bab i , ii, iii fix(3)
DESCRIPTION
BabTRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kutu busuk (Cimex sp) atau sering dikenal oleh masyarakat dengan
nama tinggi atau kepinding adalah serangga yang aktif mencari makanan
pada malam hari, mengisap darah manusia atau mamalia yang
dibutuhkannya untuk memproduksi telur. Pada waktu siang hari hewan ini
bersembunyi di celah-celah kayu, lubang-lubang kecil yang ada di tempat
tidur atau di dinding. Cimex menyebar dengan mudah dari rumah ke rumah
melalui pakaian atau barang-barang lainnya (Soedarto, 2011). Reaksi alergi
yang umumnya muncul akibat gigitan kutu busuk meliputi bentol berwarna
merah pada kulit disertai dengan dan rasa gatal yang hebat dan
berkepanjangan serta peradangan (Potter, 2012).
Kutu busuk di Indonesia sampai akhir tahun 1970-an masih banyak
ditemukan di rumah tinggal, gedung bioskop, hotel, losmen dan lainnya
tempat manusia tidur dan duduk. Namun pada kurun waktu tahun 1980-an
hingga 2000 permasalahan kutu busuk nyaris tidak terdengar. Lalu sejak 5
tahun yang lalu permasalahan kutu busuk ini muncul kembali ke
permukaan, tidak hanya di Indonesia tetapi di negara-negara maju seperti
New York AS, Kanada, Eropa dan Australia, Malaysia dan Singapura. Pada
tahun 2007 dilaporkan bahwa telah terjadi outbreak (kejadian luar biasa)
kutu busuk di 50 negara bagian di Amerika Serikat (Hadi, 2010).
2
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Okwa dan Omoniyi
(2010) dilima kota di Southwest, Lagos State, Nigeria, hasil penelitian
menunjukkan bahwa dari lima kota yang diteliti, terdapat dua kota yang
positif terdapat Cimex sp pada kasur. Di dua kota tersebut ditemukan
sebesar 46,9 % dan 53,1 % Cimex sp pada kasur di rumah warga.
Di Indonesia, penelitian tentang Cimex sp juga pernah dilakukan
oleh Sumanto dan Alhamidy (2010), hasil penelitian menunjukkan bahwa
sebesar 70% terdapat Cimex sp pada tempat tidur di rumah warga di Desa
Gebang Sukodono Sragen.
Kelurahan Sungai Tiung adalah salah satu Kelurahan yang terletak di
Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru Kalimantan Selatan. Berdasarkan
observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti di rumah warga Kelurahan
Sungai Tiung Cempaka RT 11 RW III didapatkan hasil sebagian besar
rumah warga terbuat dari bahan kayu, kebanyakan warga menggunakan alas
tidur yang berupa kasur kapuk dan dari beberapa rumah warga yang
menggunakan kasur kapuk salah satunya ditemukan kutu busuk. Akan tetapi
berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada beberapa
warga, kebanyakan warga tidak menganggap keberadaan kutu busuk
tersebut sebagai suatu masalah, hal ini dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah kurangnya pengetahuan warga tentang dampak
yang dapat diakibatkan oleh gigitan kutu busuk dan kurangnya perilaku
warga dalam mengaplikasikan perilaku hidup bersih dan sehat. Berdasarkan
permasalahan diatas, maka peneliti ingin mengetahui “Gambaran Kutu
3
Busuk (Cimex sp) pada Kasur di Rumah Warga Kelurahan Sungai
Tiung Cempaka Februari 2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan apakah
terdapat kutu busuk (Cimex sp) pada kasur di rumah warga Kelurahan
Sungai Tiung Cempaka Februari 2015 ?
C. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini hanya dibatasi pada pemeriksaan ada tidaknya
kutu busuk (Cimex sp) pada kasur kapuk di rumah warga Kelurahan Sungai
Tiung Cempaka RT 11 RW III Februari 2015.
D. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui ada atau tidaknya Kutu Busuk (Cimex sp.) pada kasur
di rumah warga Kelurahan Sungai Tiung Cempaka Februari 2015.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui adanya kutu busuk (Cimex sp) pada kasur kapuk.
b. Untuk mengetahui persentase jumlah kasur kapuk yang positif dan
negatif terdapat kutu busuk (Cimex sp).
c. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan perilaku warga terhadap
keberadaan kutu busuk (Cimex sp) di kasur kapuk.
4
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Penulis
Merupakan suatu wadah bagi penulis agar dapat mengaplikasikan ilmu
pengetahuan yang diperoleh dibangku kuliah.
2. Bagi Akademik
Menambah literatur di bidang parasitologi secara teoritis dan sebagai
bahan penelitian selanjutnya.
3. Bagi Warga di Kelurahan Sungai Tiung Cempaka
Menjadi masukan kepada warga di Kelurahan Sungai Tiung Cempaka
untuk lebih memperhatikan kebersihan kasur.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Klasifikasi Cimex sp
Klasifikasi Cimex sp berdasarkan Integrated Taxonomic Information
System (ITIS) tahun 2013 yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Atrhropoda
Class : Insecta
Ordo : Hemiptera
Superfamily : Cimicoidea
Family : Cimicidae
Genus : Cimex
Spesies : Cimex lectularius, Cimex hemipterus
Famili Cimicidae tidak bersayap, hanya tampak sisa sayap depan.
Bentuk dewasa berbadan lonjong, pipih dorsoventral. Tubuh tertutup oleh
rambut–rambut pendek. Disebut kutu busuk atau Bed bugs karena dapat
mengeluarkan bau yang khas dan banyak terdapat pada celah-celah tempat
tidur. Spesies Cimex di bagi menjadi dua berdasarkan habitatnya, yaitu
(Natadisatra dan Agoes, 2009):
a. Spesies Cimex lectularius (Common Bed bugs) merupakan
spesies yang banyak terdapat di negeri dengan empat iklim.
6
Gambar 1. Cimex lectularius jantan (pembesaran 10x20)(Sumber : Prianto, et al., 2006)
b. Spesies Cimex hemipterus (Oriental Bed bugs) merupakan spesies
yang banyak terdapat di daerah negeri tropis.
B. Morfologi Cimex sp
Morfologi Cimex dewasa yaitu berukuran 4,0-5,5 mm. Bentuk
badannya oval, pipih, bersegmen terdiri atas kepala, thorax, dan abdomen,
berwarna kuning coklat pada larva dan coklat merah pada imago. Cimex
betina sedikit lebih besar daripada yang jantan. Tidak bersayap. Hidup pada
sela-sela perabot rumah tangga seperti kursi, tempat tidur juga pada sela
dinding (Natadisatra dan Agoes, 2009).
Pada sarang burung walet dan kelelawar juga ada hanya spesiesnya
yang berbeda, kandang ayam juga kemungkinan merupakan habitatnya.
Penyebarannya cukup luas, banyak di daerah tropis. Mengisap darah pada
malam hari atau di ruang gelap pada siang hari (gedung bioskop).
Mempunyai bau khas (busuk) sehingga disebut kutu busuk yang berasal
atau dikeluarkan oleh Stink Gland. Pada Cimex di bagi menjadi tiga bagian
yaitu bagian kepala, bagian thorax dan bagian abdomen yaitu (Natadisatra
7
dan Agoes, 2009):
1. Bagian Kepala
Pada bagian kepala terdapat sepasang antena bersegmen empat
buah, sepasang mata faset dan proboscis berbentuk penusuk dan
penghisap, jika tidak di gunakan dapat dilipat ke bagian ventral. Terdiri
atas segmen-segmen, terdapat alat-alat mandibula, maxilla, labial
groove, labium, labrum epifaring, akar mandible dan maxilla.
Gambar 2. Bagian Kepala(Sumber : Natadisatra dan Agoes, 2009)
2. Bagian Thorax
Pada bagian thorax terdiri dari prosternum, mesosternum,
metasternum, mesopleuron dan hemelytra. Terdapat tiga pasang kaki,
terdiri atas coxa, trochanter, femur, tibia, tarsus, kuku. Thorax segmen
terahir terdapat stink glands yang bermuara pada coxa kaki terakhir.
Stink glands adalah ciri khas bau kutu busuk (Cimex).
3. Bagian Abdomen
Pada bagian abdomen bentuknya pipih dan melebar. Cimex
jantan dan betina dibedakan pada segmen terakhir, pada Cimex betina
segmennya berbentuk bilateral simetris (ada organ berlase) pada
8
segmen ke-8 terdapat gonopodia, sedangkan pada jantan segmen
abdomen terakhir (ke-9) asimetris, karena ada adeagus.
Gambar 3. Bagian Abdomen(Sumber : Natadisatra dan Agoes, 2009)
C. Siklus Hidup Cimex sp
Siklus hidup kutu busuk termasuk kedalam metamorfosis yang tidak
lengkap (incomplete metamorphosis), yaitu terdiri dari bentuk telur, nimfa
dan dewasa (Soedarto, 2011). Kutu busuk betina mampu memproduksi
sebanyak 150-200 butir telur selama hidupnya dengan frekuensi bertelur
setiap harinya 3-4 butir. Telurnya berwarna putih krem, panjangnya 1 mm
dan mempunyai operkulum. Dalam waktu 3-14 hari pada suhu 23o C, telur
akan menetas menjadi nimfa. Nimfa pertama akan berganti kulit menjadi
nimfa ke-2, 3, demikian seterusnya sampai nimfa kemudian berganti kulit
lagi menjadi instar terakhir. Banyaknya pergantian kulit berbeda-beda
tergantung jenis makanan dan suhu. Rata-rata adalah 5 kali pergantian kulit.
Laju perkembangan juga tergantung makanan dan suhu. Pada suhu yang
sesuai, stadium dewasa dicapai dalam waktu 8-13 minggu setelah menetas.
Kutu busuk dewasa dapat hidup lama (longevity) yaitu sekitar 6-12 bulan
dan dapat bertahan hidup tanpa makan selama 4 bulan (Hadi, 2010).
9
Gambar 4. Siklus hidup Cimex sp(Sumber : Centers for Disease Control and Prevention, 2013)
D. Habitat Cimex sp
Kutu busuk sering bersembunyi pada siang hari untuk menghindari
cahaya dan keluar unruk mencari makanan pada malam hari (Liu, 2012).
Kutu busuk ini sering bersembunyi di celah-celah kursi kayu, rotan, di
rumah-rumah, restoran, gedung bioskop, kasur di losmen, bahkan celah-
celah kandang hewan dan unggas yang terbuat dari kayu atau bambu (Hadi,
2010). Selain di tempat-tempat tersebut, tempat persembunyian favorit kutu
busuk juga terdapat pada jahitan di kasur, celah-celah di kasur dan di
ranjang tempat tidur, di bawah karpet, serta di belakang gambar dinding
(Liu, 2012).
Kutu busuk hanya keluar dari tempat persembunyiannya jika lapar
dan mencari hospes berdarah panas. Kutu busuk dapat merasakan
kehangatan tubuh hospesnya dengan jarak 5-10 cm. Salah satu hospes
berdarah panas yang disukai oleh kutu busuk adalah manusia. Kutu busuk
10
dewasa dapat menghisap darah hingga tujuh kali dari berat badannya sendiri
selama 3-5 menit. Kutu busuk betina makan lebih banyak daripada kutu
busuk jantan. Setelah makan kutu busuk kembali ke tempat
persembunyiannya untuk mencerna makanan yang berupa darah, kawin, dan
bertelur. Kutu busuk akan mencari makanan lagi dengan selang waktu
beberapa hari sampai satu minggu (Liu, 2012).
Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan
kasur berbahan kapuk sebagai alas tidurnya walaupun sudah banyak juga
yang beralih ke kasur berbahan non kapuk seperti kasur busa, kasur pegas,
dan kasur lateks (Tjandra, et al., 2013). Kasur kapuk merupakan salah satu
tempat yang banyak ditemukannya kutu busuk. Kutu busuk menyukai
lingkungan yang hangat dan lembab seperti di kasur. Selain itu kutu busuk
juga menyukai lipatan-lipatan jahitan pada kasur untuk tempat bersembunyi
dan berkembang biak didalam lipatan atau di celah-celah kasur tersebut
(Soedarto, 2011).
E. Masalah Klinis
Belum diketahui bahwa kutu busuk dapat menularkan penyakit
apapun tetapi sangat mengganggu bagi manusia. Pengaruh gigitan kutu
busuk bervariasi antara masing-masing individu. Beberapa individu tidak
bereaksi terhadap gigitan kutu busuk, sedangkan sebagian individu yang
lain merasa tidak nyaman oleh gigitan tersebut karena mengganggu waktu
tidur. Kutu busuk cenderung menggigit di permukaan yang terbuka seperti
11
pada wajah, leher, lengan, tangan, dan bahu. Gigitan kutu busuk sebenarnya
tidak menyakitkan karena air liur kutu busuk mengandung zat anastesi, akan
tetapi adanya antikoagulan atau kandungan pengencer darah di dalam air
liur kutu busuk dapat menyebabkan sebagian orang mengalami reaksi alergi
pada kulitnya. Reaksi alergi yang umumnya muncul akibat gigitan kutu
busuk meliputi bentol berwarna merah pada kulit disertai dengan dan rasa
gatal yang hebat dan berkepanjangan serta peradangan (Potter, 2012).
Anak yang peka terhadap air ludah Cimex jika digigit serangga ini
dapat mengalami urtikaria sistemik atau asma bronkial (Soedarto, 2011).
Pada infestasi berat dapat menyebabkan kehilangan darah yang signifikan
dan akhirnya menyebabkan anemia, terutama pada anak-anak yang kurang
gizi (Potter, 2012).
Gambar 5. Akibat gigitan dari kutu busuk(Sumber : Chrysler, et al., 2010)
F. Upaya pencegahan dan pengendalian
Apabila ditemukan adanya kutu busuk di suatu kamar atau tempat
tidur dan furnitur lainnya, maka barang-barang tersebut harus diisolasi atau
12
dikeluarkan. Jangan sekali-kali memindahkannya ke gudang sebelum
dibersihkan dan dikendalikan. Pahami betul bagaimana dan dari mana
kemungkinan datangnya kutu busuk agar hasil pengendaliannya maksimal.
Kutu busuk sangat rentan terhadap kelembaban yang tinggi dan suhu 44-
45oC. Oleh karena itu banyak orang memberantas kutu busuk ini dengan
menyiram air panas tempat persembunyian kutu busuk atau menjemur
kasur, tempat tidur atau perabotan rumah lain yang terinfestasi kutu busuk
di bawah terik matahari selama beberapa jam (sekitar 4 jam) (Hadi, 2010).
Pengendalian tidak harus menggunakan insektisida. Insektisida
digunakan ketika serangan kutu busuk sangat luar biasa dan untuk
mencegah penyebaran yang lebih luas dengan cepat. Ketika harus
menggunakan insektisida gunakan insektisida yang banyak dijual di pasar
dengan hati-hati, ikuti aturan yang tertera pada label, dan ulang
penggunaanya sampai semua telur yang menetas ikut mati. Biasanya
insektisida hanya membunuh kutu busuk stadium nimfa dan dewasa
sedangkan telurnya cukup tahan, sehingga telur harus ditunggu sampai
menetas. Pada dasarnya infestasi kutu busuk erat kaitannya dengan kondisi
lingkungan dan sanitasi yang buruk. Oleh karena itu upaya-upaya menjaga
kebersihan lingkungan, ventilasi yang cukup adalah cara pencegahan yang
murah agar terhindar dari serangan kutu busuk (Hadi, 2010).
13
G. Diagnosis
Mendiagnosis gigitan kutu busuk kadang-kadang sulit, karena
gigitan kutu busuk mungkin tampak mirip dengan gigitan serangga lainnya.
Petugas kesehatan akan mengajukan pertanyaan rinci dan melakukan
pemeriksaan fisik, difokuskan pada kulit. Sistem organ lain juga akan
diperiksa untuk menilai tanda-tanda reaksi alergi atau tanda-tanda infeksi.
Tes darah tidak perlu dilakukan. Apabila dapat membawa spesimen
serangga yang menggigit, ini mungkin membantu dalam membuat diagnosis
(Doerr, 2014).
H. Pengobatan
Antihistamin dan kortikosteroid dapat diresepkan untuk mengurangi
reaksi alergi dan salep antiseptik atau antibiotik dapat digunakan untuk
mencegah terjadinya infeksi pada kulit (Potter, 2012).
I. Pengetahuan dan Perilaku Warga
a. Pengetahuan (Knowledge)
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Penginderaan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan merupakan domain penting
dalam membentuk tindakan seseorang. Perilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari
14
oleh pengetahuan (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan seseorang terhadap obyek mempunyai intensitas dan
tingkat yang berbeda-beda, yang secara garis besar dapat dibagi dalam 6
tingkat pengetahuan, yaitu tahu (know), memahami (comprehension),
aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis (synthetis), dan
evaluasi (evaluation) (Notoatmodjo, 2003).
b. Perilaku
Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap
stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem
pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dapat
diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Sarwono 2004 dalam Anies 2006):
1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance).
2) Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau
disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior).
3) Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons
terhadap lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia
sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya.
Perilaku ini antara lain mencakup :
a. Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi
ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya.
b. Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk
(vector) dan sebagainya.
15
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah
semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong
dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan
aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan
aktif dalam kegiatan–kegiatan kesehatan di masyarakat
(Depkes RI, 2007).
PHBS di Rumah Tangga adalah upaya untuk
memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau
dan mampu melaksanakan perilaku hidup bersih dan
sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan di
masyarakat. PHBS di Rumah Tangga dilakukan untuk
mencapai Rumah Tangga Sehat. Rumah tangga sehat
berarti mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi
kesehatan setiap anggota rumah tangga dari gangguan
ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif
untuk hidup sehat (Depkes RI, 2007).
J. Landasan Teori
Kutu busuk atau kepinding atau tinggi atau disebut juga tumila
adalah serangga parasit dari keluarga Cimicidae. Serangga ini aktif mencari
makanan pada malam hari, mengisap darah manusia atau mamalia yang
dibutuhkannya untuk memproduksi telur. Pada waktu siang hari hewan ini
16
bersembunyi di celah-celah kayu, lubang-lubang kecil yang ada di tempat
tidur atau di dinding. Cimex menyebar dengan mudah dari rumah ke rumah
terjadi dengan mudah melalui pakaian atau barang-barang lainnya
(Soedarto, 2011).
Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya masih menggunakan
kasur berbahan kapuk sebagai alas tidurnya walaupun sudah banyak juga
yang beralih ke kasur berbahan non kapuk seperti kasur busa, kasur pegas,
dan kasur lateks (Tjandra, et al., 2013). Kasur kapuk merupakan salah satu
tempat yang banyak ditemukannya kutu busuk. Kutu busuk menyukai
lingkungan yang hangat dan lembab seperti di kasur. Selain itu kutu busuk
juga menyukai lipatan-lipatan jahitan pada kasur untuk tempat bersembunyi
dan berkembang biak didalam lipatan atau di celah-celah kasur tersebut
(Soedarto, 2011).
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei deskriptif, yaitu suatu
metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat
gambaran tentang keberadaan kutu busuk atau Cimex sp pada kasur di
rumah warga kelurahan Sungai Tiung Cempaka Februari 2015 dengan
menggunakan rancangan penelitian cross sectional (Notoatmodjo, 2012).
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh kasur yang ada
di 80 rumah warga Kelurahan Sungai Tiung Cempaka RT 11 RW III
Februari 2015.
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive
sampling dengan kriteria rumah yang menggunakan kasur kapuk sebagai
18
alas tidur di rumah warga Kelurahan Sungai Tiung Cempaka RT 11 RW
III Februari 2015.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Februari 2015 dan tempat
penelitiannya adalah dilakukan di rumah warga Kelurahan Sungai Tiung
Cempaka RT 11 RW III.
D. Instrumen
1. Instrumen untuk pemeriksaan Cimex sp
Instrumen yang digunakan yaitu : sarung tangan, masker, pinset,
kaca pembesar, wadah sampel yang berupa plastik berperekat, label dan
pulpen.
2. Instrumen untuk mengukur kebersihan kasur dan perilaku warga
Instrumen yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner ini dibuat
untuk mengetahui faktor-faktor yang kemungkinan dapat menyebabkan
keberadaan kutu busuk di kasur.
E. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Penelitian
19
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kutu busuk,
pengetahuan dan perilaku warga.
2. Definisi Operasional
a. Kutu Busuk (Cimex sp) adalah serangga yang biasanya hidup di
kasur atau di celah-celah tempat tidur. Kutu busuk ini menggigit
manusia di malam hari dan makanan utamanya adalah darah
manusia. Gigitan kutu ini dapat menyebabkan bentol-bentol merah
disertai gatal dan rasa nyeri pada kulit.
b. Pengetahuan dan perilaku warga adalah usaha atau tindakan yang
dapat dilakukan oleh warga untuk mencegah keberadaan kutu
busuk.
F. Cara Pengumpulan Data
1. Persiapan Penelitian
a. Observasi awal di rumah warga RT 11 RW III Kelurahan Sungai
Tiung Cempaka Banjarbaru.
b. Penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah.
c. Pembuatan izin untuk penelitian di rumah warga RT 11 RW III
Kelurahan Sungai Tiung Cempaka Banjarbaru.
d. Mempersiapkan instrument penelitian.
2. Pelaksanaan Penelitian
a. Pembagian Kuesioner
20
Sebelum lembar kuesioner dibagikan, terlebih dahulu
peneliti memberikan pengarahan tentang maksud dan tujuan
penelitian, serta memberikan penjelasan tentang cara menjaga
kebersihan kasur dan cara pencegahan agar kutu busuk tidak
menempati kasur. Setelah itu peneliti membagikan lembar
kuesioner pada seluruh responden dan sebelum pengisian, peneliti
memberikan penjelasan tentang bagaimana cara mengisi kuesioner.
Setelah lembar kuesioner selesai diisi, langsung diserahkan kembali
kepada peneliti.
b. Pengambilan Sampel
Disiapkan wadah sampel yang telah diberi label nomor
untuk setiap kasur yang diperiksa dan tanggal pengambilan sampel.
Kemudian disiapkan alat yang berupa sarung tangan, kaca
pembesar dan pinset. Seluruh bagian permukaan kasur diperiksa
secara menyeluruh. Disela sela lipatan atau jahitan kasur juga
diperiksa, dan apabila ditemukan kutu busuk (Cimex sp), maka
kutu diambil dengan menggunakan pinset dan ditampung didalam
wadah sampel.
c. Pemeriksaan Sampel
Kutu busuk (Cimex sp) yang didapat dari kasur yang
diperiksa, biasanya dapat dilihat dengan mata telanjang bentuk kutu
dewasanya. Apabila tidak terlalu jelas, dapat digunakan kaca
pembesar untuk melihatnya. Dikatakan positif (+) jika ditemukan
21
kutu dewasa pada kasur. Dikatakan negatif (-) jika tidak ditemukan
kutu dewasa pada kasur.
3. Sumber Data
Sumber data pada penelitian ini didapatkan dari data primer
yang berupa hasil dari pemeriksaan sampel pada kasur dan hasil
kuesioner.
4. Skala Data
Skala data dalam penelitian ini adalah skala data nominal untuk
gambaran Cimex sp pada kasur, dimana data yang didapat berupa positif
(+) dan negatif (-). Positif berarti terdapat Cimex sp pada kasur, negatif
berarti tidak terdapat Cimex sp pada kasur. Skala data ordinal digunakan
untuk variabel pengetahuan dan perilaku warga, dimana data yang
didapat berupa skor baik, cukup, dan kurang.
G. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
a. Editing data
Setelah semua data terkumpul selanjutnya akan dilakukan
editing untuk memastikan kelengkapan, kesinambungan dan
keseragaman dari data untuk validasi data.
b. Tabulating data
22
Pembuatan tabel digunakan untuk variabel yang akan diteliti,
seperti data hasil kuesioner dan pemeriksaan sampel dimasukkan ke
dalam tabel dengan skala nominal/ordinal.
c. Entry data
Data dimasukkan kedalam program komputer kemudian
diproses untuk memperoleh hasil yang sesuai dan yang diinginkan
(Notoatmodjo, 2012).
2. Analisa Data
Data yang diperoleh berupa data primer yaitu hasil
pemeriksaan sampel di kasur dan hasil kuesioner dikumpulkan dan
dianalisa secara statistik deskriptif berupa frekuensi dan persentase
(%), disajikan dalam bentuk tabel dan diagram. Pembuatan
kuesioner menggunakan skala Guttman dengan menggunakan
pilihan ganda dan untuk penelitian pada skala Guttman jawaban
“Ya” atau “Benar” diberi nilai 1 dan untuk jawaban “Tidak” atau
“Salah” diberi nilai 0. Klasifikasi penilaian menggunakan rumus
menurut Arikunto (2010) :
P =
Keterangan :
P = Persentase
23
f = Jumlah jawaban “ya” atau “benar”
N =Jumlah soal
Dengan kriteria sebagai berikut :
1. Baik = skor 76-100 %
2. Cukup = skor 56-75 %
3. Kurang = skor < 56 %
H. Jadwal Penyusunan KTI
Adapun Karya Tulis Ilmiah ini sepenuhnya dilaksanakan pada
semester VI tahun 2015. Terdiri dari beberapa tahapan, yakni :
Tabel 1. Jadwal Penyusunan Karya Tulis Ilmiah
No KegiatanBulan
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1 Pengajuan Judul X
2 Penyusunan Proposal X X
3 Konsultasi Proposal X X
4 Ujian Proposal X
5 Perbaikan Proposal X
6 Pelaksanaan Penelitian X X
7 Pengumpulan & X X
24
Pengolahan Data
8 Penyusunan Laporan KTI X X
9 Ujian Akhir Program X