bab iii fix

103
BAB III KAJIAN DATA Pada model asuhan keperawatan profesional harus mampu memberikan asuhan keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama : tenaga perawat, sarana dan prasarana, dan metode pemberian asuha keperawatan, kemudian komponen (money dana anggaran juga tidak dapat diabaikan. Berdasarkan hasil interview dan observasi mulai tanggal 6 Mei – 9 Mei 2013 tehadap penerapan manajemen keperawatan diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi di dapatkan data sebagai berikut : A. VISI, MISI, TUJUAN, FALSAFAH DAN MOTTO 1. Visi RSUD Ngudi WaluyoWlingi “Menjadi rumah sakit dengan pelayanan prima, bermutu, terjangkau, dan sebagai pusat rujukan”. 2. Misi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi a. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, cepat, tepat, akurat, dan memuaskan pelanggan. b. Mengembangkan pelayanan kesehatan spesialistik. c. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang bermutu dan profesional dengan komitmen tinggi. d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan. e. Menyediakan sarana, prasarana pelayanan kesehatan dan pendidikan yang berkualitas. f. Menjalin hubungan kerja yang harmonis dengan pelanggan.

Upload: cristoper-panjaitan

Post on 23-Dec-2015

26 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

JIOH0-KYU8OTF789

TRANSCRIPT

Page 1: BAB III Fix

BAB III

KAJIAN DATA

Pada model asuhan keperawatan profesional harus mampu memberikan asuhan

keperawatan profesional dan untuk itu diperlukan penataan 3 komponen utama : tenaga

perawat, sarana dan prasarana, dan metode pemberian asuha keperawatan, kemudian

komponen (money dana anggaran juga tidak dapat diabaikan.

Berdasarkan hasil interview dan observasi mulai tanggal 6 Mei – 9 Mei 2013 tehadap

penerapan manajemen keperawatan diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi di

dapatkan data sebagai berikut :

A. VISI, MISI, TUJUAN, FALSAFAH DAN MOTTO

1. Visi RSUD Ngudi WaluyoWlingi

“Menjadi rumah sakit dengan pelayanan prima, bermutu, terjangkau, dan sebagai

pusat rujukan”.

2. Misi RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

a. Memberikan pelayanan kesehatan yang profesional, cepat, tepat, akurat, dan

memuaskan pelanggan.

b. Mengembangkan pelayanan kesehatan spesialistik.

c. Menyelenggarakan pelayanan pendidikan yang bermutu dan profesional dengan

komitmen tinggi.

d. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pelatihan dan pendidikan.

e. Menyediakan sarana, prasarana pelayanan kesehatan dan pendidikan yang

berkualitas.

f. Menjalin hubungan kerja yang harmonis dengan pelanggan.

g. Meningkatkan kesejahteraan karyawan.

3. Tujuan RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

a Menjain hak masyarakatt untuk menerima setiap jenis layanan yang disediakan

Rumah Sakit

b Meningkatkan kualitas hidup masyarakat

c Meningkatkan kualitas pelayan kesehatan yang diberikan oleh RS

d Memeberikan pelayanan kesehatan yang lebih intensif dan komprehensif

e Menciptakan kompetitif advantage RS dalam industri pelayanan kesehatan

f Membantu meningkatkan pelayanan kesehatan yang diberikan RS dalam rangka

memenuhi kebutuhan masyarakat

Page 2: BAB III Fix

g Meningkatnya peran RSUD dalam peningkatan pendidikan kesehatan

h Meningkatkan kompetensi sumber daya baik tenaga medis maupun para medis

dalam rangka peningkatan pelayanan

i Meningkatkan loyalitas dan komitmen sumber daya manusia yang dimiliki dalam

rangka peningkatan kesehatan yang diberikan

j Meningkatkan optimalisasi pencapain tujuan layanan yang diberikan RS

k Meningkatnya pelayanan publik secara efektif dan efisien

l Meningkatkan kinerja karyawan secara individu yang selanjutnya akan

memeberikan kinerja organisasi.

4. Falsafah RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Optimalisasi semua sumber daya yang ada melalui pendekatan pribadi dan institusi,

untuk memeberikan layanan terbaik kepada masyarakat.

5. Motto RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Melayani sepenuh hati

6. Tujuan Keperawatan Ruang Dahlia II

1. Memberikan asuhan keperawatan yang paripurna kepada semua klien yang

memrlukan pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem

kesehatan nasional

2. Melibatkan klien dalam perencanaan dan pelaksanaan pelayanan kesehatan.

3. Mengembangkan standar asuhan keperawatan

4. Mengevaluasi asuhan keperawatan yang selalu berubah sera menjamin

ketersediaan sumber

5. Meningkatkan citra keperawatan secara terus menerus

6. Memberikan kesempatan kepada semua perawat untuk mengembangkan

pengetahuan secara terus menerus.

7. Meningkatkan hubungan yang kondusif dengan profesi kesehatan lain.

7. Falsafah Ruang Dahlia II

1. Perawat ruang Dahlia II meyakinkan bahwa semua pasien harus mendapat

perawatan yang sama yang bersifat individual meliputi bio, psiko, sosio, dan

spiritual.

2. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa tujuan pelayanan keperawatan adalah

membantu pasien untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua staf keperawatan harus bekerja

sesuai dengan standart asuhan keperawatan

Page 3: BAB III Fix

4. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua staf keperawatan harus bekerja

sesuai dengan etika keperawatan,

5. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua staf keperawatan harus

memotivasi keluarga pasien untuk dapat melakukan keperawatan mandiri dan

tidak tergantung dengan orang lain.

6. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa semua pasien mendapat perawatan yang

berkesinambungan secara professional yang dapat dipertanggungjawabkan

melalui dokumentasi yang baik dan akurat.

7. Perawat ruang Dahlia II meyakini bahwa pendidikan berkelanjutan adalah

komponen penting untuk mengembangkan pelayanan keperawatan.

B. PROFIL DAN GAMBARAN UMUM RUANG DAHLIA II

Ruang perawatan Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Merupakan Instalasi

Rawat Inap (IRNA) yang memberikan pelayanan pada klien dengan kasus penyakit

dalam. Deskriptif Ruangan Dahlia II Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan

yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran di ruang Dahlia II RSUD “Ngudi

Waluyo” Wlingi dengan uraian sebagai berikut :

Kapasitas ruang Dahlia II adalah 45 tempat tidur. Penghitungan BOR hanya

menggunakan kapasitas 38 tempat tidur, sedang untuk penghitungan jumlah jam

perawatan dan kebutuhan perawat berdasarkan jumlah total pasien yang ada.

Ruang Dahlia berbentuk persegi empat, dengan nurse station terletak ditengah.

Ruang Karu menjadi satu dengan ruang administrasi berada di depan nurse station. Di

samping Ners Station terdapat kamar perawat dan dapur.

Kamar NU (Non Menular Utara)

Terdiri dari 1 kamar yang berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien, dan 3

kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam ruangan.

Kamar NS (Non Menular Selatan)

Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien,

dan 3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dalam keadaan rusak dan 1 kamar

mandi dalam ruangan ditambah dengan 2 tabung oksigen.

Kamar Intermediate

Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien,

3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam ruangan

ditambah dengan 1 tabung oksigen.

Page 4: BAB III Fix

Kamar Kelas 3

Terdiri dari 4 kamar masing-masing tiap kamar terdapat 5 tempat tidur, 5 meja dan

almari pasien, dan tiap ruangan terdapat 4-5 kursi penunggu, dan dilengkapi 1

wastafel ditiap kamar tetapi ruang KM 2 dan KM 3 kondisi wastafel rusak, serta 2

KM pada setiap ruangan tetapi hanya 1 yang berfungsi.

Kamar Isolasi

Terdiri dari 1 kamar berisi 1 tempat tidur, 1 meja pasien, dan dilengkapi 1 wastafel

dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.

Kamar TB Paru

Terdiri dari 2 kamar masing-masing berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien

dan 4 kursi penunggu pada ruang KP 2, masing-masing dilengkapi dengan 1 wastafel

tetapi dalam kedaan rusak dan 1 kamar mandi serta masing-masing kamar tersedia 1

tabung oksigen.

Kamar DM Ulkus

Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, dan 1 kursi

penunggu berada didepan kamar pasien serta dilengkapi 1 wastafel, 1 kamar mandi

dan 1 tabung oksigen.

Kamar SARS (HIV/AIDS)

Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, serta dilengkapi

1 wastafel, dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.

a. Metode Keperawatan Di Ruang Dahlia II

Metode keperawatan yang diterapkan di Ruang Dahlia II adalah model MAKP

Tim modifikasi.. Pengelompokan struktur tugas pada setiap shift jaga terlihat pada

gambar 1.1 dibawah ini.

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan “Team Nursing”)

Gambar 2.2 Metode Tim (Modifikasi)

Kepala Ruang

Ketua Tim I Ketua Tim II Ketua Tim III

Anggota Anggota Anggota

Pasien /Klien Pasien/KlienWAKIL KEPALA RUANGAN

Z. Susilandari,AMK

Pasien/Klien

Pasien/Klien

Page 5: BAB III Fix

C. PENGUMPULAN DATA

1. Sumber Daya Manusia (M1 - Man)

1) Mahasiswa

Kajian teori

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar merupakan rumah sakit umum tipe B non

pendidikan. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi menjalin kerjasama dibidang pendidikan

dengan Universitas Brawijaya Malang untuk program pendidikan dokter spesialis

(PPDS), dokter muda, Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK), dan Profesi Ners.

Selain itu RSUD Ngudi Waluyo Wlingi juga bekerjasama dengan Universitas Swasta

salah satunya adalah Universitas Muhammadiyah Malang untuk Profesi Ners dan DIII

Keperawatan.

Kajian data

IRNA Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar sering digunakan sebagai

lahan praktik untuk mahasiswa. Berdasarkan wawancara dengan perawat IRNA Dahlia

II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar, terakhir mahasiswa praktik di ruangan tersebut

adalah Poltekes Kemenkes Maluku sebanyak 4 orang mulai tanggal 1 sampai 12 mei

2013, STIKES Bhakti Mulia Pare-Kediri sebanyak 3 orang praktek di ruang Dahlia II

dimulai pada tanggal 29 April sampai 12 Mei 2013. Pada tahun 2013 ini, mahasiswa

Program Pendidikan Profesi UMM diterima kembali untuk praktik Manajemen

Keperawatan yang dilaksanakan selama 3 minggu dan sebanyak 9 orang, dengan nama-

nama sebagai berikut :

FAUJAN TEKENG

KHARISMA RUKMANA

DWI SETIANI S

PUTRI ROOSDIANA MEI

NIKENINGTYAS DK

ANISA NOORRAHMI

NONA KURNIAWATI URAN

NURHASNA LAITUPA

ARIS

Analisa

IRNA Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar sering digunakan sebagai

lahan praktik untuk mahasiswa untuk mempelajari berbagai macam penyakit dalam dan

menerapkan teori-teori yang didapatkan dari bangku perkuliahan dengan dibimbing oleh

perawat yang ada di IRNA Dahlia II.

Page 6: BAB III Fix

Berdasarkan hasil analisis kami selama melaksanakan praktek managemen

diruang Dahlia II mahasiswa yang melaksanakan praktek disana selalu ada seperti dari

mahasiswa DIII keperawatan UMM yag berjumlah 4 orang, mahasiswa Bhakti Mulya

yang berjumlah 4 orang, mahasiswa UNITRI yang berjumlah 4 orang, dan mahasiswa

STIKES Patria Husada yang berjumlah 4 orang. Dengan adanya praktek mahasiswa

setidaknya dapat membantu mengatasi dari kurangnya ketenagaan diruang Dahlia II

sehingga dapat meningkatkan kinerja pelayanan keperawatan yang lebih optimal kepada

pasien.

2) Ketenagaan

a. Struktur Organisasi

Kajian Teori

Menurut Djojodibroto (1997) konsep pengembangan SDM yang disebut

Human Resource Development mempunyai tiga program yaitu

1. Trainning, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan kepada pekerjaan saat

ini

2. Education, yaitu aktifitas di mana proses belajar diarahkan pada pekerjaan yang

akan datang.

3. Development, yaitu aktifitas di mana proses belajar tidak diarahkan untuk

pekerjaan pegawai yang bersangkutan secara langsung.

Bagi tenaga profesional di rumah sakit bahwa pelatihan, kursus, dan lokakarya

yang diperlukan untuk para medis adalah :

1. Etika komunikasi

2. Komunikasi terapeutik dalam perawatan

3. Perawatan Stroke

4. Manajemen keperawatan

5. Kardiologi Dasar

6. Keperawatan Klien Kritis

7. PPGD

8. Pencegahan penyakit nosokomial

Kajian Data

Ruang Dahlia II dipimpin oleh penanggung jawab selaku pengganti sementara

kepala ruangan sebelum SK turun dan dibantu oleh 3 orang ketua tim dan 11 orang

perawat pelaksana, dibantu oleh 1 orang administrasi, 1 ahli gizi, dan pekarya 2.

Page 7: BAB III Fix

Sebagian besar perawat mengatakan bahwa struktur organisasi yang ada sesuai

dengan kemapuan perawat. Adapun struktur organisasinya adalah :

Page 8: BAB III Fix

Kor. Ketertiba

n & kebersiha

n

Nanik Zuliati

Kor. Ketertiba

n & kebersiha

n

Nanik Zuliati

Gambar 2.3 Sruktur Organisasi Ruang Dahlia II

KEPALA RUANGAN

-

KEPALA RUANGAN

-

Kor. Mutu ASKEP

S.Raharjo, S.Kep,Ns

Kor. Mutu ASKEP

S.Raharjo, S.Kep,Ns

Kor. Obat ICU

Kanthi, Amd.Kep

Kor. Obat ICU

Kanthi, Amd.Kep

Kor. ALMED

Agus Wahyudi, Amd.Kep

Kor. ALMED

Agus Wahyudi, Amd.Kep

Kor. PKMRS

Agus Tri.W S.Kep, Ns

Kor. PKMRS

Agus Tri.W S.Kep, Ns

Kor. Inventaris

Wiwit Wiji Utami

Kor. Inventaris

Wiwit Wiji Utami

Kor. PIN

Iswahyuni, Amd.Kep

Kor. PIN

Iswahyuni, Amd.Kep

Kor. Data & laporan

Z.Susilandari

Amd.Kep

Kor. Data & laporan

Z.Susilandari

Amd.Kep

ADMINISTRASI

Lilik Suryatin

ADMINISTRASI

Lilik Suryatin

WAKIL KEPALA RUANGAN

Z. Susilandari,AMK

Pasien/Klien

WAKIL KEPALA RUANGAN

Z. Susilandari,AMK

Pasien/Klien

Page 9: BAB III Fix

b. Jumlah Tenaga Diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Kajian Teori

Jumlah tenaga keperawatan pada suatu ruangan/rumah sakit, ditetapkan

berdasarkan derajat ketergantungan klien. Jumlah ini ditetapkan dengan

mengidentifikasi jumlah klien berdasarkan derajat ketergantungan klien dalam satu

bulan. Berdasarkan ini dapat diketahui rata-rata jumlah klien berdasarkan derajat

ketergantungan (minimal, parsial, total).

Kajian Data

a) Keperawatan

Berdasarkan hasil wawancara dengan Perawat Ruangan Dahlia II didapatkan

jumlah tenaga perawat di Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo

Wlingi-Blitar saat ini terlihat pada tabel :

Tabel 2.2 Pola Ketenagaan di Ruang Dahlia Menurut Keputusan Direktur RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi 2013

No Nama Pendidikan Golongan/Masa kerja

JenisKetenagaan

Pelatihan yang diikuti

1. Z. Susilandari,AMK DIII Kep III c PNS Kalab TB- HIV 2011CST, formasi 2008

2. Ns.Agus Triwibawa,S.Kep

S1 Kep III c PNS BCLS 2011

3. Siti Mudawaroh, AMK

DIII Kep III c PNS PPDG 2012Diabetes Melitus

4. Mardji, AMK DIII Kep III a PNS PPGD 2012

5. Kanthi, AMK DIII Kep III b PNS PPGD 2012

6. Ns. Nah Purwati,S.Kep

S1 Kep III c PNS BCLS 2011

7. Ns. Sumber,S.Kep S1 Kep III b PNS Diabetes Melitus 2012

8. Wiwit Srihandayani, AMK

DIII Kep III a PNS PPGD 2012Diabetes Melitus

9. Ali Asrori, AMK DIII Kep III a PNS PPGD 2012

10. Nanang Yudhi P, AMK

DIII Kep III a PNS PPGD 2012

11. Iswahyuni, AMK DIII Kep II d PNS

12. Agus Wahyudi, AMK DIII Kep II d PNS PPGD 2012

13. Ajieb. AMK DIII Kep II d PNS PPGD 2012

14. Nur Abidin, AMK DIII Kep III a PNS PPDG 2012Stroke

15. Lilis Suryani, AMK DIII Kep II c MG

Page 10: BAB III Fix

16. Wiwit Dwi Astutik, AMK

DIII Kep II c MG PPGD 2012

17. Didik Harianto, AMK DIII Kep III b PNS

18. Lilik Suryatin SMA II b Adm

19. Nanik Y SMA II b Pekarya

20. Wiwik Wiji Utami SMA Pekarya

21. Nita Puspitasari SMA II b Pekarya

Tenaga Kontrak dan Magang22 Lilik Setiawati, AMK DIII Kep MG

23 Ludra Pungki Setiawan, AMK

DIII Kep MG

24 Hendris DIII Kep Kontrak

25 Dina DIII Kep Kontrak

26 Rizky SI Kep Kontrak

27 Yulfa Mulya SI Kep Kontrak

Tabel 2.6 Pelatihan yang di Ikuti 2 tahun terakhir di Ruang Dahlia II

NO Jenis pelatihan Jumlah tenaga

1. Diklat PPGD 10

2. Diklat pelatihan TB-HIV 1

3. Diklat pelatihan Diabetes Melitus 3

4. Diklat Pelatihan stroke 1

5. Diklat BCLS 2

Kualifikasi tenaga perawat berdasarkan tingkat pendidikan dan pelatihan yang

diikuti di ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi berjumlah 17 orang, dengan

perincian sebagai berikut:

1) Tenaga Perawat

Tabel 2.3 Tenaga Perawat Ruang Dahlia II

No Kualifikasai Jumlah Jenis Prosentasi1 S1 Keperawatan 5 PNS = 3

orang23,80%

2 D3 Keperawatan 16 PNS = 12 orangKontrak Non PNS = 6

76,19%

Jumlah 21 - 100%

Page 11: BAB III Fix

2) Tenaga Medis

Tabel 2.4 Tenaga Medis Ruang Dahlia II

No Kualifikasi Jumlah Prosentasi1 Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1 12,5%2 Dokter Spesialis Paru 1 12,5%3 Dokter Spesialis Syaraf 1 12,5%4 Dokter Umum 3 37,5%5 PPDS 1 12,5%6 Dokter Muda 1 12,5%Total 8 100%

b) Non-Keperawatan

Tabel 2.5 Tenaga non medis Ruang Dahlia II

No Kualifikasi Jumlah Prosentasi1 Administrasi 1 25%2 Pekarya 2 50%3 Ahli Gizi 1 25%

Total 4 100%

Analisis

Menurut data pada tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah perawat dan non

perawat di ruang Dahlia II dengan tingkat pendidikan S1 bertambah menjadi 5 orang,

DIII berjumlah 16 orang. SMA 4 orang, adapun tenaga medis yang lain seperti dokter

muda sampai dengan dokter spesialis berjumlah sebanyak 8 orang, dan untuk dokter

spesialis yang lain biasanya dibutuhkan pada saat konsul saja. Sedangkan pelatihan

yang diikuti tenaga perawat di ruang Dahlia II masih harus ditambah dan ditingkatkan

lagi khususnya tentang pelatihan yang berkaitan dengan keperawatan medikal (penyakit

dalam) karena belum terjadi peningkatan jumlah tenaga perawat yang mengikuti

pelatihan.

c. Tingkat Ketergantungan Pasien dan Kebutuhan Tenaga Perawat

Kajian Teori

Penetapan jumlah tenaga keperawatan adalah proses membuat perencanaan

untuk menentukan berapa banyak dan dengan kriteria tenaga yang seperti apa pada

suatu unit dan tiap shiftnya. Untuk keperluan itu beberapa ahli telah mengembangkan

beberapa formula. Formula tersebut juga dapat digunakan untuk menilai dan

membandingkan apakah tenaga yang ada saat ini cukup, kurang atau berlebih.

Formula tersebut antara lain adalah :

Page 12: BAB III Fix

a) Menurut DEPKES (2002)

Kebutuhan tenaga perawat diunit perawatan kritis menggunakan formula :

Jumlah jam perawatan di ruangan/hari

jam efektif perawat

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi)

dengan : hari libur/cuti/hari besar (loss day)

Jml hr mgg dlm 1 thn x cuti + hr besar

Jumlah hari kerja efektif

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non keperawatan diperkirakan

25% dari jam pelayanan keperawatan.

Jumlah tenaga perawat + loss day x 25%

100

jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi

Kajian Data

Minimal = 0

Parsial = 35x4jam/24jam = 140jam

Total = 1 x 7jam/24jam = 7jam

Jumlah tenaga yang dibutuhkan

Jumlah jam perawatan diruangan/hari

Jam efektif perawat

147 = 21

7

Loss Day

Jumlah hari minggu dlm 1 thn + cuti+hari besar x jumlah perawat yg dibutuhkan

Jumlah hari kerja efektif

52+12+14 x21 = 78x21 = 6

286 286

Non nursing Job

Jumlah tenaga perawat + Loss Day x25

100

27+ 6 x 25 = 8

100

X jml prwt yg diperlukan

Page 13: BAB III Fix

Faktor Koreksi

6+8 =14

Jumlah tenaga = tenaga yang tersedia + faktor koreksi

= 27 + 14 = 41

Ditambah 1 karu dan 1 wakaru = 43

Analisis

Sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah kebutuhan perawat perhari di

rungan Dahlia II idealnya adalah 43 orang perhari, ditambah 1 karu dan 1 wakaru

jadi 43 orang perhari. Sedangkan saat ini perawat yang ada di ruangan Dahlia II

perhari ada 21 orang, dimana kebutuhan perawat di ruang Dahlia II masih kurang 25

orang perharinya.

2. Sarana Dan Prasarana (M2-Material)

a. Lokasi Ruangan Dahlia II

Lokasi penerapan proses manajerial keperawatan ini dilakukan pada Ruang

Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi dengan penjelasan sebagai berikut : Ruang

Dahlia II berbentuk persegi empat, dengan nurse station terletak ditengah. Ruang

Karu menjadi satu dengan ruang administrasi berada di depan nurse station. Di

samping Ners Station terdapat kamar perawat dan dapur.

Kamar NU (Non Menular Utara)

Terdiri dari 1 kamar yang berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari pasien, dan 3

kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam ruangan.

Kamar NS (Non Menular Selatan)

Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari

pasien, dan 3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dalam keadaan rusak dan

1 kamar mandi dalam ruangan ditambah dengan 2 tabung oksigen.

Kamar Intermediate

Terdiri dari 1 kamar masing-masing berisi 4 tempat tidur, 4 meja dan almari

pasien, 3 kursi penunggu serta dilengkapi 1 wastafel dan 1 kamar mandi dalam

ruangan ditambah dengan 1 tabung oksigen.

Kamar Kelas 3

Terdiri dari 4 kamar masing-masing tiap kamar terdapat 5 tempat tidur, 5 meja

dan almari pasien, dan tiap ruangan terdapat 4-5 kursi penunggu, dan dilengkapi 1

Page 14: BAB III Fix

wastafel ditiap kamar tetapi ruang KM 2 dan KM 3 kondisi wastafel rusak, serta 2

KM pada setiap ruangan tetapi hanya 1 yang berfungsi.

Kamar Isolasi

Terdiri dari 1 kamar berisi 1 tempat tidur, 1 meja pasien, dan dilengkapi 1

wastafel dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.

Page 15: BAB III Fix

Kamar TB Paru

Terdiri dari 2 kamar masing-masing berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari

pasien dan 4 kursi penunggu pada ruang KP 2, masing-masing dilengkapi dengan

1 wastafel tetapi dalam kedaan rusak dan 1 kamar mandi serta masing-masing

kamar tersedia 1 tabung oksigen.

Kamar DM Ulkus

Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, dan 1 kursi

penunggu berada didepan kamar pasien serta dilengkapi 1 wastafel, 1 kamar

mandi dan 1 tabung oksigen.

Kamar SARS (HIV/AIDS)

Terdiri dari 1 kamar berisi 3 tempat tidur, 3 meja dan almari pasien, serta

dilengkapi 1 wastafel, dan 1 kamar mandi dalam keadaan baik.

b. Denah Ruangan Dahlia II

Gambar 2.1 Denah Ruangan Dahlia II

Page 16: BAB III Fix

c. Peralatan dan Fasilitas

Kajian Teori

Indikator yang digunakan untuk menilai perkembangan rumah sakit antara lain

dengan melihat fasilitas perawatan yang biasanya diukur dengan tempat tidurnya,

yaitu dengan membandingkan jumlah tempat tidur RS per 100.000 penduduk. Secara

umum, ratio ideal adalah sebesar 75 tempat tidur per 100.000 penduduk. Selain ratio

tersebut, perkembangan rumah sakit juga dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan

fasilitasnya.

Kajian data

Berdasarkan hasil observasi di Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi-Blitar tentang fasilitas/alat/bahan yang tersedia, dengan perincian

sebagai berikut :

Tabel 2.7

Peralatan dan Bahan yang Tersedia di ruangan Dahlia II

No Nama Barang Jumlah Kondisi Standart Prosentasi

Baik Rusak

1 Eskap 1 - 1 15 7%

2 Urinal 12 12 - 15 80%

3 Tensi Meter 4 3 1 2 200%

4 Stetoskop 4 2 2 2 200%

5 Tromol 3 2 1 2 150%

8 Section Pump 2 2 - 1 200%

9 Rawat Luka Set 1 1 - 2 50%

10 Masker 0ksigen 5 - 5 2 250%

12 Kursi roda 2 2 - 2 100%

13 Kereta Dorong 2 2 - 2 100%

14 Irigator set - - - 2 0

15 Glass Spuit 150/200 cc - - - 1 0

18 Cucing 6 3 3 15 40%

21 Ambubag 1 1 - 2 50%

22 Troly rawat luka 4 4 - 1 400%

24 Bengkok 9 2 7 8 112,5%

25 Bak instrument besar 3 - 3 2 150%

26 Bak Instrumen sedang 2 2 - 2 100%

28 Kurentang 2 2 - 2 100%

Page 17: BAB III Fix

29 Tempat Kurentang 1 1 - 2 50%

30 Timbangan BB 1 1 - 2 50%

33 ECG 1 1 - 1 100%

34 Termometer 10 3 7 28 30%

35 Tong Spatel 3 2 2 5 60%

36 Almari Obat 25 laci 2 2 - 1 200%

37 Gunting Verband 2 1 1 2 100%

39 Gunting vasia 1 1 - 2 50%

40 Matras Decubitus 1 1 - 1 100%

41 Standart Infus 43 43 - 28 154%

42 Reflek hammer - - - 1 0

43 Pispot 10 10 - 15 67%

44 Pinset Chirurgi 2 2 - 2 100%

45 Pinset anatomis 1 1 - 2 100%

46 Tempat tidur fungsional 45 45 - 28 160%

47 Kereta oksigen 3 3 - 1 300%

48 Almari instrumen 1 1 - 1 100%

49 Tempat sampah pasien 9 9 - 28 32%

50 Tempat sampah Tertutup 4 4 - 4 100%

Jumlah 196 - 34 234

Rata-Rata = 1 62 x 100% = 69%

234

Fasilitas untuk Petugas Kesehatan

Ruang administrasi berada dibagian depan ruangan nurse station

Ruang dapur dan kamar mandi/WC perawat berada disebelah nursing station

Wastafel terdiri dari 1 buah dengan keadaan baik diruang nursing station

Loker perawat terdiri dari 1 lemari dengan keadaan baik berada menjadi satu

dengan ruang ganti perawat.

Nurse station berada didepan ruang administrasi

Ruang kepala perawat menjadi satu dengan nurse station

Ruang dokter menjadi satu dengan nurse station

Ruang obat dan peralatan medis menjadi 1 dengan nurse station.

Gudang berada dibelakang nurse station

Tabel 2.8

Page 18: BAB III Fix

Inventaris Alat TenunNo Nama Barang Jumlah Kondisi Standart Prosentasi

Baik Layak Rusak

1 Sprei 134 70 50 14 140 84%

2 Selimut Tebal 1 - 1 - 8 113%

3 Selimut Lorek 34 30 4 - 100 89%

4 Sarung Bantal 136 67 60 9 168 105%

6 Sarung O2 13 10 3 - 10 90%

7 Taplak meja

Pasien

4 - 4 - 84 5%

8 Taplak meja

Petugas

4 2 2 - 6 83%

9 Steek Laken 36 25 8 3 48 38%

10 Waslap 113 100 6 7 140 64%

11 Skort Petugas 24 1 23 - 18 67%

Jumlah 499 305 161 33 722

Rata-Rata : 466 x 100 % = 64,5%

722

Table 2.9

Alat Pencatatan dan Pelaporan

No Jenis Barang Jumlah Standart Prosentase

1 Formulir Pengkajian awal 28 28 100%

2 Formulir Rencana Keperawatan 140 140 100%

3 Formulir Catatan Perkembangan Pasien 280 280 100%

4 Formulir Observasi 280 280 100%

5 Formulir Resume Keperawatan 28 28 100%

6 Formulir Catatan Pengobatan 280 280 100%

7 Formulir Medic Lengkap 28 28 100%

8 Formulir Laboraturium Lengkap 15 84 18%

9 Formulir Rontgen 95 46 207%

10 Formulir Permintaan Darah 50 28 179%

11 Formulir Keterangan Kematian 50 5 1000%

12 Resep Umum 50 84 71%

13 Resep Askes 4 bendel 10 bendel 40%

Page 19: BAB III Fix

14 Resep jamkesmas 16 bendel 10 bendel 160%

15 Resep Alat 6 Bendel 10 bendel 60%

16 Formulir Permintaan Obat 28 28 100%

17 Formulir Konsul 74 140 53%

18 Formulir Permintaan Makanan 28 28 100%

19 Buku Ekspedisi 1 10 10%

20 Buku Register Pasien 1 4 25%

21 Whiteboard 3 1 300%

22 Staples 5 2 250%

23 Pensil - 5 0

24 Pensil merah Biru - 2 0

25 Spidol Boardmaker 2 6 33%

26 Buku Folio 20 4 500%

Jumlah 1512 1571

Rata-Rata = 1512 x 100% = 96 %

1571

Analisis

Secara garis besar alat medic/keperawatan dan alat tenun yang tersedia di

ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi masih banyak yang belum memenuhi

standart untuk alat medic dengan prosentase 62% dan untuk alat tenun masih banyak

yang belum memenuhi standart dengan prosentase 64,5% sedangkan untuk alat

pencatatan dan pelaporan yang ada di ruang Dahlia II sudah memenuhi standart

dengan prosentase 96%.

Berdasarkan analisa kami adanya penambahan alat medic berupa thermometer

dan adanya penyediaan 9 botol disenfektan thermometer, sehingga dapat mencegah

terjadinya angka infeksi nosokomial.

Adapun pedoman Standar/Protap yang digunakan untuk pelayanan

keperawatan di Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar

adalah sebagai berikut :

Page 20: BAB III Fix

Tabel 2.10 SOP RSUD Ngudi Wluyo Wlingi

NO STANDART PROSEDUR OPERASIONAL (SPO) TINDAKAN

KEPERAWATAN

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

SPO membersihkan vulva

SPO memberikan obat oral

SPO pemberian oksigen nasal/sungkup

SPO pemasangan Infus

SPO memindahkan/memasukan darah(transfusi)

SPO perawatan pasien menghadapi sakaratul maut

SPO memandikan pasien ditempat tidur

SPO menghitung denyut nadi

SPO menghitung pernafasan

SPO mengukur suhu

SPO memberikan obat melalui suntikan

SPO Membersihkan Mulut

SPO Mengganti Alat Tenun

SPO Menyisir Rambut

SPO Menyuapi Pasien

SPO Menjaga Keselamatan Pasien Di Tempat Tidur

SPO Mengukur Tekanan Darah

SPO Memberi Penyuluhan Secara Individu

SPO Perawatan Luka Lembab

SPO Melakukan Bilasan Lambung

SPO Memberikan Kompres Dingin

SPO Melaksanakan Program Orientasi Kepada Pasien

SPO Melakukan Komunikasi Langsung / Lisan

SPO Mengganti Balutan Luka

SPO Memasang Kateter Kandung Kemih

SPO Perawatan Kateter Urin

SPO Melakukan Tindakan Fisioterapi Dada

SPO Melakukan Defibrilation Dan Kardioversi

SPO Persiapan Peritonial Diatisis

SPO Pemasangangan Nasogastric Tube (Ngt)

SPO Endotrachea Tube

Page 21: BAB III Fix

32

33

34

35

36

37

38

39

40

41

42

43

44

45

46

47

48

49

50

51

52

53

54

55

56

57

58

59

60

61

62

63

64

65

66

SPO Pemberian Dopamin

SPO Sarung Tangan

SPO Cuci Tangan

SPO Menerima Pasien Sebelum Pembedahan

SPO Melaksanakan Orientasi Pada Pasien Pre Operasi

SPO Fiksasi Ditempat Tidur

SPO Memasang Jas Operasi

SPO Mengawasi Tingkat Kesadaran

SPO Menutup Luka Pembedahan

SPO Bilasan Lambung

SPO Skin Test

SPO Pemasangan Ekg 12 Lead

SPO Menyiapkan Darah Untuk Pemeriksaan

SPO Menyiapkan Urine Untuk Pemeriksaan Laboratorium

SPO Menyiapkan Pasien Untuk Tindakan Pembedahan Akut

SPO Merawat Luka Bakar

SPO Pembidaian / Gips

SPO Shock Anafilaktik

SPO Dc Shock

SPO Kanulasi Vena Infus

SPO Perawatan Tracheostomie

SPO Perawatan Luka Operasi

SPO Tranfusi Darah

SPO Latihan Nafas Dalam dan Batuk Terkontrol

SPO Pemasangan NGT

SPO ROM

SPO Perawatan Luka Gangren

SPO Memberikan Suntikan Subkutan

SPO Memberikan Terapi Intra Muskular

SPO Memberikan terapi Intra Vena

SPO Memberikan Terapi Intracutan

SPO Mengatur Tetesan Infus

SPO Merawat Luka Modern

SPO Pemasangan Infus

SPO Pemasangan Kateter Pasien Pria

Page 22: BAB III Fix

67

68

SPO Pemasangan Kateter Wanita

SPO Perawatan Luka Dekubitus

Sumber:standart prosedur operasional(spo) tindakan keperawatan Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar

Analisis

Dari hasil kajian protap / standart di ruang Dahlia II secara umum untuk SOP diruang

Dahlia sudah ada, namun tidak spesifik untuk ruang Dahlia II, SOP untuk semua

ruangan di RSUD Ngudi Waluyo Wlingi.

Setelah kami melaksanakan praktek managemen diruang Dahlia II, kami sudah

melengkapi beberapa SPO yang masih kurang, yang berjumlah 15 SPO terbaru yang

ditambahkan dari sebelumnya, sehingga diharapkan perawat dapat meningkatkan

kinerjanya sesuai dengan standar SPO yang ada.

Page 23: BAB III Fix

3. Metode Asuhan Keperawatan (M3-Method)

Kajian Teori

a. Penerapan MPKP

Setelah dilakukan Role Play dengan model asuhan keperawatan yang

digunakan di ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi saat ini dengan model

tim. Penerapan MPKP mencapai 80% di dasari dengan hasil evaluasi dengan

parameter dibawah.

Tabel 13

Hasil observasi metode Tim di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

1) Penanggung jawab Ruangan (Karu)

No Tugas PJ Ruang Keperawatan yang mendukung pelaksanaan

Sistem Pemberian Asuhan Keperawatan dengan Metode Tim

Observasi KeteranganYa Tidak

1. Membagi staf kedalam beberapa tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja

2. Membuat jadwal dinas pagi, sore, malam setiap shift ada ketua timnya

Pada shift siang dan malam tidak ada ketua tim hanya ada kepala jaga saja.

3. Membagi pasien kepada masing-masing tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja

4. Memfasilitasi dan mendukung kelancaran tugas ketua tim dan pelaksana

5. Melakukan supervisi dan memberi motivasi seluruh staf kep. untuk mencapai kinerja yang optimal

6. Melakukan upaya peningkatan mutu asuhan kep. dengan melakukan evaluasi melalui angket setiap pasien pulang

7. Mendelegasikan tugas kepada ketua tim pada jaga malam S/M/HL

Karena ketua tim hanya ada pagi hari

8. Berperan sebagai konsultan JUMLAH 6 2

PROSENTASE (%) 80 20

Page 24: BAB III Fix

Hasil dari observasi setelah dilakukan Role play selama kurang lebih 10

hari, terdapat kemajuan dalam proses penerpan MPKP dengan menggunakkan

metode tim diruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi, didasari dari hasil

observasi di atas menunjukkan kemajuan 20% setelah dilakukannya role play

dengan asumsi bahwa penanggung jawab telah membagi staf kedalam beberapa

tim sesuai dengan kemampuan dan beban kerja serta melakukan tindakan sesuai

peran masing-masing.

2) Ketua Tim

No Tugas Ketua Tim yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan dengan

metode tim

Observasi KeteranganYa Tidak

1. Bertugas pada pagi, sore dan malam hari

Ketua tim hanya ada pada shift pagi saja, untuk shift siang dan malam hanya ada kepala jaga.

2. Bersama pelaksana menerima operan tugas jaga dari jaga sebelumnya

3. Bersama pelaksana melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi klien segera setelah operan

4. Bersama pelaksana melakukan doa bersama sebagai awal dan akhir tugas, dilakukan setelah operan

5. Melakukan pre conference dengan semua pelaksana yang ada dalam grupnya setiap awal dinas pagi

6. Membagi klien/tugas pada anggota tim sesuai kemampuan dan beban kerja

7. Melakukan pengkajian, menetapkan masalah/diagnosa dan perencanaan keperawatan semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada bukti di rekam keperawatan

8. Memonitor dan membimbing tugas pelaksana

9. Membantu tugas anggota tim untuk kelancaran pelaksanaan asuhan klien

10. Mengoreksi, merevisi dan melengkapi catatan askep yang dilakukan oleh anggota tim yang ada dibawah tanggungjawabnya

11. Melakukan evaluasi hasil kepada setiap klien sesuai dengan tujuan yang ada dalam perencanaan askep di rekam keperawatan

Page 25: BAB III Fix

12. Melaksanakan post conference setiap akhir dinas dan menerima lapoan akhir tugas jaga dari anggota tim untuk persiapan operan tugas jaga berikutnya

13. Mendampingi anggota tim dalam operan tugas jaga kepada tim yang tugas berikutnya

14. Memperkenalkan anggota tim yang ada dalam satu grup/yang akan merawat selama klien dirawat pada klien/kel. Baru

15. Mendelegasikan tugas kepada tim lain pada S/M/HL

Karena ketua tim hanya ada pagi hari, dan untuk shift lainnya hanya ada kepala jaga.

16. Melaksanakan pendelegasian tugas PJ Ruang pagi hari bila tidak bertugas

17. Melaksanakan tugas lain sesuai uraian tugas

JUMLAH 15 2PROSENTASE 85 15

Setelah dilakukan Role Play dan evaluasi pelaksanaan role play Ketua

Tim ruangan dengan menggunakkan metode tim diruang Dahlia II RSUD

Ngudi Waluyo Wlingi didapatkan kemajuan 10% dengan asumsi pelaksanaan

supervise, post conference dan pendelegasian secara observasi langsung telah

dilaksanakan dengan baik dengan kata lain mengalami peningkatan 10%.

3) Anggota Tim

No Tugas anggota tim yang mendukung pelaksanaan sistem pemberian asuhan keperawatan

dengan metode tim

Observasi KeteranganYa Tidak

1. Melaksanakan operan tugas setiap awal dan akhir jaga dari dan kepada kepala anggota yang jaga berikutnya

2. Melakukan konfirmasi/supervisi tentang kondisi pasien segera setelah operan

3. Melakukan doa pada awal dan akhir dinas

4. Mengikuti preconfeence yang diadakan oleh ketua tim

5. Melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada dibukti rekam keperawatan

Page 26: BAB III Fix

6. Melakukan monitoring respon pasien dan ada bukti di rekam keperawatn

7. Melakukan konsultasi tentang masalah klien/klg kepada ketua tim

8. Membimbing dan melakukan pendidikan kesehatan kepada pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada di bukti rekam keperawatan

9. Menerima keluhan klien/klg dan berusaha mengatasinya

10. Melengkapi catatan askep pada semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya

11. Melakukan evaluasi askep setiap akhir tugas pada semua pasien yang menjadi tanggungjawabnya dan ada di bukti rekam keperawatan

12. Mengikuti post conference 13. Bila ketua tim tidak ada, wajib

mengenalkan anggota tim yang ada dalam satu grup yang akan memberikan askep pada jaga berikutnya kepada klien/klg

14. Berkoordinasi dengan ketua tim/dokter/tim kesht lain bila ada masalah klien pada S/M/HL

15. Melaksanakan tugas lain sesaui uraian tugas anggota tim

JUMLAH 15 -PROSENTASE 100%

Hasil observasi setelah dilaksanakan role play yang dilakukan Tim

Manajemen Profesi Ners UMM di dapatkan peningkatan 20% dalam

melaksanakan tugas dan peran seluruh anggota tim dimana setelah dilakukan role

play, baik dari pree conference, middle, ataupun post conference terlaksana setiap

hari nya. Pelaksanaan asuhan keperawatan yang dilakukan anggota tim sudah

sangat baik didasari oleh observasi secara langsung dalam menjalankan peran

sebagai anggota tim.

b. Timbang Terima/Overan

Kajian Teori

Timbang terima (overan) merupakan teknik atau cara untuk menyampaikan

dan menerima sesuatu laporan yang berkaitan dengan keadaan pasien. Overan

pasien harus dilakukan seefektif mungkin dengan menjelaskan secara singkat,

jelas dan lengkap tentang tindakan mandiri perawat, tindakan kolaboratif yang

sudah dan yang belum dilakukan serta perkembangan pasien saat itu. Informasi

Page 27: BAB III Fix

yang disampaikan harus akurat sehingga kesinambungan asuhan keperawatan

dapat berjalan dengan sempurna, overan dilakukan oleh perawat primer

keperawatan kepada perawat primer (penanggung jawab) dinas sore atau dinas

malam secara tertulis dan lisan.

Setelah dilakukan evaluasi oleh Tim Manajemen profesi Ners UMM,

pelaksanaan timbang terima/ overran belum mengalami kemajuan, dengan

parameter di bawah:

Kajian Data

Tabel 2.22 Istrumen Timbang terima di Ruangan Dahlia II Tahun 2013

No Pernyataan JawabanYa Tidak

1 Overan dilaksanakan setiap pergantian shif √2 Prinsip overan terutama pada semua pasien baru masuk dan

pasien yang dilakukan overan khususnya pasien yang memiliki permasalahan yang belum atau dapat teratasi serta yang membutuhkan observasi lebih lanjut

3 Katim menyampaikan overan pada katim berikutnya mengenai hal yang perlu disampaikan dalam overan, meliputi

Jumlah pasien Identitas pasien dan diagnosa medis Data subyektif dan obyektif Masalah keperawatan yang masih muncul Tindak lanjut intervensi keperawatan yang sudah dan

belum dilaksanankan Interfensi kolaboratif dan dependen Rencana umum dan persiapan yang belum dilakukan

√√√

√√

4 Kelompok yang akan bertugas menyiapkan buku catatan √5 Kepala ruangan membuka acara overan √6 Perawat yang melakukan overran dapat melakukan

klarifikasi tanya jawab dan melakukan validasi terhadap hal-hal yang dioverkan

7 Penyampaian yang jelas, singkat, dan padat √8 Perawat yang melakukan overan mengkaji secara penuh

terhadap masalah keperawatan, kebutuhan dan tindakan yang telah atau belum dilaksanakan serta hal-hal penting lainnya selama masa perawatan

9 Lama overan untuk setiap pasien tidak lebih 5 menit kecuali pada kondisi khusus yang memerlukan keterangan yang rumit

10 Pelaporan untuk overan dituliskan secara langsung pada format overan yang di tandatangani oleh Katim yang jaga saat itu dan Katim berikutnya di ketahui oleh kepala ruangan.

Total 14 3

Page 28: BAB III Fix

Presentase 82,35 17,6

Analisis

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan timbang terima baik

sebelum dilakukan role play ataupun setelah dilakukan role play dari Tim Manajemen

Profesi Ners UMM perawat di ruangan Dahlia II tidak mengalami peningkatan dengan

persentase 82,35%. Teknik pelaksanaan timbang terima masih belum optimal, timbang

terima masih dilakukan secara bersama antar katim terutama pada pergantian shift pagi

ke shift siang, padahal idealnya di lakukan secara terpisah antara katim satu dengan katim

lainnya dan langsung di hadapan pasien dengan durasi waktu tidak lebih dari 5 menit

kecuali pada kondisi yang khusus. Hasil observasi pencapaian persentase timbang terima/

overan ini terhambat oleh kurang nya pemberian kewenangan Tim Manajemen sebagai

leader saat timbang terima dilakukan, dengan demikian presentase dalam timbang terima

ini belum mengalami kemajuan. Dalam mengatasi masalah tersebut, salah satu

pertimbangan yang seharusnya diberikan oleh perawat di Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo

Blitar ini adalah pelimpahan wewenang Tim Manajemen sebagai leader dalam

pelaksanaan overran sehingga dalam pelaksanaan overran yang uptodate bisa diterima

dengan baik.

c. Ronde Keperawatan

Setelah dilakukan role play dalam pelaksanaan Ronde Keperawatan di Ruang Dahlia

II RSUD Ngudi Waluyo Blitar, didapatkan hasil evaluasi Ronde Keperawatan mengalami

peningkatan dengan parameter sebagai berikut:

Hasil Evaluasi setelah dilakukan Role play.

Tabel 2.22 Istrumen Ronde Keperawatan di Ruangan Dahlia II Tahun 2013

No ASPEK YANG DINILAIJawaban

KETYa Tidak

A. PERSIAPAN

1. Menentukan jadwal ronde keperawatan

2. Memilih pasien yang akan dipakai ronde

3. Membuat kontrak dengan inform consent

untuk pasien

4. Mencari sumber atau literature

5. Menyiapkan data mengenai kondisi pasien

Page 29: BAB III Fix

yang akan dilakukan ronde keperawatan

6. Mempersiapkan tempat yang cukup sesuai

jumlah peserta ronde

7. Menyiapkan alat yang diperlukan

8. Mengatur lingkungan fisik untuk ronde

keperawatan sehingga mudah dilihat dan

didengar oleh peserta

B. PELAKSANAAN

9. Membuka kegiatan ronde dengan

mengucapkan salam

10. Menjelaskan tentang kegiatan, waktu, tujuan

ronde keperawatan (tidak didepan pasien)

11. Menjelaskan hasil yang diharapkan dari hasil

ronde

12. Menjelaskan tentang pasien oleh perawat

pelaksana yang difokuskan pada masalah

keperawatan dan rencana tindakan yang akan

dilaksanakan dan atau telah dilaksanakan serta

memilih prioritas yang perlu didiskusikan

13. Mengajak peserta menuju ruang pasien

14. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan

berdiskusi pada peserta yang lain,

keluarga/pasien

C. EVALUASI

15. Menyimpulkan kegiatan ronde keperawatan

(tidak didepan pasien)

16. Membuat rencana tindakan lanjut setelah

kegiatan ronde keperawatan

17. Menutup kegiatan ronde keperawatan

Total nilai 17

Presentas 100%

Rata-rata

Page 30: BAB III Fix

Analisis

Berdasarkan hasil evaluasi setelah dilakukan Role play dalam pelaksanaan Ronde

Keperawatan pada kasus Ny.S, hasil yang signifikan didapatkan 100% dalam

keberhasilan pelaksanaan Ronde Keperawatan, namun dalam pelaksanaan role play

Ronde Keperawatan ini terdapat beberapa hambatan yakni Tim dari Farmasi dan Dokter

tidak mengikuti jalannya pelaksanaan Ronde Keperawatan, hal ini yang menjadi salah

satu hambatan yang mempunyai dampak yang signifikan dalam keberhasilan

pelaksanaan Ronde Keperawatan, akan tetapi beberapa rangkaian yang telah di tetapkan

dalam prosedur pelaksanaan Ronde Keperawatan ini telah terlaksana dengan baik.

d. Sentralisasi Obat

Hasil evaluasi setelah dilakukan Role Play dari Tim Manajemen Keperawatan

Profesi Ners UMM di dapatkan bahwasannya dalam pelaksanaan sentralisasi obat

yang dilaksanakan di ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Hasil Evaluasi Data

Tabel 2.25 pengolaaan Sentralisasi Obat di ruang Dahlia II tahun 2013

No Pernyataan Jawaban Ya Tidak

1 Penanggung jawab pengelolaan obat adalah kepala ruangan yang secara opresional dapat didelegasikan pada staf yang ditunjuk

2 Keluarga wajib mengetahui dan ikut serta mengontrol penggunaan obat

3 Penerimaan ObatObat yang telah diresepkan dan telah diambil oleh keluarga diserahkan kepada perawat dengan menerima lembar serah terima obat.

Perawat menuliskan nama pasien, register, jenis obat, jumlah dan sediaaan (bila perlu) dalam kartu 34ontrol; dan diketahiu (ditanda tangani) oleh keluarga atau klien dalam buku masuk obat, keluarga atau klien selanjutnya mendapatkan penjelasan kapan/bilamana obat tersebut akan abis

Klien atau keluarga untuk selanjutnya mendapatkan salinan obat yang harus diminum beserta kartu kendali sedian obat.

Obat yang telah diserahkan selanjutnya disimpan oleh perawat dalam kotak obat.

4 Pembagian ObatObat yang telah diterima untuk selanjutnya disalin dalam buku daftar pemberian obat

Obat-obatan yang telah disimpan untuk selanjutnya diberikan oleh perawat dengan memperhatikan alur yang terncana dalam buku daftar pemberian obat, dengan terlebih dahulu dicocokan dengan terapi di instruksi dokter dan kartu obat yang ada pada

Page 31: BAB III Fix

klien.Pada saat pemberian obat, perawat menjelaskan macam obat, kegunaan obat, jumlah obat, dan effek samping. Usahakan tempat atau wadah obat kembali keperawat setelah obat dikonsumsi. Pantau adanya efek samping pada pasien.

Sedian obat yang ada selanjutnga dicek tiap pagi oleh kepala ruangan atau petugas yang ditunjuk dan didokumentasikan dalam buku masuk obat. Obat-obatan yang 35ontro habis akan didokumentasikan pada keluarga dan kemudian dimintakan kepada dokter penanggung jawab pasien.

5 Penambahan obat baruBilamana terdapat penambahan atau perubahan jenis, dosiis atau perubahan route pemberian obat, maka informasi ini akan dimasukan dalam buku masuk obat dan sekaligus dilakukan perubahan dalam kartu sedian obat

Pada pemberian obat yang bersifat tidak rutin maka dokumentasi hanya dilakukan pada buku obat dan selanjutnya diinformasikan kepada keluarga

6 Obat disebut khusus apabila, sediaan memiliki harga yang cukup mahal menggunakan route pemberian yang cukup sulit, memiliki efek samping yang cukup besar atau hanya di berikan dalam waktu tertentu saja.

Pemberian obat khusus dilakukan dengan menggunakan kartu khusus obat, dilaksanakan oleh perawat pelaksana

Informasi yang diberikan pada klien atau keluarga : nama obat, kegunaan obat, waktu pemberian, efek samping, penanggung jawab pemberian dan wadah obat sebaiknya diserahkan atau ditunjuk pada keluarga setelah pemberian.

Usahakan terdapat saksi keluarga saat pemberian obat pada pasien

Total 14 2Presentase 85% 15%Rata-rata

Analisis

Hasil evaluasi setelah dilakukan role play dalam pelaksanaan sentralisasi obat

mengalami peningkatan 10% dengan parameter di atas, bahwasannya pelaksanaan

sentralisasi obat yang dilakukan di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

telah mengalami peningkatan dimana pemberian informasi tentang nama, kegunaan,

efek samping obat dilakukan oleh perawat pelaksana kepada keluarga pasien.

Dengan peningkatan 10% masih perlu ditingkatkan lagi untuk mencapai standart

pelayanan sentralisasi obat yang optimal.

Page 32: BAB III Fix

e. Discharge Plaining

Kajian teori

Discharge Planning adalah suatu proses dimana mulainya pasien mendapatkan

pelayanan kesehatan yang diikuti dengan kesinambungan perawatan baik dalam

proses penyembuhan maupun dalam mempertahankan derajat kesehatannya sampai

pasien merasa siap untuk kembali ke lingkungannya.

Tujuan Discharge Planning Adalah meningkatkan kontinuitas perawatan,

meningkatkan kualitas perawatan dan memaksimalkan manfaat sumber pelayanan

kesehatan. Discharge Planning dapat mengurangi hari rawatan pasien, mencegah

kekambuhan, meningkatkan perkembangan kondisi kesehatan pasien dan

menurunkan beban perawatan pada keluarga.

Kajian Data

Tabel 2.26 Rekapitulasi Istrumen Penilaian Discharge Plaining

Di Ruang Dahlia II tahun 2013

No Daftar Pertanyaan Jawaban KetYa Tidak

1 Nomor Register √ -2 Nama Pasein √ -3 Jenis Kelamin √ -4 Tanggal MRS √ -5 Tangggal KRS √ -6 Diangnosa MRS √ -7 Diangnosa KRS √8 Keadaan waktu Pulang √ -9 Tempat dan tanggal 36control setelah

pulang- √

10 Tindakan keperawatn di rumah √11 Aturan diet atau nutrisi √12 Obat-obatan yang harus diminum, jumlah

dan aturan minum√ -

13 Aktifitas istrahat √14 Yang harus dibawa pulang √ -15 Leaflet Discharge Planning √16 Leaflet Penyakit Pasien √

Jumlah 15 1Prosentase 92,3% 6,7%

Analisis

Page 33: BAB III Fix

Seteelah dilakukan tindakan bermain peran selama 2 minggu praktek di ruang

dahlia 2, dari hasil sebelum ronde didapatkan 92, 3 % tindakan discarge planing yang

suda dilaksanakan sedangkan sebelum dilakukan discarge planing sebanyak 56,25%

discharge planning sudah cukup sesuai dengan SOP, sedangkan sebelum bermain

peran data discharge planing yang belum dilaksanakan sesuai SOP adalah 43,75%

dan setelah dilakukan bermain peran adalah 6,7 %.

Maka dapat di simpulakan setelah dilakukan bermain peran MAKP di ruangan

dahlia 2 terjadi peningkatan discharge planing pada pasien yang sesuai SOP sebesar

92,3%.

Kami menyarankan untuk discharge planing berikutnya agar perawat membuat

jadwal kunjungan ulang ke Rumah sakit atau kontrol, terutama buat penyakit-

penyakit yang kronis agar tindakan keperewatan dan kolaboratif dapat berjalan

secara komprehensif untuk kesembuhan dan kesejahtraan kesehatan pasien demi

mengurangi penyakit itu sendiri atau komplikasi lanjut.

a) Penerimaan Pasien Baru

Kajian Teori

Penerimaan pasien baru adalah suatu cara dalam menerima kedatangan pasien

baru pada suatu rungan dalam penerimaan pasien baru disampaikan beberapa hal

mengenai orientasi ruangan, perawatan, medis, dan tata tertib ruangan.

Tahap penerimaan pasien baru :

Menyiapkan kelengkapan administrasi

Menyiapkan kelengkapan kamar sesuai pesanan

Menyiapkan format penerimaan pasien baru

Menyiapkan format pengkajian

Menyiapkan informed consent sentralisasi obat

Menyiapkan nursing kit

Menyiapkan lembar tata tertib pasien dan pengunjung

Kajian Data

Tabel 2.27 Rekapitulasi penerimaan pasien baru di Ruangan Dahlia tahun 2013

Page 34: BAB III Fix

No. Aspek yang DinilaiJawaban

KeteranganYa Tidak

Tahap Persiapan1. Karu memberitahu Katim ada pasien baru √2. Katim menyiapkan hal-hal yang diperlukan

dalam penerimaan pasien baru, diantaranya lembar pasien masuk rumah sakit, lembar pengkajian, lembar inform consent, status pasien, nursing kit, lembar tata tertib pasien, lembar kepuasan pasien

3 Karu meminta bantuan Katim untuk mempersiapkan tempat tidur pasien baru

4 Karu menanyakan kembali kepada Katim tentang kelengkapan untuk menerima pasien baru

5 Katim menyebutkan hal-hal yang telah dipersiapkan

6 Katim membawa buku pedoman pasien baru ketika menemui pasien dan keluarga

√ belum tersedia buku pedoman orientasi pasien baru

Tahap Pelaksanaan7 Karu dengan katim menyambut pasien dan

keluarga dengan memberi salam serta memperkenalkan diri katim pada klien dan keluarga

8 Katim menunjukkan atau orientasi tempat dan fasilitas yang ada di ruangan kemudian perawat pelaksana mengisi lembar pasien masuk serta menjelaskan mengenai beberapa hal yang tercantum dalam lembar penerimaan pasien baru

9 Ditempat tidur pasien katim melakukan anamnessa dengan bantuan perawat pelaksana

10 Katim, pasien dan keluarga menandatangani lembar penerimaan pasien baru

Total 9 1Presentase 90% 10%Rata-rata 90,5%

Analisis

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa prosentase pelaksanaan penerimaan

pasien baru sesuai dengan SOP adalah sebesar 90 % dan 10 % belum terlaksan.

Maka dapat disimpulkan penerimaan pasien baru di runag dahlia 2 setelah dilakukan

bermain peran selama 2 minggu didapatkan hasil, terjadi perubahan dalam

penerimaan pasien baru dengan katagori baik, dingan data awal tindakan yang

dilakukan dalam penerimaan pasien baru sesui SOP adalah 50 % dan setelah bermain

peran menjadi 90 %.

Page 35: BAB III Fix

Saran buat tindakan lanjut di runagan agar membuat buku panduan penerimaan

pasien baru agar terencana sesuai SOP penerimaan pasien baru atau dapat

mensosialisasikan ke perawatan ruangan pada saat preconfrens di ruangan.

f. Supervisi

Kajian teori

Supervisi klinis adalah proses formal dukungan dan pembelajaran profesional

yang memungkinkan praktisi individu untuk mengembangkan pengetahuan dan

kompetensi, mengasumsikan tanggungjawab untuk praktek mereka sendiri dan

meningkatkan perlindungan dan keamanan perawatan konsumen pada situasi klinik

yang kompleks (DH, 1993).

Tujuan Supervisi Klinis

Memotivasi perawat

Melakukan perawatan yang berpusat pada klien dan berfokus pada standar

perlindungan klien.

Memperbaiki pemberian pelayanan melalui penggunaan sistem evaluasi

Peluang pembelajaran baru

Memperbaiki penerimaan dan pengurangan staf

Memperbaiki efektifitas dan efisiensi

Kajian data

Tabel 2.28 Rekapitulasi Supervisi di Ruangan Dahlia tahun 2013

No Daftar Pertanyaan Jawaban Ket

Ya Tidak

1 Memotivasi perawat √

2 Melakukan perawatan yang berpusat pada

klien dan berfokus pada standar

perlindungan klien

3 Memperbaiki pemberian pelayanan melalui

penggunaan system evaluasi

4 Peluang pembelajaran baru √

5 Memperbaiki penerimaan dan pengurangan

staf

6 Memperbaiki efektifitas dan efisiensi √

Jumlah 6

Prosentase 100%

Page 36: BAB III Fix

Analisa

Setelah dilakukan bermain peran MAKP tentang supervisi di ruanagn dahlia 2

didapatkan hasil supervisi suda sangat berjan bagus dengan prosentasi hasil 100 %.

Saran buat tindakan lanjut untuk membuat SOP supervisi secara komprehensif di

mulai dari karu mensupervisi katim 1,2,dan 3 selanjutnya para masing-masing katim

mensupervisi tindakan perawata pelaksana di ruangan.

Dokumentasi

Kajian Teori

Pendokumentasian adalah komunikasi, proses keperawatan dan stadart asuhan

keperawatan. Efektifitas dan efisiensi sangat bermanfaat dalam mengumpulkan

informasi yang relevan serta akan meningkatkan kualitas dokumentasi keperawatan.

Tujuan Dokumentasi

Mendokumentasikan asuhan keperawatan (pendekatan proses keperawatan)

Mendokumentasikan pengkajian keperawatan

Mendokumentasikan diagnosis keperawatan

Mendokumentasikan perencanaan keperawatan

Mendokumentasikan pelaksanaan keperawatan

Mendokumentasikan evaluasi keperawatan

Mendokumentasikan pengelolaan logistic dan obat

Mendokumentasikan he (health education) melalui kegiatan perencanaan pulang

Mendokumentasikan timbang terima (pergantian shift)

Mendokumentasikan kegiatan supervise

Mendokumentasikan kegiatan penyelesaian kasus melalui ronde keperawatan.

Kajian Data

Dari hasil wawancara yang dilakukan, model dokumentasi keperawatan yang

digunakan di ruang dahlia II RSUD Ngudi waluyo Wlingi adalah model dokumentasi

SOR (Source Oriented Report). Dokumentasi keperawatan yang dilakukan pada

pengkajian belum spesifik pada sistem head to toe, namun telah dilengkapi dengan

format diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi sampai evaluasi

menggunakan SOAP. Standar Asuhan Keperawatan untuk 10 penyakit terbesar

sudah ada tetapi masih menggunakan referensi tahun 2010 dan belum menggunakan

standar asuhan keperawatan NANDA, NIC, NOC serta sistem pendokumentasian

masih dilakukan secara manual (belum ada komputerisasi). Belum adanya pelatihan

tentang pendokumentasian keperawatan bagi perawat yang ada diruang Dahlia II.

Page 37: BAB III Fix

Berdasarkan wawancara, perawat mau mempelajari Nanda, NIC,NOC apabila ada

pelatihan serta ada buku panduan yang diberikan.

Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status klien yang telah dirawat lebih dari 3

hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia II, data didapatkan dari RM yang

berada di Medical Record. Hasil studi dokumentasi seperti pada tabel berikut:

Beberapa SAK yang sudah ada belum direvisi dan belum mengacu pada

NANDA 2012-2013 serta belum menggunakan NOC dan NIC.

Tabel 2.15 Daftar 10 kasus terbanyak dalam 1 bulan terakhir dari bulan Maret 2013

NO MACAM PENYAKIT JUMLAH

1. GASTRITIS 25

2. OF 25

3. DIABETES MELITUS 21

4. HIPERTENSI 20

5. CVA 19

6. GE 15

7. DYSPNEA 14

8. TB PARU 13

9. HEMATOMESIS MELENA 12

10. HF 12

LAIN-LAIN 68

Total 244

Sumber : buku laporan bulanan Ruang Dahlia II IRNA Dalam RSUD Ngudi Waluyo Wlingi-Blitar

Tabel 2.30

Hasil Penilaian Instrument Studi Dokumentasi Penerapan Standar Asuhan

Keperawatan Di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar (Instrumen A)

NoAspek yang

dinilaiHasil (%)

Standart (%)

Keterangan

1.Pengkajian

Keperawatan80 100%

Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian

Data dikelompokan (bio-psikososial-spritual). Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

2. Diagnosa Keperawatan

80 100% Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan

Diagnosa yang diangkat hanya yang prioritas Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES Merumuskan diagnosa keperawatan

Page 38: BAB III Fix

aktual/potensial

3.Perencanaan Keperawatan

80 100%

Berdasarkan Dx. Keperawatan Disusun menurut urutan prioritas Rumusan tujuan mengandung komponen

pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria

Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci, dan jelas dan atau melibatkan pasien/keluarga

Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga

Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.

4.Tindakan

Keperawatan 85 100%

Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat

tingkas dan jelas

5.Evaluasi

Keperawatan80 100%

Evaluasi mengacu pada tujuan Hasil evaluasi dicatat

6.Catatan Asuhan

keperawatan80 100%

Menulis pada format yang baku Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan

yang dilaksanakan Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah

yang baku dan benar Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat

mencantumkan tanggal dan jam dilakukannya tindakan

Total 485Rata - rata 79.9

Sumber: Status klien Ruang Dahlia II( Instrumen terlampir)

Analisa

Berdasarkan tabel diatas hasil Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status

klien yang telah dirawat lebih dari 3 hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia

II, didapatkan bahwa pendokumentasian yang ada diruang dahlia II sudah ada

peningkatan dengan prosentasi awal 76,6 % menjadi 79,9 %, terjadi sedikit

peningkatan dari segi pengkajian, impementasi dan evaluasi, namun dari segi

dagnosa keperawatan dan intervensi tidak mengalami perubahan.

Hal ini di karenakan ada beberapa kekurangan yaitu pengkajian belum

dilakukan sevara biopsikospritual dan lembaran pengkajian kurang mendukung

serta diagnosa yang tidak diperbaharui karena tidak ada buku standar diagnosa

diruanagan.

Kami menyarankan agar dilakukan suatu standar pendokumentasian secara

umum di semua ruangan, misalnya menggunakan NANDA NIC NOC dan lembar

Page 39: BAB III Fix

pengkajian head to too di ganti menggunakan contreng agar memudahkan kinerja

perawata di ruangan.

4. Keuangan (M4-Money)

Biaya perawatan pasien rawat inap ruang Dahlia II sebagian besar dari

jamkesmas, askes, jamkesda dan asuransi kesehatan lainnya.

Tabel 4.1 Daftar Fasilitas Dan Tarip Unit Rawat InapNO Uraian Jenis Pelayanan Tarif (Rp)

Kelas I Kelas II Kelas III

A. Tarif ruangan 89.000 89.000 89.000

B. Tarif konsultasi

1. Konsultasi dokter

spesialis

20.000 10.000 75.000

2. Konsultasi gizi 10.000 8.000 5.000

C. Tarif pertindakan

pelayanan/perawatan

7.900 s/d

354.130

7.000 s/d

285.00

6.600 s/d

233.100

D. Tarif tindakan operatif bedah

Operasi kecil tanpa general

anastesi

631.500 s/d

664.000

501.700 s/d

534.000

371.750 s/d

404.500

Operasi kecil dengan general

anastesi

631.500 s/d

664.000

501.700 s/d

534.000

371.750 s/d

404.500

Operasi sedang 1.302.000 s/d

1.565.600

1.115.000 s/d

1.395.600

962.000 s/d

1.225.600

Operasi khusus 3.000.000 s/d

3.314.000

2.400.000 s/d

2.804.000

1.980.000 s/d

2.294.000

Tabel 4.2 Tarif Tindakan Keperawatan Kelas 2

NO TINDAKAN BBA JRS JP TOTAL

1. Af. Cateter 5700 3300 5200

2. Af. Infus 2300 1700 3000

3. Af. NGT 5700 3300 5200

4. AF. Tampon 1000 7000 6200

5. Ambil Darah 5800 2200 9700

6. Angkat Jahitan 7000 3500 9000

Page 40: BAB III Fix

7. Antropinisasi 9000 65.000 96.000

8. Blast Pungtie 7500 7500 22.100

9. Citostatika 6300 3200 11.700

10. CPAP 4600 70.400 65.000

11. EKG 3000 20.000 19.200

12. EKG Monitor 1000 29.000 27.000

13. Ekstra Putih telur - 1300 500

14. ETT 12.900 13.100 22.000

15. Gastrik Cooling 5200 24.800 40.500

16. GDA Stik 4000 6000 9000

17. Injeksi < 6 2300 2700 9750

18. Injeksi > 6 5000 5700 13.950

19. Jasa Gizi - - 1500

20. Jaspel - - 20.000

21. Jasa Sarana - 20.000 -

22. Konseling HIV - 2000 7000

23. Konsul Gizi - - 8000

24. Lavement 6700 6300 11.000

25. Pasang infus dewasa 5500 5500 13.500

26. Pasang infus pump 13.000 35.000 42.000

27. Pasang lingkar abd - - - 27.500

28. Pasang NGT 12.500 14.500 35.250

29. Pasang o2 5500 4500 8000

30. Pasang sonde 6800 9000 14.000

31. Pasang sonde anak 6800 9000 19.000

32. Pasang syring pum 13.000 35.000 42.000

33. Pasang tampon 15.000 9200 21.500

34. Pemasangan o2 5500 4500 6000

35. Penyuluhuan KIE 1500 2000 5000

36. Plebotomi 10.000 7000 55.500

37. Pungsi/ acites 7000 35.000 110.500

38. Pungsi diag logistik 2300 27.000 12.000

39. Pungsi pleura 20.000 35.000 230.000

40. Rawat cateter 1000 7000 6500

Page 41: BAB III Fix

41. RJ 12.200 13.800 12.000

42. RJ besar 9000 27.800 32.000

43. Kamar 20.000 -

44. Visite 20.000 -

45. Makan 15.000 -

46. Jasa gizi 1500 -

47. Makan pasien - 15.000 -

48. Makan per porsi - 1500 -

49. Mandikan pasien 3000 5500 9000

50. Masukan makanan

lewat sonde

6800 9000 35.100

51. Motong kuku 1000 3000 5000

52. Merawat mata 2800 4200 6000

53. Nebulaizer 8700 11.300 22.100

54. O2 ½ tab 35.700 - -

55. O2 ¼ tab 17.850 - -

56. O2 per jam 27.500 - -

57. Observasi - 10.400 9000

58. Oksigen 71.390 - -

59. Oksigen full 71.390 - -

60. Oral hygine 2400 6600 8000

61. Pasang cateter 7500 14.500 19.000

62. Pasang dam buts 12.600 7400 12.000

63. Pasang infus

anak/bayi

5500 5500 18.000

64. Rawat luka > 40 % 69.500 43.500 77.000

65. Rawat luka < 10 % 12.500 7500 17.000

66. Rawat luka > 10-20

%

17.500 9500 18.000

67. Rawat luka > 20-40 % 34.000 39.000 68.000

68. Rawat luka ganggren 17.300 33.700 11.700

69. Rawat luka kecil 7500 3500 11.700

60. Rawat luka sedang 7700 8000 13.400

61. Rectal tounce 9000 5600 13.000

Page 42: BAB III Fix

62. Resusitasi 4600 70.400 65.000

63. Rjp 4000 73.000 100.000

64. Skiren 10.500 1000 11.700

65. Skiren kepala 10.500 1000 10.000

66. Stron uap + suction 7000 19.000 23.000

67. Suction 1400 15.000 12.000

68. Tranfusi 10.000 7000 22.500

69. TTV - 3000 9500

70. Treadmel - 137.000 118.000

71. Visite - - 20.000

72. Vulva Hiygine 7.100 7900 13.000

Tabel 4.3 Tarif Tindakan Keperawatan Kelas 3

NO TINDAKAN BBA JRS JP TOTAL

1. Af. Cateter 5700 3300 4000

2. Af. Infus 2300 1700 2600

3. Af. NGT 5700 3300 4000

4. AF. Tampon 1000 7000 4800

5. Ambil Darah 5800 2200 7500

6. Angkat Jahitan 7000 3500 6500

7. Antropinisasi 9000 65.000 73.950

8. Blast Pungtie 7500 7500 16.900

9. Citostatika 6300 3200 9750

10. CPAP 4600 70.400 5000

11. EKG 3000 20.000 15.600

12. EKG Monitor 1000 29.000 20.000

13. Ekstra Putih telur - 1300 500

14. ETT 12.900 13.100 17.000

15. Gastrik Cooling 5200 24.800 30.000

Page 43: BAB III Fix

16. GDA Stik 4000 6000 7000

17. Injeksi < 6 2300 2700 7500

18. Injeksi > 6 5000 5700 10.000

19. Jasa Gizi - - 1500

20. Jaspel - - 10.000

21. Jasa Sarana - 8500 -

22. Konseling HIV - 2000 5000

23. Konsul Gizi - - 5000

24. Lavement 6700 6300 86.000

25. Pasang infus dewasa 25.500 5500 10.500

26. Pasang infus pump 13.000 35.000 32.000

27. Pasang lingkar abd - - - 27.500

28. Pasang NGT 12.500 14.500 27.000

29. Pasang o2 5500 4500 6000

30. Pasang sonde 6800 9000 11.000

31. Pasang sonde anak 6800 9000 14.000

32. Pasang syring pum 13.000 35.000 32.000

33. Pasang tampon 15.000 9200 16.300

34. Pemasangan o2 4500 4500 6000

35. Penyuluhuan KIE 1500 2000 4000

36. Plebotomi 10.000 7000 42.000

37. Pungsi/ acites 7000 35.000 84.000

38. Pungsi diag logistik 2300 27.000 7000

39. Pungsi pleura 20.000 35.000 178.100

40. Rawat cateter 1000 7000 5000

41. RJ 12.200 13.800 1000

42. RJ besar 9000 27.800 24.500

Page 44: BAB III Fix

43. Kamar 20.000 -

44. Visite 20.000 -

45. Makan 15.000 -

46. Jasa gizi 1500 -

47. Makan pasien - 12.000 -

48. Makan per porsi - 4000 -

49. Mandikan pasien 3000 5500 7000

50. Masukan makanan lewat sonde

6800 9000 10.500

51. Motong kuku 1000 3000 4000

52. Merawat mata 2800 4200 4600

53. Nebulaizer 8700 11.300 16.900

54. O2 ½ tab 35.700 - -

55. O2 ¼ tab 17.850 - -

56. O2 per jam 27.500 - -

57. Observasi - 10.400 7000

58. Oksigen 71.390 - -

59. Oksigen full 71.390 - -

60. Oral hygine 2400 6600 6000

61. Pasang cateter 7500 14.500 14.600

62. Pasang dam buts 12.600 7400 10.000

63. Pasang infus anak/bayi

5500 5500 14.000

64. Rawat luka > 40 % 69.500 43.500 52.000

65. Rawat luka < 10 % 12.500 7500 10.000

66. Rawat luka >10-20 % 17.500 9500 12.000

67. Rawat luka > 20-40 % 34.000 39.000 35.000

68. Rawat luka ganggren 17.300 33.700 3400

Page 45: BAB III Fix

69. Rawat luka kecil 7500 3500 6700

60. Rawat luka sedang 7700 8000 10.300

61. Rectal tounce 9000 5600 10.000

62. Resusitasi 4600 70.400 50.000

63. Rjp 4000 73.000 77.000

64. Skiren 10.500 1000 7500

65. Skiren kepala 10.500 1000 8000

66. Stron uap + suction 7000 19.000 17.000

67. Suction 1400 15.000 9400

68. Tranfusi 10.000 7000 16.500

69. TTV - 3000 91.000

70. Treadmel - 137.000 7000

71. Visite - - 10.000

72. Vulva Hiygine 7.100 7900 10.000

5. Pemasaran (M5-Marketing, termasuk mutu)

1. Efisiensi Ruang Rawat Inap (BOR,LOS,TOI,BTO)

Kajian Teori

Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan

yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.

a) BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukan tinggi rendahnya pemanfaatan

tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam jangka waktu tertentu, bila

nilai ini mendekati 100 % berarti ideal. Standar untuk BOR dalam satu tahun

adalah: 75 - 85 % (menurut Barber Jhonson).

Rumus Menghitung BOR menurut Depkes

BOR = jumlah hari perawatan X 100 %

Jumlah TT X jml hari dalam satuan waktu

b) ALOS (Average Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya perawatan

setiap klien, Lama waktu rawat yang baik maksimum 12 hari, Standar untuk

rumah sakit dalam satu tahun adalah 3-12 hari (menurut Barber Jhonson)

c) TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur

kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh klien sampai

Page 46: BAB III Fix

dengan diisi lagi. Standar 1-3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun

(menurut Barber Jhonson).

Rumus Menghitung TOI menurut Depkes

TOI = (jumlah TT X hari) – hari perawatan

Jumlah pasien keluar (hidup/mati)

d) BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur rumah

sakit dalam satu satuan waktu tertentu. Jadi BTO memberikan gambaran

tentang tingkat pemakaian tempat tidur rumah sakit. Standar 30 pasien/TT

untuk rumah sakit dalam satu tahun (menurut Barber Jhonson), sedangkan

menurut Depkes RI 40-50 pasien.

Rumus Menghitung BTO menurut Depkes

BTO = jumlah pasien keluar (hidup/mati)

Jumlah TT

Tabel 2.28

Indikator Efisiensi Ruang (Standar Nasional Menurut Barber Johnson)

No Indikator Standar

1. BOR 75-85%

2. LOS 3-12 hari

3. TOI 1-3 hari

4. BTO 30 pasien

Sumber : Depkes RI

Makna daripada grafik Barber Johnson :

1. Makin dekat grafik percentage bed occupancy dengan Y ordinat, maka

percentage bed occupancy makin tinggi

2. Makin dekat grafik throughput (BTO) dengan titik sumbu, maka discharges

menunjukkan makin tinggi jumlahnya

3. Jika rata-rata turnover interval tetap, tetapi length of stay berkurang, maka

percentage bed occupancy akan menurun (Benjamin dan Perkins, 1961)

Page 47: BAB III Fix

4. Bilamana turnover tinggi, kemungkinan disebabkan karena organisasi yang

kurang baik, kurangnya permintaan (demand) akan tempat tidur atau kebutuhan

tempat tidur darurat (the level and pattern of emergency bed requirements).

Turninterval yang tinggi dapat diturunkan dengan mengadakan perbaikan

organisasi tanpa mempengaruhi length of stay

5. Bertambahnya length of stay disebabkan karena kelambanan administrasi

(administrative delays) di rumah sakit, kurang baiknya perencanaan dalam

memberikan pelayanan kepada pasien (patent scheduling) atau kebijaksanaan

dibidang medis

6. Pada grafik Barber Johnson, terdapat suatu daerah yang dibatasi garis :

a. Turnover interval = 1 hari

b. Turnover interval = 3 hari

c. Percentage bed occupancy minimal 75 %

d. LOS = 3 hari (pada titik paling bawah)

7. Menurut Barber Johnson grafik yang berada diluar daerah ini menunjukkan

bahwa pelayanan rawat inap di ruang tersebut tidak efisien

Disetiap ruangan/bangsal harus membuat grafik barber johnson dengan

cara:

1. Setiap pukul 24.00 hitung dan catat jumlah bed (TT) yang terisi, jumlahkan

dalam 1 bulan

2. Hailnya dibagi jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan, sehingga diperoleh

rata-rata TT terisi = O

3. Hitung dan catat pasien keluar (hidup + mati), jumlahnya = D

4. Hitung rata-rata TT yang siap pakai dalam 1 bulan = A

5. Hitung LOS = L dengan rumus

L = O X t

D

t = jumlah hari perhitungan (missal 30 atau 31 atau 365)

6. Hitung TOI dengan rumus

T = (A-O) X t

D

7. Hitung BOR dengan rumus

BOR = O X 100

TT

8. Hitung BTO dengan rumus

Page 48: BAB III Fix

BTO = D

A

LOS = Length of stay = lamanya rerata pasien dirawat

TOI = Turn over interval = lamanya rerata TT kosong

BOR = Bed occupancy rate = prosentase TT terisi

BTO = Bed turn over rate = rerata jumlah pasien yang menggunakan TT.

Pasien dirawat yang keluar hidup dan mati dibagi TT yang siap pakai

9. Bila pertemuan keempat titik-titik tersebut berada di dalam kotak Barber

Johnson, berarti efisien dan sebaliknya

Kajian Data

Pelanggan yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan di RSUD Ngudi

Waluyo Wlingi sebagian besar berasal dari Jawa timur khususnya daerah Blitar,

tetapi ada sebagian yang berasal dari luar kabupaten, usia pelanggannya juga

bervariasi. RSUD Ngudi Waluyo Wlingi merupakan Rumah sakit tipe B yang

memiliki sarana dan prasaranan yang menunjang serta bukan sebagai RS

pendidikan. Dilain pihak perawat tidak memiliki tugas khusus sebagai tim

marketing secara langsung untuk mencari pelanggan dalam mencari pelayanan

jasa kesehatan. Perawat memeberikan pelayanan seoptimal mungkin dengan

memeberikan perawatan secara paripurna, sehingga pelayanan diruangan layak

untuk dipromosikan sebagai bahan pemasaran untuk mencari pelanggan.

Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu pelayanan kesehatan

yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi

Blitar pada Bulan Oktober 2012– Maret 2013 adalah sebagai berikut :

Tabel 2.29 Efisiensi Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar

Pada Bulan Oktober 2012 – Maret 2013

Barber Johnson

No IndikatorPencapaian Kegiatan

Okt Nov Des Jan Feb Mart1 Jumlah

Tempat tidur38 38 38 38 38 38

2 Jumlah Hari perawatan

1291 1034 1274 1265 1187 1197

3 Jumlah lama dirawat

1094 845 1058 1056 990 1008

4 Rata-rata tempat tidur terisi

- - - 40,81 42,40 38,61

Page 49: BAB III Fix

5 Jumlah pasien keluar hidup dan mati

192 197 217 2211 203 247

6 Rata-rata tempat tidur kosong

- - - 2,81 4,40 1,8

7 BOR (standar 75-85%)

1,345%

1,007%

1,33%

131,7%

111,5%

101,6%

8 ALOS(standar 3-12 hari)

5,69 4,29 4,875 4,87 4,88 4,08

9 BOT(standar 30 pasien/tahun)

5,053 5,184 5,71 5,815 5,33 6,5

10 TOI(standar 1-3 hari)

0,303 0,088 1,45 1,4 0,66 0,07

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II tahun 2012-2013

Analisis

Berdasarkan teori BOR (Bed Occupancy Rate) bila nilai ini mendekati 100

% berarti ideal. Standar untuk BOR dalam satu tahun adalah: 75 - 85 % (menurut

Barber Jhonson) dan berdasarkan hasil pengkajian yang terlihat pada tabel 2.29

BOR di ruangan Dahlia II pada bulan januari 131,7 % berarti lebih dari ideal, dan

pada bulan februari 111,5%, maret 101,6% , sedangkan pada bulan oktober

1,345%, november 1,007%, desember 1,33% tidak memenuhi standar.

Berdasarkan teori ALOS standar untuk rumah sakit dalam satu tahun

adalah 3-12 hari (menurut Barber Jhonson) dan berdasarkan hasil pengkajian yang

terlihat pada tabel 2.29 ALOS di Ruang Dahlia pada bulan oktober 2012 s/d bulan

maret 2013 sudah memenuhi standar.

Berdasarkan teori TOI (Turn Over Interval) standar 1-3 hari untuk rumah

sakit dalam satu tahun (menurut Barber Jhonson) dan berdasarkan hasil

pengkajian yang terlihat pada tabel 2.29 TOI di Ruang Dahlia II pada bulan

desember dan januari sudah memenuhi standar, sedangkan pada bulan oktober,

november, februari dan maret tidak memenuhi standar.

Berdasarkan teori BTO (Bed Turn Over) standar 30 pasien/TT untuk

rumah sakit dalam satu tahun (menurut Barber Jhonson), sedangkan menurut

Depkes RI 40-50 pasien dan berdasarkan hasil pengkajian yang terlihat pada tabel

2.29 BTO di Ruang Dahlia II pada bulan oktober s/d bulan Maret (selama 6

bulan) total 34 pasien artinya melebihi dari standar yang ditentukan.

2. Mutu Pelayanan Keperawatan

a. Upaya pengendalian Inos

Kajian teori

Page 50: BAB III Fix

Pengendalian infeksi nosokomial merupakana kegiatan perencanaan,

pelaksanaan, pengawasan, dan pembinaan denga tujuan untuk menurunkan

kejadian infeksi nosokomial.

Pengendalian infeksi sudah dilakukan sejak lama di AS sedangkan di

Indonesia baru mulai dilakukan pada tahun 1980an dan dianggap sebagai salah

satu managemen resiko dan kendali mutu pelayanan rumah sakit.

Upaya pengendalian / pemberantasan infeksi nosokomial terutama

ditujukan pada penurunan laju infeksi (VAP, ISK, decubitus, MRSA, dll).

Untuk itu perlu disusun pedoman standar / kebijakan pengendalian infeksi

nosokomial, meliputi:

1. Penerapan standar precaution (cuci tangan dan penggunaan alat pelindung)

2. Isolasi precaution

3. Antiseptik dan aseptic

4. Desinfeksi dan sterilisasi

5. Edukasi

6. Antibiotik

7. Survelians

Tujuan pengendalian infeksi nosokomial ini terutama :

1. Melindungi pasien

2. Melindungi tenaga kesehatan, pengunjung

3. Mencapai cost effective

Dampak yang dapat dirasakan apabila terjadi infeksi nosokomial adalah

sebagai berikut:

1. Bagi pasien

LOS lebih panjang

Cost / pembiayaan meningkat

Penyakit lain yang mungkin lebih berbahaya daripada penyakit dasarnya

GDR meningkat

2. Bagi staff: medis dan non medis

Beban kerja bertambah

Terancam rasa aman dalam menjalankan tugas / pekerjaan

Memungkinkan terjadi tuntutan malpraktek

Instrumen 2. 30 Penerapan standart precaution pada saat tindakan

No. Kegiatan Cuci tangan

Sarung tangan

Jubah/ Celemek

Masker/Google

Steril biasa

Page 51: BAB III Fix

Perawatan umum

1. Tanpa luka Memandikan /

bedding√ √

Reposisi √ √2. Luka terbuka

Memandikan / bedding

√ √ K/P

Reposisi √ √ K/P3. Perawatan perianal √ √ √4. Perawatan mulut √ √ K/P K/P5. Pemeriksaan fisik √ K/P6. Penggantian balutan

Luka operasi √ √ K/P K/P Luka decubitus √ √ K/P K/P Central line √ √ K/P K/P Arteri line √ √ K/P K/P Cateter intravena √ √ K/P K/P

Tindakan Khusus.

7. Pasang cateter urine √ √ K/P K/P8. Ganti bag urine / ostomil √ √ K/P K/P9. Pembilasan lambung √ √ K/P K/P10. Pasang NGT √ √ √ K/P11. Mengukur suhu axilia √ K/P12. Mengukur suhu rectal √ √13. Kismia √ √ K/P K/P14. Memandikan jenazah √ √ K/P K/PPerawatan saluran nafas

15. Tubbing ventilator √ √ K/P16. Suction √ √ K/P √ K/P17. Mengganti plaster ETT √ √ K/P √ K/P18. Perawatan TT √ K/P √√19. PF dengan stethoscope √ K/P20. Resusitasi √ √ √ √√21. Airway management √ √ √Perawatan Vasculer

22. Pemasangan infuse √ Lebih baik

√ K/P K/P

23. Pengambilan darah vena √ Lebih baik

√ K/P K/P

24. Punksi arteri √ Lebih baik

√ K/P K/P

25. Penyuntikan IM / IV / SC √ √26. Penggantian botol infuse √27. Pelesapan dan penggantian

selang infuse√ √

28. Percikan darah / cairan tubuh √ √ √

Page 52: BAB III Fix

29. Membuang sampah medis √ √ √30. Penanganan alat tenun. √ √ √ K/P

Kajian Data

1. Penerapan standart precaution

Berdasarkan hasil observasi diruang dahlia II pada tanggal 8 Mei 2013,

didapatkan bahwa untuk penerapan standart precaution belum berjalan

secara optimal dan belum sesuai dengan standart DEPKES yang ada,

dimana setiap perawat yang akan melakukan tindakan wajib menggunakan

APD berupa handscoon, masker dan scoret. Selain itu perawat juga

diwajibkan mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan tetapi

pada kenyataannya hal tersebut belum dilaksanakan secara optimal.

2. Isolasi precaution

Berdasarkan hasil observasi diruang dahlia II pada tanggal 8 Mei 2013,

didapatkan bahwa untuk isolasi precaution belum dilakukan secara optimal,

sebagai contoh pada saat perawat memasuki ruangan pasien penyakit

menular seperti infeksi Pulmonary tuberkulosis perawat tidak menggunakan

masker N-95 sesuai dengan standart yang ada serta tidak menggunakan

APD secara lengkap, Adapun ruang isolasi sudah ada dan digunakan sesuai

dengan fungsinya masing-masing serta memenuhi standart mulai dari

pengaturan pencahayaan sampai dengan sirkulasinya.

3. Antiseptik dan Aseptik

Berdasarkan hasil observasi diruang dahlia II pada tanggal 8 Mei 2013,

didapatkan bahwa untuk prosedur Antiseptik dan aseptik sudah dilakukan

diantaranya perawat mencuci tangan dengan sabun tetapi untuk pencegahan

INOS perawat belum melakukan prosedur antiseptik dan aseptik secara

menyeluruh diantaranya pada saat melakukan tindakan dari satu pasien ke

pasien lainnya.

4. Desinfeksi dan sterilisasi

Untuk prosedur desinfeksi sudah dilakukan tetapi masih belum optimal

diantaranya penggunaan kapas alkohol pada saat injeksi sedangkan

sterilisasi alat tidak dilakukan diruangan tetapi ada ruang khusus untuk steril

alat.

5. Edukasi

Berdasarkan survei kepuasan pasien didapatkan bahwa 5,20% pasien

mengatakan bahwa perawat sebelum melakukan tindakan terlebih dahulu

Page 53: BAB III Fix

memberi penjelasan/edukasi tentang tindakan tersebut sehingga pasien

mengetahui tindakan apa yang diberikan oleh perawat dan efek samping

yang akan dialami oleh pasien, pasien juga diberikan informe consent jika

tindakan itu membutuhkan persetujuan klien atau keluarga.

6. Antibiotik

Prosedur pemberian antibiotik diruangan dahlia II yang diberikan pada

pasien sudah sesuai dengan protap yang ada, diantaranya pasien terlebih

dahulu dilakukan skin test untuk melihat apakah pasien alergi atau tidak

dengan obat yang diberikan.

7. Survailans

Berdasarkan wawancara dengan perawat yang ada diruangan dahlia II,

belum tersedia pedoman survailance infeksi khususnya diruangan.

b. Indikator Mutu

a. Instrumen A

Kajian Teori

Instrumen A digunakan untuk mengumpulkan data agar dapat menilai

kelengkapan pendokumentasian asuhan keperawatan yang dilakukan oleh

perawat. Penilaian dilakukan dengan cara membandingkan pendokumentasian

yang ditemukan dalam rekam medik pasien dengan pendokumentasian yang

ditentukan dalam standart asuhan keperawatan.

Aspek yang dinilai dalam instrumen ini adalah: 1) Pengkajian keperawatan

2) Diagnosa keperawaatan, 3) Perencanaan keperawatan, 4) Tindakan

keperawatan, 5) Evaluasi keperawatan dan 6) Catatan asuhan keperawatan

Penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada klien menggunakan

standar praktek keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawat dalam

melaksanakan asuhan keperawatan. Standart adalah pernyataan deskriptif

mengenai tingkat penampilan yang diinginkan, kualitas struktur, proses, atau hasil

yang dapat dinilai. Standart pelayanan keperawatan adalah pernyataan deskriptif

mengenai kualitas pelayanan yang diinginkan untuk mengevaluasi pelayanan

keperawatan yang telah diberikan (Gillies, 1989). Dengan demikian standart

asuhan keperawatan dapat membuat pelayanan keperawatan menjadi lebih terarah.

Standart praktik keperawatan telah dijabarkan PPNI (2000) yaitu mengacu

pada tahapan proses keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnose

keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

Page 54: BAB III Fix

Standart I: Pengkajian Keperawatan

Perawat mengumpulkan data tentang status kesehatankien secara sistematis,

menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan.

1. Kriteria pengkajian keperawtan meliputi:

2. Mencatat data sesuai dengan pedoman pengkajian

3. Data dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spiritul)

4. Data di kaji dari pasien masuk sampai pasien pulang

5. Masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status kesehatan

dengan norma dan pola fungsi kehidupan.

Standart II: Diagnosa Keperawatan

1. Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan

2. Diagnosa keperawatn mencerminkan PE/PES

3. Merumuskan diagnosa keperawatan aktual/potensial

Standart III: Perencanaan

1. Berdasarkan diagnosa keperawatan

2. Disusun menurut urutan prioritas

3. Rumusan tujuan mengandung komponen pasien/subyek, perubahan,

perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria

4. Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kaliamat perintah, terinci

dan jelas dan atau melibatkan pasien/keluarga

5. Rencana tindakan menggambarkan keterbilatan pasien/keluarga

6. Rencana tindakan menggamabrakan kerjasama dengan tim kesehatan lain

Standart IV: Tindakan

1. Tindakan dilaksanakan mengcu pada rencana keperawatan

2. Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

3. Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi

4. Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas

Standart V: Evaluasi

1. Evaluasi mengacu pada tujuan

2. Hasil evaluasi dicatat

Standart VI: Catat Asuhan Keperawtan

1. Menulis pada format yang baku

2. Pencatatan dilakuakn sesuai dengan tindakan yang dilaksanakan

3. Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar

Page 55: BAB III Fix

4. Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat mencantumkan paraf/nama

jelas,dan tanggal jam dilakukannya tindakan

5. Berkas catatan keperawtan disimpan sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Kajian Data

Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status klien yang telah dirawat lebih

dari 3 hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia II, data didapatkan dari RM

yang berada di Medical Record. Hasil studi dokumentasi seperti pada tabel

berikut:

Page 56: BAB III Fix

Tabel 2.30

Hasil Studi Dokumentasi Asuhan Keperawatan (Instrumen A)

Di Ruang Dahlia II RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar

NoAspek yang

dinilaiHasil (%)

Standart (%)

Keterangan

1.Pengkajian

Keperawatan75 100%

Mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian

Data dikelompokan (bio-psikososial-spritual). Data dikaji sejak pasien masuk sampai pulang

2.Diagnosa

Keperawatan80 100%

Diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang telah dirumuskan

Diagnosa yang diangkat hanya yang prioritas Diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES Merumuskan diagnosa keperawatan

aktual/potensial

3.Perencanaan Keperawatan

75 100%

Berdasarkan Dx. Keperawatan Disusun menurut urutan prioritas Rumusan tujuan mengandung komponen

pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria

Rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci, dan jelas dan atau melibatkan pasien/keluarga

Rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga

Rencana tindakan menggambarkan kerja sama dengan tim kesehatan lain.

4.Tindakan

Keperawatan 70 100%

Tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana perawatan

Perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan keperawatan

Revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi Semua tindakan yang telah dilaksanakan dicatat

tingkas dan jelas

5.Evaluasi

Keperawatan80 100%

Evaluasi mengacu pada tujuan Hasil evaluasi dicatat

6.Catatan Asuhan

keperawatan80 100%

Menulis pada format yang baku Pencatatan dilakukan sesuai dengan tindakan

yang dilaksanakan Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah

yang baku dan benar Setiap melakukan tindakan/kegiatan perawat

mencantumkan tanggal dan jam dilakukannya tindakan

Total 460Rata - rata 76.6

Sumber: Status klien Ruang Dahlia II( Instrumen terlampir)

Page 57: BAB III Fix

Analisa

Berdasarkan tabel diatas hasil Studi dokumentasi dilakukan pada 6 status

klien yang telah dirawat lebih dari 3 hari dan klien sudah keluar dari ruang Dahlia

II, didapatkan bahwa pendokumentasian yang ada diruang dahlia II sudah cukup

baik dengan nilai rata-rata adalah 76,6 %.

b. Instrumen B

Kajian Teori

Kepuasan didefinisikan sebagai penilaian pasca konsumsi, bahwa suatu

produk yang dipilih dapat memenuhi atau melebihi harapan konsumen, sehingga

mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk pembelian ulang produk

yang sama. Pengertian produk mencakup barang, jasa, atau campuran antara

barang dan jasa. Produk Rumah Sakit adalah jasa pelayanan kesehatan.

Model kepuasan yang komprehensif dengan fokus utama pada pelayanan

barang dan jasa meliputi lima dimensi penilaian, sebagai berikut :

- Responsiveness (ketanggapan), yaitu kemampuan petugas memberikan

pelayanan kepada konsumen dengan cepat. Dalam pelayanan Rumah Sakit

adalah lama waktu menunggu pasien mulai dari mendaftar sampai mendapat

pelayanan tenaga kesehatan, atau bila di dalam ruang perawatan maka waktu

jeda antara keluhan yang disampaiakan oleh pasien sampai tanggapan

pelayanan yang diberikan oleh perawat jaga.

- Reliability (kehandalan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan

kepada konsumen dengan tepat. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah

penilaian pasien terhadap kemampuan tenaga kesehatan dalam hal mengatasi

masalah kesehatan yang dirasakan oleh pasien.

- Assurance (jaminan), yaitu kemampuan petugas memberikan pelayanan

kepada konsumen sehingga dipercaya yang mana pasien bebas dari bahaya

resiko dan keragu-raguan. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah kejelasan

tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan, memberikan

informasi tentang penyakit dan obatnya kepada pasien.

- Emphaty (empati), yaitu kemampuan petugas membina hubungan, perhatian,

dan memahami kebutuhan konsumen. Dalam pelayanan Rumah Sakit adalah

keramahan petugas kesehatan dalam menyapa dan berbicara, keikutsertaan

pasien dalam mengambil keputusan pengobatan, dan kebebasan pasien

Page 58: BAB III Fix

memilih tempat berobat dan tenaga kesehatan, serta kemudahan pasien rawat

inap mendapat kunjungan keluarga / temannya.

- Tangible (bukti langsung), yaitu ketersediaan sarana dan fasilitas fisik yang

dapat langsung dirasakan oleh konsumen. Dalam pelayanan Rumah Sakit

adalah kelengkapan gedung/fasilitas rumah sakit, kebersihan ruangan

perawatan, ketersediaan alat-alat medis dan ketersediaan alat-alat penunjang

medis.

Kajian Data

Evaluasi mutu pelayanan keperawatan (kepuasan pasien) di Ruang Dahlia II

telah dilakukan dengan menggunakan Instrumen B yaitu mengevaluasi tentang

persepsi klien terhadap mutu asuhan keperawatan dengan cara menyebarkan

angket kepada 20 klien yang memenuhi kriteria yaitu sudah rawat inap minimal

tiga hari, pernah bedrest dan dilakukan tindakan infus. Pada saat angket

dibagikan, klien telah diberikan penjelasan bagaimana cara mengisi angket, sesuai

dengan pengalaman klien selama dirawat di rumah sakit. Berdasarkan hasil

pengkajian pada hari selasa tanggal 7 mei 2013, didapatkan data kepuasan pasien

dari angket rumah sakit dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 2.31

Evaluasi Mutu Pelayanan Keperawatan di Ruang Dahlia II

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar

No PertanyaanJawaban

Sl % Sr % Kd % Jr % Tdk %1 Perawat

memperkenalkan diri2 1,04 2 1,76 5 7,93 0 0 11 28,9

2 Perawat memperhatikan saya dengan sepenuh hati

6 3,70 7 6,19 5 7,93 2 8,69 0 0

3 Bila saya memanggil perawat mereka segera datang

13 6,77 4 3,53 3 4,76 0 0 0 0

4 Informasi yang saya dapat dari seorang perawat dengan perawat lainnya sama

12 6,25 4 3,53 4 6,34 0 0 0 0

5 Alat-alat yang saya butuhkan antara lain pispot, urinal, alat mandi sudah siap jika saya perlukan

6 3,70 11 9,73 1 1,58 0 0 2 5,26

Page 59: BAB III Fix

6 Penjelasan perawat membuat saya bersemangat menghadapi penyakit saya

14 7,29 3 2,65 3 4,76 0 0 1 2,63

7 Perawat yang merawat saya terlihat terampil

13 6,77 6 5,30 1 1,58 0 0 0 0

8 Perawat membantu saya dalam melakukan berbagai kegiatan antara lain kebersihan diri, latihan gerak, latihan nafas dalam

5 2,60 2 1,76 6 9,52 3 6,25 4 10,5

9 Saya mendapat informasi yang jelas dari perawat tentang kondisi kesehatan saya

10 5,20 5 4,42 1 1,58 1 3,12 3 7,89

10 Perawat menjawab pertanyaan saya dengan jelas

13 6,77 4 3,53 2 3,17 1 3,12 0 0

11 Perawat menjelaskan kepada saya tentang obat-obatan yang saya gunakan

8 4,16 4 3,53 3 4,76 2 8,69 3 7,89

12 Perawat mempunyai cukup waktu untuk mendengarkan keluhan saya

4 2,08 4 3,53 10 15,87 2 8,69 0 0

13 Perawat membantu saya dalam mengatasi kekhawatiran saya

10 5,20 7 6,19 1 1,58 0 0 2 5,26

14 Perawat membuat saya tenang dalam merawat saya selama di RS

9 4,68 9 7,96 2 3,17 0 0 0 0

15 Sebelum melakukan tindakan perawat terlebih dahulu memberi penjelasan tentang tindakan tersebut

10 5,20 5 4,42 1 1,58 2 8,69 2 5,26

16 Perawat memperlakukankeluarga saya dengan baik

11 5,72 8 7,07 1 1,58 0 0 0 0

17 Perawat memberi penjelasan tentang keadaan/ peraturan ruangan/RS

6 3,70 7 6,19 1 1,58 1 3,12 5 13,1

18 Perawat pelaksana (perawat yang bertanggungjawab tentang perawatan saya) ,merawat saya diruangan ini

5 2,60 10 8,84 1 1,58 3 6,25 1 2,63

Page 60: BAB III Fix

19 Saya merasa berbagai tindakan perawat dapat mengatasi masalh saya

5 2,60 10 8,84 4 6,34 0 0 0 0

20 Perawat yang diruangan ini ramah

10 5,20 4 3,53 4 6,34 1 3,12 0 0

21 Saya mendapat penjelasan dari perawat tentang cara bagaimana saya menjaga kesehatan dirumah

5 2,60 3 2,65 3 4,76 5 15,6 4 10,5

22 Perawat menemui saya pada pagi/sore/malam hari

15 7,81 4 3,53 1 1,58 0 0 0 0

Jumlah 192 113 63 23 38 Sumber : Angket persepsi klien terhadap mutu askep dari 20 orang klien ( Instrumen terlampir)

Nilai = Jumlah Selalu+Sering X 100%

Jumlah selalu+Jumlah sering+Jumlah kadang2+Jumlah jarang+Jumlah tdk pernah

= (192+113) X 100%

429

= 71 %

Analisis

Berdasarkan data diatas mutu pelayanan keperawatan (kepuasan pasien) di

Ruang Dahlia II telah dilakukan pengkajian dengan menggunakan Instrumen B

dengan cara menyebarkan angket kepada 20 klien hasil yang didapatkan yang

terlihat pada tabel diatas tingkat kepuasan pasien terhadap mutu asuhan

keperawatan di Ruang Dahlia II yaitu rata-rata 71%, hal ini dikarenakan tingkat

kepuasan pasien atas pelayanan yang diberikan di Ruang Dahlia II cukup

memuaskan dan pelayanan yang baik pada pasien sesuai dengan motto RS

melayani dengan hati. Tetapi pada hasil kuisioner yang dibagikan yang masih

perlu untuk dibenahi yaitu sikap perawat dalam merawat pasien terlebih dahulu

memperkenalkan diri karena sebanyak 11 dari 20 pasien atau 28,9% mengatakan

perawat tidak pernah memperkenalkan diri.

c. Instrumen C

Kajian Teori

Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi tindakan

keperawatan. Observasi yang dilakukan adalah tindakan perawatan yang

dilakukan selama 2 hari. Dalam melakukan tindakan keperawatan yang baik harus

sesuai dan mengacu pada protap-protap atau standar yang telah ditetapkan dengan

hasil tindakan mencapai 100 %. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan

Page 61: BAB III Fix

mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di

rumah sakit yang telah ditetapkan Depkes RI.

Kajian Data

Menurut peraturan observasi dengan menggunakan instrumen C dilakukan

sebanyak 5 kali, namun karena keterbatasan waktu maka observasi tindakan

keperawatan hanya dilakukan selama 2 hari yaitu pada tanggal 6 - 7 Mei 2013

adalah sebagai berikut :

Tabel 2.32 Observasi Tindakan Keperawatan Ruang Dahlia II

RSUD Ngudi Waluyo Wlingi Blitar

No Perasat F Nilai % Keterangan

1 Mengganti alat tenun kotor pada tempat tidur tanpa memindahkan pasien

2 80 Alat tenun bersih yang diperlukan disusun

menurut urutan penggunaannya

Tempat tertutup untuk kain kotor

Ember berisi larutan desinfektan

Lap kerja sehelai kering dan sehelai basah

Perlak dibersihkan dengan larutan

desinfektan lalu dikeringkan dan digulung

ke tengah sejauh mungkin

Alas tempat tidur dan kasur dibersihkan

dengan lap larutan desinfektan lalu

dikeringkan dengan lap kering

Alat tenun yang kotor dimasukkan ke

dalam tempat bertutup

2 Mengukur suhu badan

2 55 Tidak membawa 3 botol yang berisi larutan sabun, desinfektan dan air bersih

Termometer tidak dicelupkan dalam larutan 3 botol tsb.

Tidak membersihkan ketiak klien

Tidak membawa bengkok

Air raksa tidak diturunkan ke nol setelah selesai pengukuran

4 Melaksanakan komunikasi secara lansung/lisan

2 60 Tidak memperkenalkan diri

Tidak menciptakan situasi lingkungan yang nyaman

Tidak menyampaikan informasi secara lengkap

5 Memberikan 2 70 Perawat tidak memberikan penjelasan

Page 62: BAB III Fix

obat oral pada klien

Perawat tidak menunggu obat ditelan habis

6 Memberikan obat suntikan

2 78 Tidak membawa kikir ampul

Tidak memberi penjelasan pada klien

Tidak memperhatikan prinsip aseptic

Tidak memposisikan jarum pada 90 derajat

7 Mengukur tekanan darah

2 91 Tidak memberi penjelasan

8 Mengukur cairan yang masuk dan keluar

2 88 Tidak memberikan penjelasan pada klien

Total 522

Rata-rata 65,25

Sumber: Hasil observasi mahasiswa dengan instrumen C (instrumen terlampir)

Analisis

Rentang kendali hasil evaluasi SAK, Ruang Dahlia II masuk dalam kategori

baik, rata-rata 70,95%. seperti terlihat pada tabel berikut :

Tabel 2.34

Rentang Kendali Hasil Evaluasi SAK di Ruang Dahlia II

RuangInstrumen Rata-rata

A B C

Ruang Dahlia II 76.6 % 71 % 65,25% 70,95%

c. Pasien Safety

Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem imana

rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi :

assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan resiko

pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak

lanjutnya serta implementasi solusi ntuk meminimalkan timbulnya resiko. Sistem

tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh

Page 63: BAB III Fix

kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang

seharusnya dilakukan.

Kejadian tidak diharapkan (adverse event ) adalah suatu kejadian yang tidak

diharapkan yang mengakibatakan cedera pasien akibat melaksanakan auatu tindakan

yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien.

Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena

tidak dapat dicegah.

Kejadian nyaris cedera (near miss) adalah suatu kesalahan akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil, yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi karena

keberuntungan, karena pencegahan atau peringanan.

Kesalahan medis (medical errors) adalah kesalahan yang terjadi dalam proses

asuhan media yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada

pasien. Kesalahan termasuk gagal melaksanankan sepenuhnya suatu rencana atau

menggunakan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya. Dapat akibat

melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya

diambil.

Data empirik membuktikan bahwa dalam sistem pelayanan kesehatan masalah-

masalah medical error ternyata sering terjadi dengan derajat yang beragam, mulai

dari yang ringan da tidak menimbulkan trauma hingga yang berat dan menyebabkan

kecacatan atau kematian pada pasien.

Indikator patient safety merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui

tingkat keselamatan pasien selama dirawat di rumah sakit. Indikator ini dapat

digunakan bersama dengan data pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan

meninggalkan rumah sakit. Indikator pasien safety bermanfaat untuk

menggambarkan besarnya masalah yang dialami pasien selama dirawat di rumah

sakit, khususnya yang berkaitan dengan berbagai tindakan medik yang berpotensi

menimbulkan resiko disisi pasien. Dengan mendasarkan pada indikator pasien safety

ini maka rumah sakit dapat menetapkan upaya-upaya yang dapat mencegah

timbulnya outcome klinik yang tidak diharapkan pada pasien.

Indikador pasien safety terdiri atas 2 jenis yaitu indikator tingkat rumah sakit

dan indkator tingkat area pelayanan.

1) Indikator tingkat rumah sakit (hospital level indikator) digunakan untuk

mengukur potensi komplikasi yang sebenarnya dapat dicegah saat pasien

mendapatkan berbagai tindakan medik di rumah sakit. Indikator ini hanya

Page 64: BAB III Fix

mencakup kasus-kasus yang merupakan diagnosis sekunder akibat terjadinya

risiko pasca tindakan medik.

2) Indikator tingkat area mencakup semua risiko komplikasi akibat tindakan

medik yang didokumentasikan di tingkat pelayanan setempat (kabupaten/kota).

Indikator ini mencakup diagnosis utama maupun diagnosis sekunder untuk

komplikasi akibat tindakan medik.

Standart keselamatan pasien rumah sakit mengacu pada “Hospital Patient

Safety Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Acreditation of Health

Organizations, Illinois USA tahun 2002, yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi

perumahsakitan di Indonesia.

Standar keselamatan pasien tersebut terdiri dari tujuh standar yaitu :

1) Hak pasien

2) Mendidik pasien dan keluarga

3) Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan

4) Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi

dan program peningkatan keselamatn pasien.

5) Peran kepemimpinan dakam meningkatkan keselamatan pasien

6) Mendidik staf tentang keselamatn pasien

7) Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan

pasien.

Terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien :

1) Bangun kesadaran akan nilai keselamata pasien

2) Pimpin dan dukung staf anda

3) Integrasikan aktifitas pengelolaan resiko

4) Kembangkan sistem pelaporan

5) Libatkan dan berkomunikasi dengan pasien

6) Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien

7) Cegah cedera melalui implemenasi sitem keselamatan pasien.

Page 65: BAB III Fix

1) Kajian Data dan Analisis

(1)Angka Kejadian Dekubitus

Tabel 2.36 Angka Kejadian DekubitusDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Jumlah kejadian

Dekubitus4 1 4 0 10 6

2 Jumlah pasien berisiko terjadi dekubitus

61 44 67 72 96 102

Presentase 6,6%

2,27%

5,97% 0% 10,41%

5,88%

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II tahun 2013

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah kejadian dekubitus pada

bulan oktober 6,6%, November 2,27%, desember 5,9%, januari 0%, februari

10,4% dan Maret 5,88%. Berarti angka tertinggi kejadian dekubitus pada bulan

februari 2013.

(2) Angka Kejadian Kesalahan Pada Pemberian Obat Oleh Perawat

Tabel 2.37 Angka Kejadian Kesalahan Pada Pemberian Obat Oleh PerawatDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Salah pasien 0 0 0 0 0 0

2 Salah waktu 0 0 0 1 0 0

3 Salah cara 0 0 0 0 0 0

4 Salah dosis 0 0 0 0 0 0

5 Salah obat 0 0 0 1 0 0

6 Salah dokumentasi 0 0 0 0 0 0

Jumlah kesalahan 0 0 0 2 0 0

Presentase 0% 0% 0% 33 % 0% 0%

Page 66: BAB III Fix

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian kesalahan

pada pemberian obat oleh perawat di ruang Dahlia II pada bulan Oktober 2012

sampai dengan bulan Maret 2013 yaitu terjadi 1 kasus pada bulan Januari dengan

presentase 33% dikarenakan terlambatnya pemberian obat dan kesalahan

pemberian obat.

(3)Angka Kejadian Pasien Jatuh

Tabel 2.38 Angka Kejadian Pasien JatuhDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Jumlah pasien jatuh 1 0 0 0 0 0

2 Jumlah pasien yang beresiko jatuh adalah pasien baru

73 13 122 131 114 151

Presentase 13% 0% 0% 0% 0% 0%

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian pasien

jatuh di ruang Dahlia II pada bulan oktober sampai dengan bulan maret 2013

hanya terjadi pada bulan oktober dengan presentase 13 %.

a. Infeksi Nosokomial

(1) Angka Kejadian Pasien Plebitis

Tabel 2.39 Angka Kejadian Pasien Plebitis Non InfeksiDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Jumlah phlebitis

non infeksi18 17 23 14 16 16

2 Jumlah pasien yang beresiko phlebitis adalah terpasang

Page 67: BAB III Fix

infuse

Intern

Extern

Total 18 17 23 14 16 16

Sumber : Laporan Bulanan Ruang dahlia II Tahun 2013.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah kejadian phlebitis non

infeksi di ruang Dahlia II pada bulan Oktober sebanyak 18, november sebanyak 17,

desember sebanyak 23, januari sebanyak 14, februari sebanyak 16 dan maret

sebanyak 16. Berarti angka tertinggi kejadian phlebitis non infeksi adalah pada bulan

Desember 2012 yaitu sebanyak 23 kasus.

(2) Infeksi Luka Operasi (ILO)

Tabel 2.40 Infeksi Luka OperasiDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Infeksi luka operasi 0 0 0 0 0 0

2 Total operasi bersh 0 0 0 0 0 0

Presentase 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah infeksi luka operasi di

ruang Dahlia II pada bulan oktober 2012 sampai dengan bulan Maret 2013 adalah

0%.

(3) Pasien Terpasang Transfusi

Page 68: BAB III Fix

Tabel 2.41 Total Pasien Terpasang TransfusiDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Reaksi transfuse 0 0 0 0 0 0

2 Terpasang Tranfusi 100 94 64 82 80 50

Presentase 0% 0% 0% 0% 0% 0%

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian reaksi

transfusi di ruang Dahlia II pada bulan Oktober sampai dengan bulan Maret 2013

adalah 0%.

(4) Infeksi Saluran Kemih

Tabel 2.42 Infeksi Saluran KemihDi Ruang Dahlia II pada Bulan Oktober 2012 s/d Bulan Maret 2013

No Variabel Tingkat Kejadian

Okt Nov Des Jan Feb Mar1 Infeksi 0 0 1 0 0 0

2 Terpasang kateter 16 15 18 10 12 15

Presentase 0% 0% 5,56% 0% 0% 0%

Sumber : Laporan Bulanan Ruang Dahlia II Tahun 2013.

Dari tabel tersebut dapat kita lihat bahwa jumlah angka kejadian infeksi

saluran kemih di ruang Dahlia II pada bulan Oktober 2012 sampai bulan Maret

2013 pernah terjadi 1 kasus infeksi pada bulan Desember 2012 dengan presentase

5,56%.