bab 1 tutor iii fix

27
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ny. Dita (27 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam dengan penyakit thypoid. Hasil pemeriksaan darah ada peningkatan titer widal. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Ners Sinta ditemukan suhu 39 o C. Klien mengatakan mual, tidak nafsu makan dan hanya menghabiskan ½ porsi. Ners Sinta membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dan berkolaborasi dengan dokter dan ahli gizi tentang pemberian obat dan diet thypoid. 1.2 Klarifikasi dan Identifikasi Istilah  Titer widal : nilai konsentrasi aglutinin dalam serum penderita thypoid - Titer : konsentrasi larutan yang diperoleh melalui proses titrasi. - Uji widal : reaksi terpajannya bakteri; reaksi antigen-antibodi dengan serum aglutinin yang menggunakan prinsip aglutinasi, khas pada thypoid.  Thypoid : - Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang menyerang usus. - Penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan Salmonella thypi (Brunner & Sudart) - Penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan Salmonella thypi dan Salmonella thypi A,B, dan C (Syaifullah Nur) - Penyakit infeksi usus melalui fecal dan oral, masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan minuman yang tercemar bakteri S. Thypi yang menyebabkan demam lebih dari 1 minggu, mengganggu saluran cerna dan lebih parah menurunkan kesadaran (Mansyur).  Diet thypoid : Segala jenis makanan yang diberikan pada penderita thypoid, tidak berlemak dan tidak pedas, tidak menambah perdarahan usus, rendah serat, disesuaika dengan kondisi klien dan berkolaborasi dengan ahli gizi dan dokter.  Penyakit dalam : cabang dan spesialisasi dari kedokteran yang menangani diagnosis dan penanganan organ dalam tanpa bedah pada pasien dewasa.  Berkolaborasi : bekerja sama

Upload: nur-annisa-fitri

Post on 20-Jul-2015

180 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 1/27

 

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang Masalah

Ny. Dita (27 tahun) dirawat di ruang penyakit dalam dengan penyakit thypoid. Hasil pemeriksaan

darah ada peningkatan titer widal. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan Ners Sinta

ditemukan suhu 39oC. Klien mengatakan mual, tidak nafsu makan dan hanya menghabiskan ½

porsi. Ners Sinta membuat rencana asuhan keperawatan pada klien dan berkolaborasi dengan dokter

dan ahli gizi tentang pemberian obat dan diet thypoid.

1.2 Klarifikasi dan Identifikasi Istilah

  Titer widal : nilai konsentrasi aglutinin dalam serum penderita thypoid

-  Titer : konsentrasi larutan yang diperoleh melalui proses titrasi.

-  Uji widal : reaksi terpajannya bakteri; reaksi antigen-antibodi dengan serum aglutinin yang

menggunakan prinsip aglutinasi, khas pada thypoid.

  Thypoid :

-  Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella thypi yang menyerang usus.

-  Penyakit infeksi sistemik yang bersifat akut yang disebabkan Salmonella thypi (Brunner &

Sudart)-  Penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan Salmonella thypi dan Salmonella thypi A,B,

dan C (Syaifullah Nur)

-  Penyakit infeksi usus melalui fecal dan oral, masuk ke dalam tubuh melalui makanan dan

minuman yang tercemar bakteri S. Thypi yang menyebabkan demam lebih dari 1 minggu,

mengganggu saluran cerna dan lebih parah menurunkan kesadaran (Mansyur).

  Diet thypoid : Segala jenis makanan yang diberikan pada penderita thypoid, tidak berlemak dan

tidak pedas, tidak menambah perdarahan usus, rendah serat, disesuaika dengan kondisi klien dan

berkolaborasi dengan ahli gizi dan dokter.

  Penyakit dalam : cabang dan spesialisasi dari kedokteran yang menangani diagnosis dan

penanganan organ dalam tanpa bedah pada pasien dewasa.

  Berkolaborasi : bekerja sama

Page 2: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 2/27

 

2

1.3 Daftar Masalah

1.  Patofisiologi thypoid ?

2.  Tanda dan gejala thypoid ?

3.  Etiologi thypoid ?

4.  Pengobatan dan pencegahan thypoid ?

5.  Komplikasi thypoid ?

6.  Dimana hidupnya Salmonella thypi pada pasien karier ?

7.  Pemeriksaan yang menunjang diagnosa thypoid ?

8.  Daur hidup Salmonella thypi ?

9.  Mengapa pada pasien thypoid mengalami mual dan anoreksia ?

10.  Jelaskan karakteristik Salmonella thypi dan tipe – tipenya ?

11.  Apakah lingkungan mempengaruhi terhadap penyebaran dan peningkatan thypoid ?

12.  Faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi penyebaran thypoid (umur) ?

13.  Apakah ada jenis – jenis thypoid ?

14.  Askep dan discharge planning ?

15.  Cara penyebaran Salmonella thypi ?

16.  Antigen apa saja yang ada pada Salmonella thypi ?

17. 

Penjelasan penggunaan cacing pada pasien thypoid ?18.  Hal – hal yang memperparah penyakit thypoid ?

19.  Apa penyebab pasien thypoid bisa kambuh ?

20.  Terapi diet yang benar ?

1.4 Analisis Masalah

1.  Patofisiologi : S. Thypi masuk ke tubuh saluran cerna dimusnahkan oleh asam lambung,

bila tidak mampu masuk ke usus halus (karena pasien mengonsumsi penurun asam lambung)  

aliran darah masuk 

a. Kelenjar limfoid tukak  perporasi

b. Hati hepatomegali nyeri tekan

c. Limfa spleenomegali mual, anoreksia, perubahan status nutrisi

keluarnya endotoksin demam.

Page 3: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 3/27

 

3

atau

S. thypi mulut saluran cerna sebagian dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian yang

lain masuk ke usus halus di ileum terminalis membentuk limfa plaque payeri sebagian

hidup dan menetap perdarahan perforasi peritonitis ; sebagian menembus lamina

propia aliran limfa kelenjar limfa mesentrial menembus dan masuk aliran darah sel

 – sel retikuloendotelial melepaskan kuman ke aliran darah bersarang di hati & limfa 

infeksi S. thypi + endotoxin leukosit melepas zat pirogen ke hipotalamus demam

thypoid (lidah kotor, mual, muntah)

2.  Demam, nyeri perut, lidah kotor, mual, muntah, diare/konstipasi, pusing, malaise, nyeri kepala,

mulut berbau, ujung lidah kemerahan, trombositopenia, anemia.

-  Masa tunas (10 – 14 hari)

Minggu 1 : demam berangsur meningkat (sore & malam), nyeri otot, nyeri kepala, anoreksia, mual,

batuk, epitaksis , diare

Minggu 2 : demam, bradikardi, lidah khas (putih, kotor, pinggirnya hiperemi), hepatomegali,

meteorismus, penurunan kesadaran

-  Demamnya bila tidak ditangani selama 2 – 3 hari menyebabkan peningkatan

suhu 39,4 – 40oC.

Minggu 3 : suhu menurun, normal kembali

3. 

 –  4.   –  

5.   –  

6.   –  

7.   –  

8.   –  

9.  Infeksi S. thypi + endotoxin leukosit melepas zat pirogen ke hipotalamus demam

thypoid (lidah kotor, mual, muntah)

10.  –  

11.  –  

12.  Semua berisiko, kasus terbesar usia < 20 th; 30 – 40 th = 10 – 20%; 13 < usia < 20 th minimal 5

 – 10%, usia 12- 13 tahun = 70 – 80 %

Faktor – faktor yang memmpengaruhi :

Page 4: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 4/27

 

4

-  Lingkungan : kebersihannya, contoh : pemakaian air kotor yang tercemar S. thypi

-  Manusia : tidak mencuci tangan sebelum makan dan sesudah BAB

-  Jajan sembarangan

13.  –  

14.  –  

15.  –  

16.  –  

17.  –  

18.  –  

19.  –  

20.  –  

1.5 Pohon Masalah(Diagram Masalah)

komplikasi 

Thypoid 

Tanda&gejala Definisi 

Penyebab

Penularan

Tindakan lanjutan :

-  Pengobatan &

pencegahan

-  Pemeriksaaan lab +

penunjang

-  Askep + Discharge

planning

Faktor yang

memepengaruhi

Page 5: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 5/27

 

5

1.6 Sasaran Belajar

1.  Etiologi thypoid ?

2.  Pengobatan dan pencegahan thypoid ?

3.  Komplikasi thypoid ?

4.  Dimana hidupnya Salmonella thypi pada pasien karier ?

5.  Pemeriksaan yang menunjang diagnosa thypoid ?

6.  Daur hidup Salmonella thypi ?

7.  Jelaskan karakteristik Salmonella thypi dan tipe – tipenya ?

8.  Apakah lingkungan mempengaruhi terhadap penyebaran dan peningkatan thypoid ?

9.  Apakah ada jenis – jenis thypoid ?

10.  Askep dan discharge planning ?

11.  Cara penyebaran Salmonella thypi ?

12.  Antigen apa saja yang ada pada Salmonella thypi ?

13.  Penjelasan penggunaan cacing pada pasien thypoid ?

14.  Hal – hal yang memperparah penyakit thypoid ?

15.  Apa penyebab pasien thypoid bisa kambuh ?

16.  Terapi diet yang benar ?

Jawaban :

 Etiologi : Salmonella thypi pada pasien thypoid dan carier 

  Komplikasi 

a. Komplikasi intestinal

1) Perdarahan usus

2) Perporasi usus

3) Ilius paralitik 

b. Komplikasi extra intestinal

1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis,

trombosis, tromboplebitis.

2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4) Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5) Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.

Page 6: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 6/27

 

6

6) Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7) Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer,

sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

  Pemeriksaan penunjang : 

-  Darah tepi 

-  Identifikasi kuman/ isolasi biakan 

-  Uji serologi : widal, tubex, ELISA, dipstik  

-  Pemeriksaan tinja, urin, bakteriologi, sumsum tulang, biakan empedu, kultur darah, SGOT,

SGPT, DNA, PCR, typhi dot, typhi dot M 

  Pencegahan : 

-  Cuci tangan setelah dari WC, sebelum makan dan mempersiapkan makanan  

-  Hindari makanan dan minuman yang mentah 

-  Hindarimakanan yang merangsang (pedas, terlalu manis, berlemak, berserat banyak)

-  penyediaan air minum yang memenuhi syarat

-  perbaikan sanitasi

-  imunisasi

-  mengobati karier

-  pendidikan kesehatan masyarakat

  PengobatanObat-obat pilihan pertama adalah kloramfenikol, ampisilin/amoksisilin dan kotrimoksasol. Obat

pilihan kedua adalah sefalosporin generasi III. Obat-obat pilihan ketiga adalah meropenem,

azithromisin dan fluorokuinolon.

-  Kloramfenikol diberikan dengan dosis 50 mg/kg BB/hari, terbagi dalam 3-4 kali pemberian,

oral atau intravena, selama 14 hari. Bilamana terdapat indikasi kontra pemberian

kloramfenikol , diberi

-  Ampisilin dengan dosis 200 mg/kgbb/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, intravena saat

belum dapat minum obat, selama 21 hari, atau

-  Amoksisilin dengan dosis 100 mg/kgbb/hari, terbagi dalam 3-4 kali. Pemberian, oral/intravena

selama 21 hari

-  Kotrimoksasol dengan dosis (tmp) 8 mg/kbbb/hari terbagi dalam 2-3 kali pemberian, oral,

selama 14 hari.

Page 7: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 7/27

 

7

  Perawatan

-  Penderita perlu dirawat di RS untuk diisolasi, observasi, dan pengobatan

-  Harus istirahat 5-7 hari bebas panas

-  Mobilisasi sewajarnya, sesuai kondisi

-  Bila kesadran menurun harus diobservasi agar tidak terjadi aspirasi dan komplikasi yang lain

  Antigen

1) Antigen O berasal dari dinding sel kuman (oligosakarida). Somatik, tahan terhadap

panas dan asam

2) Antigen H berasal dari flagel kuman terdiri dari protein, bersifat termolabil, dan

melindungi antigen O

3) Antigen Vi berasal dari simpai/kapsul kuman, terdiri dari polisakarida

  Diet :

a. Makanan yang cukup cairan, kalori, vitamin & protein.

b. Tidak mengandung banyak serat.

c. Tidak merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas.

d. Makanan lunak diberikan selama istirahat.

e. Makanan dengan rendah serat dan rendah sisa bertujuan untuk memberikan makanan sesuai

kebutuhan gizi yang sedikit mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume

feses, dan tidak merangsang saluran cerna.f. Pemberian bubur saring, juga ditujukan untuk menghindari terjadinya komplikasi perdarahan

saluran cerna atau perforasi usus.

  Hal yang memperparah :

-  Lamanya sakit

-  Pilihan antimikroba

-  Paparan sebelumnya

-  Virulensi strain bakteri

-  Kualitas inokulen

-  Host vektor

-  Makanan pedas, merangsang, keras dan banyak berserat

-  Begadang

-  Sanitasi buruk 

Page 8: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 8/27

 

8

-  Makan sembarangan dan tidak teratur

-  Tidak patuh menjalani terapi

  Cara penyebaran

5F yaitu :

- Food(makananyang tercemar S. thypi

- Fingers(jari tangan/kuku) yang tercemar

- Fomitus (muntah), penderita dan carier

- Fly(lalat), reservoir

- Feses, penderita dan carier

  S.thypi bisa bersarang di kantung empedu ( > 1 th), sumsum tulang, dan plaque payeri

  Kambuh karena :

-  Pasien tidak menghabiskan terapi yang diberikan

-  Bakteri tersebut akan melubangi dan masuk ke dinding usus dan oleh makrophages akan

diphagosit. Salmonella Thyphi kemudian akan mengubah strukturnya menjadi tahan terhadap

pengrusakan dan hal ini membuat mereka tetap bertahan terhadap makrophage. Hal ini

memungkinkan mereka tahan terhadap polymorphonuclear leukocytes (PMN), dan respon

imun. Organisme ini kemudian menyebar melalui limfa ketika berada di dalam macrophages.

Ini memberi mereka akses ke sistem retikuliendothelial (RES) yang merupakan bagian dari

sistem imun dan kemudian ke organ yang berbeda di seluruh tubuh. Kemampuan unik dariorganisme (maksudnya Salmonella Thyphi) inilah yang menyebabkan orang yang pernah

menderita Tifus seperti saya, suatu saat penyakit ini akan kembali muncul. Penyakit ini akan

kambuh kembali apabila daya tahan tubuh si penderita tidak optimal, seperti pada kondisi

kelelahan, kurang tidur, asupan makanan tidak teratur dan sembarangan, dan lain-lain.

  Karakteristik S.thypi

-  Bentuk basil, tidak berspora, berflagel, gram (-), ukuran 2-4 x 0,5-0,8 mm, cembung, fakultatif 

anaerob, tahan pH 6-8 dan suhu 37oC

-  koloni bulat, kecil, tidak berwarna

-  Tidak tahan terhadap pemanasan 60oC

-  Tahan di es/salju, air selama berbulan – bulan

-  Tahan terhadap natrium tetrationat

-  Habitat pada manusia dan hewan

Page 9: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 9/27

 

9

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa larutan cacing tanah Lumbricus rubellus dan Pheretima

sp. pada semua konsentrasi mempunyai daya hambat yang ditunjukkan dengan adanya daerah

zona hambat terhadap pertumbuhan bakteri Salmonella typhi. karena kandungan zat antibakteri

yang terdapat pada cacing tanah. Kandungan tersebut yaitu protein yang sangat tinggi pada

cacing tanah dan mikroba simbiotik Streptomyces sp. yang menghasilkan antibiotik 

streptomisin.

  Askep

1) DO : T = 39oC

Peningkatan titer widal

DS : -

Dx : Hipertermi b.d proses infeksi S.thypi

NOC : Thermoregulation

Setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 1 X 60 menit klien akan mampu

berkompromi dengan kriteria hasil :

-  T = 36,50C – 37,5

0C

-  RR = 16 – 20 X/menit

-  Nadi = 60 -80 Xmenit

-  Klien melaporkan kenyamanan

NIC : Temperature regulation-  Observasi TTV (suhu, nadi, RR)

-  Observasi perubahan warna kulit

-  Berikan kompres hangat pada area lipatan ketiak, leher, dan lipatan paha.

-  Tingkatkan intake cairan peroral/intravena, kecuali ada kontraindikasi

-  Kolaborasi pemberian antipiretik 

2) DO : Klien menghabiskan ½ porsi

DS : klien mengatakan mual, tidak nafsu makan

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh

NOC : Status nutrisi

-  Klien mampu menghabiskan porsi yang diberikan

-  Terstimulus makan

-  Menikmati makan

Page 10: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 10/27

 

10

NIC : Manajemen nutrisi

-  Memastikan pilihan makanan

-  Kolaborasi terapi diet dengan ahli gizi

-  Monitor catatan asupan kandungan nutrisi dan kalori

  Discharge Planning 

1. Berikan informasi tentang kebutuhan melakukan aktivitas sesuai dengan tingkat perkembangan

dan kondisi fisik anak 

2. Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping

3. Menjelaskan gejala gejela kekambuhan penyakit dan hal yang harus dilakukan untuk mengatasi

hal tersebut

4. Tekankan untukmelakukan kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Page 11: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 11/27

 

11

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian

Sejarah typhoid dimulai saat ilmuwan Perancis bernama Pierre Louis memperkenalkan

istilah typhoid pada tahun 1829. Gaffky menyatakan bahwa penularan penyakit ini melalui air

bukan udara. Gaffky juga berhasil membiakkan S. typhi dalam media kultur pada tahun 1884. Pada

tahun 1896, Widal akhirnya menemukan pemeriksaan typhoid yang masih digunakan sampai

saat ini. Selanjutnya pada tahun 1948, Woodward dkk, melaporkan untuk pertama kalinya bahwa obat

yang efektif untuk demam typhoid adalah kloramfenikol1.

Demam Tifoid ialah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran cerna dengan

gejala demam lebih dari 7 hari, gangguan pada saluran cerna, dan gangguan kesadaran. Salmonella

thypi dapat hidup di dalam tubuh manusia (manusia sebagai reservoir alamiah). Manusia yang

terinfeksi Salmonella thypi dapat mengeksresikannya melalui sekret saluran nafas, urin, dan tinja

dalam jangka waktu yang sangat bervariasi2.

Demam typhoid adalah penyakit demam sistemik akut generalisata yang disebabkan oleh

Salmonella typhi, biasanya menyebar melalui ingesti makanan dan air yang tercemar, dan ditandai

dengan bakteremia berkepanjangan serta invasi oleh patogen dan multiplikasinya di dalam sel-sel fagosit mononuklear pada hati, limpa, kelenjar getah bening, plak Peyer di ileum, disertai

dengan demam hektik yang berkepanjangan, malaise, ruam kulit karakteristik yang bersifat

sementara (rose spot), nyeri perut, splenomegali, bradikardi, delirium, dan leukopenia, perdarahan usus

yang signifikan dan perforasi yang jelas mungkin merupakan komplikasi lanjut1.

Demam thypoid adalah penyakit demam akut yang disebabkan oleh S. typhi. penyakit ini

dapat pula disebabkan oleh S. enteridis bioserotip paratyphi A dan S. enteridis serotip bioserotip

paratyphi B. Typhoid berasal dari bahasa Yunani yang berarti smoke, karena terjadinya

penguapan panas tubuh serta gangguan kesadaran disebabkan dengan demam yang tinggi3.

Tifoid adalah salah satu penyakit menular dari manusia. Wabah demam tifoid yang

disebabkan oleh S. typhi dan S. paratyphi  A masih menjadi masalah kesehatan yang serius di seluruh

dunia. Ada beberapa tes yang tersedia sekarang hari dari molekuler untuk imunologi dan biokimia

untuk mikrobiologi. Dalam penelitian kami kami telah mencoba untuk menetapkan relevansi tes

Page 12: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 12/27

 

12

widal dalam diagnosis demam tifoid3.

2.2. Epidemiologi

Demam typhoid menyerang penduduk di semua negara. Seperti penyakit menular lainnya,

typhoid banyak ditemukan di negara berkembang yang hygiene pribadi dan sanitasi

lingkungannya kurang baik. Prevalensi kasus bervariasi tergantung dari lokasi, kondisi

lingkungan setempat, dan perilaku masyarakat. Demam typhoid menyerang semua umur. Namun,

golongan terbesar tetap pada usia kurang dari 20 tahun1.

Salmonellosis, terutama demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan di

Indonesia. Angka kesakitan demam thypoid di Indonesia masih tinggi, berkisah antara 0,7-1%.

Makanan dan minuman yang terkontaminasi merupakan mekanisme transmisi kuman

Salmonella, termasuk  S.typhi.Khususnya S. typhi, carrier manusia adalah sumber infeksi.

S.typhibisa berada dalam air, es, debu, sampah kering, yang bila organisme ini masuk dalam vehicle

yang cocok (daging, kerang, dan sebagainya) akan berkembang biak mencapai dosis infektif 3.

Di Indonesia penderita demam tifoid cukup banyak diperkirakan 800/100.000

penduduk per tahun dan tersebar di mana-mana. Ditemukan hampir sepanjang tahun, tetapi

terutama pada musim panas. Demam typhoid dapat ditemukan pada semua umur, tetapi yang

paling sering pada anak besar,umur 5- 9 tahun dan laki-laki lebih banyak dari perempuan dengan

perbandingan 2-3 : 14.

Maka perlu diperhatikan faktor kebersihan lingkungan, pembuangan sampah, dankhlorinasi air minum di dalam pencegahan Salmonellosis khususnya demam typhoid3.

2.3. Etiologi

Penyebab demam typhoid adalah bakteri Salmonella typhi. Salmonella adalah kuman

berbentuk batang, tidak berspora, pada pewarnaan gram bersifat negatif Gram, ukuran 1-3,5 um

x 0,5-0,8 um, besar koloni rata-rata 2-4 mm, mempunyai flagel peritrikh1,3.

Kuman tumbuh pada suasana aerob dan fakultatif anaerob, pada suhu 15-

41ºC (suhu pertumbuhan optimum 37,5ºC) dan pH pertumbuhan 6-8. Sebagian

besar Salmonella yang berasal dari bahan klinik menghasilkan H2S. Pembentukan H2S ini bervarias,

10% Salmonella enteridis bioserotip A yang menghasilkan H2S. Salmonella typhi hanya membentuk 

sedikit H2S dan tidak membentuk gas pada fermentasi glukosa3.

Kuman mati pada suhu 56ºC juga pada keadaan kering. Dalam air, bisa tahan selama 4

Page 13: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 13/27

 

13

minggu. Hidup subur pada medium yang mengandung garam empedu, tahan terhadap zat

berwarna hijau brilian, dan senyawa. Natrium tetrationat, dan Natrium deoksikholat. Senyawa-

senyawa ini menghambat pertumbuhan kuman koliform sehingga senyawa-senyawa tersebut

dapat digunakan di dalam media untuk isolasi kuman Salmonella dari tinja3.

Kuman ini mempunyai tiga antigen yang penting untuk pemeriksaan laboratorium,

yaitu3:

a.Antigen somatic (O), serupa dengan antigen somatik  (O) kuman Enterobacteriaceae

lainnya. Antigen ini tahan terhadap pemanasan 100ºC, alkohol, dan asam. Antibodi yang dibentuk 

terutama IgM.

b. Antigen flagel (H), pada Salmonella antigen ini ditemukan dalam 2 fase, fase 1 (spesifik) dan

fase 2 (tidak spesifik). Antigen H rusak pada pemanasan di atas 60ºC, alkohol, dan asam. Antibodi

yang dibentuk bersifat IgG.

c. Antigen Vi atau antigen K (selaput), adalah polimer dari polisakharida yang bersifat asam,

terdapat pada bagian paling luar dari badan kuman. Kuman yang memiliki antigen Vi ternyata

lebih virulen, baik terhadap binatang maupun manusia. Antigen Vi juga menentukan kepekaan

kuman terhadap bakteriofaga dan dalam laboratorium sangat berguna untuk diagnosis cepat

kuman S.typhi. Persamaan faktor-faktor antigen O dan antigen H menjdi dasar

penggolongan kuman Salmonella ke dalam serogrup dan serotipnya3.

Tabel 1. Perbedaan Salmonella typhi dan Salmonella paratyphi A, B, dan C .

Antigen

O Grup 

Antigen

Antigen H

Fase 1 

Antigen

O Grup Fase 2  K 

Antigen Antigen Antigen H Antigen Antigen

S. Enteritidis

bioserotip paratyphi A

bioserotip paratyphi B

bioserotip paratyphi C 

A  1,2,12  a  -  - 

B  1,4,5,12  b  1,2  - 

C  6,7  c  1,5  Vi 

S. Typhi 9,12 d - Vi S. Typhi

Penularan dapat terjadi dimana saja, kapan saja, sejak usia seseorang mulai dapat

mengkonsumsi makanan dari luar, apabila makanan atau minuman yang dikonsumsi kurang

Page 14: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 14/27

 

14

bersih. Biasanya baru dipikirkan suatu demam typhoid bila terdapat demam terus menerus lebih

dari 1 minggu yang tidak dapat turun dengan obat demam dan diperkuat dengan kesan anak baring

pasif, nampak pucat, sakit perut, tidak buang air besar atau diare beberapa hari4.

2.4. Patogenesis dan Patofisiologi

Kuman ini memiliki antigen O9 dan O12 LPS, antigen protein flagelar Hd dan antigen

kapsular Vi. Di Indonesia beberapa isolate memiliki jenis flagella yang unik yaitu Hj. Seseorang

terinfeksi Salmonella typhi melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi bakteri tersebut.

Waktu inkubasi sangat tergantung pada kuantitas bakteri dan juga host factors. Waktu inkubasi

umumnya berkisar antara 3 hari sampai > 60 hari5.

Penularan Salmonella typhi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan

5F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly (lalat), dan melalui

Feses6.

Organisme yang masuk ke dalam tubuh akan melewati pilorus dan mencapai usus

kecil. Organisme secara cepat berpenetrasi ke dalam epitel mukosa melalui sel-sel microfold atau

enterocytes dan mencapai lamina propria, di mana secara cepat ditelan oleh makrofag. Beberapa

kuman masih berada di dalam makrofag jaringan limfoid usus kecil. Beberapa mikroorganisme

melewati sel-sel retikuloendotelial hati dan limpa. Salmonella typhi dapat bertahan dan

bermultiplikasi dalam sel-sel fagosit mononuclear folikel-folikel limfoid, hati dan limpa

5

. Pada fase bakteremia, organisme menyebar ke seluruh bagian tubuh.

Tempat yang paling banyak untuk infeksi sekunder adalah hati, limpa, sumsum tulang, empedu dan

Peyer’s Patches dari terminal ileum. Invasi empedu terjadi secara langsung dari darah atau oleh

penyebaran retrograde dari bile. Organisme diekskresikan ke dalam empedu (melalui reinvasi

dinding intestinal) atau ke dalam feses. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat keparahan dan

outcome klinis demam typhoid. Faktor-faktor tersebut adalah lamanya sakit sebelum memperoleh

terapi yang sesuai, pilihan antimikroba yang digunakan, paparan sebelumnya/riwayat vaksinasi,

virulensi strain bakteri,kuantitas inokulum yang tertelan, host factors (tipe HLA, keadaan

imunosupresi, dan pengobatan lain seperti H2blockers atau antasidayang mengurangi asam

lambung)5.

Histopatologi demam typhoid berhubungan langsung dengan proliferasi

sel-sel mononukleus (RES), yang dapat dilihat sebagai hiperplasi plaque Peyer.

Page 15: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 15/27

 

15

Kelenjar getah bening (KGB) mesenterium, hati, dan limpa. Fokal nekrosis terjadi

di hati, bercak-bercak radang di kantung empedu, paru-paru, sum-sum tulang3.

Mengenai mekanisme pertahanan tubuh terhadap S. typhi tampaknya antibodi humoral

mengurangi jumlah organisme tetapi tidak berpengaruh terhadap bakteri yang sedang memperbanyak 

diri yang ada di dalam jaringan seperti di hati dan limpa. Populasi bakteri sistemik dapat dikurangi

dan infeksi dapat dikontrol hanya bila aktivitas anti bakteri intraseluler dari makrofag diaktifkan.

Dalam hal ini, bila makrofag diaktifkan oleh limfokin yang berasal dari T limfosit yang spesifik 

yanbg terjadi pada saat infeksi dini3.

2.5. Manifestasi Klinik 

Masa inkubasi rata-rata7-14 hari. Manifestasi klinik pada umumnya bersifat lebih

ringan dan lebih bervariasi. Demam adalah gejala yang paling konstan di antara semua

penampakan klinis4.

Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala menyerupai penyakit infeksi akut pada

umumnya seperti demam, sakit kepala, mual, muntah, nafsu makan menurun, sakit perut,

diare atau sulit buang air beberapa hari, sedangkan pemeriksaan fisik hanya didapatkan suhu

tubuh meningkat dan menetap. Suhu meningkat terutama sore dan malam hari4.

Setelah minggu kedua maka gejala menjadi lebih jelas demam yang tinggi terus menerus,

nafas berbau tak sedap, kulit kering, rambut kering, bibir kering pecah-pecah/terkupas, lidahditutupi selaput putih kotor, ujung dan tepinya kemerahan dan tremor, pembesaran hati dan

limpa dan timbul rasa nyeri bila diraba, perut kembung. Penderita nampak sakit berat, disertai

gangguan kesadaran dari yang ringan letak tidur pasif, acuh tak acuh (apati) sampai berat

(delier, koma)4.

Komplikasi yang terjadi antara lain komplikasi pada sistem saraf seperti ensefalitis,

ensefalopati, ensemielitis, gangguan psikiatri, miokarditis akut, hepatitis, osteomielitis, artritis

septik, juga komplikasi usus berupa perdarahan dan perforasi3.

Semua individu dengan infeksi Salmonella mengeksresi bakteri tersebut dalam tinja untuk 

 jangka waktu yang bervariasi, penderita tersebut dinamakan carrier convalescent, yang dalam

bulan ketiga kira-kira 90% penderita tidak lagi mengeksresikan bakteri tersebut. Individu

yang mengeksresikan kuman Salmonella selama 1 tahun atau lebih disebut carrier kronik 3.

Page 16: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 16/27

 

16

2.6. Diagnostik 

Berbagai metode diagnostik masih terus dikembangkan untuk mencari cara yang cepat,

mudah dilakukan dan murah biayanya dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi. Hal ini

penting untuk membantu usaha penatalaksanaan penderita secara menyeluruh yang juga meliputi

penegakan diagnosis sedini mungkin dimana pemberian terapi yang sesuai secara dini akan dapat

menurunkan ketidaknyamanan penderita, insidensi terjadinya komplikasi yang berat dan kematian

serta memungkinkan usaha kontrol penyebaran penyakit melalui identifikasi karier4.

Ada 3 metode untuk mendiagnosis demam typhoid, yaitu:

1.  Metode diagnosis mikrobiologik  

Adalah metode yang paling spesifik dan lebih dari 90% penderita yang tidak diobati,

kultur darahnya positif dala minggu pertama. Hasil ini menurun drastis setelah penggunaan

antibiotik, dimana hasil postif menjadi 40%. Meskipun demikian, kultur sum-sum tulang tetap

memperlihatkan hasil yang tinggi, yaitu 90% positif. Pada minggu-minggu selanjutnya, hasil

kultur darah menurun, tetapi kultur tinja dan kultur urin meningkat yaitu 85% dan 25% berturut-

turut positif pada minggu ke-3 dan ke-4. Organisme dalam tinja masih dapat ditemukan selama 3

bulan dari 90% penderita dan kira-kira 3% penderita tetap mengeluarkan kuman S. typhi dalam tinja

dalam jangka waktu lama. Dapat terjadi seorang carrier kronik  mengeluarkan bakteri S. typhi 

dalam tinja seumur hidupnya, dan carrier lebih banyak terjadi pada orang dewasa daripada anak-

anak dan lebih sering mengenai wanita daripada laki-laki

3

.Kekurangan uji ini adalah hasilnya tidak dapat segera diketahui karena perlu waktu untuk 

pertumbuhan kuman (biasanya positif antara 2-7hari, bila belum ada pertumbuhan koloni ditunggu

sampai 7 hari). Pilihan bahan spesimen yang digunakan pada awal sakit adalah darah,

kemudian untuk stadium lanjut/ carrier digunakan urin dan tinja5.

2.  Diagnosis serologik .

 Pemeriksaan Widal . Pemeriksaan serologi ini ditujukan untuk  mendeteksi adanya

antibodi (di dalam darah) terhadap antigen kuman Samonella typhi /  paratyphi (reagen). Uji ini

merupakan test kuno yang masih amat popular dan paling sering diminta terutama di negara dimana

penyakit ini endemis seperti di Indonesia. Sebagai uji cepat (rapitd test) hasilnya dapat segera

diketahui. Hasil positif dinyatakan dengan adanya aglutinasi. Karena itu antibodi jenis ini

dikenal sebagai Febrile agglutinin5.

Diagnostik ini tergantung pada antibodi yang timbul terhadap antigen O dan antigen H, yang

Page 17: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 17/27

 

17

dapat dideteksi dengan reaksi agglutinasi. Antibodi terhadap antigen O dari grup D timbul dalam

minggu pertama sakit dan mencapai puncaknya pada minggu ketiga dan keempat yang akan

menurun setelah 9 bulan sampai 1 tahun. Titer agglutinin 1/200 atau kenaikan titer lebih dari 4

kali3.

Hasil uji ini dipengaruhi oleh banyak faktor sehingga dapat memberikan hasil positif palsu atau

negatif palsu. Hasil positif palsu dapat disebabkan oleh faktor-faktor, antara lain pernah

mendapatkan vaksinasi, reaksi silang dengan spesies lain (Enterobacteriaceae sp), reaksi

anamnestik (pernah sakit), daerah yang endemis, dan adanya faktor rheumatoid (RF)

serta pengobatan. Hasil negatif palsu dapat disebabkan oleh karena antara lain penderita sudah

mendapatkan terapi antibiotika, waktu pengambilan darah kurang dari 1 minggu sakit, keadaan umum

pasien yang buruk, dan adanya penyakit imunologik lain3,5

.

Diagnosis demam typhoid/paratyphoid dinyatakan bila a/titer O = 1/160, bahkan mungkin sekali nilai

batas tersebut harus lebih tinggi mengingat penyakit demam tifoid ini endemis di Indonesia. Titer

O meningkat setelah akhir minggu. Melihat hal-hal di atas maka permintaan tes widal ini pada

penderita yang baru menderita demam beberapa hari kurang tepat. Bila hasil reaktif  (positif)

maka kemungkinan besar bukan disebabkan oleh penyakit saat itu tetapi dari kontrak sebelumnya5.

Pemeriksaan serologik Widal (titer Aglutinin OD) sangat membantu dalam diagnosis

walaupun ± 1/3 penderita memperlihatkan titer yang tidak bermakna atau tidak meningkat. Uji

Widal bermanfaat bila dilakukan pemeriksaan serial tiap minggu dengan kenaikan titersebanyak 4 kali. Beberapa laporan yang ada tiap daerah mempunyai nilai

standar Widal tersendiri, tergantung endemisitas daerah tersebut. Misalnya : Surabaya titer

OD > 1/160, Yogyakarta titer OD > 1/160, Manado titer OD > 1/80, Jakarta titer OD > 1/80,

Ujung Pandang titer OD 1/3204.

3.  ELISA

Pemeriksaan ini merupakan uji imunologik yang lebih baru, yang dianggap lebih sensitif 

dan spesifik dibandingkan uji Widal untuk mendeteksi Demam Typhoid/Paratyphoid. Sebagai tes

cepat (Rapid Test) hasilnya juga dapat segera di ketahui. Diagnosis Demam Typhoid/ Paratyphoid

dinyatakan 1/ bila lgM positif menandakan infeksi akut; 2/ jika lgG positif menandakan pernah

kontak/ pernah terinfeksi/ reinfeksi/ daerah endemik 5.

Page 18: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 18/27

 

18

Diagnosis Klinik  

Hematologi.

Kadar hemoglobin dapat normal atau menurun bila terjadi penyulit perdarahan usus atau

perforasi.

Hitung leukosit sering rendah (leukopenia), tetapi dapat pula normal atau tinggi.

Hitung jenis leukosit: sering neutropenia dengan limfositosis relatif.

LED ( Laju Endap Darah ) : Meningkat

Jumlah trombosit normal atau menurun (trombositopenia). Urinalis

Protein: bervariasi dari negatif sampai positif (akibat demam)

Leukosit dan eritrosit normal; bila meningkat kemungkinan terjadi penyulit.

Kimia Klinik 

Enzim hati(SGOT, SGPT) sering meningkat dengan gambaran peradangan sampai hepatitis

akut.

2.7. Komplikasi

a. Komplikasi intestinal

1)  Perdarahan usus

2)  Perporasi usus

3)  Ilius paralitik 

b. Komplikasi extra intestinal

1)  Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,

tromboplebitis.

2)  Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.

3)  Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.

4)  Komplikasi pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.

5)  Komplikasi ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.6)  Komplikasi pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.

7)  Komplikasi neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer,

sindroma Guillain bare dan sidroma katatonia.

Page 19: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 19/27

 

19

2.8 Penatalaksanaan

Tujuan perawatan dan pengobatan demam tifoid anak adalah meniadakan invasi kuman dan

mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah terjadinya

komplikasi, mencegah relaps dan mempercepat penyembuhan4.

Antibiotika seperti khloramfenikol masih dipakai sebagai obat standar, dimana efektivitas

obat-obat lain masih dibandingkan terhadap antibiotik tersebut. Untuk strain bakteri yang sensitif 

terhadap khloramenikol, antibiotika ini memberikan efek klinis yang paling baik dibandingkan

obat lain. Perlu diketahui kloramfenikol mempunyai efek toksik terhadap sum-sum tulang3.

Khloramfenikol bekerja menghambat sintesis protein bakteri dengan cara berikatan pada

ribosom 50S sehingga menghambat pembentukan rantai peptida. Khloramfenikol secara IV

menimbulkan kadar yang lebih rendah dalam darah dibandingkan secara oral. Khloramfenikol

bersifat bakteriostatik terhadap bakteri yang peka, seperti riketsia, klamidia, mikoplasma,

dan beberapa strain Salmonella, juga sebagian besar gram positif dan gram negatif 7.

Obat-obat lain seperti ampisilin, amoksisilin, dan trimetropinsulfametoksasole

dapat dipergunakan untuk pengobatan demam typhoid dimana strain bakteri penyebab telah resisten

terhadap khloramfenikol, selain bahwa obatobat tersebut kurang toksik dibandingkan khloramfenikol3.

Pengobatan carrier kronik selalu menjadi masalah, terutama carrier dengan

batu empedu. Dalam hal carrier tanpa batu empedu, pengobatan daat dilakukan dengan pemberian

ampisilin atau amoksisilin dan probenesid, tetapi bila disertai kholelitiasis maka diperlukanpengobatan pembedahan selain antibiotika. Imunisasi dengan vaksin monovalen bakteri S.

typhi memberikan proteksi yang cukup baik. Vaksin akan merangsang pembentukan antibodi

terhadap antigen Vi, O, dan H3.

Perawatan biasanya bersifat simptomatis istrahat dan dietetik. Tirah baring sempurna

terutama pada fase akut. Masukan cairan dan kalori perlu diperhatikan.Penderita baring terus di

tempat tidur dan letak baring harus sering diubah-ubah. Lamanya sampai 5-7 hari bebas demam dan

dilanjutkan mobilisasi bertahap yaitu: hari I duduk 2 x 15 menit, hari II duduk 2 x 30 menit, hari

III jalan, hari IV pulang4.

Dahulu dianjurkan semua makanan saring, sekarang semua jenis makanan pada prinsipnya

lunak, mudah dicerna, mengandung cukup cairan , kalori, serat, tinggi protein dan vitamin, tidak 

merangsang dan tidak menimbulkan banyak gas. Makanan saring/lunak diberikan selama istirahat

mutlak kemudian dikembalikan ke makanan bentuk semula secara bertahap bersamaan

Page 20: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 20/27

 

20

dengan mobilisasi. Misalnya hari I makanan lunak, hari II makanan lunak, hari III makanan

biasa, dan seterusnya4.

2.9 Pencegahan

Langkah-langkah pencegahan terpajannya S.typhi penyebab demam typhoid adalah8:

Hygiene perorangan dan lingkungan. Demam typhoid ditularkan melalui rute oro-fekal, maka

pencegahan utama memutuskan rantai tersebut dengan meningkatkan hygiene perorangan dan

lingkungan, seperti mencuci tangan sebelum makan, penyediaan air bersih, dan pengamanan

pembuangan limbah feses.

. Imunisasi efektif terutama diberikan bila terjadi kontak dengan penderita demam

typhoid, terjadi kejadian luar biasa (KLB), dan untuk turis yang bepergian ke daerah endemik.

Vaksin polisakarida (capsular Vi polysaccharide), pada usia 2 tahun atau lebih diberikan secara

intramuskular dan diulang setiap 3 tahun.

Vaksin typhoid oral (Ty21-a), diberikan pada usia >6 tahun dengan interval selang sehari (hari 1,3,

dan 5), ulangan setiap 3-5 tahun. Vaksin ini belum beredar di Indonesia , terutama direkomendasikan

untuk turis yang bepergian ke daerah endemik.

2.10 Asuhan Keperawatan

A . Pengkajian 

1.Data Demografi

Dapat menjadi acuan sebagai indikasi dari faktor predisposi seperti identitas klien dan tempattinggal/domisili (tempat tinggal yang kumuh).

2.Riwayat Penyakit

a. Keluhan utama

Keluhan utama demam tifoid adalah panas atau demam yang tidak turun-turun, nyeri perut, pusing

kepala, mual, muntah, anoreksia, diare serta penurunan kesadaran.

b. Riwayat penyakit sekarang

Peningkatan suhu tubuh karena masuknya kuman salmonella typhi ke dalam tubuh.

c. Riwayat penyakit dahulu

Apakah sebelumnya pernah sakit demam tifoid.

d. Riwayat penyakit keluarga

Apakah keluarga pernah menderita hipertensi, diabetes melitus, atau bahkan penyakit yang sama.

e. Riwayat psikososial dan spiritual

Page 21: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 21/27

 

21

Biasanya klien cemas, bagaimana koping mekanisme yang digunakan. Gangguan dalam

beribadat karena klien tirah baring total dan lemah.

3. Pengkajian Fisik 

a. Keadaan umum

Didapatkan klien tampak lemah, suhu tubuh meningkat 38 - 410

C, muka kemerahan.

b. Tingkat kesadaran

Dapat terjadi penurunan kesadaran (apatis).

c. Sistem respirasi

Pernafasan rata-rata ada peningkatan, nafas cepat dan dalam dengan gambaran seperti

bronchitis.

d. Sistem kardiovaskuler

Terjadi penurunan tekanan darah, bradikardi relatif, hemoglobin rendah.

e. Sistem integumen

Kulit kering, turgor kullit menurun, muka tampak pucat, rambut agak kusam

f. Sistem gastrointestinal

Bibir kering pecah-pecah, mukosa mulut kering, lidah kotor (khas), mual, muntah, anoreksia, dan

konstipasi, nyeri perut, perut terasa tidak enak, peristaltik usus meningkat.

g. Sistem muskuloskeletal

Klien lemah, terasa lelah tapi tidak didapatkan adanya kelainan.h. Sistem abdomen

Saat palpasi didapatkan limpa dan hati membesar dengan konsistensi lunak serta nyeri

tekan pada abdomen. Pada perkusi didapatkan perut kembung serta pada auskultasi peristaltik 

usus meningkat.

Menurut Gordon, pola fungsi yang harus dikaji adalah :

a. Pola nutrisi dan metabolisme

Klien akan mengalami penurunan nafsu makan karena mual dan muntah saat makan sehingga makan

hanya sedikit.

b. Pola eliminasi

Eliminasi alvi. Klien dapat mengalami konstipasi oleh karena tirah baring lama. Sedangkan eliminasi

urine tidak mengalami gangguan, hanya warna urine menjadi kuning kecoklatan. Klien dengan

demam tifoid terjadi peningkatan suhu tubuh yang berakibat keringat banyak keluar dan

Page 22: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 22/27

 

22

merasa haus, sehingga dapat meningkatkan kebutuhan cairan tubuh.

c. Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas klien akan terganggu karena harus tirah baring total, agar tidak terjadi komplikasi maka

segala kebutuhan klien dibantu.

d. Pola tidur dan istirahat

Pola tidur dan istirahat terganggu sehubungan peningkatan suhu tubuh.

e. Pola persepsi dan konsep diri

Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan penyakitnya dan ketakutan merupakan dampak 

psikologi klien.

f. Pola sensori dan kognitif 

Pada penciuman, perabaan, perasaan, pendengaran dan penglihatan umumnya tidak mengalami

kelainan serta tidak terdapat suatu waham pad klien.

g.Pola hubungan dan peran

Hubungan dengan orang lain terganggu sehubungan klien di rawat di rumah sakit dan klien harus bed

rest total.

h.Pola reproduksi dan seksual

Gangguan pola ini terjadi pada klien yang sudah menikah karena harus dirawat di rumah sakit

sedangkan yang belum menikah tidak mengalami gangguan.

i. Pola penanggulangan stressBiasanya klien sering melamun dan merasa sedih karena keadaan sakitnya.

 j.Pola tata nilai dan kepercayaan

Dalam hal beribadah biasanya terganggu karena bedrest total dan tidak boleh melakukan aktivitas

karena penyakit yang dideritanya saat ini.

b. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan demam typhoid adalah:

  Askep

1) DO : T = 39oC

Peningkatan titer widal

DS : -

Dx : Hipertermi b.d proses infeksi S.thypi

Definisi: temperatur tubuh yang berada di atas normal.

Page 23: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 23/27

 

23

NOC : Thermoregulation

Setelah diberikan tindakan keperawatan dalam waktu 1 X 60 menit klien akan mampu

berkompromi dengan kriteria hasil:

-  T = 36,50C – 37,5

0C

-  RR = 16 – 20 X/menit

-  Nadi = 60 -80 Xmenit

-  Klien melaporkan kenyamanan

NIC : Temperature regulation

Aktivitas:

Monitor temperatur secara sering, jika sesuai.

Monitor insesible water loss.

Monitor warna dan temperatur kulit.

Monitor tekanan darah, frekuensi nadi, dan frekuensi napas.

Monitor intake dan output.

Monitor ketidaknormalan elektrolit.

Atur penggunaan antipiretik.

Atur pengobatan untuk perawatan penyebab demam.

Kenakan klien pakaian yang tipis.

Terapkan kantung es dengan handuk untuk selangkangan dan axilla.

2) DO : Klien menghabiskan ½ porsi

DS : klien mengatakan mual, tidak nafsu makan

Dx : Ketidakseimbangan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh

Definisi: Intake nutrisi yang tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan metabolisme.

NOC : Status nutrisi

  Klien mampu menghabiskan porsi yang diberikan

  Terstimulus makan

  Menikmati makan

NIC : Manajemen nutrisi

-  Memastikan pilihan makanan

Page 24: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 24/27

 

24

-  Kolaborasi terapi diet dengan ahli gizi

-  Monitor catatan asupan kandungan nutrisi dan kalori

Page 25: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 25/27

 

25

BAB III

PENUTUP

3.1  Simpulan

Simpulan yang dapat diambil dari penjelasan di atas adalah:

1.  Demam typhoid adalah penyakit demam sistemik akut generalisata yang disebabkan oleh

Salmonella typhi, biasanya menyebar melalui ingesti makanan dan air yang

tercemar, dan ditandai dengan bakteremia berkepanjangan serta invasi oleh patogen dan

multiplikasinya di dalam sel-sel fagosit mononuklear pada hati, limpa, kelenjar getah bening,

plak Peyer di ileum, disertai dengan demam hektik yang berkepanjangan, malaise, ruam kulit

karakteristik yang bersifat sementara (rose spot), nyeri perut, splenomegali, bradikardi,

delirium, dan leukopenia, perdarahan usus yang signifikan dan perforasi yang jelas mungkin

merupakan komplikasi lanjut.

2.  Ada 3 metode untuk mendiagnosis demam typhoid, yaitu:

Metode diagnosis mikrobiologik.

Diagnosis serologik 

Diagnosis klinik 

3. Tujuan perawatan dan pengobatan demam tifoid anak adalah meniadakan invasi kuman dan

mempercepat pembasmian kuman, memperpendek perjalanan penyakit, mencegah

terjadinya komplikasi, mencegah relaps danmempercepat penyembuhan. Antibiotika Seperti

khloramfenikol masih dipakai sebagai obat standar.

4. Langkah-langkah pencegahan terpajannya S.typhi penyebab demam typhoid adalah:

Hygiene perorangan dan lingkungan

Imunisasi

5. Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada klien dengan demam typhoid:

Hypertermi berhubungan dengan proses infeksi Salmonella typhi. Keseimbangan nutrisi: kurang dari Kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah,

intake nutrisi yang tidak adekuat.

Page 26: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 26/27

 

26

3.2  Saran

1.  Mahasiswa hendaknya menambah pengetahuan mengenai demam berdarah

typhoid dengan membaca literature yang relevan.

2.  Mahasiswa hendaknya dapat membuat diagnosa keperawatan dan intervensi keparawatan

yang sesuai dengan gejala yang dialami klien dengan mengacu pada NANDA, NOC, dan NIC.

Page 27: Bab 1 Tutor III Fix

5/17/2018 Bab 1 Tutor III Fix - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bab-1-tutor-iii-fix-55b07e4b195f9 27/27

 

27

DAFTAR PUSTAKA 

1.  Widoyono. Penyakit Tropis: Epidemiologi, Penularan, Pencegahan, & Pemberantasannya.

Jakarta: Erlangga. 2008. h. 34-36. 

2.  Anonymous. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta: EGC. 2002.

3.  Aziz T, Haque SS. Role of widal test in the diagnosis of typhoid fever in context to other 

test. American Journal of Biochemistry 2012, 2(1): 16-18 DOI: 10.5923/j.ajb.20120201.04

4.  Ley B, Mtove G, Thriemer K, et al. Evaluation of the Widal tube agglutination test for the

diagnosis of typhoid fever among children admitted to a rural hdospital in Tanzania and a

comparison with previous studies. Ley et al. BMC Infectious Diseases 2010, 10:180

5.  Diagnosis of typhoid fever. Dalam : Background document : The diagnosis, treatment and 

 prevention of typhoid fever . World Health Organization, 2003;7-18

6.  Kalra SP, Naithani N, Mehta SR, Swamy AJ. Current trends in the management of typhoid 

 fever. MJAFI 2003;59:130-5.

7.  Fadeel MA, Crump JA, Mahoney FJ, Nakhla IA, Mansour AM, Reyad B, et al.  Rapid 

diagnosis of typhoid fever by enzyme-linked immunosorbent assay detection of Salmonella

serotype typhi antigens in urine. Am J Trop Med Hyg 2004;70(3):323-8.

8.  Massi MN, Shirakawa T, Gotoh A, Bishnu A, Hatta M, Kawabata M.  Rapid diagnosis of 

typhoid fever by PCR assay using one pair of primers from flagellin gene of  Salmonella

typhi. J Infect Chemother 2003;9(3):233-7.

9.  Anonymous.  Paduan Pelayanan Medis Departemen Ilmu Kesehatan Anak .

Jakarta: RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo. 2007. h. 173-176.

10. NANDA International.  NANDA-I: Nursing Diagnoses Definitions &

Classification 2009-2010. USA: Willey Blackwell Publication. 2009.

11. Bulechek, Gloria M, Joanne C. McCloskey.  Nursing Intervention

Classification (NIC) Fifth Edition. USA: Mosbie Elsevier. 2008.