bab i , ii, iii fix(3)

35
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kutu busuk (Cimex sp) atau sering dikenal oleh masyarakat dengan nama tinggi atau kepinding adalah serangga yang aktif mencari makanan pada malam hari, mengisap darah manusia atau mamalia yang dibutuhkannya untuk memproduksi telur. Pada waktu siang hari hewan ini bersembunyi di celah-celah kayu, lubang-lubang kecil yang ada di tempat tidur atau di dinding. Cimex menyebar dengan mudah dari rumah ke rumah melalui pakaian atau barang-barang lainnya (Soedarto, 2011). Reaksi alergi yang umumnya muncul akibat gigitan kutu busuk meliputi bentol berwarna merah pada kulit disertai dengan dan rasa gatal yang hebat dan berkepanjangan serta peradangan (Potter, 2012).

Upload: eka-maudy-puspa-safitri

Post on 17-Jul-2016

128 views

Category:

Documents


16 download

DESCRIPTION

Bab

TRANSCRIPT

Page 1: Bab i , II, III Fix(3)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kutu busuk (Cimex sp) atau sering dikenal oleh masyarakat dengan

nama tinggi atau kepinding adalah serangga yang aktif mencari makanan

pada malam hari, mengisap darah manusia atau mamalia yang

dibutuhkannya untuk memproduksi telur. Pada waktu siang hari hewan ini

bersembunyi di celah-celah kayu, lubang-lubang kecil yang ada di tempat

tidur atau di dinding. Cimex menyebar dengan mudah dari rumah ke rumah

melalui pakaian atau barang-barang lainnya (Soedarto, 2011). Reaksi alergi

yang umumnya muncul akibat gigitan kutu busuk meliputi bentol berwarna

merah pada kulit disertai dengan dan rasa gatal yang hebat dan

berkepanjangan serta peradangan (Potter, 2012).

Kutu busuk di Indonesia sampai akhir tahun 1970-an masih banyak

ditemukan di rumah tinggal, gedung bioskop, hotel, losmen dan lainnya

tempat manusia tidur dan duduk. Namun pada kurun waktu tahun 1980-an

hingga 2000 permasalahan kutu busuk nyaris tidak terdengar. Lalu sejak 5

tahun yang lalu permasalahan kutu busuk ini muncul kembali ke

permukaan, tidak hanya di Indonesia tetapi di negara-negara maju seperti

New York AS, Kanada, Eropa dan Australia, Malaysia dan Singapura. Pada

tahun 2007 dilaporkan bahwa telah terjadi outbreak (kejadian luar biasa)

kutu busuk di 50 negara bagian di Amerika Serikat (Hadi, 2010).

Page 2: Bab i , II, III Fix(3)

2

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Okwa dan Omoniyi

(2010) dilima kota di Southwest, Lagos State, Nigeria, hasil penelitian

menunjukkan bahwa dari lima kota yang diteliti, terdapat dua kota yang

positif terdapat Cimex sp pada kasur. Di dua kota tersebut ditemukan

sebesar 46,9 % dan 53,1 % Cimex sp pada kasur di rumah warga.

Di Indonesia, penelitian tentang Cimex sp juga pernah dilakukan

oleh Sumanto dan Alhamidy (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebesar 70% terdapat Cimex sp pada tempat tidur di rumah warga di Desa

Gebang Sukodono Sragen.

Kelurahan Sungai Tiung adalah salah satu Kelurahan yang terletak di

Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Berdasarkan

observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti di rumah warga Kelurahan

Sungai Tiung Cempaka RT 11 RW III didapatkan hasil sebagian besar

rumah warga terbuat dari bahan kayu, kebanyakan warga menggunakan alas

tidur yang berupa kasur kapuk dan dari beberapa rumah warga yang

menggunakan kasur kapuk salah satunya ditemukan kutu busuk. Akan tetapi

berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa

warga, kebanyakan warga tidak menganggap keberadaan kutu busuk

tersebut sebagai suatu masalah, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan warga tentang dampak

yang dapat diakibatkan oleh gigitan kutu busuk dan kurangnya perilaku

warga dalam mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan

permasalahan diatas, maka peneliti ingin mengetahui “Gambaran Kutu

Page 3: Bab i , II, III Fix(3)

3

Busuk (Cimex sp) pada Kasur di Rumah Warga Kelurahan Sungai

Tiung Cempaka Februari 2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan apakah

terdapat kutu busuk (Cimex sp) pada kasur di rumah warga Kelurahan

Sungai Tiung Cempaka Februari 2015 ?

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pemeriksaan ada tidaknya

kutu busuk (Cimex sp) pada kasur kapuk di rumah warga Kelurahan Sungai

Tiung Cempaka RT 11 RW III Februari 2015.

D. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui ada atau tidaknya Kutu Busuk (Cimex sp.) pada kasur

di rumah warga Kelurahan Sungai Tiung Cempaka Februari 2015.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui adanya kutu busuk (Cimex sp) pada kasur kapuk.

b. Untuk mengetahui persentase jumlah kasur kapuk yang positif dan

negatif terdapat kutu busuk (Cimex sp).

c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku warga terhadap

keberadaan kutu busuk (Cimex sp) di kasur kapuk.

Page 4: Bab i , II, III Fix(3)

4

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Penulis

Merupakan suatu wadah bagi penulis agar dapat mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah.

2. Bagi Akademik

Menambah literatur di bidang parasitologi secara teoritis dan sebagai

bahan penelitian selanjutnya.

3. Bagi Warga di Kelurahan Sungai Tiung Cempaka

Menjadi masukan kepada warga di Kelurahan Sungai Tiung Cempaka

untuk lebih memperhatikan kebersihan kasur.

Page 5: Bab i , II, III Fix(3)

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Cimex sp

Klasifikasi Cimex sp berdasarkan Integrated Taxonomic Information

System (ITIS) tahun 2013 yaitu :

Kingdom : Animalia

Phylum : Atrhropoda

Class : Insecta

Ordo : Hemiptera

Superfamily : Cimicoidea

Family : Cimicidae

Genus : Cimex

Spesies : Cimex lectularius, Cimex hemipterus

Famili Cimicidae tidak bersayap, hanya tampak sisa sayap depan.

Bentuk dewasa berbadan lonjong, pipih dorsoventral. Tubuh tertutup oleh

rambut–rambut pendek. Disebut kutu busuk atau Bed bugs karena dapat

mengeluarkan bau yang khas dan banyak terdapat pada celah-celah tempat

tidur. Spesies Cimex di bagi menjadi dua berdasarkan habitatnya, yaitu

(Natadisatra dan Agoes, 2009):

a. Spesies Cimex lectularius (Common Bed bugs) merupakan

spesies yang banyak terdapat di negeri dengan empat iklim.

Page 6: Bab i , II, III Fix(3)

6

Gambar 1. Cimex lectularius jantan (pembesaran 10x20)(Sumber : Prianto, et al., 2006)

b. Spesies Cimex hemipterus (Oriental Bed bugs) merupakan spesies

yang banyak terdapat di daerah negeri tropis.

B. Morfologi Cimex sp

Morfologi Cimex dewasa yaitu berukuran 4,0-5,5 mm. Bentuk

badannya oval, pipih, bersegmen terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen,

berwarna kuning coklat pada larva dan coklat merah pada imago. Cimex

betina sedikit lebih besar daripada yang jantan. Tidak bersayap. Hidup pada

sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur juga pada sela

dinding (Natadisatra dan Agoes, 2009).

Pada sarang burung walet dan kelelawar juga ada hanya spesiesnya

yang berbeda, kandang ayam juga kemungkinan merupakan habitatnya.

Penyebarannya cukup luas, banyak di daerah tropis. Mengisap darah pada

malam hari atau di ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop).

Mempunyai bau khas (busuk) sehingga disebut kutu busuk yang berasal

atau dikeluarkan oleh Stink Gland. Pada Cimex di bagi menjadi tiga bagian

yaitu bagian kepala, bagian thorax dan bagian abdomen yaitu (Natadisatra

Page 7: Bab i , II, III Fix(3)

7

dan Agoes, 2009):

1. Bagian Kepala

Pada bagian kepala terdapat sepasang antena bersegmen empat

buah, sepasang mata faset dan proboscis berbentuk penusuk dan

penghisap, jika tidak di gunakan dapat dilipat ke bagian ventral. Terdiri

atas segmen-segmen, terdapat alat-alat mandibula, maxilla, labial

groove, labium, labrum epifaring, akar mandible dan maxilla.

Gambar 2. Bagian Kepala(Sumber : Natadisatra dan Agoes, 2009)

2. Bagian Thorax

Pada bagian thorax terdiri dari prosternum, mesosternum,

metasternum, mesopleuron dan hemelytra. Terdapat tiga pasang kaki,

terdiri atas coxa, trochanter, femur, tibia, tarsus, kuku. Thorax segmen

terahir terdapat stink glands yang bermuara pada coxa kaki terakhir.

Stink glands adalah ciri khas bau kutu busuk (Cimex).

3. Bagian Abdomen

Pada bagian abdomen bentuknya pipih dan melebar. Cimex

jantan dan betina dibedakan pada segmen terakhir, pada Cimex betina

segmennya berbentuk bilateral simetris (ada organ berlase) pada

Page 8: Bab i , II, III Fix(3)

8

segmen ke-8 terdapat gonopodia, sedangkan pada jantan segmen

abdomen terakhir (ke-9) asimetris, karena ada adeagus.

Gambar 3. Bagian Abdomen(Sumber : Natadisatra dan Agoes, 2009)

C. Siklus Hidup Cimex sp

Siklus hidup kutu busuk termasuk kedalam metamorfosis yang tidak

lengkap (incomplete metamorphosis), yaitu terdiri dari bentuk telur, nimfa

dan dewasa (Soedarto, 2011). Kutu busuk betina mampu memproduksi

sebanyak 150-200 butir telur selama hidupnya dengan frekuensi bertelur

setiap harinya 3-4 butir. Telurnya berwarna putih krem, panjangnya 1 mm

dan mempunyai operkulum. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu 23o C, telur

akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi

nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit

lagi menjadi instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda

tergantung jenis makanan dan suhu. Rata-rata adalah 5 kali pergantian kulit.

Laju perkembangan juga tergantung makanan dan suhu. Pada suhu yang

sesuai, stadium dewasa dicapai dalam waktu 8-13 minggu setelah menetas.

Kutu busuk dewasa dapat hidup lama (longevity) yaitu sekitar 6-12 bulan

dan dapat bertahan hidup tanpa makan selama 4 bulan (Hadi, 2010).

Page 9: Bab i , II, III Fix(3)

9

Gambar 4. Siklus hidup Cimex sp(Sumber : Centers for Disease Control and Prevention, 2013)

D. Habitat Cimex sp

Kutu busuk sering bersembunyi pada siang hari untuk menghindari

cahaya dan keluar unruk mencari makanan pada malam hari (Liu, 2012).

Kutu busuk ini sering bersembunyi di celah-celah kursi kayu, rotan, di

rumah-rumah, restoran, gedung bioskop, kasur di losmen, bahkan celah-

celah kandang hewan dan unggas yang terbuat dari kayu atau bambu (Hadi,

2010). Selain di tempat-tempat tersebut, tempat persembunyian favorit kutu

busuk juga terdapat pada jahitan di kasur, celah-celah di kasur dan di

ranjang tempat tidur, di bawah karpet, serta di belakang gambar dinding

(Liu, 2012).

Kutu busuk hanya keluar dari tempat persembunyiannya jika lapar

dan mencari hospes berdarah panas. Kutu busuk dapat merasakan

kehangatan tubuh hospesnya dengan jarak 5-10 cm. Salah satu hospes

berdarah panas yang disukai oleh kutu busuk adalah manusia. Kutu busuk

Page 10: Bab i , II, III Fix(3)

10

dewasa dapat menghisap darah hingga tujuh kali dari berat badannya sendiri

selama 3-5 menit. Kutu busuk betina makan lebih banyak daripada kutu

busuk jantan. Setelah makan kutu busuk kembali ke tempat

persembunyiannya untuk mencerna makanan yang berupa darah, kawin, dan

bertelur. Kutu busuk akan mencari makanan lagi dengan selang waktu

beberapa hari sampai satu minggu (Liu, 2012).

Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan

kasur berbahan kapuk sebagai alas tidurnya walaupun sudah banyak juga

yang beralih ke kasur berbahan non kapuk seperti kasur busa, kasur pegas,

dan kasur lateks (Tjandra, et al., 2013). Kasur kapuk merupakan salah satu

tempat yang banyak ditemukannya kutu busuk. Kutu busuk menyukai

lingkungan yang hangat dan lembab seperti di kasur. Selain itu kutu busuk

juga menyukai lipatan-lipatan jahitan pada kasur untuk tempat bersembunyi

dan berkembang biak didalam lipatan atau di celah-celah kasur tersebut

(Soedarto, 2011).

E. Masalah Klinis

Belum diketahui bahwa kutu busuk dapat menularkan penyakit

apapun tetapi sangat mengganggu bagi manusia. Pengaruh gigitan kutu

busuk bervariasi antara masing-masing individu. Beberapa individu tidak

bereaksi terhadap gigitan kutu busuk, sedangkan sebagian individu yang

lain merasa tidak nyaman oleh gigitan tersebut karena mengganggu waktu

tidur. Kutu busuk cenderung menggigit di permukaan yang terbuka seperti

Page 11: Bab i , II, III Fix(3)

11

pada wajah, leher, lengan, tangan, dan bahu. Gigitan kutu busuk sebenarnya

tidak menyakitkan karena air liur kutu busuk mengandung zat anastesi, akan

tetapi adanya antikoagulan atau kandungan pengencer darah di dalam air

liur kutu busuk dapat menyebabkan sebagian orang mengalami reaksi alergi

pada kulitnya. Reaksi alergi yang umumnya muncul akibat gigitan kutu

busuk meliputi bentol berwarna merah pada kulit disertai dengan dan rasa

gatal yang hebat dan berkepanjangan serta peradangan (Potter, 2012).

Anak yang peka terhadap air ludah Cimex jika digigit serangga ini

dapat mengalami urtikaria sistemik atau asma bronkial (Soedarto, 2011).

Pada infestasi berat dapat menyebabkan kehilangan darah yang signifikan

dan akhirnya menyebabkan anemia, terutama pada anak-anak yang kurang

gizi (Potter, 2012).

Gambar 5. Akibat gigitan dari kutu busuk(Sumber : Chrysler, et al., 2010)

F. Upaya pencegahan dan pengendalian

Apabila ditemukan adanya kutu busuk di suatu kamar atau tempat

tidur dan furnitur lainnya, maka barang-barang tersebut harus diisolasi atau

Page 12: Bab i , II, III Fix(3)

12

dikeluarkan. Jangan sekali-kali memindahkannya ke gudang sebelum

dibersihkan dan dikendalikan. Pahami betul bagaimana dan dari mana

kemungkinan datangnya kutu busuk agar hasil pengendaliannya maksimal.

Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi dan suhu 44-

45oC. Oleh karena itu banyak orang memberantas kutu busuk ini dengan

menyiram air panas tempat persembunyian kutu busuk atau menjemur

kasur, tempat tidur atau perabotan rumah lain yang terinfestasi kutu busuk

di bawah terik matahari selama beberapa jam (sekitar 4 jam) (Hadi, 2010).

Pengendalian tidak harus menggunakan insektisida. Insektisida

digunakan ketika serangan kutu busuk sangat luar biasa dan untuk

mencegah penyebaran yang lebih luas dengan cepat. Ketika harus

menggunakan insektisida gunakan insektisida yang banyak dijual di pasar

dengan hati-hati, ikuti aturan yang tertera pada label, dan ulang

penggunaanya sampai semua telur yang menetas ikut mati. Biasanya

insektisida hanya membunuh kutu busuk stadium nimfa dan dewasa

sedangkan telurnya cukup tahan, sehingga telur harus ditunggu sampai

menetas. Pada dasarnya infestasi kutu busuk erat kaitannya dengan kondisi

lingkungan dan sanitasi yang buruk. Oleh karena itu upaya-upaya menjaga

kebersihan lingkungan, ventilasi yang cukup adalah cara pencegahan yang

murah agar terhindar dari serangan kutu busuk (Hadi, 2010).

Page 13: Bab i , II, III Fix(3)

13

G. Diagnosis

Mendiagnosis gigitan kutu busuk kadang-kadang sulit, karena

gigitan kutu busuk mungkin tampak mirip dengan gigitan serangga lainnya.

Petugas kesehatan akan mengajukan pertanyaan rinci dan melakukan

pemeriksaan fisik, difokuskan pada kulit. Sistem organ lain juga akan

diperiksa untuk menilai tanda-tanda reaksi alergi atau tanda-tanda infeksi.

Tes darah tidak perlu dilakukan. Apabila dapat membawa spesimen

serangga yang menggigit, ini mungkin membantu dalam membuat diagnosis

(Doerr, 2014).

H. Pengobatan

Antihistamin dan kortikosteroid dapat diresepkan untuk mengurangi

reaksi alergi dan salep antiseptik atau antibiotik dapat digunakan untuk

mencegah terjadinya infeksi pada kulit (Potter, 2012).

I. Pengetahuan dan Perilaku Warga

a. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi

melalui pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain penting

dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari

Page 14: Bab i , II, III Fix(3)

14

oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).

Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan

tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6

tingkat pengetahuan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension),

aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthetis), dan

evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2003).

b. Perilaku

Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap

stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem

pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dapat

diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Sarwono 2004 dalam Anies 2006):

1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).

2) Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau

disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).

3) Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons

terhadap lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia

sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.

Perilaku ini antara lain mencakup :

a. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi

ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.

b. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk

(vector) dan sebagainya.

Page 15: Bab i , II, III Fix(3)

15

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah

semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran

sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong

dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan

aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan

aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat

(Depkes RI, 2007).

PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk

memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau

dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di

masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk

mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat

berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi

kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan

ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif

untuk hidup sehat (Depkes RI, 2007).

J. Landasan Teori

Kutu busuk atau kepinding atau tinggi atau disebut juga tumila

adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Serangga ini aktif mencari

makanan pada malam hari, mengisap darah manusia atau mamalia yang

dibutuhkannya untuk memproduksi telur. Pada waktu siang hari hewan ini

Page 16: Bab i , II, III Fix(3)

16

bersembunyi di celah-celah kayu, lubang-lubang kecil yang ada di tempat

tidur atau di dinding. Cimex menyebar dengan mudah dari rumah ke rumah

terjadi dengan mudah melalui pakaian atau barang-barang lainnya

(Soedarto, 2011).

Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan

kasur berbahan kapuk sebagai alas tidurnya walaupun sudah banyak juga

yang beralih ke kasur berbahan non kapuk seperti kasur busa, kasur pegas,

dan kasur lateks (Tjandra, et al., 2013). Kasur kapuk merupakan salah satu

tempat yang banyak ditemukannya kutu busuk. Kutu busuk menyukai

lingkungan yang hangat dan lembab seperti di kasur. Selain itu kutu busuk

juga menyukai lipatan-lipatan jahitan pada kasur untuk tempat bersembunyi

dan berkembang biak didalam lipatan atau di celah-celah kasur tersebut

(Soedarto, 2011).

Page 17: Bab i , II, III Fix(3)

17

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif, yaitu suatu

metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat

gambaran tentang keberadaan kutu busuk atau Cimex sp pada kasur di

rumah warga kelurahan Sungai Tiung Cempaka Februari 2015 dengan

menggunakan rancangan penelitian cross sectional (Notoatmodjo, 2012).

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh kasur yang ada

di 80 rumah warga Kelurahan Sungai Tiung Cempaka RT 11 RW III

Februari 2015.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive

sampling dengan kriteria rumah yang menggunakan kasur kapuk sebagai

Page 18: Bab i , II, III Fix(3)

18

alas tidur di rumah warga Kelurahan Sungai Tiung Cempaka RT 11 RW

III Februari 2015.

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 dan tempat

penelitiannya adalah dilakukan di rumah warga Kelurahan Sungai Tiung

Cempaka RT 11 RW III.

D. Instrumen

1. Instrumen untuk pemeriksaan Cimex sp

Instrumen yang digunakan yaitu : sarung tangan, masker, pinset,

kaca pembesar, wadah sampel yang berupa plastik berperekat, label dan

pulpen.

2. Instrumen untuk mengukur kebersihan kasur dan perilaku warga

Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini dibuat

untuk mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan dapat menyebabkan

keberadaan kutu busuk di kasur.

E. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Page 19: Bab i , II, III Fix(3)

19

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutu busuk,

pengetahuan dan perilaku warga.

2. Definisi Operasional

a. Kutu Busuk (Cimex sp) adalah serangga yang biasanya hidup di

kasur atau di celah-celah tempat tidur. Kutu busuk ini menggigit

manusia di malam hari dan makanan utamanya adalah darah

manusia. Gigitan kutu ini dapat menyebabkan bentol-bentol merah

disertai gatal dan rasa nyeri pada kulit.

b. Pengetahuan dan perilaku warga adalah usaha atau tindakan yang

dapat dilakukan oleh warga untuk mencegah keberadaan kutu

busuk.

F. Cara Pengumpulan Data

1. Persiapan Penelitian

a. Observasi awal di rumah warga RT 11 RW III Kelurahan Sungai

Tiung Cempaka Banjarbaru.

b. Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah.

c. Pembuatan izin untuk penelitian di rumah warga RT 11 RW III

Kelurahan Sungai Tiung Cempaka Banjarbaru.

d. Mempersiapkan instrument penelitian.

2. Pelaksanaan Penelitian

a. Pembagian Kuesioner

Page 20: Bab i , II, III Fix(3)

20

Sebelum lembar kuesioner dibagikan, terlebih dahulu

peneliti memberikan pengarahan tentang maksud dan tujuan

penelitian, serta memberikan penjelasan tentang cara menjaga

kebersihan kasur dan cara pencegahan agar kutu busuk tidak

menempati kasur. Setelah itu peneliti membagikan lembar

kuesioner pada seluruh responden dan sebelum pengisian, peneliti

memberikan penjelasan tentang bagaimana cara mengisi kuesioner.

Setelah lembar kuesioner selesai diisi, langsung diserahkan kembali

kepada peneliti.

b. Pengambilan Sampel

Disiapkan wadah sampel yang telah diberi label nomor

untuk setiap kasur yang diperiksa dan tanggal pengambilan sampel.

Kemudian disiapkan alat yang berupa sarung tangan, kaca

pembesar dan pinset. Seluruh bagian permukaan kasur diperiksa

secara menyeluruh. Disela sela lipatan atau jahitan kasur juga

diperiksa, dan apabila ditemukan kutu busuk (Cimex sp), maka

kutu diambil dengan menggunakan pinset dan ditampung didalam

wadah sampel.

c. Pemeriksaan Sampel

Kutu busuk (Cimex sp) yang didapat dari kasur yang

diperiksa, biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang bentuk kutu

dewasanya. Apabila tidak terlalu jelas, dapat digunakan kaca

pembesar untuk melihatnya. Dikatakan positif (+) jika ditemukan

Page 21: Bab i , II, III Fix(3)

21

kutu dewasa pada kasur. Dikatakan negatif (-) jika tidak ditemukan

kutu dewasa pada kasur.

3. Sumber Data

Sumber data pada penelitian ini didapatkan dari data primer

yang berupa hasil dari pemeriksaan sampel pada kasur dan hasil

kuesioner.

4. Skala Data

Skala data dalam penelitian ini adalah skala data nominal untuk

gambaran Cimex sp pada kasur, dimana data yang didapat berupa positif

(+) dan negatif (-). Positif berarti terdapat Cimex sp pada kasur, negatif

berarti tidak terdapat Cimex sp pada kasur. Skala data ordinal digunakan

untuk variabel pengetahuan dan perilaku warga, dimana data yang

didapat berupa skor baik, cukup, dan kurang.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

a. Editing data

Setelah semua data terkumpul selanjutnya akan dilakukan

editing untuk memastikan kelengkapan, kesinambungan dan

keseragaman dari data untuk validasi data.

b. Tabulating data

Page 22: Bab i , II, III Fix(3)

22

Pembuatan tabel digunakan untuk variabel yang akan diteliti,

seperti data hasil kuesioner dan pemeriksaan sampel dimasukkan ke

dalam tabel dengan skala nominal/ordinal.

c. Entry data

Data dimasukkan kedalam program komputer kemudian

diproses untuk memperoleh hasil yang sesuai dan yang diinginkan

(Notoatmodjo, 2012).

2. Analisa Data

Data yang diperoleh berupa data primer yaitu hasil

pemeriksaan sampel di kasur dan hasil kuesioner dikumpulkan dan

dianalisa secara statistik deskriptif berupa frekuensi dan persentase

(%), disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Pembuatan

kuesioner menggunakan skala Guttman dengan menggunakan

pilihan ganda dan untuk penelitian pada skala Guttman jawaban

“Ya” atau “Benar” diberi nilai 1 dan untuk jawaban “Tidak” atau

“Salah” diberi nilai 0. Klasifikasi penilaian menggunakan rumus

menurut Arikunto (2010) :

P =

Keterangan :

P = Persentase

Page 23: Bab i , II, III Fix(3)

23

f = Jumlah jawaban “ya” atau “benar”

N =Jumlah soal

Dengan kriteria sebagai berikut :

1. Baik = skor 76-100 %

2. Cukup = skor 56-75 %

3. Kurang = skor < 56 %

H. Jadwal Penyusunan KTI

Adapun Karya Tulis Ilmiah ini sepenuhnya dilaksanakan pada

semester VI tahun 2015. Terdiri dari beberapa tahapan, yakni :

Tabel 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah

No KegiatanBulan

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul

1 Pengajuan Judul X

2 Penyusunan Proposal X X

3 Konsultasi Proposal X X

4 Ujian Proposal X

5 Perbaikan Proposal X

6 Pelaksanaan Penelitian X X

7 Pengumpulan & X X

Page 24: Bab i , II, III Fix(3)

24

Pengolahan Data

8 Penyusunan Laporan KTI X X

9 Ujian Akhir Program X