sampah yang di hasilkan
dari sumber sampah. Timbunan sampah di gunakan sebagai pegangan bagi perencana dan
pengelola sampah. Besaran timbunan sampah dapat di hitung berdasarkan klasifikasi kota.
Spesifikasi komponen timbunan sampah di Indonesia yang ditetapkan
sebagaimana tabel 3 berikut :
Tabel 12 Komponen Sumber Sampah
No. Komponen sumber sampah Satuan Volume (Lt ) Berat (Kg )
31
1.23456789
Rumah tanggaRumah semi permanenRumah non permanenKantorToko/ RokoSekolahJalan arteri sekunderJalan lokalPasar
Per orang / hariPer orang / hariPer orang / hariPer orang / hariPer orang/hariPer orang/ hariPer orang / hariPer orang / hariPer orang / hari
2,25-2,502,00-2,251,75-2,000,50-0,752,50-3,000,10-0,150,10-0,150,05-0,100,20-0,60
3,350-0,4000,300-0,3500,250-0,3000,250-0,3000,150-0,3500,010-0,0200,020-0,0250,005-0,0250,100-0,300
Sumber SK SNI S-04-1993-03, (Departemen Pekerjaan Umum, 1993)
Sedangkan untuk klasifikasi persampahan di perkotaan, dapat dibagi menjadi tiga
bagian berdasarkan jumlah penduduk dapat dilihat pada tabel 2.3
a. Kota kecil adalah Kota yang jumlah penduduknya < 100.000 jiwa
b. Kota sedang adalah Kota yang jumlah penduduknya 100.000 <P<500.000 jiwa
c. Kota besar adalah kota yang jumlah penduduknya P > 500.000 jiwa.
Tabel 13 Besaran Timbulan Sampah Berdasarkan Klasifikasi Kota
Satuan klasifikasi Kota Volume
(lt/org / hari)
Berat
( Kg/org/hari )1.
2.
Kota sedang
Kota kecil
2,75-3,25
2,50-2,75
0,70-0,80
0,625- 0,70 Sumber SK SNI S-04-1993-03, (Departemen Pekerjaan Umum, 1993)
Proyeksi volume sampah = Jumlah penduduk x volume buangan
Klasifikasi Sampah
Klasifikasi sampah di bagi menjadi 2 ( dua ) kelompok yaitu:
a. Sampah basah Jenis sampah yang yang terdiri dari sisa-sisa potongan hewan atau
sayuran hasil rumah tangga , hotel , restoran semuanya mudah membusuk.
No.
32
b. Sampah kering yang terdiri dari bahan anorganik yang tidak cepat teruari oleh
mikroorganisme sehingga sulit membusuk . Sampah kering terbagi menjadi 2 (dua )
yaitu:
1. Sampah tidak lapuk yang dapat terbakar, seperti kayu, kertas
2. Sampah tidak lapuk yang tidak bisa terbakar, seperti kaleng, kawat.
Penataan Persampahan
Penataan persampahan merupakan suatu perbaikan sistem pengolahan
persampahan yang tidak tersedianya atau tidak sesuai standar pelayanan dalam suatu
permukiman, dengan merencanakan kembali sistem pengolahan persampahan yang bisa
dijadikan suatu acuan dalam memperbaiki kondisi tersebut. Dalam proses penataan
persampahan perlu adanya klasifikasi pengolahan sesuai lokasi dalam rencana.
1. Klasifikasi Pengolahan dan TPS
a. Klasifikasi pengelolaan
Klasifikasi pengelolaan berdasarkan lingkungan permukiman yang ada yaitu:
1) 1 Rukun Tetangga dengan jumlah penduduk 150 – 250 jiwa ( 30 – 50 rumah)
2) 1 Rukun Warga : 2.500 jiwa (± 500 rumah)
3) 1 kelurahan : 30.000 jiwa penduduk (± 6.000 rumah)1 kecamatan : 120.000 jiwa (±
24.000 rumah)
2. Klasifikasi TPS
Klasifikasi TPS sebagai berikut :
a. TPS tipe I
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
1) Ruang pemilahan
33
2) Gudang
3) Tempat pemindahan sampah yang dilengkapi dengan landasan container
4) Luas lahan ± 10 - 50 m2
b. TPS tipe II
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
1) Ruang pemilahan ( 10 m2)
2) Pengomposan sampah organik ( 200 m2)
3) Gudang ( 50 m2)
4) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)
5) Luas lahan ± 60 – 200 m2
c. TPS tipe III
Tempat pemindahan sampah dari alat pengumpul ke alat angkut sampah yang
dilengkapi dengan :
1) Ruang pemilahan ( 30 m2)
2) Pengomposan sampah organik ( 800 m2)
3) Gudang ( 100 m2)
4) Tempat pemindah sampah yang dilengkapi dengan landasan container (60 m2)
5) luas lahan > 200 m2
1. Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal
Untuk Spesifikasi peralatan dan bangunan minimal prasarana persampahan dapat
digunakan dapat dilihat pada tabel 5 dibawah ini.
Tabel 14 Spesifikasi Peralatan
34
Sumber :SNI 3242 2008 Pengolahan sampah di permukiman
Jenis-jenis elemen perencanaan yang harus disediakan adalah gerobak sampah;
bak sampah; tempat pembuangan sementara (TPS); dan tempat pembuangan akhir (TPA).
Dalam persyaratan, Kriteria, dan kebutuhan perencanaan jaringan persampahan dapat
dilihat dalam tabel berikut ini
Tabel 15 Kebutuhan Prasarana Persampahan
Sumber : SNI 03-1733-2004 Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan.
Kapasitas tempat sampah tiap rumah berbeda-beda karena bentuk dari tempat
sampah. Tempat sampah ini ada yang khusus untuk sampah basah/organik dengan model
tertutup dan sampah kering/non organik yaitu model terbuka sehingga model tertutup dapat
mencegah bau sampah tercium oleh orang. Tempat pembuangan sampah sementara (TPS)
kapasitasnya minimal 2m2 dengan jarak penempatan disetiap 150 meter. Tempat
pembungan akhir sebaiknya menyediakan kendaraan sehingga sampah yang ada di TPS
dapat dibawa ke TPA.
35
Sistem Pengelolaan Sampah
Pengelolaan sampah adalah pengaturan yang berhubungan dengan pengendalian
timbulan, penyimpanan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan
pembuangan sampah dengan cara yang merujuk pada dasar-dasar terbaik mengenai
kesehatan masyarakat, ekonomi, teknik, konservasi, estetika, dan pertimbangan lingkungan
lainnya serta tanggap terhadap perilaku massa (Yones, 2007). Sistem pengelolaan sampah
terdiri dari lima aspek yang saling mendukung dimana antara satu dengan yang lainnya
saling berinteraksi untuk mencapai tujuan. Kelima aspek tersebut terdiri dari aspek teknis
operasional, kelembagaan, hukum dan peraturan, pembiayaan, dan peran serta masyarakat.
Dalam pengelolaan sampah,kelima aspek tersebut saling terkait, tidak dapat berdiri sendiri
(Artiningsih, 2008).
Standar Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
Standar teknis operasional pengelolaan sampah untuk kawasan permukiman diatur
dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 3242-2008 tentang Pengelolaan Sampah di
Permukiman dan SNI Nomor 19-2454-2002 tentang Tata Cara Teknik Operasional
Pengelolaan Sampah Perkotaan. Menurut kedua SNI tersebut, pengelolaan sampah kawasan
permukiman terdiri dari serangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara integral dan
terpadu, meliputi:
1. Pewadahan
Pewadahan adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu
wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Pewadahan terdiri dari
dua macam, yaitu pewadahan individual dan pewadahan komunal. Tiap rumah
minimal memiliki 3 buah wadah sampah untuk memisahkan sampah organik
36
anorganik dan sampah beracun ( B3 ).
Jumlah komunal = volume sampah
kapasitasWadahKomunal
Gambar 5 Wadah Komunal
Spesifikasi :
Dimensi Tong (CM) : T 70 x P 40 X L 30
Warna : Costum Plus Logo
2. Pengumpulan
Pengumpulan sampah adalah aktivitas penanganan yang tidak hanya
mengumpulkan sampah dari wadah individual dan atau wadah komunal, melainkan
juga mengangkutnya ke terminal tertentu. Pola pengumpulan sampah dibedakan
menjadi 4 pola, yaitu:
37
a. pola individual tidak langsung dari rumah ke rumah
b. pola individual langsung dengan truk untuk jalan dan fasilitas umum.
c. pola komunal langsung untuk pasar dan daerah komersial.
d. pola komunal tidak langsung untuk permukiman padat.
Diagram jenis pola pengumpulan sampah secara lengkap dapat dilihat pada
Gambar5
Gambar 6 Diagram Pola Pengumpulan Sampah Menurut SNI 19-2454-2002
3. Pengolahan dan Daur Ulang di Sumber dan TPS
Mekanisme pengolahan dan daur ulang sampah di sumber dan TPS dapat dilakukan
dengan: 1) pengomposan skala rumah tangga dan daur ulang sampah anorganik,
sesuai dengan tipe rumah atau luas halaman yang ada; 2) pengomposan skala
lingkungan di TPS; 3) daur ulang sampah anorganik di TPS.
4. Pemindahan
Pemindahan sampah adalah proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke
dalam alat pengangkut untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Pemindahan
sampah dapat dilakukan di TPS atau TPST dan di lokasi wadah sampah komunal.
5. Pengangkutan
38
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah dari TPS atau wadah komunal
ke TPST atau TPA dengan frekuensi pengangkutan disesuaikan dengan jumlah
sampah yang ada. Pengangkutan sampah residu dari TPS atau wadah komunal
dilakukan bila kontainer telah penuh dan sesuai jadwal pengangkutan yang telah
dikonfirmasikan dengan pengelola sampah kota. Menurut SNI 19-2454-2002,
terdapat tiga metode pembuangan akhir yang dapat dilakukan pada TPS atau TPA,
yaitu:
1) penimbunan terkendali (controlled landfill) yang dilengkapi pengolahan dan gas
2) lahan urug saniter (sanitary landfill) yang diengkapi pengolahan lindi dan gas;
3) penimbunan dengan sistem kolam (fakultatif, maturasi) untuk daerah pasang-
surut.
Gambar 7 Kontainer TPS dan alat pengangkut sampah
Spesifikasi Peralatan dan Bangunan
Standar peralatan dan bangunan untuk pengelolaan sampah perumahan diatur dalam
SNI 3242-2008. Spesifikasi peralatan dan bangunan menurut SNI 3242-2008 dapat dilihat
pada Tabel
Tabel 16 Spesifikasi Peralatan dan Bangunan Menurut SNI 3245 – 2008
No Peralatan Bangunan Kapasitas PelayananVolume KK Jiwa
m3
m3
m3
m3
m3
m2
Wadah KomunalKomposter KomunalAlat PengumpulKontainer Truk ArmrollTPSTipe I
0.5 – 1.0 0.5 – 1.0 1 6 10 100
20 – 4010 – 201286401.375500
100 – 20050 – 1006403.2005.3302.500
Sumber Badan Standarisasi Nasional ( 2008 )
39
±300m2
±1000m2
m3
12345
6
Tipe IITipe III
150
6.00024.000600
30.000120.0003.000
2.3.4 Ruang Terbuka Hijau
Ruang terbuka hijau (open spaces) merupakan ruang yang direncanakan karena
kebutuhan akan tempat-tempat pertemuan dan aktivitas bersama di udara terbuka. Ruang
Terbuka secara umum mempunyai arti bermacam-macam, setiap aktor cendrung
menterjemahkan sesuai dengan visi dan pandangan mereka masing-masing, sebagaimana
profesi mereka masing-masing (Kaiser, Godschalk and Chapin, 1905).
Dalam peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 05 Tahun 2008 tentang Pedoman
Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau di Kawasan Perkotaan, RTH memiliki
fungsi sebagai berikut :
Fungsi utama (intrinsik) yaitu fungsi ekologis :
Memberi jaminan pendaan RTH menjadi bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-
paru kota).
Pengatur iklim mikro agar sistem sirkulasi udara dan air secara alami dapat
berlangsung lancer.
Sebagai peneduh.
Produsen oksigen.
Penyerap air hujan.
40
Penyedia habitat satwa.
Penyerap polutan media udara, air dan tanah, serta.
Penahan angin.
Fungsi tambahan (ekstrinsik) yaitu :
Fungsi sosial dan budaya, yaitu menggambarkan ekspresi budaya lokal; merupakan
media komunikasi bagi warga kota; tempat rekreasi; wadah dan objek pendidikan,
penelitian dan pelatihan dalam mempelajari alam.
Fungsi ekonomi, yaitu sumber produk yang bisa dijual, seperti tanaman bunga, buah,
daun, sayur mayur; bisa menjadi bagian dari usaha pertanian, perkebunan, kehutanan
dan lain-lain.
Fungsi estetika, yaitu meningkatkan kenyamanan, memperindah lingkungan kota baik
dari skala mikro (halaman rumah, lingkungan permukiman) maupun makro (lansekap kota
secara keseluruhan); menstimulasi kreativitas dan produktivitas warga kota; pembentuk
faktor keindahan arsitektural; menciptakan suasana serasi dan seimbang antara area
terbangun dan tidak terbangun.
Manfaat RTH berdasarkan fungsinya dibagi atas (Permen PU, 2008) :
Manfaat langsung (dalam pengertian cepat dan bersifat tangible), yaitu membentuk
keindahan dan kenyamanan (teduh, segar, sejuk) dan mendapatkan bahan-bahan
untuk dijual (kayu, daun, bunga, buah)
41
Manfaat tidak langsung (berjangka panjang dan bersifat intangible), yaitu pembersih
udara yang sangat efektif, pemeliharaan akan kelangsungan persediaan air tanah,
pelestarian fungsi lingkungan beserta segala isi flora dan fauna yang ada (konservasi
hayati atau keanekaragaman hayati).
Table 17 Korelasi Antara Fungsi RTH Dengan Dampak Perkiraan Terhadap Kawasan
Sekitar (Rustam Hakim, 2000)
No Fungsi RTH Dampak terhadap lingkungan sekitarkawasan perumahan
1 Urban metropolitan park system Rencana peruntukkan runag terbukahijau suatu kawasan harus merupakanbagian dari system ruang terbuka hijauperkotaan. Dengan demikian daerahsekitar kawasan perumahan akanmenerima dampak dari systemtersebut. Penghijauan tepi jalanmenuju gerbang masuk perumahanakan tertata baik sebagai konsekuensipengembangan untuk memperlihatkancitra kawasannya.
2 Keindahan lingkungan Lingkungan yang asri, indah dannyaman akan membawa suasanakawaasan menjadi lebih menarik.Kondisi yang demikian akanmempengaruhi pola penataanlingkungan disekitar kawasan sertamembawa sesadaran masyarakat akankeindahan halaman rumahnya.
3 Mengurangi dampak banjir Pada daerah yang rendah akancenderung terjadi genangan air yangmenimbulkan banjir, beberapa jenistanaman mempunyai kemampuanuntuk mengevapotransiprasi tinggi,yaitu tanaman berdaun banyaksehingga luas permukaan daunnya
42
tinggi dan memilliki banyak stomata(mulut daun). Beberapa jenis tanamanyang memenuhi criteria tersebut antaralain : nangka (artcarpus integra),albizia (paraserianthes falcataria),mahoni (sweittenia sp), jati (tectonagrandis), ki hujan (samanea saman).Dengan penanaman jenis tanamantersebut, maka genangan banjirdidalam kawasan ataupun disekitarkawasan dapat dikurangi.
4 Menciptakan iklim mikro Salah satu masalah yang cukupmerisaukan masyarakat adalahberkurangnya kenyamanan akibatmeningkatnya suhu udara. Untukmengatasi itu, RTH dibangun (denganpola penghijauan tanaman pohon) agarpada siang hari tidak terlalu panasakibat banyaknya perkerasan sepertijalan, jembatan dan lain-lain.Sebaliknya pada malam hari dapatlebih hangat karena tajuk pohon dapatmenahan radiasi baik dari bumi (Greyand Deneke dalam Robinette, 1983).Jumlah pantulan radiasi mataharisangat dipengaruhi oleh panjanggelombang, jenis tanaman, umurtanaman, posisi jatuh sinar matahari,keadaan cuaca dan posisi lintang(Robinette). Jadi, pada kawasanperumahan penghijauan RTH akanmenciptakan iklim mikro.
5 Kelestarian tata air/peresapan air Salah satu konsepsi dasar RTH adalahkawasan dengan seminimal mungkinadanya perkerasan. Sebagian besardidominasi oleh pepohonan. Dengandemikian jika terjadi hujan lebat, airhujan dapat meresap kedalam tanahsebagai air infiltrasi melaluipermukaan tanah yang terbuka.Dengan demikian fungsi resapansangat berarti. Pada kawasansekitarnya dengan banyaknya airterserap kedalam tanah, maka beban
43
saluran air pembuangan yang melaluikawasan sekitar perumahan dapatsemakin berkurang.
6 Mencegah polusi udara Adanya kawasan perumahanmenyebabkan terjadinya lalu lintaskendaraan yang tinggi menujukawasan tersebut. Banyaknya aruskendaraan menyebab terciptanya sisabuangan asap kendaraan yangmenyebabkan polusi. Demikian pulamasalah kebisingan. Dengan polapenanaman terpadu didalam maupundiluar kawasan akan mengurangimasalah tersebut.
7 Udara segar RTH didalam kawasan akanmenghasilkan udara segar bagimasyarakat. Perpohonan akanmengeluarkan O2 dan meyerap CO2,sehingga rasa nyaman akan tercapai.Demikian pula dampak diluar kawasanakan menerima rasa nyaman.
8 Sumber plasma nutfah Ruang terbuka hijau dapat ditanamidengan berbagai jenis tanaman langkadan menjadikan tempat koleksi kenekaragaman hayati yang tersebar diseluruhdunia.
9 Habitat satwa fauna Ruang terbuka hijau dapatdikembangkan sebagai habitat burung.Beberapa jenis burung sangatmembutuhkan pohon sebagai tempatmencari makanan maupun tempatbersarang dan bertelur. Dengandemikian lingkungan disekitarperumahan memberi lingkungan yanglebih alami.
10 Penahan angin Angin kencang dapat dikurangi 75-80% oleh suatu penahan angin berupatanaman pada ruang terbuka hijau( Panilov dalam Robinette, 1983). Jadiruang terbuka hijau didalam kawasanperumahan membawa dampak positifterhadap lingkungan sekitarnya.
44
Table 18 Sarana Ruang Terbuka, Taman dan Lapangan Olah Raga
(SNI 03-1733-1989).
No. Jenis Sarana JumlahPendudukPendukung(jiwa)
KebutuhanLuasLahanMin.(m²)
Standard(m²/jiwa)
RadiusPencapaian
KriteriaLokasi danpenyelesaian
1 Taman/tempat bermain
250 250 1 100 Di tengah kelompoktetangga.
2 Taman/tempat bermain
2.500 1.250 0,5 1.000 Di pusat kegiatanlingkungan.
3 Taman danlapangan olahraga
30.000 9.000 0,3 Sedapat mungkinberkelompok dengansarana pendidikan.
4 Taman danlapangan olahraga
120.000 24.000 0,2 Terletak di jalan utama.Sedapat mungkinberkelompok dengansarana pendidikan.
5 Jalur Hijau - - 15 m Terletak menyebar.6 Kuburan /
pemakamanumum
120.000 Mempertimbangkanradius pencapaian dan arenayang dilayani
2.3.5 Prasarana Lingkungan
Lingkungan pasar tradisional harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan yang
berfungsi sebagai penghubung untuk keperluan kegiatan sehari-hari bagi pedagang dan
pembeli, baik ke dalam maupun ke luar dengan penyediaan jalan setapak, jalan kendaraan,
dan tempat parkir.
45
Lingkungan pasar tradisional harus dilengkapi dengan prasarana lingkungan dan
utilitas umum yang sifatnya menunjang fungsi lainnya dalam pasar tradisional yang
bersangkutan, meliputi :
1. Jaringan distribusi air bersih, dan listrik dengan segala kelengkapannya termasuk
kemungkinan diperlukannya tangki-tangki air, pompa air, dan gardu-gardu listrik;
2. Saluran pembuangan air hujan yang menghubungkan pembuangan air hujan dari
kios ke sistem jaringan pembuangan ;
3. Saluran pembuangan air limbah dan/ atau tangki septik yang menghubungkan
pembuangan air limbah dari kios dagangan ke sistem saluran drainase yang ada ;
4. Tempat pembuangan sampah yang fungsinya adalah sebagai tempat pengumpulan
sampah dari kios pedagang untuk selanjutnya dibuang ke tempat pembuangan
sampah sementara, dengan memperhatikan faktor-faktor kemudahan pengangkutan,
kesehatan, kebersihan, dan keindahan;
5. Kran-kran air untuk pencegahan dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran yang
dapat menjangkau semua tempat dalam lingkungan dengan kapasitas air yang cukup
untuk pemadam kebakaran;
6. Tempat parkir kendaraan dan/atau penyimpanan barang yang diperhitungkan
terhadap kebutuhan pejual dan pengunjung pasar dalam melaksanakan kegiatan-
kegiatannya sesuai dengan fungsinya;
2.4 Tinjauan Site atau Lokasi Study
Lokasi Studi Penataan Pasar Tradisional “Pasar Kenanga” Jl. Tanjung Raya IKelurahan Dalam Bugis Kecamatan Pontianak Timur Kota Pontianak
46
Gambar 8 Denah Lokasi Kawasan Penataan Pasar Tradisional
(sumber Analisa penulis dari hasil observasi menuju site kawasan)
47
2.5 Studi Banding Penataan Pasar Tradisional
Untuk memudahkan analisis data maka dilakukan studi banding yang bertujuan
memudahkan dalam penataan kawasan pasar tradisional ini, adapun yang di jadikan sebagai
study banding adalah sebagai berikut :
1) Penataan Pasar Tradisisonal kota Malang
2) Penataan Kawasan Pasar Tradisional Bintaro
1.
3) Penataan Kios-Kios Untuk Penjual
Penataan kios-kios penjual di lakukan untuk menciptakan pola bangunan pasar yang
lebih rapi, sehingga membuat keadaan pasar lebih nyaman dan indah di pandang mata.
Salah satunya adalah gambar di bawah ini yang melakukan penataan kios yang rapi dan
enak di pandang.
Gambar 11 Penataan Kios Penjual Yang Lebih Modern
Gambar 10 Penataan Kawasan Pasar Tradisional Bintaro
Gambar 9 Penataan Kawasan Pasar Tradisional Blimbing, Cikijing, Dinoyos,Kota Malang
48
4) Penataan Pasar Tradisional Pasar Teratai Jeruju, Pontianak
5) Pasar Union Square Farmer, New York City, AS.
Sebagai negara maju, Amerika Serikat, pasar di Negeri Paman Sam tersebut nyaris
tertata rapi. Salah satu pasarnya adalah Union Square Farmer. Pasar ini menampung hasil
panen petani yang masih segar dan baru dipetik. Ada 140 petani lokal, penjual ikan, penjual
roti, dan tukang daging yang menjual produknya di sini. Saat ramai, jumlah pembeli di
pasar segar ini mencapai 60 ribu orang. Terkadang, para koki selebriti menggunakan area
ini sebagai tempat demo masak.
Gambar 12 Kawasan Pasar Tradisional PasarTeraratai Jeruju, Pontianak
49